Upload
dangtu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN
TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA
DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi
Pendidikan Matematika
Diajukan Oleh :
MUHAMAD HAMDANI S. 850809110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN
TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA
DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Disusun Oleh
MUHAMAD HAMDANI
S. 850809110
Telah disetujui Tim Pembimbing
Pada Tanggal : Januari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Tri Atmojo K,M.Sc.Ph.D Drs. Suyono, M.Si NIP.19630826 198803 1002 NIP.19500301 197603 1002
Mengetahui Kaprodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Sebelas Maret
Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19660225 199302 1002
EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA
DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Disusun Oleh :
MUHAMAD HAMDANI
S. 850809110
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : Januari 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si ....................................
Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si ....................................
Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D ....................................
2. Drs. Suyono, M.Si ....................................
Surakarta, Januari 2011
Mengetahui Ketua Program Studi
Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si
NIP.19570820 198503 1 004 NIP.19660225 199302 1 002
PERNYATAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Muhamad Hamdani
NIM : S 850809110
Menyatakan dengan sungguhnya, bahwa tesis berjudul ”Eksperimentasi Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan
Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada
Siswa SMA Di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah betul-betul karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Muhamad Hamdani
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang berilmu
( Q.S. Al-Mujadilah:11)
Lihatlah orang yang lebih bawah dari pada kalian, dan janganlah melihat orang yang
lebih atas dari kalian. Maka yang demikian itu lebih patut agar kalian tidak
meremehkan nikmat Allah kepada kalian.
(H.R. Abu Hurairah)
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1.Isteriku Antung Attaubah yang telah mendampingi,
mendoakan dan memberikan motivasi dalam penulisan
tesis dan studi ini.
2.Anak-anakku Ahmad Fajrin Riadi, Nidia Fajriyati,
Ahmad Hafiz Noorfaizin, yang selalu mendo’akan untuk
keberhasilan dalam penyelesaian tesis dan studi ini.
3.Seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, motivasi,
dan do’anya dalam penulisan tesis dan studi ini.
4.Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat
dan bantuan.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini,yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai derajad magister pada
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul:
“Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Statistika Ditinjau Dari Aktivitas
Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat” Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
terselesaikannya tesis ini :
1. Prof. Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh
studi sampai selesai di Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto,M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis
sehingga penulis mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan
penelitian.
3. Rektor dan Dekan FKIP Universitas Palangkaraya yang telah memberikan ijin
untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
dorongan dan pengarahan sehingga terselesaikan tesis ini.
5. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D, sebagai pembimbing I, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan dukungan penulisan tesis ini.
6. Drs. Suyono, M.Si, sebagai pembimbing II, yang telah dengan kesabarannya
memberikan bimbingan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal dalam
penyusunan tesis ini melalui perkuliahan.
8. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga. Kabupaten Kotawaringin
Barat yang telah memberikan ijin/rekomendasi kepada penulis sehingga penulis
mendapatkan kemudahan dalam melakukan penelitian.
9. Kepala sekolah SMA-1 Pangkalan Bun dan Kepala sekolah SMAN-1 Kumai
serta Kepala Sekolah SMA PGRI Pangkalan Bun yang telah memberikan
kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
10. Guru matematika SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai serta SMA
PGRI Pangkalan Bun yang telah melakasanakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe Jigsaw.
11. Siswa-siswi kelas XI SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai dan SMA
PGRI Pangkalan Bun atas bantuan dan kerja samanya.
12. Semua keluarga yang telah membantu dan memberikan kesempatan, dorongan
dan kesabarannya.
13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu
terselesainya tesis ini.
Semoga semua amal baik mereka yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat ridha dari Allah SWT.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu, khususnya dibidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendidikan matematika.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL....................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………....
HALAMAN PENGESAHAN................................................................
PERNYATAAN......................................................................................
MOTTO...................................................................................................
PERSEMBAHAN...................................................................................
KATA PENGANTAR…………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………...
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
ABSTRAK...............................................................................................
ABSTRACT..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................……………...............
B. Identifikasi Masalah………………………………...........…
C. Pemilihan Masalah………………………………………….
D. Pembatasan Masalah…………………………………..........
E. Perumusan Masalah ………………………………………...
F. Tujuan Penelitian…………………………………………....
G. Manfaat Penelitian……………………………………….….
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori………………………………………...........
1. Pembelajaran Matematika..............…………………......
2. Teori Belajar Konstruktivistik…………………………..
3. Pembelajaran Kooperatif .................................………....
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.………………….
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...........................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xiv
xv
xvi
xviii
xx
1
7
8
10
10
11
12
13
13
17
18
24
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Aktivitas Belajar Siswa...................................................
B. Penelitian Yang Relevan………..............………………….
C. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis................................…….
1. Kerangka Berpikir.……………………………………….
2. Hipotesis.............................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………............…
B. Metode Penelitian ..................................................................
C. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………...
1. Populasi..............................................................................
2. Sampel................................................................................
3. Teknik Pengambilan Sampel..............................................
D. Metode Pengumpulan Data…………………………………
1. Variabel Penelitian.............................................................
2. Teknik Pengambilan Data..................................................
3. Instrumen Penelitian...........................................................
E. Teknik Analisis Data………………………………………..
1. Uji Keseimbangan .............................................................
2. Uji Persyaratan Analisis ....................................................
3. Uji Hipotesis.......................................................................
4. Uji Lanjut Anava................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data………………………...........……………….
1. Data Nilai Rapor Naik Kelas XI Tahun 2010/2011.........
2. Data Hasil Uji Coba Instrumen.......…………………….
a. Hasil Uji Coba Instrumen Angket................................
1). Uji Validitas Isi.......................................................
2). Konsistensi Internal................................................
3). Uji Reliabilitas Angket...........................................
b. Hasil Uji Coba Instrumen Tes.....................................
1). Uji Validitas Isi.......................................................
32
34
37
37
40
42
43
46
46
47
47
49
49
52
54
60
60
62
65
71
74
74
74
74
74
75
75
76
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2). Tingkat Kesukaran Instrumen Tes..........................
3). Daya Beda Instrumen Tes.......................................
4). Uji Reliabilitas Instrumen Tes................................
5). Pembahasan Hasil Uji Coba Instrumen Tes............
c. Data Angket Aktivitas Belajar Siswa...........................
B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal…….………………..
1. Uji Normalitas...................................................................
2. Uji Homogenitas................................................................
3. Hasil Uji Keseimbangan....................................................
C. Hasil Uji Persyaratan Analisis Prestasi Belajar……………..
1.Uji Normalitas Prestasi Belajar……………….…………..
2.Uji Homogenitas Prestasi Belajar….……………………..
D. Hasil Uji Hipotesis…………………….…...……………….
E. Hasil Uji Lanjut Hipotesis...……………...…………………
1.Komparasi Ganda Antar Kolom...…...……………………
2.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama….....
3.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama…..….
F. Pembahasan Hasil Penelitian…………………...…………....
1.Hipotesis Pertama………………………………………….
2.Hipotesis Kedua……………………………………………
3.Hipotesi Ketiga…………………………………………….
4.Hipotesi Keempat………………………………………….
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………….
B. Implikasi………………………………………………….…
C. Saran………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN............................................................................................
76
77
77
77
78
79
79
80
80
80
80
81
82
83
83
84
85
86
86
86
87
89
91
92
94
98
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1. Hasil ujian nasional SMA mata pelajaran matematika Kabupaten
Kotawaringin Barat.........................................................................
2.1. Penentuan nilai perkembangan individu berdasarkan nilai...........
2.2. Tingkat penghargaan kelompok.......................................................
3.1 Jadwal Penelitian
3.2. Rancangan Penelitan.......................................................................
4.1. Deskripsi Data Nilai Rapor............................................................
4.2. Rangkuman Jumlah Siswa dan Rataan Aktivitas............................
4.3. Rangkuman Rataan Prestasi Belajar Siswa.....................................
4.4. Rangkuman Analisis Varians Dua Jalan Sel Tak Sama..................
4.5. Rangkuman Data Komparasi Ganda Antar Kolom.........................
4.6. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama
4.7. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yan Sama.....
Halaman
3
27
27
42
44
74
78
79
82
83
84
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw.......................
2.2. Diagram kerangka pemikiran penelitian..........................................
Halaman
30
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Jigsaw ..........................
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas STAD............................
3. Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar..........................................
4. Tes Prestasi Belajar..........................................................................
5. Uji Reliabilitas,Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Tes.................
6. Validitas Tes Prestasi Belajar...........................................................
7. Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Belajar..................................
8. Angket Aktivitas Belajar..................................................................
9. Uji Konsistensi Internal Angket Aktivitas Belajar...........................
10. Validasi Angket Aktivitas Belajar....................................................
11. Data Induk Kelas STAD...................................................................
12. Data Induk Kelas Jigsaw..................................................................
13. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas STAD......................................
14. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas Jigsaw.......................................
15. Uji Homogenitas Nilai Raport Kelas STAD dan Jigsaw.................
16. Uji Keseimbangan Kelas STAD dan Jigsaw...................................
17. Rangkuman Uji Konsistensi Internal Angket..................................
18. Rangkuman Tingkat Kesukaran dan Daya beda Tes.......................
19. Data IndukAktivitas Belajar Kelas STAD......................................
20. Data Induk Aktivitas Belajar Kelas Jigsaw......................................
21. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD........................
22. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw........................
23. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar
Tinggi................................................................................................
24. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar
Sedang...............................................................................................
25. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar
Rendah..............................................................................................
26. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD...................
Halaman
99
132
167
170
185
187
199
200
212
215
227
230
233
236
239
244
248
250
251
252
254
257
260
263
266
269
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw...................
28. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD dan Jigsaw.
29. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.......................................
30. Uji Komparasi Ganda Antar Kolom.................................................
31. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang
Sama.................................................................................................
32. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama..................
272
275
277
285
288
291
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Muhamad Hamdani (S850809110), Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat. Tesis, Komisi Pembimbing I Drs.Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs.Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, (2) manakah di antara kategori aktivitas belajar siswa yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau aktivitas rendah (3) pada masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe (STAD dan Jigsaw) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pada masing-masing tingkat aktivitas belajar dan masing-masing tingkat aktivitas manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe Jigsaw. Penelitian ini menggunakan eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan secara Stratified Cluster Random Sampling dengan hasil SMAN-1 Pangkalan Bun dari kelompok tinggi dan SMAN-1 Kumai dari kelompok sedang serta SMA PGRI Pangkalan Bun dari kelompok rendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket dan dokumentasi. Instrumen tes untuk mengetahui prestasi belajar matematika materi statistika. Sedangkan instrumen angket untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan rataan menggunakan uji t dan α = 0,05 diperoleh tobs=0,3263 sedangkan untuk ttabel=1,960, tobs < ttabel semua sampel berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan yang seimbang. Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas populasi dan uji homogenitas variansi populasi. Menggunakan taraf signifikasi α = 0,05 dengan hasil:(1) uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors, diperoleh semua kelas sampel barasal dari populasi yang berdistribusi normal (2) uji homogenitas variansi populasi dengan menggunakan metode Bartlett, diperoleh semua kelas sampel berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varian dua jalan dengan sel tak sama. Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan (1) terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fa = 16,9876 > 3,844 = Ftabel), (2) terdapat pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fb = 76,1492 > 3,00 = Ftabel), (3) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fab = 4,94101 > 3,00 = Ftabel).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil uji komparasi ganda dengan metode Scheffe dan dengan melihat rataan marginalnya, dapat disimpulkan bahwa: (1) Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipa Jigsaw mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan prestasi belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.(2) Prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah serta prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. (3) Pada kategori tingkat aktivitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik prestasi belajarnya daripada dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tetapi tidak demikian halnya, pada kategori aktivitas sedang maupun tingkat aktivitas rendah, pemberian pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD tidak menyebabkan perbedaan prestasi belajar. (4) Baik pada metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang yang mempunyai aktivitas sedang dan rendah, serta siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas rendah. Sehingga untuk pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda untuk setiap kategori aktivitas belajar yang berbeda.
