47
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Cacar air ( Varisela/ chickenpox) merupakan suatu penyakit infeksi yang cepat menular. Penyebab utamanya adalah virus Varicella zoster, bisa menular pada orang dewasa, anak-anak, maupun bayi. Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin. Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6 tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4 %. 1,2,3 Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan biasanya jarang mengenai anak- anak. Insiden herpes zoster berdasarkan usia yaitu sejak lahir - 9 tahun : 0,74 / 1000 ; usia 10 – 19 tahun :1,38 / 1000 ; usia 20 – 29 tahun : 2,58 / 1000. Di Amerika, herpes zoster jarang terjadi pada anak- anak, dimana lebih dari 66 % mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia dibawah 20 tahun dan 5% mengenai usia kurang dari 15 tahun. Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang sering 1

VARISELA ZOSTER

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VARISELA ZOSTER

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Cacar air ( Varisela/ chickenpox) merupakan suatu penyakit infeksi yang

cepat menular. Penyebab utamanya adalah virus Varicella zoster, bisa menular

pada orang dewasa, anak-anak, maupun bayi. Varicella terdapat diseluruh dunia

dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin. Varicella terutama mengenai

anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6 tahun dan hanya

sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi pada

anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15

tahun dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun

sebanyak 81,4 %. 1,2,3 Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan

pertambahan umur dan biasanya jarang mengenai anak-anak. Insiden herpes

zoster berdasarkan usia yaitu sejak lahir - 9 tahun : 0,74 / 1000 ; usia 10 – 19

tahun :1,38 / 1000 ; usia 20 – 29 tahun : 2,58 / 1000. Di Amerika, herpes zoster

jarang terjadi pada anak-anak, dimana lebih dari 66 % mengenai usia lebih dari

50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia dibawah 20 tahun dan 5% mengenai

usia kurang dari 15 tahun. Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang

sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada

bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa

kehamilan. Dari hasil penelitian, ditemukan sekitar 3% herpes zoster pada anak,

biasanya ditemukan pada anak - anak yang imunokompromis dan menderita

penyakit keganasan.

Ketahanan tubuh dan virulensi kuman berperan dalam penyebaran

penyakit ini. Dari gejala ringan sampai berat, bisa tampak pada penyakat cacar

air. Tampak lesi khas berupa makula eritem, papul eritem, dan vesikel yang bila

pecah akan tampak sebagai krusta. Pengananan yang tepat dapat mengurangi

kejadian komplikasi pada kasus ini. Pengobatan dengan mempertimbangkan

antiviral dan simptomatik untuk mengurangi gejala dapat mempercepat

kesembuhan penyakit ini. Pencegahan berupa vaksinasi dan mempertahankan

kondisi tubuh dapat menurunkan insiden penyakit ini.

1

Page 2: VARISELA ZOSTER

Pada makalah ini akan disajikan kasus seorang anak laki-laki dengan

varisela/ cacar air.

B. Tujuan

Tujuan umum

Untuk mengetahui cara mendiagnosis dan mengelola pasien dengan Varicella

zoster sesuai kepustakaan yang ada.

Tujuan Khusus

1. Dokter mampu melakukan autoanamnesa dan alloanamnesa kepada pasien

dengan varicella zoster.

2. Dokter mampu melakukan pemeriksaan fisik dan mengerti pemeriksaan

penunjang untuk diagnosis pasti varicella zoster.

3. Dokter mampu menilai status pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. Dokter mampu melakukan pengelolaan secara komprehensif dan holistik

pada kasus varicella zoster.

C. Manfaat

Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi

mahasiswa agar dapat mendiagnosis dan mengelola varicella zoster secara tepat.

2

Page 3: VARISELA ZOSTER

BAB 2

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. N

Umur : 6 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sidi Gede RT.7 RW.2 Welahan Jepara

Masuk Rawat : 3 Agustus 2012

Keluar : 4 Agustus 2012

IDENTITAS ORANG TUA

Nama ayah : Tn. S

Umur : 47 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan : SLTA

Nama Ibu : Ny. ES

Umur : 40 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

B. DATA DASAR

Anamnesis

Alloanamnesis dilakukan dengan ibu penderita

Tanggal : 4 Agustus 2012 Pukul : 07.00 WIB

Keluhan utama

Plenting-plenting

3

Page 4: VARISELA ZOSTER

Riwayat penyakit sekarang :

- Satu hari sebelum masuk Puskesmas pasien muncul ruam kemerahan kemudian

berubah menjadi plenting-plenting, awalnya timbul di daerah dada dan perut,

kemudian menyebar keseluruh tubuh, plenting-plenting dirasakan gatal(+), dan

nyeri(+), terdapat demam(+), lesu (+), lemah(+), pusing(+), mual(-), muntah (-)

BAK dan BAB tidak ada kelainan, belum dibawa berobat dibawa ke

Puskesmas.

- Riwayat kontak dengan penderita cacar air(+) teman sekolah

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat batuk (+), tidak lebih dari 2 minggu.

Riwayat demam lebih dari 7 hari disangkal.

Riwayat cacar air sebelumnya(-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat muncul plenting-plenting seperti ini pada anggota keluarga 1 rumah

disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah bekerja sebagai pedagang dengan membuka toko serba ada, ibu tidak bekerja,

menanggung 2 orang anak yang belum mandiri, penghasilan ± Rp.900.000,-

Biaya pengobatan ditanggung pribadi.

Kesan : Sosial ekonomi kurang

Riwayat Pemeliharaan Prenatal

Pemeriksaan kehamilan di Bidan, rutin, mendapat imunisasi TT 1x, penyakit

kehamilan (-), trauma kehamilan (-), diberi vitamin dan obat penambah darah.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

No. Kehamilan dan Persalinan Umur/tgl lhr MeninggalPenyebab

meninggal

1. ♀, aterm, spontan, bidan, 12 tahun - -

4

Page 5: VARISELA ZOSTER

2.

BBL= 2900 gr

♂, aterm, spontan, bidan,

BBL=3000 gr

6 tahun

Bayi laki-laki lahir dari ibu G2P2A0, 28 tahun, spontan, ditolong bidan, trauma

dalam kehamilan disangkal, infeksi selama kehamilan disangkal, riwayat

minum jamu-jamuan disangkal, riwayat demam tinggi disangkal, riwayat ibu

kontak dengan penderita herpes disangkal, riwayat foto rontgent selama hamil

disangkal.

Riwayat Postnatal

Ibu melakukan pemeriksaan postnatal saat usia anak 1 minggu (berbarengan

dengan imunisasi Hepatitis B) keadaan anak sehat.

Riwayat Imunisasi

BCG : 1x (1 bulan, scar(+))

DPT : 3x (2,4,6 bulan)

Polio : 4x (0,2,4,6 bulan)

Hepatitis B : 4x (0,2,4,6 bulan)

Campak : 1x (9 bulan)

Imunisasi tambahan

Varisella : (-)

Kesan : imunisasi dasar, ulangan dan bias tidak lengkap

Imunisasi tambahan varisella (-)

Riwayat Makan dan Minum

ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulanBubur susu diberikan usia 4-7

bulan, 2-3 x sehari @ ¼ mangkuk kecil kadang habis

Nasi tim diberikan usia 7-11 bulan, 3x sehari, ¼-1/2 mangkuk kecil, kadang

habis

5

Page 6: VARISELA ZOSTER

Makanan dewasa menu keluarga( nasi, tempe, tahu, telur ayam, sop, sayur

bayam,kangkung) diberikan sejak usia 12 bulan sampai sekarang, porsi

sekarang : ½ porsi dewasa, 3x/hari kadang habis

Kesan : penyapihan dini, kualitas dan kuantitas kurang.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengukuran Anthropometri (3 Juli 2012)

Berat badan bulan lalu tidak dukur,berat badan sekarang 23 kg, panjang badan 130,

lingkar kepala 52 cm, berdasarkan status antrhopometri dengan WHO Antrho :

WAZ : 0.68

HAZ : 0,07

BMI-Z score : 0,06

6

Page 7: VARISELA ZOSTER

Kesan pertumbuhan : Berat badan normal, tinggi badan normal, garis pertumbuhan

tidak bisa dinilai, mesosefal.

Perkembangan

Senyum usia 2 bulan

Miring usia 3 bulan

Tengkurap usia 5 bulan

Duduk usia 7 bulan

Gigi keluar usia 7 bulan

Merangkak usia 10 bulan

Berdiri usia 12 bulan

Berjalan usia 14 bulan

- Motorik halus : ketrampilan gerak halus, keseimbangan dan koordinasi tangan

baik

- Motorik Kasar : aktifitas motorik kasar berada dibawah kendali ketrampilan

kognitif dan kesadaran.

- Verbal: kemampuan kata-kata, berbicara verbal lancar.

- Sosialisasi : pergaulan terhadap teman-teman sekitar rumah, dan keluarga baik.

Anak sekarang duduk di kelas I SD, prestasi baik tidak pernah tinggal kelas.

7

Page 8: VARISELA ZOSTER

Kesan :tingkat perkembangan sesuai usia.

Kuesioner deteksi dini masalah mental emosional

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab yang jelas?

(seperti banyak menangis, mudah tersinggung, atau beraksi

berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)

2 Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau

anggota keluarganya? (seperti ingin merasa sendirian, menyendiri

atau merasa sedih sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-

hal yang biasa sangat dinikmati)

3 Apakah anak anda terlihat berperilaku merusak dan menentang

terhadap lingkungan sekitarnya? (seperti melanggar peraturan yang

ada, mencuri, seringkali melakukan perbuatan ynag berbahaya

terhadap dirinya, atau menyiksa binatang atau anak-anak lainnya)

dan tampak tidak peduli dengan nasihat-nasihat yang sudah

diberikan kepadanya?

4 Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau

kecemasan berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan

sebanding dengan anak lain seusianya?

5 Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya

konsentrasi yang buruk atau mudah beralih perhatiannya, sehingga

mengalami penurunan dalalm aktivitas sehari-hari atau prestasi

belajarnya?

6 Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat

keputusan?

7 Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?

(seperti sulit tidur sepanjang waktuterjaga sepanjang hari, sering

terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi butuk atau

mengigau?

8 Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan? (seperti √

8

Page 9: VARISELA ZOSTER

kehilangan nafsu makan, makan berlebihan/tidak mau makan sama

sekali)

9 Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut

atau keluhan keluhan fisik lainnya?

10 Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau berkeinginan

untuk mengakhiri hidupnya?

11 Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku dan

kemampuan yang sudah dimilikinya? (seperti mengompol kembali,

mengisap jempol, atau tidak mau berpisah dengan orang

tua/pengasuhnya)

12 Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang tanpa

alasan yang jelas?

Kesan : tidak ada masalah mental emosional

Riwayat KB

Ibu tidak menggunakan KB.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal : 4 Agustus 2012, pukul : 07.00WIB

Anak ♂, umur 6 tahun, BB : 23 kg, PB : 130 cm.

KU : sadar, lemas, sesak nafas (-), sianosis (-), ikterik (-), nafas spontan adekuat

TV : N : 100 x/mnt, isi dan tegangan cukup

RR : 30 x/mnt

t : 37,9oC (aksiler)

Status internus :

Kepala : 52 cm(mesocephal), UUB menutup

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Kulit : turgor kembali cepat , tampak vesikel pada daerah kepala, dada,

perut, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

Mata : conj. Anemis -/-

Telinga : discharge (-)

Hidung : nafas cuping hidung (-), discharge (-)

Mulut : kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-)

Selaput mukosa : kering (-), sianosis (-)

9

Page 10: VARISELA ZOSTER

Tenggorok : T1-1 faring hiperemis (-)

Leher : simetris, pembesaran nnll -/-

Dada : Ins : simetris,statis,dinamis, retraksi(-)

Pal : stem fremitis kanan = kiri

Per : sonor seluruh lapangan paru

Aus : suara dasar vesikuler,

suara tambahan : depan belakang

Ronkhi basah halus nyaring -/- -/-

wheezing -/- -/-

hantaran -/- -/-

Jantung : Ins : ictus cordis tak tampak

Pal : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm med LMCS, kuat angkat(-),

melebar(-)

Per :

Batas atas : SIC II Linea Parasternal sinistra

Batas kanan : SIC II Linea Parasternal Dekstra

Batas kiri : SIC V 2 cm Linea Midclvicula Sinistra

Aus : SJ I – II normal, bising (-), gallop (-). M1>M2, A1<A2, P1<P2

Abdomen: Ins : cembung, lemas, venetaksi (-)

Pal : hepar lien tak teraba

Per : timpani, pekak sisi (+)N, pekak alih (-)

Aus : bising usus (+) N

Anggota gerak

Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Capp. Refill <2” <2”

Status Lokalis

10

Page 11: VARISELA ZOSTER

Lokasi : Seluruh tubuh

U.K.K : vesikel, pustula, krusta, makula eritema

Palpasi : Nyeri tekan (+)

D. PEMERIKSAAN KHUSUS

6 tahun 5 hari, BB : 23 kg, PB = 130 cm

Pemeriksaan Status Gizi

Berdasarkan status antrhopometri dengan WHO antrho :

WAZ : -1,34

HAZ : -0,47

WHZ : -1,63

Kesan pertumbuhan : Berat badan normal, perawakan normal, status gizi baik.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Agustus 2012

Darah rutin

Hemoglobin : 11,6 gr/dl (N:11-13 g/dl)

Hematokrit : 38 % (N:36-44%)

Leukosit : 6.400 /mm3 (N: 6000-18.000/mm3)

Trombosit : 183.000/mm3 (N: 115.000-400.000/mm3)

Kesan: Normal

11

Page 12: VARISELA ZOSTER

F. DAFTAR MASALAH

No Masalah Aktif Tanggal No Masalah pasif Tanggal

1. Febris 2 hari 4-08-2012 1. Sosial ekonomi

kurang

4-08-2012

2. Vesikel seluruh tubuh 4-08-2012 2. Imunisasi tidak

lengkap

4-08-2012

3. Varisela zoster 4-08-2012

G. DIAGNOSIS SEMENTARA

- Diagnosa utama : Varisella zoster

- Diagnosa Co-morbid : (-)

- Diagnosa pertumbuhan : mesocephal dan perawakan normal

- Diagnosa gizi : Gizi baik

- Diagnosa perkembangan : Perkembangan sesuai umur

- Diagnosa imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap, imunisasi

tambahan varisela(-)

- Diagnosa Sosial Ekonomi : sosial ekonomi kurang

H. INITIAL PLAN

Assesment

1. Observavsi febris dengan Varisela zoster

Diagnosa : Subjektif : -

Objektif : -

Terapi : Infus RL 20 tpm

Parasetamol syr. 3x300mg

Asiklovir oral 3x300 mg

Asiklovir 5% salep s.u.e

CTM 2x4mg tab

Vit.C 2x50mg

Salisil talk bedak s.u.e

12

Page 13: VARISELA ZOSTER

Vitamin B complex 2 x 1 tablet

Rawat Isolasi

Monitoring : Keadaan umum, tanda vital (HR, RR, Suhu), bentuk lesi kulit

Edukasi :

- Menjelaskan pada orang tua penderita tentang penyakit penderita, cara

penularan dan pengelolaan yang sedang dilakukan pada anak.

- Menjelaskan kepada orangtua penderita mengenai larangan agar anak tidak

menggaruk lukanya, dan memberikan makanan dengan gizi yang cukup pada

anak.

13

Page 14: VARISELA ZOSTER

BAB 3

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

Etiologi dan Patogenenesis

Varicella zoster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes virus.

Virus terdiri atas genome DNA double-stranded, tertutup inti yang mengandung protein

dan dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu

varicella (chickenpox) dan herpes zoster (shingles).

Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata- rata 14 -

17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari

14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi

pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet

infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit. VZV

masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas,

orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 - 4

yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam

jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia

primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar

penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme

pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi

virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia

sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai

epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. 1-3,6,8

Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang

lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit. 1-3

Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui. Selama

terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa

ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara centripetal melalui serabut

syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten

14

Page 15: VARISELA ZOSTER

(dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi

tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi

reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang

menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang

mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang

penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali

bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris.

Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan melalui

syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala klinis. 4,5,7,8

Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya

didahului dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan

anoreksia, yang terjadi 1 - 2 hari sebelum tim bulnya lesi dikulit sedangkan pada

anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompeten, gejala prodormal jarang

dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan

munculnya lesi dikulit 1,3

Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke

dada (penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas.

Lesi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella

biasanya sangat gatal dan mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua

stadium lesi secara bersamaan pada satu saat.1,2,8

Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan

dada, dan kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12 - 14 jam menjadi papul

dan kemudian berkembang menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih

dengan dasar eritematosa. Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous

mempunyai gambaran klasik yaitu letaknya superfisial dan mempunyai dinding

yang tipis sehingga terlihat seperti kumpulan tetesan air diatas kulit (tear drop),

berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan

lipatan kulit atau tampak vesikel seperti titik- titik embun diatas daun bunga mawar

(dew drop on a rose petal). Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan

masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi pustula. Lesi

kemudian akan mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk

umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi

15

Page 16: VARISELA ZOSTER

antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1 - 3 minggu. Pada

fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar), apabila tidak disertai

dengan infeksi sekunder bakterial. 1-3, 8,9

Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya

varicella intrauterine ataupun varicella neonatal. Varicella intrauterine, terjadi pada

20 minggu pertama kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti

ke dua lengan dan tungkai mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular

dan mental retardation. Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu

mendapat varicella (varicella maternal) kurang dari 5 hari sebelum atau 2 hari

sesudah melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang

didapat dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat

perlindungan antibodi disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya

antibodi pada tubuh si ibu yang disebut transplasental antibodi. Sebelum

penggunaan varicella zoster immunoglobulin (VZIG), angka kematian varicella

neonatal sekitar 30%, hal ini disebabkan terjadinya pneumonia yang berat dan

hepatitis yang fulminan. Tetapi jika si ibu mendapat varicella dalam waktu 5 hari

atau lebih sebelum melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu yang cukup untuk

membentuk dan mengedarkan antibodi yang terbentuk (transplasental antibodi)

sehingga neonatus jarang menderita varicella yang berat. 8,9

Herpes zoster pada anak-anak jarang didahului gejala prodormal. Gejala

prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia, malese, nyeri

kepala dan demam, biasanya terjadi 1-3 minggu sebelum timbul ruam dikulit. 4,5

Lesi kulit yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya unilateral

dan jarang melewatii garis tengah tubuh. Lokasi yang sering dijumpai yaitu pada

dermatom T3 hingga L2 dan nervus ke V dan VII. Lesi awal berupa makula dan

papula yang eritematous, kemudian dalam waktu 12 - 24 jam akan berkembang

menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi pustula pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya

pada hari ke 7 - 10 akan terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut, kecuali

terjadi infeksi sekunder bakterial. Pada pasien imunokompromais dapat terjadi

herpes zoster desiminata dan dapat mengenai alat visceral seperti paru, hati, otak

dan disseminated intravascular coagulophaty (DIC) sehingga dapat berakibat fatal.

Lesi pada kulitnya biasanya sembuh lebih lama dan dapat mengalami

16

Page 17: VARISELA ZOSTER

nekrosis,hemoragik dan dapat terbentuk parut.4,5, 7,8

KOMPLIKASI

Varicella

Pada anak yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang ringan sehingga

jarang dijumpai komplikasi.

Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu :

1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri

Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang berkisar

antara 5 - 10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat masuk organisme

yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat menimbulkan impetigo,

furunkel, cellulitis, dan erysepelas.

Organisme infeksius yang sering menjadi penyebabnya adalah streptococcus

grup A dan staphylococcus aureus.

2. Scar

Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi staphylococcus atau

streptococcus yang berasal dari garukan.

3. Pneumonia

Dapat timbul pada anak - anak yang lebih tua dan pada orang dewasa, yang

dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varicella

pneumonia sekitar 1 : 400 kasus.

4. Neurologik

Acute postinfeksius cerebellar ataxia. Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu

terjadi 2 - 3 minggu setelah timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap

selama 2 bulan. Manisfestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi

berdiri hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi dan

dysarthria. Insiden berkisar 1 : 4000 kasus varicella.

Encephalitis

Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella yaitu beberapa

hari setelah timbulnya ruam. Lethargy, drowsiness dan confusion adalah

gejala yang sering dijumpai.

Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan encephalitis yang cepat

17

Page 18: VARISELA ZOSTER

dapat menimbulkan koma yang dalam. Merupakan komplikasi yang serius

dimana angka kematian berkisar 5 - 20 %. Insiden berkisar 1,7 / 100.000

penderita.

5. Herpes zoster

Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster, timbul

beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer.

Varicella zoster virus menetap pada ganglion sensoris.

6. Reye syndrome

Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty.

Keadaan ini berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah

digunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye sindrom mulai

jarang ditemukan.

Herpes zoster

Komplikasi yang dapat dijumpai pada herpes zoster yaitu :

1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri.

2. Posherpetic neuralgia (PHN)

Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur dimana lebih kurang 50

% penderita PHN berusia lebih dari 60 tahun dan PHN biasanya jarang

terjadi pada anak-anak.

3. Pada daerah ophthalmic dapat terjadi keratitis, episcleritis, iritis, papillitis dan

kerusakan syaraf.

4. Herpes zoster yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuh seperti otak,

paru dan organ lain dan dapat berakibat fatal.

5. Meningoencephalitis.

6. Motor paresis.

7. Terbentuk scar. 4,7,8

Diagnosis Varicella zoster/cacar air

Diagnosis varicela zoster didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

18

Page 19: VARISELA ZOSTER

Pada varicela didapatkan gejala infeksi virus pada umumnya seperti,

malaise, demam, pusing, nyeri kepala, anoreksia, mual. Setelah itu terdapat lesi

awal berupa makula dan papula yang eritematous, kemudian dalam waktu 12 -

24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi pustula

pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya pada hari ke 7 - 10 akan terbentuk krusta dan

dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi infeksi sekunder bakterial.

2. Pemeriksaan fisik

Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan meningkat, dan terdapat lesi yang

bervariasi mulai dari macula eritem, papul, vesikel, krusta

Dalam kasus ini ditemukan suhu badan yang meningkat ≥ 37,50C. Lesi

macula eritem, papul, vesikel, krusta pada seluruh tubuh.

3. Pemeriksaan penunjang

Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa

test yaitu :

1. Tzanck smear

- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian

diwarnai dengan pewarnaan y aitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s,

toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya

akan dijumpai multinucleated giant cells.

- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.

- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster

dengan herpes simpleks virus.

2. Direct fluorescent assay (DFA)

- Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk

krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.

- Hasil pemeriksaan cepat.

- Membutuhkan mikroskop fluorescence.

- Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.

- Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes

simpleks virus.

3. Polymerase chain reaction (PCR)

19

Page 20: VARISELA ZOSTER

- Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.

- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti

scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga

digunakan sebagai preparat, dan CSF.

- Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.

- Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.

4. Biopsi kulit

Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan

degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai

adanya lymphocytic infiltrate. 1,2, 4,6

Diagnosa banding

1. Herpes simpleks diseminata.

2. Herpes zoster diseminata.

3. Impetigo

B. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK

Sesuai dengan prinsip pengelolaan pasien secara komprehensif dan holistik, maka

pada pasien tidak hanya diperhatikan dari segi kuratifnya saja, tetapi juga meliputi

upaya promotif, preventif, rehabilitatif dan psikososial. Upaya promotif dan

preventif dilakukan agar anak tidak sakit atau tidak mengalami kecacatan, sedang

upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan agar anak sembuh dan tidak cacat atau

kembali pada lingkungannya semula dengan memperhatikan faktor psikososial

anak.

1. Kuratif

Adalah upaya untuk mendiagnosis seawal mungkin dan mengobati secara tepat

dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit. Upaya kuratif yang

dilakukan pada penderita ini meliputi:

a. Istirahat tirah baring dan perawatan professional dengan tujuan mencegah

komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Perlu dijaga kebersihan tempat

tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai serta hygiene perorangan.1,2 Ruang

20

Page 21: VARISELA ZOSTER

rawat isolasi diperlukan untuk pencegahan penularan ke pasien/ anggota

keluarga lain

b. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif)

Asupan cairan dan kalori bila perlu diberikan terutama pada demam tinggi,

muntah atau diare. Kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan harus

dipenuhi dengan pemberian oral/parenteral. Diberikan makanan berserat dan

mudah dicerna, dan mengandung zat gizi tinggi. Vitamin sebagai

imunomodulator dan neurotropik diperlukan untuk meningkatkan ketahanan

tubuh anak. Antipiretik diberikan apabila demam > 380C.Pada kasus ini, pasien

mendapat diet 3 x biasa dan 3 x 200cc susu dan paracetamol bila t ≥ 380C.

Vitamin C 100mg, dan Vitamin Bcomplex diberikan untuk meningkatkan

imunitas, dan mengurangi gejala neural.

c. Antiviral

- Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu

penyembuhan akan lebih singkat.

- Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam

setelah erupsi dikulit muncul.

- Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan

famasiklovir.

- Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :

- Neonatus : Asiklovir 500 mg / m IV setiap 8 jam selama 10 hari.

- Anak ( 2 -12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral

selama 5 hari.

- Pubertas dan dewasa :

- Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.

- Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.

- Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari. 1-3, 6,8

2. Preventif

Adalah usaha-usaha untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan

mencegah terjangkitnya penyakit tersebut. Ada tiga tingkat upaya pencegahan

21

Page 22: VARISELA ZOSTER

yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan

primer merupakan tingkat pencegahan awal untuk menghindari atau mengatasi

faktor resiko. Pencegahan sekunder untuk deteksi dini penyakit sebelum penyakit

menimbulkan gejala yang khas. Pencegahan tertier dengan melakukan tindakan

klinis untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau mengurangi komplikasi

setelah penyakit tersebut diketahui.

