73
i ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PEGAWAI PT PLN (Persero) WILAYAH SULAWESI SELATAN, TENGGARA DAN BARAT AN ANALYSIS ON FACTORS CORRELATED TO OFFICIALS WORK FATIGUE OF PT PLN (Persero) OF SOUTH, SOUTHEAST, AND WEST SULAWESI REGION ADE WIRA LISRIANTI LATIEF SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

i

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KELELAHAN KERJA PEGAWAI PT PLN (Persero)

WILAYAH SULAWESI SELATAN,

TENGGARA DAN BARAT

AN ANALYSIS ON FACTORS CORRELATED TO OFFICIALS

WORK FATIGUE OF PT PLN (Persero) OF SOUTH,

SOUTHEAST, AND WEST SULAWESI REGION

ADE WIRA LISRIANTI LATIEF

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

ii

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KELELAHAN KERJA PEGAWAI PT PLN (Persero)

WILAYAH SULAWESI SELATAN,

TENGGARA DAN BARAT

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

ADE WIRA LISRIANTI LATIEF

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

iii

Page 4: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ade Wira Lisrianti Latief

NIM : P1800215001

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Adapun bagian-bagian tertentu dalam

penulisan tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan

dengan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

pedoman penulisan tesis.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Agustus 2017

Yang menyatakan

Ade Wira Lisrianti Latief

Page 5: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

v

PRAKATA

Bismillahirohmanirohim

Alhamdulillahi Rabbil `Alamin Puji dan syukur penulis panjatkan

kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan

kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat

diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap

tercurahkan kepada junjungan alam, suri tauladan, Nabi Muhammad SAW,

juga kepada segenap keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Penulis

menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan olehnya itu kritik dan

saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan tesis ini.

Pada kesempatan ini, pereknankanlah penulis dengan segala hormat

dan keikhlasan hati menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada

Dr.dr.Hj. Syamsiar S. Russeng, MS selaku pembimbing I, dan Dr.dr. Arifin

Seweng, MPH selaku pembimbing II dengan penuh keikhlasan meluangkan

waktu memberikan arahan, dukungan dan bimbingan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr.dr.

Masyitha Muis, MS, dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D, dan Prof.Dr.Saifuddin

Sirajuddin, MS atas kesediaannya menjadi penguji yang banyak memberikan

arahan dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan tesis ini.

Page 6: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

vi

Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu selaku Rektor Universitas Hasanuddin

yang telah memberikan kesempatan untuk bisa mengikuti pendidikan di

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar

2. Prof.Dr.drg.A.Zulkifli M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin.

3. Dr.Ridwan M.Thaha selaku Ketua Program Studi Magister Kesehatan

Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

4. Seluruh staf pengajar Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat

terkhusus pada Konsentrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Universitas Hasanuddin Makassar Prof.dr.Rafael Djajakusli MOH, Dr.Atjo

Wahyu, SKM, M.Kes,dr. M.Furqaan Naiem M.Sc., Ph.D, Dr.Lalu

Muhammad Saleh, SKM, M.Kes, Yahya Thamrin, SKM., M.Kes, MOHS,

Dr.PH, yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi

penulis

5. Para Staff Sekolah Pasca Sarjana dan Jurusan K3 Kak Fatma, (Alm) Kak

Nur, dan Pak Rahman yang secara iklhas membantu dalam proses

penyelesaian administrasi selama penulis menjalani pendidikan.

6. Pimpinan PT PLN (Persero) yang telah memberikan izin sehingga

penelitian ini dapat terlaksana.

7. Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar yang telah bersedia

menjadi responden sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

Page 7: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

vii

8. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister

Kesehatan Angkatan 2015 terkhusus pada teman-teman konsentrasi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

9. Kakak-kakak senior Pascasarjana Magister Kesehatan konsentrasi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Angkatan 2014 yang banyak

membantu mulai penulis masuk menempuh pendidikan hingga penulis

menyelesaikan tesis ini.

10. Hormat saya kepada orang tua, Ayahanda tercinta Ir. H. Ahmad Ridwan

Latief, MH, Ibunda Hj. Luys Lunrang, Kakanda Lisar Wira Ilhami, SH ,

Ardhana Wira Reswari SH., M.Kn , Trilara Wira Ramadhani Latief

S.Farm., Apt , dan Adinda Muh. Fatihul Ikhsan. Terima kasih atas

dukungan serta doa yang tiada henti sehingga penulis dapat

menyelesaikan jenjang pendidikan ini.

11. Keluarga, sahabat, teman terdekat, yang senantiasa mendoakan dan

memberikan semangat dan dukungan dalam proses penyelesaian tesis

ini.

Page 8: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

viii

Akhir kata, kepada semua pihak yang pada kesempatan ini tidak

tertuliskan, penulis yakin tersedia rasa terima kasih yang tulus atas

semuanya. Tiada kesempurnaan kecuali yang dimiliki Allah SWT, demikian

pula yang penulis tuturkan. Semoga tulisan ini dapat berkontribusi dalam

memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Aamiin ya Rabbalalamin

Makassar, Juli 2017

Ade Wira Lisrianti Latief

Page 9: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

ix

Page 10: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

x

Page 11: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PRAKATA ....................................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT .................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ......................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B.Rumusan Masalah ............................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12

A. Tinjauan Tentang Kelelahan ............................................................. 12

B. Tinjauan Umum Tentang Umur ......................................................... 28

C. Tinjauan Umum Tentang Stress Kerja .............................................. 29

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap Kerja ............................................... 37

E. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi ................................................ 40

F. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja .............................................. 44

G. Kerangka Teori ................................................................................. 48

H. Kerangka Konsep ............................................................................. 49

I. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ............................................... 49

J. Definisi Operasional dan Kerangka Objektif ...................................... 53

K. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 56

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 57

A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 57

Page 12: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

xii

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 57

C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 57

D. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 59

E. Cara Pengumpulan Data ................................................................... 61

F. Pengolahan Data .............................................................................. 63

G. Analisis dan Penyajian Data .............................................................. 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 66

A. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 66

B. PEMBAHASAN ................................................................................. 82

C. KETERBATASAN PENELITIAN ........................................................ 98

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 98

A. KESIMPULAN ................................................................................... 99

B. SARAN ........................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 101

LAMPIRAN ................................................................................................ 106

Page 13: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintesa Penelitian Variabel Kelelahan…………………….. 27

Tabel 2.2 Sintesa Penelitian Variabel Umur…………………………… 29

Tabel 2.3 Sintesa Penelitian Variabel Stress Kerja…………………… 35

Tabel 2.4 Sintesa Penelitian Variabel Sikap Kerja……………………. 38

Tabel 2.5 Sintesa Penelitian Variabel Status Gizi………………………… 44

Tabel 2.6 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi………….. 45

Tabel 2.7 Sintesa Penelitian Variabel Beban Kerja…………………… 47

Tabel 2.8 Definisi Operasional dan Kerangka Objektif 53

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,

Pendidikan Terakhir Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar ……………………..……………………………

69

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Asam Laktat dan Glukosa Dalam Darah

Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar …......... 69

Tabel 4.3 Distribusi Berdasrkan Umur Karyawan PT PLN (Persero)

Wilayah Sulselrabar ………………………………................... 70

Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Stres Kerja Karyawan PT PLN

(Persero) Wilayah Sulselrabar ……………………..………… 70

Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Sikap Kerja Karyawan PT PLN

(Persero) Wilayah Sulselrabar ………………………………. 71

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Karyawan PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar…….…………………….. 71

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasrkan Beban Kerja Karyawan PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar………………………….. 72

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Kelelahan Kerja

Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar …….…… 72

Tabel 4.9 Distribusi Kejadian Kelelahan Kerja Responden Berdasarkan

Bagian Kerja Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah 73

Page 14: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

xiv

Sulselrabar……………………..……………………..………….

Tabel 4.10

Distribusi Umur Responden Berdasarkan Bagian Kerja

Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar……..………………..……………………………….

73

Tabel 4.11

Distribusi Stres Kerja Berdasarkan Bagian Kerja Karyawan

PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar……..………………..……………………………….

74

Tabel 4.12

Distribusi Sikap Kerja Responden Berdasarkan Bagian Kerja

Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar……..………………..……………………………….

75

Tabel 4.13

Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Bagian Kerja

Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar……..………………..……………………………….

76

Tabel 4.14

Distribusi Beban Kerja Responden Berdasarkan Bagian Kerja

Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar……..………………..……………………………….

76

Tabel 4.15 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja Karyawan PT PLN

(Persero) Wilayah Sulselrabar……………………..…………… 77

Tabel 4.16 Hubungan Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Karyawan PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar…………………………. 78

Tabel 4.17 Hubungan Sikap Kerja dengan Kelelahan Kerja Karyawan PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar………………………….. 79

Tabel 4.18 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Karyawan PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar………………………….. 80

Tabel 4.19 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Karyawan

PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar……………………… 71

Tabel 4.20

Hasil Uji Regresi Logistik Variabel yang Berpengaruh

Terhadap Kelelahan Kerja Karyawan PT PLN (Persero)

Wilayah Sulselrabar……………………..……………………..

83

Page 15: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Teori Kombinasi Pengaruh Kelelahan dan Penyegaran 16

Gambar 2.2 Reaksi Tubuh Terhadap Stres 33

Gambar 2.3 Modifikasi Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Menyebabkan

Kelelahan 48

Page 16: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Master Tabel Data

Lampiran 3 Hasil Olah Data SPSS

Lampiran 4

Surat Pengantar Pengambilan Data Awal

Lampiran 5

Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 6

Surat Pengantar Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7

Surat Izin Penelitian BKPMD

Lampiran 8

Surat Izin Penelitian Kantor PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar

Lampiran 9

Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

.

Page 17: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

xvii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Istilah/ Singkatan Kepanjangan / Pengertian

PT Perseroan Terbatas

Sulselrabar Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat

ILO International Labour Organization

WHO World Health Organization

USA United State Of America

CV Commanditaire Vennoostschap

SULUT Sulawesi Utara

BPN Badan Pertanahan Nasional

EMG Electromyograf

MEA Metabolisme Energy Anaerobic

BUMN Badan Usaha Milik Negara

SDM Sumber Daya Manusia

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

IFRC Industrial Fatigue Research Committee

NIOSH National Institute For Occupational Safety and Health

KAUPK2 Kuesioner Alat Ukur Kelelahan Kerja

RULA Rapid Upper Limb Assessment

BB/TB Berat Badan Untuk Tinggi Badan

RI Republik Indonesia

Page 18: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelelahan merupakan akumulasi berbagai aktivitas tubuh manusia

yang menghasilkan kondisi tubuh yang ditandai dengan adanya perasaan

lelah dan, konsentrasi menurun. Kelelahan juga dapat diartikan berupa suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih

lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat(1). Kelelahan sering kali

diabaikan oleh tenaga kerja, yang dimana seharusnya hal ini mendapatkan

perhatian sebab berkaitan dengan perlindungan kesehatan tenaga kerja(1).

Kelelahan kerja merupakan dampak yang sering dialami oleh tenaga

kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang dengan kondisi lingkungan yang

sehat, nyaman dan selamat akan memicu terjadinya kelelahan kerja(1).

Kelelahan kerja juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan baik

penyakit fisik, psikologis, serta dapat mengganggu kinerja pekerja saat

melaksanakan tugasnya(2). Hasil penelitian disebutkan bahwa dari 80 %

human error, 50% nya disebabkan oleh kelelahan kerja(1).

Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan hampir

setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan

kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Penelitian tersebut

Page 19: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

2

menyatakan dari 58.115 pekerja yang menjadi sampel, sebanyak 32,8% atau

sekitar 18.828 pekerja menderita kelelahan kerja.(3).

World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat

sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah

yang berat dan berujung pada depresi akan menjadi penyakit pembunuh

nomor dua setelah penyakit jantung. Laporan survey di Negara maju

diketahui bahwa 10-50% penduduk mengalami kelelahan akibat kerja(4).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Tenaga Kerja di

Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan 16.000 pekerja di

Negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

ditemukan 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28%

mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluhkan stress

berat dan merasa tersisihkan(5).

Survey di USA didapatkan hasil bahwa kelelahan merupakan masalah

besar, yang dimana sebanyak 24% seluruh orang dewasa yang datang ke

poliklinik menderita kelelahan kronis(6). Hal serupa juga terlihat pada

penelitian yang dilakukan Kendel di Inggris yang menyebutkan bahwa 25%

wanita dan 20% pria mengeluh selalu lelah(6).

Hasil peneltian yang dilakukan O’Neill di proyek konstruksi

Queensland menunjukkan bahwa kelelahan meningkat diantara para pekerja

sehingga menurunkan produktivitas. Hal ini dikonfirmasi melalui analisis

korelasi yang menunjukkan bahwa kelelahan memiliki hubungan dengan

Page 20: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

3

tingkat produktivitas kerja. Hal serupa juga didapatkan melalui analisis

produktivitas bahwa biaya rata-rata karena kelelahan menyebabkan

penurunan tingkat produksi sebesar $50.000 setiap tahunnya(7).

Kelelahan kerja merupakan aneka keadaan yang disertai penurunan

efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah umur, stress kerja, sikap kerja, status

gizi, serta beban kerja pegawai(1).

Faktor individu seperti umur mempunyai hubungan yang signifikan

terhadap terjadinya kelelahan, semakin tua umur seseorang, maka

kebutuhan energi semakin menurun dan menyebabkan semakin cepat

merasakan kelelahan selain itu pada usia lanjut kemampuan kerja otot

semakin menurun karena kapasitas fisik tenaga kerja seperti penglihatan,

pendengaran dan kecepatan reaksi cenderung menurun. Hasil penelitian di

negara Jepang menunjukkan bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akan

lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang relatif

lebih muda. Penelitian oleh Damopoli (2014) pada supir bis trayek Manado-

Amurang di terminal Malayang Manado menunjukkan terdapat hubungan

antara umur dengan kelelahan kerja pada supir bis trayek Manado-Amurang

di terminal Malalayan(8). Dimana semakin tinggi umur dari supir bis semakin

tinggi pula tingkat kelelahan yang dialami(9).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Irma (2014) mengenai faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada unit produksi paving block CV

Page 21: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

4

Sumber Galian kecamatan Biringkanaya Kota Makassar yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang kuat antara umur dan kelelahan kerja

dengan diperoleh nilai p=0,000(10).

Kelelahan kerja juga banyak ditimbulkan akibat ligkungan kerja yang

monoton yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaannya(11). Reaksi terhadap lingkungan kerja merupakan

reaksi fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah, dan gangguan

kesehatan lainnya, sehingga bersamaan dengan itu timbul pula reaksi

psikologis berupa ketegangan jiwa, depresi, dan lain-lain yang dapat

mengganggu keseimbangan kehidupan.

Stres kerja hampir selalu ada pada setiap pegawai dalam

melaksanakan pekerjaannya(12). Teori General Adaption Syndrome

menyatakan apabila stres datang terlalu kuat dan dalam waktu yang lama,

kebutuhan energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga timbul kelelahan

atau kolaps(13).

Penelitian mengenai hubungan stres kerja dan getaran dengan

kelelahan kerja dan ketidaknyamanan pada masinis kereta api PT Kereta Api

(Persero) menunjukkan bahwa stres kerja mempunyai hubungan dengan

kelelahan kerja (r=0,254, p=0,015). Pada analisis multivariat menunjukkan

bahwa stres kerja merupakan prediktor yang bermakna terhadap terjadinya

kelelahan kerja dan ketidaknyaman dengan bobot sumbangan efektif sebesar

12,61% terhadap kelelahan kerja(14).

Page 22: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

5

Hasil penelitian Jacobs (2013) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara stress kerja dengan kelelahan kerja,

dimana responden yang mengalami stress kerja memiliki peluang 5 kali lebih

besar untuk mendapatkan kelelahan kerja di PT Bank SULUT cabang

Manado(15). Penelitian lain yang dilakukan Santoso (2008) mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pada perajin tahu di Kelurahan

Madegondo, Grogol, Sukoharjo didapatkan t-hitung pada variabel stress kerja

(2,080) dengan nilai p=0,047 (p<0,05) (16).

Dalam bekerja ada beberapa sikap yang dilakukan tenaga kerja untuk

melakukan tugasnya. Sikap duduk merupakan salah satu sikap dalam suatu

pekerjaan. Sikap kerja duduk yang keliru akibat kursi yang tidak sesuai

dengan antropometri tubuh, atau karena kesalahan posisi, dapat menambah

tekanan pada punggung bawah dan merupakan penyebab utama masalah

punggung(17). Kejadian mengenai ketidaknyamanan pekerja dalam

aktifitasnya yang bisa mengakibatkan kelelahan dan muskuloskeletal sangat

sering dialami oleh pekerja baik dalam posisi berdiri maupun duduk. Kejadian

ini juga dialami oleh pekerja yang berada di perkantoran.

Penelitian mengenai prevalensi keluhan subyektif atau kelelahan

karena sikap kerja yang tidak ergonomis pada pengrajin perak yang

dilakukan oleh Susetyo (2008) menerangkan bahwa pekerja yang merasa

lelah seluruh tubuh sebanyak 66,7%(18). Sikap kerja yang tidak ergonomis

akan meningkatkan jumlah energy yang dibutuhkan dalam bekerja sehingga

Page 23: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

6

menyebabkan kelelahan(19). Prasetianingrum (2011) menerangkan dalam

tulisannya mengenai pengaruh sikap kerja angkat-angkut massa candy

terhadap kelelahan kerja pada unit food 1 hard candy line PT. Konimex

Sukoharjo menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja

dengan kelelahan kerja pada pekerja angkat-angkut di unit Food 1 PT.

Konimex Sukoharjo(20).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Julianti mengenai

hubungan antara faktor individu dengan faktor pekerjaan dengan kelelahan

objektif pada tenaga kerja yang terpapar kebisingan di PT Barata Indonesi

tahun 2011 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

beban kerja dengan kelelahan kerja(21).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Cristover (2016) menunjukkan hal

yang sama yakni adanya hubungan antara beban kerja dengan kelelahan

kerja pada pegawai BPN tingkat II Samarinda (p=0,033) dengan nilai

korelasinya 0,361 (22). Hal serupa juga didapatkan pada penelitian yang

diilakukan pada karyawan laundry di kelurahan Warungboto Kecamatan

Umbulharjo Yogyakarta dengan nilai p=0,000 (23).

Status gizi juga merupakan hal yang berperan dalam menentukan

kelelahan yang dirasakan tenaga kerja. Berdasarkan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Eraliesa (2009) yang meneliti tentang hubungan faktor

individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di

Page 24: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

7

Pelabuhan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, yang menerangkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja(24).

Hal serupa juga didapatkan oleh Tasmi (2015) dalam penelitiannya

mengenai hubungan status gizi dan asupan energy dengan kelelahan kerja

pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara status

gizi dengan kelelahan kerja (p=0,002)(25).

Sesuai dengan perkembangannya, terdapat beberapa cara

pengukuran kelelahan. Saat ini pengukuran kelelahan biasa menggunakan

“angket kelelahan, flicker tension test (26). Angket kelelahan berupa lembar

kertas berisi beberapa pertanyaan. Untuk flicker tension test dengan

mengukur reaksi konsentrasi mata menangkap sinyal berupa sinar. Ada pula

alat untuk mengukur kelelahan otot disebut electromyograf (EMG) yakni

mengukur kontraksi otot. Kemudian Santoso pada tahun 2008 melakukan

penelitian pada manusia (tenaga kerja) menguji kelelahan secara biologis

menggunakan metabolisme energy anaerobic (MEA) konsentrasi asam laktat

dan glukosa dalam darah. Sebelumnya asam laktat telah ditemukan untuk

mengukur kelelahan pada hewan uji coba bukan untuk manusia(26).

PT PLN (Persero) adalah salah satu BUMN yang mengurusi semua

aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. PT PLN (persero) merupakan

penyedia utama kebutuhan tenaga listrik di negeri ini yang dituntut untuk

selalu meningkatkan kinerja serta pelayanan kepada konsumen dimana

Page 25: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

8

kebutuhan akan tenaga listrik sudah tidak bisa lagi dipisahkan dari aktivitas

sehari-hari. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut maka diperlukan

teknologi serta sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik dan dapat

bekerja pada bidangnya masing-masing.

PT PLN (Persero) Wilayah Sulawesi Selatan Tenggara dan Barat

(SULSELRABAR) memiliki bagian kerja sebanyak 12 bagian kerja yang

memiliki tanggung jawab berbeda-beda. Informasi yang didapat dari

pengambilan data awal di kantor wilayah Sulselrabar memiliki karyawan 186

karyawan. Jam kerja di PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar yaitu selama 8

jam kerja dengan 1 jam untuk waktu istirahat. Adapun keluhan dari beberapa

karyawan yang mengatakan sering merasa lelah dan pegal dibagian

pinggang rata-rata karyawan yang memiliki umur >35 tahun. Untuk itu peneliti

tertarik untuk melihat hubungan umur, stress kerja, sikap kerja, status gizi,

dan beban kerja terhadap kelelahan kerja pegawai PT PLN (Persero)

Wilayah Sulawesi Selatan Tenggara dan Barat.

B.Rumusan Masalah

PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar merupakan kantor wilayah

yang mengkoordinir tiga provinisi yang ada di Sulawesi, yakni Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat. Penelitian Kelelahan kerja

dilakukan pada karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.

Page 26: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

9

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa karyawan di PT PLN

(Persero) Wilayah Sulselrabar didapatkan bahwa PT PLN (Persero) telah

memiliki unit K3 yang memiliki program kerja yang mencakup aspek K3

secara umum seperti pemeriksaan fisik lingkungan kerja, dan pemeriksaan

kesehatan rutin setiap tahunnya. Namun pemeriksaan kelelahan secara

khusus belum pernah dilakukan, padahal beberapa karyawan yang datang

memeriksakan diri ke klinik memiliki keluhan selalu merasa lelah.

Kelelahan kerja merupakan gejala penurunan kondisi fisik dan stamina

yang sering dialami tenaga kerja. Kelelahan kerja merupakan salah satu

penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

Namun demikian kelelahan kerja tidak jarang disepelekan baik pekerja

maupun instansi. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan umur dengan kelelahan kerja pegawai PT PLN

(Persero) Wilayah Sulselrabar?

2. Apakah ada hubungan stress kerja dengan kelelahan kerja pegawai

PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar?

3. Apakah ada hubungan sikap kerja dengan kelelahan kerja pegawai PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar?

4. Apakah ada hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pegawai PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar?

Page 27: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

10

5. Apakah ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pegawai

PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar?

6. Faktor apakah yang paling berhubungan dengan kelelahan kerja

pegawai PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja

pegawai PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk menilai hubungan antara faktor umur dengan kelelahan kerja

pegawai PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.

b) Untuk menilai hubungan antara faktor stress kerja dengan kelelahan

kerja pegawai PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.

c) Untuk menilai hubungan antara faktor sikap kerja dengan kelelahan

kerja pegawai PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.

d) Untuk menilai hubungan antara faktor status gizi dengan kelelahan

kerja pegawai PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.

e) Untuk menilai hubungan antara faktor beban kerja dengan kelelahan

kerja pegawai PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar

Page 28: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

11

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

instansi mengenai faktor risiko kelelahan kerja pada pegawai, sehingga

bisa melakukan upaya preventif secara langsung serta dapat menjadi

bahan masukan bagi PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar dalam

menetapkan kebijakan, termasuk edukasi dan sistem kewaspadaan dini

yang berkaitan dengan kelelahan kerja.

2. Manfaat Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan mengenai berbagai risiko yang dapat mempengaruhi

kejadian kelelahan kerja pada pegawai serta menjadi referensi dalam

rangka mengembangkan konsep bagi peneliti berikutnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan

memperluas wawasan peneliti mengenai faktor risiko kelelahan kerja.

Page 29: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kelelahan

1. Pengertian Kelelahan

Menurut Suma’mur, kelelahan merupakan batasan-batasan

kemampuan otot dan sistem persarafan untuk bekerja sehari-hari secara

fisiologis. Batasan kemampuan otot dan persyarafan merupakan batas

kemampuan manusia dalam bekerja(27). Kelelahan tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa keadaan atau kondisi seperti keadaan

monoton, beban dan lama pekerjaan baik fisik, mental maupun keadaan

lingkungan (iklim kerja, kebisingan, getaran dan penerangan), keadaan

kejiwaan (tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik), serta penyakit,

perasan sakit atau keadaan gizi. Kelelahan (kelesuan), adalah perasaan

subjektif, tetapi berbeda dengan kelemahan dan memiliki sifat bertahap.

Tidak seperti kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan periode istirahat.

Kelelahan dapat disebabkan secara fisik aatau mental (28).

Secara medis, kelelahan adalah gejala non spesifik, yang berarti

bahwa ia memiliki banyak kemungkinan penyebab. Kelelahan dianggap

sebagai gejala, bukan tanda karena merupakan perasaan subjektif

dilaporkan oleh pasien, daripada sutu tujuan yang diamati oleh orang lain.

Kelelahan dan ‘perasaan kelelahan’ sering membingungkan (28).

Page 30: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

13

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah

istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf

pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat

parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang

berbeda-beda pada setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan

tubuh(1).

Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan

kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupaka tremor pada

otot/perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum biasanya

ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan

oleh monotonis; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan;

sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (1). Secara umum

gejala kelelahan dapat dari yang sangat ringan sampai perasaan yang

sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam

kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik

maksimal (1).

Dari berbagai teori yang ada dapat disimpulkan bahwa kelelahan

kerja adalah batas kemampuan otot dan sistim syaraf yang ditandai

dengan penurunan kesiagaan dan kecepatan reaksi yang umum terjadi

pada tenaga kerja.

Page 31: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

14

2. Jenis – Jenis Kelelahan Kerja

Jenis kelelahan kerja dapat dibedakan atas :

a. Berdasarkan proses dalam otot (Astrand dan Rodahl dan Grandjean)

membagi menjadi (29, 30) :

1) Kelelahan umum (general fatigue), yaitu suatu perasaan lelah yang

menyeluruh disertai dengan penurunan kesiagaan dan kelambanan

dalam beraktivitas. Kelelahan umum merupakan gejala suatu

penyakit serta berkaitan dengan faktor psikologis, berupa

penurunan motivasi dan timbulnya kebosanan yang mengakibatkan

menurunnya kemampuan dalam bekerja. Penyebab kelelahan ini

antara lain beban kerja, faktor lingkungan, dan status kesehatan;

2) Kelelahan otot (muscular fatigue), yaitu menurunnya kinerja

sesudah mengalami tekanan tertentu yang ditandai dengan

menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak. Kinerja otot akan

berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot, sehingga

stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Kelelahan secara

fisik ini dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk

melakukan pekerjaan dan meningkatkan kesalahan dalam bekerja,

dan akhirnya menyebabkan kecelakaan kerja.

b. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan membagi menjadi(6) :

1) Kelelahan akut (mendadak), terutama disebabkan oleh kerja suatu

organ atau seluruh tubuh secara berlebihan ;

Page 32: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

15

2) Kelelahan kronis (berlangsung lama), terjadi bila kelelahan

berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-

kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan; Kelelahan

kronis ini menurut Gilmer dan Phoon terjadi karena adanya (31):

a) Kerja fisik, baik di kantor, perusahaan, di lapangan sehingga

terjadi akumulasi substansi toksin (asam laktat) ;

b) Penyakit, sehingga menyebabkan cepat lelah ;

c) Faktor psikologis, misalnya konflik yang mengakibatkan stres

emosional yang berkepanjangan dan ditandai dengan

menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan kinerja yang

berhubungan dengan faktor psikososial.

c. Berdasarkan penyebabnya, kelelahan terbagi (6) :

1) Kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor

fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan, getaran

dan pencahayaan ;

2) Kelelahan psikologis, yaitu kelelahan yang disebabkan antara lain

oleh faktor psikologis, monotoni pekerjaan (kebosanan sebagai

gejala subjketif yang disebabkan oleh pekerjaan), bekerja karena

terpaksa dan pekerjaan yang bertimbun-timbun.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja

Faktor penyebab terjadinya kelelahan di industry sangat bervariasi,

dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses

Page 33: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

16

penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the stress).

Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode

istirahat dan waktu-waktu berhenti bekerja juga dapat memberikan

penyegaran(1). Grandjean berpandangan bahwa kelelahan kerja

merupakan kombinasi dari berbagai faktor kombinasi berbagai efek yang

dapat menimbulkan kelelahan, dan pemulihan untuk menyeimbangkannya

faktor tersebut adalah (30) :

Gambar 2.1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran (Recuperation) Menurut Grandjean (1991:838). Encyclopedia of

Occupational Health and Safety. ILO. Ganeva (1)

Kelelahan disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan

kerja dinamis. Pada kerja otot statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada

kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan

maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada

pengerahan tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama.

Intensitas dan lama pembebanan fisik dan mental

Lingkungan kerja

Cyrcardian Rhytm Status gizi

Nyeri dan penyakit lainnya

Masalah psikis, tanggung jawab, kekhawatiran, konflik

Tingkat kelelahan Pemulihan

Page 34: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

17

Tetapi pengerahan otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan

kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari.

Astrand & Rodahl berpendapat bahwa kerja dapat dipertahankan

beberapa jam perhari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang digunakan

tidakmelebihi 8% dari maksimum tenaga otot (29). Lebih lanjut Suma’mur

dan Grandjean, juga menyatakan bahwa kerja otot statis juga merupakan

kerja berat (Strenous), kemudian mereka membandingkan antara kerja

otot statis dan dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis

mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan

diperlukan waktu istirahat yang lebih lama (32, 33).

Waters & Bhattacharya dalam Tarwaka mengatakan bahwa

kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan

otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan

(Endurance Time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada

jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentasi

tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat

kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi

yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan berpengaruh

sehingga kelelahan seluruh badan terjadi (1). Sedangkan Annis &

McConville (1996) dalam Tarwaka, berpendapat bahwa saat kebutuhan

metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang

dihasilkan tenaga kerja, maka kontraksi otot akan berpengaruh sehingga

Page 35: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

18

kelelahan seluruh badan terjadi. Kemudian mereka merekomendasikan

bahwa, penggunaan energi tidak melebihi 50% dari tenaga aerobik

maksimum untuk kerja 1 jam; 40% untuk kerja 2 jam dan 33% untuk kerja

8 jam terus menerus. Nilai tersebut didesain untuk mencegah kelelahan

yang dipercaya dapat meningkatkan risiko cedera otot skeletal pada

tenaga kerja) (1).

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap

kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis.

Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi

sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah

dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh, sedangkan

untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran

secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.

4. Gejala Kelelahan

Fothergill (1991) berpendapat bahwa gejala kelelahan antara lain rasa

menurunnya semangat kerja, susah berpikir, hilangnya kewaspadaan dan

penurunan penampilan fisik maupun mental. Jika kelelahan berlanjut

dapat menyebabkan kelelahan kronis seperti gejala ketidakstabilan fisik

meningkat, menurunnya kebugaran dan semangat kerja serta kesakitan

yang meningkat. Kelelahan akan menyebabkan gangguan psikosomatik

dengan gejala sakit kepala, pusing dan mengantuk, denyut jantung

Page 36: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

19

berdebar, keringat dingin, nafsu makan menghilang dan gangguan

pencernaan (34).

Menurut Grandjean (1988) gejala kelelahan ada dua macam yakni

gejala subyektif dan gejala obyektif. Gejala kelelahan kerja antara lain

adalah adanya perasaan kelelahan, tidak bergairah kerja, sulit berpikir,

dan penurunan kesiagaan, penurunan persepsi dan kecepatan bereaksi

bekerja. Perasaan kelelahan kerja merupakan gejala subyektif kelelahan

kerja yang diketahui tenaga kerja yang merupakan semua perasan yang

tidak menyenangkan (35).

5. Dampak Kelelahan Kerja

Leiter & Maslach (2005) mengemukakan dampak dari kelelahan kerja

yakni(36) :

a. Burnout is Lost Energy

Pekerja yang mengalami kelelahan akan merasa stress,

kewalahan dan sering merasa kehabisan tenaga. Pekerja juga akan

sulit untuk tidur, serta menjaga jarak dengan lingkungan. Hal ini akan

mempengaruhi kinerja performa dari pekerja. Selain itu produktivitas

dalam bekerja juga akan semakin menurun.

b. Burnout is Lost Enthusiasm

Keinginan dalam bekerja yang semakin menurun, semua hal

yang berhubungan dengan pekerjaan menjadi tidak menyenangkan.

Page 37: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

20

Kreatifitas, ketertarikan terhadap pekerjaan semakin berkurang

sehingga hasil yang diberikan sangat minim.

c. Burnout is Lost Confidence

Tanpa adanya energy dan keterlibatan aktif pada pekerjaan

akan membuat pekerja tidak maksimal dalam bekerja. Pekerja

semakin tidak efektif dalam bekerja yang semakin lama membuat

pekerja itu sendiri merasa ragu dengan kemampuannya. Hal ini akan

memberikan dampak bagi pekerjaannya.

6. Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukurtingkat kelelahan

secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para

peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukan terjadinya

kelelahan akibat kerja. Grandjean dalam Tarwaka mengelompokan

metode pengukuran kelekahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut

(1):

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah

proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi

yang digunakan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor

yang harus dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial dan

perilaku psikologis dalam kerja.sedangkan kualitas output (kerusakan

produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat

Page 38: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

21

menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah

merupakan causal factor.

b. Uji Psiko-motor (Psychomotor Test)

Pada metode ini melibatkan fungsi presepsi, interpretasi dan

reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan

pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari

pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saau kesadaran atau

dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala

lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadi

pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan

pada proses faal syaraf dan otot.

Sanders & McCormick dalam Tarwaka mengatakan bahwa

waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik

saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar

antara 150 s/d 200 millidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang

dibuat; intensitas dan lamanya perangsangan; umur subjek; dan

perbedaan-perbedaan individu lainnya (1).

Tarwaka (2004) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi,

ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan dari pada stimuli

suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli cahaya lebih cepat

diterima reseptor dari pada stimuli suara (1). Alat ukur waktu reaksi

Page 39: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

22

yang telah dikembangkan di Indonesia menggunakan nyala lampu dan

denting suara sebagai stimuli.

c. Uji Hilangnya Kelipan (Flicker-fusin test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk

melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang

waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan

disamping untuk mengukur kelelahan juga menunjukan kewaspadaan

tenaga kerja. Alat yang digunakan untuk uji kelipan adalah Flicker-

fusion test.

d. Perasaan Kelelahan Secara Subjektif (Subjective feelings of fatifgue)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research

Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang

dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut

berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari:

1) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:

a) Perasaan berat di kepala

b) Lelah seluruh badan

c) Berat di kaki

d) Menguap

e) Pikiran kacau

f) Mengantuk

g) Ada beban pada mata

Page 40: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

23

h) Gerakan canggung dan kaku

i) Berdiri tidak stabil

j) Ingin berbaring

2) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi:

a) Susah berfikir

b) Lelah untuk bicara

c) Gugup

d) Tidak berkonsentrasi

e) Sulit memusatkan perhatian

f) Mudah lupa

g) Kepercayaan diri berkurang

h) Merasa cemas

i) Sulit mengontrol sikap

j) Tidak tekun dalam pekerjaan

3) Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik:

a) Sakit di kepala

b) Kaku di bahu

c) Nyeri di punggung

d) Sesak nafas

e) Haus

f) Suara serak

g) Merasa pening

Page 41: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

24

h) Spasme di kelopak mata

i) Tremor pada anggota badan

j) Merasa kurang sehat

Tarwaka (2004) menjelaskan metode yang dapat digunakan dalam

pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain;ranking methods, rating

methods, questionnaire methods, interviews dan checklist (1).

Selain metode pengukuran kelelahan diatas, terdapat juga

pengukuran kelelahan menggunakan metabolisme energi anearobik

(MEA) konsentrasi asam laktat dan glukosa dalam darah. Sebelumnya

asam laktat telah dapat ditemukan untuk mengukur kelelahan pada

hewan uji coba bukan untuk manusia(37).

Bukti bahwa asam laktat dan glukosa dapat sebagai parameter

kelelahan, sebagaimana hasil penelitian Santoso (2008) “Perubahan kerja

performa berdiri tegak (TG), menjadi performa berdiri setengah duduk

tanpa sandaran (SDTS), dan berdiri setengah duduk pakai sandaran

(SDPS) berpengaruh terhadap tingkat kelelahan kerja berdasarkan

respon asam laktat dan glukosa secara signifikan, koefisien respons asam

laktat dan glukosa dari posisi berdiri TG (laktat:4,853 mmol/kg, glukosa

0,221 mg%) pada posisi SDTS turun menjadi (laktat: 3.100 mmol/kg,

glukosa: 0,175 mg%) dan SDPS menjadi (laktat: 3,314 mmol/kg, glukosa:

0,07089 mg%)”. Hal itu menunjukan bahwa kerja performaberdiri TG lebih

melelahkan dibandingkan SDTS maupun SDPS(16).

Page 42: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

25

Bagaimana terjadinya kelelahan berdasarkan MEA atas performa

kerja yang berbeda yakni pada saat melakukan aktivitas kerja tidak

ergonomis, tubuh memerlukan energi yang lebih banyak. Jumlah energi

yang diperlukan tubuh tergantung dari intensitas aktivitas kerja yang

dilakukan. Pada aktivitas kerja cukup ringan maka metabolisme

penyediaan energi diproses secara aerobik, karena tersedia oksigen yang

memadai. Namun, apabila intensitas kerja semakin meningkat, maka

perlu penambahan energi secara anaerobik.

Metabolisme penyediaan energi anaerobik diproses dari

pemecahan simpanan glikogen dalam otot sebagai bahan energi. Oleh

karena itu, konsentrasi glikogen dalam otot menurun dan asam laktat

meningkat. Peningkatan asam laktat akan menimbulkan kelelahan

sebagai mana menurut Anna (1994) dalam Gempur (2013) bahwa “Asam

laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah” (26). Guyton (1997)

dalam Gempur (2013) menyebutkan bahwa “kelelahan otot meningkat

hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot”

(26).

Penurunan konsentrasi glikogen dalam otot perlu diisi kembali.

Pengisian glikogen tersebut diambilkan dari luar sel otot yakni dari gula

dalam darah (glukosa). Oleh karena itu, apabila aktivitas intensitas kerja

mengalami peningkatan dan dalam waktu yang lama mengakibatkan

penurunan gula dalam darah. Pada pekerjaan yang sama dilakukan pada

Page 43: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

26

performa yang berbeda yakni ergonomis dan tidak ergonomis akan

melibatkan jumlah otot dan energi yang diperlukan berbeda. Pada

pekerjaan yang sama, kerja performa ergonomis lebih sedikit kebutuhan

energi dan otot yang dilibatkan. Hang dalam Gempur (2013) menyebutkan

bahwa “Otot yang terlibat dalam menahan pinggang berbeda antara

ketika aktivitas berjalan atau memanjat tangga (26). Neptune dalam

Gempur (2013) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa “Kuantitas

performa otot dan non-otot (gravity dan velocity yang terkait dengan

kekuatan) mempunyai konstribusi terhadap berbagai tenaga dan

akselarasi” (26). Oleh karena itu, kerja bubut antara performa berdiri tegak

dan berdiri setengah duduk pasti melibatkan jumlah kontraksi otot yang

berbeda seperti kerja bubut, pramuniaga, petugas SPBU kerja dengan

performa berdiri terus-menerus yang lebih banyak meibatkan intensitas

kontraksi otot akan membutuhkan energi lebih banyak. Penyediaan energi

tersebut diperoleh melalui pemecahan ATP melalui proses MEA. “Dalam

metabolisme respirasi anaerob hasil terbanyak reduksi piruvat adalah

asam laktat menimbulkan rasa lelah, dan kelahan otot meningkat

berbanding langsung dengan penurunan glikogen otot” (26). Hal ini terbukti

sebagaimana hasil penelitian Santoso (2008) bahwa respon MEA

kelompok kerja berdiri yang berbeda adalah berbeda secara signifikan.

Page 44: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

27

Tabel 2.1 Sintesa Penelitian Variabel Kelelahan

NO PENELITI (TAHUN)

JUDUL PENELITIAN DESAIN

PENELITIAN TEMUAN

1 Gempur (2013)

Kursi ergonomis untuk menurunkan kelelahan

tenaga kerja SPBU berdasarkan fluktuasi

asam laktat dan glukosa dalam darah

Cross Sectional

Tenaga kerja SPBU menggunakan kursi

ergonomis poisisi kerja berdiri setengah duduk lebih tidak melelahkan

(nyaman) 2,17 % (selisih asam laktat 0,03 mmol/L) dibanding posisi berdiri

tegak, energy tubuh masih lebih banyak 4,22 % (selisih glukosa 3,83 mg/dL) dibanding posisi

berdiri tegak. Saran: agar tenaga kerja SPBU tidak lagi bekerja posisi berdiri secara terus menerus,

perlu duduk di kursi ergonomis menghadap

pompa bahan bakar minyak (BBM)

2 Elif Bal (2014)

Prioritization of the causal factors of fatigue in

seafarers and measurement of fatigue

with the application of the Lactate Test

Quasi Eksperimen

Pada penilitian ini didapatkan hasil

meningkatnya kadar asam laktat dalam darah pelaut pada saat kapal berada di pelabuhan. Meningkatnya kadar asam laktat tersebut

dikarenakan bertambahnya aktivitas

fisik yang dilakukan pelaut selama berada di pelabuhan. Nilai rata-rata

pelaut pada saat dipelabuhan adalah

sebesar 15,79 mmol/lt sedangkan pada saat ditengah perjalanan

sebesar 5,50 mmol/lt.

Page 45: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

28

B. Tinjauan Umum Tentang Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Umumnya pada usia lanjut, kemampuan kerja otot

semakin menurun terutama pada pekerja berat. Kapasitas fisik tenaga kerja

seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi cenderung menurun

setelah umur 30 tahun atau lebih. Kapasitas aerobic maksimum laki-laki

terjadi pada umur 20-30 tahun dan pada umur 70 tahun nilainya menjadi

setengah dari yang berumur 20 tahun. Ini yang menyebabkan semakin tua

umur seseorang, maka kebutuhan energi semakin menurun. Hal ini juga yang

menjadi penyebab terjadinya penyebab terjadinya perbahan pada fungsi alat-

alat tubuh, seperti sistem kardiovaskular dan sistem hormonal tubuh maka

akan semakin mudahnya seseorang mengalami kelelahan kerja dan

penurunan produktivitas kerja(38).

Semakin tua umur seseorang, maka kebutuhan energi semakin menurun.

Pada umumnya di usia lanjut, kemampuan kerja otot semakin menurun

terutama pada pekerja berat. Kapasitas fisik tenaga kerja seperti penglihatan,

pendengaran dan kecepatan reaksi cenderung menurun setalah usia 30

tahun atau lebih. Hal ini mempengaruhi produktivitas maksimal tenaga kerja

yang bersangkutan dan cenderung lebih cepat mengalami kelelahan(39).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2008) tentang

hubungan factor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar

muat di pelabuhan Tapaktuan menyatakan bahwa keluhan kelelahan

Page 46: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

29

terbesar dirasakan oleh semua pekerja dengan kelompok umur tua (> 41

tahun)(24).

Tabel 2.2 Sintesa Penelitian Variabel Umur

NO PENELITI (TAHUN)

JUDUL PENELITIAN DESAIN

PENELITIAN TEMUAN

1 Irma MR, dkk

(2014)

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Unit Produksi Paving

Block CV Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya

Kota Makassar

Cross sectional

Didapatkan hubungan yang

kuat antara umur dan kellahan kerja

dengan nilai p=0,000 (p<0,05)

2

Gahastanira Permata

Solikhah, et.al (2016)

Factor That Cause Work Fatigue of Nurses in the

Inpatient Installation RSUD Prof. Dr.

Soekandar Mojosari

Cross Sectional

Didapatkan ada hubungan

kelelahan kerja dengan umur setelah 4 jam

bekerja dengan nilai p=0,005.

C. Tinjauan Umum Tentang Stress Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

Secara sederhana stress merupakan suatu bentuk tanggapan

seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan

dilingkungan kerja sebagai akibat tekanan dari pekerjaan yang

dirasakan mengganggu dan mengakibatkan perubahan sesuai dengan

berat ringannya stres dan lama singkatnya stress itu berlangsung.

Page 47: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

30

Menurut Karen E. Claus dan James T. Bailey yang dikutip oleh

Ariani (2002), stress kerja merupakan merupakan kondisi beberapa

faktor atau kombinasi beberapa pekerjaan berinteraksi dengan pekerja

yang menganggu keseimbangan fisiologis dan psikologis. Bohr dan

Nowman mendefinisikan stres kerja (job stres) sebagai kondisi yang

timbul akibat interaksi manusia dengan pekerjaannya ditandai dengan

perubahan dalam dirinya yang mengakibatkan penyimpangan dari

fungsi normalnya (40)

2. Faktor Penyebab Stres

Untuk mengetahui secara pasti, faktor apa saja yang dapat

menyebabkan terjadinya stress sangatlah sulit, hal ini dikarenakan

sangat tergantung dengan sifat dan kepribadian seseorang. Menurut

Patton dalam Tarwaka (2004) perbedaan reaksi antara individu

tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang

dapat merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut

antara lain (1):

a. Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental,

genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan, dll.

b. Ciri kepribadian seperti introvert dan ekstrovert, tingkat emosional,

kepasrahan, kepercayaan diri, dll.

c. Sosial-kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial dengan

lingkungan sekitarnya.

Page 48: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

31

d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.

Kaitannya dengan tugas-tugas dan pekerjaan ditempat kerja,

faktor yang menjadi penyebab stres kemungkinan besar lebih spesifik.

Penyebab stress (stressor) di tempat kerja dikelompokkan menjadi tiga

kategori yaitu stressor fisik, psikofisik dan psikologis. Cartwright et.al.

(1995) mencoba memilah-milah penyebab stress akibat kerja menjadi

6 kelompok penyebab yaitu (41):

a. Faktor intrinsic pekerjaan

Faktor intrinsic dalam pekerjaan ada beberapa macam, yang

dimana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan

dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor

tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman

(bising , berdebu, bau, suhu panas dan lembab dll), stasiun kerja

yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang,

perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet,

pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, pemakaian tehnologi

baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru dll.

b. Faktor peran individu dalam organisasi kerja

Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari

suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan

dengan beban kerja fisik.

Page 49: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

32

c. Faktor hubungan kerja

Hubungan baik antara karyawan ditempat kerja adalah faktor

yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress.

d. Faktor pengembangan karier

Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan

pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai

penyebab terjadinya stress.

e. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja

Penyebab stress yang berhubungan dengan struktur organisasi

dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan

model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebab

antara lain, kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang

tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor.

Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada

posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stress.

f. Faktor diluar pekerjaan

Faktor kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap

stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua orang dapat

mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama lain.

Selain faktor-faktor tersebut tentunya masih banyak faktor

penyebab terjadinya stress akibat kerja, seperti ancaman pemutusan

hubungan kerja, krisis ekonomi nasional, dll. Faktor-faktor tersebut

Page 50: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

33

harus selalu diidentifikasi serta dinilai untuk mengetahui penyebab

dominan terjadinya stress ditempat kerja.

3. Dampak Stres Kerja

Atkinson dalam Singarimbun (2004) stress yang berkepanjangan

dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti alergi, tekanan darah tinggi,

migraine, dan sakit lambung, selain itu juga stress biasa diikuti dengan

perasaan marah, cemas, depresi, gugup, mudah tersinggung, tegang dan

jenuh. Manifestasi klinik dari stress kerja dapat berupa : depresi, anxietas,

sakit kepala, gangguan pencernaan, kejenuhan dan kelelahan kerja.

Menurut ILO (2000) jika seseorang mengalami stress maka tubuhnya

akan bereaksi terhadap stress, sebagai berikut(42) :

Gambar 2.2. Reaksi Tubuh terhadap Stres (ILO, 2000)

Kelenjar di otak merangsang

adrenalin Mengecilnya saluran darah, tekanan darah naik

Naiknya detak jantung

Lambung menghasilkan lebih banyak asam, gerakan usus halus

menurun

Kelenjar adrenalin melepas hormon yang membuat reaksi stres

Sintesa protein di otot menurun, laktosa dan asam amino dikeluarkan

Bagian tubuh berlemak melepas lemak ke darah

Page 51: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

34

Masalah kesehatan yang sering dijumpai dalam lingkup industry dan

perusahaan yang diakibatkan oleh stres pekerjaan adalah :

a. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stress, yaitu jantung koroner,

hipertensi, tukak lambung, colitis ulserosa dan gangguan psikosomatik

yang lain. Kondisi lain yang diakibatkan oleh stress ialah kelelahan,

sering pilek, migren, kaki dan tangan dingin, nyeri kuduk dan pundak,

gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, muntah, alergi dan

serangan asma, diabetes, dan bahkan menyebabkan kanker.

b. Kecelakaan kerja, terutama pada pekerja dengan tuntutan beban kerja

yang tinggi, perhatian yang kurang, bekerja gilir (shift) terutama pada

hari-hari pertama dan akhir minggu, dan penyalah gunaan zat aditif.

c. Absenteisme sering terdapat pada para karyawan yang sulit

menyesuakian diri dengan pekerjaannya sebagai akibat dari stress

pekerjaan.

d. Lesu kerja (burn out) terjadi apabila karyawan kehabisan motivasi

dalam upaya untuk melakukan suatu kinerja yang tinggi. Mereka

kecewa terhadap pekerjaannya sejak percobaan dan merasa

pekerjaannya tidak sesuai seperti yang diharapkan sehingga ia

merasa dibodohi atau dikhianati.

e. Gangguan jiwa yang berupa suatu continuum, mulai gejala subjektif

yang mempunyai efek ringan dalam kehidupan sehari-hari hingga

gangguan jiwa dengan hendaya (impairment) fungsi pekerjaan.

Page 52: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

35

4. Pencegahan dan Pengendalian Stress Akibat Kerja

Berbagai faktor penyebab terjadinya stress merupakan bagian yang

terintegrasi dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu

saja. Faktor penyebab terjadinya stress tersebut sangatlah kompleks dan

bervariasi serta sangat sulit untuk diidentifikasi secara pasti apa yang

menjadi penyebab stress. Sehingga sering kita temui bahwa seseorang

yang terkena stress biasanya tidak menyadari terhadap apa yang sedang

dialaminya.

Dikutip dari National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk

mengurangi atau meminimalisasi stress akibat kerja sebagai berikut (1):

a. Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan

kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan

menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban yang terlalu

ringan.

b. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun

tanggung jawab diluar pekerjaan.

c. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan

karir, mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan

keahlian.

Page 53: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

36

d. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga

kerja yang satu dengan yang lainnya, tenaga kerja-supervisor yang

baik dan sehat dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman.

e. Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan

stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan

keterampilannya. Rotasi tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan

karir dan pengembangan usaha.

Dilain pihak Cartwright (1995) dalam Tarwaka (2004) mengutip cara-

cara untuk mengurangi stress akibat kerja secara lebih spesifik yaitu (1):

a. Redesain tugas-tugas pekerjaan

b. Redesain lingkungan kerja

c. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel

d. Menerapkan manajemen partisipatoris

e. melibatkan karyawan dalam pengembangan karir

f. menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan

g. mendukung aktivitas sosial

h. membangun tim kerja yang kompak

i. menetapkan kebijakan ketenagakerjaan yang adil.

Secara ringkas langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi

terjadinya stress adalah sebagai berikut :

a. menghilangkan faktor penyebab stress, khususnya yang berasal dari

tugas kerja, organisasi kerja dan lingkungan kerja.

Page 54: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

37

b. Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya

c. Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan kultur dan tradisi

masyarakat pekerjanya

d. Menjamin perasaan aman setiap pekerja.

Tabel 2.3 Sintesa Penelitian Variabel Stress Kerja

NO PENELITI (TAHUN)

JUDUL PENELITIAN DESAIN

PENELITIAN TEMUAN

1 Widodo

Hariyono, dkk (2009)

Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja dan

Tingkat Konflik Dengan Kelelahan Kerja Perawat

di Rumah Sakit Islam Yoyakarta PDHI Kota

Yogyakarta

Cross sectional

Didapatkan hubungan yang

kuat antara kelelahan kerja dan stress kerja dengan

nilai p=0,026 (p<0,05)

2 Brian Jacobs

(2013)

Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kelelahan

Kerja Pada Karyawan Bagian Sumber Daya Manusia Di PT. Bank

Sulut Cabang Manado

Cross Sectional

Didapatkan nilai p=0,046 (p<0,05). Dimana responden

yang mengalami stress kerja

memiliki peluang 5 kali lebih besar

untuk mendapatkan

kelelahan .

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap Kerja

Salah satu masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang sering

dialami oleh pekerja adalah masalah ergonomi khususnya dalam hal sikap

kerja. Penerapan ergonomi berprinsip bahwa semua aktivitas pekerjaan

dapat menyebabkan pekerja mengalami tekanan (stress) fisik dan mental.

Ergonomi mengupayakan agar tekanan ini masih dalam batas toleransi, hasil

Page 55: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

38

kinerja memuaskan, dan kesehatan dan kesejahteraan pekerja dapat

meningkat. Jika tekanan yang dialami pekerja berlebihan, hal-hal yang tidak

diinginkan dapat terjadi, seperti kesalahan (error), kecelakaan, cedera, atau

kenaikan beban fisik dan mental. Cedera dan penyakit yang terkait ergonomi

bervariasi, mulai dari kelelahan mata, sakit kepala, sampai gangguan otot

rangka (Musculoskeletal disorders) (43).

Ergonomi merupakan perpaduan dari berbagai lapangan ilmu seperti

antropologi, biometrika, fisiologi kerja, hygiene perusahaan dan kesehatan

kerja, perencanaan kerja, riset terpakai dan sibernatika (cybernetics) untuk

menciptakan sikap kerja yang baik. Namun kekhususan utamanya adalah

perencanaan tata kerja yang dilaksanakan dengan cara yang lebih baik

dalam metode kerja dan peralatan serta perlengkapannya.

Sikap kerja yang tidak ergonomis adalah sikap kerja yang

menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,

misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk,

kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari

pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula beban kerja sehingga

menyebabkan pekerja tersebut cepat merasa lelah. Sikap kerja tidak alamiah

ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun

kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja(1). Sikap

kerja tidak tidak ergonomis ini pada umumnya terjadi karena karakteristik

Page 56: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

39

tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan pekerja(44).

Sikap kerja yang ergonomis dapat membuat beban kerja suatu

pekerjaan menjadi berkurang. Contoh paling sederhana adalah penggunaan

trolley untuk pengganti membawa atau memindahkan barang atau menjinjing

dua koper kecil sebagai pengganti satu koper yang besar. Beribu cara

sederhana dapat digunakan untuk mengurangi beban kerja, namun dengan

sikap kerja yang ergonomis upaya mengurangi beban kerja lebih jauh

didalami dan dikembangkan. Dengan evaluasi fisiologis, psikologi atau cara-

cara tak langsung, beban kerja diukur dan dianjurkan modefikasi yang sesuai

antara kapasitas fisik dan mental tenaga kerja dengan beban kerja yang

disebabkan oleh pekerjaan dan beban tambahan dari aneka faktor dalam

lingkungan (45).

Page 57: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

40

Tabel 2.4 Sintesa Penelitian Variabel Sikap Kerja

NO PENELITI (TAHUN)

JUDUL PENELITIAN DESAIN

PENELITIAN TEMUAN

1 Joko Susetyo,

dkk (2008)

Prevalensi Keluhan Subyektif atau Kelelahan karena Sikap Kerja yang Tidak Ergonomis pada

Pengrajin Perak

Keluhan subyektif yang terjadi pada pengrajin perak

wanita yakni sebanyak 66,7%

mengeluhkan lelah seluruh tubuh

2 Anita

Prasetianingrum

Pengaruh Sikap Kerja Angkat-Angkut Massa

Candy terhadap Kelelahan Kerja pada

Unit Food 1 Hard Candy Line Pt. Konimex

Sukoharjo

Cross Sectional

Didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai t-hitung 0,5337

dengan p=0,000.

E. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi

Salah satu syarat pencapaian derajat kesehatan yang optimal yaitu

gizi kerja. Kesehatan ini mencakup aspek kesejahteraan dan aspek

pengembangan sumber daya manusia. Demikian pula gizi, disatu pihak

mempunyai aspek kesehatan dan di lain pihak mempunyai aspek

mencerdasakan kehidupan manusia oleh karena itu masalah perbaikan gizi

mempunyai makna yang amat penting dalam usaha menyehatkan,

mencerdaskan dan meningkatkan produktivitas.

Fungsi gizi kerja bagi tubuh adalah untuk memberi tenaga,

membangun dan mengatur jaringan tubuh sehinga terjadi keseimbangan

Page 58: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

41

antara intake kalori dan output kalori yang mana pengaruhnya sangat besar

pada peningkatan produktivitas tenaga kerja. Seorang pekerja dewasa yang

kekurangan gizi akan menyesuaikan gizinya dengan campuran antara kerja

lambat, penghematan kerja otot, menjauhi kesempatan untuk inovasi

ataupun usaha tambahan, gerak badan yang kurang dibandingkan dengan

keadaan umum baik. Ditambah pula dengan kekurangan zat besi juga

berpengaruh terhadap kemampuan kerja.

Kualitas fisik manusia mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja

dalam melakukan suatu kegiatan. Untuk pekerja di indonesia rata-rata

memerlukan 40 jam seminggu untuk bekerja atau kurang lebih 8 – 10 jam

sehari. Jumlah waktu kerja yang panjang ini mendorong tenaga kerja untuk

mencukupi sebagian masukan gizinya (makanan) di tempat kerja. Perlu

diingat bahwa jumlah masukan gizi (makanan) harus diseimbangkan dengan

jumlah tenaga yang keluar. Untuk itu perlu diketahui status gizi seseorang

untuk menentukan kecukupan zat gizi.

Untuk menentukan status gizi seseorang, suatu kelompok penduduk,

atau masyarakat peru dilakukan pengukuran-pengukuran untuk menilai

tingakat kekurangan dan kelebihan gizi. Pengukuran yang dipakai biasanya

merujuk pada indikator yang berguna sebagai indeks, untuk menunjukkan

tingkat status gizi dan kesehatan berbeda-beda. Beberapa cara yang

dilakukan untuk menilai status gizi adalah :

Page 59: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

42

1. Penilaian Klinis

Penilaian status gizi secara klinis yaitu penilaian yang mempelajari

tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan

gangguan kurang gizi. Gejala dan tanda fisik yang Nampak dapat menjadi

bantuan untuk mengetahui kekurangan gizi.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan teknik yang dilakukan melalui

peeriksaan darah, urin dan jaringan tubuh lainnya. Hasil dari pemeriksaan

dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Pengukuran Antropometrik

Pengukuran antropometrik merupakan pengukuran dari beberapa

dimensi fisik tubuh dan komposisi tubuh secara kasar pada beberapa

tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometrik digunakan sebagai indicator

dan penunjuk sederhana dalam penelitian status gizi perorangan atau

masyarakat. Ukuran tubuh yang biasa digunakan seperti Berat Badan,

Tinggi Badan, Lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala (LK), dan Lapisan

lemak bawah kulit (LLBK).

Dalam pemakaiannya untuk penilaian status gizi antropometri disajikan

beberapa indeks (teknik pengukuran) misalnya berat badan untuk umur

(BB/U), tinggi badan untuk umur (TB/U), berat badan untuk tinggi badan

(BB/TB), dan lingkar lengan atas untuk umur (LLA/U).

Page 60: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

43

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa

merupakan masalah penting karena selain mempunyai risiko penyakit

tertentu juga dapat mempengaruhi produktiviatas kerja. Oleh karena itu

pemantau keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan

salah satu cara adalah dengan mempertahankan status gizi yang ideal

atau normal.

Penggunaan indeks massa tubuh hanya berlaku untuk orang

dewasa yang berumur 18 tahun keatas. Indeks massa tubuh tidak dapat

diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olah ragawan serta

dalam keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti oedema asitesis dan

hepatomegali.

Gizi adalah suatu hal yang sangat penting dalam menjaga

kesehatan karena seorang akan mudah terkena suatu penyakit bila

keadaan atau status gizinya tidak normal. Penyakit infeksi dapat

menurunkan daya kerja seseorang, meningkatkan absensi dan gangguan

nafsu makan yang berakibat berkurangnya makanan dalam tubuh

sehingga keperluan tenaga untuk bekerja menjadi berkurang yang

akhirnya menurunkan produktivitas (45).

Kapasitas kerja atau kemapuan kerja seseorang berbeda antara

satu dengan yang lain dan sangat tergantung pada keterampilan, status

gizi dan usia(45).

Page 61: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

44

Tabel 2.5 Sintesa Penelitian Variabel Status Gizi

NO PENELITI (TAHUN)

JUDUL PENELITIAN DESAIN

PENELITIAN TEMUAN

1 Fandrik Eraliesa

(2009)

Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja

Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di

Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008

Cross Sectional

Didapatkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara status gizi

dan kelelahan kerja, dengan

p=0,009 (p<0,05)

2 Daniel Tasmi,

dkk (2015)

Hubungan Status Gizi Dan Asupan Energi

Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Pt.

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit

Pulau Tiga Tahun 2015

Cross Sectional

Penelitian ini menjelaskan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara status gizi dan kelelahan kerja

dengan nilai korelasi p=0,002

F. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja

Jantung merupakan alat yang sangat penting dalam bekerja. Jantung

merupakan pemompa darah yang dialirkan ke otot-otot, sehingga zat yang

diperlukan dapat dialirkan ke otot. Jantung memompa darah melalui arteri ke

jaringan-jaringan termasuk otot dan vena ke paru-paru. Suatu denyut jantung

merupakan suatu volume denyutan (stroke volume) darah arteri. Dengan

sejumlah denyutan tiap menitnya, maka jantung memompa sejumlah darah

arteri yang cukup untuk keperluan dalam melakukan aktivitas.

Page 62: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

45

Saat kegiatan tubuh meningkat, maka jantung harus memompakan

darah lebih banyak, sehingga jumlah denyutan semakin bertambah.

Denyutan jantung dapat diukur dengan denyutan nadi. Dengan bekerja,

mula-mula bertambah, tetapi kemudian menetap sesuai dengan kebutuhan

dan setelah berhenti bekerja, nadi berangsur kembali normal. Jantung yang

baik sanggup meningkatkan jumlah denyutan dan normal kembali setelah

melakukan aktivitas(45).

Tabel 2.6 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi

Kategori Beban Kerja Denyut Nadi (denyut/menit)

Ringan 75-100

Sedang 100-125

Berat 125-150

Sangat berat 150-175

Sangat berat sekali >175 Sumber: Suma’mur, 2014

Maksimum denyut nadi orang muda adalah 200/menit sedangkan yang

berusia 40 tahun ke atas 170/menit. Jantung yang sehat dalam 15 menit

sesudah kerja akan berdenyut normal kembali yaitu jumlah denyutannya

sama dengan keadaan seperti sebelum orang yang bersangkutan bekerja(45).

Salah satu kebutuhan utama bagi bekerjanya otot adalah zat asam yaitu

oksigen (O2) yang dibawa oleh darah arteri kepada otot untuk pembakaran

zat yang menghasilkan energi. Dalam hubungan ini, banyaknya O2 yang

dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah satu indicator pula

terhadap besarnya beban kerja. Sebagaimana diketahui, O2 diambil oleh

Page 63: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

46

kapiler darah di dalam paru kemudian masuk ke dalam darah balik yang

berada dalam paru, darah balik yang kaya oksigen ini masuk ke jantung

untuk dipompa ke seluruh tubuh. Dengan demikian paru dan saluran

pernafasan yang mengambil oksigen dari udara dan memasukkannya ke

dalam darah memainkan peran penting bagi berlangsungnya kerja otot

tenaga kerja(45).

Dalam keadaan istirahat, konsumsi O2 biasanya kurang dari 0,5 L/menit,

tetapi pada saat kerja berat dapat meningkat sampai 5 L/menit. Namun

ternyata tubuh tidak dapat dengan spontan menambah O2 pada saat aktivitas

kerja otot dimulai. Akibatnya, pada menit-menit awal terjadi keterlambatan

tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 disebut utang oksigen (oxygen debt).

Kondisi ini harus dibayar kembali pada saat menit-menit awal istirahat,

fenomena ini dikenal sebagai pembayaran kembali oksigen (repayment O2),

yang dimanifestasikan dengan kecepatan konsumsi O2 yang lebih tinggi dari

kecepatan pada saat istirahat. Karena akhir dari suatu aktivitas yang berat,

otot-otot yang beristirahat membutuhkan suplai oksigen untuk mengonversi

dan mengekskresikan metabolit (asam piruvat dan asam laktat) dan mengisi

simpanan energi awal sel (46).

Beban kerja dalam penelitian ini di ukur atau di deteksi dengan denyut

nadi. Dimana pengukurannya dihitung dengan satuan denyut per menit

(denyut/mnt) pada arteri radialis di pergelangan tangan, sebab di sini paling

praktis dan mudah. Cara menghitungnya yaitu pada arteri radialis dengan

Page 64: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

47

memegang pergelangan tangan ibu jari sebelah dorsal dan 3 (tiga) jari

disebelah polar dan yang merasakan adalah jari tengah. Denyut nadi di

hitung permenit, dapat dengan cara menghitung denyut nadi dalam waktu 30

detik kemudian dikalikan 2 (dua). Pada orang yang sehat frekuensi denyut

nadi yang normal yaitu 60-75/menit. Beban kerja fisiologis dapat didekati dari

banyaknya O2 (oksigen) yang digunakan tubuh, jumlah kalori yang

dibutuhkan, denyut jantung suhu netral dan kecepatan penguapan melalui

keringat. Beban kerja ini menentukan bahwa berapa lama seseorang dapat

bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya(38).

Tabel 2.7 Sintesa Penelitian Variabel Beban Kerja

NO PENELITI (TAHUN)

JUDUL PENELITIAN DESAIN

PENELITIAN TEMUAN

1

Cristover Januarius

Rambulangi (2016)

Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan

Kerja Pegawai Badan Pertanahan Nasional Tingkat II Samarinda

Hasil dari penelitian ini didapatkan ada korelasi hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja dengan nilai

p=0,033

2 Widodo

Hariyono, dkk

Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja dan

Tingkat Konflik Dengan Kelelahan Kerja Perawat

di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota

Yogyakarta

Cross Sectional

Ada hubungan yang kuat antara

beban kerja dengan kellahan kerja dengan nilai

p=0,000

Page 65: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

48

G. Kerangka Teori

Faktor Individu : Umur Kondisi Psikologis

Stress Kerja Kebutuhan Kalori

Kurang Status Gizi

IMT

Faktor Lingkungan : Lingkungan Kerja

Ekstrem Beban Kerja Stasiun Kerja Tidak

ergonomis

Sikap Kerja

Faktor Pekerjaan : Kerja Bersifat

Monotomi Kerja Statis Sikap Paksa Waktu Kerja-Istirahat

tidak tepat

Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap Kerja Membungkuk

Ke Meja Kerja

Kerja Selama

8-9 jam/hari

Beban Kerja Statis Pada

Otot Rangka

Membutuhkan Energi Yang Lebih

Banyak

Kelelahan

Kerja

Pemecahan Glikogen Dalam Otot Melalui Proses Anaerobik

Respirasi Anaerob Menghasilkan Asam

Piruvat

Asam Piruvat Selanjutnya Di

Reduksi Menjadi Asam Laktat Ke Dalam

Darah

Kadar Asam Laktat Dalam Darah

Meningkat & Glukosa

Dalam Darah Menurun

Gambar 2.3. Modifikasi Kerangka Teori Faktor-faktor yang meyebabkan kelelahan

(Tarwaka, 2004)

Page 66: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

49

H. Kerangka Konsep

KETERANGAN : : Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

I. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah

istirahat (1). Kelelahan diatur secara sentral oleh otak, dan pada sususan

syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat

parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang bebeda-

Faktor Individu : Kebutuhan Kalori

Kurang

Faktor Lingkungan : Lingkungan Kerja

Ekstrem

Umur

Stress Kerja

Status Gizi (IMT)

Sikap Kerja

Beban Kerja

Kelelahan

Kerja

Page 67: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

50

beda pada setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan

efisiensi dan penuruanan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

Terdapat beberapa penilaian kelelahan, yaitu penilaian secara

subjektif dan objektif. Pengukuran kelelahan secara subjektif yaitu

menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2),

Kuesioner Perasaan Kelelahan Secara Subjektif (Subjective feelings of

fatifgue). Dan untuk penilaian kelelahan secara objektif antara lain adalah Uji

Psiko-motor (Psychomotor Test), Uji Hilangnya Kelipan (Flicker-fusin test)

dan yang terakhir adalah menggunakan uji MEA dalam darah yang mana

menilai fluktuasi asam laktat dan glukosa dalam darah. Pada peniliatian ini

penilaian kelelahan kerja menggunakan uji MEA dalam darah. Penilaian

kelelahan pada pekerja didapatkan berdasarkan fluktuasi kadar asam laktat

dan glukosa dalam darah.

Umumnya pada usia lanjut, kemampuan kerja otot semakin menurun

terutama pada pekerja berat. Hal ini juga yang menjadi penyebab terjadinya

perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, seperti sistem kardiovaskular dan

sistem hormonal tubuh maka akan semakin mudahnya seseorang mengalami

kelelahan kerja dan penurunan produktivitas kerja(38). Instrument yang

digunakan untuk mengetahui umur responden yaitu kuesioner.

Stres kerja hampir selalu ada pada setiap pegawai dalam

melaksanakan pekerjaannya. Teori General Adaption Syndrome menyatakan

apabila stres datang terlalu kuat dan dalam waktu yang lama, kebutuhan

Page 68: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

51

energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga timbul kelelahan atau

kolaps(13). Penilaian stress kerja pada penelitian ini menggunakan kuesioner

Survei Diagnostic Stres. Survei diagnostic stress merupakan kuesioner yang

dirancang untuk mengetahui sejauh mana berbagai kondisi hidup yang

sifatnya sangat pribadi menjadi sumber stress.

Stasiun kerja yang tidak ergonomis adalah kondisi dimana

antropometri tubuh pekerja tidak sesuai dengan lingkungan kerja, sehingga

memaksa pekerja melakukan sikap paksa yang berdapak pada posisi kerja

yang tidak ergonomis. Tidak ergonomisnya postur tubuh yang dilakukan saat

bekerja dapat mengakibatkan energi yang dikeluarkan tubuh untuk bekerja

lebih banyak jika dibandingkan dengan posisi kerja yang ergonomis. Apabila

posisi kerja yang tidak ergonomis tersebut terjadi terus menerus akan

semakin meningkatkan beban kerja pada pekerja itu sendiri secara signifikan,

mengalami kelelahan lebih cepat dikarenakan penggunakan energi yang

berlebihan dan yang paling fatal adalah terjadinya cedera musculokeletal

pada pekerja tersebut. Peilaian stasiun kerja tidak ergonomis pada penelitian

ini yaitu dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment

(RULA). RULA merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai posisi

kerja untuk posisi kerja duduk atau bekerja dengan setangah bagian tubuh

bagian atas.

Status gizi merupakan keadaan gizi pekerja dengan melakukan

pengukuran antropometrik berdasarkan indeks antropometri. Kualitas fisik

Page 69: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

52

manusia mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja dalam melakukan

suatu kegiatan. Untuk pekerja di indonesia rata-rata memerlukan 40 jam

seminggu untuk bekerja atau kurang lebih 8 – 10 jam sehari. Jumlah waktu

kerja yang panjang ini mendorong tenaga kerja untuk mencukupi sebagian

masukan gizinya (makanan) di tempat kerja agar terhindar dari kelelahan

kerja yang berlebihan. Dan perlu diingat bahwa jumlah masukan gizi

(makanan) harus diseimbangkan dengan jumlah tenaga yang keluar. Untuk

itu perlu diketahui status gizi seseorang untuk menentukan kecukupan zat

gizi. Status gizi pada penelitian ini dengan mengukur BB/TB² (Kg/m²) .

Dari sudut pandang ergonomic, setiap beban kerja yang diterima oleh

seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik,

kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban

tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari dari satu

kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan,

kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari

pekerja yang bersangkutan. Pengukuran beban kerja pada penelitian ini

dengan mengukur atau di deteksi dengan denyut nadi. Dimana

pengukurannya dihitung dengan satuan denyut per menit (denyut/mnt) pada

arteri radialis di pergelangan tangan, sebab di sini paling praktis dan mudah.

Page 70: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

53

J. Definisi Operasional dan Kerangka Objektif

Tabel 2.8. Defini Operasional dan Kerangka Objektif

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Kelelahan Kerja Pada penelitian ini kelelahan kerja adalah kelelahan yang diukur dengan indicator glukosa dan asam laktat dalam darah, dengan menggunakan alat ukur Accutrend Plus dan Easy Touch GCHb. Pengukuran dilakukan sebelum responden melakukan pekerjaannya dan setelah 4 jam responden melakukan pekerjaannya.

Menilai kadar asam laktat dan glukosa dalam darah

Accutrend Plus (asam laktat), dan Easy Touch GCHb (Glukosa darah)

1. Terjadi kelelahan kerja apabila terjadi fluktuasi asam laktat dan glukosa dalam darah (asam laktat meningkat dan glukosa menurun)

2. Tidak terjadi kelelahan kerja apabila tidak terjadi fluktuasi asam laktat dan glukosa dalam darah.

Nominal

2 Umur Umur dalam penelitian ini adalah usia responden yang dihitung sejak tahun kelahiran sampai pada saat penelitian

Menghitung usia responden sejak lahir sampai dilakukan penelitian dengan pembulatan tahun kebawah.

Kuesioner 1. Tua = ≥35 tahun

2. Muda = <35 tahun

(Depkes, 2009)

Nominal

Page 71: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

54

dilaksanakan.

3 Stress Kerja Stress kerja pada penelitian ini adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh responden yang diukur dengan menggunakan kuesioner survey diagnostic stres.

Menilai total skor kuesioner Survei Diagnostic Stres

Kuesioner 1. Stress ringan = skor total <90

2. Stres berat = skor total ≥90

Nominal

4 Sikap kerja Sikap kerja pada penelitian ini merupakan kondisi dimana posisi bagian-bagian tubuh pekerja bergerak menjauhi posisi alamiahnya yang diukur menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA).

1. Observasi kegiatan yang dilakukan pekerja dan merekamnya dengan kamera

2. Menilai sikap kerja pekerja dengan metode RULA

Kamera, busur, Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

1. Risiko rendah apabila skor RULA = 1-2

2. Risiko sedang apabila skor RULA = 3-4

3. Risiko tinggi apabila skor RULA = 5-7

Nominal

5 Status Gizi Status gizi dalam penelitian ini merupakan keadaan gizi pegawai yang didapatkan dari pengukuran indeks massa tubuh (BB/TB2) masing-

Mengukur antropometrik berdasarkan indeks antropometrik

Timbangan badan, microtoise stature meter.

1. Gizi kurang = bila IMT responden ≤18,5

2. Gizi normal = bila IMT responden >18,5–25,0

Nominal

Page 72: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

55

masing pegawai. 3. Gizi lebih = bila IMT responden >25,0

6 Beban Kerja Beban kerja dalam penelitian ini merupakan keseluruhan tanggungan pekerjaan pegawai yang dikerjakan yang diukur dengan menghitung denyut nadi responden setelah melakukan pekerjaannya.

Pengukuran denyut nadi setelah pegawai melakukan pekerjaannya.

1. Ringan = 75-100

2. Sedang = 101-125

3. Berat =126-150

4. Sangat berat = 151-175

5. Sangat berat sekali = >175

Nominal

Page 73: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN …

56

K. Hipotesis Penelitian

Bertolak dari kerangka konseptual dan kerangka teori terhadap

permasalahan yang dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara Umur dengan kelelahan kerja pegawai PT PLN

(Persero) Wilayah Sulselrabar

2. Ada hubungan antara stress kerja dengan kelelahan kerja pegawai PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar

3. Ada hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan kerja pegawai PT

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar

4. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahn kerja pegawai PT PLN

(Persero) Wilayah Sulseslrabar

5. Ada hubungan beban kerja dengan kelalahan kerja pegawai PT PLN

(Persero) Wilayah Sulseslrabar

6. Ada hubungan antara stress kerja, sikap kerja, kadar Hb, status gizi, dan

beban kerja dengan kelelahan kerja pegawai PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar.