32
Kasus Nama RS : Rumah Sakit Cipto Mangunkusuma Tanggal MRS : 28 – 11 – 2005 Jam : 21.28 wib Tanggal pengkajian : 5 – 12 – 2005 Jam : 11.00 wib PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Tn. S, No. Rekam Medis : 296 82 95, umur 50 tahun, laki-laki, Islam, Betawi, kawin, tidak bekerja, Alamat: Jln. Minangkabau Dalam No. 27 RT 005/14 Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan Diagnosa masuk : STEMI 2. Riwayat penyakit sekarang Alasan utama MRS : Pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas, orthopnea. Sesak-sesak mulai 3 hari yang lalu sebelum MRS, memberat, mual, muntah, demam. Keluhan utama : Saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Pada hari perawatan ke 4 tanggal 1-12-2005 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang sama. Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang penyakit dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada pengkaji. Upaya yang telah dilakukan : Istirahat dan berobat ke RSCM. Saat pengkajian pasien dan keluarga mengikuti prosedur perawatan yang diberikan, namun keluarga menolak untuk merawat penderita di ICCU dengan alasan tidak ada biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut bila terjadi sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak melakukan tindakan medis yang memerlukan biaya terlalu besar seperti bila ada kemungkinan operasi jantung dan sebagainya. Terapi/operasi yang pernah dilakukan: tidak ada. 3. Riwayat penyakit dahulu Pasien tidak pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke, asma, maag disangkal pasien, pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak ± 10 tahun yang lalu, kaki sering bengkak. Pasien menderita diabetes mellitus namun tidak terkontrol. Allergi terhadap makanan atau lainnya disangkal. 4. Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit keturunan : pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit keturunan (DM, HT, jiwa, dll). Genogram : pasien 5. Kesehatan lingkungan Sumber air dan air minum dari PAM, jamban dan sanitasi rumah bersih. 6. Pola-pola fungsi kesehatan

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Kasus Nama RS : Rumah Sakit Cipto MangunkusumaTanggal MRS : 28 – 11 – 2005 Jam : 21.28 wibTanggal pengkajian : 5 – 12 – 2005 Jam : 11.00 wib

PENGKAJIAN1. Identitas pasien

Tn. S, No. Rekam Medis : 296 82 95, umur 50 tahun, laki-laki, Islam, Betawi, kawin, tidak bekerja, Alamat: Jln. Minangkabau Dalam No. 27 RT 005/14 Menteng Atas Setia Budi Jakarta SelatanDiagnosa masuk : STEMI

2. Riwayat penyakit sekarang Alasan utama MRS :

Pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas, orthopnea. Sesak-sesak mulai 3 hari yang lalu sebelum MRS, memberat, mual, muntah, demam.

Keluhan utama :Saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Pada hari perawatan ke 4 tanggal 1-12-2005 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang sama. Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang penyakit dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada pengkaji.

Upaya yang telah dilakukan : Istirahat dan berobat ke RSCM. Saat pengkajian pasien dan keluarga mengikuti prosedur perawatan yang diberikan, namun keluarga menolak untuk merawat penderita di ICCU dengan alasan tidak ada biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut bila terjadi sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak melakukan tindakan medis yang memerlukan biaya terlalu besar seperti bila ada kemungkinan operasi jantung dan sebagainya.

Terapi/operasi yang pernah dilakukan: tidak ada.

3. Riwayat penyakit dahuluPasien tidak pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke, asma, maag disangkal pasien, pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak ± 10 tahun yang lalu, kaki sering bengkak. Pasien menderita diabetes mellitus namun tidak terkontrol. Allergi terhadap makanan atau lainnya disangkal.

4. Riwayat penyakit keluargaRiwayat penyakit keturunan : pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit keturunan (DM, HT, jiwa, dll).Genogram :

pasien

5. Kesehatan lingkunganSumber air dan air minum dari PAM, jamban dan sanitasi rumah bersih.

6. Pola-pola fungsi kesehatan

Page 2: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehatSebelum MRS, kebiasaan merokok 2 bungkus Dji sam soe/hari, mengkonsumsi jamu cina untuk darah tinggi beli bebas bila merasa pusing dan tidak enak badan, tidak pernah minum alcohol. Olah raga/gerak badan tidak pernah. Saat MRS, tidak merokok, tidak minum jamu dan pembatasan aktivitas.

b. Pola nutrisi dan metabolismeSebelum MRS pasien makan 3 x/hari komposisi nasi, lauk, sayur, tidak suka buah, dan minum kopi (sehari 3 – 4 x/hari) serta air putih setelah makan, saat MRS pemenuhan nutrisi Diit jantung II bubur saring 1700 kal/24 jam, minum 500 cc/24 jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh: postur tubuh gemuk, keadaan rambut bersih, BB 87 Kg, TB 175 cm, pengetahuan tentang nutrisi cukup

c. Pola eliminasiSebelum MRS, BAB 1 x/hari, warna, bau dan konsistensi dalam batas normal (dbn), keluhan tidak ada. BAK 3 – 4 x/hari, warna dan karakteristik urin dbn, keluhan tidak ada. Saat MRS, BAB 1 x/hari, warna, bau dan konsistensi dalam batas normal (dbn), keluhan tidak ada. BAK menggunakan dower kateter, tercatat 1000 cc/24 jam, warna dan karakteristik urin dbn, keluhan tidak ada.

d. Pola tidur dan istirahatSebelum MRS, tidur 1 – 2 x/hari, 6 - 8 jam/hari, keluhan tidak ada. Saat MRS, tidur 3 – 4 x/hari, 8 - 12 jam/hari, keluhan tidak ada.

e. Pola aktivitasSebelum MRS, pasien tidak pernah dan tidak mau olah raga. Setiap hari hanya beraktifitas ringan karena mudah lelah dan mengantuk. Saat MRS, pasien dibatasi aktivitasnya dengan melakukan rehabilitasi jantung setiap hari, miring kiri miring kanan (pada saat pengkajian pasien sudah mulai duduk dan berjalan jarak dekat)

f. Pola sensori dan kognitifSensori :

Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran, daya penglihatan dbn. Selain itu saat MRS ditemukan nyeri dengan karakteristik nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus. Saat pengkajian tidak ditemukan nyeri.

Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat, dan waham dbn.

g. Pola penanggulangan stressPasien dan istri tidak bekerja, perekonomian keluarga ditunjang oleh anak-anaknya yang sudah bekerja. Alasan tidak bekerja karena mudah lelah sehingga pasien selalu dirumah dan tidak melakukan aktivitas pekerjaan berat hanya beribadah saja dirumah. Menurut keluarga pasien sulit untuk diberitahu tentang menjaga kebugaran dan kesehatan seperti untuk menghentikan/mengurangi rokok dan mau berolahraga serta menjaga konsumsi makanan. Saat MRS pasien mengetahui tentang sumber pembiayaan dari anak-anaknya, namun pasien tidak diberitahu oleh keluarga tentang pinjaman dari orang lain untuk pembiayaan saat ini karena takut pasien menjadi stress dan bertambah cemas.

h. Pola tata nilai dan kepercayaanPasien pemeluk agama Islam yang taat. Pasien selalu menjalankan ibadah dirumah dan lingkungan terdekat yang mudah dijangkau saja. Pada saat MRS pasien pasrah dan tetap berdoa semampunya pada kesembuhannya.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

7. Pemeriksaan fisik1. Status kesehatan umum

Kesadaran komposmentis, suara bicara jelas, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu tubuh 36◦C, pernapasan 30 X/menit, nadi 100 X/menit, reguler

2. Sistem integumentTurgor kulit elastis, tidak tampak pucat, permukaan kulit lembab, rambut bersih, kuku dbn.

3. Kepala

Normo cephalic, simetris, nyeri kepala dan trauma kepala tidak ada.

