64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang National Cancer Institute di Amerika Serikat, melaporkan bahwa pada tahun 1991 terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Dari seluruh tumor ganas tersebut, insiden karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa ialah sebanyak 600.000 penderita. Tercatat pula jumlah penderita tumor ganas kepala dan leher sebanyak 78.000 orang, lebih dari 75% adalah karsinoma sel skuamosa. 1 Dari semua karsinoma sel skuamosa kepala dan leher primer, karsinoma orofaringeal adalah keganasan ketiga yang paling umum dengan tonsil menjadi lokasi yang paling umum dari keganasan orofaring. 2 Sebagian besar kanker tonsil terkait dengan paparan dari human papillomavirus (HPV). Alkohol dan penggunaan tembakau juga merupakan faktor risiko utama untuk perkembangan kanker tonsil. Kanker tonsil lebih banyak diderita pria daripada wanita. Gejala – gejala dari kanker tonsil bervariasi seperti sakit tenggorokan persisten, kesulitan menelan, atau benjolan di tenggorokan atau leher. 3 Pada pasien yang lebih tua, ukuran tonsil yang asimetris ( dikenal juga sebagai hipertrofi tonsil asimetris ) dapat 1

81805486 Referat Tumor Tonsil

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 81805486 Referat Tumor Tonsil

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

National Cancer Institute di Amerika Serikat, melaporkan bahwa pada tahun 1991

terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Dari seluruh tumor ganas tersebut, insiden karsinoma sel

basal dan karsinoma sel skuamosa ialah sebanyak 600.000 penderita. Tercatat pula jumlah

penderita tumor ganas kepala dan leher sebanyak 78.000 orang, lebih dari 75% adalah karsinoma

sel skuamosa.1

Dari semua karsinoma sel skuamosa kepala dan leher primer, karsinoma orofaringeal

adalah keganasan ketiga yang paling umum dengan tonsil menjadi lokasi yang paling umum dari

keganasan orofaring.2

Sebagian besar kanker tonsil terkait dengan paparan dari human papillomavirus (HPV).

Alkohol dan penggunaan tembakau juga merupakan faktor risiko utama untuk perkembangan

kanker tonsil. Kanker tonsil lebih banyak diderita pria daripada wanita.

Gejala – gejala dari kanker tonsil bervariasi seperti sakit tenggorokan persisten, kesulitan

menelan, atau benjolan di tenggorokan atau leher.3

Pada pasien yang lebih tua, ukuran tonsil yang asimetris ( dikenal juga sebagai hipertrofi

tonsil asimetris ) dapat menjadi indikator tonsil yang terinfeksi virus atau tumor seperti limfoma

atau karsinoma sel skuamosa.4

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Referat ini adalah dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik

stase THT di RSUD Cianjur. Serta mengetahui lebih dalam lagi mengenai tumor tonsil yang

akan dibahas mulai dari anatomi, penjalaran kelenjar getah bening, serta penyebab dari tumor

tonsil.

1

Page 2: 81805486 Referat Tumor Tonsil

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

A. Embriologi

Rongga mulut, faring dan esofagus berasal dari foregut embrionik. Foregut juga

berkembang menjadi rongga hidung, gigi, kelenjar liur, hipofise anterior, tiroid dan laring,

trakea, bronkus, dan alveoli paru. Mulut terbentuk dari stomodeum primitif yang merupakan

gabungan ektodermal dan endodermal yang membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian

prosesus nasalis medial dan lateral dan prosesus maksilaris. Celah bibir biasanya tidak terletak di

garis tengah tetapi di lateral dari prosesus nasalis media, yang membentuk premaksila. Bibir

bagian bawah berkembang dari bagian prosesus mandibula. Otot bibir berasal dari daerah

brankial kedua dan dipersarafi oleh saraf fasialis. Batas vermilion bibir tampak seperti busur;

takik pada busur ini merupakan cacat kosmetik yang sangat nyata.

Gigi berasal dari lamina dentalis, yang berkembang menjadi sementum dan enamel dari

gigi tetap. Perkembangan gigi manusia dari gigi susu sampai pertumbuhan gigi molar ketiga

dewasa berhubungan dengan usia penderita, dan grafik dapat mengikuti pertumbuhan gigi yang

normal. Terdapat beberapa macam kista dan tumor jinak maupun ganas yang beasal dari sisa

lamina dentalis. Gigi dipersarafi oleh cabang dari saraf trigeminus cabang maksilaris dan

mandibularis. Pada rahang atas, ada beberapa variasi dan tumpang tindih pada daerah yang

dipersarafi oleh cabang saraf maksilaris.

Palatum dibentuk oleh dua bagian yaitu premaksila yang berisi gigi seri dan berasal dari

prosesus nasalis media, dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole, dibentuk

oleh gabungan dari prosesus palatum. Oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah

belakang tetapi dapat terjadi kearah maksila depan. Pada tahap pertama, lempeng palatum

terdapat dilateral lidah dan jika lidah tidak turun maka lempeng palatum tidak dapat menyatu.

Hal ini merupakan dasar di mana celah palatum berhubungan dengan mikrognasia dari Sindrom

Pierre Robin.

2

Page 3: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian depan terutama

berasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh saraf lingualis, dengan cabang korda

timpani dari saraf fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula. Saraf

glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang. Otot lidah berasal dari

miotom posbrankial yang bermigrasi ke depan, bersama saraf hipoglosus. Migrasi saraf

hipoglosus diduga mempunyai hubungan denga fistula brankial. Tiroid berkembang dari foramen

sekum yang terdapat di lidah bagian belakang dan bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus ke

leher. Jika migrasi ini tidak terjadi, mengakibatkan tiroid lingualis. Sisa dari duktus tiroglosus

dapat menetap, dan letaknya di belakang korpus tulang hyoid.

Kelenjar liur tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut dan terletak dekat sebelah depan

saraf-saraf penting. Duktus submandibularis dilalui oleh saraf lingualis. Saraf fasialis melekat

pada kelenjar parotis.

Leher pada masa embrio awal tidak ada leher yang jelas, memisahkan toraks dari kepala.

Leher dibentuk seperti jantung, di mana berasal dari dibawah foregut, yang bermigrasi ke rongga

toraks dan aparatus brankial berkembang menjadi bentuk yang sekarang. Migrasi dari jantung

merupakan sebab mengapa beberapa struktur dari leher bermigrasi terakhir. Pada masa embrio

awal terdapat beberapa tonjolan sepanjang tepi dari foregut yang juga dapat dilihat dari luar.

Tonjolan ini adalah aparatus brankialis. Meskipun secara filogenetik terdapat enam arkus

brankialis, arkus kelima tidak pernah berkembang pada manusia, dan hanya membentuk

ligamentum arteriosum. Hanya empat arkus yang dapat dilihat dari luar. Setiap arkus brankialis

mempunyai sepotong kartilago, yang berhubungan dengan kartilago ini adalah arkus arteri, saraf,

dan beberapa mesenkim yang akan membentuk otot. Dibelakang setiap arkus terdapat alir

eksternal yang terdiri dari ektodermal. Daerah diantara ektodermal dan endodermal dikenal

dengan lempeng akhir.

Bagian dari stuktur yang disebut diatas berkembang menjadi struktur dewasa yang tetap.

Bagian yang seharusnya hilang dapat menetap dan membentuk struktur abnormal pada dewasa.1,5

3

Page 4: 81805486 Referat Tumor Tonsil

B. Anatomi

Pada anatomi, tenggorokan bagian dari leher depan sampai kolumna vertebra. Terdiri dari

faring dan laring. Bagian yang terpenting dari tenggorokan adalah epiglotis, ini menutup jika ada

makanan dan minuman yang lewat dan akan menuju ke esofagus. Tenggorakan jika dipendarahi

oleh bermacam-macam pembuluh darah, otot faring, trakea dan esofagus. Tulang hyoid dan

klavikula merupakan salah satu tulang tenggorokan untuk mamalia. 1,5

Gambar 1. Diagram tenggrokan pada manusia

1. Rongga mulut

Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di

depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah.

Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi

oleh saraf fasialis. Vermilion berwarna merah karena di tutupi oleh lapisan tipis epitel skuamosa.

Ruangan di antara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Muara duktus

kelenjar parotis menghadap gigi molar kedua atas.

4

Page 5: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Gigi ditunjang oleh krista alveolar mandibula dibagian bawah dan krista alveolar maksila

di bagian atas. Gigi pada bayi terdiri dari dua gigi seri, satu gigi taring dan dua gigi geraham.

Gigi dewasa terdiri dari dua gigi seri dan satu gigi taring, dua gigi premolar dan tiga gigi molar.

Permukaan oklusal dari gigi seri berbentuk menyerupai pahat dan gigi taring tajam, sedangkan

gigi premolar dan molar mempunyai permukaan oklusal yang datar. Daerah diantara gigi molar

paling belakang atas dan bawah dikenal dengan trigonum retromolar.

Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian depan dan sebagian besar dari

otot palatum mole dibagian belakang. Palatum mole dapat diangkat untuk faring bagian nasal

dari rongga mulut dan orofaring. Ketidakmampuan palatum mole menutup akan mengakibatkan

bicara yang abnormal ( rinolalia aperta ) dan kesulitan menelan. Dasar mulut diantara lidah dan

gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula. Muara duktus

mandibularis terletak di depan ditepi frenulum lidah. Kegagalan kelenjar liur untuk

mengeluarkan liur menyebabkan mulut menjadi kering atau xerostomia. Hal ini merupakan

keluhan yang menyulitkan pada beberapa pasien.

Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga bagian depan dapat digerakkan,

sedangkan pangkalnya terfiksasi. Otot dari lidah dipersarafi oleh saraf hipoglosus. Dua pertiga

lidah bagian depan dipersarafi oleh saraf lingualis dan saraf glosofaringeus pada sepertiga lidah

bagian belakang.

Korda timpani mempersarafi cita rasa lidah dua pertiga bagian depan, sedangkan saraf

glosofaringeus mempersarafi cita rasa lidah sepertiga bagian belakang. Cita rasa dibagi dalam

daerah-daerah tertentu. Misalnya, rasa pahit dapat dirasakan pada lidah bagian belakang.

Permukaan lidah bagian atas dibagi menjadi dua pertiga depan dan sepertiga bagian belakang

oleh garis dari papila sirkumvalata yang berbentuk huruf V merupakan tempat asal duktus

tiroglosus. Fungsi lidah untuk berbicara dan menggerakkan bolus makanan pada waktu

pengunyahan dan penelanan. 1,5

5

Page 6: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Gambar 2. Bagian dari rongga mulut

2. Faring

Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang dari mulut, cavum nasi, kranial

atau superior sampai esofagus, laring dan trakea. Faring adalah suatu kantong fibromuskuler

yang bentuknya seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong

ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikalis ke-6.

Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan

dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan

melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior

faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian dinding faring yang

terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh ( dari dalam keluar ) selaput lendir, fasia faringobasiler,

pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan

laringofaring ( hipofaring ).

Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior, kemudian

bagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain. Nasofaring membuka ke

arah depan ke hidung melalui koana posterior. Superior adenoid terletak pada mukosa atap

6

Page 7: 81805486 Referat Tumor Tonsil

nasofaring. Disamping, muara tuba eustakhius kartilaginosa terdapat didepan lekukan yang

disebut fosa Rosenmuller. Kedua struktur ini berada diatas batas bebas otot konstriktor faringis

superior. Otot tensor veli palatini merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka

tuba eustakhius, masuk ke faring melalui ruangan ini. Otot ini membentuk tendon yang melekat

sekitar hamulus tulang untuk memasuki palatum mole. Otot tensor veli palatini dipersarafi oleh

saraf mandibularis melalui ganglion otik.

Orofaring ke arah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal dalam

kapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan tonsila, arkus faring

anterior disusun oleh otot palatoglosus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh

otot palatofaringeus otot-otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semuanya

dipersarafi oleh pleksus faringeus.

Unsur-unsur faring meliputi :

a. Mukosa

Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena

fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis

yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena

fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring

dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang

termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah

pertahanan tubuh terdepan.

b. Mucous Blanket

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian

atas, nasofaring ditutupi oleh mucous blanket yang terletak diatas silia dan bergerak sesuai

dengan arah gerak silia ke belakang. Mucous blanket ini berfungsi untuk menangkap partikel

kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Mucous blanket ini mengandung enzim Lyzozyme

yang penting untuk proteksi.

7

Page 8: 81805486 Referat Tumor Tonsil

c. Otot

Faring merupakan daerah dimana udara melaluinya dari hidung ke laring juga dilalui oleh

makanan dari rongga mulut ke esofagus. Oleh karena itu, kegagalan dari otot-otot faringeal,

Gambar 3. Ukuran perbandingan posisi dan hubungan ketiga otot konstriktor faringis

terutama yang menyusun ketiga otot konstriktor faringis, akan menyebabkan kesulitan dalam

menelan dan biasanya juga terjadi aspirasi air liur dan makanan ke dalam cabang trakeobronkial.

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang

(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari m. Konstriktor faring superior, media dan

inferior. Otot-otot ini terletak disebelah luar. Disebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama

lain dan dibelakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut ”rafe faring” ( raphe pharyngis ).

Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh n.Vagus (n.

X ). Otot-otot yang longitudial adalah m. Stilofaring dan m. Palatofaring. letak otot-otot ini

sebelah dalam. M. Stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring, sedangkan

m. Palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring.

Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot itu penting pada waktu menelan.

M. Stilofaring dipersarafi oleh n. IX sedangkan m. Palatofaring dipersarafi dan m. Azigos uvula.

8

Page 9: 81805486 Referat Tumor Tonsil

M. Levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk

menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba eustacius. Otot ini dipersarafi oleh n.

X. M. Tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk mengencangkan

bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius. Otot ini dipersarafi oleh n. X

M. Palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya menyempitkan ismus

faring. Otot ini dipersarafi oleh n. X. M. Palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini

dipersarafi oleh n. X. M. Azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan

menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n. X.

1) Pendarahan

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang - kadang tidak beraturan. Yang

utama berasal dari cabang a. Karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang fasial) serta

dari cabang a. Maksila interna yakni cabang a. Palatina superior.

2) Persarafan

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.

Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n. Vagus cabang dari n. Glosofaring dan serabut

simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif

ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali m. Stilofaring yang dipersarafi langsung

oleh cabang n. Glosofaring (n. IX).

3) Kelenjar getah bening

Aliran limfa dari dinding faring dapat melaui 3 saluran yakni superior, media dan

inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah

bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening jugulo -

digastrik dan kelenjar servikal dalam atas sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar

getah bening servikal dalam bawah.

Berdasarkan letak, faring dibagi atas:

a) Nasofaring

Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan limfoid

pada dinding lateral faring dengan resessus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong

9

Page 10: 81805486 Referat Tumor Tonsil

rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu

refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang

dilalui oleh nervus glosofaring, n. Vagus dan n. Asesorius spinal saraf kranial dan v. Jugularis

interna bagian petrosus os. Tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba eustachius.

Tumor ganas yang sering menyerang daerah ini adalah karsinoma nasofaring.

Prevalensinya di Indonesia 4,7 / 100.000 orang. Banyak mengenai pada ras mongoloid seperti

Cina selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia. Tapi ditemukan

juga pada ras non mongoloid seperti Yunani, Tunisia, Aljazair, Eskimo. Biasanya karsinoma

nasofaring di Indonesia datang setelah stadium lanjut sehingga hasil pengobatan dan

prognosisnya buruk. Manifestasi awalnya berupa rasa penuh pada telinga, tinnitus, otalgia, tuli

konduktif unilateral, obstruksi hidung, epistaksis, sekret berdarah, anosmia. Sedangkan pada

stadium lanjut bermanifestasi seperti sakit kepala, diplopia, lagoftalmus, optalmoplegia,

limfadenopati, trismus, disfagia, gangguan pengecapan, parese parsial lidah. Diagnosis

didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, biopsi nasofaring. Penatalaksaan bergantung

dari stadium, bila stadium 1 diberikan radioterapi, stadium II & III diberikan kemoradiasi,

stadium IV dengan N < 6 cm yaitu dengan kemoradiasi dan stadium IV dengan N > 6 cm yaitu

dengan kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi.

Selain karsinoma nasofaring, angiofibroma nasofaring merupakan tumor jinak di

pembuluh darah di nasofaring yang secara histologis jinak tapi secara klinis bersifat ganas,

karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya, seperti

ke sinus paranasal, pipi, mata, dan tengkorak serta sangat mudah berdarah dan sulit dihentikan.

Sering menyerang anak laki – laki remaja usia 7 – 19 tahun ( jarang > 25 tahun ). Dari semua

pasien THT diperkirakan hanya ditemukan 1 : 5000 – 1: 60.000 pasien.1

b) Orofaring

Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawahnya

adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang adalah vertebra

servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil

palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen

sekum.

10

Page 11: 81805486 Referat Tumor Tonsil

(1) Dinding posterior faring

Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau

radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut. Gangguan otot

posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan n.

Vagus.

(2) Fosa tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah m.

Konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas ( upper pole ) terdapat suatu

ruang kecil yang dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya

merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang

merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar-benarnya bukan

merupakan kapsul yang sebena-benarnya.

(3) Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat

dengan kriptus didalamnya.

Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual

yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang

biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali

ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil

biasanya melekat pada dasar lidah.

Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut

kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam

kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa

makanan.

Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil.

Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada

tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a. Palatina minor, a. Palatina asenden, cabang tonsil a.

Maksila eksterna, a.Faring asenden dan a. Lingualis dorsal.

11

Page 12: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum

glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada

apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang - kadang

menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada

massa tiroid lingual ( lingual thyroid ) atau kista duktus tiroglosus.

Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan dapat

meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.

Gambar 4. Dinding faring lateral

c) Laringofaring ( Hipofaring )

Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula epiglotis

berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus

tersebut menuju ke sinus piriformis ( muara glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan )

dan ke esofagus, n. Laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi

laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas

anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebra

servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat

muara esofagus. Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring

tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur

pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah

12

Page 13: 81805486 Referat Tumor Tonsil

cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum

glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga “ kantong pil ” ( pill pockets), sebab

pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.

Dibawah valekula terdapta epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan

perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega)

ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar

dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita

suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau

bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.

N. Laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring.

Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring dan laring pada tindakan

laringoskopi langsung.

(1) RUANG FARINGEAL

Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinik mempunyai arti

penting, yaitu retrofaring dan ruang parafaring.

(a) Ruang retrofaring ( retropharyngeal space )

Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa

faring, fasia faringobasilaris dan otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia

prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah

dari fasia servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra. Di

sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila. Abses retrofaring sering

ditemukan pada bayi atau anak. Kejadiaannya ialah karena diruang retrofaring terdapat kelenjar-

kelenjar limfa. Pada peradangan kelenjar limfa itu, dapat terjadi supurasi, yang bilamana pecah,

nanahnya akan tertumpah di dalam ruang retrofaring. Kelenjar limfa diruang retrofaring ini akan

banyak menghilang pada pertumbuhan anak.

13

Page 14: 81805486 Referat Tumor Tonsil

(b) Ruang parafaring ( Fosa faringomaksila )

Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekat

foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os. Hyoid. Ruang ini dibatasi di bagian

dalam oleh m. Konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asenden mandibula yang

melekat dengan m,pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis.

Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os Stiloid dengan

melekat padanya. Bagian anterior ( presteloid ) adalah bagian yang lebih luas dan dapat

mengalami supuratif sebagai akibat tonsil meradang, beberapa bentuk mastoid atau petrositis,

atau dari karies dentis. Bagian yang lebih sempit di bagian posterior ( posterior stiloid ) berisi a.

Karotis interna, v. Jugularis interna, n. Vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut

selubung karotis (carotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan

fasia yang tipis. 1,5

3. Kelenjar getah bening ( KGB )

Sistim aliran limfe leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua bentuk radang

atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar limfe regional.

Kelenjar getah bening termasuk dalam susunan retikuloendotel, yang tersebar di seluruh tubuh.

Mempunyai fungsi penting berupa barier atau filter terhadap kuman – kuman / bakteri – bakteri

yang masuk kedalam badan dan barier pula untuk sel – sel tumor ganas ( kanker ). Disamping itu

bertugas pula untuk membentuk sel – sel limfosit darah tepi. Ukuran normal dari kelenjar getah

bening adalah < 1cm.

Berdasarkan letaknya kelenjar limfa dileher terdiri atas kelenjar preaurikuler,

retroaurikuler, submandibula, submental, juguler atas, juguler tengah, juguler bawah, segitiga

leher dorsal, dan supraklavikula.

Sekitar 75 buah kelenjar limfe terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan pada rangkaian

jugularis interna dan spinalis asesorius. Kelenjar limfe yang selalau terlibat dalam metastasis

tumor adalah kelenjar limfe pada rangkaian juguler interna, yang terbentang antara klavikula

sampai dasar tengkorak. Rangkaian juguler interna ini dibagi dalam kelompok superior, media

14

Page 15: 81805486 Referat Tumor Tonsil

dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, submandibula, servikalis

superfisial, retrofaring, paratrakela, spinal asesorius, sklaneus anterior dan supraklavikula.

Gambar 5. Anatomi limfa pada leher

Kelenjar limfe jugularis interna superior menerima aliran limfe yang berasal dari palatum

mole tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis dan supraglotik laring. Juga

menerima aliran limfe yang berasal dari kelenjar limfe retro faring, spinal asesorius, parotis,

servikalis superfisial dan kelenjar limfe submandibula.

Kelenjar jugularis interna media menerima aliran limfe yang berasal langsung dari

subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior dan daerah krikoid posterior. Juga menerima

aliran limfe yang berasal dari kelenjar limfe jugularis interna superior dan kelenjar limfe

retrofaring bagian bawah.

Kelenjar jugularis interna inferior menerima aliran limfe yang berasal langsung dari

glandula tiroid, trakea, esofagus, baguan servikal,. Juga menerima aliran limfe yang berasal dari

kelenjar limfe jugularis interna superior dan media dan kelenjar limfe paratrakeal.

Kelenjar limfe submental, terletak pada segitiga submental diantara platisma dan

m.omohioid di dalam jaringan lunak. Pembuluh aferen menerima aliran limfe yang berasal dari

dagu, bibir bawah bagian tengah, pipi, gusi, dasar mulut bagian depan dan 1/3 bagian bawah

lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa submandibula sisi homolateral atau

kontralateral, kadang-kadang dapat langsung ke rangkaian kelenjar limfa jugularis interna.

