Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1. Pengertian Sistem
Menurut O`Brien (2005, p29), ”Sistem adalah sekelompok komponen
yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama
dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur.”
Menurut Stair & Reynolds (2006, p8), ”A system is a group of two or
more interrelated components or subsystems that serve a common purpose”.
Sistem didefinisikan sebagai sekelompok dua atau lebih komponen –
komponen yang saling berkaitan atau subsistem – subsistem untuk mencapai
tujuan yang sama.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan dari
komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, bekerja bersama
satu dengan yang lainnya dalam menerima masukan serta menampilkan
keluaran untuk mencapai tujuan suatu sistem tersebut.
2.1.2. Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2005, p13), “Informasi adalah data yang telah
diproses atau data yang telah memiliki arti dan kegunaan untuk pengguna
akhir tertentu.”
Menurut Gelinas (2006, p17), “Information is data presented in a form
that is useful in a decision-making activity”. Sehingga dapat diterjemahkan
10
informasi adalah data yang ditampilkan dalam bentuk yang berguna dalam
aktivitas pembuatan keputusan.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p5), “Information is data that
have been organized and processed to provide meaning to a user”. Yang
dapat diterjemahkan menjadi informasi adalah data yang telah diatur dan
diproses untuk menyediakan arti kepada user.
Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diproses
menjadi suatu bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya
dalam aktivitas pembuatan keputusan.
2.1.3. Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), “Sistem Informasi dapat merupakan
kombinasi teratur apapun dari orang – orang, hardware, software, jaringan
komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang tergantung pada
sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan
menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur
pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data
yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan peradaban.”
Menurut Whitten (2004, p12), “Sistem informasi adalah kumpulan dari
orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan informasi yang
dibutuhkan untuk mendukung perusahaan”.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi adalah
kombinasi teratur dari sumber daya yang ada yaitu: orang–orang, hardware,
11
software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah, menyimpan dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi.
Setiap bisnis perlu didukung oleh aliran informasi yang cepat untuk
membantu para pengambil keputusan. Aliran informasi ini berasal dari
organisasi itu sendiri dan pihak eksternal seperti pelanggan, pemasok dan
pihak – pihak yang berkepentingan terhadap organisasi, Berikut gambar 2.1
yang menggambarkan aliran informasi, biasa juga dikenal sebagai piramida
sistem informasi.
Gambar 2.1 Piramida Sistem Informasi (Sumber : Hall, 2008, p3)
2.1.4. Pengertian Akuntansi
Definisi akuntansi menurut Warren, et al. (2005, p8), “Accounting can
be defined as an information system that provides reports to stakeholders
about the economic activities and condition of a business.” Akuntansi dapat
diartikan sebagai sebuah sistem informasi yang menyediakan pelaporan –
pelaporan kepada pihak yang berkepentingan tentang aktivitas – aktivitas
ekonomi dan kondisi suatu bisnis.
12
Weygandt, et al. dalam bukunya (2005, p4) menjelaskan, “Accounting
is an information system that identifies, records, and communicates the
economic events of an organization to interested users.” Yang mana berarti
bahwa akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi suatu organisasi
kepada pihak yang berkepentingan. Jadi akuntansi sendiri sudah merupakan
sistem informasi, yang mana informasi yang terkandung di dalamnya adalah
keadaan – keadaan ekonomi suatu organisasi.
Menurut Stice, et al. (2004, p8), “Accounting is a service activity. Its
function is to provide quantitative information, primarily financial in nature,
about economic entities that is intended to be useful in making economic
decisions-in making reasoned choices among alternative courses of action.”
Akuntansi adalah sebuah aktivitas pelayanan. Fungsi akuntansi adalah untuk
menyediakan informasi kuantitatif, terutama keuangan sebagai dasar,
mengenai kesatuan ekonomi yang dimaksudkan untuk berguna dalam
pembuatan keputusan ekonomi yang didasarkan pada pilihan yang rasional
di antara rangkaian alternatif tindakan.
Dari definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
akuntansi adalah suatu ilmu yang terdiri dari sistem informasi dan
pengukuran yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan
informasi berupa laporan, atau informasi – informasi kuantitatif (khususnya
berkaitan dengan keuangan) yang terjadi dalam organisasi dan
diperuntukkan kepada pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan.
13
2.1.5. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2006, p5), “The Accounting Information
System is a subsystem of an MIS that provides accounting and financial
information, as well as other information obtained in the routine processing
of accounting transactions”. Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem
dari Sistem Informasi Manajemen yang menyediakan informasi akuntansi
dan keuangan sebagaimana informasi lain yang terdapat dalam proses rutin
dari transaksi akuntansi.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6) , “Accounting information
system is a system that collects, records, stores and processes data to
produce information for decision makers”. Sistem informasi akuntansi
adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan
memproses data untuk menghasilkan informasi bagi para pengambil
keputusan.
Menurut Gelinas, et al. (2005, p16), “Sistem Informasi Akuntansi
adalah suatu subsistem khusus dari Sistem Informasi Manajemen yang
bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi
yang berhubungan dengan transaksi-transaksi keuangan”.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Akuntansi
adalah suatu sistem berbasis komputer yang mengumpulkan, mencatat,
menyimpan, dan memproses data dengan tujuan untuk menghasilkan
informasi keuangan yang berguna bagi pemakai didalam dan diluar
perusahaan.
2.1.6. Tujuan Dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
14
Adapun tujuan sistem informasi akuntansi menurut Romney (2006,
p7), “Collect and store data, transform data into information that is useful
for making decisions, provide adequate controls to safeguard the
organization’s assets”, yang dapat diartikan sebagai mengumpulkan,
menyimpan dan mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi
pengambilan keputusan, serta menyediakan pengendalian yang memadai
untuk menjaga asset organisasi.
Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi menurut Jones dan Rama
(2006, p6-7) antara lain :
a. Menghasilkan External Report
Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan
laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor,
kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain.
b. Mendukung Aktivitas Rutin
Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani
aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan.
Contohnya meliputi : melayani pemesanan pelanggan, pengiriman barang
dan jasa, penagihan kepada pelanggan, dan penerimaan kas.
c. Pengambilan Keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin pada
semua level dari organisasi. Contohnya meliputi : mengetahui barang
yang penjualannya baik dan pelanggan yang paling banyak melakukan
pembelian.
d. Perencanaan dan Pengendalian
15
Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian.
e. Implementasi Pengendalian Internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi
yang digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan dari kerugian
atau pencurian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p8-9), ”Sebuah sistem
informasi akuntansi yang dirancang dengan baik, dapat melakukan hal – hal
berikut ini, yaitu :
a. Meningkatkan kinerja dan menurunkan biaya dari barang dan jasa
b. Meningkatkan efisiensi
c. Meningkatkan pengambilan keputusan
d. Membagi pengetahuan.”
2.1.7. Komponen – Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p 6-7) dapat disimpulkan
bahwa sistem informasi akuntansi terdiri dari 6 komponen, yaitu :
a. People, mengoperasikan sistem dan menampilkan berbagai fungsi
b. Procedures and instructions, baik manual maupun otomatis termasuk
dalam kegiatan pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data tentang
kegiatan organisasi
c. Data, tentang organisasi dan proses bisnis organisasi
d. Information technology infrastructure, termasuk computer, perangkat
peripheral, dan peralatan jaringan komunikasi yang digunakan untuk
16
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mentransformasikan data
dan informasi.
e. Internal control and security measure, menjaga keamanan data dalam
sistem informasi akuntansi.
2.1.8. Siklus Pemrosesan Transaksi Pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p30 ), ”Siklus pemrosesan
transaksi pada sistem merupakan rangkaian aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian,
produksi, sampai akhirnya penjualan barang atau jasa. Siklus transaksi pada
perusahaan dapat dibagi menjadi 5 subsistem, yaitu :
1. Revenue cycle (Siklus Pendapatan), berupa transaksi penjualan dan
penerimaan kas.
2. Expenditure Cycle (Siklus Pengeluaran), berupa transaksi pembelian dan
pengeluaran kas.
3. Human Resource / Payroll Cycle (Siklus Sumber Daya Manusia), berupa
transaksi yang berhubungan dengan perekrutan dan pembayaran atas
tenaga kerja
4. Production Cycle (Siklus Produksi), berupa transaksi yang berhubungan
dengan pengubahan bahan mentah menjadi produk / jasa yang siap untuk
dijual.
5. Financing Cycle (Siklus Keuangan Perusahaan), berupa transaksi yang
berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditur.”
2.1.9. Karakteristik Informasi Yang Berguna
17
Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p6 ), “beberapa karakteristik
suatu informasi yang berguna adalah sebagai berikut :
a. Relevant, informasi disebut relevan apabila informasi tersebut dapat
mengurangi ketidakpastian dan mendukung pengambilan keputusan.
b. Reliable, informasi disebut reliable apabila informasi tersebut bebas dari
kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian atau
aktivitas dalam perusahaan.
c. Complete, informasi disebut lengkap apabila informasi tersebut tidak
menghilangkan aspek penting akan pemahaman kejadian atau aktivitas
yang diukurnya.
d. Timely, informasi disebut tepat waktu apabila informasi tersebut disajikan
pada waktu pengambil keputusan hendak membuat keputusan.
e. Understandable, informasi disebut dimengerti apabila informasi tersebut
disajikan dalam format yang bermanfaat dan dimengerti.
f. Verifiable, informasi dapat diverifikasi apabila 2 orang berpengetahuan
bertindak secara independen yang nantinya akan menghasilkan informasi
yang sama.
g. Accessible, informasi dapat diakses apabila informasi tersebut tersedia
bagi user ketika mereka membutuhkannya dan dalam format yang dapat
digunakan mereka.”
2.2. Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
2.2.1. Pengertian Pendapatan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009) :
18
- “Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti
penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty dan sewa” (PSAK
23 paragraf tujuan)
- “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.” (PSAK 23 paragraf 6)
2.2.2. Pengertian Siklus Pendapatan
Menurut Jones dan Rama (2006, p476), “Revenue cycle includes
customer inquiries, customer orders, providing goods or services, billing
customers, collecting cash and depositing cash”. Siklus pendapatan dimana
yang termasuk didalamnya terdapat pertanyaan pelanggan, pesanan
pelanggan, penyediaan barang atau jasa, penagihan pelanggan,
mengumpulkan kas dan deposito kas.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa siklus pendapatan
merupakan kumpulan aktivitas bisnis yang mengatur kegiatan pemrosesan
informasi yang terkait dimulai dari penerimaan pesanan dari pelanggan,
pengiriman barang atau jasa, proses penagihan sampai pengumpulan
pembayaran kas dari hasil penjualan tersebut
2.2.3. Informasi Yang Dibutuhkan Dalam Siklus Pendapatan
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p382–383), dapat
disimpulkan bahwa, informasi yang dibutuhkan dalam siklus pendapatan
yaitu :
19
a. Waktu respon ke pertanyaan pelanggan mengenai account balance dan
status order
b. Memutuskan apakah akan memperpanjang kredit kepada pelanggan
tertentu
c. Menentukan ketersediaan persediaan
d. Memilih metode untuk pengiriman produk atau jasa
e. Waktu yang dibutuhkan untuk menginput dan mengirimkan order
f. Persentasi penjualan yang dibutuhkan untuk order kembali
g. Tingkat dan tren kepuasan pelanggan
h. Analisis pasar saham dan tren penjualan
i. Analisis profitability melalui produk, pelanggan dan wilayah penjualan
j. Volume penjualan baik dalam dollar dan jumlah pelanggan
k. Efektifitas iklan dan promosi
l. Kinerja staff penjualan
m. Beban tak tertagih dan kebijakan kredit
2.2.4. Prosedur – Prosedur dalam Siklus Pendapatan
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p356), prosedur atau kegiatan kerja
dalam siklus pendapatan, diantaranya sebagai berikut :
a. Sales order entry ( Proses Penerimaan Pesanan )
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p356-362), dapat disimpulkan
bahwa: kagiatan siklus pendapatan suatu perusahaan dimulai dari
penerimaan pesanan pelanggannya. Proses penerimaan pesanan
pelanggan sendiri terdiri dari 3 tahap, yaitu :
20
1. Taking Customer Order, merupakan tahap dimana data pesanan
pelanggan dicatat kedalam sales order yang berupa nomor barang,
jumlah barang, harga dan keterangan penjualan lainnya.
2. Credit Approval, untuk penjualan kredit, maka harus melalui tahap
persetujuan kredit terlebih dahulu, artinya batasan kredit untuk seorang
pelanggan harus disetujui terlebih dahulu sebelum melakukan proses
lebih lanjut. Penentuan limit kredit seorang pelanggan tergantung dari
kebijakan manajemen perusahaan yang penentuannya berdasarkan
sejarah pembayaran kredit masing – masing pelanggan.
