Upload
duongcong
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSPERIMENTASI AUTHENTIC MULTI-LEVEL INSTRUCTION (AMI)
PADA SUBMATERI DIMENSI TIGA (BALOK DAN KUBUS)
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK
KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Skripsi
Oleh:
Endah Noorsanty
(K 1306022)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI AUTHENTIC MULTI-LEVEL INSTRUCTION (AMI)
PADA SUBMATERI DIMENSI TIGA (BALOK DAN KUBUS)
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK
KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
Endah Noorsanty
K 1306022
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di
hadapan Tim penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika Jurusan P MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 28 Desember 2010
Pembimbing I
Drs. Suyono, M.Si
NIP. 19500301 197603 1 002
Pembimbing II
Henny Ekana C., S.Si, M.Pd
NIP. 19730602 199802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Pendidikan Matematika Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Kamis
Tanggal : 27 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
1. Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd 1. ......................
2. Sekretaris : Drs. Mardjuki, M.Si 2. .....................
3. Anggota I : Drs. Suyono, M.Si 3. ......................
4. Anggota II : Henny Ekana C, S.Si, M.Pd 4. .....................
Disahkan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK ENDAH NOORSANTY. EKSPERIMENTASI AUTHENTIC MULTI-LEVEL INSTRUCTION (AMI) PADA SUBMATERI DIMENSI TIGA (BALOK DAN KUBUS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui apakah pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada pembelajaran konvensional, pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) (2) untuk mengetahui apakah, kemampuan awal tinggi akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan awal sedang dan rendah sedangkan kemampuan awal sedang akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan awal rendah, pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), dan (3) untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar peserta didik pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus).
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun ajaran 2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dan dua kelas yang terambil adalah kelas X-1 sebagai kelas eksperimen (pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI)) dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol (pembelajaran konvensional).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang berupa data nilai midsemester matematika pada kelas X semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 untuk uji keseimbangan. Metode dokumentasi juga dilakukan untuk mendapatkan nilai UAN matematika SMP sebagai kemampuan awal untuk salah satu variabel bebasnya. Metode tes untuk mendapatkan data prestasi belajar matematika peserta didik submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal dengan menggunakan uji Lilliefors dan populasi yang homogen dengan menggunakan uji Bartlett. Untuk memenuhi syarat penelitian, kedua populasi harus dalam keadaan yang seimbang dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional, pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) (FA = 10,8889 > 3,9651 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%), (2) kemampuan awal tinggi akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan awal sedang dan rendah, sedangkan kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan kemampuan awal rendah, pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) (FB = 91,5066 > 3,11537 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%), (3) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan awal peserta didik terhadap prestasi belajar matematika pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) (FAB = 4,8624 > 3,11537 = Ftabel pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
taraf signifikansi 5%). Pada kemampuan awal rendah, strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional, sedangkan pada kemampuan awal rendah dan tinggi, strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI), kemampuan tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan sedang dan rendah, sedangkan kemampuan sedang menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan kemampuan rendah. Pada pembelajaran konvensional, kemampuan tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan sedang dan rendah, sedangkan kemampuan sedang juga menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT ENDAH NOORSANTY. EXPERIMENTATION AN AUTHENTIC MULTI-LEVEL INSTRUCTION (AMI) FOR TOPICS OF THREE DIMENSION (BLOCK AND CUBE) VIEWED FROM THE FIRST ABILITY OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMA NEGERI 1 MOJOLABAN IN THE ACADEMIC YEAR OF 2009/2010. Thesis, Surakarta: Education and Teacher Training Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, 2010. The objective of research is to find out: (1) whether or not the Authentic Multi-level Instruction (AMI) strategy can produces the mathematics learning achievement is better than conventional learning strategy, for topics Three Dimension (Block and Cube) (2) whether or not, high first ability will produces the mathematics achievement is better than the medium and low first ability, whereas medium first ability will produces the mathematics achievement is better than the low first ability, for topics Three Dimension (Block and Cube), and (3) whether there is an interaction between learning strategy and first ability on the mathematics learning achievement or not, for topics Three Dimension (Block and Cube). The research belong to quasi quantitative experimental research. The population of research is all students of tenth grade of SMA Negeri 1 Mojolaban in the academic year of 2009/2010. The sample of research was taken by using cluster random sampling, and two classes were obtained are 41 students from X-1 class as the experiment group (Authentic Multi-level Instruction (AMI) learning) and 42 students from X-2 class as the control group (conventional learning). The method of collecting the data was used is documentation method, it was point the mathematics achievement of students class X semester 2 in the academic year of 2009/2010 for equilibrium test. Documentation method is also used for collecting UAN mathematics achievement of students as first ability as the one variabel random. Test method for collecting mathematics achievement of students for topics of Three Dimension (Block and Cube). Technique of analyzing the data used was a two way variance analysis with different cells. As analysis requirement the normal distribution population is tested by Liliefors method and homogeneus population is tested by Bartlett method. The requirement of research, both groups should be in equilibrium by using the t-test. Based on the result of research, it can be conclude that: (1) learning using Authentic Multi-level Instruction (AMI) produces the mathematics learning achievement is better than the conventional learning, for topics of Three Dimension (Block and Cube) (FA = 10,8889 > 3,9651 = Ftable at significance level of 5%), (2) high first ability produces the mathematics learning achievement is better than the medium and low first ability, whereas medium first ability produces the mathematics learning achievement is same as the low first ability, for topics of Three Dimension (Block and Cube) (FB = 91,5066 > 3,11537 = Ftable at significance level of 5%), (3) there is interaction between learning strategy and students first ability on the mathematics learning achievement for topics of Three Dimension (Block and Cube) (FAB = 4,8624 > 3,102 =Ftable at significance level of 5%). At the low first ability, Authentic Multi-level Instruction (AMI) produces the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
mathematics learning achievement is better than the conventional learning whereas at the medium first ability and high first ability, Authentic Multi-level Instruction (AMI) produces the mathematics learning achievement is same as conventional learning. At the Authentic Multi-level Instruction (AMI), high first ability produces the mathematics learning achievement is better than medium first ability and low first ability, whereas medium first ability produces the mathematics learning achievement is same as low first ability. At the conventional learning, high first ability produces the mathematics learning achievement is better than medium first ability and low first ability, whereas medium first ability produces the mathematics learning achievement is better than low first ability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
HALAMAN MOTTO
“Barang siapa berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka
Allah SWT akan memudahkan jalan baginya menuju surga”
(H.R Muslim)
“Banyak kegagalan dalam hidup karena seseorang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”
(Thomas Alva Edison)
“Karakter tidak bisa dikembangkan dalam keadaan nyaman.
Hanya dalam cobaan hidup dalam penderitaan, jiwa bisa diperkuat, ambisi
dilahirkan dan keberhasilan dicapai”
(Helen Keller)
“Hidup adalah sebuah perjuangan”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulisan Sederhana Ini Ku Persembahkan Kepada:
Bapak dan Ibu Tercinta
Terima kasih atas semua doa, perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepada
penulis.
Mas Aria dan Mas Arwan serta semua keluarga yang aku sayangi.
Mas Henri
My Best Friends
Septika Wati, Wiji Lestari, dan Siti Nunsiah.
Teman-teman P Matematika’06.
Almamater yang ku banggakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat,
nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Eksperimentasi Authentic Multi-level Instruction (AMI) pada Submateri
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) Ditinjau dari Kemampuan Awal Peserta Didik
Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran 2009/2010”,
dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi
ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai
pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak antara lain:
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang
telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P MIPA FKIP UNS yang
telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P Matematika FKIP UNS yang
telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
Drs. Suyono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam
penulisan skripsi ini.
Henny Ekana C., S.Si, M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Joko Ariyanto, S.Si, M.Si, Koordinator Skripsi yang telah memberikan
kemudahan dalam pengajuan ijin skripsi.
Drs. Tukiman, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
Drs. Joko Sugiharto, M.M, Kepala SMA Negeri 2 Sukoharjo yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen tes prestasi penelitian.
Dra. Hj. Artati Puspa W., Guru bidang studi matematika SMA Negeri 1
Mojolaban yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
tularan ilmu selama melakukan penelitian dan telah membantu dalam validasi
instrumen tes prestasi.
Dra. Hj. Nurhayati, Guru bidang studi Matematika SMA Negeri 2
Sukoharjo yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan
uji coba instrumen tes prestasi penelitian .
Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si, Dosen Pendidikan Matematika UNS yang
telah membantu dalam validasi instrumen tes prestasi.
Sugiharti, S.Pd, Guru bidang studi matematika SMA Al-Islam 1
Surakarta yang telah membantu dalam validasi instrumen tes prestasi.
Bapak dan Ibu, yang telah memberikan segalanya bagi penulis.
Teman seperjuangan Septika Wati, Wiji Lestari, dan Siti Nunsiah, terima
kasih atas saran dan segala bantuan yang telah diberikan.
Peserta didik kelas X-1 dan X-2 SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah
membantu dalam terlaksananya penelitian ini.
Mahasiswa P Matematika ’06, atas kebersamaan dalam setiap langkah
menapaki luasnya ilmu matematika.
Semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih semuanya.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan
imbalan dari Allah SWT. Kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan
pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
Identifikasi Masalah ......................................................................................... 5
Pemilihan Masalah ......................................................................................... .. 6
Pembatasan Masalah ......................................................................................... 6
Perumusan Masalah .......................................................................................... 7
Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
Manfaat Penelitian ............................................................................................ 9
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 10
Kajian Teori ................................................................................................. 10
Prestasi Belajar Matematika .............................................................................. 10
Pengertian Prestasi .................................................................................. 10
Pengertian Belajar .................................................................................. 10
Pengertian Matematika .................................................................................. 12
Prestasi Belajar Matematika .............................................................................. 13
Kemampuan Awal Peserta Didik ...................................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Strategi Pembelajaran ....................................................................................... 15
Authentic Multi-level Instruction (AMI) .......................................................... 16
Pembelajaran Konvensional .............................................................................. 24
Tinjauan Materi .......................................................................................... 28
Pengertian Titik, Garis dan Bidang ................................................................... 28
Kedudukan Titik, Garis dan Bidang ................................................................. 31
Menghitung Jarak pada Ruang .......................................................................... 35
Penelitian yang Relevan .................................................................................... 37
Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 40
Hipotesis ................................................................................................. 43
BAB III METODOLOGI PENELITAN .................................................... 45
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 45
Tempat Penelitian ............................................................................................. 45
Waktu Penelitian ............................................................................................... 45
Metode Penelitian ............................................................................................. 45
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......................................... 46
Populasi .......................................................................................... 46
Sampel .......................................................................................... 47
Teknik Pengambilan Sampel ............................................................................ 47
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 47
Variabel Penelitian .......................................................................................... 47
Variabel Bebas ................................................................................... 47
Variabel Terikat ................................................................................... 48
Metode Pengambilan Data ................................................................................ 49
Metode Dokumentasi .................................................................................. 49
Metode Tes .................................................................................. 50
Observasi .................................................................................. 50
Penyusunan Instrumen ..................................................................................... 50
Teknik Analisis Data ......................................................................................... 54
Uji Pendahuluan .......................................................................................... 54
Uji Prasyarat Analisis ....................................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Uji Normalitas .................................................................................. 55
Uji Homogenitas .................................................................................. 56
Uji Hipotesis .......................................................................................... 57
Uji Komparasi Ganda........................................................................................ 61
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 64
Deskripsi Data ................................................................................................. 64
Data Mid Semester 2 Kelas X ........................................................................... 64
Data Hasil Uji Coba Tes Prestasi ...................................................................... 65
Data Nilai UAN Matematika SMA ................................................................... 66
Data Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik pada Submateri Dimensi
Tiga (Balok dan Kubus) .................................................................................... 67
Pengujian Persyaratan Penelitian ...................................................................... 69
Pengujian Persyaratan Analisis Variansi .......................................................... 71
Uji Homogenitas .......................................................................................... 71
Uji Normalitas .......................................................................................... 72
Pengujian Hipotesis........................................................................................... 74
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .......................................... 74
Uji Komparasi Ganda........................................................................................ 75
Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................................... 80
Hipotesis Pertama .......................................................................................... 80
Hipotesis Kedua .......................................................................................... 81
Hipotesis Ketiga .......................................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .............................. 89
Kesimpulan ................................................................................................. 89
Implikasi ................................................................................................. 90
Implikasi Teoritis .......................................................................................... 90
Implikasi Praktis .......................................................................................... 91
Saran ................................................................................................. 91
Bagi Guru .......................................................................................... 91
Bagi Peneliti Lain .......................................................................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 93
LAMPIRAN ...................................................................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 46
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ...................... 58
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ............................................................ 59
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama .............. 61
Tabel 4.1 Diskripsi Data Nilai Mid Semester 2 Kelas X .............................. 64
Tabel 4.2 Deskripsi Data Nilai UAN Matematika SMA .............................. 66
Tabel 4.3 Hasil Tes Prestasi Belajar Peserta Didik pada Submateri
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) .................................................................... 68
Tabel 4.4 Diskripsi Data Tes Prestasi Belajar Peserta Didik pada
Submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) ................................................... 68
Tabel 4.5 Rataan Skor Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik pada
Submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) ................................................... 69
Tabel 4.6 Harga Statistik Uji Homogenitas Mid Semester ........................... 70
Tabel 4.7 Harga Statistik Uji Normalitas Mid Semester ............................... 70
Tabel 4.8 Harga Statistik Uji Keseimbangan Mid Semester ......................... 71
Tabel 4.9 Harga Statistik Uji Homogenitas .................................................. 72
Tabel 4.10 Harga Statistik Uji Normalitas ...................................................... 73
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .. 74
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ........................ 76
Tabel 4.13 Rangkuman Uji Komparasi Antar Rataan Strategi Pembelajaran
pada Masing-Masing Tingkatan kemampuan Awal ........................................ 77
Tabel 4.14 Rangkuman Uji Komparasi Antar Rataan Kemampuan Awal
pada Masing-Masing Strategi Pembelajaran.................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Titik A ...................................................................................... 28
Gambar 2.2 Garis g dan segmen garis AB ................................................... 29
Gambar 2.3 Bidang α dan bidang ABCD...................................................... 29
Gambar 2.4 Titik A terletak pada garis g ..................................................... 30
Gambar 2.5 Titik B terletak di luar garis h .................................................. 30
Gambar 2.6 Titik A terletak pada bidang α.................................................... 30
Gambar 2.7 Titik B di luar bidang β ............................................................ 31
Gambar 2.8 Garis g dan h berpotongan dititik A........................................... 31
Gambar 2.9 Garis g dan h berhimpit ............................................................ 31
Gambar 2.10 Garis g dan h sejajar......... ........................................................ 32
Gambar 2.11 Garis g dan h bersilangan..................................................... ... . 32
Gambar 2.12 Garis g terletak pada bidang α .................................................. 33
Gambar 2.13 Garis h sejajar bidang β ........................................................... 33
Gambar 2.14 Garis k menembus bidang γ ..................................................... 33
Gambar 2.15 Bidang α dan β berhimpit ......................................................... 34
Gambar 2.16 Bidang α dan β sejajar ............................................................. . 34
Gambar 2.17 Bidang α dan β berpotongan......... ............................................ 35
Gambar 2.18 Jarak titik A dan B..................................................... .............. . 35
Gambar 2.19 Jarak titik A dan garis g......... ................................................... 36
Gambar 2.20 Jarak titik A dan bidang α ....................................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ...................................................................................... 97
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .......... 100
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................. 134
Lampiran 4 Kisi-kisi Uji Coba Tes Prestasi Belajar Peserta didik .............. 142
Lampiran 5 Uji Coba Tes Prestasi Belajar Peserta didik ............................. 144
Lampiran 6 Lembar Jawab Uji Coba Tes Prestasi Belajar Peserta Didik.... 153
Lampiran 7 Pembahasan Soal Try Out Tes Prestasi Belajar Peserta didik .. 154
Lampiran 8 Lembar Validitas Tes Prestasi Belajar Peserta didik ................ 164
Lampiran 9 Uji Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Peserta didik ..... 170
Lampiran 10 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Peserta didik ................... 172
Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Peserta didik .............................. 174
Lampiran 12 Tes Prestasi Belajar Peserta Didik ............................................ 176
Lampiran 13 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Peserta Didik ................... 184
Lampiran 14 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Peserta didik ....................... 185
Lampiran 15 Nilai Mid Semester 2 kelas X Mata Pelajaran Matematika
Tahun Pelajaran 2009/2010 ............................................................................. 193
Lampiran 16 Uji Homogenitas Mid Semester 2 Kelas Eksperimen dan
Kontrol ............................................................................................ 195
Lampiran 17 Uji Normalitas Mid Semester 2 Kelas Eksperimen dan
Kontrol ......................................................................................... 199
Lampiran 18 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kontrol .................. 204
Lampiran 19 Data Induk Penelitian ............................................................... 207
Lampiran 20 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kelas Eksperimen dan
Kontrol ............................................................................................ 209
Lampiran 21 Uji Homogenitas Prestasi Belajar antar Katagori Kemampuan
Awal ............................................................................................ 213
Lampiran 22 Uji Normalitas Prestasi Belajar pada Tiap Katagori
Kemampuan Awal............................................................................................ 217
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Lampiran 23 Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Eksperimen dan
Kontrol ............................................................................................ 223
Lampiran 24 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .................. 228
Lampiran 25 Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ......................................... 233
Lampiran 26 Uji Komparasi Ganda Antar Baris pada Kolom yang Sama .... 235
Lampiran 27 Uji Komparasi Ganda Antar Kolom pada Baris yang Sama .... 237
Lampiran 28 Perijinan .................................................................................... 240
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indikator maju atau tidaknya suatu negara, salah satunya ditentukan
dengan tingkat pendidikan negara tersebut. Tingkat pendidikan suatu negara
tidaklah lepas dari lembaga pendidikan sebagai pelaksananya, yaitu sekolah.
“… peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Salah satu upaya yang segera dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah pembaruan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.” (Masnur, 2007:1).
Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan melalui pembaharuan pendidikan
terus menerus dilakukan. Salah satunya dengan pembaharuan kurikulum, dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Kebijakan pemerintah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dimulai sejak tahun 2006. Salah satu konsekuensi dari ini
penerapan kurikulum ini adalah tuntutan pada ketrampilan mengajar guru.
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik … .” (Masnur, 2007:2). Oleh karena itu
guru dituntut untuk mempunyai ketrampilan mengajar yang bisa mengembangkan
dan mengoptimalkan potensi peserta didik, termasuk guru matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran terstuktur yang selalu
dipelajari di setiap jenjang pendidikan, dari mulai TK sampai perguruan tinggi.
Ada beberapa alasan tentang perlunya peserta didik belajar matematika, menurut
Cockroft dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253), ada enam alasan pentingnya
belajar matematika antara lain:
(1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Sehingga bukanlah hal aneh, jika matematika diikutsertakan sebagai mata
pelajaran penentu syarat kelulusan pada jenjang SD, SMP dan SMA yang
standarnya selalu naik setiap tahun. Namun ironisnya yang terjadi di Indonesia
justru prestasi peserta didik dalam mata pelajaran matematika dapat dikatakan
rendah. Berikut beberapa indikator rendahnya prestasi belajar matematika
Indonesia:
1. Dalam Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) dan UNESCO
tahun 2001, disebutkan bahwa prestasi belajar matematika Indonesia berada
pada peringkat 34 dari 38 negara.
2. Dalam penelitian Programe for Internatoinal Student Assesment (PISA)
tahun 2003 disebutkan bahwa dari 41 negara yang disurvei pada bidang
Matematika, Indonesia berada pada tingkat 39.
3. Dalam Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) tahun 2004,
disebutkan bahwa prestasi belajar matematika Indonesia berada pada
peringkat 35 dari 44 negara.
4. Hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2006,
prestasi belajar matematika peserta didik Indonesia juga hanya menembus
skor rata-rata 411, sementara Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605
(kurang dari 399 = sangat rendah; 400-475 = rendah, 476-550 = menengah,
551-625 = tinggi, dan lebih dari 626 = tingkat lanjut).
