60
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Jahe di perkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Di Indonesia jahe merupakan tanaman rempah-rempah yang penyebarannya sudah merata. Hal ini terbukti setiap daerah memiliki nama untuk tanaman ini, seperti Jae (Jawa dan Bali), halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jhai (Madura), melito (Gorontalo), dan geraka (Ternate) (Harmono dan Andoko, 2005). Dalam perkembangannya, kebutuhan komoditas jahe untuk bahan baku industri meningkat terus. Pada tahun 1998, ekspor jahe segar Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161. Tahun 2003 turun menjadi 7.470 ton dengan nilai US $ 3.930.317 karena mutu yang tidak memenuhi standar. Namun kemudian permintaan jahe mengalami peningkatan setiap tahun. Kondisi ini, direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman di Indonesia dan munculnya berbagai produk jahe. Hal tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan dengan dukungan teknologi unggulan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007). Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

Proposal Usaha Mandiri

  • Upload
    unand

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat

populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Jahe di perkirakan

berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal

dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai

rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga

Timur Tengah.

Di Indonesia jahe merupakan tanaman rempah-rempah yang

penyebarannya sudah merata. Hal ini terbukti setiap daerah memiliki

nama untuk tanaman ini, seperti Jae (Jawa dan Bali), halia (Aceh),

beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi

(Lampung), jahe (Sunda), jhai (Madura), melito (Gorontalo), dan geraka

(Ternate) (Harmono dan Andoko, 2005).

Dalam perkembangannya, kebutuhan komoditas jahe untuk

bahan baku industri meningkat terus. Pada tahun 1998, ekspor jahe

segar Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $

9.286.161. Tahun 2003 turun menjadi 7.470 ton dengan nilai US $

3.930.317 karena mutu yang tidak memenuhi standar. Namun

kemudian permintaan jahe mengalami peningkatan setiap tahun.

Kondisi ini, direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman

di Indonesia dan munculnya berbagai produk jahe. Hal tersebut perlu

dipertahankan dan ditingkatkan dengan dukungan teknologi unggulan

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007).

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

2

Bisnis jahe dari dulu hingga sekarang masih menjanjikan. Hal ini

dapat dilihat dari banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari

komoditas jahe tersebut. Selain itu, pemasarannya yang mudah atau

banyaknya penampung yang mencari jahe menambah besarnya

peluang bisnis jahe (Syukur,2001).

Permintaan Pasar baik dalam maupun luar negeri cenderung

terus meningkat dengan rata-rata peningkatan 15% per tahun.

Permintaan tersebut belum dapat tercukupi walaupun pengusahaan

jahe terus berkembang. Dengan demikian, peluang bisnis dalam

penyediaan bahan baku dari produk jahe ini masih terbuka lebar.

Untuk dapat merebut pasar dalam negeri maupun pasar ekspor,

diperlukan ketersediaan produk secara kontinyu dengan jumlah yang

cukup dan kualitas yang sesuai permintaan (Syukur,2001).

Didunia perdagangan, jahe dijual dalam bentuk segar, kering,

bubuk, dan dalam bentuk awetan. Disamping itu, terdapat hasil

olahan jahe, berupa minyak atsiri dan koresin yang diperoleh dengan

cara penyulingan. Minyak atsiri dan koresin berguna sebagai bahan

pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, dan sosis (Harmono

dan Andoko, 2005).

Sementara itu, manfaatnya secara farmakologi antara lain

sebagai karminatif (peluruh kentut), antimuntah, pereda kejang, anti

pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti-flamasi, anti

mikroba dan parasit, antipiretik, antirematik, serta merangsang

pengeluaran getah lambung dan getah empedu (Harmono dan Andoko,

2005).

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

3

Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah

dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran

yang cukup baik untuk dikembangkan. Apalagi dewasa ini jahe telah

menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi

dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.

Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari

sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan

yang diterima. Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan

Serikar, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong.

Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah

mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari

Indonesia (Harmono dan Andoko, 2005).

Untuk meningkatkan hasil jahe ini dapat dilakukan melalui teknik

budidaya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya jahe

memerlukan tanah berstruktur gembur dan lembab. Kemudian setelah

memasuki masa pembesaran rimpangnya diperlukan penutup tanah

(mulsa) agar rimpang tidak terkena/terpapar sinar matahari langsung.

Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah eceng

gondok.

Sebenarnya enceng gondok sebagai pencemar pengairan yang

banyak kita dapatkan diperairan kita seperti di sungai-sungai dan

waduk yang dekat dengan perkotaan atau daerah pertanian, karena

adanya pengayaan hara dalam perairan maka tumbuh tanaman ini.

