32
LaporanPendahuluanDepartemenMental Health Nursing HALUSINASI Oleh AviefDestianPurnama 105070200111001 Kelompok 12 Ruang23 J JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

Konsep Dan Askep Halusinasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mkloi

Citation preview

Page 1: Konsep Dan Askep Halusinasi

LaporanPendahuluanDepartemenMental Health Nursing

HALUSINASI

Oleh

AviefDestianPurnama

105070200111001

Kelompok 12

Ruang23 J

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Konsep Dan Askep Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN MENTAL HEALTH NURSING

HALUSINASI

A. KONSEP HALUSINASI

Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada

dalam rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini merupakan

respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya

akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus

berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran,

penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan

halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun

sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut

adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi

yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai

ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap

stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. Rentang

respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

RentangResponNeurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang -Kelainan pikiran

menyimpang

- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi

- Emosikonsisten - Emosiberlebihandengan -

Tidakmampumengatur

Pengalamankurangemosi

- Perilaku sosial - Perilaku ganjil - Ketidak

teraturan

- Hubungan sosial - Menarik diri - Isolasi sosial

(Stuart & Laraia 2005)

Keterangan Gambar :

Page 3: Konsep Dan Askep Halusinasi

1. Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma

sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas

normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah

tersebut.

Respon adaptif berupa :

a. Pikiran logis adalah pikiran yang mengarah pada kenyataan

b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

hati sesuai dengan pengalaman.

d. Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.

e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan

lingkungan.

2. Psikososial

Respon psikososial, antara lain :

a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

kekacauan/mengalami gangguan.

b. Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan

yang sungguh terjadi (objek nyata), karena rangsangan panca indera.

c. Emosi berlebihan atau berkurang.

d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran.

e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain atau hubungan dengan orang lain.

3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah

yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungannya.

Respon maladaptif yang sering ditemukan meliputi :

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.

b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

c. Kerusakan proses emosi ialah perubahan sesuatu yang timbul dari

hati.

d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.

Page 4: Konsep Dan Askep Halusinasi

e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan

di terima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu

keadaan yang negatif mengancam.

Gejala psikosis dikelompokkan memjadi 5 kategori utma fungsi otak :

kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisai yang saling berhubung,

perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada

semua askpe memori, perhatian, bentuk dan isi bicara, pengambilan

keputusan dan isi pikir (waham dan pola pikir primitive). Persepsi mengacu

pola indetifikasi dan interprestasi awal dari situasi stimulus berdasarkan

informasi yang diterima melalui pancaindra. Perilaku berhubungan dengan

masalah-masalah persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan deporsanalisasi

(Stuart,2002)

Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara

berlebihan (hiperekspresi) atau kurang (hipoekspresi) dengan sikap yang

sesuai. Individu yang mengalami skizofrenia mempunyai masalah yang

berhubungan dengan hipoeksresi diantaranya : tidak enak dipandang,

membingungkan, sulit diatasi dan sulit di [ahami oleh orang lain.

Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata

abnormal, menyeringi, langkah yang tidak normal, apraksia dan ekoprasi.

Perubahan perilaku meliputi agresi/agitasi, perilaku streotip, impulsive dan

afolisi. Perilaku yang berhubungan dengan sosialisai dianaranya menarik diri,

harga diri rendah, tidak tertarik dengan aktivitas rekreasi dan perubahan

kualitas hidup (Stuart, 2002)

B. DEFINISI HALUSINASI

1. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa

adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2003).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu

pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu

penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera

tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana

pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi

Page 5: Konsep Dan Askep Halusinasi

pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi.

Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.

2. Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori : keadaan dimana individu

atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan

dalam jumlah, pola atau interpretasi stimulus yang datang.

(Carpenito,2000)

3. Halusinasi merupakan gangguan sensori persepsi di mana terjadi jika

seseorang merasakan sensori persepsi yang salah tentang sesuatu, atau

merasakan suatu pengalaman yang sebenarnya tidak terjadi tetapi

dianggap terjadi (Videbeck, 2004).

4. Halusinasi juga didefinisikan sebagai persepsi (kesan yang dibentuk otak

sebagai hasil dari informasi tentang dunia luar yang dikirim balik oleh

panca indera) dan sensori (deteksi sensasi oleh sel-sel saraf) yang

bersifat palsu/tidak benar (Williams dan Paula, 2003).

5. Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera

tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem

penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan

baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat

menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata

lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya

dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).

6. Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan

(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di

telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari,

2001).

7. MenurutVarcarolis,

halusinasidapatdidefinisikansebagaiterganggunyapersepsisensoriseseora

ng, dimanatidakterdapat stimulus (Yosep, Iyus, 2009).

8. Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai

halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap

lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

Page 6: Konsep Dan Askep Halusinasi

C. PENYEBAB HALUSINASI

1. Faktor predisposisi

a. Faktor perkembangan

Pada tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan

yang berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal, bila dalam

pencapaian tugas perkembangan tersebut mengalami gangguan akan

menyebabkan seseorang berperilaku menarik diri, serta lebih rentan

terhadap stres.

b. Faktor biologik

Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologist yang

mal adaptif yang baru di mulai di pahami,ini termasuk hal hal sebagai

berikut :Penilaian pencitraan otak sudah mulai menunjukan

keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia:

lesi pada area frontal temporal dan limbic paling berhubungan dengan

perilaku psikotik,beberapa kimia otak dikaitkan dengan gejala

skizofrenia antara lain : dopain, neurotransmitter dan lain lain.

c. Faktor sosiokultural.

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi

(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak

percaya kepada lingkungannya.

d. Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh

pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat

untuk mass depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan

lari dari alam nyata menuju alam khayal.

e. Faktor genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang

tua yang mengalami skizofrenia cenderung mengalami

skizofrenia.hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga

menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Yang berasal dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain,

stressor juga bisa menjadi salah satu penyebabnya.

a. Biologis

Page 7: Konsep Dan Askep Halusinasi

Stressor biologis yang berhubungan dengan respon nurobiologik yang

mal adaptis termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak

yang mengatur proses informasi dan abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk

secara efektif menanggapi rangsangan

b. Lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menetapkan terjadinya

gangguan perilaku.

c. Perilaku

respon klien terhadap halusinasi dapat berupa kecurigaan, merasa

tidak nyaman, gelisah, bingung, dan tidak dapat membedakan

keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993

menyebutkan bahwa hakikat keberadaan seorang individu sebagai

mahluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-

spiritual seehingga dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :

dimensi fisik

dimensi emosional

dimensi intelektual

dimensi sosial

dimensi spiritual

D. TAHAPAN HALUSINASI

1. Menurut Janice clack (1962)

Tahapan halusinasi antara lain :

a. Tahap Comforting (Ansietassebagaihalusinasimenyenangkan)

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan

berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressor dengan koping

imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman

Perilaku klien : menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata

yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika

sedang asyik

b. TahapanConderming (Ansietasberathelusinasimemberatkan

Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi

selanjutnya klien merasakan mendengarkan sesuatu, klien merasa

Page 8: Konsep Dan Askep Halusinasi

takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa yang dia rasakan

sehingga timbul perilaku menarik diri

Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom

akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan dan

tekanan darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan

pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan

halusinasi dan realita.

c. Tahap Controlling

(Ansietasberatpengalamansensorimenjadiberkuasa)

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang

timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga

menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila

suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian / sedih .

Perilaku klien : kemampuan yang dikendalikan halusinasi akan

lebih diikuti kesukaran berhubungan dengan orang lain. Rentang

perhatian hanya beberapa detik atau menit adanya tanda-tanda fisik.

Ansietas berat : berkeringat, tremor, tidak mampu memetuhi peraturan.

d. Tahap Conquering (umumnyamenjadileburdalamhalusinasi)

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam

apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau timbul

perilaku suicide.

Perilaku klien : perilaku tremor akibat panik, potensi kuat

suicida/nomicide aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti

perilaku kekerasan, agitasi yang komples, tidak mampu berespons

lebih dari 1 orang

(Stuart dan Laraia, 2001)

2. Menurut Stuart and Sundeen alih bahasa Hamid (1995 : 328-329):

a. Tahap I

1) Menenangkan-Ansietas (Tahap Sedang)

2) Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Orang yang

berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas,

kesepian, merasa bersalah dan takut serta mencoba memusatkan

pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu

mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut

dapat dikendalikan jika ansietasnya dapat diatasi. 