3. Checking Inventory Availability, merupakan tahap untuk mengecek
ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan untuk kemudian
diinformasikan kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal
pengiriman pesanan pelanggan.
b. Shipping ( Proses Pengiriman Barang )
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p363-365 ) dapat disimpulkan
bahwa kegiatan selanjutnya setelah penerimaan pesanan pelanggan adalah
pengisian pesanan pelanggan dan pengiriman pesanan pelanggan. Proses
ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu :
1. Picking And Packing The Order, merupakan tahap dimana fungsi
gudang akan menggunakan Picking ticket untuk mengidentifikasi jenis
dan jumlah masing – masing produk yang akan dikeluarkan dari
gudang. Barang yang dikerluarkan tersebut harus dihitung dan dicatat
dalam picking ticket, untuk kemudian diserahkan ke fungsi pengiriman
untuk dikirimkan
21
2. Shipping The Order, merupakan tahap dimana fungsi pengiriman akan
membandingkan jumlah fisik persediaan dengan jumlah yang ada pada
picking ticket dan sales order. Fungsi pengiriman akan membawa bill
of lading yang merupakan perjanjian legal dalam memberikan
tanggung jawab terhadap barang yang dikirimkan.
c. Billing ( Proses Penagihan )
Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p367-369 ) dapat disimpulkan
bahwa, kegiatan selanjutnya setelah proses pengiriman barang adalah
berkaitan dengan penagihan pelanggan. Proses ini terdiri dari 2 tahap,
yaitu :
1. Invoicing, merupakan tahap pemrosesan informasi yang di kumpulkan
kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order
sampai pada kegiatan pengiriman. Tahap ini menggunakan dokumen
Sales Invoice yang menegaskan pada pelanggan mengenai jumlah yang
harus dibayar oleh pelanggan dan kemana pelanggan harus
mengirimkan pembayaran.
2. Maintain Accounts Receivable, merupakan tahap dimana fungsi
pihutang dibagi menjadi 2 tugas utama yaitu menggunakan informasi
dalam invoice untuk men-debit akun pelanggan dan secara berkala
mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. Dua cara untuk
mengendalikan pihutang, antara lain sebagai berikut :
a. Open Invoice Method, Pelanggan biasanya membayar sejumlah
uang menurut masing – masing invoice. Biasanya, terdapat 2
rangkap invoice yang akan di kirimkan kepada pelanggan dimana 1
22
rangkap akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copy ini
dinamakan remittance advice.
b. Balance Forward Method, pelanggan biasanya akan melakukan
pembayaran sesuai dengan jumlah yang ada pada laporan bulanan,
yang kemudian dibandingkan dengan invoice satuan. Laporan
bulanan akan mendaftar semua transaksi termasuk penjualan dan
pembayaran yang ada selama bulan terakhir serta
menginformasikan kepada pelanggan mengenai jumlah saldo
piutang terakhir pelanggan bersangkutan.
d. Cash collection ( Proses Penerimaan Kas )
Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p371 ) dapat disimpulkan
bahwa, aktivitas siklus pendapatan diakhiri dengan penerimaan kas.
Fungsi kasir akan melaporkan penerimaan, menangani remittance
pelanggan dan menyetorkan uang yang diterimanya ke bank.
2.3. Sistem Pengendalian Internal atas Siklus Pendapatan
2.3.1. Pengertian Pengendalian internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p195), Berdasarkan COSO, “
Internal Control is a process effected by an entity’s board of directors,
management, and other personnel – designed to provide reasonable
assurance regarding the achievement of objectives”. Yang dapat
diterjemahkan menjadi pengendalian internal merupakan proses yang
dilakukan oleh entitas dewan direksi, manajemen, dan personel lain – yang
23
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan.
Menurut Jones dan Rama (2006, p13), “ Internal Control is the rules,
policies, procedures and information system used to ensure that a company’s
financial data are accurate and reliable and to protect a company assets
from loss or theft”. Yang dapat diterjemahkan sebagai berikut :
Pengendalian internal adalah peraturan, kebijakan, prosedur dan sistem
informasi yang digunakan untuk memastikan bahwa data keuangan
perusahaan yang akurat dan handal dan untuk melindungi aset perusahaan
dari kehilangan atau pencurian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu
proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi
informasi, yang terdiri atas kebijakan dan prosedur dalam operasional
perusahaan, yang dirancang untuk untuk mencegah dan mendeteksi
penggelapan (fraud), dan melindungi sumberdaya organisasi baik yang
berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi
atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang) dan akhirnya membantu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
2.3.2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO,
tujuan sistem pengendalian internal adalah :
a. Laporan keuangan yang dapat dipercaya
b. Efektifitas dan Efisiensi operasi
c. Pemenuhan terhadap hukum dan peraturan yang ditetapkan
24
2.3.3. Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO,
komponen - komponen dalam sistem pengendalian internal terdiri dari 5,
yaitu :
a. Control Environment
Yang menjadi inti dari semua bisnis terletak pada orang (user) nya,
seperti sifat masing – masing individu, termasuk integritas, nilai etika,
dan kemampuan serta lingkungan dimana mereka beroperasi.
b. Control Activities
Berkaitan dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang dijalankan
untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak
manajemen untuk menanggulangi resiko dan untuk mencapai tujuan
organisasi menjadi efektif.
c. Risk Assessment
Berkaitan dengan resiko yang harus diperhatikan perusahaan, dimana
perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan
penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas lainnya sehingga
dapat beroperasi dengan baik serta harus menyusun sebuah mekanisme
untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengatur resiko – resiko yang
berhubungan dengan masing – masing bagian.
d. Information And Communication
Berkaitan dengan sistem informasi dan komunikasi perusahaan yang
memungkinkan orang – orang perusahaan menerima dan saling bertukar
25
informasi yang dibutuhkan untuk mengatur, memimpin dan mengontrol
operasi yang ada
e. Monitoring
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian
intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau
sejalan dengan usaha manajemen.
2.4.Analisa Pemberian Kredit Pelanggan
Untuk memperkecil tingkat resiko dalam pemberian kredit, syarat-syarat yang
harus terpenuhi oleh calon debitur menurut Munawir (2007, p235) adalah 5 C, yaitu
1. Character
Keterangan mengenai sifat-sifat pribadi pelanggan, watak, dan kejujuran dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Adapun keterangan ini didapat
dari beberapa petunjuk dengan mengenal dari dekat: kumpulan keterangan
aktivitas perbankannya; dan dari pendapat rekan-rekan, pegawai dan saingan
mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, dan pergaulan sosialnya.
2. Capacity
Hal ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan pelanggan beserta stafnya,
baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
Kapasitas pelanggan dapat dilihat dari angka hasil produksi, angka penjualan
dan pembelian, perhitungan laba-rugi, dan data finansial lainnya.
3. Capital
26
Hal ini menunjuk pada posisi finansiil perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan dalam laporan keuangan dan rasio finansialnya. Dalam melakukan
penilaian ini perlu diperhatikan kemampuan jaminan untuk dijadikan uang
dalam waktu relatif singkat serta pengikatan barang yang menjadi kepentingan
jaminan.
4. Collateral
Collateral berarti jaminan. Hal ini menunjukkan besarnya jaminan atas kredit
yang diberikan ke pelanggan. Untuk itu, perlu diperhatikan kemampuan jaminan
untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat serta pengikatan barang yang
menjadi kepentingan jaminan.
5. Conditions
Hal ini mengacu pada kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor
usaha pelanggan yang dapat mempengaruhi perkembangan usahanya serta
kemampuan pelanggan untuk membayar.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002, p236), dalam pengelolaan pihutang
dagang perlu diperhatikan kebijakan kredit dalam penentuan penyeleksian
pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit.
1. Seleksi pemberian kredit (credit selection), adalah suatu keputusan dimana
seseorang/perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa
besar kredit yang akan diberikan. Dalam penyeleksian ini, digunakan analisa
pemberian kredit yang mencakup lima dimensi utama 5 C (Character, Capacity,
Capital, Collateral, and Conditions)
27
2. Standar kredit (Credit Standard), adalah persyaratan minimum untuk
memberikan kredit kepada pelanggan dengan alternatif kebijakan kredit sebagai
berikut : 2/10-n/30; 4/10-n/30; 2/20; 2/10-n/60. Pengambilan keputusan ini
mempertimbangkan beberapa variabel yang meliputi volume penjualan atas hasil
penjualan, investasi pada pihutang, dan biaya pihutang ragu-ragu.
3. Persyaratan kredit (Credit Terms), adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan
bagi pelanggan, terdiri dari tiga hal yaitu:
a. Diskon tunai, jika ada, misalnya : 2%
b. Periode diskon tunai, misalnya : 10 hari.
c. Periode kredit, misalnya 30 hari.
Perubahan salah satu aspek dari syarat kredit akan berpengaruh terhadap laba
secara keseluruhan.
Menurut Gitman (2006, p641), tujuan dari pengelolaan pihutang usaha yaitu
untuk mengumpulkan pihutang secepat mungkin tanpa kehilangan penjualan akibat
teknik penagihan. Dalam memenuhi tujuan tersebut, kebijakan kredit yang perlu
dilakukan perusahaan mencakup :
1. Credit selection and standard
a. Credit selection
Seleksi kredit meliputi teknik aplikasi untuk menentukan pelanggan mana
yang layak diberikan kredit. Teknik yang populer yaitu 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan Condition). Metode seleksi kredit lainnya
adalah dengan credit-scoring, yaitu sebuah metode yang menggunakan ukuran
high-volume/small-dollar dalam menanggapi permintaan pemberian kredit.
b. Credit Standard
28
Sedangkan strategi credit standard ditetapkan dengan meningkatkan volume
penjualan, investasi pada pihutang, dan biaya pihutang ragu-ragu. Dengan
mengubah credit standard, akan menghasilkan pengembalian dan nilai yang
lebih baik untuk pemiliknya.
2. Credit terms
Kebijakan credit terms adalah periode penjualan kepada pelanggan dengan
perpanjangan kredit oleh perusahaan. Sebagai contoh, peningkatan periode kredit
dari net 30 hari menjadi net 45 hari akan meningkatkan penjualan, dan secara
positif akan mempengaruhi profit. Cara lain yang ditawarkan perusahaan adalah
cash discount, yaitu persentase pengurangan dari harga pembelian untuk
membayar selama rentang waktu tertentu, contoh: 2/10 net 30, 4/10 net 30. 2/20
net 30, 2/10 net 60.
2.5. Konsep Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek
2.5.1. Pengertian Object Oriented Analysis and Design (OOAD )
Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), objek merupakan dasar dalam
Object Oriented Analysis And Design ( OOAD ). Object is an entity with
identity, state, and behavior). ( Objek adalah sebuah entitas yang terdiri dari
identitas, state dan behavior). Class is a description of collection of objects
sharing structure, behavioral pattern, and attributes”. (Class merupakan
sebuah deskripsi mengenai kumpulan objek – objek yang memiliki struktur,
behavioral pattern dan atribut yang sama). Jadi apabila suatu objek tidak
digambarkan secara sendiri – sendiri, melainkan merupakan gambaran
kumpulan objek – objek, maka di sebut kelas/class.
29
Menurut Mathiassen et al. (2000, p5), keuntungan dari OOAD adalah :
- Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem
- Suatu metode yang mempunyai hubungan diantara analisis berorientasi
objek, desain berorientasi objek, tampilan berorientasi objek, dan
pemrograman berorientasi objek.
- Merupakan konsep yang umum yang dapat di gunakan untuk memodel
hampir semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum
(natural language)
Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML (Unified
Modelling Language). UML hanya berfungsi sebagai notasi dan bukan
sebagai metode dalam melakukan modeling.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p14), analisis dan perancangan
berorientasi objek meliputi empat perspektif melalui empat aktivitas utama,
yaitu problem domain analysis, application domain analysis, architectural
design, dan component design, dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Kegiatan utama dan hasilnya dalam OOAD (Sumber : Mathiassen et al., p15)
30
2.5.2. Rich picture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p26), rich picture merupakan sebuah
gambaran informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk
menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang
berlangsung. Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna
untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem.
Jadi rich picture menggambarkan proses bisnis didalam suatu perusahaan,
yang didalamnya dapat terdiri dari orang, benda, peraturan dan organisasi.
2.5.3. Sistem Definition
Menurut Mathiassen et al. (2000, p24), system definition adalah
deskripsi atau uraian ringkas dari suatu sistem yang terkomputerisasi yang
dinyatakan dalam bahasa alami / natural. System definition harus singkat dan
tepat serta mengandung keputusan yang fundamental mengenai sistem itu
sendiri. Tujuan dari system definition menurut Mathiassen et al. (2000, p37),
adalah untuk memilih sistem aktual yang akan dikembangkan. Hal ini
dilakukan dengan mengklasifikasikan interpretasi, kemungkinan dan
konsekuensi dari beberapa solusi alternative secara sistematis.
2.5.4. FACTOR Criterion
Menurut Mathiassen et al. (2000,p39), kriteria FAKTOR terdiri dari 6
elemen, yaitu :
- Functionality
Berkaitan dengan fungsi sistem yang mendukung tugas application-
domain
- Application Domain
31
Berkaitan dengan bagian dari suatu organisasi yang mengadministrasi,
memonitor, ataupun mengendalikan problem domain
- Conditions
Berkaitan dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan
dan digunakan
- Technology
Berkaitan dengan semua teknologi yang digunakan untuk
mengembangkan dan menjalankan sistem dan teknologi
- Objects
Berkaitan dengan object – objek utama di dalam problem domain
- Responsibility
Berkaitan dengan tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan
dalam hubungannya dengan konteks sistem
2.5.5. Problem Domain Analysis
Menurut Mathiassen (2000, p45), problem domain merupakan bagian
dari konteks yang diatur, dimonitor atau di kendalikan oleh sistem.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebutuhan – kebutuhan untuk
model dari sistem atau apa yang kita buat untuk sebuah sistem. Fokus pada
informasi apa yang harus ditangani oleh sistem dan menghasilkan sebuah
model yang merupakan gambaran dari class, objek, struktur dan behavior
yang ada dalam problem domain. Aktivitas dalam problem-domain
digambarkan pada gambar 2.3 berikut.
32
Gambar 2.3 Aktivitas dalam pemodelan Problem Domain(Sumber : Mathiassen et al., p46)
2.5.5.1. Classes
Menurut Mathiassen et al. (2000, p53), class adalah kumpulan
dari objek yg berbagi structure, behavior pattern dan attribute.
Kegiatan class merupakan kegiatan pertama dalam analisis problem
domain. Langkah – langkah dalam menentukan class, terdiri dari :
abstraksi fenomena dari problem domain dalam objek dan event,
klasifikasikan objek dan event, memilih class dan event yang akan
dipelihara informasinya oleh sistem.
Menurut Mathiassen (2000, p51), objek adalah sebuah entitas
yang memiliki identitas, status, dan behavior. Event merupakan
kejadian secara terus menerus yang melibatkan satu atau lebih
objek. Kriteria untuk menentukan event menurut Mathiassen et al
(2000, p63), yaitu
- Apakah event itu instan?
jika tidak, maka kita perhatikan dengan mulai dan
berhentinya suatu event, dan mungkin event diantaranya.
- Apakah event atomic?
33
jika mempunyai sub-event, gantikan event utama dengan sub-
event
- Apakah event dapat diidentifikasi pada saat terjadi?
bagaimana kita tahu bahwa events tersebut sudah terjadi
Pemilihan class tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan
membatasi problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event
yang dialami atau dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan
untuk membedakan tiap – tiap kelas dalam problem domain.
Kegiatan class akan menghasilkan suatu event table. Contoh event
table dijelaskan dalam tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Contoh Event Table
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p100)
2.5.5.2. Structure
Menurut Mathiassen et al. (2000, p69), structure merupakan
hubungan antara class dengan objek pada problem domain secara
keseluruhan. Tujuannya adalah untuk menggambarkan hubungan
terstruktur antara classes dan objek dalam problem domain. Hasil
dari aktivitas structure adalah class diagram.
34
Dua konsep object-oriented structure menurut Mathiassen
(2000, p71) :
A. Class Structure :
- Generalization
Menggambarkan hubungan antara lebih class spesialisasi
(subclass) dengan class yang lebih umum (superclass). Dimana
hubungan spesialisasi tersebut dapat dinyatakan dengan ”is-a“,
yang berarti subclass akan mempunyai attribute dan operation
yang sama dengan superclass. Hubungan generalization
dijelaskan dengan gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Contoh Struktur Generalization
(Sumber : Mathiassen et al., p73-74)
- Cluster
Cluster merupakan kumpulan dari class yang akan membantu
kita untuk mencapai dan menyediakan gambaran tentang domain
masalah. Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang
mencakup class – class didalamnya. Class dalam cluster yang
sama dihubungkan dengan generalisasi ataupun aggregasi,
35
sedangkan class yang berada pada cluster yang berbeda
dihubungkan dengan asosiasi.
Gambar 2.5 Contoh Cluster(Sumber : Mathiassen et al., p75)
B. Object Structure
- Aggregation
Menggambarkan hubungan antara 2 atau lebih objek untuk
menunjukan bahwa suatu objek adalah suatu pokok dan
menjelaskan bagian dari objek yg lain. Hubungan ini dapat
dinyatakan dengan rumus “has – a“ atau “is – part – of“.
Kegiatannya meliputi :
(a)periksa setiap pasangan class untuk (1) whole-part,
container-content, atau association-member relationships
antar class, dan untuk (2) a common whole yg
menghubungkan mereka
(b) periksa setiap class untuk (3) components yg relevan
Struktur aggregation dijelaskan dalam gambar 2.6 berikut
ini :
36
Gambar 2.6 Contoh Struktur Aggregation(Sumber : Mathiassen et al., p76)
Terdapat 3 struktur agregasi, yaitu :
1. Whole – Part, yang mana objek superior merupakan
penjumlahan dari objek inferior, jika objek inferior tersebut
ditambah atau dihilangkan, akan mengubah total objek
superior
2. Container – Content, yang mana objek superior adalah
container untuk objek inferior. Objek superior tidak akan
berubah jika terjadi penambahan atau penghapusan objek
inferior.
3. Union – Member, yang mana objek superior merupakan
kesatuan dari anggota – anggota ( objek inferior ). Objek
superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan atau
penghapusan objek inferior, namun tetap memiliki batasan
- Association
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih objek,
namun berbeda dari struktur aggregation, objek yang
terasosiasi bukanlah property dari suatu objek.
37
Struktur association dijelaskan dalam gambar 2.7 berikut ini :
Gambar 2.7 Contoh Struktur Association(Sumber : Mathiassen et al., p 77)
2.5.5.3. Behavior
Menurut Mathiassen et al. (2000, p89), kegiatan behavior
bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis)
dalam problem domain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dalam
kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioral
pattern) dan attribute dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini
adalah statechart diagram.
Contoh statechart diagram dapat dilihat pada gambar 2.8
berikut :
Gambar 2.8 Contoh Statechart Diagram
Konsep- konsep pada aktivitas behavior menurut Mathiassen
et al. (2000, p90) mencakup :
38
a. Event trace : merupakan urutan event yang melibatkan object
tertentu
b. Behavioral Pattern : deskripsi dari kemungkinan event trace
yang terjadi pada semua objek di dalam sebuah class.
- Tentukan notasi dalam behavioral pattern yang dapat berupa :
sequence dimana event muncul satu per satu secara
berurutan
selection dimana terjadi pemilihan satu event dari
sekumpulan event yang muncul
repetition dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau
beberapa kali (pengulangan).
c. Attribute : properti deskriptif dari sebuah class atau event.
Aktivitas dalam behavioral pattern dijelaskan dalam gambar 2.9
berikut
Gambar 2.9 Aktivitas dalam Behavioral Pattern(Sumber : Mathiassen et al., p92)
2.5.6. Application Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000, p115), application domain
merupakan suatu organisasi yang memonitor atau mengendalikan suatu
problem domain. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan –
39
kebutuhan untuk fungsi dan interface sistem. Fokusnya adalah bagaimana
sistem target akan digunakan.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p117), application domain terdiri
dari 3 aktivitas yang dijelaskan dalam table 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Aktivitas dalam Application Domain AnalysisKegiatan Isi KonsepUsage Bagaimana sistem berinteraksi
dengan user dan dengan sistem lain dalam konteks?
Use case dan actor
Functions Bagaimana kemampuan sistem dalam memproses informasi ?
Function
Interfaces Apa kebutuhan atau persyaratan dari interface sistem yang ditargetkan ?
Interface, user interface dan sistem interface
( Sumber : Mathiassen et al. (2000, p117))
Aktivitas dalam application domain analysis dijelaskan dengan
gambar 2.10 berikut :
Gambar 2.10 Aktivitas application domain analysis( Sumber : Mathiassen et al. (2000, p117 ))
2.5.6.1. Usage
40
Menurut Mathiassen et al. (2000, p119-121), dapat
disimpulkan bahwa, tujuan dari kegiatan usage adalah untuk
menentukan bagaimana actor - actor berinteraksi dengan sebuah
sistem. Actor merupakan sebuah abstraksi dari pengguna atau
sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target. Usecase adalah
sebuah pola untuk interaksi antara sistem dan actor dalam
application domain. Hubungan antara actor dengan usecases dapat
diilustraksikan dengan actor table atau usecase diagram.
2.5.6.2. Functions
Menurut Mathiassen et al. (2000, p137), dapat disimpulkan
bahwa function merupakan sebuah fasilitas yang digunakan untuk
membuat model berguna bagi actors. Tujuan dari aktivitas function
adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan informasi dari
sebuah sistem. Prinsip – prinsip yang digunakan adalah dengan
mengidentifikasikan seluruh function, dan hanya menspesifikasikan
functions yang kompleks, memeriksa konsistensi dengan usecase
dan model. Menurut Mathiassen et al., (2000, p138) terdapat 4 tipe
dari function, yaitu :
- Update function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh event
dari problem domain dan menghasilkan perubahan dalam state
dari model tersebut.
- Signal function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh
perubahan state dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada
konteks.
41
- Read function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan
informasi dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem
menampilkan bagian yang berhubungan dengan model.
- Compute function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh
kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan berisi
perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh
actor atau model, hasilnya adalah sebuah tampilan dari hasil
perhitungan tersebut.
2.5.6.3. Interfaces
Menurut Mathiassen et al. (2000, p151), dapat disimpulkan
bahwa, interface merupakan suatu fasilitas yang membuat suatu
model dan fungsi – fungsi dari sistem yang tersedia bagi actor.
Menurut Mathiassen et al (2000, p154-164), Interface terdiri
dari 2 macam, yaitu :
User Interface, yang menghubungkan actor ( manusia ) dengan
sistem. Terdapat empat jenis pola dialog yang penting dalam
menentukan interface pengguna, yaitu :
- Pola menu – selection, yang terdiri dari daftar pilihan yang
mungkin dalam interface pengguna.
- Pola fill – in, merupakan pola klasik untuk entry data
- Pola command – language, yang mana user memasukkan dan
memulai format perintah sendiri
42
- Pola direct manipulation, dimana user dapat memilih objek
dan melaksanakan function atas objek dan melihat hasil dari
interaksi mereka tersebut dengan segera.
Sistem Interface, yang menghubungkan sistem ( system actor )
dengan sistem lain yang sedang dikembangkan. System actor
tersebut dapat berupa external device ( misalnya sensor, switch,
dan lain – lain ) dan sistem komputer yang kompleks sehingga
dibutuhkan suatu protokol komunikasi. System interface
dispesifikasikan sebagai class diagram dari external device dan
sebagai protokol dalam berinteraksi dengan sistem lain.
2.5.6.4. Sequence Diagram
Menurut Mathiassen et al., (2000, p340), “Sequence diagram
menjelaskan tentang interaksi di antara beberapa object dalam
jangka waktu tertentu. Sequence diagram melengkapi class
diagram, yang menjelaskan situasi yang umum dan statis. Sebuah
sequence diagram dapat mengumpulkan rincian situasi yang
kompleks dan dinamis melibatkan beberapa dari kebanyakan objek
yang digeneralisasikan dari class pada class diagram.”
Menurut Bennet et al., (2006, p252-253), “The sequence
diagram is semantically equivalent to a communication diagram for
simple interactions. A sequence diagram shows an interaction
between objects arranged in a time sequence.” Yang berarti
sequence diagram dapat dikatakan ekuivalen dengan diagram
komunikasi untuk interaksi yang sederhana. Sebuah sequence
43
diagram menunjukkan interaksi antara objek yang disusun dalam
satu sequence.
Dalam sequence diagram yang diadaptasi dari Bennet et al.,
terdapat satu buah notasi yang disebut fragment. Fragment ini biasa
digunakan dalam setiap tipe UML diagram. Fragment yang
digunakan pada sequence diagram dimaksudkan untuk memperjelas
bagaimana sequence ini saling dikombinasikan. Fragment terdiri
dari beberapa jenis interaction operator yang menspesifikasikan
tipe dari kombinasi fragment. Mengacu pada Bennet et al (2006,
p270), tipe – tipe interaction operator yang digunakan dalam
fragment dijelaskan dalam table 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Tipe interaction operator yang digunakan dalam fragment
Interaction operator
Penjelasan dan Penggunaan
AltAlternatif ini mewakili alternative behavior yang ada, dimana setiap behavior ditampilkan dalam operasi yang terpisah.
Opt Option ini merupakan pilihan tunggal atas operasi yang hanya akan dieksekusi bila batasan interaksi bernilai true.
Break Break mengindikasi bahwa dalam fragment gabungan ditampilkan sementara oleh sisa dari interaksi fragment yang terlampir.
Par Parallel mengindikasi bahwa eksekusi operasi dalam combined fragment biasa digabungkan dalam sequence manapun.
Seq Weak sequencing menampilkan dalam urutan dari tiap operasi yang telah di-maintain tetapi keterjadian
44
suatu event adalah berbeda operasinya dalam perbedaan lifeline yang dapat terjadi dalam urutan apapun.
Strict Strict sequencing membuat sebuah strict sequence berada dalam eksekusi sebuah operasi tapi tidak termasuk urutan dalam operasi.
Neg Negative menggambarkan sebuah operasi yang bersifat invalid.
Critical Critical Region mengadakan sebuah batasan dalam sebuah operasi tapi termasuk urutan dalam operasi.
Ignore Ignore menandakan tipe pesan, spesifikasi sebagai parameter, yang seharusnya diabaikan dalam sebuah interaksi.
Consider Consider merupakan keadaan dimana pesan – pesan seharusnya dipertimbangkan dalam sebuah interaksi.
Assert Assertion merupakan keadaan bahwa sebuah sequence dari pesanan dalam operasi hanyalah satu – satunya yang memiliki lanjutan yang bersifat sah.
Loop Loop digunakan untuk mengindikasi sebuah operasi yang diulang berkali – kali sampai batasan interaksi untuk pengulangan terakhir.
2.5.7. Architectural Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173 ), dapat disimpulkan bahwa,
tujuan dari architecture design adalah untuk menstrukturkan sebuah sistem
yang terkomputerisasi. Prinsip – prinsip yang digunakan adalah
mendefinisikan dan memprioritaskan kriteria, menghubungkan kriteria
dengan technical platform, mengevaluasi perancangan sejak awal. Hasil
yang diperoleh berupa struktur bagi komponen – komponen dan proses –
45
proses sistem. Aktivitas – aktivitas yang dilakukan dalam architectural
design diperlihatkan pada tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Aktivitas dalam Architectural Design
( Sumber : Mathiassen et al. ( 2000, p176) )
2.5.7.1. Criteria
Mengacu kepada Mathiassen et al., (2000, p177), untuk
menciptakan sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan
mengenai kondisi-kondisi dari setiap proyek yang dapat
mempengaruhi kegiatan desain yaitu :
1. Technical, yang terdiri dari pertimbangan: penggunaan
hardware, software, dan sistem lain yang telah dimiliki dan
dikembangkan; pengaruh kemungkinan penggabungan pola-pola
umum dan komponen yang telah ada terhadap arsitektur dan
pembelian komponen standar.
Kegiatan Isi KonsepCriteria Apa kondisi dan kriteria untuk desain ? CriterionComponents Bagaimana sistem dibentuk menjadi
komponen - komponen ?Component architecture and component
Processes Bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikordinasikan ?
Process architecture dan process
46
2. Conseptual, yang terdiri dari pertimbangan: perjanjian kontrak,
rencana untuk pengembangan lanjutan, pembagian kerja antara
pengembang.
3. Human, yang terdiri dari pertimbangan: keahlian dan pengalaman
orang yang terlibat dalam kegiatan pengembangan dengan sistem
yang serupa dan dengan platform teknis yang akan didesain.
Karena tidak ada cara-cara tertentu atau cara yang mudah
untuk menghasilkan suatu desain yang baik, banyak perusahaan
menciptakan suatu standar dan prosedur untuk memberikan jaminan
terhadap kualitas dari sistem. Disinilah kegiatan criteria dapat
membantu dengan menetapkan prioritas desain untuk setiap proyek
tertentu.
Menurut Mathiassen et al., (2000, p186), sebuah desain yang
baik memiliki tiga ciri-ciri yaitu :
1. Tidak memiliki kelemahan
Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari
kualitas berdasarkan review dan eksperimen, dan membantu
dalam menentukan prioritas dari criteria yang akan mengatur
dalam kegiatan desain yang berorientasi pada objek.
2. Menyeimbangkan beberapa criteria
Konflik sering terjadi antar criteria, oleh sebab itu untuk
menentukan criteria mana yang akan diutamakan dan bagaimana
cara untuk menyeimbangkan dengan criteria-criteria yang lain
bergantung pada situasi sistem tertentu.
47
3. Usable, flexible, dan comprehensible
Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir
setiap proyek pengembangan sistem.
Beberapa kriteria umum yang digunakan dalam
pengembangan sistem dijelaskan dalam tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.5 Kriteria umumCriterion Ukuran dari
Usable Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis
Secure Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas
Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis
Correct Pemenuhan dari kebutuhanReliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan fungsiMaintainable Biaya untuk menentukan dan memperbaiki
kerusakanTestable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang
dibentuk dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan
Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentukComprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan
pemahaman sistemReusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem
pada sistem lain yang berhubunganPortable Biaya untuk memindahkan sistem ke platform
teknis yang berbedaInteroperable Biaya untuk menggabungkan ke sistem yang lain
Sumber : Mathiassen et al., (2000, p178)
2.5.7.2. Component Architecture
48
Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p190), arsitektur
komponen adalah struktur sistem yang terdiri dari komponen-
komponen yang saling berhubungan. Komponen merupakan
sekumpulan bagian – bagian program yang membentuk suatu
kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas. Sebuah arsitektur
komponen yang baik membuat sistem menjadi mudah untuk
dipahami, mengorganisasikan pekerjaan desain, menggambarkan
stabilitas dari konteks sistem dan mengubah tugas desain menjadi
beberapa tugas yang lebih tidak kompleks.
Menurut Mathiassen (2000, p193), beberapa pola umum
dalam desain komponen arsitektur adalah sebagai berikut:
1. Layered Architecture Pattern
Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen yang
dibentuk menjadi lapisan-lapisan dimana lapisan yang di atas
bergantung kepada lapisan yang berada di bawahnya. Perubahan
yang terjadi mempengaruhi lapisan di atasnya. Layered
Architecture pattern dijelaskan dalam gambar 2.11 berikut.
Gambar 2.11 Layered Architecture Pattern(Sumber : Mathiassen et al., p193)
49
2. Generic Architecture Pattern
Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari
interface, function, dan model components dimana komponen
model terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan
komponen function dan komponen interface di atasnya.
Generic Architecture pattern dijelaskan dalam gambar 2.12
berikut.
Gambar 2.12 Generic Architecture Pattern(Sumber : Mathiassen et al., p196)
3. Client-server Architecture Pattern
Pola ini awalnya dikembangkan untuk menangani masalah
distribusi sistem di antara beberapa prosesor yang tersebar secara
geografis. Komponen pada pola arsitektur ini adalah sebuah
server dan beberapa client. Tanggung jawab server adalah untuk
menyediakan database yang dapat disebarkan kepada client
melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab
untuk menyediakan interface lokal untuk setiap penggunanya.
50
Client-server Architecture Pattern dijelaskan dalam gambar 2.13
berikut.
Gambar 2.13 Client-server Architecture Pattern(Sumber: Mathiassen et al., p197)
Berikut ini adalah beberapa jenis distribusi dalam arsitektur
client-server dimana U adalah user interface, F adalah function,
dan M adalah model.
Tabel 2.6 Jenis client-server architecture
Client Server Architecture
U U+F+M Distributed presentationU F+M Local presentation
U+F F+M Distributed functionalityU+F M Centralized data
U+F+MM
Distributed data
(Sumber : Mathiassen et al., p200)
2.5.7.3. Process Architecture
Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p211), process
architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari
51
proses-proses yang saling bergantung. Hasil dari aktivitas arsitektur
proses adalah deployment diagram yang menggambarkan distribusi
dan kolaborasi komponen program dan objek aktif dalam prosesor.
Aktivitas arsitektur proses bermula dari komponen logic yang
dihasilkan oleh kegiatan komponen dan bertujuan untuk
menentukan struktur fisik dari sebuah sistem dengan
mendistribusikan komponen-komponen program ke prosesor yang
akan digunakan untuk eksekusi sistem, mengkoordinasikan
pembagian sumber daya dengan objek aktif, dan menghasilkan
arsitektur yang tidak memiliki hambatan.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p215), terdapat tiga pola
distribusi dalam kegiatan desain process architecture:
1. Centralized Pattern
Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user
hanya bisa melihat user-interface saja. Keuntungan dari pola ini
adalah dapat diimplementasikan pada client secara murah, semua
data konsisten karena hanya berada di satu tempat saja,
strukturnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, dan
kemacetan jaringannya moderat. Centralized Pattern dijelaskan
dalam gambar 2.14 berikut.
52
Gambar 2.14 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern(Sumber : Mathiassen et al., p216)
2. Distributed Pattern
Pada pola ini, semua terdistribusi pada user atau client dan
server hanya menyebarkan model yang telah diupdate diantara
client. Keuntungan dari pola ini adalah banyaknya waktu akses
yang rendah, sehingga tidak terjadi kemacetan jaringan, kinerja
lebih maksimal, dan back-up data banyak. Kerugian dari pola ini
adalah banyaknya redundasi data sehingga konsistensi
2.5.7. Component Design
Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p231 ), dapat disimpulkan bahwa,
component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan
dalam sebuah kerangka arsitektural. Kegiatan component design bermula
53
dari spesifikasi arsitektural dan kebutuhan sistem, sedangkan hasil dari
kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang saling berhubungan.
2.5.8.1. Model Component
Mengacu pada Mathiassen et al. (2000,p.236), model
component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan
model dari problem-domain. Tujuan dari model compenent yaitu
mengirimkan data sekarang dan historical ke function, interface,
para user dan sistem lain.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
mempresentasikam private event, mempresentasikan common event
dan rekstrukturisasi class. Hasil dari kegiatan model component
adalah revisi dari class diagram dari kegiatan analisis, yang terdiri
dari kegiatan penambahan class, atribut, dan struktur baru yang
mewakili event.
2.5.8.2. Function Component
Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p.552), function
component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan
kebutuhan fungsional. Tujuan dari function component yaitu
memberikan akses bagi user interface dan komponen sistem lainnya
ke model, sehingga function component adalah penghubung antara
model dan usage.
Hasil utama dari kegiatan ini adalah class diagram dengan
operation dan specification dari operation yang kompleks. Sub
kegiatan ini menghasilkan kumpulan operasi yang dapat
54
mengimplementasikan fungsi sistem seperti yang ditentukan dalam
analisis problem domain dan function list.
2.5.8.3. Connecting Component
Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p.271), connecting
component digunakan untuk menghubungkan komponen-
komponen, dan mendesain koneksi (hubungan) diantara komponen
dan class yang saling bergantungan. Tujuannya untuk mencapai
class dan komponen yang cohesive, dan pada saat yang bersamaan
juga menjamin bahwa koneksi ini memiliki coupling yang rendah.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.274), adapun aktivitas
yang terkait dalam mendesain koneksi diantara komponen adalah:
a. Menghubungkan class-class
b. Mengeksplorasi polanya
c. Melakukan evaluasi terhadap koneksi yang ada.
2.6. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penulisan ini dimulai dengan tahap perencanaan, yang
terdiri dari penentuan latar belakang pemilihan topik, ruang lingkup penulisan,
tujuan dan manfaat yang ingin dicapai, metodologi yang akan digunakan, serta
sistematika penulisannya. Setelah itu, dilakukan pengumpulan data seperti teori –
teori terkait dengan topik yang dipilih dan data perusahaan yang dibutuhkan dalam
penulisan.
Setelah tahap perencanaan dilakukan, maka dilakukan tahap analisis,
dimana data perusahaan yang telah diperoleh akan dianalisis, dibandingkan dengan
55
teori – teori terkait untuk mengidentifikasi apakah terdapat masalah dalam
perusahaan. Kemudian direkomendasikan solusi yang sesuai dengan teori yang
digunakan.
Dalam tahap desain, kebutuhan untuk penerapan solusi yang diusulkan di
tahap analisis harus tercantum dalam perancangan sistemnya menurut pendekatan
object-oriented. Hasil dari desain atau perancangan sistem tersebut adalah analysis
document dan design document. Dan tahap terakhir dari penulisan ini penulisan ini
adalah pemberian kesimpulan dan saran dari keseluruhan penulisan. Berikut ini
merupakan gambar 2.15 yang menunjukkan kerangka pikir penulisan skripsi ini.
KERANGKA PIKIR
PERENCANAAN
Penentuan- Latar belakang- Ruang lingkup- Tujuan dan manfaat- Metodologi- Sistematika penulisan
Pengumpulan
- Teori-teori terkait- Data perusahaan yang
`dibutuhkan untuk analisis
ANALISIS
56
Data – data yang diperlukan dalam melakukan analisis :- Company profile- Struktur organisasi beserta tugas
dan wewenang- Prosedur sistem berjalan- Rich picture- Flow chart
Teori yang digunakan- Sistem Informasi Akuntansi
Siklus Pendapatan
Identifikasi masalah dalam sistem berjalan
Rekomendasi solusi terhadap masalah yang ditemukan
DESAIN
Analisis dan identifikasi kebutuhan untuk penerapan solusi
Perancangan sistem menggunakan object oriented analysis and design
Analysis document dan design document
SIMPULAN DAN SARANGambar 2.15 Kerangka Pikir