Upload
nirwantorahim
View
21
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Askep halusianasi
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikanrahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat padawaktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam makalah ini kelompok kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Halusinasi”.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan,
baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan
merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan.
Akhir kata, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar
dan teman-teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan
mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu.Akibatnya
pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien
terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia
menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang
pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar
tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran,
ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang
diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang
berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu
pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan
kognitif dan pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi
dapat terjadi pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan
kondisi yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi
lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan
ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.
Sehingga penulis merasa tertarik untuk menuliskasus tersebut dengan
pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampaidengan evaluasi.
2
1.2. Masalah
a. Bagaimana konsep dari halusinasi ?
b. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Halusinasi ?
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dari halusinasi itu sendiri
b. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan terhadap klien dengan
Halusinasi
3
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn,
1998).
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik (DepKes RI, 1998)
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).
2.2. Etiologi
Menurut Rawlins dan Heacock (1998) etiologi dari halusinasi dapat dilihat
dari 5 dimensi :
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tetapi yang paling sering
ditemukan adalah halusinasi pendengaran, halusinasi dapat ditimbulkan dari
beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar biasa. Penggunaan obat-obatan
demam tinggi hingga terjadi delirium Intoksikasi, alkohol atau kesulitan-
kesulitan untuk tidur dan jangka waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Terjadi halusinasi karena ada perasaan cemas yang berlebihan yang
tidak dapat diatas. Isi halusinasi : Perintah menentang. Sehingga
menyebabkan klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut
4
3. Dimensi Intelektual
Penunjukan penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha
ego sendiri melawan implus yang menekan kemudian menimbulkan
kewaspadan mengontrol perilaku dan mengambil seluruh perhatian.
4. Dimensi Sosial
Halusinasi dapat disebabkan oleh hubungan interpesonal yang tidak
memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan kecemasan
akibat hilangnya kontrol terhadap diri, harga diri, maupun interaksi sosdil
dalam dunia nyata sehingga klien cenderung menyendiri dan hanya berttujuh
pada diri sendiri.
5. Dimensi Spiritual
Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk sosial,
mengalami ketidakharmonisan berinteraksi. penurunan kemampuan untuk
menghadapi stress dan kecemasan serta menurunya kualitas untuk menilai
keadaan sekitarnya. Akibat saat halusinasi menguasai dirinya, klien akan
kehilangan kontrol terhadap kehidupannya.
2.3. Klasifikasi Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah ketika mendengar suara atau
kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara berbentuk
kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang
klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kea rah tertentu
5
4) Menutup telinga
b. Data Subjektif
1) Mendengar suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi Penglihatan
Halusinasi pengelihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau
kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti
melihat monster. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
2) Ketakutan Kepada sesuatu yang tidak jelas
b. Data Objektif
1) Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster.
3. Halusinasi Penghidu
Halusinasi Penghidu adalah membaui bau-bauan tertentu seperti bau
darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenang kan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang , atau dimensia.
(stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menghidu sedang membaui bau-bauan tertentu
2) Menutup hidung
b. Data Subjektif
1) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses kadang-kadang bau
itu menyenangkan
4. Halusinasi Pengecap
6
Halusinasi pengecap adalah Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urin atau feses. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Sering meludah
2) Muntah
b. Data Subjektif
1) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
5. Halusinasi Perabaan
Halusinasi Perabaan adalah mengalami nyeri atau ketidak nyamanan
tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menggaruk-garuk permukaan kulit
b. Data Subjektif
1) Menyatakan ada serangga di permukaan kulit.
2) Merasa tersengat listrik
6. Halusinasi seksual
Persepsi tentang alat genital yang palsu, penderita merasa adanya
sensasi luar biasa pada alat genitalnya.
7. Halusinasi kinesti
Persepsi palsu pada seseorang setelah mengalami operasi besar/ mayor.
8. Agnosia
Gangguan persepsi yang ditandai dengan ketidakmampuan mengenal dan
menginterpretasikan kesan sensorik.
2.4. Proses terjadinya Halusinasi
Berikut ini akan diuraikan empat fase dalam perkembangan halusinasi,
karakteristik dan perilaku klien menurut Depkes, RI, (2000) :
7
Fase/Tahap Karakteristik Perilaku Klien
Fase I : Comforting
- Menyenangkan atau
memberi rasa nyaman.
- Tingkat ansietas sedang
secara umum halusinasi
merupakan suatu
kesenangan.
- Mengalami ansietas
kesepian, rasa bersalah dan
ketakutan.
- Mencoba berfokus pada
pikiran yang dapat
menghilangkan ansietas.
- Pikiran dan pengalaman
sensori masalah ada dalam
kontrol kesadaran Non
Psikotik.
- Tertawa/tersenyum
yang tidak sesuai.
- Menggerakkan bibir
tanpa suara.
- Pergerakan mata yang
cepat.
- Respon verbal yang
lambat.
- Diam dan dipenuhi
sesuatu yang
mengasyikkan.
Fase II : Condeming
Halusinasi menjadi
menjijikkan
- Menyalahkan
- Tingkat kecemasan berat
secara umum halusinasi
menyebabkan rasa
antipati.
- Pengalaman sensorik
menakutkan.
- Merasa dilecehkan oleh alam
sensorik tersebut.
- Mulai merasa kehilangan
kontrol.
- MD dari orang lain Non
Psikotik.
- Ansietas : terjadi
peningkatan denyut
jantung RR dan TD.
- Perhatian dengan
lingkungan kurang.
- Penyempitan
kemampuan
konsentrasi.
- Kehilangan
kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realita.
Fase III : Controling
- Tingkat kecemasan berat.
- Mengkontrol/
mengendalikan.
- Klien menyerahkan dan
menerima pengalaman
sendiri.
- Isi halusinasi menjadi
- Perintah halusinasi
ditaati.
- Sulit berhubungan
dengan orang lain.
8
- Pengalaman sensori
(halusinasi) tidak dapat
ditolak lagi.
atraktif.
- Kesepian bila pengalaman
sensori berakhir psikotik.
- Perhatian terhadap
lingkungan
kurang/hanya beberapa
detik.
- Gejala fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor,
ketidakmampuan
mengikuti petunjuk.
Fase IV : Conquering
- Klien panik.
- Menakutkan.
- Klien sudah dikuasai oleh
halusinasi.
- Pengalaman sensorik
menakutkan jika klien tidak
mengikuti perintah
halusinasi.
- Bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari
apabila tidak ada interaksi
terapeutik.
- Psikotik berat.
- Perilaku panik.
- Resti menciderai :
bunuh diri/membunuh
orang lain.
- Refleksi isi halusinasi :
amuk, agitasi, menarik
diri atau katatonik.
- Tidak mampu berespon
terhadap petunjuk yang
kompleks.
- Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
orang.
9
2.5. Pathway
Core Problem
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama
adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien.
Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama.
Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab
masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain,
demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa beberapa masalah
klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
10
Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan
Pendengaran
Resiko Perilaku Kekerasan
2.6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari halusinasi adalah :
a. Bicara, senyum, tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengarkan
suara, melihat, mengecap,
menghirup (mencium) dan
merasa suatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain
dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal
yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan
perhatian atau konsentrasi.
f. Sikap curiga dan saling
bermusuhan.
g. Pembicaraan kacau kadang tak
masuk akal.
h. Menarik diri menghindar dari
orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Tidak mau melaksanakan asuhan
mandiri: mandi, sikat gigi, ganti
pakaian, berhias yang rapi.
l. Mudah tersinggung, jengkel,
marah.
m. Menyalahkan diri atau orang lain.
n. Muka marah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang.
p. Tekanan darah meningkat.
q. Nafas terengah-engah.
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat.
11
2.7. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah
sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan
oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian
realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri,
membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.
2.8. Pentalaksanaan
1. Farmakotherapi ( anti psikotik ) harus ditinjang oleh psikoterapi seperti
Klorpromazin 150-600 mg / hari, Haloperidol 5-15 mg / hari, Porpenozin 12-
24 mg / hari dan Triflufirazin 10-15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis
awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula
dinaikkan sampai mencapai dosis ( stabilisasi ) , kemudian diturunkan setiap 2
minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan-2 tahun
( diselingi masa bebas obat 1-2 hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis
diturunkan tiap 2-4 minggu dan dihentikan.
2. Satu macam pendekatan terapi tidak cukup, tujuan utama perawatan dirumah
sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.
( Arif Mansjoer, 1999 : 2000 ).
12
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
DataSubyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
13
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
- Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada
saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
3.2. Diagnosa
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
3.3. Intervensi
14
No.
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Kriteria Tindakan
1. Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi
1. Klien dapat
membina
hubungan
saling
percaya dasar
untuk
kelancaran
hubungan
interaksi
seanjutnya
Setelah 4x interaksi klien
menunjukkan :
1.1 Tanda - tanda percaya
kepada
perawat :
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menyebutkan nama
f. Mau duduk
berdampingan dengan
perawat
g. Bersedia
mengngkapkan
h. masalah yang dihadapi
1.1 Bina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan
nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien
2. 2. Klien dapat
mengenal
2.1 Klien dapat menyebutkan
a. Mengetahui jenis
2.1 Adakan kontak sering dan singkat
15
halusinasinya halusinasi
b. Mengetahui isi,
c. waktu,frekuensi
halusinasi
secara bertahap
2.2 klien dapat mengungkapkan
perasaan terhadao halusinasi
2.2.1 Observasi tingkah laku klien terkait
dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke
kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada
teman bicara
2.2.2 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang
didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien
mendengar suara itu , namun
perawat sendiri tidak
mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada
yang seperti itu
16
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.2.3 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
2.2.4 Diskusikan dengan klien apa yang
dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri
kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
3.1 klien dapat menyebutkan
tindakan yang biasa dilakukan
untuk mengendalikan
halusinasi
3.1 Identifikasi bersama klien cara
tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan
diri dll)
3.2 Klien dapat neyebutkan cara
baru
3.2 Diskusikan manfaat cara yang
digunakan klien, jika bermanfaat ber
17
pujian
3.3. Klien dapat memlih cara
mengatasi halusinasi seperti
yang telah didiskusikan
dengan klien
3.3.1 Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-
hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat
untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri
3.3.2 Bantu klien memilih dan melatih cara
memutus halusinasinya secara
bertahap
3.3.3 Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang telah dilatih
3.3.4 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika
berhasil
3.3.5 Anjurkan klien mengikuti TAK,
18
orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien
mendapat
dukungan
dari keluarga
dalam
mengontrol
halusinasinya
4.1 Klien dapat mebina hubungan
saling percaya dengan perawat
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu
keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 keluarga dapat menyebutkan
pengertian, tanda dan kegiatan
untuk menggendalikan
halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada
saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami
klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien
dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu follow up
atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak
terkontrol, dan resiko mencederai
19
diri atau orang lain
5. Klien
memanfaatka
n obat
dengan baik
5.1 klien dan keluarga dapat
menyebutkan mamfaat, dosis
dan efek samping obatnya
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga
tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 klien dapat
mendemonstrasikan
pengunaan obat secara benar
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat
pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3 klien dapat iformasi tentang
efek samping obat
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter
tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
5.4 klien dapat memahami akibat
berhenti minum obat
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat
tanpa konsultasi
5.5 klien dapat menyebutkan
prinsip lima benar pengunaan
obat
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar.
20
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI
3.1. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya
tidak jelas serta melihat setan-setan.
3.2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3.3. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Strategi Pelaksanaan [SP]
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar
SP Pasien Keluarga
1. 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
pasien
2. Mngidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
a. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala halusinasi, dan jenis
halusinasi yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara - cara
merawat pasien halusinasi
21
6. Mengidentifikasikan respons pasien
terhadap halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan menghardik
8. Membiming pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
2. 1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
3. Membimbing pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian
1. Melatih keluarga
mempraktekan cara merawat
pasien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan
cara merwaty langsung
kepada pasien.
3. 1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan kegiatan
biasa dilakukan pasien )
3. Membimbing pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan
1 Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
( discharge planing)
2 Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
4. 1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Menjelakan cara kontrol halusinasi
dengan minum obat (prinsip 5 benar
minum obat)
3. Membimbing pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian
22
Keluarga
3.4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan merawat
bapak Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama
dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
23
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, …
bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam
berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-
suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
24
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu,
ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak
Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau
bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari
lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai
besok ya. Selamat pagi”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga:melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?
Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang
ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana
kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana
kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak
25
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut).
Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah
suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas
cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.
Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak
minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari
26
jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara.
Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis
bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat
milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga
harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika
jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan
bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau
di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat
4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau
jam 10.00. sampai jumpa.”
27
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik.
4.2. Saran
a. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat
mengikutilangkah-langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara
sistematisdan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal
b. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukanpendekatan
secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungansaling percaya
antara perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutikdalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang diberikan
c. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah
sakit,sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan
dapatmembantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan
bagi klien.
28
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK
UI. 1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
29