Terdapat beberapa upaya preventif yang perlu diedukasikan kepada orangtua

mengenai varicela agar tidak menimbulkan komplikasi lain yaitu:

- Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah

pecah.

- Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat

diberikan salap antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.

- Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi

sekunder akibat garukan.

- Minum obat secara teratur dan segera dibawa ke dokter apabila

ditemukan gejala komplikasi lain seperti ; panas tidak turun, timbul

infeksi, dll.

3. Promotif

Adalah upaya penyuluhan yang bertujuan untuk merubah kebiasaan yang

kurang baik dalam masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan

aktif dalam bidang kesehatan. Dalam kasus ini, upaya promotif yang dapat

dilakukan yaitu:

- Pada pasien dengan varicela mengingat patofisiologi varicela yaitu virus

Varicella zoster yang menular lewat kontak langsung dengan kulit, inhalasi,

dan droplet dari saluran pernafasan, maka menghindari kontak dengan

penderita cacar perlu dilakukan. Imunisasi ulang tidak terlalu dibutuhkan

karena sudah terbentuk antibodi pada saat pasien terinfeksi.

- Menginformasikan kepada keluarga penderita bahwa virus varisela ini

sendiri dapat tinggal di dalam tubuh penderita, dan kemungkinan setelah

penyakit ini sembuh bisa timbul penyakit lain yang timbul seperti neuralgia

post herpetik dan herpes zoster saat dewasa nanti

22

Page 23: VARISELA ZOSTER

- Pada masyarakat diperlukan imunisasi tambahan varisela pada anak usia 12

bulan dan di booster/ulang setelah umur 12 tahun untuk pencegahan penyakit

varisela ini.

- Menganjurkan untuk menjaga kebersihan dengan mandi teratur dan tidak

terpengaruh mitos bahwa cacar air tidak boleh mandi.

- Menganjurkan untuk memberi makanan yang mengandung cukup bahan

bakar (energi) dan semua zat gizi, dengan memperhatikan jenis, dan jadwal

pemberian makanan.. Apabila anak susah makan sebaiknya diberikan dalam

jumlah kecil dengan frekuensi yang lebih sering. Jika perlu berikan

multivitamin.

- Mencukupi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang meliputi :

o Asuh : memenuhi kebutuhan dasar (pangan, papan, perawatan

kesehatan dasar, pengobatan yang layak) dan memenuhi kebutuhan

tambahan (bermain). Perawatan diri meliputi perawatan higienitas

diri(mandi teratur), dan menjaga higienitas dan kebersihan

lingkungan rumah terutama kebersihan kamar tidur anak.

o Asih : memberi rasa aman dan nyaman, dilindungi dan diperhatikan

(minat, keinginan dan pendapat anak), diberi contoh (bukan dipaksa),

dibantu, diberi dorongan, dihargai, penuh kegembiraan serta koreksi

(bukan ancaman/ hukuman). Pasien diberikan perhatian agar merasa

diperhatikan dan tidak merasa ditinggalkan karena penyakitnya.

o Asah : memberikan stimulasi emosional-sosial, kognitif, kreativitas,

kemandirian, kepemimpinan moral dan mental. Memberi pengertian

kepada anak bahwa penyakitnya bisa sembuh seperti sedia kala, dan

anak tidak perlu khawatir pada teman-temannya karena orang tua

akan memberikan informasi ini kepada orang tua siswa yang mereka

kenal. Saat dirumah anak juga diberikan kegiatan, agar tidak merasa

seperti anak sakit tetapi seperti anak biasanya.

4. Rehabilitatif

Adalah upaya untuk menolong atau membantu anak terhadap

ketidakmampuannya dengan berbagai usaha, agar anak sedapat mungkin

kembali pada lingkungannya baik lingkungan sosial maupun keluarga. Untuk

23

Page 24: VARISELA ZOSTER

menjaga anak tetap sehat, maka orang tua diberitahu untuk menjaga kualitas dan

kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah, agar kebutuhan gizi anak tetap

terpenuhi dengan baik dan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik pula

sehingga tidak mudah terserang penyakit. Menganjurkan kepada orang tua untuk

menjaga hygienitas pakaian, tempat tidur, rumah untuk mencegah penularan

pada orang sekitar. Agar anak tidak minder / menutup diri dari pergaulan karena

merasa dikucilkan karena penyakitnya, diberikan edukasi ke orang tua bahwa

penularan tidak akan terjadi apabila luka sudah kering, dan obat telah diminum

secara teratur. Untuk bekas luka/lesi itu sendiri akan sembuh secara sendirinya.

5. Psikososial

Adalah aspek yang berkaitan dengan emosi, sikap, pengetahuan, perilaku,

keterampilan, nilai-nilai sosial budaya, kepercayaan, dan adat istiadat

dilingkungan sekitar anak. Meliputi mikrosistem, mesosistem, eksosistem dan

makrosistem.8

Mikrosistem meliputi interaksi anak dengan ibunya atau pengasuhnya.

Ibu /pengasuh berperan dalam pendidikan, gizi, imunisasi, dan pengobatan

sederhana pada anak.

Pendidikan ibu tentang kesehatan yang kurang

Ibu adalah orang pertama di rumah yang memegang peranan penting

terhadap proses tumbuh kembang anak dan perawatan anak ketika anak sakit.