4. MukaSimetris, odema, otot muka dan rahang dbn.

5. MataAlis mata, kelopak mata, konjuktiva tidak anemis, sclera, bola mata dbn.

6. TelingaSecret, serumen, benda asing, membran timpani dbn.

7. HidungDeformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada

8. Mulut dan faringLidah parese dan tremor tidak ada, mukosa lembab dbn.

9. LeherSimetris, dbn

10. ThoraksSimetris, dada statis dan dinamis, pernapasan abdominal thorakal

11. ParuInspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pencembungan dan penarikan

abnormalPalpasi : Pergerakan simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal depan dan

belakang, kanan dan kiriPerkusi : Sonor dikedua lapang paruAuskultasi : Vesikuler, suara tambahan, suara gerak pleura, suara bisik, suara

percakapan dalam batas normal. Ronchi basah halus +/+, wheezing -/-

12. JantungInspeksi : Iktus tidak tampak, pulsasi tidak tampakPalpasi : Iktus tidak teraba, getaran (thrill) tidak ada, JVP 5 – 2 cm,

capillary refill 2 – 3 detikPerkusi : Batas kanan dan kiri tidak jelas karena pasien gemukAuskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, terdengar murmur, gallop tidak

ada

13. AbdomenLemas, nyeri tidak ada, membuncit, H/L sulit dinilai bising usus ⊕ dbn. Tidak terdapat distensi kandung kemih.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

14. Inguinal-Genitalia-Anus Dalam batas normal

15. EkstrimitasAkral hangat edema +/+ pretibial.

16. Tulang belakangDalam batas normal

8. Pemeriksaan penunjanga. Laboratorium

Tanggal : 28-11-2005Hematology Rutin Hb : 13,6 (13 – 16 g/dl)Leuko : 18.600 (5.000 – 10.000 /ul)

Hematokrit : 40 (40 – 48 %)Trombosit : 423.000 (150.000–400.000 /ul)

MCV : 86 (82 – 92 fl)MCH : 29 (27 – 31 pg)MCHC : 34 (32 – 36 g/dl)

Urinalisis Sediment

Sel epitel : +Leukosit : 0 – 2 Eritrosit : 0 – 1 Silinder : -Kristal : -Bakteri : -

Berat jenis :1.015 (1003 – 1030)pH : 5.0 (4,5 – 8,0)Protein : -Glukosa : -Darah : -Bilirubin : -Urobilinogen : 0,2Nitrit : - (negative)Kimia darahUreum : 12 (20 – 40 mg/dl)Kreatinin : 0,8 (0,5 – 1,5 MG/DLSGOT : 350 (< 25 u/l)SGPT : 99 Duplo (< 20 u/l)Albumin : 4,2 (4 – 5,2 gr/dl)Glukosa darah sewaktu : 151(70 – 200 mg/dl)Elektrolit Natrium : 144 (135 – 147 meq/l)Kalium : 3,7 (3,50 – 550 meq/l)Clorida : 103 (100 – 106 meq/l)

Tanggal : 29-11-2005 jam 00.03APTT : 18,7 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,7

Tanggal : 29-11-2005 jam 10.02APTT : 33,2 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,1

Tanggal : 30-11-2005 jam 00.03APTT : 97,4 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,1

Tanggal : 30-11-2005 jam 07.05APTT : 39,7 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 38,8

Tanggal : 30-11-2005 jam 18.00

APTT : 34,4 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 38,8

Tanggal : 1-12-2005 jam 06.00APTT : 31,9 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 38,8

Tanggal : 1-12-2005 jam 09.00CK : 313 (25 – 195 u/l)CKMB : 40 (0 – 25 u/l)

Tanggal : 1-12-2005 jam 18.00APTT : 21,9 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 31,1

Tanggal : 1-12-2005 jam 23.00APTT : 35,0 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 31,1

Tanggal : 2-12-2005 jam 06.00APTT : 21,5 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 31,1

Tanggal : 2-12-2005 jam 19.00APTT : 32,8 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,6

Tanggal : 3-12-2005 jam 06.00APTT : 32,2 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,6

Tanggal : 3-12-2005 jam 12.00APTT : 73,6 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,6

Tanggal : 3-12-2005 jam 18.00APTT : 62,8 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,6

Tanggal : 3-12-2005 jam 23.00APTT : > 300 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,6

Tanggal : 4-12-2005 jam 06.00PT : 13,0Control : 13,8APTT : 38,1 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,6

Tanggal : 4-12-2005 jam 18.00APTT : 32,7 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,2

Tanggal : 5-12-2005 jam 06.00APTT : 31,9 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 35,2

Page 5: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Tanggal : 5-12-2005 jam 18.00APTT : 54,3 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 31,8

Tanggal : 6-12-2005 jam 06.00APTT : 31,7 (27,3 – 41,0 dtk)Control : 31,8

b. RadiologyTanggal : 29-11-2005 jam 11.30Hasil/kesan : CTR > 50%

c. ECGTanggal : 28-11-2005 jam 21.30Hasil/kesan : sinus tachycardia with occasional and consecutive premature, ventricular complexes, LAD, incomplete right bundle branch block, antero septal infarct, age, undetermined, abnormal ECG.

Tanggal : 6-12-2005 jam 10.00Hasil/kesan : sinus tachycardia, HR 100 x/mnt, regular, LAD, incomplete right bundle branch block, antero septal ischemic, abnormal ECG.

d. ECHOCARDIOGRAM Tanggal : 5-12-2005 jam 13.00Hasil/kesan : Aortic root dilatasi, dilatasi LV, aneurisme LV, penurunan fungsi sitolik, gangguan diastolic (relaksasi)

9. Terapi a. DietNo Tanggal Jenis diet Jumlah kalori Penyajian Ket1 28-11-05 Diet jantung II 1700 kal/24 jam Bubur saring2 5-12-05 Diet jantung II 1700 kal/24 jam Nasi

Page 6: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

ANALISA DATA TGL DATA ETIOLOGI MASALAH

5-12-05 Subyek• Pasien menanyakan tentang

kondisi saat ini• Pasien bertanya tentang

lamanya perawatan dan bertanya kapan bisa pulang

Obyek • Pasien STEMI dengan DM

hari ke 8 perawatan • Keadaan umum compos

mentis• Sebelumnya pengetahuan

tentang penyakitnya (nyeri dada) tidak ada (dulu tidak pernah merasa nyeri seperti ini)

• Pasien sudah tidak nyeri dada, keringat dingin, sesak napas, orthopnea tidak ada

• Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit, regular, Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur & gallop tidak ada, JVP 5 – 2 cm, capillary refill 2 – 3 detik

• Paru sonor, vesikuler rh basah halus +/+, wheezing -/-, RR 24 x /mnt

• Akral hangat edema +/+ pretibial

• Pembatasan aktivitas dan sudah dimulai rehabilitasi jantung

Ancaman/perubahan kesehatan dan status

sosioekonomið

peningkatan ketegangan, gelisah, wajah tegang

ðcemas

• Cemas

Perubahan frekuensi, irama, konduksi electrical,

peningkatan tahanan vaskuler sistemik

ðpenurunan preload

• Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

penurunan perfusi organ, peningkatan natrium/retensi

airð

kelebihan volume cairan

• Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan

kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi

penyakit jantung kebutuhan perawatan diri

ðkebutuhan pengetahuan

• Kebutuhan pengetahuan (belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan

6-12-05 Subyek• Pasien masih menanyakan

tentang kondisi saat ini• Pasien menanyakan

bagaimana perawatan dirumah

Obyek • Pasien STEMI dengan DM

hari ke 9 perawatan • Keadaan umum compos

mentis• Pasien sudah tidak nyeri

dada, Keringat dingin, sesak napas, orthopnea tidak ada.

• Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, regular, Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur & gallop tidak ada, JVP 5 – 2 cm, capillary refill 2 – 3 detik

• Paru sonor, vesikuler rh basah halus +/+, wheezing -/-, RR 20 x /mnt

• Akral hangat edema +/+ pretibial

• Pembatasan aktivitas dan sudah dimulai rehabilitasi jantung

Ancaman/perubahan kesehatan dan status

sosioekonomið

cemas

• Cemas

perubahan frekuensi, irama, konduksi electrical,

peningkatan tahanan vaskuler sistemik

ðpenurunan preload

• Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

penurunan perfusi organ, peningkatan natrium/retensi

airð

kelebihan volume cairan

• Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan

kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi

penyakit jantung dan status kesehatan akan datang,

kebutuhan perubahan pola hidup, tidak mengenal terapi

pascaterapi, kebutuhan perawatan diri

ðkebutuhan pengetahuan

• Kebutuhan pengetahuan (belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan, perawatan lanjut

7-12-05 Subyek• Pasien menanyakan tentang

kondisi saat ini• Pasien menanyakan

bagaimana perawatan

kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi

penyakit jantung dan status kesehatan akan datang,

kebutuhan perubahan pola

• Kebutuhan pengetahuan (belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan, perawatan lanjut

Page 7: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

dirumah dan bila terjadi serangan nyeri lagi

Obyek • Pasien STEMI dengan DM

hari ke 10 perawatan • Keadaan umum compos

mentis• Pasien sudah tidak nyeri

dada, Keringat dingin, sesak napas , orthopnea .

• Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, regular, Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur , gallop, RR 20 x /mnt

hidup, tidak mengenal terapi pascaterapi, kebutuhan

perawatan dirið

kebutuhan pengetahuan

Page 8: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

b. Obat-obatan.No Nama obat Dosis Pharmakokinetik Indikasi Kontra indikasi Efek samping Nursing intervensi1 Heparin 5.000 iu

dilanjutkan 20.000 iu

Cara pemberian parenteral dosis awal 5.000 iu dilanjutkan dengan drip 1000 iu atau 20.000 – 30.000 iu/24 jam

Heparin adalah mukopolisacharide yang menghambat bekuan darah dengan mengubah protrombin menjadi trombin. Heparin juga menghambat agregasi platelet oleh trombin.

Untuk pencegahan tromboemboli di vena dan arteri. Tetapi lebih efektif bila digunakan untuk pengobatan tromboemboli di vena. Juga digunakan untuk pengobatan MCI, CVD, unstable angina pectoris, dan disseminasi intravaskuler coagulophaty (DIC)

Pasien dengan kecenderungan terjadi perdarahan, gastric ulcer defesiensi vitamin K, gagal ginjal atau hati, dan atau pasien yang baru menjalani bedah otak atau spinal cord. Tidak dianjurkan bagi pasien dengan hipertensi malignan, TBC aktif atau pasien dengan kecanduan alcohol.

Meski jarang , tetapi bias timbul gejala mual, muntah dan skin rush.

Pantau nilai APTT tiap 6 jam dimana nilai APTT berkisar antara 1,5 – 2,5 kali nilai control.

Observasi adanya mual, muntah, diare, kemerahan kulit

2 Ascardia 1 x 6 mg3 D5% 250 cc4 Pethidin 50 g5 Diazepam 1 x 5 mg6 Lasix 1 x 2 amp Penentuan dosis adalah

berat badan pasien harian, tanda dan gejala klinis, keadaan fungsi ginjal.

Penurunan volume Menghambat

reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal

Antagonis terhadap aldosteron.

Untuk daya kerja cepat dan kuat

Hanya digunakan bila thiazide tidak berhasil

Gout Diketahui positif

terhadap obat turunan sulfonamide

Gangguan fungsi ginjal berat

Dapat mengakibatkan diuresis berat dengan hiponatremia, hipokalemia, alkalosis hipokloremia dan kolaps sirkulasi.

adanya mual, muntah, diare, kemerahan kulit, pruritus, pandangan kabur, hipotensi postural, vertigo, kehilangan pendengaran

Pantau kehilangan elektrolit. Pahami daya kerja lasix yang kuat dan cepat.

Perlunya cairan pengganti. Observasi adanya mual, muntah, diare,

kemerahan kulit, pruritus, pandangan kabur, hipotensi postural, vertigo, kehilangan pendengaran

Furosemide secara kimia berhubungan dengan sulfonamide, perhitungkan adanya alergi silang.

Berikan pada pagi hari untuk mencegah terjadinya nocturia dan kurang tidur yang diakibatkan.

Beberapa pasien merasa membaik dengan meminum diuretic saat akan tidur untuk mencegah dispneu nocturnal paroksimal.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

7 ISDN 5 mg SL8 Dulcholax9 Oksigen 2 – 3 l/mnt Penurunan PaO2

(<70 mmHg), SaO2 < 90%

Keadaan lain seperti gagal napas akut, syok

Mengurangi kerusakan jaringan yang meluas

Penting pada pasien yang mengalami gangguan sirkulasi atau napas akut

Page 10: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

RENCANA KEPERAWATAN

TGL. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN RENCANA TINDAKAN NAMA

PARAF5-12-05 1. Cemas berhubungan

dengan perubahan kesehatan dan status sosioekonomi

Mengenal perasaannya Mengidentifikasi penyebab, factor yang

mempengaruhi Menyatakan penurunan kecemasan Mendemonstrasikan ketrampilan pemecahan masalah

positif

Mandiri1. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/situasi2. Catat adanya kegelisahan, menolak, dan atau menyangkal3. Pertahankan gaya percaya kepada pasien4. Kaji tanda verbal/non verbal kecemasan dan tinggal dengan pasien. Lakukan tindakan bila pasien

menunjukan perilaku merusak5. Terima pendapat pasien tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. Hindari

konfrontasi6. Orientasikan pasien/orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan.

Tingkatkan partisipasi bila mungkin.7. Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten, ulangi sesuai indikasi8. Dorong pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan

dan masalah9. Berikan periode istirahat/waktu tidur tidak terputus, lingkungan tenang, dengan tipe control

pasien, jumlah rangsang eksternal.10. Dukung kenormalan proses kehilangan, melibatkan waktu yang perlu untuk penyelesaian 11. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat12. Dorong kemandirian, perawatan sendiri, dan pembuatan keputusan dalam rencana pengobatan13. Dorong keputusan tentang harapan setelah pulang.Kolaborasi14. Berikan anticemas/hipnotik sesuai indikasi contoh, diazepam.

5-12-05 2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

1. Mempertahankan stabilitas hemodinamin (TD, curah jantung dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, penurunan/tidak adanya disritmia)

Mandiri 1. Auskultasi TD, bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur dan duduk2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi3. Cata terjadinya S3, S4, murmur dan gallop4. Auskultasi bunyi napas5. Pantau frekuensi jantung dan irama.6. Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan tepatKolaborasi 7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi8. Pertahankan cairan masuk IV/heparin sesuia indikasi9. Kaji ulang seri EKG10. Kaji foto dada11. Pantau data laboratorium, enzim jantung, GDA, elektrolit

Page 11: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

12. Berikan obat antidisritmia sesuai indikasi5-12-05 3. Resiko tinggi terhadap

kelebihan volume cairan

2. Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh TD dalam batas normal

3. Tidak ada distensi vena perifer dan edema dependen4. Paru bersih 5. Berat badan stabil.

Mandiri1. Auskultasi bunyi napas untuk adanya krekels2. Catat adanya edema dependen3. Ukur intake dan output, catat penurunan output, sifat konsentrasi. Hitung keseimbangan cairan.4. Timbang berat badan setiap hari5. Pertahankan input total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskulerKolaborasi 6. Berikan diet natrium rendah/minuman 7. Berikan diuretic, contoh lasix8. Pantau kalium sesuia indikasi

5-12-05 4. Kebutuhan pengetahuan (belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan datang, kebutuhan perubahan pola hidup, tidak mengenal terapi pascaterapi, kebutuhan perawatan diri

Menyatakan pemahaman penyakit jantung, rencana pengobatan, tujuan pengebatan, dan efek samping/reaksi merugikan

Menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian cepat

Mengidentifikasi/merencanakan perubahan pola hidup yang perlu.