Walaupun tanaman ini tidak bisa menambat N, namun karena

pertumbuhan cepat dan biomasa/volumenya banyak dan bahannya Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

4

sangat lunak dan berair, maka enceng gondok potensial dimanfaatkan

sebagai pupuk organik yang berkulitas. Pupuk organik ini banyak

digunakan untuk tanaman hias, hortikultura dan bahkan perkebunan

(Wongso, S 2007).

Ditambahkan dari ahli untuk mendukung kata-kata dari atas

sebagai tambahan , menurut (Sondang, Y dan Anty, K, 2005)

berdasarkan hasil uji laboratorium, pupuk ini memiliki kandungan

unsur hara N sebesar 1,86%; P205 sebesar 1,2%; K20 sebesar 0,7%;

C/N ratio sebesar 6,18%; bahan organik seebsar 25,16% serta C

organik:19,81. Dengan kandungan seperti ini, pupuk dari eceng

gondok mampu menggantikan pupuk anorganik dan dapat mengurangi

penggunaan bahan kimia hingga 50% dari dosisnya. Sebagai bahan

perbandingan, Winarno (1993) menyebutkan, eceng gondok dalam

keadaan segar memiliki komposisi bahan organic 36,59%, C organic

21,23% N total 0,28%, P total 0,0011% dan K total 0,016%. Adapun

fungsi dari mulsa ini adalah :

a) Menahan/melindungi struktur tanah dari pukulan air hujan.

b) Mengontrol kelembapan tanah.

c) Mengontrol suhu tanah.

d) Meningkatkan daya ikat air oleh tanah.

Bertitik tolak belakang dari hal yang dikemukakan diatas, maka

penulis tertarik untuk melaksanakan proyek usaha mandiri (PUM)

mengenai “ Pemanfaatan Eceng gondok Pada Budidaya Tanaman Jahe

Gajah (Zingiber officinale Rosc.)

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

5

1.2. Tujuan Pelaksanaan

Tujuan dari pelaksanaan PUM adalah

1) Mampu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi

Proyek Usaha Mandiri (PUM).

2) Untuk melatih jiwa kewirausahaan.

3) Mampu mengatasi kendala yang terjadi selama Proyek Usaha

Mandiri berlangsung.

4) Dapat mengetahui teknik agronomi budidaya jahe dengan

memanfaatkan mulsa enceng gondok.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Taksonomi Tanaman Jahe

Jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu, berdiri tegak

dan tingginya berkisar antara 0,3 - 0,75 m. Warna batang hijau sedang

warna pangkal batang putih sampai kemerahan. Bentuk batang

silindris dan halus. Rimpang jahe tumbuh mendatar dekat permukaan

tanah dan bercabang (Natur Indonesia, 2011).

Daunnya berselang-seling teratur, dengan ukuran panjang 15 -

23 cm dan lebar 0,8 - 2,5 cm. Panjang tangkai daun 2 - 4 mm dan

berbulu. Lidah daun (ligule) memanjang 0,75 - 1 cm namun tidak

berbulu. Sedangkan warna permukaan daun bagian atas lebih tua

daripada daun bagian bawah (Natur Indonesia, 2011).

Bunga tumbuh dari rimpangnya, terpisah dari daun atau batang

semunya. Bunga itu berupa malai yang tersembul di permukaan tanah,

berbentuk tongkat atau kadang-kadang bulat telur. Ganggang bunga

hampir tidak berbulu dengan panjang 25 cm, sedang rakisnya sedikit

berbulu, sisik pada tangkai bunga berjumlah 5 - 7, berbentuk lanset,

dan letaknya berdekatan (Natur Indonesia, 2011).

Sementara itu daun pelindung bunga (bracht) berwarna hijau

cerah, berbentuk bulat telur atau sungsang dan tidak berbulu. Dalam

daun pelindung terdapat 1 - 8 bunga. Mahkota bunga berbentuk

tabung, helaiannya agak sempit, berwarna kuning kehijauan serta

bibirnya berwarna ungu gelap dan berbintik-bintik putih kekuningan.

Kepala sari berwarna ungu berukuran panjang 9 mm, sedang tangkai

putiknya berjumlah dua buah (Natur Indonesia, 2011).

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

7

II.2. Klasifikasi Tanaman

Jahe dapat dibedakan jenisnya dari aroma, bentuk dan besarnya

rimpang. Atas dasar berbagai hal tersebut maka telah dikenal tiga klon

Jahe, yaitu: Jahe putih besar, Jahe putih kecil dan Jahe merah. Namun

menurut perkembangan terakhir, di Bogor pernah dijumpai Jahe putih

kecil yang lebih kecil daripada Jahe putih kecil pada umumnya (Natur

Indonesia, 2011).

