28
LAPORAN PENDAHULUAN VARISELA Nama Lain : Cacar Air, Chicken Pox A. Pengertian Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus varisela-zister (VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi primer VVZ pada individu yang rentan. Kurang lebih 90% kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5% pada usia lebih dari 15 tahun. Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa, dengan ditandai oleh adanya vesikel-vesikel (Rampengan, 1993). Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat

Anak - Varisela

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anak - Varisela

LAPORAN PENDAHULUAN

VARISELA

Nama Lain : Cacar Air, Chicken Pox

A. Pengertian

Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus

varisela-zister (VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan

jenis kelamin. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan

infeksi primer VVZ pada individu yang rentan. Kurang lebih 90% kasus

terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5% pada usia

lebih dari 15 tahun.

Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular yang

disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) yang menyerang kulit dan

mukosa, dengan ditandai oleh adanya vesikel-vesikel (Rampengan, 1993).

Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel

di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella.

Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa

secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama

berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita

Selekta, 2000).

Varisela merupakan penyaki menular akut. Penularan dapat melalui

kontak langsung dengan lesi, terutama melalui udara (Siti Aisyah, 2003).

B. Klasifikasi

Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :

1. Varisela congenital

Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut

sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf

Page 2: Anak - Varisela

pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan

neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%),

walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela.

Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan

kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela

intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu

dapat mencegah kelainan fetus.

2. Varisela neonatal

Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari

sebelum sampai 2 hari sesudah kelainan. Kurang lebih 20% bayi yang

terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan

varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal

sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5

hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat

antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga

lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus

diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi

maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya

timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi

varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis

pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan

dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak

ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal

atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.

C. Epidemologi

Sangat mudah menular, yaitu melalui percikan ludah dan kontak.

Dapat mengenai semua golongan umur, termasuk neonatus (varisela

congenital), tetapi tersering pada masa anak. Penderita dapat menularkan

Page 3: Anak - Varisela

penyakit selama 24 jam sebelum kelainan kulit (erupsi) timbul sampai 6 atau

7 hari kemudian. Biasanya hidup seumur hidup, varisela hanya diderita satu

kali.

Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi juga

tergantung kepekaan seseorang. Varisela terutama dijumpai pada individu

yang belum mempunyai antibody, hal ini sesuai dengan laporan penelitian

pada 143 anak yang dirawat di rumah sakit dengan berbagai penyakit lain,

empat puluh sembilan anak mempunyai riwayat kontak dengan penderita

varisela, dimana pada anak-anak tersebut terdapat antibody terhadap varisela,

dan ternyata di dalam perkembangannya tidak ada yang menderita varisela,

sedangkan pada 78 anak yang tidak pernah kontak dengan penderita varisela

dilakukan pemeriksaan serologis ternyata 41 anak dengan seronegatif dan dari

mereka 11 anak kemudian menderita varisela.

D. Etiologi

Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau

disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula

menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi

klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-

Z akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh,

mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis)

dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan

herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam

darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat

diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio

manusia.

Page 4: Anak - Varisela

E. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Siti Aisyah 2003, Virus varisela-zoster masuk ke

dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring.

Multiplikasi virus ditempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam

jumlah sedikit melalui darah dan limfe (viremia primer). Virus dimusnahkan

oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi

virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi virus dihambat sebagian

oleh mekanisme pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus dapat

mengalahkan pertahanan tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu

setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak.

Viremia tersebut menyebabkan demam dan malese anorexia serta

menyebarkan virus ke seluruh tubuh, terutama ke kulit dan mukosa.

Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan

menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan

organ lain. Terjadinya komplikasi varisela (pneumonia dan lain-lain)

mencerminkan gagalnya respons imun tersebut menghentikan replikasi serta

penyebaran virus dan berlanjutnya infeksi. Keadaan ini terutama terjadi pada

pasien imunokompromais. Dalam 2-5 hari setelah gejala klinis varisela

terlihat, antibody (IgG, IgM, IgA) spesifik terhadap VVZ dapat dideteksi dan

mencapai titer tertinggi pada minggu kedua atau ketiga. Setelah itu titer IgG

menurun perlahan, sedangkan IgM dan IgA menurun lebih cepat dan tidak

terdeteksi satu tahun setelah infeksi. Imunitas selular terhadap VVZ juga

berkembang selama infeksi dan menetap selama bertahun-tahun. Pada

pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap VVZ berfungsi protektif

terhadap varisela, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan infeksi

(kekebalan seumur hidup). Imunitas selular lebih penting daripada imunitas

humoral untuk penyembuhan varisela. Pada pasien imunokompromais, oleh

karena imunitas humoral dan selularnya terganggu, pajanan ulang dapat

Page 5: Anak - Varisela

menyebabkan rekurensi dan varisela menjadi lebih berat dan berlangsung

lebih lama.

F. Gambaran Klinik

Menurut Richar E. 1992, gambaran klinik varisela dibagi menjadi 2 stadium :

1. Stadium prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala

panas, perasaan lemah (malaise), anoreksia. Kadang-kadang terdapa

kelainan scarlatinaform atau morbiliform.

2. Stadium erupsi: Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil yang

berubah menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar

eritematous. Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah

(unumbilicated). Isi versikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam.

Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-

4 hari erupsi tersebar; mula-mula di dada lalu ke muka, bahu dan anggota

gerak. Erupsi ini disertai perasaan gatal.

Pada suatu saat terdapat macam-macam stadium erupsi, ini merupakan

tanda khas penyakit verisela. Vesikel tidak hanya terdapat di kulit,

melainkan juga di selaput lendir mulut. Bila terdapat infeksi sekunder,

maka akan terjadi limfadenopatia umum.

Karena kemungkinan mendapat varisela selama masa kanak-kanak sangat

besar, maka varisela jarang ditemukan pada wanita hamil (0,7 tiap 1.000

kehamilan). Diperkirakan 17% dari anak yang dilahirkan wanita yang

mendapat verisela ketika hamil akan menderita kelainan bawaan berupa

bekas luka di kulit (cutaneous scars), berat badan lahir rendah, hipoplasia

tungkai, kelumpuhan dan atrofi tungkai, kenang, retardasi mental,

koriorenitis, atrofi kortikal, katarak atau kelainan pada mata lainnya.

Angka kematian tinggi, bila seorang wanita hamil mendapat varisela

dalam 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25% dari neonatus yang

Page 6: Anak - Varisela

dilahirkan akan memperlihatkan gejala varisela kongenital pada waktu

dilahirkan sampai berumur 5 hai. Biasanya varisela yang timbul

berlangsung ringan dan tidak mengakibatkan kematian. Sedangkan bila

seorang wanita hamil mendapat varisela dalam waktu 4-5 hari sebelum

melahirkan, maka neonatusnya akan memperlihatkan gejala varisela

kongenital pada umur 5-10 hari. Di sini perjalanan penyakit varisela

sering berat dan menyebabkan kematian sebesar 25-30%. Mungkin ini

ada hubungannya dengan kurun waktu fetus berkontak dengan varisela

dan dialirkannya antibody itu melalui plasenta kepada fetus.

Seorang neonatus jarang mendapat varisela di bangsal perinatologi dari

seorang perawat atau petugas bangsal lainnya, tapi bila ini terjadi maka

perjalanan penyakit amat ringan dan terlihat gejala-gejala seperti pada

anak yang besar.

G. Komplikasi

Pneumonia varisela hanya terdapat 0,8% pada anak, biasanya

disebabkan oleh infeksi sekunder dan anak sembuh sempurna. Pneumonia

yang disebabkan oleh virus V-Z jarang didapatkan pada anak dengan sistem

imunologis normal pada anak dengan defisiensi imunologis atau orang

dewasa tidak jarang ditemukan. Pada keadaan ini kelainan radiologis paru-

paru masih didapatkan selama 6-12 minggu dan angka kematiannya sebesar

20%. Mungkin juga terjadi komplikasi pada susunan saraf seperti ensefalitis,

ataksia, nistagmus, tremor, mielitis tranversa, kelumpuhan saraf muka,

neuromielitis optika atau penyakit Devic dengan kebutaan sementara, sindrom

hipotalamus yang disertai dengan obesitas dan panas badan berulang-ulang.