Mandiri 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat dan kemampuan/keinginan untuk belajar2. Waspada terhadap tanda penghindaran, contoh mengubah subyek dari informasi yangada atau

perilaku ekstrem (menolak/euphoria)3. Beikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi, tanya jawab, leaflet dll.4. Beri penguatan penjelasan factor resiko, pembatasan diet/aktifitas obat, dfan gejala yang

memerlukan perhatian medis cepat5. Dorong mengidentifikasi/penurunan factor resiko individu, contoh merokok dan kegemukan6. Peringatkan untuk menghindari aktifitas isometric yangdapat meningkatkan kerja jantung,

maneuver valsava, dan aktifitas yang memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.7. Kaji ulang program meningkatkan tingkat aktifitas. Didik pasien sehubungan dengan lanjutan

aktifitas secara bertahap, contoh jalan, kerja, rekreasi. Berikan pedoman untuk meningkatkan aktifitas secara bertahap dan instruksi sehubungan dengan fekuansi nadi target dan pengambilan nadi yang tepat.

8. Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan penurunan aktifitas dan pelaporan pada pemberi perawatan kesehatan

9. Tekankan pentingnya mengikuti perawatan dan mengidentifikasi sumber di masyarakat/kelompok pendukung, contoh program rehabilitasi jantung, yayasan jantung sehat.

10. Beri tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada, perubahan pola angina, atau terjadi gejala lain.

11. Tekankan pentingnya melaporkan terjadinya demam sehubungan dengan nyeri dada menyebar/tidak khas (pleural, pericardial) dan nyeri sendi.

Page 12: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. SNo. Rekam Medis : 296 82 95

Diagnosis Medis : STEMITanggal : 5 – 12 - 2005

JAM TD N S P

CVP

WSD

KSADARN

PEMASUKAN PENGELUARAN

ORAL

PARENTERAL

MUNTAH

NGT

BAK

BAB

WSD

NO JENIS TINDAKAN

WAKTU

P S MKET NAMA

PARAF

06.00

1 Latihan napas dalam V

07.00

2 Fisioterapi dada -

08.00

140/90

100 cc

D5% 250 cc 3 Memberi makan V V V Lihat diet

09.00

1 x

4 Memandikan V V Di temp. tidur

10.00

5 Perawatan mulut V

11.00

140/90

6 Kompres -

12.00

100 cc

7 Ubah posisi -

13.00

140/90

8 Latihan mobilisasi V Rehab jantung bertahap

14.00

9 Bantu eliminasi -

15.00

10

Kebersihan tempat tidur

V

16.00

100 cc

11

Rawat luka -

17.00

12

Komunikasi terapeutik

V

18.0

13

Pendidikan kesehatan V

Page 13: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

019.00

14

P/R/C O2 V R

20.00

100 cc

15

P/R/C NGT -

21.00

16

P/R/C Infus V R

22.00

17

P/R/C Dowwer Catheter

V R

23.00

18

Enema -

24.00

100 cc

19

Beri obat suntik V Lihat terapi

01.00

20

Beri obat oral V

02.0003.0004.0005.00

Jumlah 500 cc

250 cc 1000 cc

Jumlah total 750 cc 1500 ccCatatan :

V : Dikerjakan P: Pasang R: Rawat C: Cabut

Page 14: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. SNo. Rekam Medis : 296 82 95

Diagnosis Medis : STEMITanggal : 6 – 12 - 2005

JAM TD N S P

CVP

WSD

KSADARN

PEMASUKAN PENGELUARAN

ORAL

PARENTERAL

MUNTAH

NGT

BAK

BAB

WSD

NO JENIS TINDAKAN

WAKTU

P S MKET NAMA

PARAF

06.00

1 Latihan napas dalam V

07.00

2 Fisioterapi dada -

08.00

140/100

100 cc

D5% 250 cc 3 Memberi makan V V V Lihat diet

09.00

1 x

4 Memandikan V V Di temp. tidur

10.00

5 Perawatan mulut V

11.00

140/100

6 Kompres -

12.00

100 cc

7 Ubah posisi -

13.00

140/100

8 Latihan mobilisasi V Rehab jantung

bertahap14.00

9 Bantu eliminasi -

15.00

10

Kebersihan tempat tidur

V

16.00

100 cc

11

Rawat luka -

17.0

12

Komunikasi terapeutik

V

Page 15: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

018.00

13

Pendidikan kesehatan V

19.00

14

P/R/C O2 - C

20.00

100 cc

15

P/R/C NGT -

21.00

16

P/R/C Infus - C

22.00

17

P/R/C Dowwer Catheter

- C

23.00

18

Enema -

24.00

100 cc

19

Beri obat suntik V Lihat terapi

01.00

20

Beri obat oral V

02.00

03.00

04.00

05.00

Jumlah 500 cc

250 cc 1000 cc

Jumlah total 750 cc 1500 ccCatatan :

V : Dikerjakan P: Pasang R: Rawat C: Cabut

Page 16: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. SNo. Rekam Medis : 296 82 95

Diagnosis Medis : STEMITanggal : 7 – 12 - 2005

JAM TD N S P

CVP

WSD

KSADARN

PEMASUKAN PENGELUARAN

ORAL

PARENTERAL

MUNTAH

NGT

BAK

BAB

WSD

NO JENIS TINDAKAN

WAKTU

P S MKET NAMA

PARAF

06.00

1 Latihan napas dalam V

07.00

2 Fisioterapi dada -

08.00

140/100

100 cc

D5% 250 cc 3 Memberi makan V V V Lihat diet

09.00

1 x

4 Memandikan V V Di temp. tidur

10.00

5 Perawatan mulut V

11.00

140/100

6 Kompres -

12.00

100 cc

7 Ubah posisi -

13.00

140/100

8 Latihan mobilisasi V Rehab jantung bertahap

14.00

9 Bantu eliminasi -

15.00

10

Kebersihan tempat tidur

V

16.00

100 cc

11

Rawat luka -

17.0

12

Komunikasi terapeutik

V

Page 17: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

018.00

13

Pendidikan kesehatan V

19.00

14

P/R/C O2 -

20.00

100 cc

15

P/R/C NGT -

21.00

16

P/R/C Infus -

22.00

17

P/R/C Dowwer Catheter

-

23.00

18

Enema -

24.00

100 cc

19

Beri obat suntik V Lihat terapi

01.00

20

Beri obat oral V

02.0003.0004.0005.00

Jumlah 500 cc

250 cc 1000 cc

Jumlah total 750 cc 1500 ccCatatan :

V : Dikerjakan P: Pasang R: Rawat C: Cabut

Page 18: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

EVALUASI

Tanggal CATATAN PERKEMBANGAN NAMAPARAF

5-12-200513.00 wib

S : • Pasien sudah mengerti tentang kondisinya saat ini

O : • Pasien STEMI dengan DM hari ke 8 perawatan • Keadaan umum compos mentis• Sebelumnya pengetahuan tentang penyakitnya (nyeri dada) tidak

ada • Pasien sudah tidak nyeri dada, keringat dingin, sesak napas,

orthopnea tidak ada. • Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit• Pembatasan aktivitas dan sudah dimulai rehabilitasi jantung

A : Keluarga membantu meyakinkan pasien untuk mengenal penyakit, perawatan dan pengobatan

P : Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/ situasi

Catat adanya kegelisahan, menolak, dan atau menyangkal Kaji tanda verbal/non verbal kecemasan dan tinggal dg pasien. Dorong pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan

dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat Dorong kemandirian, perawatan sendiri, dan pembuatan

keputusan dalam rencana pengobatan Dorong keputusan tentang harapan setelah pulang.

I

: Melakukan komunikasi terapeutik Memberikan penguatan kepada pasien dan informasi konsisten. Berikan periode istirahat/waktu tidur tidak terputus, lingkungan

tenang, dengan tipe control pasien, jumlah rangsang eksternal

Page 19: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

6-12-2005 S : • Pasien menanyakan kembali tentang kondisi saat ini• Pasien dan keluarga sudah paham dengan perawatan dirumah

O : • Pasien STEMI dengan DM hari ke 9 perawatan • Keadaan umum compos mentis• Pasien sudah tidak nyeri dada, keringat dingin, sesak napas,

orthopnea tidak ada• Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit• Pembatasan aktivitas dan sudah dimulai rehabilitasi jantung

A : Dukungan keluarga pada kesembuhan pasien tinggi. Pasien sudah melakukan rehabilitasi jantung dengan duduk

ditempat tidur dan berdiri tanpa berjalan.

P : Kaji ulang tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat dan kemampuan/keinginan untuk belajar

Beri penguatan kembali tentang kejelasan factor resiko, pembatasan diet/aktifitas obat, dan gejala yang memerlukan perhatian medis cepat

Kaji ulang program meningkatkan tingkat aktifitas mandiri Tekankan kembali pentingnya mengikuti perawatan dan

mengidentifikasi sumber di masyarakat/kelompok pendukung, contoh program rehabilitasi jantung, yayasan jantung sehat.

Beri tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada, perubahan pola angina, atau terjadi gejala lain.

I : Melakukan komunikasi terapeutik Memberikan penguatan kepada pasien dan informasi konsisten. Membantu rehabilitasi jantung dengan memberikan penyuluhan

tentang pergerakan tubuh.

7-12-2005 S : • Pasien mengatakan bahwa ia diperbolehkan pulang besok tanggal 8-12-2005

O : • Pasien STEMI dengan DM hari ke 10 perawatan • Keadaan umum compos mentis• Pasien sudah tidak nyeri dada, keringat dingin, sesak napas,

orthopnea tidak ada. • Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit

A : Pasien sudah diperbolehkan pulang, tetapi pasien harus menjalani beberapa tes dulu seperti echo, EKG, dan laboratorium APTT

P : Kaji ulang program meningkatkan tingkat aktifitas. Beri tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada,

perubahan pola angina, atau terjadi gejala lain.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Patofisiologi

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat

suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab

penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena

aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan

aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap

kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

jantung.

Banyak penelitian menunjukan pasien dengan infark miokardium biasanya

pria, diatas 40 tahun, dan mengalami aterosklerosis pada pembuluh koronernya,

sering disertai hipertensi arterial. Serangan juga terjadi pada wanita dan pria muda

diawal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan merokok

mempunyai resiko sangat tinggi. Namun secara keseluruhan, angka kejadian infark

miokardium pada pria lebih tinggi dibanding wanita pada semua usia.

Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian

bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan

terasa semakin berat sampai tak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, bisa

menyebar ke bahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri

ini muncul secara spontan (bukan setelah bekerja berat atau gangguan emosi) dan

menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan

istirahat maupun nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri menjalar ke dagu dan leher,

nyeri sering disertai dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan

kepala ringan, mual serta muntah.

Pasien dengan diabetes mellitus beresiko menjadi MCI karena timbulnya

aterosklerosis pada pembuluh darah. Komplikasi jangka panjang diabetes dapat

menyerang semua system organ dalam tubuh. Katagori komplikasi kronis diabetes

yang lazim digunakan adalah penyakit makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan

neuropati. Penyebab yang spesifik dan patogenesis setiap jenis komplikasi masih

terus diselidiki. Namun peningkatan kadar glukosa darah tampaknya berperan dalam

terjadinya kelainan neuropatik, komplikasi mikrovaskuler, dan sebagai factor resiko

timbulnya komplikasi makrovaskuler. Komplikasi jangka panjang tampak pada

diabetes tipe I maupun II dan biasanya tidak terjadi dalam 5 – 10 tahun pertama

setelah diagnosis diabetes ditegakkan. Penyakit (mikrovaskuler) renal lebih sering

terjadi pada pasien diabetes tipe I sementara komplikasi (makrovaskuler)

kardiovaskuler lebih sering dijumpai di antara pasien-pasien diabetes tipe II yang

lebih tua. Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada

diabetes.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Perubahan ini serupa dengan yang terlihat pada pasien-pasien nondiabetik,

kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi pada usia yang lebih

muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe

penyakit makrovaskuler dapat terjadi, tergantung pada lokasi lesi aterosklerotik.

Khususnya pada penyakit arteri koroner, perubahan aterosklerotik dalam pembuluh

arteri koroner menyebabkan peningkatan inseden infark miokard pada penderita

diabetes (dua kali lebih sering pada laki-laki dan tiga kali lebih sering pada wanita).

Salah satu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang diderita oleh pasien diabetes

adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. Jadi pasien mungkin tidak

memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat

mengalami infark miokard asimtomatik (“silent”) dimana keluhan sakit dada atau

gejala khas lainnya tidak dialaminya. Infark miokard asimtomatik ini hanya dijumpai

melalui pemeriksaan elektrokardiogram. Kurangnya gejala iskemik ini disebabkan

oleh neuropati otonom.

Ada factor-faktor tertentu yang berkaitan dengan percepatan aterosklerotic.

Seperti yang terjadi pada kasus. Factor-faktor ini mencakup kenaikan kadar lemak

darah, hipertensi, kebiasaan merokok, obesitas, kurangnya latihan dan riwayat

keluarga (genetic)

Etiologi Riwayat diabetes melitus

Perubahan aterosklerotic pada pembuluh darah, Aliran darah koroner berkurang

Kenaikan kadar lemak

Hipertensi merokok Obesitas Kurang latihan dan gerak Genetic

Suplai darah tidak adekuat

Rusaknya jaringan jantung

Nyeri dada(Dengan riwayat DM terjadi neuropati

sehingga menumpulkan nyeri

Perubahan perfusi jaringan

Pola napas tidak efektif

Peningkatan tahanan vaskuler sistemik

Cairan berlebihcurah jantung menuru

Penurunan perfusi organ

Kelebihan volume cairan

Intoleransi aktifitas

Ketidakseimbangan suplai O2 miokard dan

kebutuhan

Ancaman atau perubahan kesehatan dan status sosioekonomi

Cemas

Kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan datang

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan

Page 22: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Penatalaksanaan

Evaluasi diagnostic. Diagnosis infark miokardium biasanya berdasarkan pada

riwayat penyakit sekarang, elektrokardiogram (ECG), dan serangkaian enzim serum.

Prognosis tergantung pada beratnya obstruksi arteri dan dengan sendirinya banyaknya

kerusakan jantung. Pemeriksaan fisik selalu dilakukan, namun hal ini tidak cukup

untuk menegakkan diagnosis.

Riwayat pasien. Pengambilan riwayat pasien dilakukan dalam dua tahap: (1)

riwayat penyakit sekarang, dan (2) riwayat penyakit dahulu serta riwayat kesehatan

keluarga, khususnya yang berhubungan dengan insiden penyakit jantung dalam

keluarga. Riwayat terdahulu sering dapat memberikan informasi penting mengenai

faktior resiko yang dimiliki pasien terhadap penyakit jantung koroner. Riwayat

penyakit sekarang (missal awitan dan gambaran nyerinya) pada beberapa kasus dapat

menyimpulkan diagnosis infark miokardium.

Pada kasus, riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut, pasien

mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus tidak hilang

dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas, orthopnea. Sesak-sesak mulai 3 hari

yang lalu sebelum MRS, memberat, mual, muntah, demam. Pada riwayat penyakit

dahulu, pasien tidak pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke, asma, maag

disangkal pasien, pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak ± 10 tahun

yang lalu, kaki sering bengkak. Pasien menderita diabetes mellitus namun tidak

terkontrol. Allergi terhadap makanan atau lainnya disangkal. Sedangkan riwayat

keluarga, pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit seperti diabetes dan

hipertensi.

Riwayat pasien tersebut memberikan data subjektif. Data tersebut juga

ditunjang dengan intepretasi ECG dan pemeriksaan rangkaian enzim.