Ada banyak faktor yang mungkin berpengaruh pada rendahnya prestasi
belajar matematika. Faktor-faktor tersebut antara lain peserta didik, kurikulum,
sistem pendidikan, kualitas guru, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, dan
lingkungan belajar. Faktor dari dalam diri peserta didik yang berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar adalah kemampuan awal, bakat, minat dan motivasi
untuk belajar. Kesemua faktor baik dari luar maupun dari dalam, di atas akan
menentukan tingkat keberhasilan suatu pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam suatu kelas selalu ditemui adanya tingkatan kemampuan peserta
didik yang berbeda-beda dan berbagai jenjang materi matematika yang akan
dipelajari. Oleh karena itu dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai,
hendaknya seorang guru memperhatikan dua hal tersebut, yaitu strategi
pembelajaran yang mencakup seluruh tingkat kemampuan peserta didik dan yang
sesuai untuk suatu materi ajar.
Strategi pembelajaran yang sering diterapkan pada jenjang pendidikan
menengah adalah strategi pembelajaran yang disajikan bagi pendengar dengan
jumlah yang banyak (karena jumlah peserta didik tiap kelasnya ᲀ 40 anak) dan
biasanya hanya berupa pentransferan informasi, tanpa memperhatikan kondisi
peserta didik. Misalnya, dengan menggunakan ceramah yang diselingi tanya
jawab. Ini biasa dilakukan para guru matematika pada semua materi matematika.
Strategi pembelajaran ini dirasa kurang memperhatikan keadaan peserta didik
dalam hal kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Menurut Wina Sanjaya
(2008), “Ada 4 kekeliruan guru dalam mengajar salah satu diantaranya adalah
guru tidak berusaha menganalisa kemampuan peserta didik”. Jika hal ini terjadi,
dimungkinkan peserta didik kurang bisa optimal dalam pembelajarannya, atau
bisa dimungkinkan peserta didik sudah merasa sulit dulu sebelum mempelajari
matematika karena mereka merasa kemampuan yang mereka miliki kurang bisa
menjangkau materi yang diajarkan. Hal ini dapat membuat peserta didik frustasi
atau tidak antusias belajar matematika. Penyebab lain yang dimungkinkan peserta
kurang antusias belajar matematika adalah kurangnya relevansi antara apa yang
mereka pelajari dengan kehidupan nyata yang mereka lihat.
Menurut Martha Kaufeldt (2008:1), “Guru yang baik selalu mengetahui
bahwa ukuran tunggal tidak cocok untuk semuanya”. Strategi pembelajaran
dengan lingkup sempit atas tingkatan kemampuan kurang baik diterapkan, karena
akan mengabaikan antusiasme para peserta didik yang cerdas dan menyebabkan
frustasi para peserta didik yang kurang mampu. Oleh karena itu diperlukan sebuah
strategi pembelajaran yang dapat mencakup seluruh tingkatan kemampuan peserta
didik dan memiliki relevansi dengan kehidupan nyata, sehingga diusahakan tidak
ada peserta didik yang merasa tertinggal. Authentic Multi-level Instruction (AMI)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
merupakan strategi pembelajaran yang di dalamnya terdapat pengoptimalan
multiple intelligences yang ada pada setiap peserta didik dengan disertai
pengelompokan yang heterogen dan pembelajaran authentic. Adanya
pembelajaran authentic, diharapkan mampu membangkitkan antusias peserta
didik dalam belajar matematika karena adanya pengaitan pembelajaran dengan
kenyataan yang ada, yang bisa mereka lihat dan rasakan. Sedangkan adanya
pengotimalan multiple intelligences dan kelompok heterogen, diharapkan seluruh
peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan dapat berpartisipasi dalam
pembelajaran sesuai dengan kemampuan mereka sehingga tidak ada peserta didik
yang tertinggal.
Aljabar, geometri dan trigonometri adalah cabang dari matematika.
Dimensi Tiga merupakan salah satu cabang dari Geometri, yang mempelajari
tentang bangun ruang dan hal-hal yang berkaitan dengan bangun ruang. Materi
ini, dianggap sulit dalam pemahamannya karena pemisualisasian Dimensi Tiga
pada pembelajaran biasanya hanya melalui gambar pada dimensi dua.
Menurut Max A. Sobel dan Evan M (2002:154), tentang materi Dimensi
Tiga adalah sebagai berikut:
(1) pada materi ini banyak yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata yang akan membuat pembelajaran terasa lebih nyata atau konkret (2) teorema-teorema tentang geometri di sekolah atas dapat dimulai dengan sesuatu yang konkret, pengalaman memanipulasi yang memberi wawasan yang berguna dan pemahaman membuat bukti terstruktur lebih cepat dipahami peserta didik (3) aktivitas visualisasi dapat memperingan pikiran peserta didik dan membuat mereka fleksibel dan lebih kreatif.
Oleh karena itu penerapan Authentic Multi-level Instruction (AMI) dirasa tepat
pada materi Dimensi Tiga.
SMA Negeri 1 Mojolaban merupakan salah satu sekolah yang terletak di
kabupaten Sukoharjo. Dimensi Tiga dipelajari pada saat kelas X semester 2.
Dilihat dari perolehan nilai mid semester murni, didapat rata-rata kelas X adalah
59 sedangkan KKM adalah 62. Ini menunjukan ketidaksesuaian antara harapan
sekolah dengan kenyataan yang ada. Selain itu, dilihat dari perolehan ulangan
harian, mid semester dan nilai semester yang murni terjadi kesenjangan prestasi
yang cukup tinggi ditunjukkan dengan standar deviasi yang cukup besar. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mengindikasikan bahwa tingkat kemampuan peserta didiknya berbeda-beda.
Strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dirasa sesuai
dengan keadaan yang demikian. Prestasi peserta didik dengan kemampuan rendah
dan sedang diharapkan dapat meningkat sehingga prestasi belajar matematika
pada umumnya dapat meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang berkaitan dengan rendahnya
prestasi belajar matematika. Beberapa permasalahan tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik
disebabkan oleh tidak adanya relevansi antara apa yang mereka pelajari
dengan kehidupan nyata yang bisa mereka lihat, sehingga mereka merasa
kesulitan dan kurang tertarik untuk mempelajarinya. Oleh karena itu muncul
pertanyaan bagaimana mensolusikan kesulitan yang dialami peserta didik
dalam belajar matematika. Untuk menjawab hal itu perlu dilakukan
penelitian mengenai analisis kesulitan belajar matematika, sehingga
ditemukan suatu solusi untuk membantu peserta didik dalam belajar
matematika.
2. Kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik
disebabkan oleh strategi pembelajaran yang sering digunakan kurang tepat.
Oleh karena itu muncul pertanyaan apakah jika strategi pembelajaran
diganti dengan strategi pembelajaran yang dianggap sesuai, maka prestasi
peserta didik akan meningkat. Untuk menjawab hal itu perlu dilakukan
penelitian yang pembandingkan strategi pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan strategi pembelajaran yang biasa diterapkan (pembelajaran
konvensional) terhadap prestasi belajar.
3. Tingkat kemampuan awal yang berbeda-beda, menyebabkan prestasi belajar
peserta didik dengan kemampuan awal rendah akan cenderung rendah, dan
kemampuan sedang akan cenderung sedang. Oleh karena itu perlu dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penelitian tentang strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
prestasi peserta didik dengan kemampuan awal yang rendah dan sedang.
C. Pemilihan Masalah
Dari ketiga masalah yang diidentifikasi sebelumnya, peneliti hanya ingin
melakukan penelitian terkait dengan permasalahan kedua dan ketiga. Penelitian
yang dilakukan terkait dengan strategi pembelajaran yang sesuai untuk suatu
materi ajar dan tingkat kemampuan awal yang berbeda-beda.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pemilihan masalah
sebelumnya, agar penelitian yang dikaji dapat lebih terarah diperlukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan awal yang dimaksud adalah kemampuan awal peserta didik
yang ditunjukan dengan nilai UAN Matematika SMP. Digunakan nilai UAN
SMP dikarenakan prasyarat dari submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus)
ada pada jenjang SMP. Kemampuan awal dibagi menjadi 3 yaitu
kemampuan rendah, sedang dan tinggi.
2. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil belajar peserta didik yang
dicapai setelah proses pembelajaran submateri Dimensi Tiga (Balok dan
Kubus). Indikator yang dipakai dalam menganalisis apakah peserta didik
dengan pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik dari pada peserta didik dengan pembelajaran
konvensional adalah nilai tes prestasi pada submateri Dimensi Tiga (Balok
dan Kubus).
3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang saat
ini diterapkan yaitu pembelajaran dengan menggunakan ceramah yang
diselingi tanya jawab. Pembelajaran ini diterapkan pada kelas kontrol
sebagai kelas pembanding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan
pembatasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), strategi
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) akan menghasilkan
prestasi belajar lebih baik daripada pembelajaran konvensional?
2. Apakah pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), kemampuan awal
tinggi akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan
awal sedang? Apakah pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus),
kemampuan awal tinggi akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik
daripada kemampuan awal rendah? Apakah pada submateri Dimensi Tiga
(Balok dan Kubus), kemampuan awal sedang akan menghasilkan prestasi
belajar lebih baik daripada kemampuan awal rendah?
3. Apakah ada interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan awal
terhadap prestasi belajar pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus)?
Apakah pada kemampuan sedang, strategi pembelajaran Authentic Multi-
level Instruction (AMI) akan menghasilkan prestasi lebih baik daripada
pembelajaran konvensional? Apakah pada kemampuan rendah, strategi
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) akan menghasilkan
prestasi lebih baik daripada pembelajaran konvensional? Apakah pada
strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI), kemampuan
awal sedang akan menghasilkan prestasi yang sama dengan kemampuan
awal tinggi? Apakah pada strategi pembelajaran Authentic Multi-level
Instruction (AMI), kemampuan awal rendah akan menghasilkan prestasi
yang sama dengan kemampuan awal sedang?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
F. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya yang menjadi tujuan dalam
penelitian adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui apakah pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus),
strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) akan
menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada pembelajaran
konvensional.
2. Untuk mengetahui apakah pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus),
kemampuan awal tinggi akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik
daripada kemampuan awal sedang. Untuk mengetahui apakah pada
submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), kemampuan awal tinggi akan
menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan awal rendah.
Untuk mengetahui apakah pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus),
kemampuan awal sedang akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik
daripada kemampuan awal rendah.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran
dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar peserta didik pada
submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus). Untuk mengetahui apakah pada
kemampuan sedang, strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction
(AMI) akan menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada
pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui apakah pada kemampuan
rendah, strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) akan
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada pembelajaran
konvensional. Untuk mengetahui apakah pada strategi pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) kemampuan awal sedang akan
menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan kemampuan
awal tinggi. Untuk mengetahui apakah pada strategi pembelajaran Authentic
Multi-level Instruction (AMI) kemampuan awal rendah akan menghasilkan
prestasi belajar matematika yang sama dengan kemampuan awal sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
G. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Meningkatkan kerjasama (partnership) guru dan peserta didik dalam
peningkatan prestasi belajar.
b. Mendorong guru dalam memperhatikan perkembangan peserta didik
secara terus menerus.
c. Memotivasi guru untuk meningkatkan profesionalisme.
2. Bagi SMA Negeri 1 Mojolaban
Sebagai referensi strategi pembelajaran bagi guru-guru yang lain.
3. Bagi Peneliti
Menambah wacana dan pengalaman dalam menerapkan strategi
pembelajaran bagi peneliti sebagai calon guru.
4. Bagi Peserta didik
a. Termotivasi aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Prestasi
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari prestasi oleh beberapa
ahli, diantaranya sebagai berikut :
1) Peter Salim dan Yeni Salim (1990:1190) menyatakan bahwa “Prestasi
adalah hasil yang diperoleh dari sesuatu yang dilakukan, dan sebagainya.”
Selanjutnya dituliskan bahwa “Prestasi akademik adalah nilai yang
diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan ditentukan
melalui penilaian”.
2) Suharsimi Arikunto (2006:20) menyatakan bahwa “Prestasi merupakan hasil
kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya sangat kompleks”.
3) Soenarto (2009:1) menyatakan “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai
seseorang dalam melakukan kegiatan”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
merupakan hasil yang dicapai seseorang dari usaha yang dilakukan dalam suatu
bidang tertentu.
b. Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari belajar oleh beberapa
ahli, diantaranya sebagai berikut :
1) Hamzah B. Uno (2007:21) menyatakan bahwa “Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan
dan penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan”.
2) Peter Salim dan Yeni Salim (1991:1190) berpendapat “Belajar adalah
berusaha memperoleh suatu ilmu pengetahuan dan ketrampilan”.
3) Purwoto (2003:21) menyatakan bahwa ”Belajar adalah suatu proses yang
berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi
cerdas, dari sikap belum baik menjadi bersikap baik, dari pasif menjadi
aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya”.
4) Muhibbin Syah (2003:63) berpendapat bahwa “Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.
5) Oemar Hamalik (2004:154) menuliskan “Belajar sebagai perubahan tingkah
laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”.
6) Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009:5) mengemukakan bahwa
“Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan
dalam rangka perubahan seseorang secara konstruktif”.
Selain itu, prinsip dan faktor belajar dikemukakan oleh Nanang dan Cucu
Suhana sebagai berikut :
Prinsip belajar antara lain : belajar berlangsung seumur hidup, proses belajar adalah kompleks tapi terorganisir, belajar berlangsung dari hal yang sederhana menuju kompleks, belajar berlangsung dari hal yang konkret menuju abstrak, belajar merupakan bagian dari perkembangan, belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna, kegiatan belajar berlangsung di setiap tempat dan waktu, belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, kegiatan tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain (Nanang dan Cucu Suhana, 2009:5). Faktor yang mempengaruhi belajar antara lain : peserta didik dengan sejumlah latar belakang yang mempengaruhi (tingkat kecerdasan, bakat, sikap, minat, motivasi, keyakinan, kesadaran, kedisiplinan dan tanggung jawab), pengajar yang professional, atmosfer pembelajaran yang baik, sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran, kurikulum, lingkungan dan pembiayaan yang memadai (Nanang dan Cucu Suhana, 2009:5).
Dari beberapa uraian tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang dapat
dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan serta
penilaian yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu
menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas
menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi bersikap baik, dari pasif menjadi
aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Matematika
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari matematika oleh
beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut :
1) Menurut Johnson dan Mykiebust dalam Mulyono Abdurahman (2003:252)
mengemukakan bahwa “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”.
2) Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252) berpendapat bahwa
“Matematika di samping sebagai simbolis juga merupakan bahasa universal
yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”.
3) Kline dalam Mulyono Abdurahman (2003:252) mengemukakan bahwa
“Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif”.
4) Purwoto (2003: 12-13) menyatakan “Matematika adalah pola keteraturan
pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur
yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan
postulat dan akhirnya ke dalil”.
5) Russel dalam Hamzah B. Uno (2008: 129) mendefinisikan “Matematika
sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat
dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal tersusun baik
(konstruktif) secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks), dari
bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan real ke bilangan kompleks, dari
penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju
matematika yang lebih tinggi”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu yang mempelajari tentang konsep, pola hubungan, serta hitungan
yang tersusun secara hirearki yang memudahkan berfikir manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d. Prestasi Belajar Matematika
Dalam uraian sebelumnya telah diuraikan tentang prestasi, belajar dan
matematika. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika merupakan
Hasil yang dicapai seseorang dari usaha yang dilakukan (belajar) guna
menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang dapat
dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan konsep, pola hubungan, serta hitungan yang tersusun secara
hirearki yang memudahkan berfikir manusia.
2. Kemampuan Awal Peserta Didik
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari kemampuan oleh
beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut :
1) Edward de Bono (2007:24) menuliskan “Kemampuan berpikir adalah
ketrampilan mental yang memadukan kecerdasan dan pengalaman”.
2) Salim Peter et al (1997:632) menyatakan bahwa “Kemampuan dapat berarti
kesanggupan, kecakapan”.
3) Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1988:134) berpendapat “Penampilan yang
diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian
untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan
kemampuan-kemampuan tersebut”.
Dari beberapa pengertian tentang kemampuan di atas dapat dimengerti
bahwa suatu kemampuan baru diperoleh tidak lepas dari kemampuan dasar yang
telah dipunya. Dalam mata pelajaran matematika, submateri yang dipelajari
disusun secara sistematis dan hirarkis sehingga untuk mendapatkan tingkat
pemahaman yang baik pada materi yang lebih tinggi diperlukan penguasaan
materi sebelumnya. Dengan demikian, dalam belajar matematika harus secara
berurutan dan berkesinambungan, artinya sebelum mempelajari suatu konsep yang
lebih tinggi, harus terlebih dahulu memahami konsep yang lebih rendah
tingkatannya yang merupakan prasyarat yang diperlukan sebagai dasar untuk
mempelajarinya. Faktor internal yang paling berperan dalam menentukan
keberhasilan mempelajari matematika adalah kemampuan menguasai konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dasar sebagai kemampuan awal. Dengan kemampuan awal tinggi maka peserta
didik mampu menganalisa dan memecahkan masalah dengan cepat.
Menurut Suhaenah Suparno (2001:52) menyatakan bahwa “Setiap materi
yang akan diperoleh ditingkat lebih tinggi harus cukup ditunjang pengetahuan
awal/kemampuan dasar yang menjadi syarat untuk memahami materi tersebut”.
Selanjutnya, “Pengajaran akan berhasil dengan baik bila dimulai dari apa yang
diketahui oleh peserta didik. Ini berarti guru harus mengetahui terlebih dahulu
pengetahuan dan tingkah laku yang dimiliki oleh peserta didik, baik pengetahuan
dan tingkah laku dalam arti luas, pengetahuan dan tingkah laku prasarat bagi
bahan pengajaran berikutnya”. (Ahmad Rohani dan Abu, 1992:19).
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1998:163) terdapat lima macam
kemampuan awal peserta didik ditinjau dari hasil belajarnya :
a. Ketrampilan intelektual, ketrampilan ini memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungan melalui simbol-simbol atau gagasan.
b. Ketrampilan kognitif, kemampuan ini merupakan suatu proses internal yang
digunakan peserta didik untuk memilih dan mengubah cara-cara berpikir,
mengingat dan belajar.
c. Kemampuan verbal, kemampuan ini diperoleh melalui membaca,
pengucapan kata-kata dan sebagainya.
d. Sikap-sikap, sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan
mempengaruhi seseorang terhadap benda-benda, kejadian dan makhluk
hidup yang lain.
e. Keterampilan motorik, kemampuan ini tidak hanya mencakup kegiatan-
kegiatan fisik tetap juga kegiatan motorik yang digabung dengan
ketrampilan intelektual.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan awal dapat diartikan kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik yang diperlukan sebagai prasyarat
untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Strategi Pembelajaran
Kata strategi berasal dari kata strategos (Yunani). Strategos berarti
jenderal atau berarti pula perwira, yang bertanggung jawab merencanakan suatu
strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan. Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian dari strategi oleh beberapa ahli,
diantaranya sebagai berikut :
1) Sherly dalam Mulyani Sumantri (2001:35) merumuskan bahwa “Strategi
sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya
diperlukan untuk mencapai tujuan”.
2) J. Salusu dalam Mulyani Sumantri (2001:35), merumuskan bahwa “Strategi
sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk
mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan
kondisi yang paling menguntungkan”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu keputusan atau
prinsip dalam bertindak yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Lebih lanjut, Mulyani Sumantri (2001:36) mengemukakan ada beberapa pendapat
pakar pendidikan mengenai pengertian strategi pembelajaran antara lain :
1) Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan
menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk
mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan
kondisi yang paling menguntungkan.
2) Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.
3) Strategi dalam mengajar merupakan suatu rencana (mengandung
serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara maksimal untuk mencapai
tujuan-tujuan belajar.
4) Strategi mengajar merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di
dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5) Strategi pembelajaran merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan
interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen lain dari sistem,
dan berupa instruksional secara konsisten.
6) Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang memelihara
konsistensi dan kekompakan setiap komponen pembelajaran yang tidak
hanya terjadi pada tahap perancangan tetapi juga terjadi pada tahap
implementasi atau pelaksanaan bahkan pada tahap pelaksanaan evaluasi.
Dari beberapa pengertian di atas, strategi mengajar dapat diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik yang sesuai dengan garis besar
haluan bertindak dalam perwujudan belajar mengajar agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
a. Authentic Multi-level Instruction (AMI)
“The more teacher use authentic instructional strategies and intentional
built into these multi level learning opportunities, the richer the learning
environment, the greater progress of student, the fewer specialized adaptations
were, and the more time and energy the teacher had for supporting student
learning” (Michael Peterson, Mishael Hittie, and Lynne Tamor, 2002:12). Oleh
karena itu, guru dituntut lebih berusaha agar peserta didik dapat menyerap materi
dalam pembelajaran dengan baik. Authentic Multi-level Instruction (AMI)
merupakan strategi pembelajaran yang di dalamnya terdapat pembelajaran
authentic dan pembelajaran yang mengoptimalkan multiple intelligences yang ada
pada setiap peserta didik dengan disertai pengelompokan yang heterogen. Adapun
prinsip-prinsip pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI), antara lain :
1. Authentic learning
“Authentic learning is foremost and central. Rather than involve student in
‘school work’ authentic teaching is grounded in task that serva real purpose”
(Michael et al, 2002:13). Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah hendaknya
selalu dikaitkan dengan kenyataan yang ada.
2. Multi-level
“By multi level we mean that student are engaged in learning activities that allow
them to function at their level of ability, yet are challenged at their zone of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
proximal development to continue growing and learning” (Michael et al,
2002:14). Pembelajaran multi-level memungkinkan peserta didik terlibat dalam
kegiatan belajar yang berfungsi pada tingkat kemampuan mereka. Dalam
rancangan pembelajarannya, selalu diupayakan memenuhi ke-8 macam
kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Kedelapan kecerdasan ini antara lain
:
a. Kecerdasan Verbal atau Linguistik
Kecerdasan verbal atau linguistik adalah kecerdasan yang berkenaan
dengan kata-kata dan secara luas, berkomunikasi. Kecerdasan ini
menggambarkan kemampuan memakai bahasa secara jelas melalui
membaca, menulis, mendengar dan berbicara.
b. Kecerdasan Logis atau Matematis
Kecerdasan Logis atau matematis adalah kecerdasan yang berkenaan
dengan angka-angka dan penalaran. Ciri-ciri ragam kecerdasan ini adalah
kemampuan memakai penalaran induktif dan deduktif, memecahkan
berbagai masalah abstrak dan memahami hubungan sebab-akibat.
c. Kecerdasan Visual atau Spasial
Kecerdasan visual atau spasial adalah kecerdasan yang berkenaan
dengan gambar-gambar. Kecerdasan ini berupa kemampuan merasakan
dunia visual secara akurat dan kemudian menciptakan pengetahuan visual.
d. Kecerdasan Body atau Kinestetik
Kecerdasan seluruh tubuh, termasuk tangan. Kecerdasan ini berupa
kemampuan untuk mengontrol dan menafsirkan aneka gerakan tubuhnya
sendiri untuk memanipulasi serta membentuk harmoni antara tubuh dan
pikiran.
e. Kecerdasan Musikal atau Ritmis
Kecerdasan musikal atau ritmis adalah kecerdasan yang berkaitan
dengan nada, irama, pola titi nada dan warna nada. Kecerdasan ini berupa
tingkatan sensitivitas pada pola-pola suara dan kemampuan untuk merespon
musik secara emosional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
f. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang terkait dengan
pemahaman sosial. Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain dengan membaca berbagai suasana hati, temperamen,
motivasi dan tujuan orang lain.
g. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang berkenaan dengan
pengetahuan diri. Ciri-ciri kecerdasan ini adalah kemampuan untuk
memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas konsep diri, sikap,
perasaan dan tindakan yang dilakukannya.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang terkait dengan dunia
alam. Kecerdasan ini berasal dari kemampuan untuk mengenali, memahami
keadaan alam.
3. Scaffolding
“Student are given support and assistance to move from their present of
function to the next level.” (Michael et al, 2002:14). Peserta didik diberi dukungan
dan bantuan (scaffold) untuk bergerak dari tingkat sekarang mereka berfungsi
untuk tingkat berikutnya. Dalam pembelajaran ini, peserta didik secara eksplisit
dan sistematis diajarkan untuk saling bantu, dukung, dan memberi tantangan satu
sama lain sebagai bagian dari masyarakat membangun dalam kelas mereka.
Sedangkan guru sebagai fasilitator, motivator dan juga memberi bantuan arahan
jika peserta didik mengalami kesulitan.
4. Berpikir lebih tinggi
“In authentic multi-level teaching, teacher seek to involve all student in
higher order thinking, in complex learning and project at the higher end of
Bloom’s taxonomy.” (Michael et al, 2002:14). Dalam Authentic Multi-Level
Instruction (AMI), guru mencari ide agar peserta didik dapat berpikir lebih tinggi.
Dalam pembelajarannya, kegiatan dan tugas dirancang untuk mendorong peserta
didik untuk berpikir dalam tingkat yang lebih tinggi, dengan menggunakan
piramid taksonomi Bloom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Ranah kognitif :
a. Recognition (pengetahuan : mengingat, mengenal, menghafal).
b. Recall (pemahaman : mengungkap, menelaah kembali,
menginterpretasikan).
c. Aplication (penerapan : menggunakan konsep untuk suatu
memecahkan suatu masalah).
d. Analysis (analisis : menjabarkan suatu konsep).
e. Synthesis (sintesis : menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi
satu konsep yang utuh).
f. Evaluation (evaluasi : membandingkan nilai, ide, strategi
pembelajaran dan sebagainya).
Ranah afektif :
a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu).
b. Merespon (aktif berpartisipasi).
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu).
d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayai).
e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
5. Pengelompokan heterogen
“In authentic multi-level teaching, teacher intentionally structured classes
so that student of different abilities work together in small or large groups, or in
pairs” (Michael et al, 2002:15). Oleh karena itu, dalam pembelajaran Authentic,
Multi-level Instruction (AMI) sangatlah menghindari pengelompokan kemampuan
peserta didik. Dalam pengelompokan, seorang guru harus memperhatikan
beberapa hal, diantaranya :
a. Kelompok yang dibuat tidak selalu dipakai seterusnya, dan bisa
berubah-ubah komposisi anggotanya.
b. Guru menjamin bahwa dalam suatu kelompok harus terdiri dari
berbagai macam tingkatan kemampuan peserta didik.
c. Komposisi kelompok dapat dipengaruhi oleh permintaan peserta
didik, agar pembelajaran dapat berjalan nyaman dan kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
6. Keterampilan yang terpadu
Dalam setiap pembelajaran, guru selalu mengkaitkan dengan materi
sebelumnya, sehingga ketrampilan yang diperoleh peserta didik tidak terpeceh-
pecah dan merupakan ketrampilan yang terpadu.
7. Fokus pada makna dan fungsi
“Authentic Multi-level most centrally focuses on learning, information,
skills that have meaning in the live of students” (Michael et al, 2002:16).
Pembelajaran mengutamakan kebermaknaan dan keterkaitan dengan kehidupan
dalam setiap materi dan fungsinya bagi peserta didik.
8. Multi modal
Guru dalam mendisain pembelajaran dilakukan selengkap mungkin dalam
penyajiannya dan berasal dari berbagai sumber.
9. Pembangunan pada kekuatan anak
“In effective multi-level, student are celebrated for their strengths, at
whatever level they are function” (Michael et al, 2002:17). Oleh karena itu,
seberapapun tingkat pemahaman dari peserta didik harus dihargai.
10. Memupuk rasa hormat
Dalam pembelajaran dipupuk rasa saling menghormati pendapat dan sikap
antar peserta didik peserta didik.
11. Kesenangan, pilihan, kekuatan dan suara peserta didik
Mengutamakan kesenangan, pilihan, kekuatan dan suara peserta didik
dalam mengambil berbagai kebijakan selama proses pembelajaran.
12. Pembelajaran kolaboratif
Dalam pembelajaran kolaboratif terdapat 5 elemen di dalamnya, antara
lain :
Interpendensi yang positif
a. Interaksi face-to-face
b. Tanggung jawab individu dan kelompok
c. Kemampuan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam suatu
kelompok kecil
d. Pemrosesan secara kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(Adi, 2003:199)
Pembelajaran kolaboratif sebagai falsafah tanggung jawab pribadi dan
sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka
sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
fasilitator, memberi dukungan tetapi tidak menyetir kelompok ke arah hasil yang
sudah disiapkan sebelumnya.
13. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh guru dan peserta didik. Dilakukan peserta didik
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik setelah pembelajaran.
Dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana instruksi pembelajaran dapat
membelajarkan peserta didik.
14. Perkembangan dan usaha yang berbasis evaluasi
Evaluasi yang dilakukan digunakan sebagai tolok ukur pengambilan
kebijakan dalam pembelajaran selanjutnya.
Menurut Joe Kincheloe dan Kecia Hayes (2006) dalam mendisain Authentic
Multi-level Instruction (AMI) seorang guru haruslah :
1. Desain pembelajaran multi-level, mengutamakan 8 macam kecerdasan
peserta didik.
2. Menantang peserta didik pada tingkat mereka (zona perkembangan
proksimal).
3. Memberikan dukungan dan bantuan sehingga anak-anak dapat mendorong
maju ke tingkat berikutnya mereka sendiri belajar.
4. Menggunakan pembelajaran authentic bahwa anak-anak yang terlibat dalam
belajar melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan
nyata.
5. Melibatkan peserta didik dalam kolaboratif, pasangan atau kelompok kerja
dimana mereka memanfaatkan kekuatan satu sama lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Langkah-langkah pada pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI)
adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi
Guru menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari, tujuan
pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran.
2. Presentasi
Peserta didik menyampaikan gagasan atau informasi di depan peserta didik
yang lain.
3. Praktek peserta didik
Praktek ini dapat berupa mempraktekkan sesuatu hal atau kondisi permasalahan
yang akan dipecahkan.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta
didik setelah pembelajaran.
Beberapa pembelajaran yang digunakan dalam eksperimentasi strategi Authentic
Multi-level Instruction (AMI) ini antara lain :
1. Diskusi
Mulyani Sumantri (2001:126) menuliskan bahwa “Diskusi diartikan
sebagai siasat “penyampaian” bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik
untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan”.
Tujuan digunakan:
1. Melatih ketrampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan
menyimpulkan bahasan.
2. Melatih dan membentuk kestabilan social-emosi.
3. Mengembangkan katrampilan mengemukakan pendapat.
4. Menggambarkan sikap terhadap isu-isu controversial yang saat ini
terjadi.
5. Melatih keberanian berpendapat.
Alasan digunakan :
1. Topik bersifat problematik
2. Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik
berjiwa besar.
4. Peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang suatu
masalah.
2. Kerja kelompok
Mulyani Sumantri (2001:127) menyatakan bahwa “Kerja kelompok
merupakam strategi pembelajaran mengajar dengan mengkondisikan peserta didik
dalam suatu grup atau kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk
dibahas dalam kelompok tersebut”.
Tujuan digunakan :
1. Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara para peserta
didik.
2. Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual pada
peserta didik.
3. Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar.
Alasan digunakan :
1. Membuat peserta didik bekerjasama dengan temannya.
2. Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahan
untuk melaksanakan tugas.
3. Membuat peserta didik aktif.
3. Presentasi
Ees (2007:2) menyatakan bahwa ”Presentasi adalah sebuah kegiatan yang
menunjukan atau menyajikan sebuah informasi atau gagasan kepada orang lain”.
Sindu Mulianto (2006:144) menuliskan bahwa “Presentasi adalah cara
membawakan atau menyampaikan suatu produk, ide/gagasan, proyek, laporan dan
sebagainya di muka umum atau sekelompok orang”.
Sehingga dapat disimpulkam bahwa presentasi adalah penyampaian ide/gagasan
atau informasi dari seseorang kepada orang atau sekelompok orang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Authentic
Multi-level Instruction (AMI) merupakan rancangan pembelajaran yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
keempat belas prinsip di atas dengan tujuan agar seluruh peserta didik dapat
mencapai kompetensi yang diharapkan.
b. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering
digunakan oleh guru dalam menyajikan suatu materi ajar. Strategi pembelajaran
yang sering diterapkan pada jenjang pendidikan menengah adalah strategi
pembelajaran yang diperuntukan bagi peserta didik dengan jumlah yang banyak
(karena jumlah peserta didik tiap kelasnya ᲀ 40 anak) dan biasanya hanya berupa
pentransferan informasi. Misalnya dengan menggunakan ceramah yang diselingi
tanya jawab.
1. Ceramah
Beberapa ahli berpendapat mengenai pembelajaran dengan ceramah antara
lain :
a. Mulyani Sumantri (2001:116) berpendapat bahwa “Pembelajaran
ceramah merupakan pembelajaran yang paling populer dan paling
banyak dilakukan guru. Selain mudah penyajiannya juga tidak
memerlukan persiapan khusus”. Selanjutnya Mulyani juga
mendefinisikan bahwa “Pembelajaran ceramah adalah penyajian
pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan
lisan kepada peserta didik”.
b. Purwoto (2003:169) berpendapat bahwa “Ceramah merupakan suatu
cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada
sejumlah pendengar di suatu ruangan. Pembelajaran ceramah dapat
diartikan sebagai suatu pembelajaran pembelajaran dengan ceramah di
mana penceramahnya adalah guru dan beberapa pendengarnya adalah
peserta didik”.
Mulyani Sumantri (2001:117) menuliskan bahwa “Tujuan pembelajaran
ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep,
pengertian-pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan luas”.
Menurut Purwoto (2003:170) pembelajaran ceramah mempunyai kekuatan dan
kelemahan dalam suatu pembelajaran. kelebihan dan kelemahan itu antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a. Kekuatan
1. Dapat menampung kelas besar, dimana tiap peserta didiknya
memiliki kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan
biaya yang diperlukan relatif lebih murah.
2. Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting,
hinggi waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
3. Isi silabus dapat diselesaikan dengan mudah karena guru tidak
harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.
4. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu
pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan
ceramah.
b. Kelemahan
1. Pelajaran berjalan membosankan, peserta didik menjadi pasif
karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep
yang diajarkan. Murid hanya aktif membuat catatan saja.
2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat
peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat
terlupakan.
4. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar
menghafal (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya
pengertian.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pembelajaran ceramah adalah
pembelajaran yang berupa penyampaian informasi atau penjelasan secara lisan
dari guru kepada peserta didik.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Tanya Jawab
Beberapa ahli berpendapat mengenai tanya jawab antara lain :
a. Roestinah N.K (2008:129) menyatakan bahwa “Tanya jawab adalah
suatu cara untuk memberi motivasi pada peserta didik agar bangkit
pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik yang
menjawab”. Pertanyaan itu mengenai isi pelajaran yang sedang
diajarkan guru dan peserta didik seharusnya sudah mengerti atau
pertanyaan yang lebih luas yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
b. Sedangkan Mulyani Sumantri (2001:120) berpendapat bahwa
“Pembelajaran tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
proses belajar melalui interaksi dua arah dari guru ke peserta didik
atau sebaliknya agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui
jawaban lisan guru atau peserta didik”.
Adapun tujuan dilontarkannya pertanyaan menurut Roestinah N.K
(2008:129) agar peserta didik mengerti atau mengingat-ingat tentang fakta yang
dipelajari, didengar ataupun dibaca, sehingga peserta didik memiliki pengertian
yang lebih mendalam. Selain itu tanya jawab juga bertujuan untuk mengetahui
daya serap dan mengetahui apakah peserta didik mendengarkan ceramah dari guru
ataukah tidak.
Pembelajaran tanya jawab mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam
suatu pembelajaran. Menurut Mulyani Sumantri (2001:121) kelebihan dan
kelemahan itu antara lain :
a. Kekuatan
1. Dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik terhadap
pembelajaran.
2. Menumbuhkan keberanian dalam mengemukakan jawaban dan
pertanyaan.
3. Memberi kesempatan peserta didik mendayagunakan daya
pikirnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Kekurangan
1. Pada kelas besar pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada
seluruh peserta didik.
2. Peserta didik yang tidak aktif tidak mempertahankan bahkan
tidak terlibat.
3. Dapat membuang waktu jika peserta didik tidak responsif.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pembelajaran tanya jawab adalah
cara penyajian pelajaran di mana terjadi interaksi dua arah dari guru ke peserta
didik atau sebaliknya berupa pertanyaan dan jawaban, agar diperoleh kepastian
bahwa peserta didik mengerti atau mengingat-ingat tentang fakta yang dipelajari,
didengar ataupun dibaca.
3. Pembelajaran Ceramah dengan Diselingi Tanya Jawab
Dari uraian sebelumnya, sudah dijelaskan tentang pembelajaran ceramah
dan tanya jawab. Sehingga, dapat disimpulkan pembelajaran konvensional dengan
ceramah yang diselingi tanya jawab adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan
cara memberikan penjelasan-penjelasan dan informasi secara lisan kepada peserta
didik dengan diselingi tanya jawab dua arah baik dari guru kepada peserta didik
maupun peserta didik kepada guru, agar diperoleh kepastian bahwa peserta didik
mengerti atau mengingat-ingat tentang apa yang telah dipelajari.
4. Tinjauan Materi Dimensi Tiga
Submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) merupakan salah satu dari
submateri-submateri yang dipelajari di SMA semester 2 kelas X. Standar
kompetensi yang akan dicapai adalah “Menentukan kedudukan, jarak, dan besar
sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang Dimensi Tiga”.
Submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) yang akan dipakai dalam penelitian
ini mencakup :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Pengertian Titik, Garis dan Bidang
1) Titik
Sebuah titik hanya dapat ditentukan oleh letaknya, tetapi tidak mempunyai
ukuran (dikatakan tidak berdimensi). Sebuah titik digambarkan dengan memakai
tanda noktah, kemudian dibubuhi dengan nama titik itu. Nama titik biasanya
menggunakan huruf kapital seperti A, B, C, P, Q, atau R. Pada Gambar 2.1
diperlihatkan titik A.
2) Garis
Sebuah garis (dimaksudkan adalah garis lurus) dapat diperpanjang
sekehendak kita. Bagian dari garis ini disebut wakil garis. Garis hanya
mempunyai ukuran panjang, tetapi tidak mempunyai ukuran lebar. Nama dari
sebuah garis dapat ditentukan dengan menyebutkan nama wakil garis itu dengan
menggunakan huruf kecil g, h, k atau menyebutkan nama segmen garis dari titik
pangkal ke titik ujung. Pada gambar 2.2 diperlihatkan dua buah garis, yaitu garis g
dan segmen garis AB.
3) Bidang
Sebuah bidang (dimaksudkan adalah bidang datar) dapat diperluas seluas-
luasnya. Pada umumnya, sebuah bidang hanya dilukiskan sebagian saja yang
disebut wakil bidang. Nama dari sebuah bidang dapat ditentukan dengan
menyebutkan nama wakil bidang itu dengan menggunakan huruf yunani α, β, γ
atau menyebutkan nama wakil bidang dari titik-titik sudutnya.
A
Titik A
Gambar 2.1
g
A
B
Garis g dan segmen garis AB
Gambar 2.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pada Gambar 2.3 diperlihatkan dua buah bidang, yaitu bidang α dan bidang
ABCD.
b. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang Dimensi Tiga
(Balok dan Kubus)
1) Kedudukan Titik Terhadap Garis
a) Titik Terletak pada Garis
Jika titik A dilalui oleh garis g, maka titik A dikatakan terletak pada
garis g. Pada Gambar 2.4 diperlihatkan titik A terletak pada garis g.
b) Titik di Luar Garis
Jika titik B tidak dilalui oleh garis h, maka titik B dikatakan berada
di luar garis h. Pada Gambar 2.5 diperlihatkan titik B di luar garis h.
