15
PERKAWINAN Tim Pengajar Antropologi Budaya (semester gasal 2010/2011) Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

antropologi

Citation preview

Page 1: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

PERKAWINAN

Tim Pengajar Antropologi Budaya(semester gasal 2010/2011)

Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Page 2: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Pengertian

Menurut Haviland, perkawinan adalah “suatu transaksi dan kontrak yang sah dan resmi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang mengukuhkan hak mereka yang tetap untuk berhubungan seks satu sama lain, dan yang menegaskan bahwa si perempuan yang bersangkutan sudah memenuhi syarat untuk melahirkan anak”

Page 3: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Unsur-unsur:

- Sifat perkawinan merupakan transaksi dan kontrak yang sah dan resmi

- Tujuan pengukuhan hak untuk hubungan seks

- Syarat kedewasaan (si perempuan sudah memenuhi syarat untuk melahirkan anak)

Page 4: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 – pasal 1

“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa”

Page 5: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Unsur-unsur:

- Sifat ikatan lahir dan bathin

- Tujuan (1) membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, (2) didasarkan kepada Ketuhanan YME

- Syarat tercantum dalam pasal 7 (1) UU No. 1 /1974 ttg perkawinan – batas usia minimum (perempuan – 16 thn dan

laki2 – 19 thn)

Page 6: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Tata Cara Perkawinan

- Lamaran pihak laki2 mendatangi pihak keluarga perempuan

- Pertunangan

misal, di Jawa : peningsetan upacara pemberian sejumlah harta dari laki2 kepada kerabat perempuan (orang tua/wali) sebagai tanda pengikat/pertunangan

Page 7: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

- Mas kawin (bride price) pemberian dari pihak calon mempelai laki2 kepada pihak calon mempelai perempuan (bisa berupa uang, barang/ternak):

a. uang jujur (Bataktuhor, boli, sinamot) b. benda-benda yang dianggap mempunyai

kekuatan sakti (Timor:moko, Jawa:uang setalen = tali pengikat)

c. uang jemputan (Minangkabau) pemberian dari pihak keluarga mempelai perempuan kepada pihak keluarga mempelai laki2 sejumlah uang/barang sebagai alat untuk menjemput mempelai laki2

Page 8: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Fungsi Mas Kawin

Fungsi mas kawin adalah:- Syarat perkawinan- Pengganti kerugian potensi tenaga mengganti

kekosongan magis untuk keseimbangan kosmos

Kepada siapa mas kawin diberikan?- Calon mempelai perempuan- Kaum kerabat calon mempelai perempuan- Mas kawin untuk sebagian diberikan kepada calon

mempelai dan sebagian kepada kaum kerabat calon mempelai perempuan

Page 9: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Fungsi Perkawinan

Dalam karangan Koentjaraningrat (Beberapa pokok Ant. Sosial, 1977:90), fungsi perkawinan adalah:1. Mengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut

dengan kehidupan seksnya2. Memberikan ketentuan hak dan kewajiban serta

perlindungan kepada hasil persetubuhan (anak2)3. Memenuhi kebutuhan manusia akan seorang teman

hidup4. Memenuhi kebutuhan manusia akan harta, gengsi, dan

kenaikan strata dalam masyarakat5. Memberikan status kedewasaan bagi seseorang

Page 10: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Aturan-Aturan Perkawinan

Setiap masyarakat mengenal aturan-aturan

yang menata perkawinan setiap

masyarakat memiliki aturan yang berlainan

Page 11: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Pembatasan/Larangan Perkawinan

Menurut Antropologi (Adat), pembatasan/larangan perkawinan adalah sbb:1. Incest (sumbang)2. Perkawinan dalam kelompok (endogami)3. Perkawinan sepupu (cousin marriage)4. Kawin dengan generasi berlainan

(terutama apabila pihak perempuan termasuk generasi yang lebih tua)

Page 12: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Pembatasan/larangan perkawinan menurut UU No. 1/1974 – pasal 8:1. Larangan menikah dengan garis keturunan

lurus ke bawah atau ke atas2. Larangan menikah dengan garis menyamping3. Larangan menikah dengan yang berhubungan

semenda4. Larangan menikah dengan yang berhubungan

sesusuan5. Larangan menikah dengan

saudara/kemenakan dari isteri (dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang)

6. Larangan menikah antara orang-orang yang dilarang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku

Page 13: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Prinsip dan Bentuk Perkawinan

Prinsip perkawinan:

- Endogami

- Eksogami

Bentuk perkawinan:

- Monogami

- Poligami poliandri dan poligini

Page 14: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

Macam Perkawinan

1. Perkawinan sepupu (cousin marriage) terdiri atas:a. sejajar/sejenis/paralel (Paralel Cousin

Marriage) PCM laki2 dan PCM perempuanb. bersilang (Cross Cousin Marriage):- CCM simetris (Minangkabau pulang ke bako

yang diidealkan; Batak dilarang karena terjadi tukar menukar wanita yang melanggar prinsip “dalihan na tolu” melanggar conobium asymetris

- CCM a simetris (Minangkabau kawin yo anak mamak eksogami diidealkan; Batak pariban eksogami tidak melanggar conobium asymetris).

Page 15: Antropologi Budaya b 4 Perkawinan

2. Perkawinan levirat janda dengan

saudara laki2 almarhum suaminya

3. Perkawinan sororat duda dengan

saudara perempuan almarhum isterinya

4. Tukar mempelai (bride exchange)

5. Semendo ambil anak (Rejang), nginjam

jago (Lampung)