Dalam klasifikasi atau sistematika kerajaan tumbuhan, posisi

jahe sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species :Zingiber officinale

Sumber : Harmono dan Handoko (2005).

II.2.1. Morfologi Jahe Gajah

1. Rimpang dan Akar

Jahe gajah mempunyai rimpang lebih besar, bila ripang diiris

melintang berwarna putih-kekuningan, panjang akar 12,93 - 21,52 cm,

diameter akar 4,53 -6,30 mm, seratnya sedikit lembut, aromanya

kurang tajam, rasanya kurang pedas, panjang rimpang 15,83 - 32,75

cm, tinggi rimpang 6,20 - 12,24 cm dan berat rimpang 0,18 - 1,04 kg

(Natur Indonesia, 2011).Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

8

2. Batang

Jahe gajah mempunyai batang yang agak keras, berbentuk

bulat, berwarna hijau muda, diselubungi oleh pelepah daun dan tinggi

tanaman ±12,75 - 68,63 cm (Natur Indonesia, 2011).

3. Daun

Jahe gajah mempunyai daun berselang-seling teratur,

permukaan daun atas berwarna hijau muda jika dibanding dengan

bagian bawah, luas daun 24,87 - 27,52 cm, panjang daun 17,42 - 21,99

cm, lebar daun 2,00 - 2,45 cm, panjang daun ±6,38 - 28,00 (Natur

Indonesia, 2011).

Januwati dan Soedirto (1990) menyatakan, bahwa fenotip jahe

gajah dapat dibedakan dari kulit rimpang, yaitu: kulit putih kurang

serat, kulit putih banyak serat, dan kulit kehitam-hitaman. Syarat

tumbuh tanaman dipengaruhi oleh lingkungan, terutama sifat-sifat

fenotipik, seperti warna (antosianin) yang berubah-ubah tergantung pH

tanah.

Akan tetapi, ekspresi gen yang membawa karakter tertentu

tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam keadaan

bagaimanapun sifat-sifat tersebut akan tetap muncul. Untuk

memastikan sifat-sifat tersebut di atas sebagai karakteristik yang

berbeda merupakan sumber keanekaragaman didalam jenis Zingiber

officinale, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut (Natur Indonesia,

2011).

Disamping perbedaan ketiga klon jahe tersebut secara

deskriptif, sebenarnya masih terdapat perbedaan lainnya terutama Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

9

kandungan dan sifat kimianya dan perbedaan tersebut akan

memberikan fungsi penggunaan jahe yang berbeda pula. Misalnya,

jahe kecil dan jahe merah masing-masing mempunyai kandungan

minyak atsiri sekitar 1,5% - 3,5% dan 2,58% - 3,90%. Jahe ini banyak

digunakan sebagai rempah-rempah, penyedap makanan, minuman

dan bahan baku obat-obatan sedangkan jahe gajah yang mempunyai

kandungan minyak atsiri sekitar 0,82% - 1,66%. Jahe ini banyak

digunakan untuk masakan, minuman, permen dan asinan jahe (Natur

Indonesia, 2011).

II.3. Syarat Tumbuh Jahe

Hal-hal yang dikehendaki tanaman untuk dapat hidup, tumbuh

dan berproduksi maksimal disebut syarat tumbuh tanaman. Umumnya

syarat tumbuh ini meliputi ketinggian tempat, curah hujan dan jenis

tanah. Syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk mendapatkan

hasil yang diharapkan dari budidaya tanaman tersebut. Syarat tumbuh

tanaman jahe sebagai berikut.

a. Ketinggian Tempat

Tanaman jahe sebenarnya dapat tumbuh di dataran rendah

sampai wilayah pegunungan, dari ketinggian 0 - 1.500 meter dari

permukaan laut (dpl). Namun, khusus untuk jahe gajah, tempat yang

dikehendaki untuk tumbuh dan berproduksi optimal adalah pada

ketinggian 500 - 950 meter dpl. Sehubungan dengan itu, umumnya

sentra produksi jahe gajah adalah lereng-lereng pegunungan atau

tempat lain dengan ketinggian tersebut (Harmono dan Andoko, 2005).