Kata Kunci: Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw, Aktivitas, Prestasi Belajar
ABSTRACT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Muhamad Hamdani, S850809110. The Experimentation of the Cooperative Learning of the Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type and Jigsaw Type on the Topic of Discussion of Statistics Viewed from the Learning Activities of the Students of Senior Secondary School in West Kotawaringin Regency. Thesis: The First Commision Supervision is of Drs.Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D and Drs. Suyono, M.Si. The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2011. The objectives of the research are to investigate: (1) which students have a better learning achievement in Mathemathics between the students taught with the cooperative learning of the STAD type and those taught with the Jigsaw type; (2) which category of the learning activities, that is, high, medium, and or low activities, has a better effect on the learning achievement in Mathematics; (3) in each type of the Cooperative learning methods (STAD type and Jigsaw type), which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics at each level of the learning activities, and in each level of the learning activities, which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics between the STAD type and the Jigsaw type. The research used an quasi experimental. The population of the research was all of the students in Grade XI of State Senior Secondary Schools in West Kotawaringin in the academic year of 2010/2011. The samples of the research were taken by using a stratified cluster random sampling. The samples of the research were the students of State Senior Secondary School 1 of Pangkalan Bun for the group of high learning activities, State Senior Secondary School 1 of Kumai for the group of medium learning activities, and Senior Secondary School PGRI of Pangkalan Bun for the group of low learning activities. The data of the research were gathered through test, questionnaire, and documentation. The test was used to investigate the students’ learning achievement in Mathematics with the topic of discussion of Statistics. The questionnaire was used to investigate the students’ learning activities. Prior to the experimentation, the average balance was tested by using t –test at the significance level of α = 0.05. The result of the test shows that all of the samples of the research have the population with the balanced ability as indicated by tobs = 0.3263, < ttable = 1.960. In addition, pre-requisite tests were also conducted. The tests consisted of the normality test of population by using Lilliefors formula and the homogeneity test of population variance by using Bartlett method at the significance level of α = 0.05. The results of the test are as follows: 1) The samples of the research have a normal distribution. 2) All of the samples of the research have the same variance. The data of the research were analyzed by using a two-way analysis of variance with unequal cells at the significance level of α = 0.05. The result of the analysis shows that (1) there is an effect of the learning models on the achievement in Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fa = 16.9876 > 3.844 = Ftable; (2) there is an effect of the learning activities on the learning achievement in Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fb = 76.1492 > 3.00 = Ftable; and (3) there is an interaction between the learning models and the learning activities on the learning achievement in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fab = 4.94101 > 3.00 = Ftable.
The result of multiple comparison test with Scheffe method and by looking at the average marginal, it can be concluded that: (1) On learning the Jigsaw cooperative learning methods have better academic achievement than with mathematics learning achievement using cooperative learning method STAD type. (2) student achievement that have a high learning activities better than students who have learning activities as well as medium and low learning achievement of students who have learning activities are better than students who have low learning activities. (3) In the category of high activity level, students who are learning to type jigsaw cooperative learning method better academic achievement than students who were learning to type STAD cooperative learning methods. But is not the case, the category of moderate activity and low activity levels, provision of learning with cooperative learning methods as well as type STAD Jigsaw types do not cause differences in learning achievement. (4) Whether the Jigsaw cooperative learning model type or types of STAD, students who have high activity better academic achievement than students who are having medium and low activity, as well as students who have moderate activity is better academic achievement than students who have activity low. So for learning by using the Jigsaw method of cooperative learning and type of cooperative learning method STAD types provide different learning achievement results for each category. Keywords: Cooperative Type STAD and Jigsaw, Activities, Student Achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat cepat dan
pesat. Dalam mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya
pengembangan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya yang bisa
ditempuh dalam membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses
pendidikan, baik pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar
sekolah. Sekolah yang merupakan bagian dari masyarakat dan merupakan tempat
yang tepat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan ilmu dan
teknologi. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Soedjadi (1995 : 8).
Bahwa satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogyanya
berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu
tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun jalur luar
sekolah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting
dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas.
Dalam pelaksanaan pendidikan formal di sekolah, untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan
masalah yang mendasar dari pembelajaran matematika adalah merupakan mata
pelajaran yang sulit untuk dipahami karena matematika merupakan mata
pelajaran yang abstrak. Menurut Marsigit (2007) bahwa: Diamati praktek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengajar pada periode 2001-2003 menunjukkan bahwa banyak guru masih
mengalami kesulitan dalam menjabarkan silabus, sejumlah topik matematika
dianggap sulit bagi guru untuk mengajar, yang signifikan jumlah anak
mempertimbangkan beberapa topik matematika sebagai sulit dipahami, guru
menganggap bahwa mereka masih membutuhkan panduan untuk melakukan
proses pembelajaran sains. Hal ini berdampak kepada prestasi belajar siswa yang
rendah, dan rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan
disebabkan pemahaman yang kurang baik dari siswa dalam menerima proses
pembelajaran yang di kelola oleh guru di kelas. Proses pembelajaran tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Intelegensia, minat, bakat, motivasi, aktivitas
belajar dan sebagainya termasuk faktor internal, sedangkan yang termasuk dalam
faktor eksternal misalnya, guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar, metode
mengajar dan sebagainya.
Matematika adalah ilmu yang sangat diperlukan dalam perkembangan ilmu
dan teknologi. Tetapi matematika selama ini dianggap pelajaran yang sulit untuk
dipahami, hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang tidak lulus karena tidak
terpenuhinya standar nilai matematika yang telah di tentukan, padahal standar
kelulusan matematika tahun pelajaran 2009/2010 masih rendah yaitu 5,50.
Gambaran umum dari prestasi belajar matematika di Kabupaten
Kotawaringin Barat hasil ujian nasional adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1. Hasil Ujian Nasional SMA Mata Pelajaran Matematika Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2009/2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No Nama Sekolah Rata-rata Terendah Tertinggi
1 SMAN-1PangkalanBun 7,82 3,75 9,25
2 SMAN-2 Pangakalan Bun 7,80 4,50 9,75
3 SMAN-3 Pangkalan Bun 8,13 6,25 9,50
4 SMAN Arut Utara 7,58 6,50 8,50
5 SMAN-1 Kumai 6,86 4,00 8,25
6 SMAN-2 Kumai 6,30 3,25 7,50
7 SMAN Pangkalan Banteng 6,19 2,50 7,40
8 SMAS Abdi Pangkalan Bun 6,08 2,75 7,00
9 SMAN Pangkalan Lada 5,30 2,50 6,75
10 SMAN Kotawaringin Lama 5,25 3,25 6,85
11 SMAS PGRI Pangkalan Bun 5,20 3,20 6.70
( Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Barat )
Begitu juga pada pokok bahasan statistika di Kelas XI SMA, siswa masih
kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut, padahal pokok bahasan ini
merupakan salah satu dari materi yang termasuk standar kompetensi lulusan
dalam ujian nasional.
Dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika, tugas seorang guru
adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat
belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keterampilan, keberanian serta
mempunyai kemampuan matematika. Dengan demikian matematika akan
mempunyai peran yang penting bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan
sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu guru sebagai pendidik perlu
mempersiapkan suatu model pembelajaran yang terprogram agar siswa sebagai
peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam perkembangannya, pembelajaran matematika di sekolah banyak
mengalami perubahan, diantaranya perubahan yang menitikberatkan dari situasi
guru mengajar menjadi situasi siswa belajar. Agar pembelajaran dengan situasi
siswa belajar ini dapat tercapai, hendaknya guru dapat menggunakan strategi
belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan siswa. Sebagaimana diungkapkan
oleh Soedjadi (1995 : 12), betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika
yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah
satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah proses mengajar yang
lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal. Selain itu menurut
M.A. Simon dkk (2000:307) mengatakan bahwa: supaya pengajaran matematika
lebih efektif para pengajar (guru) harus mampu mengartikualasi tujuan dan
menggeneralisasi hipotesis untuk perkembangan serta pemahaman konsep dasar
matematika itu sendiri.
Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki oleh para guru, dan dengan
keinginan untuk selalu mencari metode yang terbaik agar selalu menarik minat
dan motivasi siswa belajar, maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.
Sejumlah metode pembelajaran telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk
mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat
adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang
berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan
lain-lain, maka tidak dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis
kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki
strategi agar siswa bekerja secara efektif dan efisien, tepat pada tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus
menguasai teknik-teknik penyajian materi, atau biasa disebut metode
pembelajaran. Sebenarnya ada beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika. Tetapi tidak setiap metode
pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga pemilihan
metode pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan
pemikiran yang matang dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk
suatu kompetensi dasar yang akan disajikan.
Dewasa ini banyak penelitian di bidang pendidikan yang menyatakan
metode-metode pembelajaran yang berlandaskan pada paham konstruktivisme
dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
dengan metode pembelajaran konvensional. Namun masih ada guru yang belum
menerapkan metode-metode pembelajaran yang berlandaskan faham tersebut,
karena berbagai faktor diantaranya pengetahuan dan pengalaman guru yang masih
kurang berkaitan dengan metode-metode pembelajaran tersebut.
Metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar adalah
dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok. Pembelajaran kelompok
dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi. Pembejalaran yang dapat mewujudkan hal tersebut salah
satunya adalah pembelajaran kooperatif, yang sesuai dengan pembelajaran filsafat
konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa secara aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri. Slavin (1955 : 18) menyatakan bahwa
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan
temannya.
Untuk meningkatkan pembelajaran matematika selain metode
pembelajaran, keberhasilan belajar siswa juga tidak terlepas dari kemampuan
individu yang dimiliki oleh siswa yang merupakan salah satu faktor internal.
Dalam hal ini adalah keaktifan siswa dalam belajar. Sekolah merupakan salah
satu tempat untuk mengembangkan aktivitas siswa. Dalam belajar matematika,
aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan
oleh guru, namun demikian siswa harus lebih berpartisipasi aktif, misalnya
bertanya, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan guru. Dalam melakukan
aktivitas belajar siswa bervariasi, ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah,
sedang atau tinggi. Ada sebagian siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran
matematika, karena matematika dianggap pelajaran yang sangat sulit. Bagi siswa
yang kurang menyenangi dengan pelajaran matematika, maka aktivitas belajar
mereka juga rendah. Ada kemungkinan hal ini akan memberikan pengaruh pada
prestasi belajar siswa. Sedangkan siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi, Ada
kemungkinan prestasi belajar yang akan diperoleh menjadi tinggi, sehingga
aktivitas belajar siswa sangatlah membantu dalam proses belajar matematika.
Dalam hal ini pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran, maka guru diharapkan dapat membuat situasi pembelajaran yang
lebih banyak melibatkan keaktifan siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika, mungkin karena kurang tepatnya
penggunaan metode pembelajaran. Dari dugaan ini muncul sebuah
permasalahan yang menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu apakah
pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika. Dapat diteliti pula apakah
pemilihan metode pembelajaran yang tepat tersebut cocok untuk berbagai
katagori aktivitas belajar siswa.
2. Terdapat kemungkinan penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika
adalah kurangnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari
hal ini juga menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu untuk melihat apakah
dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan
keterlibatan dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika.
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa karena diajar
oleh guru-guru yang kurang kompeten dalam mengajar, karena mereka
memiliki kualifikasi pendidikan yang tidak relevan. Penelitian untuk melihat
apakah siswa yang diajar oleh guru dengan kualifikasi yang tidak relevan
menyebabkan hasil belajar yang berbeda dibanding dengan diajar guru yang
mempunyai kualifikasi yang relevan,menarik untuk dilakukan.
4. Faktor aktivitas belajar siswa juga dapat menjadi salah satu penyebab
rendahnya prestasi belajar matematika. Aktivitas belajar siswa yang rendah
memungkinkan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.
Penelitian untuk melihat pengaruh tinggi rendahnya aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika ini juga menarik untuk dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Penggunaan metode pembelajaran yang baru selalu memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional
yang monoton tanpa variasi. Oleh karena itu, cukup menarik dilakukan
penelitian untuk melihat manakah yang memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik antara metode pembelaharan kooperatif tipe STAD dan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dapat juga dilihat apakah
penggunaan metode-metode tersebut cocok untuk berbagai katagori aktivitas
belajar siswa
C. Pemilihan Masalah
Suatu penelitian yang dilakukan dengan banyak pertanyaan dalam waktu
yang sama bisa kurang cermat dalam mengamati perubahan perilaku subyek
penelitian, sehingga hasil penelitian yang diperoleh juga mungkin kurang akurat.
Untuk menghindari kekurangakuratan tersebut, maka dalam penelitian ini akan
diteliti masalah yang menyangkut penggunaan metode pembelajaran dihubungkan
dengan aktivitas belajar siswa.
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti hanya ingin melakukan
yang terkait dengan permasalahan terakhir, yaitu manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik antara penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran tipe Jigsaw. Juga akan dilihat,
apakah pemberian perlakuan tersebut berlaku sama pada berbagai katagori
aktivitas belajar siswa. Pemberian variasi pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif akan membangkitkan minat dan keterkaitan yang besar dalam diri
siswa terhadap pelajaran, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Jigsaw
dikarenakan dalam tipe-tipe metode pembelajaran ini terdapat faktor kerjasama
dan diskusi yang mampu memberikan pengalaman eksplorasi potensi diri siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran
matematika khususnya pada materi statistika menjadi lebih bermakna. Selain itu,
karena keterbatasan untuk dilakukan penelitian terhadap semua permasalahan
penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, baik dalam hal biaya, waktu maupun
tenaga, sehingga tidak mungkin diungkap semua permasalahan rendahnya
prestasi belajar matematika tersebut.
D. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih
terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
2. Penelitian dilakukan di SMA se Kabupaten Kotawaringin Barat semester
ganjil tahun pelajaran 2010/2011.
3. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika
yang meliputi aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan,
mengerjakan soal dan mempelajari materi pelajaran matematika.