Page 9: Konsep Dan Askep Halusinasi

b. Tahap II

1) Menyalahkan-Ansietas (Tahap Berat)

2) Secara umum halusinasi menjijikan. Pengalaman sensori bersifat

menjijikan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai

kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan

dirinya dari sumber yang dipersepsikan. Individu mungkin merasa

malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang

lain.

c. Tahap III

1) Mengendalikan-Ansietas (Tahap Berat)

2) Pengalaman sensori menjadi penguasa. Orang yang berhalusinasi

menyerah untuk melawan penglaman halusinasi dan membiarkan

halusinasi menguasai dirinya. Individu mungkin mengalami

kesepian jika pengalaman sensori berakhir.

d. Tahap IV

1) Menaklukan-Ansietas (Tahap Panik)

2) Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait

dengan delusi. Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika

individu tidak mengikuti perintah; halusinasi bisa berlangsung

dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi

terapeutik

3. Menurut harber, hal 607-609

a. Tahap 1 (non psikotik )

1) Pada Tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman,

tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.

2) Karakteristik

Mengalamai kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan

ketakutan

Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan

kecemasan

Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control

kesadaran

3) Perilaku yang muncul

Tersenyum atau tertawa sendiri

Page 10: Konsep Dan Askep Halusinasi

Menggerakkan bibir tanpa suara

Pergerakan mata yang cepat

Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi

b. Tahap II (non psikotik )

1) Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan

mengalami tingkat ecemasn berat. Secara umum halusinasi yang

ada dapat menyebabkan antipasti

2) Karakteristik

Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan

oleh pengalaman tersebut

Mulai merasa kehilangan control

Menarik diri dari orang lain

3) Perilaku yang muncul

Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan

darah

Perhatian terhadap lingkungan menurun.

Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun

Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara

halusinasi dan realita

c. Tahap III (psikotik)

1) Klien biasanya dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat

kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi

2) Karakteristik

Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya

Isi halusinasi menjadi atraktif

Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir

3) Perilaku yang muncul

Klien menuruti perintah halusinasi

Sulit berhubungan dengan orang lain

Perhatian terhadap lingkungan sedikit dan sesaat

Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata

Klien tampak tremor dan berkeringant

d. Tahap IV (psikotik)

1) Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasinya dan biasanya klien

terlihat panic

Page 11: Konsep Dan Askep Halusinasi

2) Perilaku yang sering mucul

Risiko tinggi menciderai

Agitasi/ Kataton

Tidak mampu merespon rangsangan yang ada

Timbul perubahan persepsi halusinasi biasanya diawali

dengan seseorang yang menarik diri dari lingkunganya karena

orang tersebut menilai dirinya rendah. Bila klien memiliki

halusinasi dengar dan lihat atau salah satunya menyuruh pada

kejelekan, maka akan berisiko terhadap perilaku kekerasan

E. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI

1. Menurut Mary C. Townsend, 1998

a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.

b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan

merasa sesuatu tidak nyata.

c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

d. Tidak dapat membedaka hal nyata dan tidak nyata.

e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.

f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.

g. Sikap curiga.

h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.

i. Sulit membuat keputusan, ketakutan.

j. Tidak mampu melakukan asuhan mandiri.

k. Mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain.

l. Muka merah dan kadang pucat.

m. Ekspresi wajah tenang.

n. Tekanan Darah meningkat, Nadi cepat dan banyak keringat.

2. Karakteristik halusinasi menurut (Stuart and Laraia, 2003)

Jenis Halusinasi Karakteristik

Pendengaran Mendengar suara-suara/kebisingan, paling sering suara

kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai

percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami

halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien

mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk

melakukan sesuatu kadang-kadang dapat

Page 12: Konsep Dan Askep Halusinasi

membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar

giometris, gambar karton dan atau panaroma yang luas

dan komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang

menyenangkan/ sesuatu yang menakutkan seperti

monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, feses

umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan.

Halusinasi penciuman biasanya sering akibat stroke,

tumor, kejang/dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, feses

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus

yang jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,

benda mati atau orang lain

Kinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera

(arteri), pencernaan makanan

Klinestetik Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri

F. PENATALAKSANAAN MEDIS :

1) Psikofarmaka

Psikofarmaka adalah therapi dengan menggunakan obat, tujuannya

untuk menghilangkan gejala gangguan jiwa, adapun yang tergolong

dalam pengobatan psikofarmaka adalah :

a. Clopromazine (CPZ)

Indikasinya untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam

kemampuan menilai realita, kesadaran diri terganggu, daya ingat

normal, sosial dan titik terganggu berdaya berat dalam fungsi kehidupan

sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan

kegiatan rutin.

Mekanisme kerjanya adalah memblokade dopamine pada

reseptor sinap diotak khususnya system ekstra pyramida.

Efek sampingnya adalah gangguan otonomi, mulut kering,

kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,

tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.

Page 13: Konsep Dan Askep Halusinasi

Kontra indikasinya penyakit hati, kelainan jantung, febris,

ketergantungan obat, penyakit sistem syaraf pusat, gangguan

kesadaran.

b. Thrihexyfenidil (THP)

Indikasinya adalah segala penyakit parkinson, termasuk pasca

ensefalitis dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya

reserfina dan senoliazyne.

Mekanisme kerja : sinergis dan kinidine, obat anti depresan trisiclin

dan anti kolinergik lainnya.

Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, pusing, mual,

muntah, bingung, konstipasi, takikardi dilatasi, ginjeksial letensi urin.

Kontra indikasi : hipersensitif terhadap trihexyphenidil, glukoma

sudut sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hipertropi prostase dan

obstruksi saluran cerna.

c. Halloperidol (HLP)

Indikasinya : berbahaya berat dalam kemampuan menilai realita

dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Mekanisme kerja : obat anti psikosis dalam memblokade

dopamine pada reseptor pasca sinoptik neuron di otak, khususnya

system limbic dan system ekstra pyramidal

Efek samping : sedasi dan inhabisi psimotor gangguan

otonomik yaitu mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi,

hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,

gangguan irama jantung.

Kontra indikasi : penyakit hati, epilepsy, kelainan jantung,

febris, ketergantungan obat, penyakit system saraf pusat, gangguan

kesadaran.

2) Therapy Somatik

Therapy Somatik merupakan suatu therapy yang dilakukan

langsung mengenai tubuh. Adapun yang termasuk therapy somatik

adalah :

a. Elektro Convulsif Therapy

Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik

dengan kekuatan 75-100 volt. Cara kerja ini belum diketahui secara

Page 14: Konsep Dan Askep Halusinasi

jelas, namun dapat dikatakan bahwa therapy ini dapat

memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat

mempermudah kontak dengan orang lain.

b. Pengekangan atau pengikatan

Pengekangan fisik menggunakan pengekangan mekanik, seperti

manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki serta

sprei pengekangan dimana klien dapat di imobilisasi dengan

membalutnya. Cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai

menunjukkan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah,

mengamuk

c. Isolasi

Isolasi dapat menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana

klien tidak dapat keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya.

Cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang telah melakukan

perilaku kekerasan seperti memukul orang lain/ teman, merusak

lingkungan dan memecahkan barang-barang yang ada didekatnya.

3) Therapy Okupasi

Therapy Okupasi merupakan suatu ilmu dan seni untuk

mencurahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas

atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk

memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

Therapy Okupasi menggunakan pekerjaan atau kegiatan sebagai

media pelaksana.

Prinsip Tindakan

Adapun prinsip tindakan keperawatan pada halusinasi adalah

sebagai berikut :

Membina hubungan interpersonal saling percaya dengan cara

mengekspresikan perasaan secara terbuka dan jujur.

Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap observasi

tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasi.

Mengajarkan bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan

bantuan perawat.

Page 15: Konsep Dan Askep Halusinasi

Fokuskan pada gejala dan minta individu untuk menguraikan apa

yang sedang terjadi, tujuannya adalah untuk memberikan kekuatan

kepada individu dengan membantunya memahami gejala yang

dialaminya atau ditunjukkannya. Hal ini akan menolong individu

untuk mengendalikan penyakitnya, meminta bantuan dan

diharapkan dapat mencegah halusinasi yang lebih kuat.

Katakan bahwa perawat percaya klien mengalaminya (dengan

nada bersahabat, tanpa menuduh dan menghakimi) katakan bahwa ada

klien lain yang mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat

akan membantu.

Memberikan perhatian pada klien dan memperhatikan kebutuhan

dasar klien seperti : makan dan minum, mandi dan berhias.

Bantu individu untuk menguraikan dan membandingkan halusinasi

yang sekarang dengan terakhir yang dialaminya.

Dorong individu untuk mengamati dan menguraikan pikiran,

perasaan dan tindakannya sekarang atau yang lalu berkaitan

dengan halusinasi yang dialaminya.

Bantu individu untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan antara

halusinasi dengan kebutuhan yang mungkin tercermin.