Pasien varisela dengan komplikasi ensefalitis setelah sembuh dapat

meninggalkan gejala sisa seperti kejang, retardasi mental, dan kelainan

tingkah laku. Anak dengan sistem imunologis yang normal jarang mendapat

komplikasi tersebut; sedangkan anak dengan defisiensi imunologis, pasien

Page 7: Anak - Varisela

leukemia dan anak yang sedang mendapatkan pengobatan anti metabolit atau

steroid (pasien sindrom nefrotik, demam reumatik) dan orang dewasa sering

mendapat komplikasi tersebut. Kadang-kadang varisela pada pasien tersebut

dapat menyebabkan kematian.

H. Penatalaksanaan

Menurut Siti Aisyah 2003 :

1. Pengobatan Umum

Pada pasien imunokompeten varisela biasanya ringan dan dapat

sembuh sendiri. Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin

atau lotion kalamin dan antihistamin oral. Bila lesi masih vesicular dapat

diberikan bedak agar tidak mudah pecah, dapat ditambahkan antipruritus

di dalamnya, misalnya mentol 0,25-0,5%. Bila vesikel sudah pecah atau

sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik untuk mencegah

infeksi sekunder bacterial. Mandi rendam dalam air hangat yang diberi

antiseptik dapat mengurangi gatal dan mencegah infeksi bacterial

sekunder pada kulit. Krim atau lotion kortikosteroid serta salap bersifat

oklusif sebaiknya tidak digunakan.

Kadang diperlukan antipiretik/analgetik, tetapi golongan salisilat

sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindrom

Reye. Kuku jari tangan harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk

mencegah infeksi sekunder dan parut yang dapat terjadi karena garukan.

2. Obat Antivirus

Dengan tersedianya obat antivirus yang efektif terhadap VVZ,

dokter maupun pasien/orang tua pasien sering dihadapkan pada pilihan

untuk menggunakan obat antivirus atau tidak. Pada anak

imunokompeten, varisela biasanya ringan sehingga umumnya tidak

memerlukan pengobatan antivirus. Antivirus efektif bila diberikan dalam

Page 8: Anak - Varisela

24 jam setelah awitan lesi kulit karena dapat lebih cepat menurunkan

demam serta gejala kulit dan sistemik.

Pada bayi/anak imunokompromais berat, antivirus intravena

merupakan obat pilihan agar kadar dalam plasma cukup tinggi untuk

menghambat replikasi virus. Antivirus intravena secara bermakna dapat

menurunkan morbiditas dan mortalitas varisela pada pasien

imunokompramais, terutama bila diberikan dalam 72 jam setelah awitan

lesi kulit. Pada pasien imunokompromais ringan dapat diberikan antivirus

oral.

Beberapa antivirus terbukti efektif untuk mengobati infeksi VVZ,

yaitu golongan analog nukleosida (asiklovir, famsiklovir, valasiklovir,

vidarabin) dan foskarnet.

Tabel. Rejimen pengobatan varisela dengan antivirus pada bayi dan anak

Kelompok Pasien

Rejimen PengobatanImunokompeten Imunokompromais

Neonatus Asiklovir 500 mg/m²IV

setiap 8 jam selama 10

hari

Asiklovir 500 mg/m²IV setiap 8

jam selama 10 hari

Anak Hanya simtomatik atau

dengan Asiklovir 4 x

20 mg/kgBB/hari per

oral selama 5 hari

Ringan :

Asiklovir 5 x 800 mg/hari peroral

selama > 7 hari

Berat :