Elektrokardiogram. ECG memberikan informasi mengenai elektrofisiologi

jantung. Melalui pembacaan dari waktu ke waktu dapat dipantau perkembangan dan

resolusi suatu infark. Lokasi dan ukuran relative infark dapat juga ditentukan dengan

ECG.

Hasil pembacaan awal saat pasien MRS tanggal 28-11-2005 adalah sinus

tachycardia with occasional and consecutive premature, ventricular complexes, LAD,

incomplete right bundle branch block, antero septal infarct, age, undetermined,

abnormal ECG. Dan pada tanggal 6-12-2005 jam 10.00, sinus tachycardia, HR 100

x/mnt, regular, LAD, incomplete right bundle branch block, antero septal ischemic,

abnormal ECG.

Enzim dan isoenzim serum. Hasil laboratorium Kreatinin kinase (CK), dengan

nilai rujukan dewasa pria 5 – 35 ïg/ml, 25 – 195 u/l, CKMB 0 – 25 u/l. Merupakan

Page 23: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

enzim berkonsentrasi tinggi yang terdapat dalam jantung dan otot rangka, dan dalam

konsentrasi rendah terdapat dalam jaringan otak. CK mempunyai 2 tipe isoenzim: M,

berhubungan dengan otot-otot, dan B, berhubungan dengan otak. Elektroforesis

memisahkan isoenzim menjadi 3 bagian. MM (pada otot rangka dan beberapa pada

jantung), dan MB (pada jantung), BB (pada jaringan otak). Jika CK meningkat,

elektroforsis CK dilakukan untuk menentukan kelompok isoenzim mana yang

meningkat. Isoenzim CK-MB dapat merupakan indikasi adanya kerusakan sel

miokard. Serum CK dan CK-MB meningkat dalam 4 – 6 jam setelah serangan infark

miokard, mencapai puncaknya dalam 12 – 24 jam (> 6 kali nilai normal), dan

kemudian kembali normal dalam 3 – 4 hari, kecuali bila ada nekrosis baru atau terjadi

kerusakan jaringan. Nilai CK dan CK-MB yang tinggi merupakan indakasi kerusakan

jantung yang luas. Obat-obatan yang dapat meningkatkan nilai CK dalah injeksi IM,

deksametason (Decadron), furosemida (lasix), aspirin (dosis tinggi), ampicilin,

karbencilin, klofibrat.

Laktat dehidrogenase (LDH) kurang bisa dipecaya sebagai indicator

kerusakan jantung akut seperti CK. Tetapi karena reaksinya lebih lambat dan

meningkat lebih lama dari enzim jantung lainnya, LDH sangat berguna untuk

mendiagnosa infark miokardium pada pasien yang mungkin mengalami infark

miokardium akut tetapi terlambat dibawa ke rumah sakit. Ada lima macam isoenzim

LDH, tetapi hanya 2 yang penting untuk mendiagnosis infark miokardium akut.

LDH1 normal kadarnya lebih rendah dari LDH2. Apabila presentasi LDH1 melebihi

LDH2, maka keadaan ini disebut “terbalik” menunjukan adanya infark miokardium

akut.

Pada kasus tanggal 1-12-2005 jam 09.00 didapatkan CK : 313 (25 – 195 u/l),

CKMB: 40 (0 – 25 u/l). Dan merupakan perawatan hari ke 4, pada saat itu terjadi

serangan nyeri dada berulang. Pasien tidak diperiksakan LDH, karena sudah cukup

dengan CK dan CKMB.

Hasil laboratorium lainnya yang perlu dicermati pada kasus adalah nilai

leukosit. Pada kasus didapat nilai leukosit 18.600 dengan nilai rujukan (5.000 –

10.000 /ul). Leukosit dibagi menjadi 2 kelompok, leukosit polimorfonuklear

(neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan leukosit mononuclear (monosit dan limfosit).

Leukosit adalah bagian dari system pertahanan tubuh, leukosit akan segera bereaksi

terhadap benda asing yang masuk dan membuat mekanisme pertahanan. Peningkatan

jumlah leukosit disebut leukositas dan penurunan disebut leucopenia. Terjadinya

peningkatan kadar dikarenakan antara lain pada infeksi akut (pneumonia, meningitis,

apendiksitis, colitis, peritonitis, pankreatitis, pielonefritis, tuberculosis, tonsillitis,

divertikulitis, septicemia, reumatik (demam), nekrosis jaringan (infark miokard,

Page 24: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

sirosis hepatic, luka baker, kanker, emfisema, ulkus peptikum), leukemia, penyakit

kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit, penyakit parasitic, stress (pembedahan,

demam, gangguan emosi), histamine. Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai

leukosit adalah aspirin, antibiotic (ampicilin, eritromicin, kanamisin, metisilin,

tetrasiklin, vankomisin, streptomisin) komponen emas, prokainamid (pronestil),

triamteren (dyrenium), alopurinol, kalium yodin, hidantion deriatif, sulfonamide

(kerja lama), heparin, digitalis, epineprin dan litium.

Kemudian trombosit, dengan nilai rujukan dewasa 150.000 – 400.000 ïL (rata-

rata 250.000 ïL), pada kasus nilai trombosit adalah 423.000 ïL. Trombosit merupakan

elemen-elemen dasar dalam darah yang meningkatkan koagulasi. Jumlah trombosit

yang rendah (trombositopenia) berhubungan dengan perdarahan, dan peningkatan

jumlah trombosit (trombositosis) dapat menyebabkan peningkatan pembekuan. Obat-

obat yang dapat menurunkan jumlah trombosit adalah aspirin, kloromisetin,

sulfonamide, quinidin, diuretic thiazid, fenilbutazolidin, kemoterapi, tolbutamid

(orinase).

Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) plasma dengan nilai rujukan

20 – 35 detik, merupakan pemeriksaan skrining yang digunakan untuk mendeteksi

defisiensi factor-faktor pembekuan darah kecuali factor VII dan VIII dan mendeteksi

variasi trombosit. APTT sangat bermanfaat dalam memonitor terapi heparin dan

bermanfaat dalam skrining praoperasi terhadap kecenderungan perdarahan. Terapi

antikoagulan 1,5 – 2,5 kali control dalam detik dalam arti bila APTT lebih dari 2,5

kali nilai control, kemungkinan terjadi perdarahan. Hasil APTT pada kasus sering

berubah.

Penatalaksanaan medis. Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil

kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.

Kerusakan jantung diperkecil dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan

antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian O2 dan

tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung. Obat-

obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplai O2, sementara tirah baring

dilakukan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator

utama bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai keseimbangan.

Farmakology. Ada tiga kelas obat-obatan yang biasanya digunakan untuk

meningkatkan suplai O2; vasodilator (khususnya nitrat), antikoagulan dan trombolitik.

Analgetik dapat menghilangkan nyeri namun tidak diketahui apakah bisa

memperbaiki aliran darah koroner secara langsung. Vasodilator pilihan untuk

mengurangi nyeri jantung adalah nitrogliserin (NTG) intravena. Karena dosis yang

berbeda pada setiap pasien, maka jumlah NTG yang diberikan ditentukan berdasar

Page 25: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

jumlah yang mampu menghilangkan nyeri, tetapi tetap mempertahankan tekanan

systole dalam batas parameter terapeutik untuk masing-masing pasien. Dosis

ditentukan berdasarkan berat badan dan diukur dalam milligram per kilogram berat

badan. NTG menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan

darah di perifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali ke jantung

(preload) dan mengurangi beban kerja (workload) jantung. Karena NTG juga bekerja

pada arteri, maka penurunan tekanan darah juga merupakan hasil yang diharapkan,

karena menyebabkan penurunana tekanan darah sistemik (afterload). Efek terapeutik

nitrat juga menjelaskan efek samping utama, yaitu hipotensi klinis.

Antikoagulan. Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu

mempertahankan integritas jantung. Hepain memperpanjang waktu pembekuan darah,

sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan thrombus dan selanjutnya

menurunkan aliran darah. Pada kasus pasien mendapatkan terapi heparin 5.000 iu

dilanjutkan 20.000 iu. Tanggal 6-12-2005 terapi ini sudah dihentikan.

Trombolitik. Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap thrombus

yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan dan juga luasnya

infark. Efektifnya obat ini diberikan pada awal awitan nyeri dada.

Oksigen. Pemberian terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri. Oksigen yang

dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektifitas terapeutik oksigen

ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan, dan pasien

mampu bernapas dengan mudah. Pasien mendapatkan 2 ltr/mnt sampai tanggal

6-12-2005.

Analgetik. Pemberian dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif diobati

dengan nitrat dan antikoagulan. Analgetik pilihan masih tetap morfin sulfat. Morfin

sulfat dapat menurunkan preload dan afterload dan merelaksasi bronkus sehingga

oksigenasi meningkat, maka tetap ada keuntungan terapeutik selain menghilangkan

nyeri pada obat ini.

Program rehabilitasi jantung. Tahap rehabilitasi yang perlu diketahui adalah

sebagai berikut:

Penjelasan umum

1. Mengendalikan emosi, hindari stress

2. Mengatur tidur dan istirahat

3. Membagi pekerjaan sehari-hari dan membuat jadwal kegiatan tiap minggunya,

agar tidak bekerja terus-menerus

4. Hindari aktivitas yang meregangkan atau harus menahan napas seperti mengejan

waktu buang air besar, mengangkat/menarik/mendorong benda berat, membuka

jendela yang macet.

Page 26: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

5. Diet. Pertahankan berat badan yang sesuai dengan tinggi badan, umur, jangan

kegemukan. Ikuti diet makanan yang dianjurkan. Makan 3 – 4 kali sehari, dengan

porsi kecil , makan perlahan-lahan. Istirahat 20 – 30 menit setelah makan, bila ada

program latihan, lakukan 1 – 2 jam setelah makan.

6. Hindari suhu yang terlalu panas/dingin

7. Hentikan rokok

8. Yang perlu diperhatikan:

a. Bila timbul nyeri dada

Hentikan aktifitas dan istirahat, tidur telantang

Bila nyeri tidak hilang dengan memakai obat (NTG) di bawah lidah,

segera ke dokter

b. Napas pendek

Hentikan aktifitas dan istirahat

Bila tidak hilang dengan obat (nitrogliserin) dibawah lidah, atau sesak

napas berat atau sesak napas timbul tanpa sebab, bawa ke dokter

c. Kegiatan seksual

Bila sudah diijinkan oleh dokter dan sesuai petunjuk.

d. Konsulasi sebelum pulang dari rumah sakit, yaitu tentang

1. Aktifitas sehari-hari di rumah.

2. Aktifitas hobi

3. Aktifitas bekerja

4. Aktifitas seksual

5. Aktifitas program nutrisi.

6. Menghindari dan memperbaiki factor resiko.

Sedangkan tahap rehabilitasi yang dapat diterapkan adalah sebagi berikut.

Tahap I : Ketika pasien berada di CCU; tingkat aktivitas tergantung pada

derajat MCI; pasien dapat beristirahat di tempat tidur atau di kursi,

perhatian di fokuskan pada manajemen nyeri, cemas, aritmia, dan

shok kardiogenik.Tahap II : Pada saat perpindahan dari CCU ke ruang perawatan lainnya (bila

pasien melewati masa akut). Diasumsikan bahwa aktivitas self care

dimulai pada saat pasien sudah keluar dari CCU. Informasi

diberikan dan pengajaran tentang aktifitas diberikan.Tahap III : Pada saat pemulihan kesehatan di rumah. Pasien dan keluarga untuk

mengkaji kembali dan merubah/menyesuaikan gaya hidup yang

lebih sehat. Program exercise dimulai, awalnya program jalan kaki,

Page 27: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

ditingkatkan pada minggu pertama dan minggu-minggu berikutnya.

Kemudian pasien ditest dengan treadmill pada sekitar 8 minggu

kemudian untuk menilai pemulihan miokordium.Tahap IV : Waktu pemulihan dan pemeliharaan. Keterlibatan pasien pada

komunitas rehabilitasi untuk meningkatkan kesehatan fisik.

Proses keperawatan

Pengkajian sistematis pasien mencakup riwayat yang cermat yang

berhubungan dengan gambaran: nyeri dada, sulit bernapas (dispneu, palpitasi,

pingsan (sinkop) atau keringat dingin (diaporesis). Masing-masing gejala harus

dievaluasi waktu dan durasinya, serta factor yang mencetuskan dan yang

meringankan.

Selain itu, pengkajian fisik yang lengkap dan tepat juga sangat penting untuk

mendeteksi adanya komplikasi. Parameter yangdigunakan adalah sebagai berikut.

Tingkat kesadaran. Pada kasus tingkat kesadaran kompos mentis. Tingkat

kesadaran adalah orientasi pasien terhadap waktu, tempat dan orang dipantau dengan

ketat. Terkadang terjadi perubahan status pengindraan mental akibat terapi medis atau

syok kardiogenik yang mengancam karena jantung tidak mampu memompa darah

yang cukup untuk oksigenasi otak. Karena pasien mungkin mendapatkan obat yang

mempengaruhi fungsi pembekuan darah, maka pengawasan adanya tanda-tanda

perdarahan otak adalah kewajiban perawat yang sangat penting. Dua perubahan yang

harus diwaspadai adalah bicara pelo dan suara mendengkur pasien yang lebih berat

pada saat tidur. Pasien yang mendapat pengobatan yang mempengaruhi pembekuan

darah harus dibangunkan sesering mungkin untuk mengkaji status mentalnya. Fungsi

motorik dan tingkat kesadaran diuji bersamaan melalui kemampuan merespon

perintah sederhana.

Nyeri dada. Pada setiap episode nyeri dada, harus dicatat EKG dengan 12

lead. Pasien juga ditanya mengenai beratya nyeri dengan skala angka 0 – 10, dimana

0 tidak nyeri dan 10 terapa nyeri paling berat.

Frekuensi dan irama jantung. Frekuensi dan irama jantung dipantau terus

menerus ditempat tidur dengan monitor jarak jauh. Frekuensi dipantau akan adanya

kenaikan dan penurunan yang tidak dapat dijelaskan; irama dipantau akan adanya

deviasi terhadap irama sinus. Awitan disritmia dapat menjadi petunjuk bahwa jantung

tidak cukup mendapat oksigen. Bila terjadi disritmia tanpa nyeri dada, maka

parameter klinis lain selain oksigenasi yang adekuat harus dicari, seperti kadar kalium

serum terakhir.

Page 28: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Bunyi jantung. Catat bunyi jantung yang tidak normal. Mencakup bunyi

jantung tiga (S3) yang disebut dengan gallop ventrikel dan bunyi jantung empat (S4)

yang disebut dengan gallop atrial atau presistolik. Biasanya setelah terjadi MCI akan

timbul bunyi S3. Bunyi tersebut dihasilkan saat darah dalam ventrikel menghantam

dinding yang tidak lentur dari jantung yang rusak. Deteksi dini S3 yang diikuti

penatalaksaan medis yang agresif dapat mencegah edema paru yang mengancam

jiwa. Murmur jantung atau friction rub pericardium dapat di dengar dengan mudah

sebagai bunyi tambahan. Adanya awitan murmur yang sebelumnya tidak ada dapat

menunjukkan perubahan fungsi otot miokard, sedang friction rub menunjukkan

adanya perikarditis.

Tekanan darah. tekanan darah diukur untuk menentukan respons terhadap

nyeri dan keberhasilan terapi, khususnya terapi vasodilator, yang dapat menurunkan

tekanan darah. penurunan tekanan nadi biasa terjadi setelah MCI. Volume sekuncup

dapat disimpulkan dari tekanan nadi. Penurunan tekanan nadi artinya terjadi

pengurangan volume sekuncup.