Sarankan dan perkuat penggunaan hubungan interpersonal dalam

pemenuhan kebutuhan.

Identifikasi bagaimana gejala psikosis lain telah mempengaruhi

kemampuan individu untuk melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari.

Page 16: Konsep Dan Askep Halusinasi

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

A. POHON MASALAH

Tidakefektifnyakopingindividu

Gangguan konsep diri :Hargadirirendah

IsolasiSosial: Menarikdiri Menurunnyamotivasiperawatandiri

↓ ↓

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Defisit perawatan diri

Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

B. DIAGNOSA

1. Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran berhubungan dengan menarik

diri

2. Isolisasi Sosial berhubungan dengan harga diri rendah

3. ResikoMencederaiDiriberhubungandenganhalusinasipendengaran

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA 1 GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: PENDENGARAN

BERHUBUNGAN DENGAN MENARIK DIRI

TUJUAN KRITERIA HASIL

setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 5 x

pertemuan klien dapat

mendiskusikan isi halusinasi

dan dapat mendefinisikan

dan mengurangi terjadinya

halusinasi

Klien dapat mengakui bahwa halusinasi

terjadi pada saat ansietas meningkat

secara ekstrem

Klien dapat mengatakan tanda-tanda

peningkatan ansietas dengan

menggunakan teknik tertentu untuk

memutus ansietas tersebut.

INTERVENSI RASIONALISASI

1. Obsevasi pasien dari tanda-tanda 1. Intervensi awal akan

Page 17: Konsep Dan Askep Halusinasi

halusinasi sikap seperti mendengarkan

sesuatu,bicara atau tertawa sendiri,

terdiam ditengah-tengah pembicaraan)

mencegah respons agresif

yang diperintah dari

halusinasinya

2. Hindari menyentuh pasien sebelum

perawat mengisyaratkan kepada pasien

bahwa perawat juga tidak apa-apa bila

doperlakukan seperti itu

2. Pasien dapat saja

mengartikan sentuhan

sebagai suatu ancaman

dan berespons dengan

cara yang agresif

3. Sikap menerima akan mendorong

pasien untuk menceritakan isi

halusinasinya dengan perawat

3. Hal ini penting untuk

mencegah kemungkinan

terjadinya cedera terhadap

pasien atau orang lain

karena adanya perintah

dari halusinasi

4. Jangan dukung halusinasi. Gunakan

kata-kata ” suara tersebut: dari pada

kata-kata “ mereka” yang secara tidak

langsung akan memvalidasi hal

tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa

perawat tidak sedang membagikan

persepsi perawat. Katakan “ mesikpun

saya menyadari bahwa suara-suara

tersebut nyata untuk anda, saya sendiri

tidak mendengarkan suara-suara yang

berbicara apapun:.

4. Perawat harus jujur kepada

pasien sehingga pasien

menyadari bahwa

halusinasi tersebut adalah

tidak nyata

5. Coba untuk menghubungkan waktu

terjadinya halusinasi dengan waktu

meningkatnya ansietas. Bantu pasien

untuk mengerti hubungan ini

5. Jika pasien dapat belajar

untuk menghentikan

peningkatan ansietas,

halusinasi dapat dicegah

6. Coba untuk mengalihkan pasien dari

halusinasinya

6. Keterlibatan pasien dalam

kegiatan-kegiatan

interpersonal dan jelaskan

tentang situasi kegiatan

tersebut, hal ini akan

menolong pasien untuk

Page 18: Konsep Dan Askep Halusinasi

kembali kepada realita.

DIAGNOSA 2 ISOLISASI SOSIAL BERHUBUNGAN DENGAN HARGA

DIRI RENDAH

TUJUAN KRITERIA HASIL

setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 5 x

pertemuan:

Pasien dapat

menyadari

penyebab isolasi

sosial

Pasien dapat

berinteraksi

dengan orang lain

serta lngkungan

Klien dapat membina hubungan saling percaya

dengan perawat

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki

Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial,

keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan

orang lain

Klien dapat membuat rencana kegaiatan yang

realistis sesuai kemauan dan kemampuan klien

Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam

meningkatkan harga dirinya

INTERVENSI RASIONALISASI

TUK 1:Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

1. Beri kesempatan klien

mengungkapkan perasaannya,

dan bimbing klien

mengungkapkan perasannya

dengan menggunakan

pertanyaan terbuka)

2. Ciptakan lingkungan yang tenang

dengan cara mengurangi stimulus

eksternal yang berlebihan dalam

interaksi

1. Dengan mengungkapkan

perasannya beban klien akan

berkurang

2. Lingkungan yang tenang mampu

membantu klien dalam

memfokuskan pikirannya

TUK 2:Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki

1. Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien

2. Hindari memberi penilaian negatif

3. Diskusikan kemampuan yang

1. Memotivasi klien memandang

dirinya secara positif

2. penilain negatif semakin

menambah rasa tidak percaya

Page 19: Konsep Dan Askep Halusinasi

masih dimiliki klien dalam

melaksanakan kegiatan sehari-

hari

diri klien

3. Kemampuan dalam

melaksanakan kegiatan

meningkatkan harga diri klien

TUK 3:Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial, keuntungan dan

kerugian berinteraksi dengan orang lain

1. Tanyakan pendapat pasien

tentang kebiasaan berinteraksi

dengan orang lain

2. Tanyakan apa yang menyebabkan

pasien tidak ingin berinteraksi

dengan orang lain

3. Diskusikan keuntungan bila pasien

mempunyai banyak teman dan

bergaul akrab dengan mereka

4. Diskusikan kerugian bila pasien

hanya mengurung diri dan tidak

bergaul dengan orang lain

1. Memberikan informasi tentang

respon sosial dan keyakinan

klien sebagai dasar tindakan

koping yang adaptif

2. Mengetahui respon maladaptif

dari pasien dan berusaha

memperbaikinya

3. Mengetahui kopinmg dari klien

dan berusaha menguatkan

koping yang adaptif dari pasien

4. Memperbaiki koping yang

maladaptif dari pasien

TUK 4:Klien dapat membuat rencana kegaiatan yang realistis sesuai

kemauan dan kemampuan klien

1. Bimbing klien untuk dapat

menentukan keinginanya dalam

beraktivitas( berolahraga,merawa

t diri)

2. Berikan contoh cara berinteraksi

dengan orang lain

3. Berikan kesempatan pasien

mempraktekan cara berinteraksi

dengan orang lain yang

dilakukan dihadapan perawat

1. Memberikan klien gambaran

tentang kemampuannya

2. memberikan role model bagi klien

sehingga mudah bagi klien untuk

melakukan kegiatan/berinteraksi

3. Memberikan klien gambaran

tentang kemampuannya dan

penilain terhadap dirinya

TUK 5:Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam meningkatkan harga

dirinya

1. Anjurkan keluarga untuk dapat

memotivasi klien untuk

melakukan aktivitas

1. Keluarga mempunyai arti yang

penting bagi klien

2. Mendukung klien dalam

Page 20: Konsep Dan Askep Halusinasi

2. Anjurkan agar keluarga dapat

menyediakan fasilitas yang

terkait dengan kegiatan

melakukan aktivitasnya

DIAGNOSA 3 RESIKO MENCEDERAI DIRI

BERHUBUNGAN DENGAN

HALUSINASIPENDENGARAN

TUJUAN KRITERIA HASIL

Setelahdiberikanintervensikeperawat

anselama 2 x pertemuan,

Klientidakmencideraidiri sendiri dan

dapat mengendalikan halusinasinya.

Kliendapatmembinahubungansalin

gpercaya

Kliendapatmengenalhalusinasi

Kliendapatmengontrolhalusinasi

Klienmendapatdukungan dari

keluargadalammengontrolhalusina

si

Klien

memanfaatkanobatdenganbaik

INTERVENSI RASIONALISASI

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

1. Bina hubungan saling percaya

• Salam terapeutik

• Perkenalkan diri

• Jelaskan tujuan interaksi

• Buat kontrak yang jelas

• Menerima klien apa adanya

• Kontak mata positif

• Ciptakan lingkungan yang terapeutik

2. Dorong klien dan beri kesempatan untuk

mengungkapkan perasaannya

3. Dengarkan ungkapan klien dengan rasa

empati.

1. Hubungan saling percaya

sebagai dasar interaksi

yang terapeutik antara

perawat dan klien

2. Ungkapan perasaan oleh

klien sebagai bukti bahwa

klien mempercayai

perawat

3. Empati perawat akan

meningkatkan hubungan

terapeutik perawat-klien

TUK 2 : Klien dapat mengenali halusinasinya

Adakan kontak secara sering dan singkat

Observasi tingkah laku verbal dan non

verbal klien yang terkait dengan

1. Mengurangi waktu

kosong bagi klien untuk

Page 21: Konsep Dan Askep Halusinasi

halusinasi (sikap seperti mendengarkan

sesuatu, bicara atau tertawa sendiri,

terdiam di tengah – tengah

pembicaraan).

Terima halusinasi sebagai hal yang nyata

bagi klien dan tidak nyata bagi perawat.

Identifikasi bersama klien tentang waktu

munculnya halusinasi, isi halusinasi dan

frekuensi timbulnya halusinasi.

Dorong klien untuk mengungkapkan

perasaannya ketika halusinasi muncul.

Diskusikan dengan klien mengenai

perasaannya saat terjadi halusinasi.

menyendiri.

2. Mengumpulkan data

intervensi terkait dengan

halusinasi.

3. Memperkenalkan hal

yang merupakan realita

pada klien.

4. Melibatkan klien dalam

memperkenalkan

halusinasinya.

5. Mengetahui koping klien

sebagai data intervensi

keperawatan selanjutnya.

6. Membantu klien

mengenali tingkah

lakunya saat halusinasi.

TUK 3 : Klien dapat mengendalikan halusinasinya

Identifikasi tindakan klien yang positif.

Beri pujian atas tindakan klien yang

positif.

Bersama klien rencanakan kegiatan

untuk mencegah terjadinya halusinasi.

Diskusikan ajarkan cara mengatasi

halusinasi.

Dorong klien untuk memilih cara yang

disukai untuk mengontrol halusinasi.

Beri pujian atas pilihan klien yang tepat.

Dorong klien untuk melakukan tindakan

yang telah dipilih.

Diskusikan dengan klien hasil atau upaya

yang telah dilakukan.

Beri penguatan atas upaya yang telah

berhasil dilakukan dan beri solusi jika ada

keluhan klien tentang cara yang dipilih.

1. Mengetahui cara – cara

klien mengatasi

halusinasi baik yang

positif maupun yang

negatif.

2. Menghargai respon atau

upaya klien.

3. Melibatkan klien dalam

menentukan rencana

intervensi.

4. Memberikan informasi

dan alternatif cara

mengatasi halusinasi

pada klien.

5. Memberi kesempatan

pada klien untuk

memilihkan cara sesuai

Page 22: Konsep Dan Askep Halusinasi

kehendak dan

kemampuannya.

6. Meningkatkan rasa

percaya diri klien.

7. Motivasi respon klien atas

upaya yang telah

dilakukan.

8. Melibatkan klien dalam

menghadapi masalah

halusinasi lanjutan

TUK 4 : Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya

1. Diskusikan dengan klien tentang obat

untuk mengontrol halusinasinya.

2. Bantu klien untuk memutuskan bahwa

klien minum obat sesuai program dokter.

3. Observasi tanda dan gejala terkait efek

dan efek samping.

4. Diskusikan dengan dokter tentang efek

dan efek samping obat

1. Memberikan informasi

dan meningkatkan

pengetahuan klien

tentang efek obat

terhadap halusinasinya.

2. Memastikan klien

meminum obat secara

teratur.

3. Mengobservasi efektivitas

program pengobatan.

4. Memastikan efek obat –

obatan yang tidak

diharapkan terhadap

klien.

TUK 5 :Klienmendapatdukungankeluarga dalam mengendalikan halusinasi.

1. Bina hubungan saling percaya dengan

klien.

2. Kaji pengetahuan keluarga tentang

halusinasi dan tindakan yang dilakukan

keluarga dalam merawat klien.

3. Beri penguatan positif atas upaya yang

baik dalam merawat klien.

4. Diskusikan dan ajarkan dengan keluarga

1. Sebagaiupayamembinahu

bungan terapeutik dengan

keluarga.

2. Mencari data awal untuk

menentukan intervensi

selanjutnya.

3. Penguatan untuk

menghargai upaya

Page 23: Konsep Dan Askep Halusinasi

tentang : halusinasi, tanda – tanda dan

cara merawat halusinasi.

5. Beri pujian atas upaya keluarga yang

positif.

keluarga.

4. Memberikan informasi

dan mengajarkan

keluarga tentang

halusinasi dan cara

merawat klien.

5. Pujian untuk menghargai

keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Sudden .1988.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Towsend, Mary C .1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.

Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2009. Keperwatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.

Stuart, G.W., dan Laraia, 2003.  Principles and practice of psychiatric Nursing.St.

Louis: Mosby year book.