44
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikanrahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat padawaktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam makalah ini kelompok kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Halusinasi”. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir kata, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini. 1

Askep Halusinasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep halusianasi

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikanrahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini tepat padawaktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Dalam makalah ini kelompok kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada

Klien Dengan Halusinasi”.

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan,

baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan

merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan

makalah ini sangat kami harapkan.

Akhir kata, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar

dan teman-teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan

persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau

mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam

bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan

mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu.Akibatnya

pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien

terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia

menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang

pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar

tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran,

ancaman dan lain-lain.

Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus

esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang

diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang

berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu

pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan

kognitif dan pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi

dapat terjadi pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan

dan pengecapan.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat

ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan

kondisi yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi

lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan

ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.

Sehingga penulis merasa tertarik untuk menuliskasus tersebut dengan

pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampaidengan evaluasi.

2

1.2. Masalah

a. Bagaimana konsep dari halusinasi ?

b. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Halusinasi ?

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui konsep dari halusinasi itu sendiri

b. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan terhadap klien dengan

Halusinasi

3

BAB II

KONSEP MEDIS

2.1. Definisi

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa

adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan

dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn,

1998).

Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua penginderaan dimana terjadi

pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik (DepKes RI, 1998)

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca

indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya

mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).

2.2. Etiologi

Menurut Rawlins dan Heacock (1998) etiologi dari halusinasi dapat dilihat

dari 5 dimensi :

1. Dimensi Fisik

Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tetapi yang paling sering

ditemukan adalah halusinasi pendengaran, halusinasi dapat ditimbulkan dari

beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar biasa. Penggunaan obat-obatan

demam tinggi hingga terjadi delirium Intoksikasi, alkohol atau kesulitan-

kesulitan untuk tidur dan jangka waktu yang lama.

2. Dimensi Emosional

Terjadi halusinasi karena ada perasaan cemas yang berlebihan yang

tidak dapat diatas. Isi halusinasi : Perintah menentang. Sehingga

menyebabkan klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut

4

3. Dimensi Intelektual

Penunjukan penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha

ego sendiri melawan implus yang menekan kemudian menimbulkan

kewaspadan mengontrol perilaku dan mengambil seluruh perhatian.

4. Dimensi Sosial

Halusinasi dapat disebabkan oleh hubungan interpesonal yang tidak

memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan kecemasan

akibat hilangnya kontrol terhadap diri, harga diri, maupun interaksi sosdil

dalam dunia nyata sehingga klien cenderung menyendiri dan hanya berttujuh

pada diri sendiri.

5. Dimensi Spiritual

Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk sosial,

mengalami ketidakharmonisan berinteraksi. penurunan kemampuan untuk

menghadapi stress dan kecemasan serta menurunya kualitas untuk menilai

keadaan sekitarnya. Akibat saat halusinasi menguasai dirinya, klien akan

kehilangan kontrol terhadap kehidupannya.

2.3. Klasifikasi Halusinasi

1. Halusinasi Pendengaran

Halusinasi pendengaran adalah ketika mendengar suara atau

kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara berbentuk

kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang

klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang

mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar

perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat

membahayakan. (stuart,2007)

a. Data Objektif

1) Bicara atau tertawa sendiri.

2) Marah-marah tanpa sebab

3) Mengarahkan telinga kea rah tertentu

5

4) Menutup telinga

b. Data Subjektif

1) Mendengar suara atau kegaduhan

2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

3) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

2. Halusinasi Penglihatan

Halusinasi pengelihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan

cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau

kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti

melihat monster. (stuart,2007)

a. Data Objektif

1) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

2) Ketakutan Kepada sesuatu yang tidak jelas

b. Data Objektif

1) Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu

atau monster.

3. Halusinasi Penghidu

Halusinasi Penghidu adalah membaui bau-bauan tertentu seperti bau

darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenang kan.

Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang , atau dimensia.

(stuart,2007)

a. Data Objektif

1) Menghidu sedang membaui bau-bauan tertentu

2) Menutup hidung

b. Data Subjektif

1) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses kadang-kadang bau

itu menyenangkan

4. Halusinasi Pengecap

6

Halusinasi pengecap adalah Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,

urin atau feses. (stuart,2007)

a. Data Objektif

1) Sering meludah

2) Muntah

b. Data Subjektif

1) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses

5. Halusinasi Perabaan

Halusinasi Perabaan adalah mengalami nyeri atau ketidak nyamanan

tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang dari tanah,

benda mati atau orang lain. (stuart,2007)

a. Data Objektif

1) Menggaruk-garuk permukaan kulit

b. Data Subjektif

1) Menyatakan ada serangga di permukaan kulit.

2) Merasa tersengat listrik

6. Halusinasi seksual

Persepsi tentang alat genital yang palsu, penderita merasa adanya

sensasi luar biasa pada alat genitalnya.

