Upload
phungnga
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Operasional
2.1.1 Pengertian Manajemen Operasional
Manajemen operasional menurut Richard B. Chase (2004:6) “Operations
management is defined as the design, operation and improvement of the system that
create and deliver the firm’s primary product and service”. Dimana artinya adalah
“Manajemen operasional didefinisikan sebagai gambaran, proses operasi dan
perbaikan atau pengawasan dari sistem-sistem yang menghasilkan produk utama atau
jasa suatu perusahaan.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009 : 78), manajemen operasi
adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa
dengan menambah input menjadi output.
Jadi disini secara jelas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional
adalah bentuk aktivitas proses operasi, pengendalian dan pengawasan dari proses
tersebut agar proses tersebut dapat menghasilkan nilai dalam bentuk barang maupun
jasa yang diinginkan.
2.1.2 Pendekatan Manajemen Operasional
Menurut Mintzberg (2004:172) pendekatan operasional (operational
approach) terhadap teori dan ilmu manajemen adalah mengumpulkan pengetahuan
yang berkaitan dalam bidang manajemen sambil menghubungkannya dengan
pekerjaan manajerial yakni apa yang dilakukan oleh para manajer. Pendekatan ini
mencoba memadukan konsep-konsep, prinsip dan teknik-teknik yang menyokong
tugas-tugas manajemen.
8
9
2.2 Peramalan
Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk
suatu produk atau beberapa produk dalam periode tertentu di masa yang akan datang.
Menurut Heizer dan Render (2009 : 162), peramalan (forecasting) adalah seni
dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di yang akan datang. Hal ini dapat
dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke
masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Hal tersebut juga
merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau dapat pula menggunakan
kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari
seorang manager.
Menurut Pujawan (2005 : 87) menyatakan bahwa peramalan permintaan
adalah kegiatan untuk mengestimasi besarnya permintaan terhadap barang barang
atau jasa tertentu pada suatu periode dan wilayah pemasaran tertentu.
Menurut Manahan Tampubolon (2004 : 40) peramalan merupakan
penggunaan data untuk menguraikan kejadian yang akan datang di dalam
menentukan sasaran yang dikehendaki.
Metode peramalan (forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam
perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang industri. Peranan
mempunyai peranan langsung pada peristiwa eksternal yang pada umumnya berada
di luar kendali manajemen : ekonomi, pelanggan, pesaing, pemerintah dan lain-lain.
Aktivitas manajemen operasi umumnya menggunakan peramalan permintaan dan
perencanaan yang menyangkut jadwal produksi, perencanaan pemenuhan kebutuhan
bahan baku, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan distribusi barang,
penentuan tata letak, penentuan metode proses produksi, dan mendesain perencanaan
kebutuhan mendatang.
Menurut jurnalnya, “Forecasting to support operations is the application
area where OR first contributed, and it remains important, with research yielding
new results through both improved methods and organizational processes.” Yang
artinya “Peramalan untuk mendukung operasional adalah suatu area penerapan atau
kontribusi utama dan itu merupakan hal penting dengan hasil penelitian terbaru
meliputi metode yang akan dipakai atau proses pada organisasi”
10
Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang
stabil karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat
dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat komplek dan dinamis. Peramalan
yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan manajemen.
Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi bahwa peristiwa dan tingkat
kegiatan yang akan tidak mungkin dapat dicapai. Oleh karena itu ketika perusahaan
tidak dapat melihat kejadian yang belum pasti terjadi maka diperlukan waktu, tenaga
agar dapat memiliki kekuatan jika kejadian yang akan datang tidak sesuai dengan apa
yang ingin dicapai.
Melalui metode peramalan ini, perusahaan melakukan kegiatan untuk
mencapai target pada waktu yang ingin dicapai atau waktu yang akan datang serta
meperhitungkan kondisi yang mungkin terjadi . kondisi yang akan akan datang tidak
dapat diperkirakan secara pasti sehingga mau tidak mau perusahaan harus bekerja
dengan orientasi pada waktu yang akan datang yang tidak pasti.
Untuk membuat peramalan dengan menggunakan pola data dengan asumsi
bahwa pola data yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang.
Walaupun demikian, kegiatan forecasting tidaklah semata-mata berdasarkan
prosedur ilmiah atau terorganisir, karena ada kegiatan peramalan yang menggunakan
intuisi (perasaan) atau lewat diskusi informal dalam sebuah grup. Berikut beberapa
ciri sebuah kegiatan peramalan, yaitu:
1. Berfokus pada masa lalu
2. Bertujuan untuk menguji perkembangan saat ini dan relevansi di masa
yang akan datang
3. Metode yang digunakan adalah proyeksi berdasarkan ilmu statistik,
diskusi, dan review program.
4. Frekuensinya bersifat regular (teratur).
5. Hasil peramalan tidak sekedar akurasi, namun bersifat pembelajaran.
Dari ciri-ciri diatas, dapat dilihat bahwa peramalan adalah kegiatan yang
bersifat teratur, berupa perkiraan masa yang akan datang dengan menggunakan tidak
11
hanya metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat
kualitatif, seperti perasaan, pengalaman seseorang dan lainnya.
2.2.1 Peramalan Horizon Waktu
Menurut Heizer dan Render (2009 : 163) berpendapat bahwa peramalan
biasanya diklarifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang
dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori:
1. Peramalan Jangka Pendek
Peramalan ini meliputi jangka waktu yaitu satu tahun, tetapi umumnya
digunakan dengan itungan bulanan. Peramalan ini digunakan untuk merencakan
penjualan, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja pembelian, dan
tingkat produksi.
2. Peramalan Jangka Menengah
Peramalan jangka menengah atau intermediate mencakup hitungan lebih dari
tiga bulan hingga 3 tahun. Peramalan ini biasanya digunakan untuk penjualan,
perencanaan, dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam
rencana operasi.
3. Peramalan Jangka Panjang
Peramalan jangka panjang umumnya untuk sebagai perhitungan tiga tahun
atau lebih. Biasanya digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan
modal, lokasi atau pengembangan fasilitas.
2.2.2 Jenis Peramalan
Perusahaan pada umumnya menggunakan tiga jenis peramalan yang utama
dalam perencanaan operasi untuk masa yang akan datang. Menurut Heizer, dan
Render, (2009 : 164) :
1. Peramalan ekonomi (Economic forecast) menjelaskan siklus bisnis
dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan modal, dana yang
dibutuhkan untuk membangun perencanaan indokator yang lain.
12
2. Peramalan teknologi (techonological forecast) memperhatikan
tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru
yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi
permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini
disebut juga peramalan penjualan, dimana mengendalikan produksi,
kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan
keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
2.2.3 Pendekatan Peramalan
Terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara
mengatasi semua model keputusan. Pendekatan yang satu adalah analisis kuantitatif
dan pendekatan lain adalah analisis kualitiatif.
1. Peramalan kuantitatif (Quantitative Forecast) menggunakan model
matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab
akibat untuk meramalkan permintaan.
2. Peramalan subjektif atau kualitatif (Qualitative Forecast)
menggabungkan faktor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan
sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal.
2.2.4 Metode Peramalan Kuantitatif
Metode peramalan kuantitatif terdiri dari peramalan deret waktu (time series)
dan peramalan sebab akibat. Kedua metode kuantitatif ini mendasarkan
peramalannya adalah pada data lalu dengan menggunakan predictor untuk masa yang
akan datang. Dengan mengelola data yang sebelumnya maka melalui metode Time
Series atau kausal akan sampai pada suatu hasil peramalan.
1. Peramalan deret waktu (Time Series)
Peramalan ini dilakukan berdasarkan data-data dari suatu produk yang
sudah ada sebelumnya, kemudian diolah pola datanya berupa trend maupun
berbentuk siklus.
2. Peramalan sebab akibat (causal)
Peramalan ini dilakukan berdasarkan data yang sudah ada sebelumnya,
tetapi menggunakan data dari variabel lain yang menentukan atau
13
mempengaruhinya di masa yang akan datang, seperti penduduk, pendapatan,
dan kegiatan ekonomi.
Jay Heizer dan Barry Render dalam buku Manajemen Operasi (2010 : 170-
175), metode - metode peramalan kuantitatif, terdiri dari :
1. Pendekatan Naif (Naive Method)
Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan
di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir.
Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan
model peramalan objektif yang paling efektif danefisien dari segi biaya.
Paling tidak, pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan
dengan model lain yang lebih canggih.
2. Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu
untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa kita
ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan
prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut :
Dimana (n) adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
3. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Pemilihan bobot
merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan
mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan
pengalaman. Sebagai contoh, jika bulan atau periode terakhir diberi bobot
yang terlalu berat, peramalan dapat menggambarkan perubahan yang terlalu
cepat yang tidak biasa pada permintaan atau pola penjualan.
Rata-rata bergerak dengan pembobotan akan digambarkan secara sistematis
sebagai berikut
14
4. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing)
Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode
ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus
penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Peramalan
baru =
Peramalan
periode
terakhir
+α (Permintaan sebenernya periode
terakhir – peramalan periode terakhir)
dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat
dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan
rumus diatas juga dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut :
Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)
dimana :
Ft = Peramalan baru
Ft-1 = Peramalan sebelumnya
α = Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1)
At-1 = Permintaan aktual periode lalu
Untuk memperoleh forecasting yang lebih akurat, kita dapat membandingkan
nilai forecasting dengan nilai aktual yang terjadi. Semakin kecil perbedaan antara
nilai hasil forecasting dan nilai aktual, artinya tingkat kesalahan semakin kecil dan
metode forecasting yang digunakan relatif benar. tingkat kesalahan forecasting
(forecast error) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Forecast Error = Demand – Forecast
15
5. Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trenn (Exponential
Smoothing with Trend)
Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan
diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung tren rata-rata data penghalusan
eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan (lag) positif atau negatif
pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-
rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α
untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, kita menghitung rata-rata dan tren untuk
setiap periode. Rumus Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Tren adalah
sebagai berikut:
Ft = α (At-1) + (1-α) (Ft-1 + Tt-1) ,Tt = β (Ft-Ft-1) + (1-β) Tt-1
Dimana :
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data
berseri pada periode t
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
At = permintaan aktual periode t
α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1)
β = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ β ≤ 1)
6. Proyeksi Regresi Linear (Linear Regression)
Proyeksi Regresi Linear merupakan suatu metode peramalan yang
mencocokan garis tren pada serangkaian data masa lalu,
kemudianmemproyeksikan garis pada masa mendatang untuk peramalan
jangka menengah atau jangka panjang.
Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression adalah sebagai
berikut :
y = a + bx
dimana:
y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi
a = persilangan sumbu y
16
b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk
perubahan yang terjadi di x
x = variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).
Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini :
dimana :
b = kemiringan garis regresi
∑ = tanda penjumlahan total
X = nilai variabel bebas yang diketahui
y = nilai variabel terkait yang diketahui
a= ȳ - bx̄
dimana:
ȳ = rata-rata nilai y
x̄= rata-rata nilai x
2.2.5 Menghitung Kesalahan Peramalan
Menurut Freddy Rangkuti (2005 : 80) menyatakan keharusan untuk
membadingkan perhitungan yang memiliki nilai MAD (Mean Absolute Deviation)
paling kecil, karena semakin kecil MAD berarti semakin kecil pula perbedaan antara
hasil forecasting dan nilai aktual.
Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 ; 177), ada beberapa
perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total.
Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang
berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan baik.
Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean
Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rata-rata (Mean Squared Error –
MSE), dan kesalahan persen mutlak rata-rata (Mean Absolute Percent Error –
MAPE).
17
1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan
untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah
nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah
periode data n. Rumus untuk menghitung MAD adalah sebagai
berikut :
2. Kesalahan Rata-Rata Kuardrat (Mean Square Error)
MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan
keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai
yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE
adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena
adanya pengkuadratan. Rumus untuk menghitung MSE adalah
sebagai berikut :
3. Kesalahan persen Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Percentage
Error = MAPE)
2.3 Persediaan
2.3.1. Pengertian Persediaan
18
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancarr yang
jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena
persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran sistem operasi
perusahaan. Persediaan juga merupakan bentuk investasi, dari mana keuntungan
(laba) bisa diharapkan melalui penjualannya di kemudian hari.
Menurut Assuari (2008: 169) persediaan adalah “suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam
pengerjaan/proses produksi, atau persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaannya dalam proses produksi”.