Kelenjar limfa submandibula, terletak disekitar kelenjar liur submandibula dan didalam

kelenjar ludahnya sendiri. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang berasal kelenjar liur

submandibula, bibir atas, bagian lateral bibir bawah, rongga hidung, bagian anterior rongga

mulut, bagian medial kelopak mata, palatum mole dan 2/3 depan lidah. Pembuluh eferen

mengalirkan limfa kekelenjar jugularis interna superior.

15

Page 16: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Gambar 6. Regio kelenjar limfa leher

Kelenjar limfa servikalis superfisial, terletak disepanjang vena jugularis eksterna,

menerima aliran limfa yang berasal dari kulit muka, sekitar kelenjar parotis, daerah retroaurikula,

kelenjar parotis dan kelenjar limfa oksipital. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar

limfa jugularis interna superior.

Kelenjar limfa retrofaring, terletak diantara faring dan fasia prevertebra, mulai dari dasar

tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks. Pembuluh aferen menerima aliran limfe dari

nasofaring, hipofaring, telinga tengah dan tuba eustachius. Pembuluh eferen mengalirkan limfa

ke limfa jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesorius bagian superior.

Kelenjar limfa paratrakeal menerima aliran limfa yang berasal dari laring bagian bawah,

hipofaring, esofagus bagian servikal, trakea bagian atas dan tiroid. Pembuluh eferen mengalirkan

limfa ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau kelenjar limfa mediastinum superior.

Kelenjar limfa spinal asesorius, terletak disepanjang saraf spinal asesorius, menerima

aliran limfa yang berasal dari kulit kepala bagian parietal, dan bagian belakang leher. Kelenjar

limfa parafaring menerima aliran limfa dari nasofaring, orofaring, dan sinus paranasal. Pembuluh

eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa supraklavikula.

Rangkaian kelenjar limfa jugularis interna mengalirkan limfa ke trunktus jugularis dan

selanjutnya masuk keduktus torasikus untuk sisi sebelah kiri, dan untuk sisi sebelah kanan masuk

16

Page 17: 81805486 Referat Tumor Tonsil

ke duktus limfatikus kanan atau langsung kesistim vena pada pertemuan vena jugularis interna

dan vena subklavia. Juga duktus torasikus dan duktus limfatikus kanan menerima aliran limfe

dari kelenjar limfa supraklavikula.

Gambar 7. Sistim limfa pada leher dan insidensi metastasenya

Pembesaran kelenjar getah bening dengan konsistensi keras seperti batu mengarah

kepada keganasan, padat seperti karet mengarah kepada limfoma, lunak megarah kepada proses

infeksi, fluktuatif mengarah telah terjadi abses. Pembesaran kelenjar getah bening leher bagian

posterior terdapat pada infeksi rubel dan mononukleosis. Supraklavikula atau kelenjar getah

bening leher bagian belakang memiliki resiko keganasan lebih besar dari pada pembesaran

kelenjar getah bening bagian anterior.1

Pada pembesaran kelenjar getah bening oleh infeksi virus, KGB umumnya bilateral,

lunak dan dapat digerakkan. Bila infeksi oleh bakteri kelenjar biasanya nyeri pada penekanan,

baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan

suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan

terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan oleh keganasan maka tanda-tanda peradangan

tidak ada, konsistensi keras dan tidak dapat digerakkan. 1

17

Page 18: 81805486 Referat Tumor Tonsil

C. Fisiologi

1. Fungsi faring

Terutama untuk pernapasan, menelan, resonansi suara dan artikulasi. Tiga dari fungsi-

fungsi ini adalah jelas. Fungsi penelanan akan dijelaskan terperinci.

a. Penelanan

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase

esofagal.

1) Fase oral

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan

oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk

bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara

disadari. Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik

 

Tabel 1. Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula

Bibir

n. V.2 (maksilaris)

n. V.2 (maksilaris)

N. V : M. Temporalis, m. Maseter, m.

Pterigoid

n. VII : M. Orbikularis oris, m.

Zigomatikum, m. Levator labius oris,

18

Page 19: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Mulut & pipi

Lidah

n. V.2 (maksilaris)

n. V.3 (lingualis)

m. Depresor labius oris, m. Levator

anguli oris, m. Depressor anguli oris

n. VII: M. Mentalis, m. Risorius, m.

Businator

n.XII : M. Hioglosus, m. Mioglosus

 

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi, setelah

otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah

berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian

anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring

sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. Palato

faringeus ( n. IX, n. X dan n. XII )

Tabel 2. Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

19

Page 20: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Bibir

Mulut & pipi

Lidah

Uvula

n. V.2 (mandibularis), n. V.3

(lingualis)

n. V.2 (mandibularis)

n.V.3 (lingualis)

n.V.2 (mandibularis)

n. VII : M. Orbikularis oris, m. Levator

labius oris, m. Depressor labius, m.

Mentalis

n.VII: M. Zigomatikus,levator anguli

oris, m. Depressor anguli oris, m.

Risorius. m. Businator

n. IX, X, XI : M. Palatoglosus

n. IX, X, XI : M. Uvulae,

m. Palatofaring

 

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n. V2 dan n. V.3 sebagai

serabut afferen (sensorik) dan n. V, n. VII, n. IX, n. X, n. XI, n. XII sebagai serabut efferen

(motorik).

 

 

2) Fase Faringeal

20

Page 21: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus

palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

a) M. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n. IX, n. X dan n. XI)

berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan

ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

b) M. Genioglosus (n. XII), m. Ariepiglotika (n. IX, n. X) m. Krikoaritenoid lateralis (n.IX,

n. X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

c) Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.

Stilohioid (n.VII), m. Geniohioid, m. Tirohioid (n. XII dan n. servikal I).

d) Kontraksi m. Konstriktor faring superior (n. IX, n. X, n. XI), m. Konstriktor faring

inermedius (n. IX, n. X, n. XI) dan m. Konstriktor faring inferior (n. X, n. XI)

menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Krikofaring (n. X)

e) Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan

otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke

dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan

cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

 

Tabel 3. Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah

Palatum

n. V.3

n. V.2, n. V.3

n. V :M. Milohyoid, m. Digastrikus

n. VII : M. Stilohyoid

n. XII, n. C1 :M. Geniohyoid, M.Tirohyoid

n. XII :M. Stiloglosus

n. IX, n. X, n. XI :M. Levator veli palatini

21

Page 22: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Hyoid

Nasofaring

Faring

Laring

Esofagus

n. Laringeus superior

cab internus (n. X)

 n.X

n.X

 n. Rekuren (n. X)

n. X

n.V :M. Tensor veli palatini

n. V  : M. Milohyoid, m. Digastrikus

n. VII : M. Stilohioid

n. XII, n. C.1 :M. Geniohioid, M.Tirohioid

n. IX, n. X, n. XI : n.Salfingofaringeus

n. IX, n. X, n. XI : M. Palatofaring, m.

Konstriktor faring superior, m. Konstriktor

faring medial

n. X, n. XI : M. Konstriktor faring inferior

n. IX :M. Stilofaring

n. X  : M. Krikofaring

 

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n. V.2, n. V.3 dan n. X sebagai

serabut afferen dan n. V, n. VII, n. IX, n. X, n. XI dan n. XII sebagai serabut efferen.

  Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan

waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian

22

Page 23: 81805486 Referat Tumor Tonsil

atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,

pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas.

Waktu pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

  Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

a) Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah

2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.

Konstriktor faring. 

b) Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat

terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke

arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.

Konstriktor faring inferior, m. Krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian

superior.

3) Fase Esofageal

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun

lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

 Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

a) Dimulai dengan terjadinya relaksasi m. Krikofaring. Gelombang peristaltik primer terjadi

akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.

Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang

merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

b) Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus

yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang

ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

 

23

Page 24: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik

dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari

berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

a) Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung

akan berespons dan menyampaikan perintah.

b) Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)

pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses

menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke

motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

c) 3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

B. Proses berbicara

Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan

faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring.

Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m. Salpingofaring dan m.

Palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m. Konstriktor faring superior.

Pada gerakan penutupan nasofaring m. Levator veli palatini menarik palatum mole ke atas

belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan

(fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu

pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m. Palatofaring (bersama m. Salpingofaring) oleh

kontraksi aktif m. Konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada

waktu bersamaan.

Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi, tetapi

ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan

dengan gerakan palatum. 1,5

24

Page 25: 81805486 Referat Tumor Tonsil

D. Tumor tonsil

Penyakit tonsil dan adenoid merupakan masalah kesehatan yang sering tejadi dalam

masyarakat. Nyeri tenggorokan, infeksi saluran nafas atas dan penyakit telinga yang terkait

adalah keluhan yang paling sering ditemukan pada kunjungan pasien ke Puskesmas, terutamanya

pada anak kecil dan remaja.

Peranan tonsil dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan meskipun fungsinya

memproduksi sel-sel limfosit. Berdasarkan peneletian, ternyata tonsil memegang peranan

penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara

pernafasan sebelum masuk kedalam saluran nafas bagian bawah.

Hasil penelitian, mengenai kadar antibodi tonsil menunjukkan bahwa parenkim tonsil

memang mampu memproduksi antibodi. Penelitian terakhir menyatakan bahwa tonsil memegang

peranan dalam memproduksi IgA, yang menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme

patogen.

Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai ‘centrum germinativum’,

biasanya berbentuk kecil. Setelah antibodi ibu habis, barulah mulai terjadi pembesaran tonsil dan

adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa kanak-kanak dianggap normal dan dipakai

sebagai indeks aktifitas sistem imun. Pada waktu pubertas atau sebelum masa pubertas, terjadi

kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi. 1,5

1. Epidemiologi

Keganasan tonsil merupakan keganasan di Amerika Serikat dengan angka lebih dari 0,5%

dari semua jenis keganasan setiap tahunnya. Lebih dari 8000 karsinoma orofaringeal didiagnosis

di Amerika Serikat setiap tahunnya. Sebuah badan patologi di Amerika mempunyai data dari

tahun 1945 – 1976 ada sekitar 70% lebih dari keganasan di wilayah ini adalah karsinoma sel

skuamosa. Karsinoma sel skuamosa menyerang 3 – 4 kali lebih sering pada laki – laki

dibandingkan wanita dan sebagian besar berkembang dalam dekade kelima kehidupan. Limfoma

tonsil adalah keganasan yang paling sering terjadi nomer dua.2

25

Page 26: 81805486 Referat Tumor Tonsil

2. Etiologi

Menurut National Cancer Institute, faktor risiko karsinoma sel skuamosa termasuk

merokok dan penyalahgunaan etanol. Baru – baru ini ada indikasi bahwa etiologi virus juga

harus dipertimbangkan. Meskipun virus Epstein – Barr ( EBV ) merupakan pertimbangan utama

pada karsinoma nasofaring, Human Papilloma Virus ( HPV ) telah terbukti sebagai ancaman.

Beberapa studi telah mengidentifikasi indikasi kehadiran HPV pada sekitar 60% dari

karsinoma tonsil.

Bila tonsil termasuk dalam studi wilayah orofaring, maka faktor risiko meliputi :

- Diet rendah buah dan sayuran

- Infeksi HPV

- Merokok

- Alkohol 2

HPV adalah virus DNA rantai ganda yang menginfeksi sel – sel basal epitel dan dapat

ditemukan sampai dengan 36% dari karsinoma sel skuamosa orofaring. Meskipun lebih dari 100

strain yang telah diisolasi, HPV tipe 16 dan 18 paling sering dikaitkan dengan kanker. Kode

genom virus untuk oncoproteins E6 dan E7, yang telah meningkatkan aktivitas di strain yang

bersifat onkogenik. Oncoprotein E6 menyebabkan degradasi tumor suppressor p53.

Oncoprotein E7 merupakan tumor suppressor retinoblastoma ( Rb ). Hilangnya pRB

menyebakan akumulasi p16, yang biasanya akan menghambat perkembangan siklus sel melalui

siklin D1 dan CDK4 / CDK6. Karena akumulasi ini, p16 dapat digunakan sebagai penanda

aktivitas HPV.6

3. Patofisiologi

Karsinoma sel skuamosa tonsil mungkin terbatas pada fosa tonsil, tetapi perluasan pada

ke struktur yang berdekatan sering terjadi. Karsinoma umumnya menyebar sepanjang sulkus

glosotonsilar melibatkan dasar lidah. Selain itu, penyebaran sering melibatkan palatum mole atau

nasofaring. Fosa tonsil dibatasi oleh otot superior konstriktor yang mungkin berisi penyebaran

karsinoma.

26

Page 27: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Namun ketika otot konstriktor dilampaui, ini menjadi keuntungan tumor untuk

mengakses ke ruang parafaring. Ini melibatkan otot – otot pterigoid atau mandibular. Penyebaran

ke arah superior dari ruang parafaring bisa melibatkan dasar tengkorak dan penyebaran ke arah

inferior bisa melibatkan leher bagian lateral. Akhirnya keterlibatan yang luas dalam ruang

parafaring mungkin melibatkan arteri karotis.

Metastase ke daerah limfatik sering terjadi. Metastase ke leher sebanyak kurang lebih

65%. Karsinoma sel skuamosa tonsil juga dapat bermetastase ke kelenjar getah bening

retrofaring. Metastase jauh dari karsinoma sel skuamosa tonsil terjadi sekitar 15 – 30%. Lokasi

yang paling umum adalah paru – paru, diikuti oleh hati dan kemudian tulang.7

4. Klasifikasi

a. Tumor Tonsil Jinak

1) Kista Tonsil

Kista epitel tonsil merupakan jenis

yang cukup sering. Permukaannya berkilau,

halus, dan berwarna putih atau kekuningan.

Kista ini tidak memberikan gejala apapun,

akan tetapi kista yang lebih besar akan

menyebabkan suatu benjolan di tenggorokan

dan mungkin perlu di operasi.

Gambar 8. Kista Tonsil

27

Page 28: 81805486 Referat Tumor Tonsil

2) Papiloma Tonsil

Papilloma skuamosa biasanya terlihat menggantung dari pedicle uvula, tonsil atau pilar.

Tampak massa bergranular yang timbul dari pilar anterior pada bagian posteriornya.

Gambar 9. Papiloma Tonsil

3) Polip Tonsil

Massa tonsil tersebut menunjukkan

gambaran polip pada pemeriksaan histologi.8

28

Page 29: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Gambar 10. Polip Tonsil

b. Tumor Tonsil Ganas

1) Karsinoma Sel Skuamosa

Tonsil

Karsinoma sel skuamosa tonsil

menunjukkan pembesaran dan ulserasi dari tonsil,

tapi bisa juga tidak selalu disertai dengan ulserasi. Tampilannya hampir sama dengan limfoma

dan hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan histologis. Sekitar 90% kanker tonsil adalah

karsinoma sel skuamosa. Tumor ini relatif sering terjadi terutama pada usia 50 dan 70.

Perbandingan laki – laki dan perempuan adalah 3 – 4 : 1 dan sering dikaitkan dengan perokok

dan peminum alcohol. 60% pasien datang dengan metastase ke serviks bilateral sebanyak 15%,

sedangkan metastase jauh ditemukan sekitar 7%.2 Gambar 11. Karsinoma Sel

Skuamosa

a) Etiologi

Menurut National Cancer Institute, faktor risiko karsinoma sel skuamosa termasuk

merokok dan penyalahgunaan etanol. Baru – baru ini ada indikasi bahwa etiologi virus juga

harus dipertimbangkan. Meskipun virus Epstein – Barr ( EBV ) merupakan pertimbangan utama

pada karsinoma nasofaring, Human Papilloma Virus ( HPV ) telah terbukti sebagai ancaman.2

29

Page 30: 81805486 Referat Tumor Tonsil

HPV adalah virus DNA rantai ganda yang menginfeksi sel – sel basal epitel dan dapat

ditemukan sampai dengan 36% dari karsinoma sel skuamosa orofaring.9

b) Gambaran histologis

Karsinoma sel skuamosa tonsil palatina adalah sel dengan diferensiasi buruk. Varian

berikut meskipun pada dasarnya adalah karsinoma sel skuamosa, di daerah ini telah dijelaskan

yaitu carcinoma basosquamos Nonkeratinizing carcinoma ( sel transisional atau tipe sinonasal ),

dan yang lainnya yaitu undifferentiated atau lymphoepithelioma type.

2) Limfoma Tonsil

Limfoma sulit dibedakan dengan “ undifferentiated “ karsinoma dan limfoma marker

diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Studi tersebut memerlukan sejumlah besar jaringan

yang dikirim dalam keadaan segar ( dalam normal saline, bukan dalam larutan formaldehida )

kepada ahli patologi. Ini merupakan alasan mengapa setelah tonsilektomi lebih baik di periksa

jaringannya.

Limfoma merupakan jenis yang paling umum kedua pada keganasan tonsil. Limfoma

tonsil biasanya ditandai dengan massa submukosa dan pembesaran asimetris pada salah satu

tonsil. Bila terdapat limfadenopati , maka pembesaran kelenjar getah bening diamati pada sisi

yang sama.

a) Definisi

Limfoma maligna adalah kelompok neoplasma maligna / ganas yang muncul dalam

kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstra nodal yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi

sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya).

b) Epidemiologi

Di negara maju, limfoma relatif jarang, yaitu kira-kira 2% dari jumlah kanker yang ada.

Akan tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia, tumor ini merupakan

30

Page 31: 81805486 Referat Tumor Tonsil

terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara, dan kulit. Limfoma hodgkin sering pada Usia

20-40 tahun dan sesudah 50 tahun sedangkan limfoma non-hodgin sering pada usia tua dengan

puncak di atas 60 tahun.

c) Etiologi

Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak diketahui,

tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang ditemukan pada limfoma

Burkitt. Adanya peningkatan insidens penderita limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin pada

kelompok penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) pengidap virus HIV.

d) Klasifikasi

Dua kategori besar limfoma dilakukan atas dasar histopatologi mikroskopik dari kelenjar

limfe yang terlibat. Kategori tersebut adalah limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.

e) Gejala Klinis

(1) Pembengkakan kelenjar getah bening

Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini

multiple, tidak nyeri dan bebas. Pada limfoma non-Hodgkin, dapat tumbuh pada kelompok

kelenjar getah bening lain misalnya pada traktus digestivus atau pada organ-organ parenkim.

(2) Demam

(3) Gatal-gatal

(4) Keringat malam

(5) Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.

(6) Nafsu makan menurun.

31

Page 32: 81805486 Referat Tumor Tonsil

(7) Daya kerja menurun

(8) Terkadang disertai sesak nafas

(9) Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)

(10) Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan

relatif lebih lambat, sedangkan pola perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak sistematis dan

relatif lebih cepat bermetastasis ke tempat yang jauh.

f) Diagnosis

Palpasi

pembesaran

kelenjar getah bening di

leher terutama

supraklavikuler, aksila dan inguinal. Mungkin lien dan hati teraba membesar. Pemeriksaan

laboratorium. Pemeriksaan darah yaitu hemogram dan trombosit. LED sering meninggi dan

kemungkinan ada kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan hati dapat diketahui dari

meningkatnya alkali fosfatase, SGOT, dan SGPT.

32

Page 33: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Gambar 12. Sel Reed Sternberg

Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH/ FNAB), Ciri khas sitologi biopsi aspirasi limfoma

Hodgkin yaitu populasi limfosit, pleomorfik dan adanya sel Reed-Sternberg. Apabila sel Reed-

Sternberg sulit ditemukan adanya sel Hodgkin berinti satu atau dua yang berukuran besar dapat

dipertimbangkan sebagai parameter sitologi Limfoma Hodgkin.

Penyulit diagnosis sitologi biopsi aspirasi pada Limfoma non-Hodgkin adalah kurang

sensitif dalam membedakan Limfoma non-Hodgkin folikel dan difus. Pada Limfoma non-

Hodgkin yang hanya mempunyai subtipe difus, sitologi, biopsi aspirasi dapat dipergunakan

sebagai diagnosis definitif.

Apabila ditemukan juga sitologi negatif dan tidak sesuai dengan gambaran klinis, maka

pilihan terbaik adalah biopsi insisi atau eksisi.

Histopatologi biopsi tumor sangat penting, selain untuk diagnosis juga identifikasi

subtipe histopatologi walaupun sitologi biopsi aspirasi jelas limfoma Hodgkin ataupun limfoma

non-Hodgkin.

(1) Limfoma Hodgkin

(a) Limfositik, berdifrensiasi baik

(b) Limfositik, berdiferensiasi buruk

(c) Sternberg Reed cell

(d) Limfositik histiositik

(e) Mixed cell

(2) Limfoma Non Hodgkin

(a) Limfositik predominan

33

Page 34: 81805486 Referat Tumor Tonsil

(b) Mixed cell

(c) Limphositic deplecion

(d) Nodular sklerotik

g. Stadium

I Bila tumor terdapat pada satu kelompok KGB atau pada organ ekstrlimfatik selama masih soliter

II Bila tumor didapat pada 2/> kelompok KGB pada pihak yang sama dari pihak diagfragma/ bila terdapat pada 1 / lebih kelompok KGB disertai tumor soliter ekstralimfatik, namun masih dalam suatu pihak diagfragma

III Bila terkena KGB pada 2 pihak diagfragma, dan apabila ada organ ekstra imfatik terkena, masih soliter

IV Bila penyakit ditemukan difuse pada 1 organ atau > dengan/tanpa terserangnya KGB

h. Radiologi

1) Foto thoraks

2) Limfangiografi

3) USG

4) CT scan

i. Terapi

34

Page 35: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Akhir-akhir ini angka harapan hidup 5 tahun meningkat dan bahkan sembuh berkat

manajemen tumor yang tepat dan tersedianya kemoterapi dan radioterapi. Peranan pembedahan

pada penatalaksanaan limfoma maligna terutama hanya untuk diagnosis biopsi dan laparotomi

splenektomi bila ada indikasi.10, 11

1) Radiasi

a) Untuk stadium I dan II secara mantel radikal

b) Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi

c) Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation

d) Untuk stadium IV secara total body irradiation

2) Kemoterapi untuk stadium III dan IV

Untuk stadium I dan II dapat pula diberi kemoterapi pre radiasi atau pasca radiasi.

Kemoterapi yang sering dipakai adalah kombinasi.

COP (Untuk limfoma non Hodgkin)

C : Cyclophosphamide 800 mg/m2 hari I

O : Oncovin 1,4 mg/m2 IV hari I

P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d VII lalu tappering off

MOPP (untuk Limfoma Hodgkin)

M : Nitrogen Mustrad 6 mg/m2 hari 1 dan 8

35

Page 36: 81805486 Referat Tumor Tonsil

O : Oncovin 1,4 mg/m2 hari I dan VIII

P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d XIV

P : Procarbazin 100 mg/m2 hari I s/d XIV.10,11

5. Manifestasi klinis

Pasien dengan karsinoma tonsil mungkin tampak dengan massa pada leher. Hal ini

karena karsinoma muncul jauh di dalam kriptus. Sebuah karsinoma sel skuamosa mungkin

berasal dari 1 atau lebih lokasi dari tonsil itu sendiri. Selain itu tonsil juga dapat membesar dan

menonjol ke dalam rongga mulut yang menjadikan tanda pada penderita. Tonsil kaya akan

kelenjar limfoid berlimpah yang membantu akses neoplasma dan bermetastase ke kelenjar leher.

Semua faktor itu menjelaskan mengapa pasien datang dengan massa leher.

Pembesaran kelenjar getah bening dengan tumor primer yang tersembunyi harus segera

diperiksa lebih lanjut pada tonsilnya. Karsinoma sel skuamosa primer tersembunyi yang

bermanifestasi sebagai limfadenopati leher adalah masalah umum yang dihadapi oleh ahli THT.

Sakit tenggorokan, sakit telinga, sensasi benda asing di tenggorokan dan perdarahan

semuanya mungkin terjadi. trismus adalah sebuah tanda yang mengindikasikan keterlibatan

parafaring. Jika massa leher tidak jelas pada pemeriksaan biasa, palpasi mungkin diarahkan ke

bagian belakang yang dapat menunjukkan adanya limfadenopati servikal.

Jika tumor telah melibatkan dasar lidah, kelenjar kontra lateral mungkin sudah terlibat.

Tumor tonsil primer dapat tumbuh sepenuhnya di bawah permukaan. Oleh karena itu, dokter

harus dapat melihat apapun yang mencurigakan atau mungkin hanya melihat sedikit peningkatan

ukuran tonsil .

Tanda dan gejala berupa penurunan berat badan dan kelelahan bukan merupakan hal yang

umum pada tumor ini.2

6. Pemeriksaan penunjang

36

Page 37: 81805486 Referat Tumor Tonsil

a. Laboratorium

Tes fungsi hati, diperlukan pengetahuan tentang fungsi hati karena untuk mengetahui

riwayat diet pasien dan penyalahgunaan etanol yang sering menyebabkan fungsi hati. Selain itu

untuk mengetahui metabolisme hepar terhadap pemakaian agen kemoterapi atau obat lain

sebelumnya dan terakhir metastase ke hati yang selalu mungkin terjadi.

Tes fungsi paru diperlukan pada setiap bedah kepala dan leher yang dapat membawa

risiko tambahan komplikasi pernapasan perioperative dan pasca operatif.

Tes fungsi ginjal ketika akan memulai kemoterapi, tes fungsi ginjal diperlukan untuk

memastikan apakah pasien dapat menghilangkan agen yang ditangani oleh ginjal.

Pembekuan dan koagulasi ( termasuk jumlah trombosit dan lain – lain ). Kepala dan leher

adalah salah satu daerah yang paling kaya akan vaskularisasi dalam tubuh manusia. Perdarahan

adalah salah satu masalah besar dalam operasi tonsil

b. Radiologi

CT scan leher dengan atau tanpa kontras diperlukan untuk mengevaluasi metastasis dan

untuk menilai sejauh mana perkembangan tumor. Hal ini penting dalam staging tumor tonsil.

MRI juga sangat berguna untuk menilai ukuran tumor dan invasi jaringan lunak. CT scan

dada adalah yang paling sensitive untuk mengungkapkan metastasi ke paru – paru dan karenanya

harus menjadi modalitas pilihan, setidaknya pada pasien berisiko tinggi ( stadium 4, T4, N2 atau

N3 ataupun tumor yang timbul dari orofaring, laring, hipofaring, atau supraglotis.12

7. Prosedur diagnostik

Biopsi adalah satu – satunya alat untuk mendiagnosis keganasan tonsil berupa limfoma,

karena itu hali patologi dan timnya harus segera siap untuk menangani jaringan dengan tapat.

Beberapa jaringan segar mungkin diperlukan untuk studi, yang tergantung waktu dan

memerlukan penanganan segera. Beberapa jaringan harus dibekukan dalam nitrogen cair.

Pertimbangan lain yang sangat penting adalah kenyataan bahwa karsinoma sel skuamosa

37

Page 38: 81805486 Referat Tumor Tonsil

biasanya timbul jauh di dalam kripta. Hal ini memerlukan ahli bedah untuk mengambil biopsy

yang mendalam sehingga neoplasma tidak meleset. Mengingat kecenderungan lesi ini bisa

menimbulkan perdarahan yang merupakan prosedur yang rumit maka ahli bedah harus siap

untuk yang hal yang tak terduga.

Panendoskopi, endoskopi operatif memungkinkan ahli bedah untuk menilai sepenuhnya

tentang tumor. Hal ini sangat membantu ketika memilih antara pendekatan bedah terbuka dan

endoskopi. Bronkoskopi dan esofagoskopi digunakan untuk menilai tumor primer yang mungkin

hadir pada saat diagnosis.

Tes HPV merupakan rekomendasi National Comprehensive Cancer Network ( NCCN )

sebagai faktor prognosis. Quantitative reverse transcriptase pcr ( QRT – PCR ) memungkinkan

perhitungan jumlah relatif dari mRNA yang ada pada sampel. HPV – 16 ini paling sering

digunakan untuk memeriksa karsinoma orofaring. Hal ini bersifar sensitif dan spesifik. P-16

dapat diuji sebagai biomarker untuk aktivitas HPV E7.2

8. Staging

Klasifikasi tumor ganas leher dan kepala pertama kali disampaikan oleh pierre denoy dari

prancis tahun 1953, terdapat kesepakatan pertama kalinya pada Internatinal Congress of

Radiology tetang perluasan tumor, dalam sistim TNM dan disetujui sebagai sistim dari Union

International Centre le Cancer (UICC). Sehingga pada tahun 1954, terbentuklah TNM Commite

untuk pertama kalinya. Disamping itu di Amerika sendiri diterima suatu sistim TNM lain yang

disebut The Amarican Joint Committee On Cancer (AJCC) yang dikeluarkan pertama kali tahun

1959.

Sistem TNM ini digunakan untuk menentukan stadium tumor ganas sebelum dilakukan

terapi. Sistim TNM ini ditujukan untuk mengetahui perluasan tumor secara anatomi dengan

pengertian :

T : Perluasan untuk tumor primer

N : Status terdapatnya kelenjar limfe regional

M : Ada atau tidak adanya metastasis jauh

38

Page 39: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Klasifikasi UICC dan AJCC ini pada umumnya bersifat sama untuk seluruh keganasan,

kecuali untuk tumor ganas kelenjar liur dan tiroid. Klasifikasi stadium terdapat sedikit

kelemahan bagi tumor ganas asalnya, misalnya perluasan tumor ganas dari rongga mulut ke

orofaring atau sebaliknya, juga tumor ganas laring yang meluas ke hipofaring atau sebaliknya.1

Tabel 4. Klasifikasi klinis TNM (1992)

T (tumor primer)

Tx

To

Tis

T1,T2,T3,T4

Tumor primer tidak dapat ditemukan

Tidak ada tumor primer

Karsinoma in situ

Besarnya tumor primer

N (kelenjar limfa regional)

Nx

No

N1,N2,N3

Tidak menemukan kelenjar limfe regional

Tidak ada metastasis kelenjar lemfe regional

Besarnya kelenjarlimfe regional

M (metastasi jauh)

Mx

Mo

M1

Tidak ditemukan metastasis jauh

Tidak ada metastasis jauh

Terdapat metastasis jauh

Tabel 5. Klasifikasi kelenjar limfe regional (UICC)

Nx Kelenjar limfe regional tidak ditemukan

No Tidak ada metastasis kelenjar limfe regional

N1 Metastasis pada satu sisi, tunggal, ukuran < 3 cm

N2 Metastasis pada satu sisi, tunggal, ukran >3cm - < 6cm, multipel,

pada satu sisi dan tidak >6cm atau bilateral /kontralateral juga

39

Page 40: 81805486 Referat Tumor Tonsil

N2a

N2b

N2c

tidak lebih dari 6cm.

Metastasis pada satu sisi, tunggal, >3cm - <6cm

Metastasis pada satu sisi, multipel tidak lebih dari 6 cm

Metastasis bilateral/kontralateral, tidak lebih dari 6cm

N3 Metastasis ukuran lebih dari 6cm

Tabel 6. Stadium tumor ganas leher dan kepala (UICC & AJCC) kecuali tumor kelenjar

liur dan tiroid.

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II T2 N0 M0

Stadium III T3 N0 M0

T1 atau T2 atau T3 N1 M0

Stadium IV T4 N0 atau N1 M0

Tiap T N2 atau N3 M0

Tiap T tiap N M1

9. Terapi

Karsinoma biasanya mengenai daerah tonsil. Daerah ini meluas dari trigonum retromolar

termasuk arkus tonsila posterior dan anterior demikian juga dengan fosa tonsilanya sendiri.

Tumor yang meluas ke daerah inferior ke dasar lidah dan ke superior pada palatum mole. Jika

tumor kecil ( T1, T2, N0 ) mungkin diatasi dengan penyinaran, sedangkan tumor yang besar ( T3 T4

) memerlukan reseksi pembedahan, seringkali disertai terapi radiasi sebelum dan pasca operasi.

Lesi – lesi yang kecil dengan metastasis yang dapat dipalpasi biasanya diatasi dengan reseksi

pembedahan dan penutupan primer. Reseksi ini dianggap sebagai tindakan gabungan. Flap lidah

lateral, dahi, otot kulit, atau servikal dapat menutup cacat yang besar.

40

Page 41: 81805486 Referat Tumor Tonsil

Gambar 13. Lokasi radioterapi

Karsinoma tonsil seringkali bermetastasis ke segitiga digastrik atau kelenjar getah bening

jugular bagian atas yang dikenal sebagai kelenjar getah bening tonsil. Karena metastasis dini dari

lesi yang berukuran sedang, pembedahan leher biasanya termasuk dalam tindakan bedah.5

Tabel 4. Penatalaksanaan

10. Komplikasi

Komplikasi dari

berbagai bentuk terapi saat ini

yaitu nyeri, xerostomia,

infeksi, penyembuhan luka

yang lama, disfagia, fistula,

trismus, insufisiensi

41

Page 42: 81805486 Referat Tumor Tonsil

velofaringeal, kelelahan. Keluarga dan pasien harus memahami semua komplikasinya sebelum

melakukan terapi apapun.2

11. Prognosis

Stage I 80%, stage II 70%, stage III 40%, dan stage IV 30%.2 Kelangsungan hidup dari

karsinoma tonsil secara historis dianggap buruk, terutama untuk stage III dan IV. Namun,

literatur yang lebih baru telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan terapi bedah

karsinoma tonsil bahkan untuk stadium yang lanjut. Moore dkk melaporkan sebanyak 94%

bertahan hidup pada stadium III dan IV karsinoma tonsil yang diobati dengan reseksi transoral

dan terapi adjuvan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan

tepat dapat memiliki kelangsungan hidup yang baik, meskipun secara historis hasilnya buruk.13

42

Page 43: 81805486 Referat Tumor Tonsil

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tumor tonsil di klasifikasikan menjadi 2 yaitu tumor tonsil jinak dan tumor tonsil ganas.

Tonsil menjadi lokasi yang paling umum untuk terjadinya keganasan dari orofaring. Keganasan

tersebut meliputi karsinoma sel skuamosa tonsil dan limfoma maligna. National Cancer Institute

di Amerika Serikat, melaporkan bahwa pada tahun 1991 terdapat 6 juta penderita tumor ganas.

Dari seluruh tumor ganas tersebut, insidens karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa

ialah sebanyak 600.000 penderita. Tercatat pula jumlah penderita tumor ganas kepala dan leher

sebanyak 78.000 orang, lebih dari 75% adalah karsinoma sel skuamosa.

Gejala – gejala dari kanker tonsil bervariasi seperti sakit tenggorokan persisten, kesulitan

menelan, atau benjolan di tenggorokan atau leher.

Pemeriksaan yang digunakan untuk diagnostik meliputi tes laboratorium, radiologi ( CT

scan atau MRI ) dan biopsi.

Penatalaksaana tumor tonsil dilakukan dengan operasf bila jinak tapi bila termasuk ganas

tergantung dari stadium tumor tersebut, mulai dari penyinaran / radiasi, pembedahan ataupun

dengan sitostatika.

43

Page 44: 81805486 Referat Tumor Tonsil

B. Saran

Bila seseorang menemukan gejala – gejala seperti kesulitan menelan, sakit tenggorokan

persisten, atau ada benjolan di tenggorokan / leher sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter

karena bila terdiagnosa adanya suatu tumor ganas maka prognosisnya pada stadium awal sangat

baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Leher edisi 6. 2007. FKUI

2. http://emedicine.medscape.com/article/848034-overview diunduh tanggal 27 januari 2012

pkl.22.08 wib

3. http://www.mayoclinic.org/tonsil-cancer/ diunduh tanggal 27 januari 2012 pkl.22.08 wib

4. http://www.wikipedia.org/tonsil/ diunduh tanggal 27 januari 2012 pkl.22.08 wib

5. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit buku kedokteran

EGC. Jakarta 1997

6. Kreimer AR, Clifford GM, Boyle P, Franceschi S. Human papillomavirus types in head

and neck squamous cell carcinomas worldwide: a systematic review. Cancer Epidemiol

Biomarkers Prev. Feb 2005;14(2):467-75

7. Chung TS, Stefani S. Distant metastases of carcinoma of tonsillar region: a study of 475

patients. J Surg Oncol. 1980;14(1):5-9

8. http://www.ghorayeb.com/TonsillarMassesBenign.html diunduh tanggal 29 januari 2012 pkl.

21.39

9. Kreimer AR, Clifford GM, Boyle P, Franceschi S. Human papillomavirus types in head

and neck squamous cell carcinomas worldwide: a systematic review. Cancer Epidemiol

Biomarkers Prev. Feb 2005;14(2):467-75

44

Page 45: 81805486 Referat Tumor Tonsil

10. Staf pengajar FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2002. Jakarta : BINARUPA

AKSARA

11. De jong, Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. 2002. Jakarta: EGC

12. Loh KS, Brown DH, Baker JT, Gilbert RW, Gullane PJ, Irish JC. A rational approach to

pulmonary screening in newly diagnosed head and neck cancer. Head Neck. Nov

2005;27(11):990-4.

13. Moore EJ, Henstrom DK, Olsen KD, Kasperbauer JL, McGree ME. Transoral resection

of tonsillar squamous cell carcinoma. Laryngoscope. Mar 2009;119(3):508-15

45