Rendahnya pengetahuan ibu tentang kesehatan juga mempengaruhi sikap yang

diambil ketika anak sakit, seperti tidak melakukan imuniasasi secara lengkap dan

imunisasi tambahan untuk pencegahan penyakit ini. Pengetahuan ibu mengenai

kesehatan yang kurang juga menyebabkan kurangnya perhatian terhadap

makanan dan tumbuh kembang anak.

Untuk masalah ventilasi, pencahayaan dan kebersihan rumah yang kurang,

diedukasikan kepada orangtua agar dapat memperbaiki ventilasi dan

pencahayaan serta menjaga kebersihan rumah. Rumah sehat harus memiliki

ventilasi dengan luas >10% dari luas lantai. Pencahayaan harus baik, dengan

kategori dapat membaca dalam rumah dengan normal tanpa membutuhkan

bantuan lampu.

24

Page 25: VARISELA ZOSTER

Mesosistem meliputi interaksi anak dengan tetangga, keadaan rumah dan

suasana rumah dimana anak tinggal. Di sekitar rumah anak masih bermain

dengan anak-anak tetangga sekitar, anak masih mau berkmpul/ bergaul dengan

teman-teman sebayanya dengan akrab. Di sekolah anak dapat mengikuti

pelajaran dengan baik.

Eksosistem merupakan lingkungan yang meliputi wilayah yang lebih

luas. Meliputi kebijaksanaan pemerintah daerah maupun informasi yang bisa

diperoleh seperti dari surat kabar maupun televisi. Pada kasus ini kurangnya

akses tentang pengetahuan higienitas diri, penularan penyakit, menyebabkan

ketidaktahuan orang tua dan keterlambatan dalam penanganan.

Makrosistem, yaitu berkaitan dengan kebijakan pemerintah, sosial

budaya masyarakat, dan lembaga non pemerintahan yang ikut andil dalam usaha

tumbuh kembang anak yang optimal. Dalam kasus ini terutama tentang

kebijakan imunisasi wajib dan imunisasi tambahan (varisela).

C. Prognosis

Prognosis tergantung pada beberapa faktor dan tingkat beratnya sakit.

Morbiditas dan mortalitas varicella zoster ditentukan berdasarkan :

a. Banyaknya kuman dan virulensi Varicella zoster yang masuk.

b. Kondisi tubuh penderita, tingkat kekebalan dan kondisi kesehatan.

c. Waktu dan derajat penyakit saat pengobatan dimulai.

d. Efektifitas pengobatan, terutama mengenai dosis antibiotika, penggantian cairan

dan elektrolit, serta keperawatan.

Prognosis pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam)

karena tidak ada komplikasi serta keadaan pasien membaik. Prognosis untuk

kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) yang nampak dari keadaan

umum dan tanda vital. Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionum)

adalah baik (ad bonam) karena tidak ada ancaman adanya sekuele ataupun kecatatan

tubuh.

Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik,

nafsu makan membaik, klinis perbaikan, dan tidak dijumpai komplikasi.

25

Page 26: VARISELA ZOSTER

LingkunganHygienitas kurang

Teman sekolah menderita cacar air>1orang

AgentVaricella zoster

HostAnak laki-laki usia 6 tahun

BB : 24 kg PB : 123 cm

Demam 2 hariMalaise

Lesi kulit berupa vesikel, papul eritem, krusta, di seluruh tubuh

Penatalaksaan :Diagnosis Terapi Monitoring

Intervensi :(komprehensif holistic)KuratifRehabilitatifPromotifPreventif

Anak sehat

Mikrosistem

Mesositem

Makrosistem

D. Bagan Permasalahan

26

Eksosistem

Page 27: VARISELA ZOSTER

E. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan rumah tanggal 5 Agustus 2012 pukul 15.00 WIB.

Keadaan Rumah

Status : rumah milik pribadi

Ukuran : 2 m x 11 m

Halaman rumah : tidak ada

Teras rumah : ada, 2 m x 1 m

Dinding rumah : tembok bata

Lantai rumah : semen

Ruangan : 1 ruang tamu ukuran 2 x 2 m2

2 ruang tidur ukuran 2 x 2 m2

1 dapur ukuran 2 x 1 m2

1 kamar mandi + WC ukuran 2 x 1,5 m2

Penghuni : 4 orang

Ventilasi : kurang memadai, jendela hanya 2.

Pencahayaan : pencahayaan kurang

Kebersihan : kurang, rumah tidak disapu setiap hari

Sumber air minum : air PAM, jumlah air cukup, kualitas cukup.

Tempat sampah : kurang memadai, jumlah 1 dan dibiarkan terbuka.

Tempat penampungan air : bak penampungan air di kamar mandi terbuat dari

semen, ember untuk mencuci piring di sisi luar

kamar mandi, ember tempat air memasak di dapur

Kamar mandi : Ada, di dalam rumah, terdapat bak penampungan air

kamar mandi, terbuka, dibersihkan 2-3x/bulan,

ditemukan jentik nyamuk, jumlah sedikit. Jamban ada,

selokan ada mengalir lancar.

Dapur : Ada, di dalam rumah, banyak tumpukan botol plastik

bekas dan peralatan makan tidak disimpan dalam lemari

tertutup / dibiarkan terbuka

27

Page 28: VARISELA ZOSTER

Kebiasaan sehari-hari

Asuh :

Perawatan sehari- hari oleh ayah dan ibu

Makan makanan keluarga, lauk tempe, tahu, ayam, telur, sayur bayam, sayur

sop, kangkung, 3 x sehari, @ ½ piring, kadang tidak habis

Bila sakit penderita minum obat yang dijual di warung terlebih dulu, bila

tidak sembuh baru berobat ke dokter/puskesmas.

Keinginan anak selalu dipenuhi jika ada uang.

Asih : Kasih sayang diberikan oleh ibu dan ayah.

Asah :

Stimulasi mental diperoleh terutama dari ibu yang berpendidikan tamat SD

dan ayah yang berpendidikan tamat SMA.

Bermain dengan teman sekolah serta tetanggga penderita.

Ibu sebagai ibu rumah tangga. Anak sehari-hari diasuh oleh ibu-ayah (bergantian).

Makanan dan minuman dimasak sebelum dimakan. Sumber air minum dari air PAM

yang cukup bersih airnya. Alat makan dicuci dengan air PAM dan sabun cuci piring.

Mandi dua kali sehari menggunakan air PAM dan sabun. Pakaian kotor dicuci 3 hari

sekali. Tempat cuci piring dan cuci baju kotor menjadi satu tempat. Rumah tidak

disapu setiap hari, sampah dibuang di tempat sampah. Jika ada keluarga yang sakit

minum obat yang dijual di warung terlebih dulu, bila tidak sembuh baru berobat ke

dokter.

Lingkungan

Rumah penderita terletak di kawasan Sidi Gede, Welahan. Rumah ukuran kecil,

bersebelahan dengan tetangga dan memiliki teras. Rumah yang satu dengan yang

lain berdempetan. Di samping rumah penderita ada selokan yang tidak tertutup rapat

dan mengalir lancar. Rumah penderita berdinding tembok bata sudah diplester, lantai

semen, hanya terdapat 2 jendela, ventilasi dan pencahayaan kurang. Dapur, kamar

mandi dan WC berada di dalam rumah. Penghuni rumah ada 4 orang : Ibu, ayah,serta

2 orang anak..

28

Page 29: VARISELA ZOSTER

DENAH RUMAH

Gambar 1 : Denah rumah

29

Dapur Kamar mandi

Kamar tidur anak

Kamar tidur orangtua

Ruang tamu dan ruang keluarga

Page 30: VARISELA ZOSTER

BAB 4

RINGKASAN

Dilaporkan seorang anak laki-laki, 6 tahun, berat badan 23 kg, panjang badan

130 cm, pada anamnesis diperoleh bahwa 2 hari anak demam(+), lemas(+), nyeri pada

otot-otot, nafsu makan berkurang, dan timbul plenting-plenting nyeri dan gatal pada

seluruh tubuh. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan suhu badan 37,8oC, lesi pada

seluruh tubuh berupa vesikel, papul eritem, dan krusta.

Penderita dirawat di ruang isolasi selama 2 hari dengan istirahat tirah baring,

mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap. Sebelum masuk rumah sakit nafsu makan

penderita turun, namun membaik setelah menjalani perawatan. Lesi yang awalnya gatal

dan nyeri mulai berkurang gatal dan nyerinya. Penderita mendapat terapi oral berupa

Asiklovir oral 2x 400mg, Parasetamol 3x 300mg, CTM 2x4mg, Vitamin C 2x 50mg dan

vitamin Bcomplex 2x 1 tab. Terapi topical berupa salep asiklovir 5% dan bedak salisil

talk diberikan untuk pengobatan causa dan mengurangi rasa gatal,. Pengelolaan dietetik

mengandung cukup cairan, kalori dan protein. Bahan makanan berupa makanan bergizi

dan mudah dimakan.

Pada orang tua dan penderita dijelaskan tentang penyakit varisela zoster/ cacar

ini, cara penularannya, dan mempercepat penyembuhan anak, yaitu dengan menjaga

kebersihan pakaian, alas tidur, kebersihan rumah, kebersihan kuku anak, dan mencegah

anak agar tidak menggaruk lesi pada kulitnya agar tidak terjadi infeksi sekunder dan lesi

dapat sembuh dengan cepat tanpa meninggalkan bekas luka.

30

Page 31: VARISELA ZOSTER

DAFTAR PUSTAKA

1. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21, 2002.

www.emedicine . com.

2. Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume

1, Blackwell Science, 2000 : 336 - 39.

3. Mehta P N. Varicella, July 1, 2003. www.emedicine . com.

4. Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American Academy of Dermatology, Inc. 1999.

5. Driano A N. Zoster - pediatric, October 11, 2002. www.emedicine . com.

6. Sugito T L. Infeksi Virus Varicella - Zoster pada bayi dan anak. Dalam : Boediardja

S A editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, 2003 : 17 - 33.

7. Hurwitz S. Herpes zoster. In : Clinical Pediatric Dermatology A Texbook of skin

Disease of Childhood and Adolescence, 2 editionPhiladelphia ; W.B. Saunders

Company, 1993 : 324 - 27.

8. Odom R B. Varicella. In : Andrews’ Diseases of the skin. 9 edition W.B. Saunders

Company, 2000 : 482 - 85.

9. Harper J. Herpes zoster. In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume 1,

Blackwell Science, 2000 : 339 - 40.

31

Page 32: VARISELA ZOSTER

LAMPIRAN

FOTO KUNJUNGAN RUMAH

32