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

10

Jika ditanam ditempat yang lebih rendah dari 500 m dpl, pada

suhu udara lebih dari 32 ᴏC, biasanya jahe gajah menunjukkan gejala-

gejala daun terbakar. Sementara itu, jika ditanam di atas ketinggian

1.000 m dpl dan suhu udara kurang dari 20 ᴏC, pertumbuhan

vegetatifnya terlalu subur, sehingga lambat membentuk anakan dan

rimpang (Harmono dan Andoko, 2005).

b. Curah Hujan dan Kelembaban

Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu

2.500 - 3.000 mm per tahun, terutama saat rumpunnya berada pada

stadium mengering (senescence). Berkaitan dengan curah hujan yang

relatif tinggi tersebut, tanaman jahe membutuhkan kelembapan tinggi

untuk pertumbuhan optimalnya, yaitu sekitar 80%. Karenanya jahe

cenderung menghendaki tempat-tempat yang bercurah hujan tinggi

sampai tanaman berumur 5 - 6 bulan. Setelah itu, saat memasuki

stadium mengering, tanaman jahe tidak lagi menghendaki hujan

(Harmono dan Andoko, 2005).

c. Jenis Tanah

Tanaman jahe dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Namun,

untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini menghendaki

tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Tanah subur berarti

memiliki kandungan hara yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

tanaman. Tanah gembur memudahkan perakaran menembus dan

menyerap hara yang dibutuhkannya. Selain itu pembentukkan rimpang

juga menjadi leluasa. Sementara itu, tanah berdrainase baik bisa

mencegah lahan menjadi becek dan tergenang air, sehingga akar jahe

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

11

yang tidak tahan genangan bisa tumbuh dengan baik. (Harmono dan

Handoko, 2005).

Agar drainase baik, para petani jahe biasanya memilih lahan

berkontur miring atau membuat bedengan dengan parit di sebelah

kanan dan kirinya. Selain secara fisik tanah harus gembur, secara

kimiawi tanah yang baik untuk budidaya jahe gajah memiliki derajat

keasaman atau pH 5,5 - 7. Meskipun demikian, pH untuk produksi

maksimum 6,8 - 7,0 (Harmono dan Andoko, 2005).

Agar pertumbuhan jahe optimal, maka diperlukan tempat

terbuka yang mendapat sinar matahari sepanjang hari, dari pagi

hingga sore hari. Pada tempat seperti ini daun-daun akan memperoleh

sinar matahari yang diperlukan untuk proses fotosintesis, terutama

pada fase pembentukan rimpang (Harmono dan Andoko, 2005).

Tempat yang berada di bawah naungan pepohonan kurang baik

untuk budidaya jahe. Selain daun tidak memperoleh sinar matahari

secara maksimal, tempat terlindung menciptakan kelembapan sangat

tinggi dan bisa memacu serangan layu bakteri yang merupakan

penyakit jahe paling berbahaya (Harmono dan Andoko, 2005).

II.4. Mulsa Enceng Gondok

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang

dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan

pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman

tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan menjadi dua macam

dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik

(Wikipedia, 2012).Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

12

Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah

terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa

organik diberikan setelah tanam. Keuntungan mulsa organik adalah

lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan dan dapat terurai sehingga

menambah kandungan bahan organik dalam tanah.

Contoh mulsa organik adalah alang-alang/ jerami, eceng gondok,

serbuk gergaji ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis

rumput-rumputan lainnya (Wikipedia, 2012).

Hasil penelitian Sondang dan Anty (2005) menunjukkan bahwa

eceng gondok mengandung 1,46% N, 0,84% P dan 13,6% K.

Disamping itu, Hasil penelitian Hasanuddin et al ( 1997)

memperlihatkan bahwa pemberian mulsa enceng gondok segar

sebanyak 20 ton ha dapat meningkatkan efisiensi pengendalian gulma.

Menurut Anonim (2010) limbah atau sisa dari pohon eceng

gondok (Eichhornia crassipes) yang sudah tidak terpakai, jika diolah

dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk. Ditambahkan oleh,

Rachman (2002) eceng gondok mengandung nitrogen (N), fosfat (P),

kalium (K), kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), natrium (Na),

sulfur (S), mangan, (Mn), tembaga (Cu) dan seng (Zn) kurang lebih

sama seperti tanaman yang hidup di daratan.

Walaupun kandungan unsur haranya tidak tinggi, namun eceng

gondok dapat digunakan sebagai pupuk untuk mempertahankan

kesuburan tanah dengan mengurangi efek residu pupuk anorganik

yang diberikan ke tanah dan memperkecil dampak negatif terhadap

lingkungan, sekaligus menghemat pemakaian pupuk anorganik yang

relatif mahal.Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

13

Eceng gondok baik dipergunakan sebagai mulsa karena

mengandung air yang sangat tinggi yang mencapai sekitar 85 - 90%.

Eceng gondok yang masih segar, ditempatkan disekitar tanman dan

apabila tiba waktunya akan berubah menjadi kompos secara alami

(Balai pengkajian teknologi pertanian, 2008). Hasil data

menggambarkan bahwa pemberian mulsa eceng gondok segar mampu

menekan pertumbuhan gulma 22 - 35 pada umur 30 dan 45 HST dan

takaran 30 ton/ha (Lamid dan Zanal, 1990). Data yang didapatkan

bahwa, eceng gondok mengandung kadar air sebesar 90% berat

dengan tingkat reduksi berat dari 10 kg basah menjadi 1 kg kering.