4. Materi pelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah statistika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar
siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah tes
prestasi belajar pada pokok bahasan statistika siswa kelas XI-IPA SMA.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pemilihan
masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Di antara metode pembelajaran kooperatif, manakah yang dapat memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD atau kooperatif tipe Jigsaw?.
2. Di antara katagori aktivitas belajar siswa, manakah yang dapat memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau
aktivitas rendah?.
3. Pada masing-masing metode pembelajaran yaitu kooperatif tipe STAD dan
kooperatif tipe Jigsaw manakah yang dapat memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi, aktivitas
sedang atau aktivitas rendah?.
4. Pada masing-masing katagori aktivitas belajar siswa ( tinggi, sedang dan
rendah), manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih
baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau kooperatif tipe
Jigsaw?.
E. Tujuan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Metode pembelajaran kooperatif manakah yang dapat memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
atau kooperatif tipe Jigsaw.
2. Manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa, yang dapat memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang
atau aktivitas rendah.
3. Di antara masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
kooperatif tipe Jigsaw, manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa
yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas
belajar tinggi, aktivitas belajar sedang atau aktivitas belajar rendah.
4. Di antara masing-masing katagori aktivitas belajar siswa (tinggi,sedang dan
rendah), manakah di antara model pembelajaran kooperatif yang dapat
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kooperatif tipe STAD
atau kooperatif tipe Jigsaw.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar matematika.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika tentang pentingnya aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan
pembelajaran matematika.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Secara umum makna dari belajar adalah suatu usaha atau kegiatan dari
seseorang untuk mendapatkan suatu hal yang belum dipahami dan hal yang
belum diketahui sehingga akan memahami dan mengetahui tentang suatu hal
yang diinginkan. Menurut Aunurahman (2010) bahwa : Belajar menunjukan
suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu
pemahaman pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri
dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjukan pada keaktivan
seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek
jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada
dirinya. Menurut Witherington dalam Aunurrahman (2010 : 35) belajar adalah
suatu perubahan di dalam diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Sehingga belajar
adalah merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berkaitan dengan
aspek pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang
yang terbentuk. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan dimaksud adalah
merupakan proses belajar,sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri
merupakan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengertian matematika menurut pendapat dari beberapa ahli di
antaranya adalah: Menurut Rotman dalam Brent Davis (2000) bahwa:
Matematika adalah suatu aktivitas, suatu praktek. Jika mengamati peserta-
pesertanya, lalu itu akan menjadi yang suka bertentangan bukan untuk
menyimpulkan/menduga bahwa untuk rentang waktu yang lama mereka sibuk
dengan proses tentang berkomunikasi hal yang kecil diri mereka satu sama lain;
satu kesimpulan yang diutarakan oleh kehadiran yang tetap dari text (notes
secara prestasi yang tertulis formal yang diperkenalkan, buku teks, papan tulis
memberi kuliah, artikel-artikel, intisari-intisari, tinjauan ulang, dan semacamnya)
seseorang membaca, menulis, dan menukar, dan semua aktivitas tanda yang
informal bahwa terjadi ketika mereka berbicara, menggerakkan tangan,
menguraikan
secara terperinci, terkaan-terkaan buatan, tidak sependapat,
menggambar/menarik gambar-gambar, dan seterusnya. Sedangkan menurut
Herman Hudoyo (1988:3), bahwa simbolisasi dalam matematika menjamin
adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu
konsep baru. Konsep baru akan dapat terbentuk karena adanya pemahaman
terhadap konsep sebelumnya sehingga konsep-konsep matematika tersusun
secara hierarkis. Menurut Gagne, R. M dalam Soehardjo (1992:12) menyatakan
bahwa obyek penelaahan matematika adalah fakta, keterampilan (operasi
matematika) konsep dan prinsip atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini
menggunakan simbol-simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.
Menurut Soehardjo (1992:12), matematika dapat digambarkan sebagai suatu
kumpulan sistem yang tiap-tiap sistem itu mempunyai struktur atau urutan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
interelasi dari pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang terusun secara
deduktif. Matematika berkenaan dengan pikiran berstruktur yang relasi
operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur secara logis. Oleh karena itu
matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep, prinsip,
abstrak dalam penalarannya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika berhubungan dengan aktivitas dalam praktek kehidupan
sehari-hari, ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan
penalarannya bersifat deduktif.
Adapun pengertian belajar matematika menurut Herman Hudoyo (1988:6),
seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat diasumsikan dalam diri orang
tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan
tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat
diamati, yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut. Perubahan yang
disebabkan oleh proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku,
keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu
tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang
memfungsikan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual
maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari
matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan
matematika pada bidang-bidang lain dan dalam kehidupan nyata.
Sedangkan pengertian dari prestasi belajar matematika adalah proses
belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan pada diri siswa, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak
dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam Winkel (1996:482), kemampuan-
kemampuan itu digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal,
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan
sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang
harus dinyatakan dalam suatu prestasi belajar yang diberikan oleh siswa,
berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya. Jadi proses pembelajaran
matematika dikatakan berhasil jika tujuan instruksional atau indikator yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Tujuan instruksional atau indikator tersebut merupakan
rumusan hasil belajar yang telah ditetapkan menurut aspek isi maupun aspek
perilaku. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994 : 120) yang menjadi petunjuk
bahwa suatu proses pembelajaran dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai
berikut:
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional atau indikator
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Dari
beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses
belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
2. Teori Belajar Konstruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teori Kostruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan menginformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
lagi sesuai ( Nur dalam Trianto, 2007: 13 ).
Adapun teoti-teori belajar konstruktivisme yang berpengaruh besar
dalam pendidikan sains dan matematika adalah:
a. Teori Perubahan Konsep
Carey dalam Paul Suparno (1997:51-52),menguraikan adanya dua
perubahan konsep, yaitu perubahan yang kuat dan perubahan yang lemah.
Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengadakan akomodasi
terhadap konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan dengan
fenomena yang baru. Sedangkan perubahan yang lemah terjadi bila orang
tersebut hanya mengadakan asimilasi skema yang lama ketika berhadapan
dengan fenomena yang baru. Dengan dua perubahan itu pengetahuan
manusia berkembang dan berubah. Untuk memungkinkan perubahan
tersebut, diperlukan situasi anomali, yaitu suatu keadaan yang
menciptakan ketidakseimbangan dalam pikiran manusia atau yang menantang
seseorang berpikir.
b. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel (1978) dalam Paul Suparno (1997:53-54), ada dua
jenis belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna terjadi bila
siswa mengasimilasikan apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang ia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
punyai sebelumnya. Dalam proses ini pengetahuan seseorang selalu
diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena-fenomena dan pengalaman
yang baru.
c. Teori Skema
Menurut teori skema Jonasen (1993) dalam Paul Suparno (1997:55).
Setiap orang dalam pikirannya mempunyai macam-macam skema mengenai
macam-macam hal. Teori skema lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita
itu tersusun dalam skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar kita
dapat menambah dan mengubah skema yang ada sehingga dapat menjadi
lebih luas dan berkembang.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Harst (dalam Mau dan D Ambrosio, 2003), mengatakan bahwa:
Interaksi pembelajaran dapat berlansung saat:(1) berada dalam grup
(kelompok) kecil, (2) ketika sebuah grup atau kelompok Sharing dengan grup
lain, (3) ketika seorang guru mencoba untuk mengikuti keterangan dari siswa
dan membuat tanggapan atas pemikiran siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran
dengan berdasar pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dimana siswa belajar pada kelompok kecil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa belajar bersama dalam kelas/ kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa, dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie (2010:72), sistem pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas yang berstruktur disebut sistem pengajaran gotong royong atau
cooperative learning. Dari hasil penelitian, pada beberapa bidang studi yang
melibatkan suatu pelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan
dalam menyelesaikan, maka kerja kelompok lebih sesuai untuk mencapai
tujuan dibandingkan dengan kompetisi, khususnya bagi mereka yang
berkemampuan rendah.
Pendapat lain dinyatakan oleh Fengfeng K dan Grabowski (2007),
bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai
oleh tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai tujuan
kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi akademik. Penelitian dalam pembelajaran matematika telah mengakui
bahwa ada efek positif antara pembelajaran kooperatif dengan peningkatan
kemampuan berpikir menguasai konsep.
b. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan
masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling
asah, asih dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua
siswa.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif
menurut Johnson, Johnson dan Holubec (1999) dalam Effandi Zakaria dan
Zonaton Iksan (2007) adalah:
1) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan ketergantungan
positif.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru.
3) Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar
semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya,
karena itu tiap anggota harus memberi sumbangan demi kemajuan
kelompok. Penilaian kelompok secara individual ini yang di maksud
dengan akuntabilitas individual.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri,
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan
memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran yaitu penerimaan, pengembangan keterampilan sosial,
prestasi akademik (Arends, 1997:111)
1. Penerimaan
Hal yang sangat penting dalam pembelajaran koperatif adalah
penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, tingkat sosial dan kemapuan. Belajar kooperatif memberikan
kesmpatan bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk
bekerja sama saling membantu dalam mengerjakan tugas-tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pengembangan Keterampilan Sosial
Yang menjadi tujuan terpenting dalam pembelajaran koperatif adalah
mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan
kolaborasi. Hal ini menjadi penting karena siswa berasal dari masyarakat yang
heterogen. Banyak anak-anak dan orang dewasa kurang mempunyai
keterampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan
hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas jika
diminta bekerja dalam situasi yang kooperatif.
3. Prestasi Akademik
Dalam Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial,
juga tidak kalah penting untuk meningkatkan prestasi akademik.
Pembelajaran koperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah
dan tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi
tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.
Sedangkan menurut Slavin ( 2005:15) bahwa tujuan yang paling
penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi. Sejak semula penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah
memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang
dibuat para siswa. Namun, penelitian ini juga memperlihatkan berbagai alasan
bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan, yang
paling penting, penelitian juga menunjukkan bahwa unsur-unsur pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan dan pencapaian
maksimal.
e. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
kebersamaan dalam kelompok atau tim.
2. Siswa akan lebih aktif dalam membantu dan mendorong semangat
untuk sama-sama berhasil.
3. Siswa yang berprestasi tinggi akan aktif berperan sebagai tutor sebaya
untuk dapat meningkatkan keberhasilan tim.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
5. Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ide utama dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
memotivasi peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama
lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik
menginginkan timnya mendapat penghargaan mereka harus membantu teman
satu tim dalam mempelajari bahan ajar/ materi tersebut. Mereka bekerjasama
dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila ada perbedaan atau
kesulitan dan kesalahpahaman dan saling membantu untuk memecahkan
masalah dan untuk menguasai materi yang mereka pelajari agar masing-
masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis.
Tahap pembelajaran metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
menurut M. Nur ( dalam Trianto, 2005:20) antara lain meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi
Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi
kelas. Presentasi kelas bisa menggunakan pengajaran langsung atau suatu
ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat
meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada
kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi
atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum
pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti
yang dapat berisi komponen presentasi dapat berupa latihan terbimbing
dari keseluruhan pelajaran. Pendahuluan dengan mengatakan kepada
peserta didik apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting.
Presentasi berupa penyampaian materi kepada peserta didik. Latihan
terbimbing dengan meminta seluruh peserta didik untuk mengerjakan soal
atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dan pertanyaan-
pertanyaan guru.
3. Kerja Kelompok
Kelompok terdiri dan empat atau lima peserta didik yang mewakili
heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku.
Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil
menghadlapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok
berkumpul mempelajari lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika
peserta didik mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan
jawaban, kerja kelompok yang paling sering dilakukan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesame kelompok membuat
kesalahan.
Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD.
Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar
melakukan yang terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri
agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok
tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik
yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok yang
menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh
berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar tim, harga diri, dan
penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik.
4. Pelaksanaan Kuis Individual
Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua
periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikunai kuis
individual. Peserta didik tidak dibenarkan saling membantu selama kuis
berlangsung. Hal ini menjamin agar peserta didik secara individual
bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.
5. Nilai Perkembangan Individual
Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada
kelompoknya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik
pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja
masa lalu. Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung
dari kinerja rata-rata peserta didik pada kuis serupa sebelumya. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peserta didik memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa
banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
Tabel 2.1 Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasarkan Nilai
Apabila suatu skor kuis adalah … Seorang peserta didik mendapat …
Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasarnya
30 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin di atas skor dasar
30 pion perbaikan
Skor dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar
20 poin perbaikan
Sepuluh poin dibawah sampai satu poin dibawah skor dasar
10 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin dibawah skor perbaikan
5 skor perbaikan
6. Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata
mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang
diberikan didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah:
Tabel 2.2 Tingkat Pernghargaan Kelompok
Kriteria Rata-Rata Kelompok Penghargaan
X ≤ 20 TIM BAIK
20 < X ≤ 25 TIM HEBAT
X > 25 TIM SUPER
Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam
sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria di atas terpenuhi.
Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor
dasar mereka, dan untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar
anggota kelompok paling sedikit mendapatkan sepuluh poin di atas skor
dasar mereka, Bila perlu kriteria ini dapat diubah.
Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah
untuk kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super.
Penghargaan tersebut dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk
tim super dan yang lebih kecil untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat
diberikan sekedar ucapan selamat di kelas. Selain berupa sertifikat guru
juga dapat menyiapkan selebaran satu halaman, memberi peserta didik
lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun
yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pengertian Jigsaw dalam kooperatif adalah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997:73).
Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronso, kemudian digunakan
oleh Slavin dan temannya (Arends,1997:72). Dalam pembelajaran kooperatif
jigsaw ini, siswa belajar / bekerja dalam kelompok yang heterogen dan
beranggotakan 4-6 orang, yang disebut kelompok asal. Setiap anggota
kelompok bertangung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang
ditugaskan padanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas
penguasaan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing
anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut
ahli. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada
anggota kelompok menurut dari kelompok yang berbeda dengan topik yang
sama (ahli) bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat saling membantu
satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah
itu siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok yang lainnya dari apa yang
dibahas/dan dipelajari dalam kelompok ahli.
Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli
digambarkan oleh Arend,RI, sebagai berikut :
Kelompok asal
Kelompok Ahli
Gambar 2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli Jigsaw
Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi
kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai
berdiskusi dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjelaskan pada teman sekelompoknya. Jigsaw di desain tidak hanya untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk
saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya.
Dalam penelitian ini, masing-masing kelompok asal terdiri dari lima
siswa, karena pokok bahasan statistika terdiri dari lima sub pokok bahasan yang
saling independen. Setiap siswa terdiri dari lima sub pokok bahasan yang saling
independen. Setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi yang
ditugaskan kepadanya. Selanjutnya masing-masing kelompok ahli dengan
materi yang sama bertemu untuk berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan
yang diberikan. Setelah waktu yang diberikan selesai, masing-masing siswa
dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan materi
yang menjadi bagiannya pada siswa lain dengan materi yang berbeda. Siswa
yang mendapat bagian materi menyajikan data dalam bentuk diagram
menjelaskan pada siswa lain yang mendapat bagian materi yang lainnya.
Demikian seterusnya hingga siswa-siswa dalam kelompok asal sudah paham
materi pada pertemuan hari itu. Sedapat mungkin siswa berdiskusi dulu dengan
temannya dalam satu kelompok, jika menemui kesulitan baru bertanya pada
guru. Karena peran guru di sini masih diperlukan, baik sebagai motivator
maupun fasilitator. Sehingga hal ini dapat meminimalkan kelas yang ramai atau
gaduh, karena guru dapat terus memantau jalannya diskusi masing-masing
kelompok, baik dalam diskusi kelompok asal, maupun diskusi kelompok ahli
sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan efektif dan optimal.
Tahapan dari rencana pembelajaran kooperatif Jigsaw diatur secara
instruksional sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a). Membaca
Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari
materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
b). Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk
mendiskusikan topik tersebut.
c). Laporan Kelompok
Masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik
pada kelompoknya.
d). Kuis /tes
e). Penghargaan kelompok
f). Rangkuman pembelajaran
6. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (1996:17), aktivitas berarti
keaktifan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas
yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya
harus selalu terkait (Nasution, 1995:89).
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M
(1994:95) memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala
pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan
sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukan bahwa setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses
belajar tidak mungkin terjadi.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas
belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara
mengamati sendiri, menyelidiki sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas
yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan
pengamatan dari guru. Guru harus berusaha membangkitkan aktivitas siswa
dalam menerima pelajaran baik aktivitas jasmani maupun rohani. Aktivitas
jasmani meliputi : melakukan percobaan, berkebun, dan lain-lain, sedang
aktivitas rohani meliputi memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan
lain-lain.
Aktivitas belajar siswa cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah.
Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (1994:99) membuat suatu daftar
aktivitas belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut :
a). Visual activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, percobaan.
b). Oral activities, seperti : menyatakan, bertanya, memberi saran.
c). Listening activities, seperti : menulis cerita, laporan, angket, menyalin.
Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
d). Emosional activities, seperti : menaruh minat, berani, tenang,
bersemangat.
Dengan klasifikasi seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa
aktivitas di sekolah bermacam-macam. Kalau berbagai macam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih
dinamis, tidak membosankan dan bisa menjadi aktivitas belajar yang maksimal.
Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah :
1). Waktu untuk belajar matematika, yang meliputi frekuensi partisipasi
belajar matematika dan waktu yang digunakan.
2). Sikap dalam mengikuti pelajaran matematika, yang meliputi partisipasi
dalam mengikuti pelajaran matematika, mengikuti jam kosong, sikap
dalam mengerjakan setiap tugas di sekolah.
3). Belajar matematika sendiri, yang meliputi mengatasi kesulitan dalam
belajar matematika di rumah, belajar di luar sekolah atau les.
4). Belajar matematika secara kelompok, yang meliputi partisipasi dalam
belajar kelompok, mengatasi kesulitan dalam belajar secara kelompok.
5). Mengerjakan tugas, latihan atau pekerjaan rumah, yang meliputi
mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan, sikap dalam menghadapi
pekerjaan rumah yang sulit.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian-penelitian relevan yang terkait dengan penggunaan
model pembelajaran kooperatif STAD dan koopertif tipe Jigsaw adalah:
1. Siti Munjiyatun Aly (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dan tipe Group Investgation (GI) terhadap prestasi belajar
matematika ditinjau dari kreativitas siswa. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik prestasi belajarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen
dan logaritma, siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya
didandingkan dengan yang sedang dan rendah, sedangkan kreativitas siswa
sedang lebih baik dari yang kreativitasnya rendah. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun tipe GI, siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi lebih baik prestasinya dibandingkan dengan yang sedang dan rendah,
sedangkan siswa yang kreativitas belajarnya sedang lebih baik dari yang
kreativitasnya rendah. Untuk tingkat kreativitas tinggi, siswa yang diberi
pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI lebih baik dari STAD, dan
pada katagori kreativitas sedang dan rendah pembelajaran kooperatif tipe
STAD maupun tipe GI tidak menyebabkan perbedaan prestasi belajar.
2. Ira Kurniawati (2003) dalam penelitiannya yang berjudul ” Pengaruh
Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar siswa Kelas II SLTP Negeri 15
Surakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran
kooperatif Jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada pokok bahasan
bangun datar jajaran genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.
Hasil analisis menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model
kooperatif Jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
3. Chusnul Ainy (2000) dalam penelitiannya yang berjudul ”Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Pengajaran Matematika Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dasar”. Hasil penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Kooperatif
Jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada pokok bahasan luas dan
keliling di kelas V sekolah dasar. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw
lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan medel pembelajaran
tradisional.
Dari hasil penelitian yang relevan di atas, persamaan dan
perbedaannya dengan penelitian ini adalah:
Persamaan : Dalam pembelajarannya sama-sama menggunakan metode
pembelajaran kooferatif tipe STAD dan tipe Jigsaw.
Perbedaan : Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah statistika, pada
sekolah menengah atas di Kabupeten Kotawaringin Barat Propinsi
Kalimantan Tengah, sedangkan dalam penelitian Siti Munjiyatun Aly pada
materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma pada SMAN-
1 Sragen dan SMAN-1 Sumber Lawang Kabupeten Sragen propinsi Jawa
Tengah. Ira Kurniawati pada pokok bahasan bangun datar jajaran genjang,
belah ketupat, layang-layang, dan trapessium, pada Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dan penelitian Chusnul Ainy pada pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar dengan pokok bahasan luas dan keliling kelas
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai
pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kerangka pemikiran berguna untuk menempatkan teori- teori yang seolah-
olah terlepas menjadi suatu rangkaian yang utuh untuk menentukan jawaban
sementara.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa keberhasilan proses
belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari
prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,
diantaranya adalah metode pembelajaran dan aktivitas belajar siswa.
Penggunaan metode pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan metode pembelajaran yang
tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar
metode pembelajaran terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui
macam-macam metode pembelajaran dan mengetahui pula metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pokok bahasannya.
Metode pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan pada filsafat konstruktivisme, dimana siswa
secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri. Siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam
pelajaran, apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah tersebut
dengan temannya. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran
untuk memotivasi peserta didik agar saling memberi semangat dan
membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila
peserta didik menginginkan timnya mendapat penghargaan, mereka harus
membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar/materi tersebut.
Mereka bekerjasama dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ada perbedaan atau kesulitan dan kesalahpahaman dan saling membantu
untuk memecahkan masalah dan untuk menguasai materi yang mereka
pelajari agar masing-masing individu dalam tim tersebut berhasil. Jigsaw
adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya. Jigsaw adalah suatu sistim pembelajaran yang
berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih
meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Pada
akhirnya, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada pokok
bahasan statistika diduga dapat menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pada dasarnya untuk menyampaikan pokok bahasan statistika,
diperlukan keaktifan belajar siswa agar siswa dapat lebih memahami materi
yang disampaikan guru. Aktivitas belajar siswa dapat timbul jika pada diri
siswa motivasi yang menyebabkan mereka ingin berbuat sesuatu. Motivasi
tersebut dapat timbul dengan sendirinya pada diri siswa atau timbul karena
ada pengaruh dari luar, diantaranya dari guru. Oleh karena itu dalam proses
belajar mengajar seorang guru harus senantiasa menimbulkan motivasi pada
diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Siswa yang mempunyai
aktivitas belajar tinggi akan lebih mudah dalam menerima pelajaran dari
pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar yang sedang atau rendah.
Siswa dengan aktivitas belajar tinggi diduga akan mempunyai prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan aktivitas belajar yang sedang
atau rendah.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata metode pembelajaran dan aktivitas
belajar siswa adalah faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam
proses belajar mengajar. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw sangat
menuntut keaktifan belajar siswa, karena siswa mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri melalui interaksi dengan obyek dan pengalaman dari
lingkungan. Pengetahuan bukanlah suatu hal yang sudah jadi, tetapi
merupakan suatu proses yang berkembang secara terus menerus dan dalam
proses inilah keaktifan siswa yang bukanlah suatu hal yang sudah jadi, tetapi
merupakan suatu proses yang berkembang secara terus menerus dan dalam
proses inilah keaktifan siswa yang ingin tahu sangat berperan dalam
perkembangan pengetahuannya. Dengan demikian siswa dengan aktivitas
belajar tinggi akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian
prestasi belajar yang baik.
Dari pemikiran di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.2. Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian
2. Hipotesis
Metode Pembelajaran pembelajaran
Aktivitas belajar
Prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
2. Siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik prestasi
belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas sedang
dan rendah serta siswa yang mempunyai aktivitas sedang lebih baik
prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas
rendah.
3. Untuk katagori aktivitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan untuk katagori aktivitas
sedang dan aktivitas rendah, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
memberikan prestasi belajar yang tidak berbeda dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4. Baik untuk metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa yang mempunyai aktivitas
tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai aktivitas belajar sedang dan randah serta siswa yang
mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Se Kabupaten
Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah.
2. Waktu Penelitian
Adapun jadwal kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal, pengajuan
proposal, seminar proposal, pelaksanaan, pengolahan data, penyempurnaan,
penulisan akhir, ujian dan pelaporan dengan waktu mulai bulan Juni 2010 sampai
dengan bulan Januari 2011 dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No
. Kegiatan Penelitian
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
Nop
Des
Jan
1. Penyusunan Proposal X
2. Pengajuan Proposal X
3. Seminar Proposal X
4. Sosialisasi Penelitian X
5. Pelaksanaan Penelitian X X X
6. Pengambilan data Aktivitas
Belajar Siswa X
7. Pembelajaran Kooperatif X X X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tipe Jigsaw
8.
Pembelajaran Kooperatif
tipe
STAD
X X X
9. Pelaksanaan Tes X
10. Pengolahan Data Tes X
11. Penyusunan Laporan X
12. Penyempurnaan X
13. Penulisan Akhir X
14 Ujian Akhir dan Pelaporan X
B. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis yang
digunakan tergolong penelitian eksperimen semu (Quasi experimental). Karena
Peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan.
Seperti yang dimaksudkan Budiyono (2003:82) “Tujuan eksperimental semu
adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang
tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel
yang relevan”.
Pada awal sebelum memulai perlakuan, terlebih dahulu mengecek
keadaan kemampuan awal dari sampel yang dikenai perlakuan, baik dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Tujuannya untuk mengetahui
apakah dua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Data yang digunakan
untuk menguji keseimbangan adalah nilai rapot siswa yang naik ke kelas XI pada
mata pelajaran matematika.
Kedua kelompok tersebut diasumsikan sama dalam semua segi yang
relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan model pembelajaran matematika.
1. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 2x3. Rancangan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Rancangan penelitian
B
A
b1
b2
b3
a1
a2
(a b)11
(a b)21
(a b)12
(a b)22
(a b)13
(a b)23
Keterangan :
A : Model pembelajaran
a1 : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
a2 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
B : Aktivitas belajar
b1 : Aktivitas tinggi
b2 : Aktivitas sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b3 : Aktivitas rendah
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Urut-urutan kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Melakukan observasi di SMA meliputi observasi objek penelitian,
pengajaran dan fasilitas yang dimiliki.
b. Memilih kelas mana yang akan digunakan untuk penelitian dan kelas untuk
uji coba instumen.
c. Mengambil nilai kemampuan awal untuk uji keseimbangan.
d. Memberikan perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada kedua kelas yang telah dipilih.
e. Memberikan tes prestasi belajar.
f. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
g. Menguji hipotesis dan mengambil kesimpulan.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Nazir (1998:325) bahwa populasi adalah kumpulan dari
individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Dalam penelitian
ini populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA di Kabupaten
Kotawaringin Barat tahun ajaran 2010/2011.
Sekolah Negeri dan Swasta di kabupaten Kotawaringin Barat ada 11 sekolah,
adapun nama-nama sekolah adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. SMA Negeri 1 Pangkalan Bun
b. SMA Negeri 2 Pangkalan Bun
c. SMA Negeri 3 Pangkalan Bun
d. SMA Negeri 1 Kumai
e. SMA Negeri 2 Kumai
f. SMA Negeri Pangkalan Lada
g. SMA Negeri Kotawaringin Lama
h. SMA Negeri Pangkalan Banteng
i. SMA Negeri Arut Utara
j.SMA Swasta ABDI Pangkalan Bun
k.SMA Swasta PGRI Pangkalan Bun
2. Sampel
Pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 115), adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel merupakan kelompok hasil individu yang diamati
dan dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian sekaligus dapat
meramalkan keadaan populasi.
3.Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah dengan stratified cluster random sampling (sampel random kelas
stratifikasi) karena terdapat tingkatan atau strata dalam populasi. Menurut
Budiyono (2003 : 37) sampling random stratifikasi adalah sampling random
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dikenakan kepada populasi dibagi menurut strata-strata, kemudian dari
strata-strata tersebut ditarik anggota kelas-kelas sampel secara random dari
sub-populasinya (yaitu strata-strata tadi). Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan cara stratified cluster random sampling digunakan untuk mendapatkan
satu Sekolah Menengah Atas (SMA) yang didasarkan pada peringkat sekolah
berdasarkan data nilai rata- rata hasil Ujian Nasional mata pelajaran
matematika tahun ajaran 2009/2010 Kabupaten Kotawaringin Barat. Dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang, dan
kelompok rendah.
Tabel 3.2. Pengelompokan SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat
No Nama Sekolah Rata-rata Nilai UN
Matematika
Peringkat Kriteria
1 SMAN-3 Pangkalan Bun 8,13 1 Tinggi
2 SMAN-1 Pangkalan Bun 7,82 2 Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 SMAN-2 Pangkalan Bun 7,80 3 Tinggi
4 SMAN Arut Utara 7,58 4 Tinggi
5 SMAN-1 Kumai 6,86 5 Sedang
6 SMAN-2 Kumai 6,30 6 Sedang
7 SMAN Pangkalan
Banteng
6,19 7 Sedang
8 SMAS Abdi Pangkalan
Bun
6,08 8 Sedang
9 SMAN Pangkalan Lada 5,30 9 Rendah
10 SMAN Kotawaringin
Lama
5,25 10 Rendah
11 SMAS PGRI Pangkalan
Bun
5,20 11 Rendah
Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Barat.
Dari masing-masing kelompok ditentukan satu sampel. Dengan
membuat gulungan yang bertuliskan SMAN dari peringkat atas, kemudian
diambil satu secara acak untuk mendapatkan satu sekolah dari kelompok
tinggi. Dengan cara yang sama dilakukan untuk kelompok sedang dan
kelompok rendah. Dari kelompok tinggi terpilih SMAN-1 Pangkalan Bun dari
kelompok sedang terpilih SMAN-1 Kumai dan dari kelompok rendah terpilih
SMAS PGRI Pangkalan Bun. Dari masing-masing sekolah yang terpilih,
dipilih secara acak dengan cara diundi dari kelas XI. Undian tersebut
dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali pemilihan. Nomor undian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang terpilih pertama ditetapkan sebagai kelas yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan nomor undian yang terpilih kedua
diajarkan dengan pembelajaran tipe Jigsaw. Ternyata dari SMAN-1
Pangkalan Bun terpilih Kelas yang diajarkan dengan pembelajaran tipe STAD
adalah kelas XI-IPA.1 dan kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw kelas XI-IPA.2, dan SMAN-1 Kumai kelas yang
terpilih diajarkan dengan metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD adalah
kelas XI-IPA.2 dan kelas yang diajarkan dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw kelas XI-IPA.1, sedangkan di SMA PGRI Pangkalan
Bun kelas yang terpilih diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah kelas XI-IPA.1 dan yang diajarkan dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah kelas XI-IPA.2. Sehingga jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 6 kelas yang terdiri dari 3 kelas sebagai
sampel kelompok yang diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan 3 kelas sebagai sampel kelompok yang diajarkan dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel
terikat, yaitu :
a. Variabel bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran dan
aktivitas belajar siswa.
1). Metode Pembelajaran
a. Definisi operasional : Metode pembelajaran adalah cara
pembelajaran pada pokok bahasan statistika dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelompok
eksperimen 1 dan metode kooperatif tipe Jigsaw untuk kelompok
eksperimen 2
b. Indikator : metode pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas ekperimen 1,
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kelas eksperimen 2.
c. Skala pengukuran : nominal dengan dua kategori metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
2. Aktivitas Belajar Siswa
a. Definisi operasional : Aktivitas belajar siswa adalah suatu
kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar matematika baik di
rumah maupun di sekolah. Aktivitas ini dibatasi pada aktivitas
memperhatikan, bertanya, mencatat,mendengarkan, mengerjakan
soal, dan mempelajari materi matematika.
b. Indikator : Skor angket aktivitas belajar matematika siswa
c. Skala pengukuran : Interval yang kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Skala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
interval yang diubah ke skala ordinal yang terdiri dari tiga kategori
yaitu:
Kelompok tinggi dengan skor ³ X + መ挠 s
Kelompok sedang dengan X - መ挠 s < skor < X +
መ挠 s
Kelompok rendah dengan skor £ X - መ挠 s
X : rata-rata nilai aktivitas belajar siswa
s : standar deviasi
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika
siswa.
1. Definisi operasional : Prestasi belajar adalah hasil yang siswa capai
sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti kegiatan belajar
mengajar matematika.
2. Skala pengukuran : interval.
3. Indikator : Nilai tes pretasi belajar matematika pokok bahasan
statistika
2.Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah sebagai berikut :
a. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003 : 55), mengatakan bahwa metode
dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dokumen yang telah ada. Dokumen tersebut biasanya adalah dokumen
resmi yang telah terjamin keabsahanya. Lebih lanjut mengatakan bahwa
jika dalam penelitian menggunakan teknik dokumentasi maka disyaratkan
untuk mengambil data primer dari pada data sekunder.
Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk
mendapatkan nilai raport siswa atau raport kenaikkan kelas X ke Kelas XI
tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran matematika yang
digunakan untuk uji keseimbangan.
b. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003 : 47), mengatakan bahwa metode angket adalah
cara pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
subyek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya. Lebih
lanjut mengatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunaan metode angket, antara lain:
1. Pada kata pengantar, hendaknya dihindari hal-hal yang bersifat egosentris.
berikanlah motivasi atau pengantar kepada pengisi angket untuk bersedia
meluangkan waktunya untuk mengisi angket.
2. Pada petunjuk pengisian hendaknya tidak menggunakan kata-kata
yang bersifat memerintah.
3. Pertayaan hendaknya disusun dalam bahasa dan kalimat yang mudah
dimengerti dan jelas serta tidak mempunyai arti ganda.
4. Dihindarkan supaya pihak pengisi angket tidak banyak pengorbanan
(pemikiran) yang terlalu berat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Pergunakanlah kata-kata yang netral, tidak menyinggung perasaan dan
harga diri pengisi angket.
6. Cantumkanlah kemungkinan jawaban sebanyak mungkin sehingga
memberikan peluang kepada pengisi angket untuk memilih yang paling
tepat.
7. Agar lebih mudah dalam skoring, sebaiknya digunakan bentuk tertutup
dari pada terbuka.
8. Cara menarik kesimpulan dari metode ini harus lebih hati-hati.dalam
penelitian ini peneliti membuat kisi-kisi angket, soal angket sendiri
sesuai dengan prosedur penulisan angket.
c. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003 :54), Metode tes adalah pengumpulan
data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau
suruhan-suruhan kepada subyek penelitian.
Dalam penelitian ini, tes prestasi belajar dibuat sendiri peneliti,
yang sebelum digunakan diuji cobakan pada kelas yang sudah
ditentukan.
3. Instrumen Penelitian
a. Angket Aktivitas Belajar
Dalam penelitian ini angket yang dimaksud adalah angket tentang
aktivitas belajar matematika. Angket berupa pilihan ganda, dengan alternatif
4 jawaban. Pemberian skor untuk item positif adalah jika A diberi skor 4, B
diberi skor 3, C diberi skor 2, dan D diberi skor 1. Sedangkan untuk item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
negatif jika menjawab A diberi skor 1, B diberi skor 2, C diberi skor 3, dan
D diberi skor 4.
Prosedur penyusunan angket aktivitas belajar adalah:
1) Menentukan indikator.
2) Menentukan kisi-kisi angket aktivitas belajar.
3) Menulis butir soal angket.
4) Menelaah untuk melihat validitas konstruk.
Untuk menentukan validitas memerlukan validator, dan
memperhatikan hal-hal seperti berikut:
(1) Butir angket telah mengacu kepada kisi-kisi.
(2) Pernyataan butir jelas dan dapat dipahami peserta didik
(3) Pernyataan butir angket tidak memberikan interpretasi ganda.
(5) Uji coba angket untuk menentukan indeks konsistensi internal dan
reliabilitas angket.
b. Konsistensi Internal
Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus korelasi
momen produk Karl Pearson
( )( )( ) ( )( )( )2222 YYnXXn
YXXYnrxy
å-åå-å
åå-å=
Keterangan :
rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total (dari subyek uji coba)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir
tersebut harus dibuang.
(Budiyono, 2003:65)
c. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran
tersebut dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan
kembali kepada subyek yang sama. Digunakan rumus Alpha untuk
mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yaitu sebagai berikut:
r11 = ÷÷ø
öççè
æ å-÷
øö
çèæ
- 2
2
11 t
i
s
s
nn
dengan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen.
n = banyak butir instrumen.
si2 = variansi butir ke-i, i = 1, 2,..., n.
st2 = variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba.
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang
diperoleh telah melebihi 0,70 (r11 > 0,70).
(Budiyono, 2003: 70)
b. Tes Prestasi Belajar
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai prestasi belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tes objektif
berbentuk pilihan ganda. Sebelum digunakan untuk mengambil data
penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
reliabilitas untuk mengetahui kualitas instrumen. Sedangkan untuk menguji
validitas instrumen dilakukan validitas isi, daya pembeda, tingkat kesukaran
dan uij reliabilitas.
1. Uji Validitas Isi
Dengan berdasar pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu
untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara
individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi,
maka uji validitas yang dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas
isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Crocker dan
Algina dalam Budiyono (2003:60) sebagai berikut:
a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat
berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok bahasan
yang diwujudkan dalam kisi-kisi),
b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain
tersebut,
c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir
soal dengan domain performans yang terkait.
d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh
dari proses pencocokan pada langkah c),
Dalam ini disebut valid jika tandanya ( √ ) lebih dari atau sama
dengan 3.
2. Daya Pembeda
Indeks daya pembeda soal tes adalah sebagai selisih antara
proporsi jawaban benar pada kelompok atas dengan proporsi jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
benar pada kelompok bawah Crocker dan Algina (dalam Sumarna
Supranata:24).
DB = N
NrNt -
Keterangan:
Nt = banyaknya siswa menjawab benar kelompok atas
Nr = banyaknya siswa menjawab benar kelompok bawah
N = banyaknya siswa 50 % dari peserta tes
Klasifikasi :
0 £ DB < 0,20 ( Daya pembeda jelek )
0,20 £ DB < 0,30 ( Daya pembeda kurang baik )
0,30 £ DB < 0,40 ( Daya pembeda cukup baik )
0,40 £ DB £1,00 ( Daya pembeda baik )
Nilai daya beda yang digunakan adalah D ≥ 0,30
(Sumarna Supranata,2004:24)
3. Tingkat Kesukaran
Soal dikatakan baik apabila soal yang mempunyai indeks
kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes
digunakan rumus:
B P = J
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B= Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
J = Jumlah seluruh peserta tes
Klasifikasi tingkat kesukaran:
P < 0,3 ( Soal Sukar )
0,3 £ P £ 0,7 ( Soal Sedang )
P 使 0,7 ( Soal Mudah )
Dalam penelitian ini soal yang diguanakan tinkat kesukarannya adalah:
0,30 < P < 0,70
(Sumarna Supranata, 2004:24)
3. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran
tersebut dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan
kembali kepada subyek yang sama. Digunakan rumus KR-20 untuk
mengetahui tingkat reliabilitas yaitu dengan cara sebagai berikut:
r11 = ÷÷ø
öççè
æ å-÷øö
çèæ
- 2
2
1 t
iit
s
qps
nn
Dengan keterangan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen.
n = banyak butir soal.
pi = Proporsi banyaknya menjawab subjek yang menjawab benar
Pada butir ke-i.
qi = 1 – pi
st2 = variansi skor total.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang
diperoleh telah melebihi 0,70 (r11 > 0,70).
(Budiyono, 2003: 69)
E.Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan cara statistik
menggunakan analisis uji t. Untuk menguji hipotesis dengan uji t ini,
sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2 dalam keadaan seimbang atau tidak seimbang
sebelum mendapat perlakuan, atau dengan kata lain secara statistik uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mean yang berarti
dari dua sampel. Sebelumnya perlu dilakukan uji Normalitas data dan
Homogenitas dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai raport
kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI tahun ajaran 2009/2010. Statistik uji
yang digunakan adalah uji t.
Langkah -langkahnya sebagai berikut:
1).Hipotesis
Ho 1µ = 2µ (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama)
H1 : 1µ ¹ 2µ (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda)
2).Tingkat signifikansi : a = 5%
3). Statistik uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
11
)(
nns
XXt
p +
-= ~ t ( 221 -+ nn )
( ) ( )2
11
21
222
2112
-+-+-
=nn
snsnsp
Keterangan :
t = t hitung
X 1 = rata-rata nilai semester 1 pelajaran matematika kelompok
eksperimen 1.
X 2 = rata-rata nilai semester 1 pelajaran matematika kelompok
eksperimen 2.
s12 = varians kelompok eksperimen 1.
s22 = varians kelompok eksperimen 2.
1n = jumlah siswa kelompok eksperimen 1.
2n = jumlah siswa kelompok eksperimen 2. Daerah kritik ᬈú 实诅 丐 矢石 叠潜 ,剖 锅 使 叠潜 ,剖阻 dan v= 221 -+ nn
4). Keputusan uji
H0 tidak ditolak jika t Ï DK
(Budiyono, 2009:151)
2. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang
didapat berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Untuk uji
normalitas digunakan uji Lilliefors.
Langkah-langkah pengujian normalitas adalah :
(1).Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
(2).Statistik Uji
L = Maks |F(zi) - S(zi)|
dengan :
F (zi) = P (Z ≤ zi) ; Z ~ N(0,1).
S (zi) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah z
zi = ( )
sX i C-
zi = skor standar
s = standar deviasi
Xi = skor item
(3).Taraf Signifikansi (a ) = 5%
(4).Daerah Kritik (DK)
DK={L| L > L α ; n} ; n adalah ukuran sampel
(5).Keputusan Uji
H0 ditolak jika L terletak di daerah kritik
(6).Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(Budiyono, 2009:170)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur
sebagai berikut:
(1).Hipotesis
H0 : 21s = 2
2s = … = 2ks (variansi populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
(2).Statistik Uji yang digunakan :
χ ÷ø
öçè
æ= å
=
k
1f
2jj
2 s log f -logRKG 303,2
fc
dengan:
χ 2 ~ χ 2(k – 1)
c = 1 + ( ) úúû
ù
êêë
é-å
f1
f1
1 -k 31
j
; RKG = jf
SSåå
SSj = ( )
j
2j2
j n
xx
å-å
k : banyaknya populasi
k = 2 ; k : metode pembelajaran,
k = 3 ; k : aktivitas belajar siswa
f : derajad kebebasan RKG = N – k
N : cacah semua pengukuran
fj : derajad kebebasan untuk sj = nj – 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
j : l, 2,..., k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
(3).Taraf signifikansi (a ) = 0,05
(4). Daerah Kritik (DK)
DK ={ c2| c2 > c2a; k-1 } untuk beberapa α dan (k-1), nilai c2
a; k-1 dapat
dilihat pada tabel nilai chi kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1).
(5). Keputusan uji
H0 ditolak jika χ 2 terletak di daerah kritik
(6). Kesimpulan
Populasi-populasi homogen jika H0 diterima
(Budiyono, 2009: 176-177)
3. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis variansi dua
jalan (2 x 3) dengan frekuensi sel tidak sama
(1).Tujuan
Analisis variansi dua jalan yang merupakan perluasan dari analisis
variansi dua jalan, bertujuan untuk membandingkan rata - rata beberapa
populasi baik rata - rata baris maupun kolom dalam sel. Anava dua jalan
bertujuan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, kolom dan
kombinasi efek baris dan kolom terhadap variabel terikat.
Model : Xijk= m + ai + bj + (ab)ij + eijk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dimana
Xijk = Data pengamatan pada subyek ke-k pada baris ke-i dan
kolom ke-j
i = 1 ; 2 ; 1 = Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
2 = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
j = 1 ; 2 ; 1 = Aktivitas belajar tinggi
2 = Aktivitas belajar sedang
3 = Ativitas belajar rendah
k = 1, 2, …,nij, nij = cacah data pengamatan pada sel ij
m = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
ai = µi – µ = efek baris ke- i pada variabel terikat
bj = µj – µ = efek kolom ke-j pada variabel terikat
(ab)ij = µij – (µ + ai + bj ) interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada
variabel terikat.
eijk = deviasi data Xijk terhadap rerata populasinya (µij) yang
berdistribusi normal dengan rerata 0;
( Budiyono, 2009: 207-208)
(2). Prosedur
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama, yaitu :
H0A : ai = 0 untuk setiap i = 1,2 (tidak ada perbedaan efek antara baris
terhadap variabel terikat
H1A : paling sedikit ada satu ai yang tidak nol (ada perbedaan efek antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baris terhadap variabel terikat)
H0B : bj= 0 untuk setiap j = 1,2,3 (tidak ada perbedaan antar kolom
terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu bj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
H0AB : (ab)ij = 0 untuk setiap i = 1,2 dan j = 1,2,3 (tidak ada interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
HIAB : paling sedikit ada satu (ab)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan
kolom terdahap variabel terikat)
(Budiyono, 2009:212)
1. Komputasi
a. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut.
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel
å=
ji ijn
pq
,
1
N = banyaknya data seluruh amatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ijk
kijk
kijkij n
XXSS
2
2
÷ø
öçè
æ
-=å
å
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij
å=j
iji ABA = jumlah rataan pada baris ke – i
å=i
ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke – j
å=ji
ijABG = jumlah rataan semua sel
Sedangkan rumus untuk mencari komponen JK sebagai berikut :
1. = pqG 2
2. = åji
jiSS
3. = åi
2i
qA
4. = åj
2i
pB
5. =åji
2jiAB
b. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima
Jumlah kuadrat yaitu :
JKA = hn [(3)-(1)]
JKB = hn [(4)-(1)]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
JKAB = hn [(1)+(5) - (3) - (4)]
JKG = 2
JKT = JKA +JKB + JKAB + JKG
Dengan
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
(Budiyono, 2009:230-231)
c. Derajat Kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat adalah (dk)
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1) (q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1
d. Rerata Kuadrat
RKA = dkAJKA
RKB = dkBJKB
RKAB = dkABJKAB
RKG = dkGJKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Statistik Uji
Fa = RKGRKA
Fb = RKGRKB
Fab = RKG
RKAB
f. Daerah Kritik
Daerah kritik untuk Fa DK ={F | F > F a ;(p -1), N – pq}
Daerah kritik untuk Fb DK ={F | F > F a ;(q -1), N – pq}
Daerah kritik untuk Fab DK ={F | F > Fa ;(p -1) (q -1) N – pq}
g. Rangkuman Uji
Sumber var efek utama
JK dk RK F obs F a P
A baris JKA P - 1 RKA Fa < a atau > a B kolom JKB q - 1 RKB Fb < a atau > a
Interaksi AB JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab < a atau > a Galat(G) JKG N-pq RKG - -
Total JKT N-1 - - -
h. Keputusan uji
H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik.
(Budiyono, 2009:215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4). Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis
varian, jika hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol ditolak.
Tujuannya untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata tetapi setiap
pasangan kolom, baris dan setiap pasangan sel. Metode komparasi ganda yang
dipakai adalah metode Scheffe.
Beberapa langkah dalam menerapkan metode Scheffe yaitu :
1. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata
2. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
Menentukan taraf signifikansi ( α ) = 0,05
3. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
pada analisis variansi dua jalan
e. Untuk komparasi rerata antar baris
)
11(
)(
..
2..
..
ji
jiji
nnRKG
XXF
+
-=-
Dengan :
Fi.-j. = nilai Fobs pada perbandinganbaris ke-i dan baris ke-j
i. = rataan pada baris ke-i
X j. = rataan pada baris ke-j
X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari
perhitungan analisis variansi
n i. = ukuran sampel baris ke-i
n j. = ukuran sampel baris ke-j
daerah kritik uji itu adalah : DK = {F | F > (q – 1) pq - N 1, - p ; αF }
komparasi rataan antar baris tidak digunakan karena hanya terdiri
dari dua baris sehingga tidak perlu dilakukan.
f. Komparasi rataan antar kolom
Untuk mencari komparasi rataan antar kolom adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=
ji
2
ji .j -..i
n.1
n.1
RKG
.X.XF
Dengan
F.i - .j = nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
.i = rataan pada kolom ke-i
X .j = rataan pada kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke-i
n.j = ukuran sampel kolom ke-j
daerah kritik untuk uji itu adalah : DK = { F | F > (q – 1)
pq - N 1, - p ; αF }
X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Makna dari lambang-lambang pada komparasi ganda rataan
antar kolom ini mirip dengan makna lambang-lambang komparasi
ganda rataan antar baris hanya dengan mengganti baris menjadi
kolom.
g. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Untuk mencari komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah sebagai berikut.
kj-ijF = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
kjij
2kjij
n1
n1
RKG
XX
dengan:
Fij – kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan
rataan pada sel kj
ij = rataan pada sel ke-ij
X kj = rataan pada sel ke-kj
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
Daerah kritik untuk uji itu adalah :
DK = { F | F > (pq – 1) pq - N 1, - pq ; αF }
h. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Untuk mencari komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
antar sel pada baris yang sama adalah sebagai berikut.
X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kj-ijF = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
2kjij
n1
n1
RKG
XX
daerah kritik untuk uji itu adalah :
DK = { F | F > (pq – 1) pq - N 1, - pq ; αF }
1) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi
ganda
2) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2009:216-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen Angket
1. Uji Validitas Isi
Validitas dalam penelitian ini menngunakan validitas isi atau validitas
konstruk. Untuk mengetahui validitas angket dengan validator, dan sebagai validator
angket aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah Drs. Helmut.Y.Bunu, M.Pd,
Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya, Dra. Martini Djinu, M.Pd, Dosen Program Studi
Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Palangkaraya, dan Rahmat Dewi, S.Pd, Guru Bimbingan Konseling Pada SMA-1
Kumai. Lembar validasi instrumen angket aktivitas belajar terdapat pada
Lampiran 10 halaman 215-226.
Dari hasil uji validasi isi untuk soal angket Aktivitas belajar siswa dari 45 soal
termasuk soal kategori valid.
2. Konsistensi Internal
Uji coba angket dilakukan di SMAN-1 Kumai pada kelas selain kelas
tempat penelitian. Dari hasil uji coba angket Aktivitas Belajar Siswa maka dapat
dilihat bahwa dari 45 soal tes, 41 soal termasuk kategori yang dapat digunakan
sebagai instrumen angket. Hal tersebut menunjukkan bahwa 41 soal memiliki tingkat
konsistensi sama atau lebih dari 0,3 dan 4 soal yang memiliki tingkat konsistensi
kurang dari 0,3 yaitu untuk soal nomor:1,2,8,11 tidak dipergunakan dalam
pengumpulan data angket aktivitas belajar siswa dan satu soal memiliki konsistensi
lebih dari 0,3 tetapi tidak dipakai dalam pengambilan data aktivitas belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu nomor 28 sehingga jumlah yang dipakai ada 40 butir angket aktivitas belajar
siswa. (Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 212-214).
3. Uji Reliabilitas Angket
Hasil uji reliabilitas angket aktivitas belajar siswa menggunakan rumus
Alpha. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya (r11) > 0,70. Dari hasil
perhitungan diperoleh hasil yang reliabel dengan r11= 0,9439 yang berarti tingkat
reliabilitasnya tinggi. (Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 9
halaman 212-214).
B. Hasil uji coba Instrumen Tes
1. Uji Validitas Isi
Validitas dalam penelitian ini menngunakan validitas isi. Untuk mengetahui
validitas tes prestasi belajar dengan validator, dan sebagai validator tes prestasi
belajar dalam penelitian ini adalah Drs. Dadang Lorida, M.Pd, Dosen Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Palangkaraya, Dra. Pancarita, M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya, dan Rahmat
Suseno, S.Pd, Guru Matematika Pada SMA-1 Kumai. Lembar validasi instrumen tes
prestasi belajar. ( Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman
187-198).
Dari hasil uji validasi isi untuk soal tes prestasi belajar siswa dari 35 soal
semua termasuk soal kategori valid.
2. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uji coba instrumen tes dilakukan di SMAN-1 Kumai pada kelas selain kelas
tempat penelitian. Hasil uji tingkat Kesukaran instrumen tes prestasi belajar dengan
teknik analisis tingkat kesukaran instrumen tes maka dapat dilihat bahwa dari 35 soal
tes, 31 soal termasuk kategori yang dapat digunakan sebagai instrumen uji tes prestasi
belajar, karena memiliki tingkat kesukaran (TK) lebih dari atau sama dengan 0,3 dan
kurang dari atau sama dengan 0,7 dan ada 4 soal yang memiliki tingkat kesukaran
kurang dari 0,3 yaitu soal nomor: 7, 15, 33, 35, sedangkan 1 soal tidak dipakai
meskipun memenuhi kriteria tingkat kesukaran yaitu soal nomor: 17 (Perhitungan
secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 250 ).
3. Daya Beda Instrumen Tes
Hasil uji daya beda instrumen tes prestasi belajar dengan teknik analisis daya
pembeda instrumen tes maka dapat dilihat bahwa dari 35 soal tes, 33 soal termasuk
kategori yang dapat digunakan sebagai instrumen uji tes prestasi belajar, karena
memiliki indeks daya beda lebih dari atau sama dengan 0,3 dan ada 2 soal yang
memiliki indeks daya beda kurang dari 0,3 yaitu soal nomor: 33, 35 (Perhitungan
secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 250 ).
4. Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Hasil uji reliabilitas tes prestasi belajar siswa dalam penelitian ini
menggunakan rumus Kruder-Richardson 20 ( KR-20). Suatu tes dikatakan reliabel
jika nilai reliabilitasnya (r11) > 0,70. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil yang
reliabel dengan r11= 0,8532 yang berarti tingkat reliabilitasnya tinggi. (Perhitungan
secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 185-186)
5. Pembahasan Hasil Uji Instrumen Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil uji validitas isi instrumen tes, uji tingkat Kesukaran
instrumen tes, uji daya beda instrumen tes dan uji reliabilitas instrumen tes dapat
dirangkum bahwa dari 35 soal tes yang diuji coba diperoleh 31 soal yang termasuk
katagori valid dan 4 soal yang tidak memenuhi kriteria validitas instrument tes yaitu
soal nomor: 7, 15, 33, 35, dan 1 soal tidak dipakai meskipun memenuhi kriteria
validitas yaitu soal nomor: 17. (Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran
18 halaman 250 ).
C. Diskripsi Data
1. Angket Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan pengambilan data nilai aktivitas belajar siswa dengan melalui angket
aktivitas belajar siswa yaitu : Rata-rata nilai untuk kelas Jigsaw adalah 109,2820 dan
rata-rata kelas STAD adalah 107,8608 sedangkan rata keseluruhan siswa kelas
Jigsaw dan kelas STAD adalah 108,5669. Berdasarkan hasil pengolahan data
Aktivitas Belajar siswa maka dapat dilihat standart deviasi untuk kelas Jigsaw adalah
8,6413. Sedangkan standart deviasi untuk kelas STAD adalah 8,9946. Dari standar
deviasi maka dapat dilihat kriteria Aktivitas belajar siswa yang dibagi menjadi tinggi,
sedang dan rendah, kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
i. Kelompok tinggi dengan skor ≥ sX21
+
ii. Kelompok sedang dengan skor sX21
- < skor < sX21
+
iii. Kelompok rendah dengan skor ≤ sX21
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah data Aktivitas belajar siswa dikelompokkan menjadi
kemampuan tinggi, sedang dan rendah maka hasil pengolahan data tersebut dilihat
dalam rangkuman berikut :
Tabel. 4.2. Rangkuman Jumlah Siswa dan Rataan Aktivitas Belajar
Aktivitas Belajar Jumlah
Siswa Tinggi Sedang Rendah
n X n X n X
Kelas Jigsaw 28
115,45 28
105,41 22
98,86 78
Kelas STAD 23
118,7826 31
108,1290 25
97,48 79
Jumlah Siswa 51 59 47 157
2. Data Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil tes prestasi belajar setelah dilakukan pembelajaran
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maka hasil dari prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel. 4.3. Rangkuman Rataan Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Belajar
Rataan Marginal Tinggi
Sedang Rendah
Kelas Jigsaw 90,8709 74,4081 65,9996 76,5401
Kelas STAD 79,2839 71,7857 63,4855 72,1363
Rataan Marginal 84,5094 73,1636 64,8228 -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal
Sebelum dilakukan uji keseimbangan kemampuan awal siswa pada
kelas Jigsaw dan kelas STAD terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis uji t
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas nilai raport kelas jigsaw diperoleh Lobs= 0,0965
sedangkan untuk LTabel= 0,1003. Hal ini menyatakan bahwa sampel kemampuan awal
kelas Jigsaw mempunyai populasi yang berdistribusi normal, karena Lobs < LTabel.
( Perhitungan terperinci pada Lampiran 13 halaman 233-235).
Hasil uji normalitas nilai raport kelas STAD diperoleh Lobs= 0,0902
sedangkan untuk LTabel= 0,0997. Hal ini menyatakan bahwa sampel kemampuan awal
kelas STAD mempunyai populasi yang berdistribusi normal, karena Lobs < LTabel.
( Perhitungan terperinci pada Lampiran 14 halaman 236-238).
2. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas nilai raport kelas jigsaw dan kelas STAD
diperoleh c2obs= 0,0310 sedangkan untuk c2
Tabel= 3,8415. Hal ini menyatakan bahwa
sampel kemampuan awal kelas Jigsaw dan STAD mempunyai variansi-variansi yang
sama (homogen), karena c2obs < c2
Tabel ( Perhitungan terperinci pada Lampiran 15
halaman 239-243).
3. Hasil Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan kemampuan awal siswa pada kelas Jigsaw dan kelas
STAD menggunakan uji t dengan α = 0,05. Adapun hasil perhitungannya dapat
dilihat bahwa tobs = 0,3263 sedangkan untuk tTabel = 1,960. Hal ini menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampel pada kelas Jigsaw mempunyai Aktivitas Belajar yang seimbang dengan kelas
STAD, karena tobs < tTabel.( Perhitungan terperinci pada Lampiran 16 halaman 244-
247).
C. Hasil Uji Persyaratan Analisis Prestasi Belajar
1. Uji Normalitas Prestasi Belajar
Uji normalitas prestasi belajar siswa untuk kelas Jigsaw dapat dilihat Lobs
= 0,0713 sedangkan untuk L Tabel = 0,1003. Hal ini menyatakan bahwa sampel pada
kelas Jigsaw mempunyai populasi yang berdistribusi normal, karena
Lobs < L Tabel. Adapun untuk kelas STAD dapat dilihat Lobs = 0,0723 sedangkan untuk
LTabel = 0,0997. Hal ini menyatakan bahwa sampel pada kelas STAD mempunyai
populasi yang terdistribusi normal, karena Lobs <L Tabel. Sedangkan untuk uji
normalitas data prestasi belajar pada siswa Aktivitas Belajar tinggi Lobs = 0,1084
sedangkan untuk L Tabel = 0,1241. Hal ini menyatakan bahwa sampel pada prestasi
belajar Aktivitas Belajar tinggi berdistribusi normal, karena Lobs < L Tabel, untuk uji
normalitas data prestasi belajar pada siswa Aktivitas Belajar sedang Lobs = 0,1078,
untuk LTabel = 0,1153. Hal ini menyatakan bahwa sampel pada prestasi belajar
Aktivitas Belajar sedang berdistribusi normal, karena Lobs < L Tabel, sedangkan untuk
uji normalitas data prestasi belajar siswa Aktivitas Belajar rendah Lobs = 0,0934
sedangkan untuk L Tabel = 0,1292. Hal ini menyatakan bahwa sampel pada prestasi
belajar siswa Aktivitas belajar rendah berdistribusi normal, karena Lobs < L Tabel
( Perhitungan terperinci pada Lampiran 21-25 halaman 254-268).
2. Uji Homogenitas Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uji homogenitas prestasi belajar siswa kelas Jigsaw untuk aktivitas
tinggi, sedang, rendah dapat dilihat dengan χ2obs = 4,4506 sedangkan χ2
Tabel = 5,991.
Hal ini menyatakan bahwa semua variansi pada kelas Jigsaw yang terdiri dari tiga
kriteria mempunyai homogenitas yang sama, karena χ2obs < χ2
Tabel. Adapun kelas
STAD untuk aktivitas tinggi, sedang, rendah dapat dilihat dengan χ2obs = 4,8958
sedangkan χ2Tabel = 5,991. Hal ini menyatakan bahwa semua variansi pada kelas
STAD yang terdiri dari tiga kriteria mempunyai homogenitas yang sama, karena
χ2obs< χ2
Tabel. Sedangkan untuk uji homogenitas prestasi belajar kelas Jigsaw dan
STAD dapat dilihat dengan χ2obs = 3,8415 sedangkan χ2
Tabel = 5,991, hal ini
menunjukkan bahwa semua variansi kelas pada kelas Jigsaw dan STAD mempunyai
homogenitas yang sama, karena χ2obs < χ2
Tabel. ( Perhitungan terperinci pada
Lampiran 26-28 halaman 269-276).
D. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan uji analisis data prestasi belajar
(Perhitungan terperinci pada Lampiran 29 halaman 277-284) pengujian penelitian
dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama (2 X 3) maka
dapat dilihat pada Tabel rangkuman berikut :
Tabel. 4. 4. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Fa Keputusan
Model Pembelajaran (A) 1202,2784 1 1202,28 16,9876 3,84 H0 ditolak
Aktivitas Belajar (B) 10778,721 2 5389,36 76,1492 3,00 H0 ditolak Interaksi (AB) 699,38786 2 349,694 4,94101 3,00 H0 ditolak Galat (G) 10,686,83 151 70,77 Total 23367,217 156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan Tabel rangkuman analisis variansi dua jalan sel tak sama
terlihat dan disimpulkan bahwa :
1. Pada hasil Fa faktor (A) lebih dari FTabel maka H0A ditolak sehingga dikatakan
tidak semua metode pembelajaran memberikan rataan yang sama terhadap
prestasi belajar.
Dengan melihat rataan prestasi belajar siswa dikatakan bahwa pembelajaran
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari pada
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Pada hasil Fb faktor (B) lebih dari Ftabel maka H0B ditolak sehingga dikatakan
tidak semua kriteria Aktivitas Belajar memberikan rataan yang sama terhadap
prestasi belajar.
3. Pada hasil Fab faktor (AB) lebih dari Ftabel maka H0AB ditolak maka dikatakan
bahwa faktor (A) dan faktor (B) menunjukkan terdapat interaksi antara
metode pembelajaran dan Aktivitas Belajar siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
E. Hasil Uji lanjut Hipotesis
1. Komparasi Ganda Antar Kolom
Uji lanjut analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan
menggunakan metode Scheffe. Hasil perhitungan komparasi ganda antar kolom dapat
dilihat pada Tabel berikut : (Perhitungan terperinci pada Lampiran 30 halaman 285-
287).
Tabel 4.5. Rangkuman Data Komparasi Ganda Antar Kolom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H0 Fhitung Ftabel Keputusan
µ.1 = µ.2 49,75443518821 (3-1). 3,00 = 6 H0 ditolak
µ.2 = µ.3 25,71501394755 (3-1). 3,00 = 6 H0 ditolak
µ.1 = µ.3 133,94097301858 (3-1). 3,00 = 6 H0 ditolak
Dari Tabel rangkuman data komparasi ganda antar kolom terlihat
sehingga dapat disimpulkan bahwa :
1. Prestasi belajar pada siswa yang mempunyai aktivitas Belajar tinggi lebih baik
dari pada siswa yang berkemampuan sedang.
2. Prestasi belajar pada siswa yang mempunyai aktivitas Belajar sedang lebih baik
dari pada siswa yang berkemampuan rendah.
3. Prestasi belajar pada siswa yang mempunyai aktivitas Belajar tinggi lebih baik
dari pada siswa yang berkemampuan rendah.
2. Komparasi Ganda Antar Sel pada Kolom yang Sama
Uji lanjut analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan
menggunakan metode Scheffe. Hasil perhitungan komparasi ganda antar sel pada
kolom yang sama dapat dilihat pada Tabel berikut : (Perhitungan terperinci pada
Lampiran 31 halaman 288-290).
Tabel 4.6. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom Yang Sama
H0 Fhitung F tabel Keputusan
µ11= µ21 23,95418049607 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 ditolak
µ12= µ22 1,42947688442 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 diterima
µ13= µ23 1,04513806913 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari Tabel rangkuman data komparasi ganda antar sel pada kolom yang
sama dapat disimpulkan :
1. Pada Aktivitas Belajar tinggi prestasi belajar pada siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar
siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Pada Aktivitas Belajar sedang prestasi belajar pada siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sama dengan prestasi belajar siswa
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Pada Aktivitas Belajar rendah prestasi belajar pada siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sama dengan prestasi belajar siswa
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Komparasi Ganda Antar Sel pada Baris yang sama
Uji lanjut analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan
menggunakan metode Scheffe. Hasil perhitungan komparasi ganda antar sel pada
baris yang sama dapat dilihat pada Tabel berikut : (Perhitungan terperinci pada
Lampiran 32 halaman 291-295)
Tabel 4.7. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel pada Baris yang Sama
H0 Fhitung F tabel Keputusan
µ11= µ12 50,56284199703 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 ditolak
µ12= µ13 13,82531715296 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 ditolak
µ11= µ13 104,70093311972 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 ditolak
µ21= µ22 11,12171512344 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 ditolak
µ22= µ23 11,99284192874 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 ditolak
µ21= µ23 43,44792344316 (6-1). 2,21 = 11,05 H0 ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari Tabel rangkuman data komparasi ganda antar sel pada kolom yang
sama dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar siswa aktivitas belajar
tinggi lebih baik dari pada siswa aktivitas belajar sedang.
2. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar siswa kemampuan
sedang lebih baik dari pada siswa berkemampuan rendah.
3. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar siswa kemampuan
tinggi lebih baik dari pada siswa berkemampuan rendah.
4. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar siswa kemampuan
tinggi lebih baik dari pada siswa berkemampuan sedang.
5. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar siswa kemampuan
sedang lebih baik dari pada siswa berkemampuan rendah.
6. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar siswa kemampuan
tinggi lebih baik dari pada siswa berkemampuan rendah.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan α =0,05
diperoleh Fa=16,9876 lebih dari Ftabel = 3,84 sehingga H0A ditolak. Ini berarti metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD memberikan hasil prestasi belajar
siswa yang berbeda pada pokok bahasan Statistika SMA kelas XI. Dengan melihat
rataan prestasi belajar siswa dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
lebih baik dari pada dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam hal ini untuk
hipotesis pertama teruji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan α =0,05
diperoleh Fb= 76,1492 lebih dari Ftabel = 3,000 sehingga H0B ditolak. Ini berarti
Aktivitas Belajar siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah memberikan
hasil prestasi belajar siswa yang berbeda pada pokok bahasan Statistika SMA kelas
XI.
Dari uji lanjut pasca anava diperoleh perhitungan komparasi ganda
antar kolom dengan α = 0,05 diperoleh F1-2= 49,7544 lebih dari Ftabel = 6,000
sehingga H0 ditolak. Ini berarti, siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai
aktivitas belajar sedang. Selanjutnya, pada kolom kedua dan ketiga diperoleh F2-3 =
25,7150 lebih dari Ftabel = 6,000 sehingga H0 ditolak. Hal ini dapat dikatakan bahwa
siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar
matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Pada kolom kesatu dan ketiga diperoleh F1-3 = 133,9409 lebih dari Ftabel = 6,000
sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa siswa yang mempunyai mempunyai
aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada
siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Dalam hal ini maka hipotesis kedua
dikatakan teruji untuk hasil prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas Belajar
tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas Belajar sedang. Begitu
juga untuk prestasi belajar pada siswa yang mempunyai aktivitas Belajar sedang lebih
baik daripada prestasi belajar pada siswa yang mempunyai aktivitas Belajar rendah
dan hasil prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas Belajar tinggi lebih baik
dari pada siswa yang mempunyai aktivitas Belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan α = 0,05
diperoleh Fab = 4,9410 lebih dari Ftabel = 3,000 sehingga H0AB ditolak. Ini berarti
terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan Aktivitas Belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Statistika SMA kelas XI.
Sedangkan berdasarkan perhitungan komparasi ganda antar sel pada
kolom yang sama dengan α = 0,05. Pada kolom pertama diperoleh F11-21 = 23,95418
kurang dari Ftabel = 11,0500 dan sehingga H0 diterima, maka dapat dikatakan bahwa
pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih baik dari pada prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Selanjutnya pada kolom kedua diperoleh F12-22 = 1,42947
kurang dari Ftabel = 11,0500 sehingga H0 diterima, maka dapat dikatakan bahwa pada
siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika sama
dengan prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Pada kolom ketiga diperoleh F13-23 = 1,04513 kurang dari Ftabel = 11,0500
sehingga H0 diterima, hal ini dikatakan bahwa pada siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
memberikan prestasi belajar matematika sama dengan prestasi belajar matematika
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa untuk setiap kategori Aktivitas belajar siswa mempunyai prestasi belajar yang
sama jika diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kooperatif tipe Jigsaw maupun metode pembelajaan kooperatif tipe STAD. Dari hal
tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis penelitian ketiga teruji sebab dengan
penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa yang mempunyai Aktivitas Belajar
yang berbeda mendapatkan prestasi belajar yang berbeda pula. Hal ini sesuai dari
yang diharapkan dari hipotesis ketiga adalah pada siswa yang mempunyai Aktivitas
Belajar sedang maupun rendah dengan pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika pokok
bahasan Statistika lebih baik dari pada pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Hipotesis Keempat
Pada hasil yang lain untuk perhitungan komparasi ganda antar sel pada
baris pertama kolom kesatu dan kedua diperoleh F11-12 = 50,5628 lebih dari FTabel =
11,0500 sehingga H0 ditolak, hal ini dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar siswa pada aktivitas belajar
tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang. Berikut
pada sel baris pertama kolom kedua dan ketiga diperoleh F12-13 = 13,8253 lebih dari
FTabel = 11,0500 sehingga H0 ditolak, hal ini dikatakan bahwa pembelajaran dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar siswa pada aktivitas
belajar sedang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Pada sel baris pertama kolom kesatu dan ketiga diperoleh F11-13 = 104,7009 lebih dari
FTabel = 11,0500 sehingga H0 ditolak, hal ini dikatakan bahwa pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar siswa pada aktivitas
belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Berdasarkan perhitungan komparasi ganda antar sel pada baris kedua
kolom kesatu dan kedua diperoleh F21-22 = 11,1217 lebih dari FTabel = 11,0500
sehingga H0 ditolak, hal ini dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif STAD, prestasi belajar siswa pada aktivitas belajar tinggi
lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang. Kemudian sel
pada baris kedua kolom kedua dan ketiga diperoleh F22-23 = 11,9928 lebih dari FTabel =
11,0500 sehingga H0 ditolak. Hal ini mempunyai arti bahwa pembelajaran dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar siswa pada aktivitas
belajar sedang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Pada sel baris kedua kolom kesatu dan ketiga diperoleh F21-23 = 43,4479 lebih dari
FTabel = 11,0500 sehingga H0 ditolak maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar siswa pada aktivitas
belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Sehingga untuk pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw maupun metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil
prestasi belajar yang berbeda untuk setiap kategori aktivitas belajar yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan prestasi belajar matematika
yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dari
pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang, prestasi belajar siswa yang
mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai
aktivitas belajar rendah, begitu juga prestasi belajar siswa yang mempunyai
aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah.
3. Pada kategori tingkat aktivitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tetapi tidak demikian halnya, pada kategori
aktivitas sedang maupun tingkat aktivitas rendah, pemberian pembelajaran
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD tidak
menyebabkan perbedaan prestasi belajar.
4. Baik pada metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD, siswa
yang mempunyai aktivitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan siswa yang yang mempunyai aktivitas sedang dan rendah, serta siswa
yang mempunyai aktivitas sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai aktivitas rendah. Sehingga untuk pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil prestasi belajar
yang berbeda untuk setiap kategori aktivitas belajar yang berbeda.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Dari analisis hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw
mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode
pembelajaran STAD. Begitu juga bahwa siswa yang mempunyai aktivitas Belajar
tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang,
prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik dari
pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah pada pokok bahasan
Statistika Kelas XI, begitu juga prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas
belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Sedangkan untuk siswa mempunyai aktivitas belajar tinggi pembelajaran dengan
metode pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang lebih
baik dari pada prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran STAD.
Pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang pembelajaran dengan model
pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika tidak berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran STAD. Pada
siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah pembelajaran dengan metode
pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika tidak berbeda
dengan prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran STAD.
Sedangkan Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw, prestasi
belajar siswa pada aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang
mempunyai aktivitas belajar sedang. Pada pembelajaran dengan metode
pembelajaran Jigsaw, prestasi belajar siswa pada aktivitas belajar sedang lebih
baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Pada
pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw, prestasi belajar siswa pada
aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran STAD, prestasi
belajar siswa pada aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang
mempunyai aktivitas belajar sedang. Pada pembelajaran dengan metode
pembelajaran STAD, prestasi belajar siswa pada aktivitas belajar sedang lebih
baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Pada
pembelajaran dengan metode pembelajaran STAD, prestasi belajar siswa pada
aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah. Dari hal di atas bahwa metode pembelajaran Jigsaw adalah
metode yang tepat dalam menyajikan tentang pokok bahasan Statistika di kelas
XI. Begitu juga agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan aktivitas belajar
siswa dari sejak dini sehingga diharapkan siswa mempunyai aktivitas belajar yang
tinggi yang pada akhirnya mendapatkan prestasi belajar yang baik pula.
Selanjutnya perlunya dapat memilih model pembelajaran yang paling tepat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, dan yang sesuai dengan
tingkat aktivitas belajar siswa terhadap pokok bahasan tertentu supaya siswa
dapat mudah menerima ilmu yang diajarkan yang pada akhirnya mendapatkan
prestasi belajar yang baik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian dan
dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada bidang studi matematika dengan memperhatikan aktivitas belajar
siswa yang berbeda. Perlu juga untuk diperhatikan oleh guru bidang studi
matematika bahwa pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan
pokok bahasan yang akan dipelajari sehingga guru dapat mengkolaborasikan dari
beberapa metode pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan impilkasi di atas maka ada beberapa saran
yang perlu untuk disampaikan, diantaranya :
1. Kepada Siswa
a. Pada saat pembelajaran matematika dengan metode kooperatif tipe Jigsaw,
siswa, diharapkan selalu memperhatikan penjelasan atau jawaban yang
disampaikan oleh siswa lain, terutam pada saat diskusi dalam kelompok ahli
maupun saat diskusi kembali menyampaikan materi dalam kelompok asal.
b. Siswa diharapkan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk
bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi pelajaran yang
yang sedang dipelajari.
c. Sebelum materi tertentu untuk dibahas, siswa hendaknya membaca atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. sehingga siswa
mudah memahami materi dan dapat aktif dalam mengikuti proses diskusi,
penjelasan dari siswa yang lain dalam menyampaikan materi ahli, penjelasan
guru atau menanggapi permasalahan yang dipresentasikan kelompok lain.
2. Kepada Guru Mata Pelajaran Matematika
a. Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, diharapkan siswa mampu
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna, yaitu dengan memilih alternatif metode pembelajaran yang lebih
menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif, seperti dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
b. Diharapkan guru sebelumnya dapat melakukan persiapan yang lebih baik
dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, khususnya
dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
siswa (LKS) dan Evaluasi, sehingga mudah dipahami oleh siswa dalam diskusi
kelompok.
c. Guru matematika diharapkan untuk bisa menerapkan metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika,
karena metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan metode
pembelajaran yang berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran lebih
bermakna dan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran. Selain itu, metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan dapat
menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kepada Kepala Sekolah
a. Untuk meningkatkan wawasan guru dalam dunia pendidikan khususnya
pembelajaran, hendaknya kepala sekolah secara aktif memberikan kesempatan
kepada guru khususnya guru matematika untuk ikut serta dalam kegiatan
MGMP, diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam
pembelajaran matematika, guru akan lebih inivatif, kreatif dalam menggunakan
metode-metode pembelajaran dalam matematika.
b. Hendaknya selalu aktif untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan
instansi pendidikan lain, maupun masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran matematika, antara lain
dengan melalui pengembangan metode pembelajaran kreatif, misalnya metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4. Kepada Orang Tua
a. Hendaknya selalu memperhatikan putra-putrinya dalam kegiatan belajar dan
menyediakanfasilitas belajar yang optimal dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar mereka terutama dalam mata pelajaran matematika.
b. Hendaknya membimbing putra-putrinya agar mudah dalam memahami materi
pembelajaran inovatif dan kreatif dalam diskusi kelompok pada pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
di sekolah.
5. Kepada Pejabat Instansi Terkait
a. Dalam menentukan kebijakan hendaknya dinas pendidikan kabupaten dapat
mendorong sekolah-sekolah dan guru untuk mengaktifkan musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP) khususnya dalam mata pelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Hendaknya bisa menghimbau kepada para guru agar menggunakan metode
pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, misalnya metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.