2) Kedudukan Titik terhadap Bidang
a) Titik Terletak pada Bidang
Jika titik A dapat dilalui oleh bidang α, maka titik A dikatakan
terletak pada bidang α.
Titik A terletak pada garis g
Titik B di luar garis h
Gambar 2.4
Gambar 2.5
A
B
g
h
Bidang α dan bidang ABCD
Gambar 2.3
A B
C D
α
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pada Gambar 2.6 diperlihatkan titik A terletak pada bidang α.
b) Titik di Luar Bidang
Jika titik B tidak dapat dilalui oleh bidang β, maka titik B dikatakan
berada di luar bidang β. Pada Gambar 2.7 diperlihatkan titik B terletak pada
bidang β
.
3) Kedudukan Garis terhadap Garis Lain
a) Dua Garis Berpotongan
Dua buah garis g dan h dikatakan berpotongan, jika kedua garis itu
terletak pada sebuah bidang dan mempunyai sebuah titik persekutuan.
Dalam Geometri bidang, titik persekutuan itu disebut titik potong antara
kedua garis. Pada Gambar 2.8 diperlihatkan garis g dan h berpotongan di
titik A.
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Titik A terletak pada bidang α
Titik B di luar bidang β
Gambar 2.8
Garis g dan h berpotongan di titik A
A α
β
B
g
h
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dua Garis Berhimpit
Jika dua garis, garis g dan h berpotongan lebih dari satu titik, maka
kedua garis itu dikatakan berhimpit. Pada Gambar 2.9 diperlihatkan garis g
dan h berhimpit.
b) Dua Garis Sejajar
Dua buah garis g dan h dikatakan sejajar, jika kedua garis itu terletak
pada sebuah bidang dan tidak mempunyai satu pun titik persekutuan. Pada
Gambar 2.10 diperlihatkan garis g dan h sejajart.
c) Dua Garis Bersilangan
Dua garis g dan h dikatakan bersilangan (tidak berpotongan dan
tidak sejajar) jika kedua garis itu tidak terletak pada sebuah bidang. Pada
Gambar 2.11 diperlihatkan garis g terletak pada bidang α dan h di luar
bidang α. Garis h menembus bidang α di titik A, sedangkan titik A tidak
terletak pada garis g. dalam hal demikian, dikatakan garis g dan garis h
bersilangan.
Gambar 2.10
Garis g dan h sejajar
Gambar 2.9
Garis g dan h berhimpit
g
h
g h
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Kedudukan Garis terhadap Bidang
a) Garis Terletak pada Bidang
Sebuah garis g dikatakan terletak pada bidang α, jika garis g dan
bidang α sekurang-kurangnya mempunyai dua titik persekutuan. Pada
Gambar 2.12 diperlihatkan garis g terletak pada bidang α.
b) Garis Sejajar Bidang
Sebuah garis h dikatakan sejajar bidang β, jika garis h dan bidang β
tidak mempunyai satu pun titik persekutuan. Gambar 2.13 diperlihatkan
garis h terletak pada bidang β.
Gambar 2.11
Garis g dan h bersilangan
h
g
A
Gambar 2.12
Garis g terletak pada bidang α
Gambar 2.13
Garis h sejajar bidang β
g
荒
α
h
β
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c) Garis Memotong atau Menembus Bidang
Sebuah garis k dikatakan memotong atau menembus bidang γ, jika
garis k dan bidang γ hanya mempunyai sebuah titik persekutuan. Titik
persekutuan disebut titik potong atau titik tembus. Pada Gambar 2.14
diperlihatkan garis k menembus bidang γ dengan titik tembusnya adalah
titik A.
5) Kedudukan Bidang terhadap Bidang Lain
a) Dua Bidang Berhimpit
Bidang α dan bidang β dikatakan berhimpit, jika setiap titik yang
terletak pada bidang α juga terletak pada bidang β atau setiap titik yang
terletak pada bidang β juga terletak pada bidang α. Pada Gambar 2.15
diperlihatkan bidang α dan bidang β berhimpit.
b) Dua Bidang Sejajar
Bidang α dan bidang β dikatakan sejajar jika kedua bidang itu tidak
mempunyai satu pun titik persekutuan. Pada Gambar 2.16 diperlihatkan
bidang α dan bidang β sejajar.
Gambar 2.14
Garis k menembus bidang γ
k
A 黄
荒 慌
Gambar 2.15
Bidang α dan β berhimpit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c) Dua Bidang Berpotongan
Bidang α dan bidang β dikatakan berpotongan jika kedua bidang itu
tepat memiliki garis persekutuan. Garis persekutuan atau garis potong
merupakan tempat kedudukan titik persekutuan bidang α dan bidang β. Pada
Gambar 2.17 diperlihatkan bidang α dan bidang β berpotongan.
c. Menghitung Jarak dalam Ruang
1) Jarak Titik ke Titik
Jarak titik A ke titik B dalam suatu ruang dapat digambarkan dengan
cara menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB. Jarak titik A
ke titik B ditentukan oleh panjang ruas garis AB. Sebagaimana diperlihatkan
pada gambar 2.18.
Gambar 2.17
Bidang α dan β berpotongan
Gambar 2.16
Bidang α dan β sejajar
α
β
α
β
A
B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Jarak Titik ke Garis
Jika sebuah titik berada di luar garis, maka ada jarak antara titik ke
garis itu. Jarak titik A ke garis g (titik A berada di luar garis g) dapat
ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Buatlah bidang α yang melalui titik A dan garis g.
- Pada bidang α, buatlah garis AP tegak lurus terhadap garis g.
- Ruas garis AP merupakan jarak titik A ke garis g.
Sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2.19
3) Jarak Titik ke Bidang
Jika sebuah titik berada di luar bidang, maka ada jarak antara titik ke
bidang itu. Jarak titik A ke bidang α (titik A berada di luar α) dapat
ditentukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
- Buatlah garis g melalui titik A dan tegak lurus bidang α.
- Garis g menembus bidang α di titik Q.
- Ruas garis AQ merupakan jarak titik A ke bidang α.
A
g P
Gambar 2.18
Jarak titik A dan B
α d
α
Gambar 2.19
Jarak titik A dan garis g
d
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2.20.
(Sartono Wirodikromo, 267:2004)
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan antara lain :
1. ”Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Realistic Methematics
Education (RME) pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Grobogan Tahun Pembelajaran 2005/2006”
oleh Sugiyanti tahun 2006. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara
lain :
a. Pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistic Methematics
Education (RME) pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibanding
dengan pembelajaran konvensional.
b. Siswa dengan kemampuan awal tinggi pada pokok bahasan Bangun
Ruang Sisi Lengkung memiliki prestasi belajar lebih baik daripada
siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah. Siswa dengan
kemampuan awal sedang pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan
kemampuan awal rendah.
A
Q
d
Gambar 2.20
Jarak titik A dan bidang α
α
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Persamaan dengan penelitian ini antara lain :
a. Pendekatan yang digunakan hampir mirip dengan salah satu prinsip
dalam strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian yaitu
pembelajaran authentic. Penerapan pada submaterinya pun juga
mempunyai kesamaan, sama-sama diterapkan pada cabang dari
Geometri.
b. Salah satu variabel bebasnya sama yaitu kemampuan awal.
Perbedaan dengan penelitian ini antara lain :
a. Pembelajaran yang diekperimenkan berbeda. Pada penelitian ini
peneliti mengeksperimenkan strategi Authentic Multi-level Instruction
(AMI), sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan
RME.
b. Subjek penelitian yang berbeda. Pada penelitian ini subjeknya adalah
peserta didik SMA, sedangkan penelitian sebelumnya adalah peserta
didik SMP.
2. ”Eksperimentasi Pengajaran Matematika dengan Metode Problem Based
Instruction (PBI) Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi
Belajar” oleh Endah Widaningsih tahun 2008. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah adanya pengaruh kemampuan awal siswa terhadap
prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan Luas Sisi dan Volume
Kubus, Balok, Prisma dan Limas.
Persamaan dengan penelitian ini antara lain :
a. Salah satu variabel bebasnya sama yaitu kemampuan awal.
b. Submateri yang dieksperimenkan sama-sama cabang dari Geometri.
Perbedaan dengan penelitian ini antara lain :
a. Pembelajaran yang diekperimenkan berbeda. Pada penelitian ini
peneliti mengeksperimenkan strategi Authentic Multi-level Instruction
(AMI), sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan metode
Problem Based Instruction (PBI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Subjek penelitian yang berbeda. Pada penelitian ini subjeknya adalah
peserta didik SMA, sedangkan penelitian sebelumnya adalah peserta
didik SMP.
3. ”Pengaruh Kemampuan Awal, Motivasi Belajar dan Kecemasan
Menghadapi Tes Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika” oleh
Eliza Widyastuti tahun 2007. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara
lain :
a. Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan awal terhadap prestasi
belajar matematika. Siswa yang dengan kemampuan awal tinggi
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan
kemampuan awal rendah.
b. Terdapat interaksi yang signifikan antara kemampuan awal dan
motivasi terhadap prestasi belajar. Kemampuan awal yang rendah jika
ditunjang dengan motivasi yang tinggi maka akan meghasilkan
prestasi yang tinggi. Motivasi yang rendah jika ditunjang dengan
kemampuan awal yang tinggi maka akan meghasilkan prestasi yang
tinggi.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar matematika.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian dan variabel bebasnya.
4. ”Korelasi antara Persepsi Mahasiswa tentang Model Pembelajaran Dosen
Geometri, Aktivitas Belajar dan Kemampuan Spasial dengan Prestasi
Belajar Geometri Mahasiswa” oleh Nusrotun Bariah tahun 2009. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang berarti atau
signifikan antara persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen
Geometri dan aktivitas belajar mahasiswa serta kemampuan spasial
mehasiswa dengan prestasi belajar Geometri mahasiswa. Dengan demikian
secara bersama-sama antara persepsi mahasiswa tentang model
pembelajaran Dosen Geometri dan aktivitas belajar mahasiswa serta
kemampuan spasial mahasiswa dapat dipakai untuk meramalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
keberhasilan belajar Geometri. Adapun sumbangan efektif yang diberikan
oleh ketiga variabel terhadap prestasi belajar Geometri adalah 16,282 %.
Dari penelitian sebelumnya didapat bahwa kemampuan spasial mampu
meramalkan keberhasilan belajar Geometri. Hal ini dapat digunakan landasan
bahwa kemampuan spasial yang teroptimalkan dapat meningkatkan prestasi
belajar Geometri.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian dan variabel bebasnya.
5. ”Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Metode yang
Mengoptimalkan Intelegensi Ganda pada Pokok Bahasan Lingkaran
Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar”. Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
a. Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar
matematika pada Pokok Bahasan Lingkaran. Metode yang
mengoptimalkan intelegensi ganda pada pokok bahasan Lingkaran
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode
konvensional.
b. Terdapat pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar
matematika pokok bahasan Lingkaran. Siswa dengan kemampuan
awal tinggi pada pokok bahasan Lingkaran memiliki prestasi belajar
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal sedang dan
rendah. Siswa dengan kemampuan awal sedang pada pokok Lingkaran
memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan
kemampuan awal rendah.
Persamaan dengan penelitian ini antara lain :
a. Pembelajaran yang eksperimenkan, meskipun tidak sepenuhnya.
Dalam penelitian sebelumnya menggunakan pembelajaran yang
mengoptimalkan intelegensi ganda, pembelajaran ini merupakan
prinsip utama dalam strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI).
Penerapan pada submaterinya pun juga mempunyai kesamaan, sama-
sama diterapkan pada cabang dari Geometri.
b. Salah satu variabel bebasnya sama, yaitu kemampuan awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pebedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian. Pada penelitian ini
subjeknya adalah peserta didik SMA, sedangkan penelitian sebelumnya adalah
peserta didik SMP.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai
pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka
pemikiran berguna untuk mewaspadai teori-teori yang seolah-olah terlepas
menjadi satu rangkaian yang utuh untuk menemukan jawaban sementara.
Aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar
pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi
dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada.
Maksudnya dalam proses pembelajaran guru hendaknya memperlakukan peserta
didik sesuai dengan kondisi mereka. Sehingga pembelajaran yang baik hendaklah
mempertimbangkan kebermaknaan pembelajaran dan sesuai dengan kondisi
mereka dengan mempertimbangkan kecerdasan ganda yang ada dalam diri peserta
didik.
Sering dijumpai kurangnya antusiasme peserta didik dalam mempelajari
matematika dikarenakan kurang sadarnya manfaat yang dapat diambil dari
pelajaran matematika. Mereka cenderung kurang menyadari keterkaitan materi
matematika yang dipelajari dengan kehidupan nyata yang mereka alami. Pada
kenyataan bahwa dalam suatu pembelajaran, terdapatnya tingkatan (multi level)
peserta didik dalam kemampuan akademik sangat mungkin terjadi. Alternatif
pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran
dengan perbedaan kemampuan. Ada 6 strategi pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini, salah satu diantaranya adalah
Authentic, Multi-Level Instruction (AMI).
Strategi pembelajaran Authentic, Multi-Level Instruction (AMI)
memungkinkan terjadi pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan nyata dan
dapat memanusiakan ruang kelas. Dengan pembelajaran Authentic, Multi-Level
Instruction (AMI) kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang ada pada diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
peserta didik dapat teroptimalkan dan diharapkan peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan nyata.
Dimensi tiga merupakan salah satu submateri pada Geometri. Cabang
Geometri sangat relevan dengan dunia nyata. Sehingga dalam menunjang
kesuksesan pembelajaran Dimensi Tiga akan lebih baik jika digunakan strategi
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI).
Dalam tinjauan materi sebelumnya, telah diuraikan mengenai kemampuan
awal peserta didik. Matematika merupakan pelajaran di mana pokok-submateri
yang dipelajari disusun secara sistematis dan hirarkis sehingga untuk
mendapatkan tingkat pemahaman yang baik pada materi yang lebih tinggi
diperlukan penguasaan materi sebelumnya. Dengan demikian dalam belajar
matematika harus secara berurutan dan berkesinambungan, artinya sebelum suatu
konsep yang lebih tinggi dipelajari harus terlebih dahulu memahami konsep yang
lebih rendah tingkatannya dan merupakan prasyarat yang diperlukan sebagai dasar
untuk mempelajarinya. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa tingkatan kemampuan
awal peserta didik akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, yang akan
berpengaruh pada prestasi yang dicapai.
Penerapan Authentic Multi-level Instruction (AMI) yang ditinjau pada
kemampuan awal peserta didik diharapkan saling mempuyai keterkaitan. Artinya
diharapkan penerapan Authentic Multi-level Instruction (AMI) ini dapat
berpengaruh tingkat kemampuan akademik peserta didik, terutama bagi peserta
didik yang kemampuan awalnya kurang dan sedang. Dengan penerapan ini
dimaksudkan agar peserta didik dengan kemampuan yang kurang dan sedang
dapat terbantu, tanpa mempengaruhi kemampuan peserta didik yang tinggi.
Diharapkan terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan tingkatan
kemampuan awal. Pada kemampuan sedang, strategi pembelajaran Authentic,
Multi-Level Instruction (AMI) akan menghasilkan prestasi lebih baik daripada
strategi pembelajaran dengan metode konvensional. Pada kemampuan rendah,
strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) akan menghasilkan
prestasi lebih baik daripada strategi pembelajaran dengan metode konvensional.
Pada strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
awal sedang akan menghasilkan prestasi yang sama dengan kemampuan awal
tinggi. Pada strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI)
kemampuan awal rendah akan menghasilkan prestasi yang sama dengan
kemampuan awal sedang.
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir serta perumusan
masalah dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Penerapan Authentic Multi-level Instruction (AMI) akan menghasilkan
prestasi belajar matematika pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan
Kubus) lebih baik daripada penerapan pembelajaran konvensional.
2. Kemampuan awal tinggi akan menghasilkan prestasi belajar matematika
pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) lebih baik daripada
kemampuan awal sedang dan rendah. Kemampuan awal sedang akan
menghasilkan prestasi belajar matematika pada submateri Dimensi Tiga
lebih baik daripada kemampuan awal rendah.
3. Ada interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan awal peserta
didik. Pada kemampuan rendah, strategi pembelajaran Authentic, Multi
Level Instruction (AMI) akan menghasilkan prestasi lebih baik daripada
Kemampuan awal peserta didik : - Tinggi
- Sedang
- Rendah
Strategi pembelajaran : - Authentic, Multi-Level Instruction (AMI)
- Konvensional
Prestasi belajar Peserta didik
Kemampuan awal peserta didik : - Tinggi
- Sedang
- Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pembelajaran konvensional. Pada kemampuan sedang, strategi pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) akan menghasilkan prestasi lebih
baik daripada strategi pembelajaran dengan metode konvensional. Pada
strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) kemampuan
awal sedang akan menghasilkan prestasi yang sama dengan kemampuan
awal tinggi. Pada strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction
(AMI) kemampuan awal rendah akan menghasilkan prestasi yang sama
dengan kemampuan awal sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mojolaban kelas X semester 2
tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan uji coba tes dilaksanakan di SMA Negeri 2
Sukoharjo kelas X semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bertahap. Adapun rincian tahapan penelitian
ini secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, dan
instrumen yang diperlukan, serta mengajukan ijin penelitian. Tahap ini
dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2010.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Mojolaban
pada tanggal 30 Maret 2010 sampai dengan tanggal 7 Mei 2010.
Mengadakan uji coba instrumen di SMA Negeri 2 Sukoharjo pada tanggal 1
Mei 2010.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian terdiri dari proses analisis data dan penyusunan laporan.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2010.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental semu. “Penelitian
eksperimental pada dasarnya adalah penelitian ilmiah di mana peneliti
memanipulasikan dan mengendalikan satu variabel bebas atau lebih dan
melakukan observasi terhadap variabel terikat untuk menemukan variasi yang
muncul seiring dengan manipulasi variabel bebas tersebut”. (Budiyono,2003:73).
Lebih lanjut, Budiyono (2003:79) mengemukakan bahwa “Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
eksperimental semu adalah penelitian eksperimental, di mana si peneliti tidak
mungkin mengkontrol semua variabel yang relevan”. Adapun tujuan dari
penelitian eskperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengkontrol
dan / atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
Dalam mengujian hipotesis pada penelitian eksperimental, peneliti
dengan sengaja dan sistemik memasukkan perubahan-perubahan dan kemudian
mengamati akibat dari perubahan-perubahan itu. “Ada 3 ciri penting dalam
penelitian eksperimental yaitu : (1) pengendalian, (2) manipulasi, dan (3)
pengamatan” (Budiyono,2003:73-74). Pada penelitian ini menggunakan
rancangan faktorial sederhana 2x3 dengan maksud untuk mengetahui pengaruh
dua variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Rancangan itu adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
B
A
Kemampuan awal
Rendah (B1) Sedang (B2) Tinggi (B3)
Strategi
pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) (A1)
(A1B1) (A1B2) (A1B3)
Konvensional (A2) (A2B1) (A2B2) (A2B3)
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), “Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian”. Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah seluruh
peserta didik kelas X di SMA Negeri 1 Mojolaban. Peserta didik yang terbagi
dalam kelas 7 kelas, X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X-6, dan X-7. Adapun jumlah total
populasinya adalah 290.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131), “Sampel adalah sebagian atau
wakil dari populasi yang akan diteliti”. Dalam penelitian ini terpilih peserta didik
pada kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan peserta didik pada kelas X-2 sebagai
kelas kontrol. Adapun jumlah peserta didik kelas X-1 adalah 41 orang dan kelas
X-2 adalah 42 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling.
Menurut Budiyono (2003:37), “Cluster random sampling adalah pengambilan
sampel secara acak yang dikenakan berturut-turut terhadap unit-unit atau sub-sub
populasi. Unit-unit atau sub-sub populasi ini disebut cluster”. Dari tujuh kelas
yang ada, diambil dua kelas secara cluster random sampling diperoleh, kelas X-1
sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Untuk mengetahui
bahwa keadaan kelas seimbang dengan dilakukan uji keseimbangan
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Untuk keperluan pengumpulan data, dalam penelitian ini terdapat 3 buah
variabel, yang terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel-
variabel itu antara lain:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel-
variabel yang lain dalam model. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
bebas, yaitu:
1) Strategi Pembelajaran
a. Definisi operasional: strategi mengajar dapat diartikan sebagai pola-
pola umum kegiatan guru dan peserta didik yang sesuai dengan garis
besar haluan bertindak dalam perwujudan belajar mengajar agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Indikator: pemberian perlakuan strategi pembelajaran Authentic Multi-
level Instruction (AMI) pada kelas eksperimen dan pemberian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
perlakuan strategi pembelajaran konvensional (ceramah disertai
dengan tanya jawab) pada kelas kontrol.
c. Skala pengukuran: nominal.
d. Simbol: Ai; i = 1, 2.
Dimana:
A1= Pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI)
A2= Pembelajaran Konvensional
2) Kemampuan Awal
a. Definisi operasional: Kemampuan awal peserta didik merupakan
kemampuan dan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik yang
diperlukan sebagai prasyarat untuk memperoleh kemampuan dan
pengetahuan pada materi Dimensi Tiga kelas X semester 2.
b. Indikator: nilai UAN Matematika SMP.
c. Skala pengukuran: skala interval yang dikatagorikan sebagai skala
ordinal dalam tiga katagori yaitu kemempuan awal tinggi, sedang dan
rendah. Penentuan katagorinya berdasarkan rata-rata (胐呻) dan standar
deviasi (s). Untuk kelompok kemampuan awal tinggi nilai 胐 使胐呻十0.5滚ЈĖǴ, sedangkan untuk kelompok kemampuan awal sedang nilai 试胐呻ЈĖǴ 石0,5.滚ЈĖǴ守屎胐 屎试胐ЈĖǴ 十0,5.滚ЈĖǴ守 dan kelompok
kemampuan awal rendah dengan nilai 胐 使胐呻ЈĖǴ 石0,5.滚ЈĖǴ.
d. Simbol: 顾凭; j = 1, 2, 3.
Di mana : 顾e = peserta didik dengan kemampuan awal rendah 顾挠 = peserta didik dengan kemampuan awal sedang 顾脑 = peserta didik dengan kemampuan awal tinggi
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel-veriabel
bebas dalam model. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Prestasi Belajar Matematika
a. Definisi operasional: merupakan hasil yang dicapai seseorang dari
usaha yang dilakukan (belajar) guna menghasilkan perubahan tingkah
laku yang relatif permanen yang dapat dinyatakan dalam bentuk
penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan. Strategi pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
b. Indikator: nilai tes formatif pada submateri Dimensi Tiga (Kubus dan
Balok).
c. Skala pengukuran: skala interval.
d. Simbol: Xijk; i = 1, 2; j = 1, 2, 3; k = 1, 2, …, n ; n = banyaknya data
amatan.
2. Metode Pengambilan Data
Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur
variabel penelitian dan alat pengumpul data. Untuk mengukur variabel diperlukan
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini ada 3 metode yaitu metode dokumentasi, metode tes dan metode
observasi:
a. Metode Dokumentasi
Budiyono (2003:54) mengemukakan bahwa “Metode dokumentasi
adalah cara pengumpulan data dengan melihat dalam dokumen-dokumen
yang telah ada.” Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 234) “Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda, dan sebagainya.”
Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data tentang nama-nama peserta didik, nilai UAN SMP
pelajaran matematika dan nilai mid semester 2 serta rapor semester 1.
Pengambilan data nilai UAN SMP digunakan untuk menentukan tingkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kemampuan awal yang dimiliki peserta didik sedangkan pengambilan nilai
mid semester 2 digunakan uji keseimbangan.
b. Metode Tes
Budiyono (2003:54) menyatakan bahwa “Metode tes adalah cara
pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan
kepada subjek penelitian”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006: 150)
mengemukakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok”.
Pengumpulan data melalui tes digunakan untuk mendapatkan data
mengenai prestasi peserta didik setelah dilaksanakannya pembelajaran. Data
ini digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi siswa setelah pembelajaran.
Instrumen yang digunakan berupa soal-soal bentuk pilihan ganda. Masing-
masing soal dalam tes ini akan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah. Kemudian dari skor tersebut akan ditransformasikan
menjadi nilai dengan rentangan 0 sampai 100.
c. Observasi
Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh indra. Observasi ada 2 macam:
1) Observasi sistematis adalah observasi dengan menggunakan instrumen
pengamatan.
2) Observasi non sistematis adalah observasi tanpa menggunakan
instrumen.
Pengumpulan data melalui observasi digunakan untuk mendapatkan data
mengenai keadaan dan kondisi peserta didik.
3. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang berupa tes objektif.
Secara umum, proses pengembangan, penyajian dan pemanfaatan suatu tes
prestasi belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a. Penentuan Tujuan Tes
Dalam melakukan suatu pengetesan, tentu seseorang mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan tes itu sebagai acuan dan pedoman dalam penyusunan
instrumen.
b. Penyusunan Kisi-Kisi
Kisi-kisi adalah diskripsi mengenai ruang lingkup dan isi dari apa yang akan
diujikan, serta memberikan perincian mengenai soal-soal yang ada pada
instrumen tes.
c. Penulisan Soal
Penulisan merupakan salah satu langkah penting untuk mendapatkan alat
ukur atau tes yang baik. Penulisan soal adalah penjabaran indikator
pengetahuan yang hendak diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
sesuai dengan kisi-kisi.
d. Penelaah Soal
Penelaah soal dilakukan untuk mengetahui adanya kekurangan yang
terdapat pada soal. Kegiatan validitas isi adalah serangkaian yang
berlangsung setelah bentuk awal instrumen telah selesai ditulis. Validitas isi
didefinisikan sebagai sejauh mana suatu tes merupakan sampel yang
representative dari keseluruhan isi yang akan diukur. Untuk menilai apakah
suatu instrumen mempunyai validitas isi yang baik, biasanya dilakukan
adalah experts judgment. Untuk tes hasil belajar, supaya tes memiliki
validitas isi yang baik, harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Bahan tes merupakan sampel yang representatif untuk mengukur
seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai.
2. Tidak diperlukan pengetahuan lain yang belum diajarkan.
3. Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan titik berat
bahan yang diajarkan.
e. Ujicoba Soal
Ujicoba pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi
empiris mengenai sejauh mana sebuah instrumen yang berisikan butir-butir
soal dapat mengukur apa yang akan diukur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
f. Perakitan Soal Menjadi Perangkat Tes
Dalam penyajian butir-butir soal menjadi sebuah instrumen tes yang baik,
perlu dirakit menjadi alat ukur yang terpadu. Untuk pengambilan butir soal
menjadi instrumen yang baik, digunakan 2 kriteria antara lain :
1) Konsitensi Internal
Kesemua butir soal dalam instrument harus mampu mengukur hal yang
sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus
ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut. Namun
demikian, untuk melihat korelasi-korelasi tersebut diperlukan banyak sekali
perhitungan. Oleh karena itu, konsistensi internal masing-masing butir
dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya.
Biasanya untuk menghitung konsistensi internal untuk butir soal ke-i, rumus
yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson
berikut : 辊彰) ꐘ 柜∑胐光石纵∑胐邹纵∑光邹税纵柜∑i挠石纵∑胐邹挠邹纵柜∑光挠石纵∑光邹挠邹 Dengan
rxy = Indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = Banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = Total skor (dari subjek uji coba)
Jika terdapat n buah butir, maka akan dilakukan perhitungan sebanyak n
kali. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka
butir tersebut harus dibuang.
(Budiyono, 2003:65)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2) Reliabilitas
Suatu instrumen disebut reliabel jika hasil pengukuran dengan instrumen
tersebut adalah sama jika pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang
sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan tetapi
kondisinya sama.
Untuk menguji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar matematika
digunakan rumus KR-20 sebagai berikut: 辊ee ꐘ 足 柜柜石1卒组滚⦨挠石∑贵平刽平滚⦨挠 钻
dengan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen 贵平 = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i 刽平 = 纵1石贵平邹 滚⦨挠 = variansi total
Dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,7
(Budiyono, 2003: 70)
g. Penyajian Tes
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah waktu
penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara menjawab atau mengerjakan
tes, ruangan dan tempat duduk peserta didik. Hal ini harus diperhatikan agar
pengetesan dapat terselenggara dengan baik.
h. Scoring
Scoring atau pemeriksaan terhadap jawaban peserta didik dan pemberian
angka merupakan langkah untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari
masing-masing peserta didik. Scoring harus diusahakan agar dapat
dilakukan secara objektif.
i. Pemanfaatan Hasil Tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui pengetesan sangat berguna sesuai
dengan tujuan pengetesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
E. Teknik Analisa Data
Analisis data penelitian ini menggunakan anava dua jalan 2x3 dengan sel
tak sama. Kedua faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan
efek baris, efek kolom dan kombinasi efek baris dan kolom terhadap prestasi
belajar adalah faktor A (strategi pembelajaran) dan faktor B (kemampuan awal).
Teknik analisis digunakan untuk menguji ketiga hipotesis yang telah dituliskan
sebelumnya.
1. Uji Pendahuluan
Sebelum penelitian berlangsung, diuji keseimbangan kelas sampel
penelitiannya terlebih dahulu. Untuk menguji keseimbangan sampel penelitian
digunakan uji 棍yaitu :
a) Hipotesis
H0 : 幌e ꐘ 幌挠 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)
H1 :幌e 识幌挠 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda)
b) Tingkat signifikan 纵荒邹ꐘ 0,05
c) Statistik Uji 棍ꐘ 纵胐呻e 石胐呻挠邹滚颇瞬1柜e 十 1柜挠~棍纵柜e 十柜挠石2邹 Dengan 滚颇挠ꐘ 纵柜e 石1邹 e挠十纵柜挠石1邹 挠挠纵柜e 十柜挠石2邹
keterangan : 胐呻e = mean dari sampel kelompok eksperimen. 胐呻挠 = mean dari sampel kelompok kontrol. 柜e = ukuran sampel kelompok eksperimen. 柜挠 = ukuran sampel kelompok kontrol. 滚颇 = standar deviasi (simpangan baku). 滚e挠 = variansi kelompok eksperimen. 滚挠挠 = variansi kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
d) Daerah Kritik
DK = 走棍|棍 使棍足∝潜;剖卒atau棍矢石棍足∝潜;剖卒奏 e) Keputusan Uji
H0 ditolak jika harga statistik uji t, yakni tobs Î DK
f) Kesimpulan
1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal yang sama jika
H0 tidak ditolak.
2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan berbeda jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2004: 157)
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas. Berikut perinciannya masing-masing :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi
normal ataukah tidak. Pada penelitian ini menggunakan metode Lilliefors
dalam uji normalitasnya, adapun langkah-langkanya sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat signifikan (α) = 0,05
3) Statistik uji yang digunakan: 拐 ꐘ 桂ji|瓜纵过平邹– 纵过平邹|; 过平ꐘ 胐平石胐呻滚 ;
Dengan: 瓜纵过平邹 = 官纵广屎过平邹; 广~棺纵0,1邹 纵过平邹 = proporsi cacah 过屎过平terhadap seluruh 过平. Xi = skor responden
4) Menentukan daerah kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
DK = {拐|拐泼Ǵ 使拐崎:坡奏; n adalah ukuran sampel
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika 拐泼Ǵ terletak di daerah kritik.
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
tidak ditolak.
b) Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 170)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian ini
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Pada penelitian ini digunakan
metode Barlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan prosedur sebagai
berikut :
1) Hipotesis
H0 : σ12 = σ2
2 = … = σk2 (variansi populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Tingkat signifikan (α) = 0,05
3) Statistik uji yang digunakan:
胐挠ꐘ 2,303规 遵归. log纵观oG邹石素 归凭.癸跪龟试滚凭挠守k凭妮e 昨
dengan : 胐挠 ~ 胐纵k能e邹挠
k = cacah sampel pada populasi.
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran).
fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j = 1, 2, …, k.
nj = banyaknya nilai pada sampel ke-j.
f = N – k = derajat kebebasan untuk RKG. 观oG ꐘ ∑ 凭∑归凭 ꐘ rataankuadratgalat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
凭ꐘ 素 胐凭挠石试∑胐凭守挠柜凭 ꐘ 纵柜凭石1邹滚凭挠
规 ꐘ 1十 13纵诡石1邹纂素 1归凭石1归嘴
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
4) Menentukan daerah kritik
DK = { 胐挠 | 胐泼Ǵ挠 使胐∝:纵k能e邹挠 }
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika 拐泼Ǵ terletak di daerah kritik.
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang homogen jika H0 tidak
ditolak.
b) Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2004: 177)
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji signifikasi perbedaan efek baris, efek kolom dan
kombinasi efek kolom terhadap variabel terikat, uji hipotesis dalam penelitian ini
digunakan analisis 2 jalan 2x3 dengan sel tak sama. Model data amatannya adalah
sebagai berikut :
Keterangan
Xijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke j.
µ = rataan dari seluruh data (rataan besar atau grand mean).
αi = µi – µ = efek baris ke-i pada variabel terikat.
βj = µj – µ = efek kolom ke-j pada variabel terikat.
(αβ)ij = µij – (µ + αi + βj) = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada
variabel terikat.
εijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi
normal dengan rataan variansi σ2.
i = 1, 2; 1 = strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI)
2 = strategi pembelajaran konvensional
j = 1, 2, 3; 1 = kemampuan awal tinggi.
2 = kemampuan awal sedang.
3 = kemampuan awal rendah.
k = 1, 2, …, nij ; nij = cacah data amatan pada setiap sel ij.
( ) ijkijjiijkX eabbam ++++=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Langkah-langkah uji :
1) Hipotesis
H0A : αi = 0 untuk setiap i =1,2
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
H0B : βj = 0 untuk setiap j =1,2,3
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol
H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i =1,2, dan j =1,2,3
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol
2) Tingkat signifikan (α) = 5%
3) Statistik Uji
Untuk H0A adalah 瓜Ė ꐘ 飈AB飈A啤 ~瓜纵崎;颇能e;屁能颇婆邹 Untuk H0B adalah 瓜Ǵ ꐘ 飈A批飈A啤~瓜纵崎;婆能e;屁能颇婆邹 Untuk H0AB adalah 瓜ĖǴ ꐘ 飈AB批飈A啤 ~瓜纵崎;纵颇能e邹纵婆能e邹;屁能颇婆邹
4) Komputasi
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Ukuran Kelas
Kemampuan Awal
Tinggi
(B1)
Sedang
(B2)
Rendah
(B3)
Authentic Multi-level Instruction (AMI)
(A1)
n ∑胐 胐呻 ∑胐挠
C
SS
n11 ∑胐ee 胐ee呻呻呻呻呻 ∑胐ee挠
C11
SS11
n12 ∑胐e挠 胐e挠呻呻呻呻呻 ∑胐e挠挠
C12
SS12
n13 ∑胐e脑 胐e脑呻呻呻呻呻 ∑胐e脑挠
C13
SS13
Konvensional (A2)
n ∑胐 胐呻 ∑胐挠
C
SS
n21 ∑胐挠e 胐挠e呻呻呻呻呻 ∑胐挠e挠
C21
n22 ∑胐挠挠 胐挠挠呻呻呻呻呻 ∑胐挠挠挠
C22
n23 ∑胐挠脑 胐挠脑呻呻呻呻呻 ∑胐挠脑挠
C23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
SS21 SS22 SS23
Keterangan : 固 ꐘ 纵∑撇邹潜坡 ; ꐘ ∑胐挠石固
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor B
Total B1 B2 B3
Faktor A A1 纵ō顾呻呻呻呻ee邹 纵ō顾呻呻呻呻e挠邹 纵ō顾呻呻呻呻e脑邹 A1
A2 纵ō顾呻呻呻呻挠e邹 纵ō顾呻呻呻呻挠挠邹 纵ō顾呻呻呻呻挠脑邹 A2
Total B1 B2 B3 G
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut :
nij = banyaknya data amatan pada sel ij
frekuensi sel ij
ukuran sel ij (sel pada baris ke i dan kolom ke j)
= rataan harmonik frekuensi seluruh sel = 颇婆∑ 前叁腮鳃
N = ∑ 柜平凭平凭 = banyaknya seluruh data amatan
平凭 = 素 胐平凭k挠k 石试∑ 胐平凭kk 守挠柜平凭k
= jumlah kuadrat deviasi pada amatan sel ij 纵ō顾呻呻呻呻邹平凭 = rataan pada sel ij
Ai = ∑ ō顾呻呻呻呻平 = jumlah rataan pada baris ke-i
Bj = ∑ ō顾呻呻呻呻凭 = jumlah rataan pada kolom ke-j
G = ∑ ō顾呻呻呻呻平凭 = jumlah rataan semua sel
Didefinisikan besaran (1),(2),(3),(4) dan (5)
(1) = G挠pq
hn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(2) = 素 SS纽S纽S
(3) = 素 A纽挠q纽
(4) = 素 BS挠pS
(5) = 素 AB呻呻呻呻挠纽,S
Selanjutnya :
Jumlah Kuadrat oō ꐘ 柜呻萍走纵3邹石纵1邹奏 o顾 ꐘ 柜呻萍走纵4邹石纵1邹奏 oō顾ꐘ 柜呻萍走纵1邹十纵5邹石纵3邹石纵4邹奏 oG ꐘ 纵2邹 o馆 ꐘ oō 十o顾 十oō顾 十o顾 Derajat Kebebasan 圭诡ō ꐘ 贵石1 圭诡顾 ꐘ 刽石1 圭诡ō顾 ꐘ 纵贵石1邹纵刽石1邹 圭诡G ꐘ 棺石贵刽 圭诡馆 ꐘ 棺石1 Rataan Kuadrat 观oō ꐘ oō圭诡ō 观o顾 ꐘ o顾圭诡顾 观oō顾 ꐘ oō顾圭诡ō顾 观oG ꐘ oG圭诡G
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sumber JK dk RK Fobs Fα p
Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F* <α atau >α
Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F* <α atau >α
Interaksi (AB) JKAB (p-1) (q-1) RKAB Fab F* <α atau >α
Galat JKG N-pq RKG
Total JKT N-1
5) Daerah Kritik
Untuk masing-masing nilai F di atas, adaerah kritiknya adalah sabagai
berikut: 1. Daerah kritik FA adalah DK= 走瓜|瓜使瓜崎;颇能e;屁能颇婆奏 2. Daerah kritik FB adalah DK= 走瓜|瓜使瓜崎;婆能e;屁能颇婆奏 3. Daerah kritik FAB adalah DK= 走瓜|瓜使瓜崎;纵颇能e邹纵婆能e邹;屁能颇婆奏 6) Keputusan Uji
H0 ditolak jika 瓜泼Ǵ terletak di daerah kritik.
7) Kesimpulan
a. Terdapat pengaruh strategi pembelajaran terhadap prestasi belajar
matematika.
b. Terdapat pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar.
c. Terdapat interaksi strategi pembelajaran dan kemampuan awal
terhadap prestasi belajar.
(Budiyono, 2004:228-230)
4. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda dilakukan sebagai tindak lanjut dari analisis
variansi. Uji ini dilakukan apabila hasil dari analisis menunjukan bahwa hipotesis
nol ditolak. Penelitian ini menggunakan uji komparasi ganda dengan metode
Scheffe dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rataan yang ada. Ada 3
macam komparasi, yaitu (1) kolom ke i dan kolom ke j, (2) sel ke ij dan sel
kj (sel-sel pada kolom ke j), dan (3) sel ij dan sel ik (sel-sel pada baris ke i).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2) Tingkat signifikan 荒ꐘ 0,05
3) Statisik Uji
a) Untuk Komparasi rataan antar kolom
瓜平能凭ꐘ 试胐呻平石胐呻凭守挠观oG收1柜平十1柜凭寿
b) Untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
瓜平凭能k凭ꐘ 试胐呻平凭石胐呻k凭守挠观oG收1柜平凭十 1柜k凭寿
Keterangan :
Fij-kj = nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan
rataan pada sel kj
= rataan pada sel ij
= rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
nij = ukuran sampel sel ij
nkj = ukuran sampel sel kj
c) Untuk Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
瓜平凭能平kꐘ 试胐呻平凭石胐呻平k守挠观oG收1柜平凭十 1柜平k寿
Keterangan :
Fij-ik = nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan
rataan pada sel kj
= rataan pada sel ij 胐呻平k = rataan pada sel ik
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari
perhitungan analisis variansi 柜平凭 = ukuran sampel sel ij
ijX
kjX
ijX
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
柜平k = ukuran sampel sel ik
4) Daerah Kritik
DK = 走瓜|瓜 使纵贵石1邹瓜崎;颇能e;屁能颇婆奏 DK = 走瓜|瓜 使纵刽石1邹瓜崎;颇能e;屁能颇婆奏 DK = 走瓜|瓜 使纵贵刽石1邹瓜崎;颇能e;屁能颇婆奏
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika 瓜泼Ǵ terletak di daerah kritik.
6) Kesimpulan
(Budiyono, 2004 :214)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data mid semester 2 kelas X, data hasil uji
coba (try out) instrumen tes prestasi pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan
Kubus), data nilai UAN Matematika SMP, dan data prestasi yang diambil dengan
pemberian tes prestasi setelah pembelajaran pada submateri Dimensi Tiga (Balok
dan Kubus). Jika data tersebut telah terkumpul, maka selanjutnya akan dilakukan
pengujian dan analisis data. Berikut ini diberikan uraian singkat mengenai data
yang diperoleh.
1. Data Mid Semester 2 Kelas X
Data nilai mid semester 2 kelas X digunakan untuk menunjukkan keseimbangan
kelas sampel (Kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan Kelas X-2 sebagai kelas
kontrol). Digunakannya data nilai mid semester 2 kelas X dengan pertimbangan
bahwa nilai mid semester 2 kelas X merupakan pengukuran kemampuan peserta
didik yang paling akhir sebelum perlakuan.
Berdasarkan data nilai mid semester 2 kelas X kemudian ditentukan ukuran
tendensi sentralnya yang meliputi rerata纵胐呻邹, modus 纵怪跪邹, median 纵怪硅邹, dan
ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan 纵邹 dan standar deviasi 纵滚邹. Deskripsi data nilai mid semester 2 kelas X dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Mid Semester 2 Kelas X
Kelompok Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi 胐呻 怪跪 怪硅 Skor min Skor maks
X-1 63,2927 72 65 35 87 52 14,3095
X-2 57,6667 77 60 22 90 68 17,6672
Data mid semester 2 kelas X selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Data Uji Coba Tes Prestasi
a. Validitas Isi Tes Prestasi
Validitas isi instrumen tes prestasi belajar matematika pada submateri Dimensi
Tiga (Balok dan Kubus) dilakukan oleh tiga orang validator, yaitu oleh Drs. Gatut
Iswahyudi, M.Si sebagai validator pertama, Sugiharti, S.Pd sebagai validator
kedua dan Dra. Hj. Artati Puspa W. sebagai validator ketiga. Validator partama
merupakan dosen Pendidikan Matematika UNS, validator kedua merupakan guru
mata pelajaran matematika di SMA Al Islam 1 Surakarta, validator ketiga
merupakan guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Mojolaban.
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa:
Validator pertama : Diperoleh hasil bahwa ada beberapa soal yaitu no.
1,2,8,11,26, dan 30 yang perlu diperbaiki dalam hal tata
bahasanya. Selain itu ada beberapa soal yaitu no 13 dan
15 yang pilihan jawabannya kurang variatif dan perlu
diperbaiki.
Validator kedua : Diperoleh hasil bahwa gambar soal 11 kurang baik. Serta
ada beberapa kata-kata yang salah dalam penulisannya.
Validator ketiga : Diperoleh hasil semua soal sudah layak digunakan.
Meskipun demikian, keseluruhan butir soal dapat digunakan sebagai instrumen
tes. Hasil uji validitas isi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
b. Uji Konsistensi Internal Butir Instrumen Tes
Soal uji coba tes prestasi belajar matematika pada submateri Dimensi Tiga (Balok
dan Kubus) terdiri dari 30 butir soal. Setelah dilakukan uji konsistensi internal
masing-masing soal, diperoleh 5 butir soal yang mempunyai indeks konsistensi
internal 辊彰) 矢 0,3 yaitu butir soal no 3, no 9, no 16, no 23, dan no 29. Sedangkan
25 butir soal yang lain mempunyai indek konsistensi internal 辊彰)≥ 0,3 yang
berarti 25 butir soal tersebut dapat digunakan dalam instrumen tes. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
c. Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Berdasarkan hasil validitas isi dan uji konsistensi internal, diperoleh 25 soal yang
dapat digunakan dalam instrumen. Dari 25 soal tersebut, setelah dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
perhitungan dengan rumus Alpha, diperoleh r11 = 0,85934 使 0,7. Sehingga
instrumen tes prestasi pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) tersebut
dapat dinyatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
10.
Berdasarkan validitas isi, uji konsistensi internal, dan uji reliabilitas, instrumen tes
prestasi pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), dari 30 soal yang telah
diujicobakan diperoleh 25 soal yang dapat digunakan untuk soal tes perstasi
belajar selain no 3, no 9, no 16, no 23, dan no 29.
3. Data Nilai UAN Matematika SMP
Jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri dari 41 peserta didik dari kelas
eksperimen (Kelas X-1) dan 42 peserta didik dari kelas kontrol (Kelas X-2). Data
nilai UAN Matematika SMP kelas sampel digunakan sebagai kemampuan awal
peserta didik pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), dengan
pertimbangan materi prasyarat submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus)
terdapat pada materi SMP.
Berdasarkan data nilai UAN Matematika SMP kelas sampel kemudian ditentukan
ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rerata 纵胐呻邹, median (Me), modus 纵怪跪邹 dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan 纵邹 dan deviasi standar 纵滚邹. Deskripsi data nilai UAN dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Nilai UAN Matematika SMP kelas sampel
Kelompok Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi 胐呻 怪跪 怪硅 Skor min Skor maks 滚
X-1 83,4756 92,5 85 55 100 45 11,7510
X-2 79,2857 77,5 77,5 60 100 40 19,4590
Data UAN Matematika selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.
Data nilai UAN Matematika SMP tersebut selanjutnya dikelompokkan dalam tiga
kategori berdasarkan rata-rata 纵胐呻邹 dan standar deviasi 纵滚邹. Dari perhitungan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh 胐呻ЈĖǴ ꐘ 81,3554dan 滚ЈĖǴ ꐘ10,6303. Penentuan kategori adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan awal rendah : 胐平使胐呻ЈĖǴ 石0,5.滚ЈĖǴ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Sehingga 胐平使l6,0403termasuk kategori kemampuan awal tinggi.
b. Kemampuan awal sedang :试胐呻ЈĖǴ 石0,5.滚ЈĖǴ守屎胐平屎试胐呻ЈĖǴ 十0,5.滚ЈĖǴ守 Sehingga l6,0403 屎 X纽屎86,6l06termasuk kategori kemampuan
awal sedang.
c. Kemampuan awal tinggi :胐平矢胐呻ЈĖǴ 十0,5.滚ЈĖǴ
Sehingga 胐平使86,6l06 termasuk kategori kemampuan awal rendah.
Berdasarkan data yang telah terkumpul, untuk kelas eksperimen (Kelas X-1)
terdapat 14 peserta didik yang termasuk kategori rendah, 8 peserta didik yang
termasuk kategori sedang dan 19 peserta didik yang termasuk kategori tinggi.
Sedangkan untuk kelas kontrol (Kelas X-2) terdapat 7 peserta didik yang termasuk
kategori rendah, 29 peserta didik yang termasuk kategori sedang dan 6 peserta
didik yang termasuk kategori tinggi.
4. Data Prestasi Belajar Peserta Didik pada Submateri Dimensi Tiga
(Balok dan Kubus)
Jumlah sampel dalam penelitian yang terdiri dari 41 peserta didik dari kelas
eksperimen (Kelas X-1) dan 42 peserta didik dari kelas kontrol (Kelas X-2).
Adapun data prestasi peserta didik yang dimaksud adalah data nilai prestasi
peserta didik pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus). Tes prestasi ini
dilakukan setelah pembelajaran.
Berdasarkan data prestasi peserta didik pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan
Kubus) kemudian ditentukan ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rerata 纵i邹, median 纵怪硅邹, modus 纵怪跪邹 dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi
jangkauan 纵邹 dan deviasi standar 纵滚邹. Data hasil tes prestasi peserta didik pada
submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) dan deskripsinya dapat dilihat pada
Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.3. Hasil Tes Prestasi Belajar Peserta Didik pada Submateri Dimensi Tiga
(Balok dan Kubus)
Strategi Pembelajaran
Kemampuan awal peserta didik
Rendah
(B1)
Sedang
(B2)
Tinggi
(B3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Authentic Multi-level
Instruction (AMI)
(A1)
80, 80, 75, 72,
72, 72, 72, 72,
68, 68, 68, 68,
60, 56
84, 84, 80, 76,
76, 68, 64, 60
100, 100, 96, 96,
96, 92, 92, 92,
92, 88, 88, 88,
88, 88, 88, 84,
84, 84, 90
Konvensional
(A2)
64, 60, 60, 60,
56, 52
80, 80, 80, 76,
76, 76, 76, 76,
72, 72, 72, 72,
72, 72, 68, 68,
68, 68, 68, 68,
64, 64, 64, 64,
64, 64, 60, 56,
56
96, 92, 92, 92,
88, 84
Tabel 4.4. Deskripsi Data Tes Prestasi Belajar Peserta Didik pada Submateri
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus)
Kelompok Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi X伸 Mo Me Skor min Skor maks J S
X1 80,2927 88 84 56 100 44 11,5374
X2 70,6667 64 68 52 96 44 10,9515
Tabel 4.5 Rataan Skor Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik pada Submateri
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus)
Metode Pembelajaran
Kemampuan Awal Peserta didik
Rendah (B1)
Sedang (B2)
Tinggi (B3)
Rataan
Marginal
Authentic Multi-level Instruction 70,2857 74,0000 90,3158 80,2927
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(AMI) (A1)
Konvensional (A2) 58,2857 69,5172 90,6667 70,6667
Rataan Marginal 66,2857 70,4865 90,4000
Data Prestasi Belajar Peserta Didik pada Submateri Dimensi Tiga (Balok dan
Kubus) selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.
B. Pengujian Prasyarat Penelitian
Persyaratan eksperimen dalam penelitian ini adalah sampel harus memiliki
kemampuan yang seimbang. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji keseimbangan
kemampuan antar kelas sampel. Sebelum diuji keseimbangan dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat uji keseimbangan.
Dalam penelitian ini, uji keseimbangan dilakukan terhadap nilai mid semester 2
kelas X. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan nilai mid semester 2 kelas X
merupakan pengukuran kemampuan peserta didik yang paling akhir sebelum
perlakuan. Untuk kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik
41 orang diperoleh rata-rata 63,2 927 dan variansi 204,7622. Untuk kelas X-2
sebagai kelas kontrol dengan jumlah peserta didik 42 orang diperoleh rata-rata
57,6667 dan variansi 312,1301. Pengujian yang dilakukan sebelum penelitian
disajikan sebagai berikut.
1. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas mid semester antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan menggunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dapat disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Harga Statistik Uji Homogenitas Mid Semester
Sumber 匠侥tú弥 匠ᨠat胶搅弥
Keputusan Uji Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Kemampuan Awal 0,12003 3,84146 H0 tidak ditolak Homogen
Dari tabel di atas diperoleh statistik uji 胐泼Ǵ挠 ꐘ 0,12003. Sedangkan 胐⦨ĖǴ乒评挠 untuk
derajat bebas 诡石1 ꐘ 1,pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 adalah 胐难,难闹:纵e邹挠 ꐘ3,8415. Karena 胐泼Ǵ挠 ꐘ 0,12003 矢3,8415 ꐘ 胐⦨ĖǴ乒评挠 , sehingga 胐泼Ǵ挠 tidak
terletak pada penolakan H0, akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa kedua kelompok tersebut homogen. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 16.
2. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas mid semester pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan uji Liliefors dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Harga Statistik Uji Normalitas Mid Semester
Sumber 涧侥tú 涧ᨠat胶够 Keputusan Kesimpulan
Kelas Eksperimen 0,0l061 0,1383l H0 tidak ditolak Normal
Kelas Kontrol 0,0l430 0,136l1 H0 tidak ditolak Normal
a. Kelas Eksperimen
Dari tabel di atas diperoleh 拐泼Ǵꐘ 0,0l061. Sedangkan 拐⦨ĖǴ乒评untuk 柜ꐘ 41 pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 harga 拐难,难闹;恼eꐘ 0,1383l. Karena 拐泼Ǵꐘ0,0l061矢0,1383lꐘ 拐⦨ĖǴ乒评, sehingga L努凝T tidak terletak pada penolakan H0,
akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Kelas Kontrol
Dari tabel di atas diperoleh 拐泼Ǵꐘ 0,0l430. Sedangkan 拐⦨ĖǴ乒评untuk 柜ꐘ 42 pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 harga 拐难,难闹;恼挠ꐘ 0,136l. Didapat 拐泼Ǵꐘ0,0l430矢0,136lꐘ 拐⦨ĖǴ乒评, sehingga 拐泼Ǵ tidak terletak pada penolakan H0,
akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kelas
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
3. Uji Keseimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hasil uji keseimbangan dengan uji t antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8 Harga Statistik Uji Keseimbangan Mid Semester
Sumber ᨠ侥tú ᨠᨠat胶搅 Keputusan Uji Kesimpulan
Kemampuan Awal 1,5920 1,989l H0 tidak ditolak Seimbang
Dari tabel di atas diperoleh 棍泼Ǵ ꐘ 1,5920. Sedangkan 棍⦨ĖǴ乒评dengan taraf
signifikan 0,05 dan derajat bebas 纵圭瑰邹ꐘ 81 adalah棍难,难挠闹;馁eꐘ 1,989l. Didapat |棍泼Ǵ| ꐘ 1,5920 矢1,989lꐘ 棍⦨ĖǴ乒评, sehingga 棍泼Ǵ tidak terletak pada penolakan
H0, akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan seimbang. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 18.
C. Uji Prasyarat Analisis Variansi
Uji Prasyarat dilakukan terhadap data nilai prestasi peserta didik pada submateri
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), yang untuk selanjutnya akan diuji dengan
menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama untuk mengetahui
pengaruhnya. Uji prasyarat itu meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
sampel. Hasil perhitungan disajikan sebagai berikut:
1. Uji Homogenitas
Hasil analisis dengan menggunakan strategi Barlett dengan statistik uji Chi
Kuadrat terhadap nilai prestasi peserta didik pada submateri Dimensi Tiga (Balok
dan Kubus) dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9 Harga Statistik Uji Homogenitas
Sumber 匠侥tú弥 匠ᨠat胶搅弥
Keputusan Kesimpulan
Strategi Pembelajaran 0,10396 3,84146 H0 tidak ditolak Homogen
Kemampuan awal 4,76758 5,9914 H0 tidak ditolak Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
a. Uji Homogenitas pada Strategi
Dari tabel di atas, pada strategi pembelajaran diperoleh 胐萍泼Ǵ挠 ꐘ 0,10396.
Sedangkan 胐⦨ĖǴ乒评挠 untuk derajat bebas 诡石1 ꐘ 1pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05
adalah 胐难,难闹:纵e邹挠 ꐘ 3,8415. Didapat 胐泼Ǵ挠 ꐘ 0,10396 矢3,8415 ꐘ 胐⦨ĖǴ乒评挠 ,
sehingga 胐萍泼Ǵ挠 tidak terletak pada penolakan H0, akibatnya H0 tidak ditolak.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kedua kelompok sampel tersebut
homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
b. Uji Homogenitas pada Kemampuan Awal
Dari tabel di atas, pada kemampuan awal diperoleh 胐泼Ǵ挠 ꐘ 4,l6l58. Sedangkan
untuk derajat bebas 诡石1 ꐘ 2 pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 harga 胐难,难闹:纵挠邹挠 ꐘ5,9915. Didapat 胐泼Ǵ挠 ꐘ 4,l6l58矢5,9915 ꐘ 胐萍⦨ĖǴ乒评挠 , sehingga 胐萍泼Ǵ挠 tidak
terletak pada penolakan H0, akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa ketiga kelompok sampel tersebut homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
2. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas prestasi peserta didik pada submateri Dimensi Tiga (Balok
dan Kubus) pada masing-masing sampel menggunakan uji Liliefors dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Harga Statistik Uji Normalitas
Sumber 涧侥tú 涧ᨠat胶搅 Keputusan Kesimpulan
Kelas Eksperimen 0,10532 0,1383l H0 tidak ditolak Normal
Kelas Kontrol 0,12000 0,136l0 H0 tidak ditolak Normal
Kemampuan awal rendah 0,16052 0,19334 H0 tidak ditolak Normal
Kemampuan awal sedang 0,11936 0,145l0 H0 tidak ditolak Normal
Kemampuan awal tinggi 0,15895 0,1ll20 H0 tidak ditolak Normal
a. Nilai Prestasi pada Kemampuan Rendah
Dari tabel di atas diperoleh 拐泼Ǵꐘ 0,16052. Sedangkan 拐⦨ĖǴ乒评untuk n ꐘ 21 pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 harga 拐难,难闹;挠eꐘ 0,19334 ꐘ 0,19334. Didapat 拐泼Ǵꐘ 0,16052 矢0,19334 ꐘ 拐⦨ĖǴ乒评, sehingga 拐泼Ǵ tidak terletak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
penolakan H0, akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa pada sampel sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
b. Nilai Prestasi pada Kemampuan Sedang
Dari tabel di atas diperoleh 拐泼Ǵꐘ 0,11936. Sedangkan 拐⦨ĖǴ乒评untuk n ꐘ 3l pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 harga 拐难,难闹;脑呢ꐘ 0,145l0. Didapat 拐泼Ǵꐘ0,11936 矢0,145l0ꐘ 拐⦨ĖǴ乒评, sehingga 拐泼Ǵ tidak terletak pada penolakan H0,
akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 22.
c. Nilai Prestasi pada Kemampuan Tinggi
Dari tabel di atas diperoleh 拐泼Ǵꐘ 0,15895. Sedangkan 拐⦨ĖǴ乒评untuk 柜ꐘ 25 pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 harga 拐难,难闹;挠闹ꐘ 0,1ll20. Didapat 拐泼Ǵꐘ0,15895 矢0,1ll20ꐘ 拐⦨ĖǴ乒评, sehingga 拐泼Ǵ tidak terletak pada penolakan H0,
akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 22.
d. Nilai Prestasi pada Kelas Eksperimen
Dari tabel di atas diperoleh 拐泼Ǵꐘ 0,10532. Sedangkan 拐⦨ĖǴ乒评untuk n ꐘ 41 pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 harga 拐难,难闹;恼eꐘ 0,1383l. Didapat 拐泼Ǵꐘ0,10532 矢0,1383lꐘ 拐⦨ĖǴ乒评, sehingga 拐泼Ǵ tidak terletak pada penolakan H0,
akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 23.
e. Nilai Prestasi pada Kelas Kontrol
Dari tabel di atas diperoleh 拐泼Ǵꐘ 0,12000. Sedangkan 拐⦨ĖǴ乒评 untuk 柜ꐘ 42 pada taraf signifikan 荒ꐘ 0,05 adalah 拐难,难闹;恼挠ꐘ 0,136l0 . Didapat 拐泼Ǵꐘ0,12000 矢0,136l0ꐘ 拐⦨ĖǴ乒评, sehingga 拐泼Ǵ tidak terletak pada penolakan H0,
akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan Sel Tak Sama
Setelah memenuhi asumsi-asumsi prasyarat anava, dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan anava dua jalan sel tak sama, dan dilanjutkan komparasi ganda
dengan metode Scheffe untuk H0 ditolak. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui efek strategi dan efek kemampuan awal serta interaksi kemampuan
awal dan strategi terhadap prestasi peserta didik pada submateri Dimensi Tiga
(Balok dan Kubus). Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan (2×3) dengan sel
tak sama disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK Dk RK Fobs Fα p
Baris (A) JKA 1 438,l999 10,8889 3,96510 <0,05
Kolom (B) JKB 2 368l,55ll 91,5066 3,1153l <0,05
Interaksi
(AB) JKAB 2 195,9562 4,8624 3,1153l < 0,05
Galat JKG 77 40,2983 - - -
Total JKT 82 - - - -
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24
Berdasarkan data rangkuman analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang
disajikan dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa:
a. Pada efek utama baris (A) F拟纵努凝T邹ꐘ 10,8889 使3,9651 ꐘ 瓜难,难闹;e;呢呢, akibatnya H0A ditolak. Hal ini berarti,
strategi pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika.
b. Pada efek utama kolom (B) F你纵努凝T邹ꐘ 91,5066 使3,1153lꐘ 瓜难,难闹;挠;呢呢, akibatnya H0B ditolak. Hal ini berarti,
tingkatan kemampuan awal matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika.
c. Pada efek utama interaksi (AB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
F拟你纵努凝T邹ꐘ 4,8624 使3,1153lꐘ 瓜难,难闹;挠;呢呢, maka H0AB ditolak. Hal ini berarti
bahwa ada interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan awal
matematika peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.
2. Uji Komparasi Ganda
Hasil pengujian hipotesis analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama di atas
menunjukkan bahwa pada efek utama baris (A) H0A ditolak, efek utama kolom (B)
H0B ditolak dan efek utama interaksi (AB) H0AB ditolak. Untuk mengetahui
kelompok manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara peserta
didik dengan pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan peserta
didik dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat langsung pada rataan
marginal pada masing-masing kelompok. Sedangkan untuk mengetahui kelompok
manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara peserta didik
dengan kemampuan awal yang tinggi, sedang atau rendah perlu dilakukan uji
lanjut anava atau uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Selanjutnya untuk
kelompok yang memiliki pengaruh yang berbeda, dibandingkan rataan
marginalnya untuk mengetahui kelompok manakah yang menghasilkan prestasi
lebih baik.
Hasil perhitungan uji lanjut anava atau uji komparasi ganda untuk rataan antar
kolom disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
H0 瓜泼Ǵ 瓜⦨ĖǴ乒评 Keputusan 幌e ꐘ 幌挠 5,8663 6,230l H0 tidak ditolak 幌e ꐘ 幌脑 164,6888 6,230l H0 ditolak 幌挠ꐘ 幌脑 146,8113 6,230l H0 ditolak
Keterangan: 幌e : rataan nilai siswa dengan kemampuan awal rendah 幌挠 : rataan nilai siswa dengan kemampuan awal sedang 幌脑 : rataan nilai siswa dengan kemampuan awal tinggi
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25.
Berdasarkan data rangkuman uji komparasi ganda antar kolom yang disajikan
dalam tabel di atas menunjukkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
a. 幌e郭滚幌挠 (antara kemampuan awal rendah dan sedang) F努凝Tꐘ 5,8663 矢6,230lꐘ 2. F难,难闹;挠;呢呢, akibatnya H0 tidak ditolak. Sehingga
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan
antara peserta didik dengan kemampuan awal rendah dan peserta didik dengan
kemampuan awal sedang.
b. 幌e郭滚幌脑 (antara kemampuan awal rendah dan tinggi) F努凝Tꐘ 164,6888 使6,230lꐘ 2. F难,难闹;挠;呢呢, akibatnya H0 ditolak. Sehingga
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara
peserta didik dengan kemampuan awal rendah dan peserta didik dengan
kemampuan awal tinggi. c. 幌挠郭滚幌脑 (antara kemampuan awal sedang dan tinggi) F努凝Tꐘ 146,8113 使6,230lꐘ 2. F难,难闹;挠;呢呢, sehingga H0 ditolak. Sehingga
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara
peserta didik dengan kemampuan awal sedang dan peserta didik dengan
kemampuan awal tinggi.
Efek utama interaksi (AB) H0AB ditolak. Untuk mengetahui kelompok manakah
yang memiliki prestasi belajar yang berbeda antara peserta didik dengan
kemampuan awal yang tinggi, sedang atau rendah pada masing-masing
pembelajaran, maka dilakukan uji lanjut anava atau uji komparasi ganda dengan
metode Scheffe. Selain itu, untuk mengetahui kelompok manakah yang memiliki
prestasi yang berbeda yang berbeda antara peserta didik dengan pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan pembelajaran konvensional pada
masing-masing tingkatan kemampuan awal dilakukan uji lanjut anava atau uji
komparasi ganda pula. Selanjutnya, untuk kelompok yang memiliki pengaruh
yang berbeda, dibandingkan rataan marginal untuk mengetahui kelompok
manakah yang menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Hasil perhitungan uji lanjut anava atau uji komparasi ganda untuk rataan strategi
pembelajaran pada masing-masing tingkatan kemampuan awal, disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4.13 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Rataan Strategi Pembelajaran
pada Masing-Masing Tingkatan Kemampuan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
H0 Fobs Ftabel Keputusan 幌ee ꐘ 幌挠e 16,6l5l 11,6665 H0 ditolak 幌e挠ꐘ 幌挠挠 3,126l 11,6665 H0 tidak ditolak 幌e脑ꐘ 幌挠脑 0,0139 11,6665 H0 tidak ditolak
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26. 幌ee = rataan nilai siswa dengan pembelajaran AMI pada kemampuan awal rendah 幌e挠 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran AMI pada kemampuan awal sedang 幌e脑 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran AMI pada kemampuan awal tinggi 幌挠e = rataan nilai siswa dengan pembelajaran konvensional pada kemampuan awal
rendah 幌挠挠 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran konvensional pada kemampuan awal
sedang 幌挠脑 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran konvensional pada kemampuan awal
tinggi
Dari tabel diatas dapat diketahui:
a. Pada kemampuan awal rendah 瓜泼Ǵꐘ 16,6l5l使11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada kemampuan awal rendah, terdapat perbedaan prestasi
belajar yang signifikan antara peserta didik dengan pembelajaran AMI dan peserta
didik dengan pembelajaran konvensional.
b. Pada kemampuan awal sedang 瓜泼Ǵ ꐘ 3,126l矢11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 tidak ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada kemampuan awal sedang, tidak terdapat perbedaan
prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik dengan pembelajaran AMI dan
peserta didik dengan pembelajaran konvensional.
c. Pada Kemampuan awal tinggi 瓜泼Ǵꐘ 0,0139 矢11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 tidak ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada kemampuan awal tinggi, tidak terdapat perbedaan
prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik dengan pembelajaran AMI dan
peserta didik dengan pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Hasil perhitungan uji lanjut pasca anava atau uji komparasi ganda untuk rataan
kemampuan awal pada masing-masing strategi pembelajaran:
Tabel 4.14 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Rataan Kemampuan Awal
pada Masing-Masing Strategi Pembelajaran
H0 Fobs Ftabel Keputusan 幌ee ꐘ 幌e挠 1,l428 11,6665 H0 tidak ditolak 幌ee ꐘ 幌e脑 80,2503 11,6665 H0 ditolak 幌e挠ꐘ 幌e脑 3l,1886 11,6665 H0 ditolak 幌挠eꐘ 幌挠挠 1l,6516 11,6665 H0 ditolak 幌挠eꐘ 幌挠脑 84,0618 11,6665 H0 ditolak 幌挠挠ꐘ幌挠脑 55,1813 11,6665 H0 ditolak
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
µ11 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran AMI pada kemampuan awal rendah
µ12 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran AMI pada kemampuan awal sedang
µ13 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran AMI pada kemampuan awal tinggi
µ21 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran konvensional pada kemampuan awal
rendah
µ22 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran konvensional pada kemampuan awal
sedang
µ23 = rataan nilai siswa dengan pembelajaran konvensional pada kemampuan awal
tinggi
Dari tabel diatas dapat diketahui:
a. Pada Strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI)
1. 幌ee郭滚幌e挠 (antara kemampuan awal rendah dan sedang) 瓜泼Ǵꐘ 1,l428矢11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 tidak ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada penerapan strategi Authentic Multi-level Instruction
(AMI), tidak terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta
didik dengan kemampuan awal rendah dan peserta didik dengan kemampuan awal
rendah
2. 幌ee郭滚幌e脑(antara kemampuan awal rendah dan tinggi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
瓜泼Ǵꐘ 80,2503 使11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada penerapan strategi Authentic Multi-level Instruction
(AMI), terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik
dengan kemampuan awal rendah dan peserta didik dengan kemampuan awal
tinggi.
3. 幌e挠郭滚幌e脑 (antara kemampuan awal sedang dan tinggi) 瓜泼Ǵꐘ 3l,1886 使11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada penerapan strategi Authentic Multi-level Instruction
(AMI), terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik
dengan kemampuan awal sedang dan peserta didik dengan kemampuan awal
tinggi.
b. Pada Pembelajaran Konvensional
1. 幌挠e郭滚幌挠挠 (antara kemampuan awal rendah dan sedang) F努凝Tꐘ 1l,6516 使11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan prestasi
belajar yang signifikan antara peserta didik dengan kemampuan awal rendah dan
peserta didik dengan kemampuan awal sedang.
2. 幌挠e郭滚幌挠脑 (antara kemampuan awal rendah dan tinggi) 瓜泼Ǵꐘ 84,0618 使11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan prestasi
belajar yang signifikan antara peserta didik dengan kemampuan awal rendah dan
peserta didik dengan kemampuan awal tinggi
3. 幌挠挠郭滚幌挠脑 (antara kemampuan awal sedang dan tinggi) 瓜泼Ǵꐘ 55,1813 使11,6665 ꐘ 5.瓜难,难闹;闹;呢呢, sehingga H0 ditolak. Maka
disimpulkan bahwa pada pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan prestasi
belajar yang signifikan antara peserta didik dengan kemampuan awal sedang dan
peserta didik dengan kemampuan awal tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berikut ini adalah pembahasan hasil analisis data menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama, sehubungan dengan pengajuan hipotesis yang telah
dikemukakan pada BAB II.
1. Hipotesis Pertama
Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel diperoleh 瓜B纵泼Ǵ邹ꐘ 10,8889 使瓜难,难闹;e;呢呢ꐘ 3,9651, sehingga H0A ditolak. Hal ini berarti,
antara strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dengan
pembelajaran konvensional mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap prestasi
belajar peserta didik pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus). Untuk
mengetahui pembelajaran manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik
dapat dilihat langsung pada rataan marginal untuk masing-masing kelompok.
Rataan marginal kelompok peserta didik dengan pembelajaran Authentic Multi-
level Instruction (AMI) adalah 80,292l sedangkan rataan marginal kelompok
peserta didik dengan pembelajaran konvensional adalah 70,6667. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Authentic Multi-level
Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari
pada pembelajaran konvensional.
Hal ini dapat terjadi karena dimungkinkan beberapa alasan, diantaranya:
a. Pemilihan strategi pembelajaran Authentic, Multi-Level Instruction (AMI)
yang dirasa tepat untuk menyajikan materi Dimensi Tiga (Balok dan
Kubus). Submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) banyak yang bisa
dikaitkan dalam kehidupan nyata yang akan membuat pembelajaran terasa
lebih nyata atau konkret, serta aktivitas visualisasi dapat memperingan
pikiran peserta didik. Sehingga akan dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika.
b. Strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI). Strategi
pembelajaran ini mencakup seluruh tingkatan kemampuan peserta didik dan
memungkinkan peserta didik untuk lebih dapat mengoptimalkan
kemampuan yang ia miliki serta menciptakan suasana belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
mendorong peserta didik untuk berperan aktif dan kreatif dalam
pembelajaran.
2. Uji Hipotesis Kedua
Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel
diperolehF你纵努凝T邹ꐘ 91,5066 使3,1153lꐘ F难,难闹;e;呢呢, sehingga H0B ditolak. Hal
ini berarti paling sedikit ada satu perbedaan prestasi belajar antara peserta didik
dengan kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini terjadi karena
kesiapan peserta didik dalam menerima materi tergantung dari kemampuan yang
sebelumnya dimiliki (kemampuan awal) sebagai prasyarat pembelajaran
selanjutnya. Kemampuan awal yang baik akan menghasilkan prestasi yang baik
pula.
Untuk mengetahui kategori yang menghasilkan prestasi berbeda dilakukan
uji komparasi ganda. Berdasarkan uji komparasi rataan antar kategori dalam
kemampuan awal matematika rendah dan sedang, diperoleh Fe能挠ꐘ 5,8663 矢6,230lꐘ 2. F难,难闹;挠;呢呢 yang berarti tidak terdapat perbedaan prestasi belajar yang
signifikan antara peserta didik dengan kemampuan awal rendah dan peserta didik
dengan kemampuan awal sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta
didik dengan kemampuan awal rendah menghasilkan prestasi belajar yang sama
dengan peserta didik dengan kemampuan awal sedang.
Berdasarkan uji komparasi rataan antar kategori dalam kemampuan awal
matematika rendah dan tinggi, diperoleh Fe能脑ꐘ 164,6888 使6,230lꐘ2. F纵难,难闹;挠;呢呢邹, yang berarti terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan
antara peserta didik dengan kemampuan awal rendah dan peserta didik dengan
kemampuan awal tinggi. Kemudian untuk mengetahui mana yang lebih baik
dibandingkan rataan marginalnya. Rataan marginal kelompok peserta didik
dengan kemampuan awal rendah 66,285l sedangkan kemampuan awal tinggi 90,4. Maka disimpulkan bahwa peserta didik dengan kemampuan awal tinggi
menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada peserta didik dengan
kemampuan awal rendah.
Berdasarkan uji komparasi rataan antar kategori dalam kemampuan awal
matematika sedang dan tinggi, diperoleh 瓜挠能脑ꐘ 146,8113 使6,230lꐘ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2.瓜纵难,难闹;挠;呢呢邹,yang berarti terdapat terdapat perbedaan prestasi belajar yang
signifikan antara peserta didik dengan kemampuan awal sedang dan peserta didik
dengan kemampuan awal tinggi. Kemudian untuk mengetahui mana yang lebih
baik dibandingkan rataan marginalnya. Rataan marginal kelompok peserta didik
dengan kemampuan awal sedang l0,4865 sedangkan kemampuan awal tinggi 90,4. Maka disimpulkan bahwa peserta didik dengan kemampuan awal tinggi
menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada peserta didik dengan
kemampuan awal sedang.
Dari perincian di atas, dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa
peserta didik dengan kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar
matematika lebih baik daripada peserta didik dengan kemampuan awal sedang
dan rendah sedangkan peserta didik dengan kemampuan awal sedang akan
menghasilkan prestasi belajar matematika sama dengan peserta didik dengan
kemampuan awal rendah.
Kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika peserta didik dengan
kemampuan awal sedang sama dengan peserta didik dengan kemampuan awal
rendah berbeda dengan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya pada Bab II. Hal
ini dapat terjadi karena peserta didik dengan kemampuan rendah pada kelas
eksperimen memiliki prestasi belajar yang cukup baik, sehingga akan berpengaruh
pada prestasi peserta didik dengan kemampuan rendah secara keseluruhan.
3. Uji Hipotesis Ketiga
Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama
diperolehF拟你纵努凝T邹ꐘ 4,8624 使F难,难闹;挠;呢呢ꐘ 3,1153l, sehingga H0AB ditolak. Hal
ini berarti paling sedikit ada satu interaksi antara strategi pembelajaran dengan
kemampuan awal terhadap prestasi belajar peserta didik pada submateri Dimensi
Tiga (Balok dan Kubus). Untuk itu dilakukan uji lanjut anava.
a. Efek Strategi Pembelajaran pada Masing-Masing Tingkat Kemampuan
Awal.
Berdasarkan uji komparasi ganda pada kemampuan awal rendah, antar
kategori strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan
pembelajaran konvensional diperoleh Fee能挠eꐘ 84,0618 使5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
11,6665.Ini berarti pada kemampuan awal rendah terdapat terdapat perbedaan
prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik dengan strategi pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan peserta didik dengan pembelajaran
konvensional. Untuk mengetahui mana yang lebih baik dibandingkan rataan
marginalnya. Dari perhitungan didapat pada kemampuan awal rendah, rataan
marginal peserta didik dengan strategi AMI adalahl0,285lsedangkan peserta
didik dengan pembelajaran konvensional 58,285l. Maka disimpulkan bahwa
pada kemampuan awal rendah, strategi pembelajaran Authentic Multi-level
Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uji komparasi ganda pada kemampuan awal sedang, antar
kategori strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan
pembelajaran konvensional diperoleh Fe挠能挠挠ꐘ 3,126l矢5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ11,6665. Ini berarti pada kemampuan awal sedang, tidak terdapat terdapat
perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik dengan strategi
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan peserta didik dengan
pembelajaran konvensional. Maka disimpulkan bahwa pada kemampuan awal
sedang, strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI)
menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uji komparasi ganda pada kemampuan awal tinggi, antar
kategori strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan
pembelajaran konvensional diperoleh Fe脑能挠脑ꐘ 0,0139 矢5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ11,6665.Ini berarti pada kemampuan awal tinggi, tidak terdapat terdapat
perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik dengan strategi
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dan peserta didik dengan
pembelajaran konvensional. Maka disimpulkan bahwa pada kemampuan awal
tinggi, strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI)
menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan pembelajaran konvensional.
Efek Kemampuan Awal pada Masing-Masing Strategi Pembelajaran
Berdasarkan uji komparasi ganda pada strategi pembelajaran Authentic
Multi-level Instruction (AMI) antar kategori kemampuan awal matematika rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
dan sedang diperoleh Fee能e挠ꐘ 1,l428矢5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ 11,6665. Ini berarti
pada penerapan strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI), tidak terdapat
perbedaan prestasi yang signifikan antara peserta didik dengan kemampuan awal
rendah dengan peserta didik dengan kemampuan awal sedang. Maka disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI), peserta
didik dengan kemampuan awal rendah menghasilkan prestasi belajar yang sama
dengan peserta didik dengan kemampuan awal sedang. Berdasarkan uji komparasi
ganda pada strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) antar
kategori kemampuan awal matematika rendah dan tinggi diperoleh Fee能e脑ꐘ80,2503 使5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ 11,6665. Ini berarti pada penerapan strategi Authentic
Multi-level Instruction (AMI), terdapat perbedaan yang signifikan antara peserta
didik yang memiliki kemampuan awal rendah dengan peserta didik yang memiliki
kemampuan awal tinggi. Untuk mengetahui mana yang lebih baik dibandingkan
rataan marginalnya. Dari perhitungan didapat pada strategi pembelajaran AMI
rataan marginal peserta didik dengan kemampuan awal rendahl0,285l
sedangkan peserta didik dengan kemampuan tinggi 90,3158. Maka disimpulkan
bahwa pada penerapan strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI),
kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada
kemampuan awal rendah. Berdasarkan uji komparasi ganda pada strategi
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) antar kategori kemampuan
awal matematika sedang dan tinggi diperoleh Fe挠能e脑ꐘ 3l,1886 使5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ11,6665. Ini berarti pada penerapan strategi Authentic Multi-level Instruction
(AMI), terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik
yang memiliki kemampuan awal sedang dengan peserta didik yang memiliki
kemampuan awal tinggi. Untuk mengetahui mana yang lebih baik dibandingkan
rataan marginalnya. Dari perhitungan didapat pada strategi pembelajaran AMI,
rataan peserta didik dengan kemampuan awal sedangl4,4865 sedangkan rataan
peserta didik dengan kemampuan awal tinggi 90,3158. Maka disimpulkan bahwa
pada penerapan strategi Authentic Multi-level Instruction (AMI), kemampuan
awal tinggi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada kemampuan
awal sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Berdasarkan uji komparasi ganda pada strategi pembelajaran konvensional
antar kategori kemampuan awal matematika rendah dan sedang diperoleh F挠e能挠挠ꐘ 1l,6516 使5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ 11,6665. Ini berarti pada pembelajaran
konvensial, terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta
didik dengan kemampuan awal rendah dengan peserta didik dengan kemampuan
awal sedang. Untuk mengetahui mana yang lebih baik dibandingkan rataan
marginalnya. Dari perhitungan didapat, pada pembelajaran konvensional, rataan
marginal peserta didik dengan kemampuan awal rendah 58,285l sedangkan
rataan marginal peserta didik dengan kemampuan awal sedang 69,51l2. Maka
disimpulkan bahwa pada pembelajaran konvensional, kemampuan awal sedang
menghasilkan prestasi belajar lebih baik dari pada kemampuan awal rendah.
Berdasarkan uji komparasi ganda pada strategi pembelajaran konvensional antar
kategori kemampuan awal matematika rendah dan tinggi diperoleh F挠e能挠脑ꐘ84,0618 使5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ 11,6665. Ini berarti pada pembelajaran konvensial,
terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik dengan
kemampuan awal rendah dengan peserta didik dengan kemampuan awal tinggi.
Untuk mengetahui mana yang lebih baik dibandingkan rataan marginalnya. Dari
perhitungan didapat pada pembelajaran konvensional, rataan peserta didik dengan
kemampuan awal rendah 58,285l sedangkan peserta didik dengan kemampuan
awal tinggi 90,666l. Maka disimpulkan bahwa pada penerapan pembelajaran
konvensional kemampuan awal menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari
pada kemampuan awal rendah. Berdasarkan uji komparasi ganda pada strategi
pembelajaran konvensional antar kategori kemampuan awal matematika sedang
dan tinggi diperoleh F挠挠能挠脑ꐘ 55,1813 使5. F难,难闹;闹;呢呢ꐘ 11,6665. Ini berarti
pada pembelajaran konvensial, terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan
antara peserta didik dengan kemampuan awal sedang dengan peserta didik dengan
kemampuan awal tinggi. Untuk mengetahui mana yang lebih baik dibandingkan
rataan marginalnya. Dari perhitungan didapat pada pembelajaran konvensional,
rataan marginal peserta didik dengan kemampuan awal
sedang69,51l2sedangkan peserta didik dengan kemampuan awal tinggi 90,666l. Maka disimpulkan bahwa pada penerapan pembelajaran konvensional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kemampuan awal tinggi menghasilkah prestasi yang lebih baik dari pada
kemampuan awal sedang.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran Authentic
Multi-level Instruction (AMI) kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi
belajar lebih baik daripada kemampuan awal sedang dan rendah sedangkan
kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar sama dengan kemampuan
awal rendah. Selanjutnya, pada pembelajaran konvensional, kemampuan awal
tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan sedang dan
rendah sedangkan kemampuan sedang menghasilkan prestasi belajar lebih baik
daripada kemampuan rendah. Pada kemampuan rendah, pembelajaran Authentic
Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada
pembelajaran konvensional. Pada kemampuan sedang, pembelajaran Authentic
Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan
pembelajaran konvensional. Pada kemampuan tinggi, pembelajaran Authentic
Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan
pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika pada submateri
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus).
Ada kesimpulan yang berbeda dengan hipotesis yang sebelumnya
dikemukakan pada BAB II. Pada pembelajaran Authentic Multi-level Instruction
(AMI) kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada
kemampuan awal sedang, ini berbeda dengan hipotesis yang dikemukakan
sebelumnya. Hal ini bisa terjadi karena dasar kemampuan yang memang sudah
berbeda antara peserta didik pada kemampuan tinggi dan sedang. Sehingga meski
diterapkan strategi pembelajaran ini akan tetap berbeda hasilnya, kemampuan
awal yang tinggi akan selalu lebih baik. Selain kesimpulan itu, ada kesimpulan
lain yang berbeda dengan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya pada BAB II,
yaitu pada kemampuan sedang, pembelajaran Authentic Multi-level Instruction
(AMI) menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan pembelajaran
konvensional. Hal ini bisa terjadi karena pemahaman peserta didik pada
kemampuan sedang cenderung tidak hanya bergantung pada strategi pembelajaran
di sekolah saja. Namun mereka juga berlatih sendiri di luar sekolah. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
mengakibatkan strategi belajar yang diterapkan tidak berpengaruh pada prestasi
belajar mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), strategi pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
2. Pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), peserta didik dengan
kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada
peserta didik dengan kemampuan awal sedang maupun rendah, sedangkan
peserta didik dengan kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar
sama dengan kemampuan awal rendah.
3. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan awal
peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik pada submateri Dimensi
Tiga (Balok dan Kubus). Pada strategi pembelajaran Authentic Multi-level
Instruction (AMI), peserta didik dengan kemampuan awal tinggi
menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan awal sedang
maupun rendah, sedangkan peserta didik dengan kemampuan sedang
menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan kemampuan awal rendah.
Pada pembelajaran konvensional, peserta didik dengan kemampuan awal
tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan awal
sedang maupun rendah sedangkan peserta didik dengan kemampuan awal
sedang menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada kemampuan
rendah. Pada kemampuan awal rendah, pembelajaran Authentic Multi-level
Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada
pembelajaran konvensional. Pada kemampuan awal sedang, pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar sama
dengan pembelajaran konvensional. Pada kemampuan awal tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi
sama dengan pembelajaran konvensional.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka
penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun
secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis
Strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) dirasa
tepat untuk menyajikan materi Dimensi Tiga (Balok dan Kubus). Hal ini
dikarenakan materi Dimensi Tiga (Balok dan Kubus) dapat divisualisasikan dan
dikaitkan dengan kehidupan nyata yang akan membuat pembelajaran terasa lebih
nyata atau konkret. Ini bertujuan agar peserta didik lebih memahami materi dan
dapat mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
peserta didik lebih antusias dalam belajar matematika. Dalam strategi
pembelajaran Authentic Multi-level Instruction (AMI) juga memperhatikan
antusiasme para peserta didik yang cerdas dan menghindari terjadinya frustasi
para peserta didik yang kurang mampu. Strategi pembelajaran ini dirancang
sedemikian hingga dapat mencakup seluruh tingkatan kemampuan peserta didik
dan memungkinkan peserta didik untuk lebih dapat mengoptimalkan kemampuan
yang ia miliki serta menciptakan suasana belajar yang mendorong peserta didik
untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya pengotimalan multiple
intelligences dan kelompok heterogen, seluruh peserta didik pada berbagai tingkat
kemampuan dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sesuai dengan tingkat
kemampuan mereka sehingga tidak ada peserta didik yang tertinggal.
Kemampuan awal merupakan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki peserta didik yang diperlukan sebagai prasyarat untuk memperoleh
kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi. Ini sangat berpengaruh pada
keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran lebih lanjut. Peserta didik dengan
kemampuan awal lebih baik akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
pula. Hal ini dikarenakan peserta didik dengan kemampuan awal lebih baik akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dapat menyerap lebih cepat daripada yang lain. Dengan strategi pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI), peserta didik pada kemampuan awal yang
kurang dapat terbantu dalam menyerap pembelajaran yang disampaikan oleh guru,
tanpa menggangu peserta didik dengan kemampuan awal tinggi..
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para guru dalam
upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan peningkatan prestasi
belajar matematika peserta didik. Guru diharapkan dapat memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar matematika dan tingkat kemampuan
peserta didik. Selain itu, usaha guru dalam membantu peserta didik meningkatkan
prestasi belajarnya tidak terlepas dari adanya faktor-faktor lain yang
mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain tingkat intelegensi, kemampuan
awal peserta didik, aktivitas belajar peserta didik, motivasi belajar peserta didik,
kedisiplinan peserta didik, latar belakang dan lingkungan peserta didik.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka ada beberapa saran
yang ditujukan pada guru, dan peneliti lain sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa strategi pembelajaran
Authentic Multi-level Instruction (AMI) menghasilkan prestasi belajar yang lebih
baik dari pada pembelajaran konvensional pada submateri Dimensi Tiga (Balok
dan Kubus). Oleh karena itu guru dapat menggunakan strategi ini untuk
pembelajaran matematika khususnya pada submateri Dimensi Tiga (Balok dan
Kubus), sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
2. Bagi Peneliti Lain
Dalam penelitian ini pembelajaran matematika dilakukan dengan
ditinjau dari kemampuan awal peserta didik, bagi para peneliti lain mungkin dapat
melakukan peninjauan dari sudut yang lain seperti misalnya aktivitas belajar
peserta didik, minat belajar peserta didik, tingkat intelegensi dan yang lainnya
agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
matematika peserta didik. Hasil penelitian ini juga terbatas pada submateri
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus), sehingga disarankan kepada peneliti lain untuk
mencoba menerapkan strategi pembelajaran Authentic Multi-level Instruction
(AMI) pada materi matematika yang lain, dengan mempertimbangkan
kesesuaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
DAFTAR PUSTAKA
Adi W. Gunawan. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ariany Syurfah. 2007. Multiple Intelegence for Islamic Teaching. Bandung : PT. Syamil Cipta Media.
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion. 1995. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
_________. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
De Bono Edward. 2007. Revolusi Berpikir. (diterjemahkan dari Teach Your Child How to Think). Bandung : PT Mizan Pustaka.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta : Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ees. 2007. Profil Perusahaan Interaktif dengan Ms. Power Point 2007. Jakarta: Gramedia
Hamzah B Uno. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Sinar Grafika Offset.
Kincheloe Joe dan Kecia Hayes. 2006. Metropedagogy. Rotterdam : Sense Published.
Lombardi Marilyn M. 2007. Mei. “Authentic Learning for The 21st Century : An Overview”. Educause Learning Initiative.
_________.2007. Juli. “Approaches That Work: How Authentic Learning Is Transforming Higher Education”. Educause Learning Initiative.
Martinis Yamin. 2007. Profesionalsisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta
Masnur Muslich. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Sinar Grafika Offset
Monty P Satiadarma. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta : Media Grafika.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Muijs Daniel dan David Reynolds. 2008. Effective Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mulyani Sumantri. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : C.V Maulana.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Oemar Hamalik. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Peterson Michael, Mishael Hittie dan Lynne Tamor. 2002. Authentic, Multi-level Teaching. A Published of the Whole Schooling Consortium.
Phillipson Shane N. 2007. Learning Diversity in The Chines Classroom. Hongkong : Hongkong University.
Pargiyo. 2000. Telaah Kurikulum Matematika SMU. Surakarta: UNS Press.
Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Ratna Wilis Dahar. 1988. Didaktik metodik. Jakarta : Bina Aksara.
Roestiyah N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Salim Peter dan Yeni Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press.
Sartono Wirodikromo. 2004. Matematika untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta:Erlangga.
Sindu Muliyanto. 2006. Penduan Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif Syariah. Jakarta : Gramedia.
Sobel Max A. dan Evan M. Maletsky. 2002. Mengajar Matematika : Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas dan Strategi. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Soenarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. (http://soenartombs.wordpress.com diakses 10 Maret 2010 pukul 14.30 WIB).
Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan.
Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Syaiful Bahri Djamaah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : P.T Rineka Cipta.
_________. 2006. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Asdi Mahasatya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabrani Rusyan A. 1989. Pendekatan dalam Proses Balajar Mengajar. Bandung : CV. Remadja Karya.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Winkel W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.
W. Gulo. 2004. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
95
Silabus
Sekolah : SMA Negeri 1 Mojolaban
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : X (Sepuluh)
Semester : 2 (Dua)
Standar Kompetensi : Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang
Dimensi Tiga (Balok dan Kubus).
KOMPETENSI
DASAR INDIKATOR
MATERI
POKOK PENGALAMAN BELAJAR PENILAIAN WAKTU
SUMBER
BELAJAR
Menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga
Menentukan kedudukan titik dan garis dalam ruang
Menentukan kedudukan titik dan bidang dalam ruang
Ruang Dimensi Tiga
Pengenalan Bangun Ruang
Kedudukan
Mengidentifikasi bentuk-bentuk bangun ruang
Mengidentifikasi unsur-unsur bangun ruang
Menyelidiki kedudukan antara unsur-unsur bangun ruang
Metode :
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Ulangan
Bentuk Instrumen :
Kuiz
Tes Tertulis PG
3 x 45’
Sumber :
Buku Paket Matematika kelas X oleh Sartono Wirodikromo
LKS
LA
MPIR
AN
1
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
96
Menentukan kedudukan antara dua garis dalam ruang
Menentukan kedudukan garis dan bidang dalam ruang
Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam ruang
titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga
Mendeskripsikan kedudukan antara unsur-unsur bangun ruang
Alat :
Alat peraga Kubus dan Balok
Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga
Menentukan jarak titik dan garis dalam ruang
Menentukan jarak titik dan bidang dalam ruang
Menentukan jarak antara dua garis dalam ruang *)
Jarak pada bangun ruang
Mendefinisikan pengertian jarak antara titik, garis dan bifang dalam ruang
Menghitung jarak titik dan garis pada bangun ruang
Menghitung jarak titik dan bidang pada bangun ruang
Metode :
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Ulangan
Bentuk Instrumen :
Kuiz
Tes Tertulis PG
5 x 45’
Sumber :
Buku Paket Matematika kelas X oleh Sartono Wirodikromo
LKS
Alat :
Alat peraga Kubus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
97
Menghitung jarak antara dua garis pada bangun ruang *)
Balok
*) pengayaan
Surakarta, April 2010 Peneliti
Endah Noorsanty K1306022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
LKS Pertemuan ke-1
Tujuan : Peserta didik dapat menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga.
Instruksi :
Gunakan alat peraga (bola platisin dan kawat) untuk mencari kemungkinan kedudukan antara titik dan garis.
Gunakan alat peraga (bola platisin dan papan kertas) untuk mencari kemungkinan kedudukan antara titik dan
bidang.
Gunakan alat peraga (kawat) untuk mencari kemungkinan kedudukan antara dua garis.
Gunakan alat peraga (kawat dan papan kertas) untuk mencari kemungkinan kedudukan antara garis dan bidang.
Gunakan LKS sekolah atau buku pedoman lainnya sebagai referensi.
1. Kedudukan Titik dan Garis
3. Kedudukan Antara Dua Garis
2. Kedudukan Titik dan Bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Permasalahan : penerapan pada bangun ruang dimensi tiga
Gunakan alat peraga kerangka balok untuk membantu pemvisualisasiannya.
Balok PQRS.TUVW
Jawab :………………………………………………………………………………......... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………......... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………......... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………......... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………......... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………......... ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………........... ……………………………………………………………………………………………
LKS
4. Kedudukan Garis dan Bidang
W
T
P
S
V
U
R
Q
Berilah contoh kedudukan: a. Titik pada garis
b. Titik di luar bidang
c. Pasangan garis saling sejajar
d. Pasangan garis yang saling bersilangan
e. Garis sejajar bidang
f. Garis menembus bidang
O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Pertemuan ke-2
Tujuan :
Peserta didik dapat menentukan kedudukan antara dua bidang dalam ruang Dimensi Tiga.
Peserta didik dapat menentukan jarak antara titik dalam bangun ruang Dimensi Tiga.
Kegiatan 1 (waktu diskusi 5 menit)
Instruksi :
Gunakan alat peraga (papan kertas) untuk mencari kemungkinan kedudukan antara dua bidang.
Gunakan LKS sekolah sebagai referensi.
Kegiatan 2 (waktu diskusi 30 menit)
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gunakan alat peraga kerangka balok untuk membantu pemvisualisasiannya.
Diket :
Apa yang dapat kamu lakukan untuk menentukan jarak antara titik A dan titik B pada gambar di samping?
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Balok PQRS.TUVW
A
B
Q
R S
T U
V W
P
O
5. Kedudukan Antara Dua Bidang
N
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Volume balok = 192 cm3
Perbandingan p : l : t = 4 : 3 : 2
Tentukan :
Ukuran panjang, lebar dan tingginya
Jarak titik P dan R
Jarak titik P dan V
Jarak titik O dan T
Jarak titik N dan P
Penyelesaian :
Petunjuk gunakan permisalan
Misal 贵ꐘ 4i; 癸ꐘ 3i;棍ꐘ 2i;
Cari nilai x dengan volume yang telah diketahui.
………………………………………………….
………………………………………………….
………………………………………………….
Sehingga didapat 贵ꐘ 4i ꐘ………….cm
癸ꐘ 3i ꐘ …………cm 棍ꐘ 4i ꐘ…………cm
Hubungkan titik P dan R
Perhatikan ∆ PQR, segitiga apa yang terbentuk?
………(jika ∆ siku-siku, siku-siku di titik apa?)
Apa yang dapat kalian lakukan untuk mencari panjang
PR?
………………………………………………….
………………………………………………….
………………………………………………….
Hubungkan titik P dan V
Perhatikan ∆ PRV, segitiga apa yang terbentuk?
……… (jika ∆ siku-siku, siku-siku di titik apa?)
Apa yang dapat kalian lakukan untuk mencari panjang
PV?
……………………………………………………
……………………………………………………
………………………………………………….
Hubungkan titik O dan T
Perhatikan ∆ POT, segitiga apa yang terbentuk?
……………(jika ∆ siku-siku, siku-siku di mana?)
Apa yang dapat kalian lakukan untuk mencari panjang
OT? PO ꐘ 12 . PR
……………………………………………………
……………………………………………………
………………………………………………….
Hubungkan titik N dan P (*)
Perhatikan ∆ PON, segitiga apa yang terbentuk?
…………(jika ∆ siku-siku, siku-siku di titik apa?)
Apa yang dapat kalian lakukan untuk mencari panjang
PN?
……………………………………………………
……………………………………………………
…………………………………………………….
LKS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Pertemuan ke-3
Tujuan : Peserta didik dapat menentukan jarak antara titik dan garis dalam bangun ruang dimensi tiga.
Waktu diskusi 35 menit
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gunakan alat peraga kerangka balok untuk membantu pemvisualisasiannya.
Diket :
Luas permukaan balok = 208 cm3
Perbandingan 贵∶ 癸 ∶ 棍 ꐘ 4 ∶ 3 ∶ 2
Tentukan:
Ukuran panjang, lebar dan tingginya
Jarak titik P dan QR
Jarak titik O dan VR
Jarak titik P dan QS
Jarak titik V ke QW
Penyelesaian :
Apa yang dapat kamu lakukan untuk menentukan jarak antara titik A dan garis g pada gambar di samping?
................................................................................................
.................................................................................................
................................................................................................
...................................................................................
A
A1 A2
A3 A4 A5
Q
R S
T U
V W
P
g
O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Petunjuk gunakan permisalan
Misal p ꐘ 4x; l ꐘ 3x;t ꐘ 2x;
Cari nilai x dengan L.p balok yang telah diketahui.
…………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
Sehingga didapat p ꐘ 4x ꐘ………….cm
l ꐘ 3x ꐘ …………cm t ꐘ 4x ꐘ…………cm
Tentukan garis yang melalui O dan tegak lurus QR
Garis itu adalah…..(gunakan kerangka balok jika
perlu)
Apa yang kalian lakukan untuk mencari jaraknya?
………………………………………………..
Tentukan garis yang melalui O dan tegak lurus VR
Garis itu adalah……(gunakan kerangka balok jika
perlu)
Apa yang kalian lakukan untuk mencari jaraknya?
…………………………………………………
…………………………………………………
Tentukan garis yang melalui P dan tegak lurus QS
Garis itu adalah……(gunakan kerangka balok jika
perlu)
Apa yang kalian lakukan untuk mencari jaraknya?
…………………………………………………
Perhatikan ∆ PQS
(petunjuk : gunakan pendekatan luas ∆)
…………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
Tentukan garis yang melalui V dan tegak lurus QW
Garis itu adalah……(gunakan kerangka balok jika
perlu)
Apa yang kalian lakukan untuk mencari jaraknya?
…………………………………………………
Perhatikan ∆ QVW
(petunjuk : gunakan pendekatan luas ∆)
Diagonal QV dicari terlebih dahulu QW.d2 ꐘ QV.VW2
…………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
Didapat d =
……………….
LKS Tujuan : Peserta didik dapat menentukan jarak antara titik dan bidang dalam bangun ruang
Waktu diskusi 35 menit
P
S
Q
d
V
Q
W
d