Dalam keadaan kering eceng gondok mengandung protein kasar

13,03%, serat kasar 20,6 %, lemak 1,1 %, abu 23,8 %, dan sisanya

berupa vortex yang mengandung polisakarida dan mineral-mineral

(Google User Content, 2008).

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

14

II.5. Budidaya Tanaman Jahe

II.5.1. Pembibitan

II.5.1.1. Persyaratan Bibit Jahe

Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu

genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi) dan mutu

fisik.

Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas

hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi

antara lain:

a) Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).

b) Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9 - 10

bulan).

c) Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet (Natur Indonesia, 2011).

II.5.1.2. Teknik Penyemaian Bibit Jahe

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

15

Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit

jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.

Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan bedengan atau dengan

penyemaian pada peti kayu (Natur Indonesia, 2011).

a) Penyemaian pada peti kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak

sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1 - 5 bulan. Patahkan

rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3 -

5 mata tunas dan dijemur ulang 0,5 - 1 hari.

Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam

karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida

dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah

itu dimasukkan kedalam peti kayu.

Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut:

pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di

atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya

sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut.

Setelah 2 - 4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai (Natur

Indonesia, 2011).

b) Penyemaian pada bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk

menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam

rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami

setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu

ditutup jerami dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

16

demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang

dengan bagian atas berupa jerami (Natur Indonesia, 2011).

Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan

penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida.

Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit

bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil

seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan

memiliki 3 - 5 mata tunas dan beratnya 40 - 60 gram (Natur Indonesia,

2011).

II.5.1.3. Penyiapan Bibit Jahe

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit

dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan

dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit

dijemur 2 - 4 jam, barulah ditanam (Natur Indonesia, 2011).

II.5.2. Pengolahan Tanah

II.5.2.1. Pembukaan Lahan

Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari

gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan

mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting

dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk (Natur Indonesia, 2011).

Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya

harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

17

dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara

lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat mengakibatkan

tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah itu tanah dibiarkan 2 - 4

minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama

akan mati terkena sinar matahari (Natur Indonesia, 2011).

Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga

gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2

- 3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang

dengan dosis 1.500-2.500 kg (Natur Indonesia, 2011).

II.5.2.2. Pembentukan Bedengan

Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan

sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah

diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20 - 30 cm,

lebar 80 - 100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi

lahan (Natur Indonesia, 2011).

II.5.2.3. Pengapuran

Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara

didalamnya, terutama fosfor (P) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak

tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat

menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit

fusarium sp dan pythium sp.

Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang

sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

18

berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal

dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Tanah yang

memiliki derajat keasaman < 4 (paling asam) dibutuhkan dolomit

minimal sebanyak 10 ton/ha. Sedangkan tanah yang memiliki derajat

keasaman 5 (asam) dibutuhkan dolomit 5,5 ton/ha; serta yang memiliki

derajat keasaman 6 (agak asam) dibutuhkan dolomit 0,8 ton/ha (Natur

Indonesia, 2011).

II.5.3. Penanaman Jahe

Pada bedengan dibuat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 5 -

7 cm. Bibit jahe ditanam pada lubang-lubang tersebut dengan tunas

menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat

pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe

putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40

cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm. Penanaman jahe

sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan(Natur Indonesia, 2011).

Waktu penanaman yang baik untuk tanaman jahe tergantung

pada ketersediaan air tanah, Karena jahe menghendaki 7 - 9 bulan

basah. Ketersediaan air sangat penting sehingga bila jahe hendak

ditanam di tegalan, sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan

(Natur Indonesia, 2011).

Jarak tanam optimum untuk tanaman jahe dipengaruhi oleh

faktor kesuburan tanah, iklim, dan umur tanaman yang di panen.

Untuk jahe yang dipanen muda ( 4 bulan ), maka jarak tanam

dirapatkan 30 cm x 40 cm dengan diameter lubang tanam 10 - 15 cm,

kedalaman 7,5 - 10 cm. Penanaman ini dilakukan pada pagi atau sore Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

19

hari, penanaman rimpang diletakkan dalam lubang tanam dengan

posisi rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang telah disiapkan.

Bibit ditanam dengan arah tunas menghadap ke atas agar rimpang

jahe leluasa untuk tumbuh menjadi besar kemudian ditutup dengan

tanah kembali (Natur Indonesia, 2011).

II.5.4. Pemberian Mulsa

Perlakuan pascatanam disini terutama adalah pemberian mulsa

dipermukaan bedengan. Tujuannya untuk melindungi tunas jahe yang

baru muncul ke permukaan tanah karena tunas ini masih peka

terhadap sinar matahari. Beberapa manfaat lain pemberian mulsa di

permukaan bedengan setelah bibit ditanam sebagai berikut.

1. Menjaga kelembaban tanah dan membuat suhu tanah stabil karena

menahan panas, baik dari luar maupun dari dalam tanah.

2. Menekan pertumbuhan gulma yang ada dipermukaan bedengan

karena tidak

mendapat sinar matahari.

3. Mencegah erosi, terutama saat hujan turun.

4. Meningkatkan produktivitas jahe hingga 35 - 44 %.

Mulsa untuk menutup permukaan bedengan bisa berupa jerami,

baik yang masih segar maupun kering, gulma yang telah dicabut dari

tanah, alang-alang, daun kelapa, daun pisang, daun gamal, dan

lembaran plastik . Untuk mulsa yang berasal dari bahan organik dapat

diberikan 10 kg mulsa organik/ 4 meter dibedengan (Harmono dan

Andoko, 2005).

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

20

II.6. Pemeliharaan Tanaman

II.6.1. Penyiangan gulma

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2 -

4 minggu kemudian dilanjutkan 3 - 6 minggu sekali. Tergantung pada

kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe

berumur 6 - 7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi,

sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar (Natur Indonesia,

2011).

II.6.2. Penyulaman

Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 –

1,5 bulan setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah

diseleksi dan disemaikan (Natur Indonesia, 2011).

II.6.3. Pengairan

Setiap tanaman membutuhkan air, demikian pula dengan jahe.

Namun, kerena ditanam pada awal musim hujan dan terletak didaerah

bercurah hujan tinggi, kebutuhan tersebut sudah tercukupi oleh air

hujan. Umumnya, petani jahe tidak melakukan penyiraman tambahan

lagi bagi tanamannya, terlebih jika permukaan bedengan diberi mulsa

yang bisa mempertahankan kelembaban tanah (Harmono dan Andoko,

2005).

II.6.4. Pembumbunan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

21

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air

dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan.

Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang

kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman

jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun

dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat

diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk

guludan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi

untuk menyalurkan kelebihan air (Natur Indonesia, 2011).

Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe

berbentuk rumpun yang terdiri atas 3 - 4 batang semu, umumnya

pembubunan dilakukan 2 - 3 kali selama umur tanaman jahe. Namun

tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan (Natur

Indonesia, 2011).

II.6.5. Pengendalian organisme pengganggu tanaman

Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan

keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang

disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum).

Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai,

kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah

masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat,

penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik),

menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman,

pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

22

supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak

sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin (Natur Indonesia, 2011).

Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan

dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang

cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons

(Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu

perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari

pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta

bercak daun yang disebabkan `oleh cendawan (Phyllosticta sp) (Natur

Indonesia, 2011).

Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda

(sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup

signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan

menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan

(diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit dan inspeksi

secara rutin (Natur Indonesia, 2011).

II.6.6. Pemupukan

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu

diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2 - 4 bulan).

Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15 - 20 ton/ha.

Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan

(urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon),

serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan.

Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50

kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

23

N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis)

diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk

diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau

dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman (Natur Indonesia,

2011).

II.7. Panen

Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu

sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka

tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan

dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan

sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah

cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10 -

12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi

kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan

mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari

atau lebih (Natur Indonesia, 2011).

Pemanenan jahe dilakukan dengan cara tanah dibongkar dengan

hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan

sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya

yang menempel pada rimpang dibersihkan kemudian bila perlu dicuci.

Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira

selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab

dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar

(Natur Indonesia, 2011).

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

24

Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan.

Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan

menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan

aktif karena lebih banyak kadar airnya (Natur Indonesia, 2011).

Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar

(Cimanggu-1) dihasilkan rata-rata 27 ton/ha rimpang segar , calon

varietas unggul jahe putih kecil (JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya

yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar

dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%.

Sedangkan jahe merah 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2 –

3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36% (Natur Indonesia, 2011).

III. METODE PELAKSANAAN

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

25

3.1. Ruang lingkup proyek

3.1.1.Tempat dan waktu

Kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dilaksanakan di kebun

percobaan Politeknik Pertanian Universitas Andalas Tanjung Pati

Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota Payakumbuh, Sumatera

Barat. Waktu pelaksanaan selama 5 bulan dimulai bulan September

2012 - Januari 2013. Lahan yang digunakan dalam proyek ini adalah

dengan luas 124 m2 (10 m x 12,4 m).

3.1.2.Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam proyek ini adalah bibit jahe, pupuk

kandang, mulsa eceng gondok, pupuk NPK, tali rafia, decis 2,5 EC dan

Dithane M-45. Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, knapsack

sprayer, kored, meteran, gembor, ember dan garu.

3.1.3.Jenis kegiatan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini adalah

peninjauan, pengukuran dan pembersihan lahan, persiapan bahan

tanam, seleksi dan penunasan, pengolahan tanah I , pengolahan tanah

II, pembuatan lubang tanam dan penanaman, pemupukan, pemberian

mulsa, penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pembumbunan,

pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengamatan.

3.2. Pelaksanaan proyek

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

26

3.2.1.Peninjauan, pengukuran dan pembersihan lahan

Sebelum melakukan proyek terlebih dahulu dilakukan

peninjauan lahan. Peninjauan dilakukan dengan melihat topografi, jenis

vegetasi dan ketersediaan air yang terdapat pada lahan tersebut.

Setelah itu lakukan pengukuran lahan yang dibutuhkan. Luas

lahan yang digunakan dalam proyek ini adalah 124 m2 dengan panjang

10 meter dan lebar 12,4 meter. Berikut ini ditampilkan denah lokasi

pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (Gambar 1).

Keterangan : Luas lahan : 124 m2

a. Lebar lahan budidaya : 12,4 mb. Panjang lahan budidaya : 10 mc. Jarak antar bedengan : 0,5 md. Lebar bedengan : 1,2 me. Panjang bedengan : 10 mf. Barisan tanam jahe dan jarak tanam jahe : 30 x 40 cmg. Jarak bedengan ke drainase : 0,5 mh. Populasi Keseluruhan Jahe : 455 Populasi i. Luas lahan efektif : 75,6 m2

Gambar 1. Denah lokasi pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri.

Setelah dilakukan pengukuran lahan, kemudian lahan

dibersihkan dari rumput- rumputan dan kotoran yang mengganggu

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

27

areal pertanaman dengan cara manual dan mekanis dengan

menggunakan kored dan cangkul.

3.2.2.Persiapan bahan tanam, seleksi dan penunasan

Siapkan rimpang jahe yang ingin dijadikan bahan tanam

sebanyak 24 kg. Budidaya tanaman jahe yang berhasil sangat

dipengaruhi oleh bibit yang akan ditanam. Untuk itu dilakukan

penyeleksian yaitu dengan memilih rimpang yang baik dan sehat serta

tidak terserang hama dan penyakit, dan telah berumur 10 -12 bulan.

Setelah dilakukan tahap penyeleksian selanjutnya masuk ke tahap

penunasan yaitu rimpang yang sudah dipilih kemudian dipotong

sepanjang 3 –

5 cm atau minimal mempunyai 2 - 3 mata tunas dengan berat 1

rimpang ± 20 – 50 gr. Selesai pemotongan rimpang, buat larutan

Dithane M-45 dengan konsentrasi larutan 2 gram Dithane M-45 dan 1 L

air. Masukkan potongan rimpang ke dalam larutan tersebut dan

biarkan selama ± 15 menit. Rimpang dibawa ke tempat penyemaian/

pendederan, kemudian ditutup pasir. Tunas akan tumbuh menjadi

bibit setelah berumur sekitar 1-2 minggu, dalam penunasan ini bisa

ditambhakan pelepah kelapa atau alang-alang yang akan diletakkan di

atas permukaan persemaian sebagai penutup areal persemaian.

3.2.3.Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan dua kali dengan tujuan untuk

menyediakan media tumbuh yang cocok bagi tanaman jahe. Tahapan

dari kegiatan pengolahan tanah tersebut adalah sebagai berikut :

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

28

a. Pengolahan tanah I

Terlebih dahulu lahan dibersihkan dari vegetasi atau gulma-gulma

dari sisa-sisa tanaman yang telah mati. Kemudian dilakukan

pengolahan tanah dengan mencangkul tanah sedalam 30 cm,

selanjutnya dilakukan pembuatan saluran drainase dengan ukuran 50

cm.

b. Pengolahan tanah II

Tanah yang sudah diolah pada pengolahan 1 digemburkan kembali

agar strukturnya lebih gembur dan aerase tanah lebih baik.

Selanjutnya dilakukan penggaruan agar tanah yang masih berbentuk

bongkahan dapat hancur dan selanjutnya tanah diratakan.

c. Pembuatan bedengan

Setelah tanah diratakan, bedengan dibuat dengan ukuran 1,2 x 9

meter sebanyak 7 bedengan dengan jarak antar bedengan adalah 0,5

m, dan tebal bedengan 25 - 30 cm.

d. Pemberian pupuk kandang

Tujuan dari pemberian pupuk kandang ini adalah memperbaiki

tekstur dan struktur tanah serta menambah unsur hara pada tanah

tersebut. Pupuk kandang diberikan sebanyak 34,28 kg pada setiap

lubang alur yang sudah disediakan. Pupuk kandang diberikan hanya 1

kali pada waktu pengolahan tanah II dilakukan. Setelah selesai

pemberian pupuk kandang, biarkan selama 1 minggu agar pupuk

kandang yang belum terlalu matang bisa tercapai kematangannya. Bila

pupuk kandang belum matang, maka jahe yang ditanam akan mati.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

29

3.2.4.Pembuatan lubang tanam dan penanaman

Jarak tanam yang dugunakan untuk jahe gajah panen muda

lebih rapat yaitu 30 x 40 cm. Pada kegiatan penanaman ini digunakan

sistem alur bukan sistem lubang tanam.

