Anestesi Apendiktomi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    1/17

    Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

    penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering.Apendisitis akut sering tampil

    dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang

    memberikan tanda setempat, disertai maupuntidak disertai rangsang peritonieum

    lokal.

    Gajala apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan

    nyeri viseral didaerah epigastriumdisekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai

    mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam

    nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan

    lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat

    Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.

    Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera

    mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan

    dibawah anestesi umum umum atau spinal, secara terbuka ataupun dengan cara

    laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Bila

    apendiktomi terbuka, insisiMc.Burneybanyak dipilih oleh para ahli bedah.

    Pada pasien ini diklasifikasikan pada ASA II, dikarenakan adanya

    penyakit sistemik ringan sampai sedang tanpa ada pembatasan aktifitas fisik

    (terdapat leukositosis, kemungkinan terjadi karena infeksi appendisitisnya).

    Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah

    yang berasal dari The American Society Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi ini

    bukan alat prakiraan risiko anastesia, karena dampak samping anestesia tidak

    dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.

    Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.

    Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas.

    Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas

    rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.

    Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan

    hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    2/17

    Pada kasus ini operasi appendiktomi dengan diagnosis pre-operatif

    appendisitis pada pasien ASA II Gejala yang paling menonjol adalah demam dan

    nyeri tekan pada regio abdomen kanan bawah (titik Mc Burney) dan leukositosis.

    Pada operasi pasien ini, teknik anestesi yang digunakan adalah anestesi

    regional (spinal). Pemilihan anestesi regional sebagai teknik anestesi pada pasien

    ini berdasarkan pertimbangan bahwa pasien akan menjalani operasi

    appendiktomi sehingga pasien memerlukan blockade pada regio abdomen bawah

    untuk mempermudah operator dalam melakukan operasi. Teknik ini umumnya

    sederhana, cukup efektif, dan mudah digunakan. Analgesia spinal dihasilkan bila

    kita menyuntikkan obat analgetik lokal ( bupivacain ) ke dalam ruang

    subarachnoid ( urutan jarum spinal untuk mencapai raung subarachnoid : kulit

    subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural

    duramater ruang subarachnoid ) di antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-

    L5.

    8 jam sebelum operasi pasien menjalani puasa hal ini bertujuan untuk

    meminimalkan terjadinya regurgitasi karena selama anestesia refleks laring

    mengalami penurunan.

    Indikasi/Kontraindikasi/

    KomplikasiKeterangan

    Indikasi

    Bedah ekstremitas bawah

    Bedah panggul

    Tindakan sekitar rectum-perineum

    Bedah obstetric-ginekologi

    Bedah urologi

    Bedah abdomen bawah

    Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatric

    biasanya dikombinasikan dengan anesthesia

    umum ringan

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    3/17

    Indikasi Kontra Absolut

    Pasien menolak

    Infeksi pada tempat penyuntikan

    Hipovolemia berat, syokKoagulopati atau mendapat terapi antikoagulan

    Tekanan intra cranial tinggi

    Fasilitas resusitasi minimal

    Kurang pengalaman/tanpa didampingi

    konsultan anesthesia

    Indikasi Kontra Relatif

    Infeksi sistemik (sepsis, bakteremia)

    Infeksi sekitar tempat penyunikan

    Kelainan neurologis

    Kelainan psikis

    Bedah lama

    Penyakit jantung

    Hipovolemia ringan

    Nyeri punggung kronis

    Komplikasi Tindakan

    Hipotensi berat

    Bradikardia

    Hipoventilasi

    Trauma pembuluh darah

    Trauma saraf

    Mual muntah

    Gangguan pendengaran

    Blok spinal tinggi, atau spinal total

    Komplikasi Pasca Tindakan

    Nyeri tempat suntikan

    Nyeri punggung

    Nyeri kepala karena kebocoran likuor

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    4/17

    Retensio urine

    Meningitis

    Teknik anestesi spinal dimulai dengan memposisikan pasien duduk atau posisi

    tidur lateral. Posisi ini adalah yang paling sering dikerjakan. Perubahan posisi

    berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.

    Berikut teknik anesthesia spinal dengan blok subarachnoid:

    1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus laterl.

    Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang spinosus

    mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.

    Gambar 2.1 Posisi anestesi spinal

    2.

    Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan

    tulang punggung ialah L4 atau L4-5. Tentukan tempat tusukannya,

    misalnya L2-3, L3-4, atau L4-5. Tusukan pada L1-2 atau di atasnya

    berisiko trauma medulla spinalis.

    3.

    Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alcohol.

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    5/17

    4. Beri anestetik local pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2%

    2-3 ml.

    5.

    Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal sebesar 22 G,

    23 G atau 25 G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27

    G atau 29 G, dianjurkan menggunakan introducer(penuntun jarum), yaitu

    jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan introdusersedalam kira-kira 2

    cm agak sedikit ke arah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut

    mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Setelah resistensi menghilang,

    mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi

    obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5 ml/detik) diselingi

    aspirasi sedikit, hanya utuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.

    Obat yang diberikan :

    1. Ondansetron 4mg IV

    Diberikan sebagai premedikasi ( anti mual-muntah )

    2. Bupivacain 15mg

    Anastetik lokal golongan amida. Digunakan sebagai anestetik yang

    disuntikkan di ruang sub arachnoid. Anestetik ini biasanya digunakan yang

    hiperbarik, dengan dosis 5-15mg ( 1-3ml ).

    3. Ketorolac 30mg IV

    Diberikan sesaat sebelum operasi selesai sebagai analgetik pasca operasi.

    Cairan : Ringer-Laktat 500ml untuk pengganti cairan yang hilang selama

    operasi.

    Anastesi spinal dilakukan yang digunakan pada pasien ini adalah

    Bupivakain 20 mg yang disuntikkan dengan jarum spinal ke ruang subarachnoid

    antara kanalis spinalis VL 3 VL 4. Untuk mengurangi mual-muntah pasca bedah

    pasien diberikan premedikasi ondancetron iv 4 mg.

    Bupivacaine adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam golongan

    amino amida. Bupivacaine di indikasi pada penggunaan anestesi lokal termasuk

    anestesi infiltrasi, blok serabut saraf, anestesi epidura dan anestesi intratekal.

    Bupiivacaine kadang diberikan pada injeksi epidural sebelum melakukan operasi

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    6/17

    athroplasty pinggul. Obat tersebut juga biasa digunakan untuk luka bekas operasi

    untuk mengurangi rasa nyeri dengan efek obat mencapai 20 jam setelah operasi.

    Bupivacaine dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk

    memperpanjang durasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan fentanil

    untuk analgesi epidural. Kontraindikasi untuk pemberian bupivacaine adalah

    anestesi regional IV (IVRA) karena potensi risiko untuk kegagalan tourniket dan

    adanya absorpsi sistemik dari obat tersebut.

    Bupivacaine bekerja dengan cara berikatan secara intaselular dengan

    natrium dan memblok influk natrium kedalam inti sel sehingga mencegah

    terjadinya depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa nyerimempunyai serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung mielin, maka

    bupivacaine dapat berdifusi dengan cepat ke dalam serabut saraf nyeri

    dibandingkan dengan serabut saraf penghantar rasa proprioseptif yang mempunyai

    selubung mielin dan ukuran serabut saraf lebih tebal.

    Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan denyut nadi

    selalu dimonitor. Infus RL diberikan pada penderita sebagai cairan rumatan.

    Beberapa saat sebelum operasi selesai diberikan Ketorolac 30 mg sebagai

    analgesik setelah operasi

    Perlu diperhatikan terapi cairan perioperatif termasuk penggantian defisit

    cairan sebelumnya, kebutuhan maintenance dan luka operasi seperti pendarahan.

    Dengan tidak adanya intake oral, defisit cairan dan elektrolit bisa terjadi cepat

    karena terjadinya pembentukan urin, sekresi gastrointestinal, keringat dan

    insensible losses yang terus menerus dari kulit dan paru. Pasien yang puasa tanpaintake cairan sebelum operasi akan mengalami defisit cairan karena durasi puasa.

    Defisit bisa dihitung dengan mengalikan kebutuhan cairan maintenance dengan

    waktu puasa. Berat badan pasien adalah 50 kg, maka apabila pasien peusa selama

    9 jam:

    Kehilangan cairan tambahan diperhitungkan sesuai dengan jenis operasi

    apakah ringan, sedang atau berat (Morgan, 2006).

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    7/17

    Tabel 2.7 Kebutuhan cairan berdasarkan derajat trauma

    Derajat Trauma Kebutuhan cairan tambahan

    Ringan (herniorrhaphy) 0-2 ml/kg

    Sedang (cholecystectomy) 2-4 ml/kg

    Berat (bowel resection) 4-8 ml/kg

    2.6 Monitoring

    Salah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang

    dianestesi selama operasi. Karena proses monitoring sangat membantu dalam

    mempertahankan kondisi pasien, oleh karena itu perlu standard monitoring

    intraoperatif yang diadopsi dari ASA, yaitu Standard Basic Anesthetic

    Monitoring.

    Selama semua prosedur anestesi, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan temperature

    pasien harus dievalusi terus menerus.

    Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor pasien selama anestesi adalah:

    Frekuensi nafas, kedalaman dan karakter

    Heart rate, nadi, dan kualitasnya

    Warna membran mukosa, dan capillary refill time

    Kedalaman/stadium anestesi (tonus rahang, posisi mata, aktivitas

    reflek

    palpebra)

    Kadar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi

    Pulse oximetry: tekanan darah, saturasi oksigen, suhu.

    Setelah selesei operasi, pasien dipindah ke ruang rumatan dan diawasi

    aktivitas motorik, sensorik dan kesadaran. Pasien yang dilakukan regional

    anestesi, lebih mudah mengalami recovery dibandingkan dengan general anestesi.

    Hal ini dikarenakan pasien dalam posisi sadar, sehingga komplikasi yang terkait

    airway, breathing, dan circulation lebih minimal. Meskipun demikian, tetap

    harus dilakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, dan frekuensi nafas sampai

    pasien benar-benar stabil.

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    8/17

    Pada instruksi pasca bedah, pasien diharuskan tidur pakai bantal 1 x 24

    jam, hal ini dilakukan, karena obat yang dipakai untuk anestesi lokal bersifat

    hiperbarik, obat ini akan mengikuti posisi tubuh, jika posisi tubuh diubah maka

    obat akan bergerak ke posisi yang lebih rendah, sehingga obat tidak naik ke

    bagian atas tubuh.

    Bila pasien tenang denganAldrette Score > 8 tanpa nilai nol, maka pasien

    dapat dipindah ke bangsal. Pada pasien ini, Aldrette Score bernilai 8, dengan

    rincian sebagai berikut: Warna kulit merah muda (nilai 2), Pasien dapat bernapas

    dalam dan teratur (nilai 2), Tekanan darah + 20 % dari tekanan darah praanestesi

    (nilai 2), Pasien bangun bila dipanggil (nilai 1), Ekstremitas atas dapat digerakkan(nilai 1).

    Peniaian Nilai

    Pergerakan Gerak bertujuan 2

    Gerak tak bertujuan 1

    Tidak bergerak 0

    Pernafasan Teratur, Batuk,

    menangis

    2

    Depresi 1

    Perlu bantuan 0

    Warna kulit Merah muda 2

    Pucat 1

    Sianosis 0

    Tekanan Darah Berubah sekitar 20% 2

    Berubah 20-30% 1

    Berubah > 30% 0

    Kesadaran Sadar penuh 2

    Bereaksi tanpa

    rangsangan

    1

    Tidak bereaksi 0

    Jika jumlah > 8 pasien dapat dipindahkan ke ruangan

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    9/17

    Setelah pasien memiliki Aldrette Score > 8, pasien dikirim ke bangsal

    dengan catatan: Awasi tanda vital secara ketat, awasi kesadaran, Infus cairan

    Ringer Laktat 1500 mL/24 jam, cek Hb pasca operasi, Tidur terlentang dengan

    bantal selama 24 jam, Jika pasien sadar penuh, minum bertahap, dan lain-lain

    sesuai dokter bedah

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    10/17

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan

    penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/

    subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok

    intratekal.

    Hal

    hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat

    yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan

    intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien,

    obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat.

    Pada penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis

    dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan

    dalam. Yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar

    (vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan adanya

    kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi

    dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih.

    Di dalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung

    lambat. Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui

    aliran darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya

    anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal.

    Tabel Anastesi spinal yang paling sering digunakan

    Anastesi lokal Berat Jenis Sifat Dosis

    Lidocain (Xylobain, Lignokain )

    2% plain 1.006 Isobarik 20-100 mg (2-5 ml)

    5% dalam dekstrosa 7,5% 1.033 Hiperbarik 20-50 mg (1-2 ml)

    Bupivakain (Markain)

    0,5% dalam air 1.005 Isobarik 5-20 mg (1-4 ml)

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    11/17

    0,5% dalam dekstrosa 8,25% 1.027 Hiperbarik 5-15 mg (1-3 ml)

    Indikasi

    Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai

    bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus

    seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang panggul,

    bedah obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil

    dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi umum.

    Kontraindikasi

    Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi

    lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan

    tekanan intracranial. Kontraindikasi relatf meliputi neuropati,prior spine surgery,

    nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan AINS, heparin

    subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil, serta a resistant surgeon.

    Persiapan Pasien

    Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

    concernt) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.

    Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan

    untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga

    adanya scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan

    adalah penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin

    parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah.

    Perlengkapan

    Tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan

    operasi yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan

    tindakan resusitasi.

    Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. Jarum spinal memiliki

    permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan ukuran 16G sampai

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    12/17

    dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan adalah prokain, tetrakain,

    lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran

    obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat

    lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat

    ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari

    area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang

    sama di tempat penyuntikan. Pada suhu 37oC cairan serebrospinal memiliki berat

    jenis 1,003-1,008.

    Perlengkapan lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan

    duk steril juga harus disiapkan.

    Jarum spinal. Dikenal 2 macam jarum spinal, yaitu jenis yang ujungnya

    runcing seperti ujung bamboo runcing (Quincke-Babcock atau Greene) dan jenis

    yang ujungnya seperti ujung pensil (whitacre). Ujung pensil banyak digunakan

    karena jarang menyebabkan nyeri kepala pasca penyuntikan spinal.

    Teknik Anestesi Spinal

    Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain:

    1. Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi

    termudah untuk tindakan punksi lumbal. Pasien duduk di tepi meja operasi

    dengan kaki pada kursi, bersandar ke depan dengan tangan menyilang di

    depan. Pada posisi dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah

    satu sisi tubuh berada di meja operasi.

    2. Posisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerah antara

    vertebrata lumbalis (interlumbal).

    3.

    Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien.

    Tipe Quincke Tipe Whitacre

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    13/17

    4. Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang

    medial dengan sudut 10o-30o terhadap bidang horizontal ke arah cranial.

    Jarum lumbal akan menembus ligamentum supraspinosum, ligamentum

    interspinosum, ligamentum flavum, lapisan duramater, dan lapisan

    subaraknoid.

    5. Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan menetes keluar.

    6. Suntikkan obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam ruang

    subaraknoid. Kadang-kadang untuk memperlama kerja obat ditambahkan

    vasokonstriktor seperti adrenalin.

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    14/17

    Komplikasi

    Komplikasi anastesi spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi

    delayed.

    Komplikasi tindakan :

    1. Hipotensi berat: Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa

    dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000ml atau koloid

    500ml sebelum tindakan.

    2. Bradikardia : Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi

    akibat blok sampai T-2

    3. Hipoventilasi : Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat

    kendali nafas

    4.

    Trauma pembuluh saraf

    5. Trauma saraf

    6.

    Mual-muntah

    7.

    Gangguan pendengaran

    8. Blok spinal tinggi atau spinal total

    Komplikasi pasca tindakan:

    1. Nyeri tempat suntikan

    2. Nyeri punggung

    3.

    Nyeri kepala karena kebocoran likuor

    4.

    Retensio urine

    5. Meningitis

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    15/17

    Komplikasi intraoperatif:

    1). Komplikasi kardiovaskular

    Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40%.

    Hipotensi terjadi karena vasodilatasi, akibat blok simpatis, yang

    menyebabkan terjadi penurunan tekanan arteriola sistemik dan vena,

    makin tinggi blok makin berat hipotensi. Cardiac output akan berkurang

    akibat dari penurunan venous return. Hipotensi yang signifikan harus

    diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan

    obat vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrin.

    Cardiac arrest pernah dilaporkan pada pasien yang sehat pada saat

    dilakukan anestesi spinal. Henti jantung bisa terjadi tiba-tiba biasanya

    karena terjadi bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien

    dalam keadaan yang stabil. Pada kasus seperti ini, hipotensi atau hipoksia

    bukanlah penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan

    dari mekanisme reflek bradikardi dan asistol yang disebut reflek Bezold-

    Jarisch.

    Pencegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan infuse cairan

    kristaloid (NaCl,Ringer laktat) secara cepat sebanyak 10-15ml/kgbb dlm

    10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia spinal. Bila dengan cairan

    infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati dengan

    vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19mg diulang setiap 3-

    4menit sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki. Bradikardia

    dapat terjadi karena aliran darah balik berkurang atau karena blok

    simpatis,dapat diatasi dengan sulfas atropine 1/8-1/4 mg IV.

    2). Blok spinal tinggi atau total

    Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan

    perhitungan dosis yang diperlukan untuk satu suntikan. Komplikasi yang

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    16/17

    bisa muncul dari hal ini adalah hipotensi, henti nafas, penurunan

    kesadaran, paralisis motor, dan jika tidak diobati bisa menyebabkan henti

    jantung. Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi arterial dan

    kapasitas pembuluh darah vena, hipotensi adalah komplikasi yang paling

    sering terjadi pada anestesi spinal. Hal ini menyebabkan terjadi penurunan

    sirkulasi darah ke organ vital terutama otak dan jantung, yang cenderung

    menimbulkan sequel lain. Penurunan sirkulasi ke serebral merupakan

    faktor penting yang menyebabkan terjadi henti nafas pada anestesi spinal

    total. Walau bagaimanapun, terdapat kemungkinan pengurangan kerja otot

    nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic interkostal. Aktivitas saraf

    phrenik biasanya dipertahankan. Berkurangnya aliran darah ke serebral

    mendorong terjadinya penurunan kesadaran. Jika hipotensi ini tidak di

    atasi, sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi

    iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya

    menyebakan henti jantung. Pengobatan yang cepat sangat penting dalam

    mencegah terjadinya keadaan yang lebih serius, termasuk pemberian

    cairan, vasopressor, dan pemberian oksigen bertekanan positif. Setelah

    tingkat anestesi spinal berkurang, pasien akan kembali ke kedaaan normal

    seperti sebelum operasi. Namun, tidak ada sequel yang permanen yang

    disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat

    dan tepat.

    Komplikasi respirasi

    1. Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi, bila fungsi

    paru-paru normal.

    2. Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal

    tinggi.

    3.

    Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena

    hipotensi berat dan iskemia medulla.

    4. Kesulitan bicara,batuk kering yang persisten,sesak nafas,merupakan tanda-

    tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan

    pernafasan buatan.

  • 8/11/2019 Anestesi Apendiktomi

    17/17

    Komplikasi postoperative:

    1). Komplikasi gastrointestinal

    Nausea dan muntah karena hipotensi,hipoksia,tonus parasimpatis

    berlebihan,pemakaian obat narkotik, reflek karena traksi pada traktus

    gastrointestinal serta komplikasi delayed, pusing kepala pasca pungsi

    lumbal merupakan nyeri kepala dengan ciri khas terasa lebih berat pada

    perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak. Mulai terasa pada 24-48jam

    pasca pungsi lumbal,dengan kekerapan yang bervariasi. Pada orang tua

    lebih jarang dan pada kehamilan meningkat.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Said A.Latief dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua. Jakarta :

    Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2002

    2. Mansjoer, Arif. dkk. Kapita Selekta Kedokteran edisi III. Jakarta. 2002

    3.

    R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi dua. Jakararta : Penerbit EGC.

    2004

    4.

    Anonim. Anestesiologi. Diakses dari http/www.doktermuda.wordpress.com. d