Menurut jurnalnya, “Inventory is going to be used at the customer's discretion
and then either shipped back to the customer for further processing or shipped to the
customer's customer” yang artinya “Persediaan digunakan untuk kebijaksanaan
pelanggan dan pengiriman balik ke pelanggan untuk proses pengiriman lebih lanjut
pada pelanggan ke pelanggan.”
Menurut Nasution, Arman Hakim (2006 : 103), persediaan adalah sumber
daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Proses lebih
lanjut adalah berupa kegiatan produksi dalam sistem manufaktur, kegiatan
pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem
rumah tangga. Persediaan merupakan sumber daya disamping yang dapat digunakan
untuk memuaskan kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Bahan baku, barang
dalam proses dan barang jadi merupakan contoh dari persediaan. Semua organisasi
memiliki tipe – tipe sistem pengendalian dan perencanaan persediaan. Perusahaan
selalu berusaha untuk mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat persediaan di
tangan (on hand), sementara itu di sisi lain pelanggan menjadi sangat tidak puas
ketika jumlah persediaan mengalami kehabisan (stock out). Oleh karena itu
perusahaan harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi
persediaan dan tingkat layanan pelanggan dan minimasi biaya merupakan faktor
penting dalam membuat keseimbangan ini.
Manajemen Persediaan merupakan suatu cara untuk mengendalikan
persediaan agar dapat melakukan pemesanan dengan tepat, yaitu dengan biaya yang
19
optimal. Oleh karena itu, konsep mengelola sangat penting diterapkan oleh
perusahaan agar tujuan efektifitas dan efisiensi tercapai. Karena semua organisasi
mempunyai beberapa jenis perencanaan dan pengendalian persediaan.Manajemen
persediaan juga merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan
kompetitif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas
berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja yang kurang baik, waktu
tenggang (lead time), dan profitabilitas keseluruhan adalah hal – hal yang
dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang
lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah.
Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk
memenangkan kompetitif.
2.3.2 Peranan Persediaan
Pada dasarnya peranan persediaan adalah untuk mempermudah dan
memperlancar jalannya sistem operasi perusahaan yang harus dilakukan secara
berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya ke
pelanggan, menurut Barry Render and Jay Heizer (2006:310) Persediaan berguna
untuk :
1. Menghindari menumpuknya persediaan barang-barang di gudang
secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada
dalam pasaran.
2. Mempertahankan stabilitas atau kelancaran sistem operasi perusahaan
3. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-
bahan yang dibutuhkan perusahaan
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal
5. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.
6. Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan
atau penjualannya. Persediaan sangat penting artinya bagi suatu
perusahaan karena berfungsi menggabungkan antara operasi yang
berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya
kepada konsumen. Adanya persediaan dapat memungkinkan bagi
perusahaan untuk melaksanakan operasi produksi, karena faktor
20
waktu antara oprasi itu dapat dihilangkan sama sekali atau
diminimumkan.
2.3.3 Fungsi Persediaan
Istilah persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala
sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya perusahaan yang disimpan dalam
antisipasi pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya internal
ataupun eksternal meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses,
barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan
komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk
perusahaan.
Berdasarkan pendapat Tampubolon (2004: 190) pentingnya mengefektifkan
sistem persediaan bahan, efisiensi, operasional perusahaan dapat
ditingkatkan melalui fungsi persediaan dengan mengefektifkan fungsi
sebagai berikut :
1. Fungsi decoupling
Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decople,
dengan mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah, contohnya
perusahaan manufaktur, skedul perakitan mesin
2. Fungsi economic size
Penyimpanan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas
pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses
konversi, serta di dukung gudang yang memadai.
3. Fungsi antisipasi
Merupakan penyimpanan bahan yang fungsinya sebagai penyelamatan jika
sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan barang dari pemasok.
Tujuan utamanya adalah untuk menjaga proses produksi agar tetap berjalan
dengan lancar.
Adapula fungsi fleksibilitas yaitu :
21
a) Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
b) Untuk memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang
diperkirakan akan terjadi.
c) Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena
membeli dalam jumlah banyak dan biasanya ada diskon.
d) Untuk menghindari terjadinya kekurangan stock yang dapat terjadi
karena faktor seperti cuaca, kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan
pengiriman, dan lain-lain.
e) Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
f) Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam
proses.
2.3.4 Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan
bisnisnya.Setiap jenisnya memunyai karakteristik khusus dan cara
pengelolaannya juga berbeda. Jenis- jenis persediaan dapat dibedakan
sebagai berikut menurut Sofjan Assauri (2008:171) :
1) Persediaan bahan baku (Raw Material Stock)
Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam
ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan
baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan nya.
2) Persediaan bagian produk (Purchased part)
Persediaan barang-barang yang terdiri dari part atau bagian yang
diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung
diassembling dengan part lain, tanpa melalui proses produksi
sebelumnya.
3) Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang
perlengkapan (Supplies stock)
Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlihatkan
dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau
22
yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work
in process / progress stock)
Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam
satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk,
tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang
jadi.
5) Persediaan barang jadi (Finished goods stock)
Barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
2.3.5 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan penting bagi semua jenis perusahaan karena
kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efesiensi penggunaan
dalam persediaan. Pada produk, pengendalian persediaan ditekankan pada
pengendalian material. Pada jasa, pengendalian diutamakan pada material dan
banyaknya pada jasa pasokan karena konsumsi yang sering kali bersamaan
dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan. Pengendalian
persediaan ini meliputi perencanaan persediaan jadwal untuk pemesanan,
pengaturan penyimpanan, dan lainnya.
Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pemilihan karyawan, pelatihan dan displin yang baik, khususnya bagi
karyawan yang mempunyai akses langsung dengan persediaan barang,
contohnya : supermarket, rumah makan, bagian kasir Bank, gudang.
Pengendalian yang ketat saat kiriman barang yang datang dari pabrik.
Pengendalian yang efektif atas semua barang yang keluar dan masuk,
serta fasilitas perusahaan. Misalnya dengan pengamatan atau
pengawasan langsung.
23
2.3.5.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Menurut pendapat Assauri (2006 : 176) : “Pengawasan atau pengendalian
persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang
berurutan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut
sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah,
kuantitas, maupun biayanya.”
Menurut jurnalnya, “Pengendalian persediaan adalah suatu aktivitas untuk
menetapkan besarnya persediaan dengan memperhatikan keseimbangan antara
besarnya persediaan yang disimpan dengan biaya-biaya yang ditimbulkannya.”
Untuk mengendalikan persediaan maka harus memenuhi persyaratan-
persyaratan menurut Sofjan Assauri (2008:176) adalah sebagai berikut :
a. Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan
tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau
barang tertentu.
b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat
dipercaya terutama penjaga gudang.
c. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau
barang.
d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang
e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan
yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang
f. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara
langsung
g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah
dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan
barang-barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman.
h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.
2.3.6 Biaya-Biaya Persediaan
Ada beberapa biaya dalam persediaan yang menjadi faktor yang perlu
diperhitungkan oleh perusahaan menurut Freddy Rangkuty (2004:16) adalah sebagai
berikut :
24
1) Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carring cost) yaitu terdiri dari
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan,
biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan
yang dipesan semangkin banyak atau rata-rata persediaan semangkin tinggi.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain :
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,
pendingin ruangan, dan sebagainya)
b. Biaya modal (Opportunity cost of capital), yaitu alternatif
pendapatan atas dana yang di investasikan dalam persediaan.
c. Biaya keusangan.
d. Biaya perhitungan fisik
e. Biaya pajak persediaan
f. Biaya penanganan persediaan
g. Biaya barang rusak / barang retur
2) Biaya pemesanan atau pembeliaan (ordering cost atau
procrunement cost). Biaya –biaya ini meliputi :
a. Pemroresan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat-menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman dari gudang ke toko-toko
h. Biaya utang lancar dan sebagainya.
3) Biaya penyiapan (manufacturing) atau set up cost.Hal ini
terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi
sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi
biaya penyiapan(set up cost) untuk memproduksi komponen
tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :
a. Biaya persiapan tenaga kerja langsung
b. Biaya penjadwalan
c. Biaya ekspedisi dan sebagainya
25
4) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) adalah
biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya
permintaanbarang. Biaya-biaya yang termasuk biaya yang
kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
a. Kehilangan kesempatan penjualan
b. Kehilangan pelanggan
c. Jumlah quantity (pemesanan khusus)
d. Selisih harga atau biaya kesempatan menerima keuntungan
e. Terganggunya operasi
f. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
2.3.7 Sistem Pengendalian dan Perancanaan Persediaan
Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengani bagaimana mengelola
masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, untuk itu
diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem
ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan,
menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa
besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan
menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, sampai pada ke konsumen
dengan optimal. Yang dimaksud optimal disini adalah meminimasi biaya total yang
terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya
kekurangan persediaan.
Untuk menentukan pengendalian persediaan barang yang efektif maka
diperlukan tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan
pengendalian (Controlling). Adapun tujuan perencanaan persediaan adalah :
a. Agar jumlah persediaan bahan yang tersedia tidak terlalu banyak, artinya
dalam jumlah yang cukup efesien dan efektif.
b. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara
efesiensi dan efektif.
c. Implikasi penyediaan bahan yang efesiensi demi untuk kelancaran proses
produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah
yang memadai.
26
Untuk mengatur tingkat persediaan dalam jumlah,mutu dan waktu yang
tepat. Maka diperlukan pengendalian persediaan yang efektif dan efesien.
2.4 Economic Order Quantity (EOQ)
2.4.1 Pengertian Economic Order Quantity
Setiap perusahaan harus bisa mempertimbangkan dan menentukan jumlah
persediaan barang yang tepat agar tidak terjadi penumpukan barang dan supaya
biaya-biaya yang ditanggung tidak terlalu besar.
Menurut Pardede, Pontas M (2005:422), menyatakan bahwa Economic Order
Quantity menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali
pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
Menurut jurnalnya, “The classical economic order quantity (EOQ) model
assumes that items produced are of perfect quality and that the unit cost of
production is independent of demand”, yang artinya “Kuantitas pesanan ekonomis
(EOQ) dapat diasumsikan bahwa barang yang dihasilkan memiliki kualitas yang
sempurna dan biaya unit produksi adalah independen dari banyaknya permintaan.”
Model EOQ diatas hanya dapat dibenerkan apabila asumsi-asumsi berikut
dapat dipenuhi menurut Petty, William,Scott dan david (2005:278) adalah:
1. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ (Economic
Order Quantity) mengasumsikan permintaan konstan, permintaan
sesungguhnya mungkin bervariasi dari hari kehari.
2. Harga per unit konstan memasukan variabel harga yang timbul dari diskon
kuantitas dapat ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi
model awal, mendifinisikan kembali biaya total dan menentukan kuantitas
pesanan yang optimal.
3. Biaya pemesanan konstan, biaya penyimpanan per unit mungkin
bervariasi sangat besar ketika besarnya persediaan meningkat.
4. Biaya pemesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid,
pelanggan dapat diakomodir dengan memodifikasi model EOQ
27
(Economic Order Quntity) awal dengan cara yang sama dengan yang
digunakan untuk harga per unit variabel.
5. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang merupakan
kasus umum, maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus
dimodifikasi dengan cara memesan stock pengaman.
6. Pesanan yang independent, jika multi pesanan menghasil kan penghematan
biaya dengan mengurangi biaya administrasi dan transportasi maka model
EOQ awal harus dimodifikasi kembali.
Menurut pendapat Herjanto, Eddy (2007:245), EOQ merupakan salah satu
model klasik, diperkenalkan oleh FW Harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak
dalam teknik pengendalian dan paling banyak dipergunakan sampai saat ini karena
mudah penggunaannya.
Ada 3 cara dalam menentukan Economic Order Quantuity, yaitu :
1) Tabular Approach
Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach
dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau table jumlah pesanan dan
jumlah biaya per tahun.
2) Graphical Aproach
Penentuan jumlah pesanan economis dengan cara Graphical
approach dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carying cost dan
total cost dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order)
per tahun, sumbu vertical besarnya biaya dari ordering cost, carying cost dan
total costs.
3) Dengan menggunakan rumus (Formula Approach)
28
Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam
rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan jumlah
biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering costs sama dengan
Carying costs.
Untuk menghitung EOQ dapat dilakukan dengan rumus :
Dimana :
D = Jumlah Kebutuhan Barang (unit / tahun)
S / Co = Biaya Pemesanan atau Biaya Setup (rupiah / pesanan)
H / Ch = Biaya Penyimpanan (rupiah / unit / tahun)
EOQ/Q* = Jumlah Pemesanan (unit / pesanan)
Frekuensi pesanan (F), merupakan permintaan pertahun dibagi dengan jumlah
pesanan dalam satu tahun menunjukkan orders per period, sehingga
jumlah frekuensi pesanan yang palingekonomis adalah :
F = D/Q* F = Frekuensi Pemesanan
Jika 1 tahun sama dengan 365 hari, maka jangka waktu antar tiap pesanan
adalah :
T = Jumlah h ari kerja per tahun
Frekuensi
T = Jarak waktu antar pesanan (tahun, hari)
Titik pemesanan ulang (Reorder Point – ROP)
Titik pemesanan ulang (Reorder Point – ROP) adalah tingkat
persediaan dimana harus dilakukan pemasanan kembali.
29
Menurut Freddy Rangkuty (2004:83) adalah strategi operasi
persediaan merupakan titik pemesanan yang harus dilakukan suatu
perusahaan sehubungan dengan adanya Lead time dan safety stock.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah :
1. Lead time
Lead time adalah waktu dimana pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan bersifat konstan. Lead time mempengaruhi besarnya
bahan baku yang digunakan selama masa lead time.
Lead Time =
2. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan
dan biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu.
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan
minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga
kemungkinan keterlambata datangnya bahan baku, sehingga tidak
terjadi stagnasi.
30
Untuk menghitung Re-Order Point dapat dilakukan dengan rumus dari
Harjanto Eddy ( 2007:259-260) :
ROP = d x L
Atau
ROP = SS + (LT x DD)
Dimana :
DD = pemakaian rata-rata per hari (unit)
LT = waktu tenggang atau waktu hari kerja (lead time)
Safety Stock
Menurut Sofjan Assauri(2004:186), safety stock yaitu persediaan tambahan
yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi kekurangan
bahan (Stock Out). Berikut adalah beberapa metode penentuan safety stock :
Dalam menentukan safety stock terdapat metode yang dapat digunakan
oleh perusahaan sebagai berikut :
1. Intuisi
Persediaan ditentukan berdasarkan jumlah safety stock pengalaman
sebelumnya misalnya 1,5 kali; 1,4 kali dan seterusnya selama lead time.
2. Service level tertentu
Metode ini mengukur seberapa efektif perusahaan mensuplai permintaan
barang dari stocknya. Dalam perhitungan digunakan probalitas untuk
memenuhi permintaan, untuk itu diperlukan informasi yang
lengkap tentang probalitas berbagai tingkatan permintaan selama lead
31
time karena sering kali terjadi variasi. Variasi ini disebabkan oleh
fluktuasi lama lead time dan tingkat permintaan rata-rata.
3. Permintaan dengan distribusi empiris.
Metode ini didasarkan pada pengalaman empiris dimana dalam penentuan
stock didasarkan pada kondisi riil yang dihadapi oleh perusahaan.
4. Permintaan distribusi normal
Permintaan yang dilakukan oleh beberapa pelanggan memiliki
jumlah yang bebeda-beda, walaupun demikian dengan menggunakan
asumsi permintaan bersifat total akan dapat dilakukan perhitungan
dengan distribusi normal.
5. Permintaan berdistribusi Poisson
Pada saat jumlah permintaan total merupakan permintaan dari beberapa
pelanggan dimana setiap pelanggan hanya membutuhkan sedikit barang,
maka sedikt sekali kemungkinan produsen akan memenuhi kebutuhan
satu pelanggan dalam jumlah yang besar.Dengan adanya rata-rata tingkat
pemesanan yang konstan dan interval waktu jumlah pemesanan tidak
tergantung pada yang lainnya,maka penentuan safety stocknya dapat
menggunakan pendekatan distribusi poisson dengan syarat jumlah
permintaan rata-rata selama lead time sama atau kurang dari 20.
6. Lead time tidak pasti
Adanya jumlah permintaan yang tidak pasti pada periode tertentu akan
berakibat lead time untuk setiap siklus pemesanan bervariasi. Untuk itu
perusahaan akan berusaha menyediakan safety stock atau buffer
stock selama lead time.
7. Biaya stock out
Peningkatan biaya penyimpanan akan meningkat service level, sehingga
semua usaha yang digunakan untuk menutup semua level yang
32
memungkinkan pada saat terjadi lead time permintaan merupakan tujuan
yang sangat sulit dicapai. Untuk semua produk, permintaan
maksimum akan lebih murah dibandi nngkan dengan terjadinya
stockout.Permasalahannya adalah menentukan tingkat safety stock yang
dapat menyeimbangkan biaya penyimpanan dengan biaya safety stockout.
Untuk menafsir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif
lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut :
1) Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata.
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian
maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu
(misalnyaperminggu), kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time.
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead Time
2) Metode Statistika. Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode
ini, maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square).
2.4.2 Meminimalisasi Biaya
Tujuan dari kebanyakan model persediaan adalah untuk meminimisasi biaya
total (keseluruhan). Dengan biaya – biaya yang biasanya ada di perusahaan, biaya
yang signifikan adalah biaya pemasangan (pemesanan) dan biaya penahanan
(penyimpanan). Biaya – biaya yang lainnya, seperti biaya persediaan itu sendiri,
sifatnya konstan. Maka, dengan meminimisasi jumlah biaya pemasangan dan
penahanan, kita juga meminimisasi biaya total.
Dengan model EOQ, jumlah pesanan yang optimal akan muncul di titik
dimana biaya pemasangan totalnya sama dengan biaya penahanan total.
Adapula persamaan yang langsung mencari nilai Q* atau EOQ, tahapannya adalah :
1. Mengembangkan persamaan untuk biaya pemasangan atau pemesanan
2. Mengembangkan persamaan untuk biaya penahanan atau
penyimpanan
3. Menetapkan biaya pemasangan sama dengan biaya penahanan
33
4. Menyelesaikan persamaan dengan hasil angka jumlah pesanan yang
optimal.
Dengan menggunakan variabel–variabel dibawah ini, kita dapat menentukan
biaya pemasangan dan penyimpanan, sehingga didapatkan nilai Q* :
Q = Jumlah barang setiap pesanan
Q* = Jumlah optimal barang per pesanan (EOQ)
D = Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit
S = Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penahanan atau penyimpanan per unit per tahun
1. Biaya Pemasangan tahunan atau Biaya Pemesanan (Ordering Cost) =
(Jumlah pesanan yang dilakukan per tahun) (Biaya pemasangan atau
pemesanan setiap kali pesan) atau,
= (Permintaan tahunan / Jumlah barang setiap pemesanan) (Biaya
pemesanan atau pemasangan setiap pesanan)
= (D/Q) (S)
2. Biaya Penyimpanan tahunan atau Biaya Penahanan (Holding Cost) =
(Tingkat persediaan rata – rata) (Biaya penyimpanan per unit per tahun)
atau,
=(Jumlah pesanan / 2) (Biaya penyimpanan per unit per tahun.
=(Q/2)(H)
34
3. Jumlah pesanan optimal ditemukan pada saat biaya pemasangan tahunan
sama dengan biaya penyimpanan tahunan, yakni :
= (D/Q) (S) = (Q/2) (H)
= S
4. Untuk mendapatkan biaya total, maka dapat dihitung dengan menggabungkan
Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan, yakni :
TC = (D/Q) (S) + (Q/2) (H)
= S
2.5 QM for Windows
Pada penelitian ini di gunakan software QM for Windows. QM for Windows
adalah sebuah software yang dirancang untuk melakukan perhitungan yang
diperlukan pihak manajemen untuk mengambil keputusan di bidang produksi dan
pemasaran. Software ini dirancang oleh Howard J. Weiss tahun 1996 untuk
membantu menejer produksi khususnya dalam menyusun prakiraan dan anggaran
untuk produksi bahan baku menjadi produk jadi atau setengah jadi dalam proses
pabrikasi. Software ini dibekali beberapa modul, namun kali ini saya akan
membahas pengoperasian modul forecasting saja. Yang patut diketahui, software
ini dirancang hanya untuk membantu perhitungannya saja jadi kita harus dapat
menginterpretasikan masalah dan teori forecasting serta inventory.
35
2.6 Kerangka Pemikiran
CV. Andela Jaya
Forecasting
Linear Regression
Exponential Smoothing with Trend
Exponential Smoothing
Moving Averages
Weighted Moving
Averages
Naive Method
MAD dan MSE
EOQ
Safety Stock
Holding Cost
Ordering Cost
Ordering per Period
Reorder Point
Inventory
Implikasi Hasil Penelitian
(Rekomendasi)
36
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran