33
BAGIAN ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2014 UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KASUS CLOSED FRACTURE 1/3 DISTAL RIGHT TIBIA CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT TIBIA CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT FIBULA Oleh: Asep Metrika C11109 261 Pembimbing: dr. Dwi Indra Darmawan dr. Zuwanda Supervisor: dr. M. Phetrus Johan, M.Kes, Sp.OT DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

249771857 Fraktur Tibia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bjhgvhj

Citation preview

Page 1: 249771857 Fraktur Tibia

BAGIAN ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2014

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

CLOSED FRACTURE 1/3 DISTAL RIGHT TIBIA

CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT TIBIA

CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT FIBULA

Oleh:Asep MetrikaC11109 261

Pembimbing:dr. Dwi Indra Darmawan

dr. Zuwanda

Supervisor:dr. M. Phetrus Johan, M.Kes, Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: 249771857 Fraktur Tibia

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Asep Metrika

NIM : C 111 09 261

Judul : CLOSED FRACTURE 1/3 DISTAL RIGHT TIBIA

CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT TIBIA

CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT FIBULA

Telah menyelesaikan tugas Case Report dalam rangka kepaniteraan klinik

pada Bagian Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Makassar, Juli 2014

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Dwi Indra Darmawan dr. Zuwanda

Supervisor

dr. M. Phetrus Johan, M.Kes, Sp.OT

Page 3: 249771857 Fraktur Tibia

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : MI

Umur :44 tahun / laki-laki

Masuk : 11 July 2014

No. Rekam Medik : 671629

II. RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan Utama : Nyeri pada tungkai kanan dan kiri bawah

- Anamnesis : dialami sejak 4 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo karena kecelakaan lalu lintas.

- Mekanisme trauma :Pasien sedang menyebrang jalan, tiba-tiba pasien

ditabrak motor dari arah kiri.

- Tidak ada riwayat pingsan sesaat setelah kejadian, tidak ada riwayat

mual dan muntah.

- Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Polewali sebelum dirujuk ke

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

III. PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan Umum : Sakit Sedang/ Gizi Cukup/Composmentis

Tanda Vital:

Tekanan Darah : 120/80 mmHg, spontaneous

Pernapasan : 20 x/menit, thoracoabdominal

Nadi : 80 x/min, regular, strong

Suhu: 36.5 oC (axilla)

VAS : 4 / 10

Page 4: 249771857 Fraktur Tibia

Status Lokalis

Regio Cruris Dextra

Look : Deformitas (+), edema (+), hematoma (+), luka (-)

Feel : Nyeri tekan (+).NVD : Sensibilitas baik. Pulsasi dari arteri

dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior teraba. CRT < 2 detik.

ROM : Gerak aktif dan pasif dari sendi lutut dan pergelangan kaki

tidak dapat dievaluasi karena nyeri.

Regio Cruris Sinistra

Look : Deformitas (+), edema (+), hematoma (+), luka (-)

Feel : Nyeri tekan (+).NVD : Sensibilitas baik. Pulsasi dari arteri

dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior teraba. CRT < 2 detik.

ROM : Gerak aktif dan pasif dari sendi lutut dan pergelangan kaki

tidak dapat dievaluasi karena nyeri.

IV. GAMBARAN KLINISRegio Cruris Dekstra

Page 5: 249771857 Fraktur Tibia

Regio Crusis Sinistra

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

◦ WBC : 8.800/ ul

◦ RBC : 3.210.000/ ul

◦ HBG : 9.2/dl

◦ HCT : 29 %

◦ PLT : 110.000/ ul

◦ CT : 06’00’’

◦ BT : 02’00’’

◦ HBsAg : non-reactive

Page 6: 249771857 Fraktur Tibia

VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

X-Ray posisi AP/lateral (Cruris dextra)

X- Ray posisi

AP/lateral (Cruris dextra)

VII. RESUME

Laki-laki,44 tahun, masuk RS. Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan

utama nyeri pada tungkai kanan dan kiri bawah akibat kecelakaan lalu

lintas.

Dari pemeriksaan fisis, saya menemukan deformitas (+), edema (+),

hematoma (+), dan nyeri tekan pada kaki kanan dan kiri

Page 7: 249771857 Fraktur Tibia

Dari pemeriksaan radiologi, foto cruris sinistra AP / Lateral, tampak

fraktur spiral 1/3 tengah tibia et fibula sinistra. Dan foto cruris dekstra

AP / Lateral tampak fraktur transverse 1/3 distal tibia.

VIII. DIAGNOSIS

Fraktur tertutup pada 1/3 distal tibia kanan

Fraktur tertutup pada 1/3 tengah tibia kiri

Fraktur tertutup pada 1/3 tengah fibula kiri

IX. PENATALAKSANAAN

IVFD RL

Analgesik

Imobilisasi dengan long leg back slab pada kedua tungkai

Rencana untuk ORIF

Page 8: 249771857 Fraktur Tibia

DISKUSI:

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari

adanya retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan kortex sehingga tulang

terenggang baik secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang.

Jika kulit diatas fraktur masih utuh maka disebut fraktur tertutup, jika kulit

terhubung dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, hati-hati

terhadap kontaminasi dan infeksi. (1)

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau

tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Fraktur tibia dan fibula

merupakan fraktur yang paling banyak dari fraktur tulang panjang. Populasi

rata-rata menunjukkan bahwa sekitar 26 tibia diafisis mengalami fraktur per

100.000 populasi per tahun. (1,2,3)

II. ANATOMI

Tibia adalah tulang tubular panjang dangan penampang berbentuk

segitiga. Batas anteromedial dari tibia adalah jarungan subkutan dan

dikelilingi oleh empat buah fasia yang membentuk kompartemen (anterior,

lateral, superficial posterior dan deep posterior). Otot dari kompartemen

anterior adalah untuk dorsofleksi atau ekstensi ibu jari kaki. Sedangkan otot

dari kompartemen lateral, superficial posterior dan deep posterior fleksi

bagian plantar kaki. (3,4,5)

Fibula adalah tulang yang tipis pada bagian lateral tubuh dari tungkai

bawah. Ini bukan merupakan bagian dari artikulatio pada sendi lutut, tetapi

dibawah dari malleolus lateralis dari sendi pergelangan kaki. Ini bukan

Page 9: 249771857 Fraktur Tibia

merupakan bagian dari penopang berat tubuh, tetapi ini merupakan bagian

dari perlengketan otot. Fibula ini luas pada bagian proksimal, corpus dan

distal. (6)

Suplai darah

Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior, yang

memasuki korteks posterolateral distal sampai ke origin dari muskulus

soleus. Pada saat pembuluh darah memasuki kanalis intermedullaris, ia

terbagi menjadi tiga cabang asendens dan satu cabang desendens. Cabang-

cabang ini yang kemudian membentuk endosteal vascular tree, yang

beranastomose dengan arteri periosteal dari arteri tibialis posterior.(3)

Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena

perjalanannya yang melalui sebuah celah padah mebran interosseus. (3)

Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan terjadi aliran

melalui korterks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting.

Hal ini menkankan pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum

selama fiksasi.(3)

Fibula berperan sebesar 6%-17% dalam menopang berat badan. Pada

bagian leher fibula berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat

dengan permukaan kulit. Hal ini menyebabkan nervus peroneus

komunisrentan terhadap trauma langsung pada daerah leher fibula.(3)

Gambar 1(4) - Tibia dan Fibula

Page 10: 249771857 Fraktur Tibia

III. MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR

Fraktur dapat disebabkan dari kecelakaan, stress yang berulang

maupun gangguan pada tulang (fraktur patologis). (1,2,3,7,8)

1. Fraktur yang disebabkan karena kecelakaan

Pada umumnya fraktur disebabkan oleh kekuatan yang berlebihan

yang terjadi secara tiba-tiba, yang dapat terjadi secara langsung maupun

tidak langsung.

Langsung

o Energi tinggi: kecelakaan kendaraan bermotor

Sebagian besar berupa fraktur transversal, comminuted,

displaced fractures.

Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat tinggi.

o Penetrasi: luka tembakan

Pola luka bervariasi.

Pada senjata genggam dengan kecepatan rendah tidak dapat

menyebabkan gangguan pada tulang maupun kerusakan

jaringan seperti yang disebabkan oleh energy tinggi

(kecelakaan bermotor) atau kecepatan tinggi (senjata

tembak dan senjata mematikan lainnya).

o Bending: three- or four-point (ski boot injuries)

Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat

timbul, dengan kemungkinan menghasilkan potongan

butterfly.

Timbulnya crush injury.

Pola comminuted dan segmental sangat berhubungan

dengan kerekatan janringan disekitarnya.

Kemungkinan terjadinya kompartemen sindrom harus

diperhatikan

o Fraktur corpus fibula: Akibat dari trauma langsung dari bagian

lateral tungkai bawah.

Page 11: 249771857 Fraktur Tibia

Tidak langsung

o Mekanisme terpelintir

Terputarnya kaki dan terjatuh dari ketinggian rendah

merupakan penyebab utama.

Spiral, tidak ada pergeseran pada bagian fraktur yang

memiliki hubungan yang sedikit terhadap kerusakan

jaringan sekitar.

o Fracture Stres

Pada pelatihan militer, jenis kecelakaan ini sangat sering

timbul pada sambungan antara metafisis dan diafisis,

ditandai dengan bagian sklerotik pada kortexpostero

medial.

Pada penari balet, fraktur ini biasanya muncul pada 1/3

tengah, yang biasanya tersembunyi akibat penggunaan yang

berlebihan.

Temuan radiologi dapat tertunda sampai beberapa minggu.

2. Fraktur karena stres berulang:

Fraktur jenis ini muncul pada tulang yang normal yang menanggung

berat secara berulang-ulang, biasanya terjadi pada atlet, penari dan anggota

militer yang selalu melakukan latihan. Beban yang berat akan menimbulkan

deformitas yang menginisiasi proses normal dari remodeling tulang,

gabungan dari proses reabsropsi tulang dan pembentukan tulang baru sesuai

dengan hukum Wolff’s. Ketika terpajan oleh stress serta proses deformasi

yang berulang dan memanjang, reabsorpsi timbul lebih cepat daripada

penggantian, sehingga meninggalkan daerah yang kosong dan menyebabkan

fraktur. Masalah yang sama timbul pada orang yang sedang dalam

pengobatan sehingga mengganggu keseimbangan proses reabsorpsi dan

penggantian tulang baru.

3. Fraktur Patologi:

Frakturdapat terjadi dengan stres yang normal jika tulang melemah

akibat perubahan pada strukturnya (contohnya pada osteoporosis,

Page 12: 249771857 Fraktur Tibia

osteogenesis imperfekta atau Paget’s disease) atau sebuah lesi litik

(contohnya kista pada tulang atau sebuah metastasis).

Gambar 2(1): Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan

mekanisme penyebab: (a) pola spiral (terputar); (b) pola obliq pendek

(kompresi); (c) potongan segitiga ‘butterfly’ (tertarik) dan (d) pola

transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang) seringkali

terjadi akibat kecelakaan energi rendah secara tidak langsung; pola tertarik

dan transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara langsung.

IV. KLASIFIKASI MULLER

Secara universal, didasarkan pada posisi anatomis, komunikasi dan

berbagai data dari banyak negara dan populasi, yang berkontribusi dalam

penelitian dan tatalaksana. Sebuah klasifikasi alfanumerik yang

dikembangkan oleh Muller dan kawan-kawan saat ini telah diadaptasi dan

direvisi (Muller et al., 1990;Marsh et al., 2007; Slongo and Audige 2007).

Walaupun hal tersebut belum sepenuhnya divalidasi untuk reabilitas dan

reproduksibilitas, sementara diusahakan secara komprehensif.(1)

Page 13: 249771857 Fraktur Tibia

Gambar 3(1) Klasifikasi Muller(a)Masing-masing tulang panjang memiliki

tiga segmen-proximal, diafisis dan distal; fragmen proksimal dan distal

dibatasi oleh segiempatdari ukuranterlebar tulang (b,c,d) fraktur pada

segmen diafisis dapat sederhana, tajam maupun kompleks. (e,f,g)fraktur

pada bagian proksimal dan distal dapat berupa ekstraartikular, partial

artikular dari articular lengkap.

V. TIPE FRAKTUR DARI TIBIA DAN FIBULA

Gambar 4(5)Tipe fraktur dari Tibia dan Fibula

Klasifikasi Tscherne untuk fraktur tertutup(1,2,3)

Page 14: 249771857 Fraktur Tibia

Klasifikasi fraktur tertutup berdasarkan dari kerusakan jaringan lunak

dan adanya mekanisme perlukaan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Grade 0: Fraktur sederhana dengan sedikit atau tanpa kerusakan jaringan

lunak.

Grade I: Fraktur dengan abrasi superficial atau memar dikulit dan jaringan

subkutaneus.

Grade II: Fraktur lebih berat dengan kontusio jaringan lunak lebih dalam dan

edema.

Grade III: Luka berat dengan ditandai kerusakan jaringan lunak dan ancaman

kompartmen syndrome.

VI. DIAGNOSIS

Mendapatkan informasi mengenai riwayat yang lengkap dan

pemeriksaan fisis sangat penting ketika memeriksa seseorang yang diduga

mengalami fraktur corpus tibia. Dapat diketahui bagaimana mekanisme

perlukaan, waktu terjadinya perlukaan dan syndrome nyeri yang akan

muncul. Sangat penting untuk menentukan apakah perlukaan ini termasuk

tinggi-atau rendah energi, perlukaan dengan energi yang tinggi juga akan

sangat signifikan akan mengalami perlukaan jaringan lunak pada sekitar

daerah fraktur. Fraktur corpus tibia disebabkan oleh perlukaan energi rendah

yang berpotensi dengan keadaan patologik atau kondisi osteopenik. Ini

sangat penting untuk menanyakan mengenai lokasi dan berat ringannya

nyeri pada tungkai bawah termasuk panggul, lutut dan pergelangan kaki.

Penanganan harus hati-hati pada associated injuries. Dari pemeriksaan fisis,

biasanya ditemukan nyeri pada sisi yang fraktur yang berhubungan dengan

hematom dari jaringan lunak. (2)

Pemeriksaan Neurovascular Distal (NVD) penting dilakukan. Arteri

dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior harus diraba untuk dievaluasi dan

kita laporkan hasilnya, khususnya pada fraktur terbuka vascular biasanya

Page 15: 249771857 Fraktur Tibia

mengalami gangguan. Nervus peroneal comunis dan tibialis harus kita

lakukan pemeriksaan. (3)

VII. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologi harus mencakup semua tibia (posis

anteroposterior [AP] dan lateral) dengan visualisasi sendi pergelangan kaki

dan sendi lutut. Posisi oblik dapat membantu untuk melihat karakteristik

fraktur. Foto radiologi post- reduksi harus mencakup lutut dan pergelangan

kaki untuk aligment dan rencana preoperatif.

Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingatrule of twos:(1)

- Two views- Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya

dari satu posisi foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi

(anteroposterior dan lateral) yang harus diambil.

- Two joints – Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang dapat

fraktur dan mengalami angulasi. Angulasitidak mungkin terjadi

kecuali tulang lainnya juga rusak, atau sendi dislokasi. Keduanya,

sendi atas danbawah fraktur harus diambil pada film x-ray.

- Two limbs- Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat

membingungkan dengandiagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas

yang tidak terluka diperlukan untuk perbandingan.

- Two injuries – cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada

lebih dari satu level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting

dilakukan foto x-ray pelvis dan spine.

- Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi

segera setelah cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua

minggu kemudian dapat menunjukkan adanya lesi. Contoh umum

adalah undisplaced fraktur ujung distal klavikula, scaphoid, neck

femur dan maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan cedera fiseal

yang tidak berpindah dimanapun terjadi.

Computed tomography dan magnetic resonance imaging (MRI)

biasanya tidak diperlukan. Technetium scantulang dan MRI dapat berguna

Page 16: 249771857 Fraktur Tibia

dalam mendiagnosis stress fraktur sebelum cederanya menjadi jelas pada

foto polos. Angiografi diindikasikan jika dicurigai terdapat cederaarteri. (3)

VIII. PENATALAKSANAAN

Non-operative(3)

Reduksi fraktur diikut dengan pengaplikasian long leg cast dengan

pemberian beban secara progresif dapat digunakan untuk mengisolasi dan

menutup fraktur berenergi rendah dengan pergeseran dan pola kominutive

yang minimal.

Cast pada lutut dengan sudut fleksi 0-5º untuk memperbolehkan beban

ditopang secepat mungkin oleh pasien dengan percepatan untuk

pemberian beban secara penuh pada minggu kedua dan keempat.

Setelah empat sampai enam minggu, long leg cast dapat diganti

dengan patella-bearing cast atau fraktur brace.

Kesuksesan union mencapai 97%, namun pemberian beban yang terlambat

dapat menyebabkan penyetuan tulang terlambat atau malunion.

Reduksi fraktur yang dapat diterima

Direkomendasikan angulasi varus/valgus < 5º

Direkomendasikan angulasi anterior/posterior < 10º (disarankan < 5º)

Direkomendasikan deformitas rotasional < 10º dengan eksternal rotasi

dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan internal rotasi.

Pemendekan <1 cm; 5 mm distraksi dapat menunda penyembuhan antara

8-12 bulan.

Direkomendasikan jika kontak lebih dari 50%.

Diperkirakan, spina iliaca anteroposterior, bagian tengah dari patella dan

dasar dari jari kedua dalam satu garis.

Waktu untuk Union

Page 17: 249771857 Fraktur Tibia

Waktu rata-rata adalah 16±4 minggu. Hal ini bervariasi tergantung

pada pola fraktur dan kerusakan jaringan.

Union yang terlambat didefinisikan > 20 minggu.

Nonunion: Timbul saat secara klinis baik secara klinis dan radiologi,

memperlihatkan tanda-tanda potensi untuk union hilang, termasuk lesi

sklerotik dan celah yang tidak berubah dalam beberapa minggu.

Nonunion juga didefinisikan sebagai penyembuhan yang tidak terjadi

dalam 9 bulan setelah fraktur.

Fraktur Stres Tibia

Pengobatan terdiri dari penghentian aktivitas yang beresiko.

Sebuah short leg cast mungkin diperlukan, denganambulation partial-

weight-bearing.

Fraktur Corpus Fibula

Pengobatan terdiri dari weight bearing yang ditoleransi.

Meskipun tidak diperlukan untuk penyembuhan, imobilisasi dalam waktu

singkat dapat digunakan untuk meminimalkan rasa sakit.

Nonunion jarang terjadi karena lampiran otot yang luas.

Pengobatan Operatif(3)

Intramedullary (IM) Nailing

IM nailing memiliki keuntungan dalam menjaga suplai darah periosteal

dan membatasi kerusakan jaringan lunak. Selain itu, keuntungan

biomekaniknya adalah dapat mengontrol alignment, translasidan

rotasi. Oleh karena itu direkomendasikan pada sebagian besar pola

fraktur.

Locked versus unlocked nail

o Locked nail: Alat ini memberikan kontrol rotasi; efektif dalam

mencegah pemendekan pada fraktur comminutive dan pada

orang-orang dengan kehilangan tulang yang signifikan.

Page 18: 249771857 Fraktur Tibia

Interlocking screws dapat dibuka pada lain waktu untuk

dinamisasi lokasi fraktur, jika diperlukan, untuk penyembuhan.

o Nonlocked nail: Alat ini memungkinkan impaksi pada lokasi

fraktur dengan weight bearing, tetapi sulit untuk mengontrol

rotasi. Nonlocked nail jarang digunakan.

Reamed versus unreamed nail

o Reamed nail: Hal ini diindikasikan untuk kebanyakan fraktur

tertutup dan terbuka. Hal ini memungkinkan IM splint yang

sangat baik pada fraktur dan penggunaan diameter yang lebih

besar,nail yanglebih kuat.

o Unreamed nail: Hal ini dirancang untuk menjaga suplai darah IM

pada fraktur terbuka di mana suplai periosteal telah hancur. Saat

ini disediakan untuk fraktur terbuka dengan derajat tinggi;

kerugiannya adalah bahwa alat ini secara signifikan lebih lemah

dari reamed nail yang lebih besar dan memiliki risiko yang lebih

tinggi terjadinya implant fatigue failure.

Flexible Nails (Enders, Rush Rods)

Beberapa pin IMyang menggunakan tenaga pegas untuk menahanan gulasi

dan rotasi, dengan kerusakan minimal padasirkulasimedula.

Alatini jarang digunakan di AmerikaSerikat karena dominasi pola fraktur

yang tidak stabil dan sukses dengan interlocking nails.

Hal ini direkomendasikan hanya pada anak-anak atau remaja dengan

physes terbuka.

Fiksasi Eksternal

Terutamadigunakan pada fraktur terbukayang parah, juga dapat digunakan

pada fraktur tertutup dengan komplikasi, seperti sindrom

kompartemen, adanya cedera kepala bersamaan, atau luka bakar.

Popularitasnya di Amerika Serikat telah berkurang dengan meningkatnya

penggunaan reamed nails untuk sebagian besar fraktur terbuka.

Page 19: 249771857 Fraktur Tibia

Tingkatunion: Hingga 90%, dengan rata-rata3,6 bulan untu kunion.

Insiden infeksi saluran pina dalah10% -15%.

Plates and Screws

Biasanya dilakukan pada fraktur yang meluas ke metafisis atau epifisis.

Tingkat keberhasilan yang dilaporkan adalah 97%.

Tingkat komplikasi infeksi, kerusakan luka, dan malunion atau non union

meningkat pada pola cedera-energi yang tinggi.

Fasciotomy

Adanya bukti terjadinya kompartemen syndrome yang merupakan

indikasi untuk dilakukan fasciotomy pada semua empat otot

kompartemen tungkai bawah (anterior, lateral, superfisialdan deep

posterior) melalui satu atau beberapateknik insisi.Setelah operasi

fiksasi fraktur.

IX. KOMPLIKASI(3)

o Malunion: Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan

posisi anatominya.

o Nonunion: Hal ini terkait dengan cedera- berkecepatan tinggi, fraktur

terbuka (terutama Gustilo grade III), infeksi, fibula yang intak, fiksasi

yang tidak adekuat dan fraktur yang pada awalnya mengalami

pergeseran.

o Dapat terjadi infeksi.

o Dapat terjadi kekakuan pada lutut dan / atau pergelangan kaki.

o Nyeri pada lutut: Hal ini merupakan komplikasi yang paling umum

yang berhubungan dengan IM tibialnailing.

o Kerusakanhardware: Kerusakan nail dan locking screwtergantung

pada ukuran nailyang digunakan dan jenis logamnya. Reamed nail

yang lebih besar memiliki cross screw yang lebih besar; insidens

Page 20: 249771857 Fraktur Tibia

kerusakan nail dan screw lebih besar pada undreamed nail yang

memanfaatkan locking screw dengan diameteter- kecil.

o Nekrosis akibat suhu dari diafisis tibiadengan reaming merupakan hal

yang tidak biasa dan merupakan komplikasi yang serius. Risiko

meningkat dengan penggunaan reamer yang tumpul dan reaming

dengan kontrol tourniquet.

o Reflex simpatik distrofi: Hal ini merupakan hal yang paling umum

terjadi pada pasien yang tidak bisa menggunakan bear weight

earlydan dengan imobilisasi cast yang lama. Hal ini ditandai dengan

nyeri dan bengkak yang diikuti oleh atrofi ekstremitas. Tanda-tanda

radiografi adalah demineralisasi bercak-bercak pada kaki dan distal

tibia serta pergelangan kaki equinovarus. Hal tersebut diobati dengan

stoking kompresi elastis, weight bearing, blok simpatis, dan orthoses

kaki, disertai dengan terapi fisik yang agresif.

o Kompartemen syndrome: Kompartemen anterior merupakan

kompartemen yang paling sering terkena. Tekanan tertinggi terjadi

pada saat reduksi terbuka atau tertutup. Hal ini memerlukan fasiotomi.

Kematian otot terjadi setelah 6 sampai 8 jam. Kompartemen syndrome

deep posterior mungkin terlewatkan karena tidak terkenanya

kompartemen superficial diatasnya, dan menyebabkan claw toes.

o Cedera neurovaskular: Cedera vascular jarang terjadi kecuali jika

cedera berkecepatan tinggi, adanya pergeseran nyata, sering pada

fraktur terbuka. Hal ini paling sering terjadi pada arteri tibialis anterior

yang melintasi membran interoseustungkai bawah bagian proksimal.

Hal ini mungkin memerlukan saphenous vein interposition graft.

Nervus peroneal komunis rentan terhadap cedera langsung pada fibula

proksimal serta fraktur dengan angulasi varus yang signifikan. Traksi

yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada saraf, dan cetakan

cast/ paddingyang tidak adekuat dapat mengakibatkan neurapraksia.

o Dapat terjadi emboli lemak.

Page 21: 249771857 Fraktur Tibia

o Deformitas claw toes. Hal ini terkait dengan jaringan parut pada

tendon ekstensor atau iskemia dari posterior otot kompartemen.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: 249771857 Fraktur Tibia

1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of

Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.

2. Bucholz, Robert W.; Heckman, James D. Fractures of The Tibia and Fibula.

In: Court-Brown, Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th

Edition. UK: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p. 1868-76.

3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D.Handbook of Fractures, 4th Edition.

USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.p. 464-75.

4. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s Atlas of Anatomy 12th edition. New York:

Lippincott William Wilkins. 2009.p. 422-5.

5. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy.

2th Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.

6. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New

York: Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.

7. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer.

2006. 59-60.

8. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.

Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.

Page 23: 249771857 Fraktur Tibia

LAMPIRAN