Asiklovir 500 mg/m²atau 10

mg/kgBB intravena setiap 8 jam

selama 5-7 hari atau 48 jam setelah

tidak terbentuk lesi baru

Pubertas Asiklovir 5 x 800 mg/

hari peroral selama 7

hari, atau Valasiklovir

3 x 1 g/hari peroral

selama 7 hari, atau

Famsiklovir 3 x 500

Ringan :

Asiklovir 5 x 800 mg/hari peroral

selama > 7 hari

Berat :

Asiklovir 500 mg/m²atau 10

mg/kgBB intravena setiap 8 jam

Page 9: Anak - Varisela

mg/hari peroral selama

7 hari

selama 5-7 hari atau 48 jam setelah

tidak terbentuk lesi baru

Bila resisten asiklovir :

Foskarnet 40 mg/kgBB intravena

setiap 8 jam sampai sembuh

I. Pencegahan

Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan

cara imunisasi pasif atau aktif.

A. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif biasanya diberikan pada neonatus yang dilahirkan

dari ibu yang menderita varisela, kurang dari 5 hari sebelum partus atau

kontak varisela pada saat setelah lahir.

Dosis Zoster Imunoglubulin (ZIG): 0,6 ml/Kg.bb intramuskuler

diberikan 72 jam setelah kontak.

B. Imunisasi Aktif

Diberikan pada anak-anak sehat maupun penderita leukemia,

imunodefisiensi.

Dapat diberikan dengan vaksin hidup yang dilemahkan. Vaksin

yang digunakan adalah OKA Strain.

Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 cc subkutan. Pemberian vaksin

ini ternyata cukup aman dan efektif dan dapat memberikan perlindungan

96%. dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya proteksi

yang sama dan efek samping hanya berupa rash yang ringan.

Efek samping biasanya tidak ada, tetapi bila ada biasanya bersifat

ringan.

Page 10: Anak - Varisela

J. Pathway Keperawatan

Virus Varisela – Zoster

Masuk ke tubuh

Mukosa saluran nafas atas orofaring

Multiplikasi virus dan penyebaran virusdalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe

Dimusnahkan oleh sel sistem ritikuloendotelial

Infeksi virus dihambat sebagian Replikasi virus dapat mengatasioleh mekanisme pertahanan tubuh pertahanan tubuh yang belum

dan respon imun berkembang

Viremia Sekunder

Demam Anorexia Malaise Virus menyebarke seluruh tubuh

(kulit dan mukosa)

Menurut : (Nanda.2006.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.Definisi dan Klasifikasi)

Hipertermi Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Intoleransi aktifitas

Lesi (chicken pox)

Kerusakan integritas

kulit

Nyeri Kurang pengetahuan

Page 11: Anak - Varisela

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infoksi

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan malaise

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

INTERVENSI

DX I : Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox)

NOC : Control nyeri

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik

non farmakologi untuk mengurangi nyeri)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

Skala :

1 = Tidak pernah menunjukkan

2 = jarang menunjukkan

3 = kadang menunjukkan

4 = sering menunjukkan

5 = selalu menunjukkan

NIC : Manajemen Nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

Page 12: Anak - Varisela

3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi, distraksi)

4. Tingkatkan istirahat

5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

6. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan.

DX II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

NOC : Status nutrisi

Tujuan : Status nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil

1. Mempertahankan pemasukan nutrisi

2. Mempertahankan BB

3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Keterangan Skala :

1 = tidak pernah menunjukkan

2 = jarang menunjukkan

3 = kadang menunjukkan

4 = sering menunjukkan

5 = selalu

DX III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit

NOC : Integritas jaringan, kulit dan membran mukosa

Tujuan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,

hidrasi, pigmentasi)

2. Tidak ada luka pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

Page 13: Anak - Varisela

4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit

Skala :

1 = ekstrem

2 = berat

3 = sedang

4 = ringan

5 = tidak ada gangguan

NIC : Presure Management

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan pada tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

6. Monitor status nutrisi pasien

DX IV : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

NOC : Termoregulation

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil

1. Suhu tubuh dalam batas normal

2. Nadi dan RR dalam rentang normal

3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman

Skala :

1 = tidak normal

2 = jauh dari normal

3 = hampir normal

4 = cukup normal

5 = normal

NIC : Regyulasi Suhu

Page 14: Anak - Varisela

1. Observasi TTV

2. Berikan minuman per oral

3. Kompres dengan air hangat

4. Kolaborasi pemberian antipiretik

DX V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Malaise

NOC : Penghematan energi

Tujuan : Dapat melakukan aktifitas secara mandiri

Kriteria hasil

1. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas

2. TTV dalam batas normal

3. Suhu normal

Skala :

1. = tidak normal

2. = jauh dari normal

3. = hampir normal

4. = cukup normal

5. = normal

NIC : Pengelolaan Energi

1. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas

2. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat

4. Jelaskan pentingnya istirahat dan perlunya keseimbangan antara istirahat dan

aktifitas

5. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan

Page 15: Anak - Varisela

DX VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

NOC : Pengetahuan prosedur perawatan

Tujuan : Diharapkan tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan

penyakitnya dapat meningkat

Kriteria hasil

1. Mendeskripsikan prosedur

2. Menjelaskan tujuan dari prosedur

3. Mendeskripsikan tahap dari prosedur

4. Mendeskripsikan hubungan pencegahan dengan prosedur

5. Mendeskripsikan perawatan mandiri dengan alat

6. Menunjukkan prosedur perawatan

7. Mendeskripsikan potensial efek seimbang

Keterangan Skala :

1 = tidak ada

2 = terbatas

3 = sedang

4 = berat

5 = estensif

NIC : Mengajarkan proses penyakit

1. Tingkatkan tingkat pengetahuan pasien yang berhubungan dengan proses

penyakit yang spesifik

2. Deskripsikan tanda dan gejala umum dari penyakit

3. Identifikasi penyebab yang mungkin

4. Diskusikan terapi/perawatan

5. Instruksikan kepada pasien untuk meminimalkan efek samping

Page 16: Anak - Varisela

EVALUASI

DX I : Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox)

Kriteria Hasil Skala

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi

nyeri)

4

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

4

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi,

nyeri)

4

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 4

5. Tanda vital dalam rentang normal 4

DX II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil Skala

1. Mempertahankan pemasukan nutrisi 4

2. Mempertahankan BB 4

3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi 4

DX III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit

Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil Skala

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,

elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

4

2. Tidak ada luka / lesi pada kulit 4

3. Perfusi jaringan baik 4

4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan

kelembaban kulit

4

Page 17: Anak - Varisela

DX IV : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil Skala

1. Suhu tubuh dalam batas normal 4

2. Nadi dan RR dalam rentang normal 4

3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,

merasa nyaman

4

DX V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Malaise

Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil Skala

1. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas 4

2. TTV dalam batas normal 4

3. Suhu normal 4

DX VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil Skala

1. Mendeskripsikan prosedur 5

2. Menjelaskan tujuan dari prosedur 5

3. Mendeskripsikan tahap dari prosedur 4

4. Mendeskripsikan hubungan pencegahan dengan prosedur 4

5. Mendeskripsikan perawatan mandiri dengan alat 4

6. Menunjukkan prosedur perawatan 4

7. Mendeskripsikan potensial efek seimbang 5

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Anak - Varisela

Behrman, Richar E. 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: EGC

Boediardja, Siti Aisah, dkk, 2003, Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak, Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Daili, Sjaiful Fahmi, dkk, 2002, Infeksi Virus Herpes, Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Hidayat, Aziz Alimul, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta: Salemba Medika.

Jhonson, Marion, dkk, 2000, NOC, Jakarta: Morsby.

Laurentz,Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius.

Mc Clonskey, Cjoane, dkk, 1995, NIC, Jakata: Morsby.

Nanda, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi, Jakarta: EGC.

Pincus, Catzel, dkk, 1990, Kapita Selekta Pediatri, Edisi. 2, Jakarta: EGC.

Wilkonson, Judith M, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC.