AKDR,Kuretase,& PapSmear

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Praktikum Keperawatan Maternitas Pembimbing : Tutik Agustini, S.Kep.Ns

Pemasangan dan Pencabutan AKDR

Oleh : KELAS D, KELOMPOK 7Sri Rahayu Fauziah Sarifadilah Sri Damayanti Sulham (1422 090 143) (1422 090 193) (1422 090 ) (1422 080 ) (1422 090 186) Rizki Amalia Harina La Aidi Iwan Rashan (1422 090 275) ) ) (1422 090 Astia Ramadani (1422 090

(1422 090 192)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2011Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Pemasangan & Pencabutan AKDRPEMASANGAN AKDR Definisia.

Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)

b.

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral adalah suatu alat yang dimasukan ke dalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar, 1998)

c.

AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005) AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang(BKKBN,2003)

d.

Jenis-Jenis AKDR a. Menurut bentuknya, AKDR dibagi menjadi : y Bentuk terbuka, seperti : Lippes Loop, Cupper-T, Cupper-7, Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T, dan lain-lain. y Bentuk tertutup, sperti : Ota Ring, Antigon, Grafeenberg ring, Hallstone ring, dan lain-lain.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

b. Menurut tambahan obat atau metal, AKDR dibagi menjadi : y Medicated IUD, misalnya Cupper-T-200, Cupper-T-220, Cupper-T300, Cupper-T-380 A, Cupper-7, nova-T, ML-Cu 250, ML-Cu 375, dan lain-lain. y Unmedicated IUD, misalnya Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon, dan lain-lain. c. Maryani (2002) menyebutkan jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia antara lain: Copper-T AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. Copper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T. Multi Load AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Lippes Loop AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

Efektifitas Sebagai kontrasepsi, AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,6 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan). Sedangkan AKDR dengan progesteron antara 0,5 1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan.

Indikasi AKDR a. Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih b. Ingin menjarangkan kehamilan, c. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi namun takut atau menolak cara permanent, d. Tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal karena mengidap penyakit jantung, hipertensi, dll. e. Berusia diatas 35 tahun dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang menguntungkan.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Kontraindikasi AKDR a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Kehamilan Peradangan panggul Perdarahan uterus yang abnormal Tumor pada organ panggul Malformasi rahim Cacat/kelainan bentuk panggul Tumor pada rahim terutama jika submukosa Nyeri haid hebat Anemi berat dan gangguan pembekuan darah Penyakit jantung rematik Stenosis kanalis servikalis.

Waktu Pemasangan AKDR

Sedang haid Pasca persalinan : sebelum ibu pulang, setelah 3 bulan ibu dipulangkan Pasca keguguran Masa interval ( antara dua haid) Sewaktu sektio Sesaria After morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)

Mekanisme Kerja Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: a. Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba falopii b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

c. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Teknik Pemasangan a. Persiapan Calon Akseptor Kepada setiap calon akseptor hendaknya dilakukan anamnesa, kemudian jelaskan apa yang akan dilakukan, serta berikan jadwal periksa ulang secara teratur. Perlihatkan jenis IUD yang akan dipasang, dan beritahukan efek samping yang mungkin timbul dan angka kemungkinan kegagalan, serta keluhan ringan setelah pemasangan (rasa mulas, pegal, dan perdarahan). Sesaat sebelum pemasangan, calon akseptor diharuskan buang air kecil untuk mengosongkan kandung kemih. b. Persiapan Alat-Alat Pemasangan IUD1. IUD jenis baru telah tersedia dalam bungkus plastic steril, berisi

IUD, tabung, dan penolaknya.2. IUD jenis Lippes Loop, baik IUD maupun tabung serta penolaknya,

harus terlebih dahulu disucihamakan dalam sebuah bak instrument dengan memakai cairan perendam (air masak atau akuadestilata) yang ditambahkan obat suci hama seperti (Zefirol, Dettol, Savlon, Jodium 1% dan lain-lain.3. Tentukan IUD jenis mana yang akan dipasang. IUD Lippes Loop

tersedia dalam 4 ukuran. Di Indonesia sekarang ini telah diproduksi sendiri jenis Lippo Loop ukuran C dan D. jenis lainnya yang tersedia dalam bungkus plastic steril adalah Cu-T 200, ML 250, CuT 380A, Cu-7 ML 375, dan Nova-T.Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Alat-Alat Pemasangan Lainnya1.

Meja ginekologi atau modifikasi meja ginekologi kain kasa, speculum vagina (cucur bebek atau yang lebih baik speculum Sims), cunam porsio satu atau dua gigi, sonde rahim, dilatators Hegar no.4-7, sebuah klem, dan sebuah gunting. Kapas lisol atau kapas savlon

2. Bak instrument berisi alat-alat steril diantaranya : sarung tangan,

3.

4. Yodium tincture dengan kapas lidi.

c. Persiapan Pemasang (Operator) Kenakan sarung tangan Sebelum memasang wajib dilakukan periksa dalam untuk menentukan

letak rahim. Pemasangan IUD tanpa periksa dalam adalah berbahaya. Masukkan alat-alat dengan arah menuruti hasil pemeriksaan dan

dilakukan dengan hati-hati (with ladies hand). d. Cara Pemasangan1.

Sebelum periksa dalam dan pemasangan, sebaiknya IUD telah disiapkan dan dimasukkan dalam tabung penyalurnya, maksudnya supaya jangan kotor.

2. Bilas kemaluan luar dengan kapas air lisol. 3. Pasanglah speculum secara lege artis. 4. Jepit porsio depan dengan cunam, suci hamakan kemudian bersihkan

serviks dan vagina dengan larutan antiseptic.5. Tariklah pelan-pelan cunam porsio cunam porsio sehingga kanalis

serviks arahnya menjadi lurus. Jangan ditarik terlalu kuat, ibu akan merasa nyeri dan kesakitan.6. Masukkan sonde rahim sesuai dengan arah letak rahim untuk

mengukur dalamnya rahim.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

7. Kalau pembukaan kanalis servikalis agak sempit, dapat dilebarkan

dengan dilatator Hegar no. 4-7.8. Buatlah ancang-ancang bagaimana alat penyalur harus dimasukkan ke

dalam rongga rahim.9. Selagi serviks ditarik perlahan dengan cunam, tabung penyalur berisi

IUD dimasukkan ke dalam rahim.10. Setelah dipastikan posisinya baik, IUD didorong dengan alat

pendorong perlahan-lahan sampai keluar seluruhnya dari tabungnya.11. Keluarkan pendorong terlebih dahulu, agar benang tidak terjepit, baru

kemudian tabung penyalurnya.12. Akhirnya lepaskan cunam porsio, olesi bekas jepitan dengan yodium

tinetur , dan lepaskan speculum.13. Pada umumnya IUD dipasang dengan teknik tarik dorong (pull-push

technique) kecuali pada IUD jenis Multiload dan Nova-T. Sesuai dengan tingkat keterampilan dan pengalaman maka pemasangan IUD dapat dilakukan sebagai berikut : y Cara baku (standard) Yaitu dengan memakai speculum bebek atau Sims. Cara ini dianjurkan kepada para medis supaya porsio dapat dilihat jelas (avue). y Cara buta (blind method) Yaitu tanpa memakai speculum. Hal ini hanya boleh dilakukan oleh operator yang sangat berpengalaman. y Cara pemasangan pasca-persalinan dini Untuk ini dipakai tabung penyalur khusus yang panjang. Pada pemasangan IUD pasca persalinan tidak langsung atau pasca-nifas, kita harus sangat berhati-hati, karena konsistensi rahim masih agak lembek, apalagi bila dalam masa laktasi.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

PENCABUTAN AKDR Indikasi Pengeluaran IUD dilakukan atas berbagai indikasi : 1. Indikasi medis (medical removal), seperti perdarahan yang hebat atau berlangsung lama, nyeri hebat, hamil dengan IUD in situ, peradangan panggul, berat badan berkurang banyak, dan sebagainya. 2. Atas pemintaan suami-istri 3. IUD telah kadaluarsa 4. Akseptor bercerai atau suami meninggal 5. Tukar atau pindah cara misalnya dengan kontrasepsi mantap. 6. Translokasi IUD Kalau tidak ada embedment maupun translokasi parsial, maka ekstrasi IUD dengan menarik benangnya biasanya mudah. Pada IUD jenis Multiload, karena bentuknya yang seperti paying, tindakan ekstrasi dapat menimbulkan rasa sakit dan perdarahan. Cara pencabutan AKDR 1. Mengeluarkan AKDR lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid 2. Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde uterus, sehingga osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti di atas 3. Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan dengan mikro kuret. Kadang-kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

4. Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria 5. AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri. Hanya AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang Progestasert-T 12 tahun.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

KuretaseKuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuratase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi. Faktor risiko-

Usia ibu yang lanjut Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik Riwayat infertilitas Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan Berbagai macam infeksi Paparan dengan berbagai macam zat kimia Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama Kelainan kromosom

Indikasi Kuretase bukan hanya dibutuhkan wanita yang baru saja mengalami keguguran, tetapi juga pada kondisi lainnya. Berikut beberapa kondisi yang membutuhkan tindakan kuret.1. Keguguran tidak sempurna. 2. Perdarahan setelah lewat masa menopause. 3. Haid tidak teratur maupun terlalu panjang (bagi yang sudah menikah). 4. Sulit memiliki anak. 5. Plasenta melekat pada rahim. 6. Hamil anggur atau mola.

Persiapan Sebelum Kuretase a. PuasaLaboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal. b. Cek adanya Perdarahan Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-masing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh. c. Persiapan Psikologis Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya. Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian. d. Minta Penjelasan Dokter Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan kuret. y Persiapan Penderita-

Lakukanlah pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, jantung, paruparu, dan sebagainya.

-

Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi Pada umumnya dilakukan anastesi infiltrasi local atau umum secara intravena dengan ketalar.

y

Persiapan alat-alat kuretase Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi :-

Speculum dua buah Sonde (penduga) uterus Cunam muzeux atau cunam porsio Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) Cunam abortus, kecil dan besar Pinset dan klem

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

-

Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.

Teknik Kuratase 1. Tentukan letak rahim. Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat0-alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.

2. Penduga rahim (sondage). Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang dan dalamnya penduga rahim. Caranya da;ah setelah ujung sonde terasa terasa membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan/dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa centimeter dalamnya rahim. 3. Dilatasi. Bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuret, lakukanlah terlebih dulu didilatasi dengan dilatator atau bougieLaboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Hegar. Peganglah busi seperti memegang pensil dan masukkanlah hatihati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar no.7. untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi yang lebih besar. 4. Kuretase. Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuret yang agak besar. Memasukkannya bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah sendok kuret yang tajam (ada yanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian kita tahu bersih atau tidaknya hasil kerokan.

5. Cunam abortus. Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa-sisa yang ketinggalan saja. 6. Perhatian : memegang, memasukkan dan menarik alatalat haruslah hatihati; lakukanlah dengan lembut (with ladys hand) sesua dengan arah dan letk rahim.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Teknik pengeluaran jaringan Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.

1. menentukan posisi dan ukuran uterus

Sondage,

2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90 untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut 3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk 4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.

Resiko Kuretase Kuretase sebenarnya merupakan tindakan yang cukup aman, tetapi tetap memiliki risiko. Pada ibu hamil, kuretase akan lebih tinggi risikonya bila dilakukan pada kehamilan ibu lebih dari 12 minggu dibandingkan sebelum 12 minggu. Inilah risiko yang perlu dipertimbangkan: 1. Perdarahan

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Pada beberapa kasus, dapat terjadi sedikit perdarahan terutama bila dinding rahim sudah sangat rapuh hingga terjadi robekan saat kuretase. Perdarahan yang lebih banyak bisa terjadi bila memiliki mioma uteri yang tidak terdeteksi dan terpotong saat kuretase. 2. Infeksi Infeksi ringan akan terjadi bila ada alat yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, infeksi jenis ini mudah diobati dengan antibiotika. Tetapi ibu tetap perlu waspada kemungkinan infeksi yang lebih serius. 3. Robekan rahim Jarang terjadi. Biasanya terjadi pada ibu yang sebelumnya memiliki infeksi rahim atau bila ibu sudah menopause. 4. Sindrom Asherman Sindrom Asherman adalah kelainan rahim yang ditandai adanya jaringan parut yang menyebabkan permukaan dinding rahim melekat satu sama lain. Risiko ini terjadi karena kerokan pada saat kuretase terlalu

berlebihan atau reaksi badan yang tak normal terhadap kerokan kuretase. Ibu bisa tidak menstruasi lagi dan dapat terjadi kemandulan. Untungnya, risiko ini jarang terjadi.

PapSmear Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test. Pap-smear merupakan pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr.GN Papanicolacu pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan ( kanker) dengan mikroskop. Pada kenyataannya, sel-sel permukaan terus menerus dilepaskan ( dieksfoliasi) oleh epitel permukaan tubuh, selaput lendir, atau neoplasma. Epitel yang lepas inilahLaboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

yang dipelajari pada ilmu sel (sitologi). Pap-smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring ( skrening) dan pelacak adanya perubahan ke arah kanker leher rahim secara dini sehingga kelainan pra-kanker dapat dikenali dan pengobatannya menjadi lebih mudah.

Persiapan PapSmear Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pap smear antara lain : Hindari melakukan hubungan seksual, gurah vagina, penggunaan kream dan jelly 2 hari sebelum pap smear karena dapat menyamarkan hasil pemeriksaan. Meskipun pap smear ini dapat dilakukan pada saat menstruasi, namun disarankan untuk melakukannya pada saat tidak menstruasi, karena akan menyulitkan pameriksaan.

Persiapan Alat o Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush o Kaca benda o Speculum cocor bebek o Tabung berisikan larutan fiksasi alkohol o Formulir konsultasi sitologi Prosedur KerjaLaboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Prosedur pemeriksaan ini hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 10 menit. Perlu diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat tidak haid (waktu 5-7 hari setelah selesai haid) dan tidak melakukan hubungan seksual 2 hari sebelumnya. Perlu diberikan juga informasi mengenai haid terakhir, jumlah anak, kontrasepsi yang digunakan dan adanya riwayat radiasi atau minum obat-obatan hormonal. Selain Pap Smear cara konvensional, saat ini untuk meningkatkan akurasi hasil pemeriksaan dikembangkan pemeriksaan Thin Prep (liquid based cervical cytology).-

Pemeriksaan pap smear hanya berlangsung beberapa menit dan tidak menyakitkan Pasien membuka pakaian bagian bawah dan pasien terlentang di tempat tidur periksa dengan posisi lithotomy (kaki membuka dan lutut menekuk seperti posisi pada saat melahirkan) Memasukkan alat bernama spekulum (cocor bebek) ke dalam vagina untuk membuka vagina sehingga dapat memeriksa kondisi leher rahim,

-

-

-

Mengambil sampel sel yang ada pada leher rahim dengan menggunakan Aylesbury spatula atau endocervical brush atau semacam sapu lidi kecil dari plastik untuk mengumpulkan sel-sel tersebut.

-

Kemudian memproses sel-sel tersebut, tergantung metode yang digunakan apakah konvensional pap smear (sel-sel tadi akan dibuat hapusan tipis secara langsung pada slide dari kaca baru difiksasi) atau liquid-based cytology (sel-sel tadi dimasukkan ke dalam wadah yang berisi cairan khusus biasanya berbasis etanol untuk menjaga kondisi sel-sel tersebut, kemudian sampel tadi dibawa ke laboratorium patologi anatomi untuk dibuatkan hapusan tipis sel).Setelah dibuat hapusan sel, slide kaca tadi dicat dengan metode Papanicolau dan didiagnosis oleh dokter spesialis patologi anatomi dengan menggunakan mikroskop.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Kedua metode tersebut tidak mempunyai perbedaaan yang bermakna. Setelah melakukan pap smear pasien dapat langsung melanjutkan aktivitasnya. Interpretasi hasil Hasil pemeriksaan pap smear dikategorikan berdasarkan Bethesda sistem, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Negative for Intraepithelial Lesion or Malignancy 2. Epithelial Cell Abnormalities 3. Atypical glandular cells (AGC) 4. Other Batasan seorang wanita untuk berhenti melakukan pap smear menurut American Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah berumur 70 tahun dan hasil pap smear negatif 3 kali berturut-turut selama 10 tahun.

Indikasi Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk melakukan pap smear untuk pertama kali kira-kira 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual yang pertama kali. American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan pap smear dilakukan setiap tahun bagi wanita yang berumur 21-29 tahun, dan setiap 2-3 tahun sekali bagi wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dengan catatan hasil pap testnya negatif 3 kali berturutturut. Namun apabila seorang wanita mempunyai faktor resiko terkena kanker leher rahim (misalnya : hasil pap smear menunjukkan prekanker,terkena infeksi HIV, atau pada saat hamil ibu mengkonsumsi diethylstilbestrol (DES)) maka pap smear dilakukan setiap tahun tanpa memandang umur.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

Batasan seorang wanita untuk berhenti melakukan pap smear menurut American Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah berumur 70 tahun dan hasil pap smear negatif 3 kali berturut-turut selama 10 tahun. Diagnosis Apabila ditemukan pemeriksaan pap-tes abnormal, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yang didukung oleh pemeriksaan histopatologik sebelum dilakukan pengobatan. Untuk mendiagnosis NIS ataupun kanker invasif diperlukan pemeriksaan sebagai berikut: 1. Kolposkopi Untuk melihat perubahan pola epitel dan pembuluh darah (vaskuler) serviks yang mencerminkan adanya perubahan biokimia dan metabolic pada jaringan serviks 2. Biopsi, dengan mengambil jaringan di daerah abnormal dengan bantuan kolposkopi 3. Kuretase endoserviks 4. Konisasi, dilakukan dengan indikasi 5. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium darah tepi, fungsi ginjal, dan kimia darah lainnya untuk mendeteksi kelainan organ tubuh, dan analisis air kencing petanda tumor SCC bermanfaat untuk menilai respons terhadap pengobatan dan pengawasan lanjut. 6. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan seperti foto dan Intra Venous Pielografi (IVP) untuk mendeksi anak sebar di paru, ginjal, dan gangguan fungsi ginjal serta ureter. Bila ada indikasi dilakukan pemeriksaan foto tulang. USG atau CTscan dilakukan untuk evaluasi kelainan pada hati, limpa, kelenjar getah bening retroperitoneum. Serta infilrasi kanker ke organ disekitar genitalia interna.Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

7. Sistoskopi dan rektoskopi untuk mendeksi perluasan kanker ke kandung kencing dan rektum parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan rektum. Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya

penampakan Pap Smear yang abnormal adalah:-

Unsatisfactory Pap Smear. Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahims dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang komprehensive kepada dokter. Oleh karena itu harus dilakukan Pap Smear test kembali (Sofyan, 2000).

-

Jika ada infeksi atau inflamasi. Kadang-kadang pada pemeriksaan Pap Smear memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahim mengalami suatu iritasi yang sifatnya ringan. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita deteksi melalui pemeriksaan Pap Smear, biarpun kita tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam, mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur. Oleh karena itu harus dilakukan Pap Smear test kembali setelah infeksi atau inflamasi sembuh (Sofyan, 2000).

-

Atypia atau Minor Atypia. Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan Pap Smear terdeteksi perubahan-perubahan selsel leher rahim, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai atypia. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

tahap ini, sehingga harus dilakukan pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, sangat penting melakukan Pap Smear kembali untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang sama maka disarankan untuk menjalani kolposkopi (Sofyan, 2000).

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009

DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo, Sarwono. 1995. 2005. Ilmu Kebidanan. Williams. Jakarta : YBP-SP EGC

Cunningham,dkk.

Obstetri

Jakarta:

Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari http://www.google.com.

Laboratorium Keperawatan Maternitas_Kelompok D7 PSIK UMI 2009