7. Halusinasi kinesti

Persepsi palsu pada seseorang setelah mengalami operasi besar/ mayor.

8. Agnosia

Gangguan persepsi yang ditandai dengan ketidakmampuan mengenal dan

menginterpretasikan kesan sensorik.

2.4. Proses terjadinya Halusinasi

Berikut ini akan diuraikan empat fase dalam perkembangan halusinasi,

karakteristik dan perilaku klien menurut Depkes, RI, (2000) :

7

Fase/Tahap Karakteristik Perilaku Klien

Fase I : Comforting

- Menyenangkan atau

memberi rasa nyaman.

- Tingkat ansietas sedang

secara umum halusinasi

merupakan suatu

kesenangan.

- Mengalami ansietas

kesepian, rasa bersalah dan

ketakutan.

- Mencoba berfokus pada

pikiran yang dapat

menghilangkan ansietas.

- Pikiran dan pengalaman

sensori masalah ada dalam

kontrol kesadaran Non

Psikotik.

- Tertawa/tersenyum

yang tidak sesuai.

- Menggerakkan bibir

tanpa suara.

- Pergerakan mata yang

cepat.

- Respon verbal yang

lambat.

- Diam dan dipenuhi

sesuatu yang

mengasyikkan.

Fase II : Condeming

Halusinasi menjadi

menjijikkan

- Menyalahkan

- Tingkat kecemasan berat

secara umum halusinasi

menyebabkan rasa

antipati.

- Pengalaman sensorik

menakutkan.

- Merasa dilecehkan oleh alam

sensorik tersebut.

- Mulai merasa kehilangan

kontrol.

- MD dari orang lain Non

Psikotik.

- Ansietas : terjadi

peningkatan denyut

jantung RR dan TD.

- Perhatian dengan

lingkungan kurang.

- Penyempitan

kemampuan

konsentrasi.

- Kehilangan

kemampuan

membedakan halusinasi

dengan realita.

Fase III : Controling

- Tingkat kecemasan berat.

- Mengkontrol/

mengendalikan.

- Klien menyerahkan dan

menerima pengalaman

sendiri.

- Isi halusinasi menjadi

- Perintah halusinasi

ditaati.

- Sulit berhubungan

dengan orang lain.

8

- Pengalaman sensori

(halusinasi) tidak dapat

ditolak lagi.

atraktif.

- Kesepian bila pengalaman

sensori berakhir psikotik.

- Perhatian terhadap

lingkungan

kurang/hanya beberapa

detik.

- Gejala fisik ansietas

berat : berkeringat,

tremor,

ketidakmampuan

mengikuti petunjuk.

Fase IV : Conquering

- Klien panik.

- Menakutkan.

- Klien sudah dikuasai oleh

halusinasi.

- Pengalaman sensorik

menakutkan jika klien tidak

mengikuti perintah

halusinasi.

- Bisa berlangsung dalam

beberapa jam atau hari

apabila tidak ada interaksi

terapeutik.

- Psikotik berat.

- Perilaku panik.

- Resti menciderai :

bunuh diri/membunuh

orang lain.

- Refleksi isi halusinasi :

amuk, agitasi, menarik

diri atau katatonik.

- Tidak mampu berespon

terhadap petunjuk yang

kompleks.

- Tidak mampu berespon

terhadap lebih dari satu

orang.

9

2.5. Pathway

Core Problem

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama

adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien.

Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama.

Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab

masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain,

demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa beberapa masalah

klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.

10

Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan

Pendengaran

Resiko Perilaku Kekerasan

2.6. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari halusinasi adalah :

a. Bicara, senyum, tertawa sendiri

b. Mengatakan mendengarkan

suara, melihat, mengecap,

menghirup (mencium) dan

merasa suatu yang tidak nyata.

c. Merusak diri sendiri, orang lain

dan lingkungannya

d. Tidak dapat membedakan hal

yang nyata dan tidak nyata

e. Tidak dapat memusatkan

perhatian atau konsentrasi.

f. Sikap curiga dan saling

bermusuhan.

g. Pembicaraan kacau kadang tak

masuk akal.

h. Menarik diri menghindar dari

orang lain.

i. Sulit membuat keputusan.

j. Ketakutan.

k. Tidak mau melaksanakan asuhan

mandiri: mandi, sikat gigi, ganti

pakaian, berhias yang rapi.

l. Mudah tersinggung, jengkel,

marah.

m. Menyalahkan diri atau orang lain.

n. Muka marah kadang pucat.

o. Ekspresi wajah tegang.

p. Tekanan darah meningkat.

q. Nafas terengah-engah.

r. Nadi cepat

s. Banyak keringat.

11

2.7. Akibat

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa

membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko

mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah

sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan

oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian

realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri,

membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.

2.8. Pentalaksanaan

1. Farmakotherapi ( anti psikotik ) harus ditinjang oleh psikoterapi seperti

Klorpromazin 150-600 mg / hari, Haloperidol 5-15 mg / hari, Porpenozin 12-

24 mg / hari dan Triflufirazin 10-15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis

awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula

dinaikkan sampai mencapai dosis ( stabilisasi ) , kemudian diturunkan setiap 2

minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan-2 tahun

( diselingi masa bebas obat 1-2 hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis

diturunkan tiap 2-4 minggu dan dihentikan.

2. Satu macam pendekatan terapi tidak cukup, tujuan utama perawatan dirumah

sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.

( Arif Mansjoer, 1999 : 2000 ).

12

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

1. Masalah keperawatan

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

2. Data yang perlu dikaji

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

DataSubyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

- Mata merah, wajah agak merah.

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan

dengan stimulus nyata

- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang

nyata

- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

- Klien merasa makan sesuatu

13

- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

- Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

- Klien berbicara dan tertawa sendiri

- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

- Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap

diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi

sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada

saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

3.2. Diagnosa

1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

3.3. Intervensi

14

No.

Dx

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Kriteria Tindakan

1. Gangguan Persepsi

Sensori: Halusinasi

1. Klien dapat

membina

hubungan

saling

percaya dasar

untuk

kelancaran

hubungan

interaksi

seanjutnya

Setelah 4x interaksi klien

menunjukkan :

1.1 Tanda - tanda percaya

kepada

perawat :

a. Ekspresi wajah bersahabat

b. Menunjukkan rasa senang

c. Ada kontak mata

d. Mau berjabat tangan

e. Mau menyebutkan nama

f. Mau duduk

berdampingan dengan

perawat

g. Bersedia

mengngkapkan

h. masalah yang dihadapi

1.1 Bina hubungan saling percaya

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal

maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan

nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan

perhatian kebutuhan dasar klien

2. 2. Klien dapat

mengenal

2.1 Klien dapat menyebutkan

a. Mengetahui jenis

2.1 Adakan kontak sering dan singkat

15

halusinasinya halusinasi

b. Mengetahui isi,

c. waktu,frekuensi

halusinasi

secara bertahap

2.2 klien dapat mengungkapkan

perasaan terhadao halusinasi

2.2.1 Observasi tingkah laku klien terkait

dengan halusinasinya: bicara dan

tertawa tanpa stimulus memandang ke

kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada

teman bicara

2.2.2 Bantu klien mengenal halusinasinya

a. Tanyakan apakah ada suara yang

didengar

b. Apa yang dikatakan halusinasinya

c. Katakan perawat percaya klien

mendengar suara itu , namun

perawat sendiri tidak

mendengarnya.

d. Katakan bahwa klien lain juga ada

yang seperti itu

16

e. Katakan bahwa perawat akan

membantu klien

2.2.3 Diskusikan dengan klien :

a. Situasi yang menimbulkan/tidak

menimbulkan halusinasi

b. Waktu dan frekuensi terjadinya

halusinasi (pagi, siang, sore,

malam)

2.2.4 Diskusikan dengan klien apa yang

dirasakan jika terjadi halusinasi

(marah, takut, sedih, senang) beri

kesempatan klien mengungkapkan

perasaannya

3. Klien dapat

mengontrol

halusinasinya

3.1 klien dapat menyebutkan

tindakan yang biasa dilakukan

untuk mengendalikan

halusinasi

3.1 Identifikasi bersama klien cara

tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan

diri dll)

3.2 Klien dapat neyebutkan cara

baru

3.2 Diskusikan manfaat cara yang

digunakan klien, jika bermanfaat ber

17

pujian

3.3. Klien dapat memlih cara

mengatasi halusinasi seperti

yang telah didiskusikan

dengan klien

3.3.1 Diskusikan cara baru untuk

memutus/mengontrol timbulnya

halusinasi:

a. Katakan “ saya tidak mau dengar”

b. Menemui orang lain

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-

hari

d. Meminta keluarga/teman/perawat

untuk menyapa jika klien tampak

bicara sendiri

3.3.2 Bantu klien memilih dan melatih cara

memutus halusinasinya secara

bertahap

3.3.3 Beri kesempatan untuk melakukan

cara yang telah dilatih

3.3.4 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika

berhasil

3.3.5 Anjurkan klien mengikuti TAK,

18

orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien

mendapat

dukungan

dari keluarga

dalam

mengontrol

halusinasinya

4.1 Klien dapat mebina hubungan

saling percaya dengan perawat

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu

keluarga jika mengalami halusinasi

4.2 keluarga dapat menyebutkan

pengertian, tanda dan kegiatan

untuk menggendalikan

halusinasi

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada

saat berkunjung/pada saat kunjungan

rumah):

a. Gejala halusinasi yang dialami

klien

b. Cara yang dapat dilakukan klien

dan keluarga untuk memutus

halusinasi

c. Cara merawat anggota keluarga

yang halusinasi dirumah, diberi

kegiatan, jangan biarkan sendiri,

makan bersama, bepergian

bersama

d. Beri informasi waktu follow up

atau kenapa perlu mendapat

bantuan : halusinasi tidak

terkontrol, dan resiko mencederai

19

diri atau orang lain

5. Klien

memanfaatka

n obat

dengan baik

5.1 klien dan keluarga dapat

menyebutkan mamfaat, dosis

dan efek samping obatnya

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga

tentang dosis, frekuensi dan manfaat

minum obat

5.2 klien dapat

mendemonstrasikan

pengunaan obat secara benar

5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat

pada perawat dan merasakan

manfaatnya

5.3 klien dapat iformasi tentang

efek samping obat

5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter

tentang manfaat dan efek samping

minum obat yang dirasakan

5.4 klien dapat memahami akibat

berhenti minum obat

5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat

tanpa konsultasi

5.5 klien dapat menyebutkan

prinsip lima benar pengunaan

obat

5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan

prinsip 5 benar.

20

BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI

HALUSINASI

3.1. Kondisi Klien

Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar

Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri

Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya

tidak jelas serta melihat setan-setan.

3.2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori: halusinasi

3.3. Tujuan

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

Strategi Pelaksanaan [SP]

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar

SP Pasien Keluarga

1. 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi

pasien

2. Mngidentifikasi isi halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi

pasien

4. Mengidentifikasi frekuensi

halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi

a. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam

merawat pasien.

b. Menjelaskan pengertian, tanda

dan gejala halusinasi, dan jenis

halusinasi yang dialami pasien

beserta proses terjadinya

c. Menjelaskan cara - cara

merawat pasien halusinasi

21

6. Mengidentifikasikan respons pasien

terhadap halusinasi

7. Melatih pasien cara kontrol

halusinasi dengan menghardik

8. Membiming pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

2. 1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya

2. Melatih pasien cara kontrol

halusinasi dengan berbincang

dengan orang lain

3. Membimbing pasien memasukkan

ke dalam jadwal kegiatan harian

1. Melatih keluarga

mempraktekan cara merawat

pasien dengan halusinasi

2. Melatih keluarga melakukan

cara merwaty langsung

kepada pasien.

3. 1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya

2. Melatih pasien cara kontrol

halusinasi dengan kegiatan

biasa dilakukan pasien )

3. Membimbing pasien memasukkan

ke dalam jadwal kegiatan harian

Strategi Pelaksanaan

1 Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas dirumah

termasuk minum obat

( discharge planing)

2 Menjelaskan follow up pasien

setelah pulang

4. 1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya

2. Menjelakan cara kontrol halusinasi

dengan minum obat (prinsip 5 benar

minum obat)

3. Membimbing pasien memasukkan

ke dalam jadwal kegiatan harian

22

Keluarga

3.4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara

mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan

cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:

”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan merawat

bapak Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak

Senang dipanggil apa?”

”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”

”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak

dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa

lama? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:

”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering

bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada

keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama

dengan orang lain?”

” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-

suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara

itu muncul?

” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan

menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap

23

dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke

empat minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi

saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-

ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, …

bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”

TERMINASI:

”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu

muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.

Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik

halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi

untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam

berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana

tempatnya”

”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:

bercakap-cakap dengan orang lain

Orientasi:

“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya

masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-

suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20

menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja:

24

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara,

langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan

bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol

dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu,

ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak

Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!

Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang

bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau

bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal

kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan

secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari

lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?

Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai

besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

ketiga:melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-

suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?

Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang

ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana

kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana

kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam

berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak

25

sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut).

Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah

suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai

malam ada kegiatan.

Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga

untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita

latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal

kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih

aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari

pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas

cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam

12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:

“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya

masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah

jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.

Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan

diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

Kerja:

“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara

berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar

dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak

minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari

26

jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara.

Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.

Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk

pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh

diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak

akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis

bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat

menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus

memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat

milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya,

dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga

harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas

per hari”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa

cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika

jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan

bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau

di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat

4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau

jam 10.00. sampai jumpa.”

27

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera

seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin

organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik.

4.2. Saran

a. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat

mengikutilangkah-langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara

sistematisdan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal

b. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukanpendekatan

secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungansaling percaya

antara perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutikdalam pelaksanaan

asuhan keperawatan yang diberikan

c. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah

sakit,sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan

dapatmembantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan

bagi klien.

28

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK

UI. 1999

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

Bandung, 2000

29