Denyut nadi perifer. Denyut nadi perifer dievaluasi frekuensi dan volumenya.

Perbedaan frekuensi denyut nadi perifer dan frekuensi denyut jantung menegaskan

adanya disritmia seperti fibrilasi atrium. Denyut nadi perifer paling sering dievaluasi

untuk menentukan kecukupan aliran darah ke ekstremitas. Pasien dengan MCI akut

rentan terhadap pembentukan thrombus di arteri perifer. Denyut nadi perifer yang

melemah bisa merupakan petunjuk bahwa sedang terjadi penyumbatan aliran darah.

Tempat infuse intravena sering diperiksa kelancarannya dan akan adanya tanda-tanda

radang. Berbagai obat diberikan secara intravena untuk mencegah perubahan kadar

enzim serum yang dapat terjadi bila obat diinjeksikan secara intramuscular.

Warna kulit dan suhu. Kulit dievaluasi untuk menunjukkan sirkulasi perifer

baik. Karena warna kulit setiap orang berbeda, tempat terbaik untuk memeriksa

adalah kuku, selaput mukosa mulut dan cuping telinga. Pada tempat tersebut akan

tampak biru atau ungu pada pasien yang mengalami kesulitan mempertahankan

kebutuhan oksigen. Pasien yang kulitnya dingin, lembab atau berkeringat dingin

(diaforesis) mungkin merupakan respons terhadap terapi medis atau kolaps

kardiovaskuler yang berlanjut pada syok kardiogenik.

Paru. Setiap peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan harus diawasi,

seiring dengan adanya kesulitan bernapas. Gerakan napas harus teratur dan tanpa

hambatan aliran udara. Napas pendek, dengan atau tanpa sesak dan batuk adalah

kunci tanda klinis yang harus diperhatikan. Batuk kering pendek sering merupakan

tanda gagal jantung. Dada diauskultasi adanya wheezing dan krekels. Krekel pada

MCI biasanya menunjukan gagal jantung.

Page 29: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

Fungsi gastrointestinal. Mual dan muntah dapat terjadi pada MCI. Jumlah

yang dimuntahkan harus dicatat, dan muntahan diperiksa akan adanya darah.

Pembatasan asupan makanan hanya berupa makanan cair, dapat meringankan kerja

jantung dengan cara mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencerna

makanan padat. Abdomen dipalpasi adanya nyeri tekan di keempat kuadran. Setiap

kuadran diauskultasi adanya bising usus. Dicatat juga ada atau tidaknya flatus. Arteri

mesentrika sangat rentan terhadap thrombus ventricle sehubungan dengan MCI,

hilangnya motilitas usus merupakan tanda cardinal. Setiap feses yang dikeluarkan

diperiksa adanya darah, khususnya pasien yang mendapatkan terapi yang

mempengaruhi pembekuan darah.

Status volume cairan. Pengukuran haluaran urin sangat penting, terutama

dalam hubungannya dengan asupan cairan. Pada sebagian besar kasus, cairan yang

seimbang akan lebih baik karena pasien harus menghindari kelebihan cairan dan

kemungkinan terjadinya gagal jantung. Pasien diperiksa adanya edema. Perawat harus

waspada terhadap berkurangnya haluaran urin (oliguria) yang merupakan tanda awal

syok kardiogenik (hipotensi disertai dengan oliguria).

Diagnosis keperawatan. Berdasarkan data manifestasi klinis, riwayat

keperawatan, data pengkajian diagnostic, maka diagnosis keperawatan utama pasien

adalah sebagai berikut:

1. Nyeri dada berhubungan dengan:

• Berkurangnya aliran darah koroner

• Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner

2. Resiko tinggi terhadap pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan

berlebih.

3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan:

• Perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal

• Penurunan preload/peningkatan tahanan vascular sistemik

• Otot infark/diskinetik, kerusakan struktural

4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan:

• Turunnya curah jantung (vasokonstriksi, hipovolemia/kebocoran dan

pembentukan tromboemboli

5. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan:

• Penurunan perfusi organ (ginjal)

• Peningkatan natrium/retensi air

• Peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap

cairan dalam area interstisial/jaringan)

Page 30: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

6. Cemas berhubungan dengan:

• Ancaman atau perubahan kesehatan dan status sosioekonomi

• Ancaman kehilangan/takut akan kematian

• Tidak sadar konflik tentang esensi nilai, keyakinan, dan tujuan hidup.

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan:

• Ketidakseimbangan antar suplai oksigen miokard dan kebutuhan

• Adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard

• Efek obat depresan jantung (beta-bloker, antidisritmia)

8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan:

• Kurang informasi tentang fungsi jantung/omplikasi penyakit jantung dan

status kesehatan akan dating

• Kebutuhan perubahan pola hidup

• Tidak mengenal terapi pascaterapi/kebutuhan perawatan diri.

9. Resiko tidak menjalankan program perawatan diri berhubungan dengan

mengingkari diagnosis gangguan jantung.

Pada kasus diagnosa keperawatan yang muncul disesuaikan dengan hasil

kajian yang ada yaitu

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

2. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan

3. Cemas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status

sosioekonomi

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi

jantung/komplikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan dating, kebutuhan

perubahan pola hidup, tidak mengenal terapi pascaterapi/kebutuhan perawatan

diri.

Masalah kolaborasi. Berdasarkan data pengkajian, komplikaasi potensial

yang mungkin berkembang adalah:

1. Disritmia

2. Edema paru akut

3. Gagal jantung kongestif

4. Tromboembolisme

Perencanaan dan implementasi. Tujuan utama perawatan pasien meliputi

menghilangkan nyeri dada, tidak ada kesulitan bernapas, memelihara atau mencapai

Page 31: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

perfusi jaringan yang adekuat, mengurangi kecemasan, mematuhi program asuhan

diri, dan tidak adanya komplikasi.

Intervensi keperawatan.

1. Penghilangan nyeri dada

a. Oksigenasi

b. Tanda vital

c. Istirahat fisik

2. Memperbaiki fungsi respirasi

3. Meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat

4. Pengurangan kecemasan

5. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

6. Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial

Intervensi keperawatan menggunakan format yang ada. Pencatatan yang

menyeluruh yaitu tanda-tanda vital, intake output, jenis tindakan berdasarkan urutan

waktu yang dibuat setiap jam dalam 24 jam dengan tujuan memudahkan peringkasan

dan pemantauan perawatan.

Evaluasi. Hasil yang diharapkan adalah penerapan pada kasus, yaitu :

1. Pasien menunjukan pengurangan nyeri

2. Tidak menunjukan kesulitan dalam bernapas

3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat

4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan

5. Mematuhi program perawatan diri

6. Tidak menunjukkan adanya komplikasi

Page 32: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stemi

DAFTAR PUSTAKA

Bates, B., (1998), Buku Saku, Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan, Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Birdsall, Sperry, (1997), Clinical Paths In Medical Surgical Practice, St Louis Missouri: Mosby Year Book Inc.

Doenges, M.E., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ervin, Gary W, (1996), Catatan Saku Perawatan Kritis, EKG dan Obat-obatan Jantung, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Karim, Kabo, (1996), EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung Untuk Dokter Umum, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Kee JLF, (1997), Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lewis, Heitkemper, Dirksen, (2000), Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical Problems, St Louis, Missouri : Mosby Inc.

Morton, etc, (2005), Critical Care Nursing A holistic Approach 8th ed , Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Rokhaeni H, Purnamasari E, Rahayoe AU, (2001), Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Pendidikan & Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.

Smeltzer, Suzanne C, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Weber, (1997), Nurses’ Handbook of Health Assessement 3rd ed, Philadelphia: Lippincott Raven Publisher.

Willms, Janice L, (2005), Diagnosis Fisik: Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Bangsal,

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wilkinson JM, (2000), Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook With NIC Intervention and NOC Outcomes, Pearson : New Jersey.