Cara penanaman adalah dengan meletakkan rimpang sedalam 2

– 3 cm di bawah permukaan tanah pada alur yang sudah disediakan,

posisi rimpang dalam lubang tanam dengan mata tunas berada di atas

kemudian ditutup lagi dengan tanah setebal 5 – 7 cm. Pada saat

penanaman bibit perlu menanam cadangan sebagai antisipasi apabila

bibit yang kita tanam tidak tumbuh.

3.2.5.Pemupukan

Tujuan dari pemupukan adalah untuk mencukupi kekurangan

unsur-unsur hara yang diperlukan oleh jahe agar pertumbuhan serta

perkembangannya dapat optimal.

Pemupukan pertama dilakukan 3 - 7 hari setelah tanam dengan

cara membuat lubang untuk meletakkan pupuk dengan jarak 5 cm dari

tanaman sedalam 5 – 10 cm. Pupuk yang diberikan pada awal

penanaman adalah pupuk NPK dengan dosis 2,5 gr/tanaman, setelah

pupuk diberikan lalu lubang ditutup dengan tanah.

Pemupukan susulan sama halnya dengan pemupukan pertama

dilakukan saat umur tanaman 10 minggu setelah tanam dengan cara

yang sama seperti pemupukan pertama dan pupuk yang digunakan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

30

adalah pupuk NPK dengan dosis 2,5 gr/tanaman, setelah pupuk

diberikan lalu lubang ditutup dengan tanah.

3.2.6.Pemberian mulsa

Mulsa yang digunakan pada usaha budidaya tanaman jahe ini

adalah eceng gondok. Pemberian mulsa eceng gondok ini diberikan

dalam kondisi segar. Mulsa eceng gondok yang dibutuhkan adalah 240

kg dan dosis per bedengannya adalah 34,28 kg/bedengan. Berikut cara

pembuatan mulsa :

a) Pertama eceng gondok diambil dari kolam atau empang lalu

dipotong/dicacah dengan ukuran ± 5 – 7 cm.

b) Setelah dipotong-potong maka diamkan potongan eceng

gondok itu selama ± 15-20 menit.

c) Kemudian masukkan ke dalam karung goni untuk dibawa ke

lapangan.

d) Taburkan eceng gondok diatas bedengan yang telah

disediakan.

e) Penebaran dari eceng gondok haruslah merata diatas

permukaan bedengan.

3.2.7.Penyulaman

Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman jahe yang

abnormal, yang terserang hama dan penyakit serta tanaman yang

mati. Penyulaman dilakukan 2 – 3 minggu setelah tanam dengan

menggunakan tanaman yang sama umurnya.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

31

3.2.8.Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari sampai bibit berumur 3 minggu

kecuali hari hujan. Setelah kegiatan itu penyiraman dilakukan

tergantung dari cuaca dan kelembapan tanah.

3.2.9.Penyiangan dan pembumbunan

a. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang ada di sekitar

tanaman apabila penyiangan dilakukan diantara bedengan maka bisa

digunakan dengan cangkul di areal pertanaman jahe. Penyiangan

dilakukan setelah umur tanaman 3 – 4 minggu. Penyiangan dilakukan

harus hati-hati agar tidak terkena tunas baru dan rimpang tanaman

jahe.

b. Pembumbunan

Pembumbunan merupakan bagian dari pemeliharaan tanaman

jahe. Pembumbunan dilakukan agar rimpang yang mulai terbentuk

dapat tumbuh dengan baik dan tidak muncul di permukaan tanah

untuk mencegah sinar matahari langsung pada rimpang jahe. Karena

bila rimpang terkena sinar matahari langsung rimpang akan mengering

dan mati. Pembumbunan dilakukan dengan mengangkat tanah

bagian tengah ke atas permukaan tanah yang dibuat untuk

pertanaman jahe.

3.2.10. Pengendalian hama dan penyakit

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

32

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi yaitu

dengan memakai pestisida jika terjadi serangan hama dan penyakit

yang mengakibatkan kerugian atau diatas ambang ekonomi.

Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penyemprotan

pestisida dan insektisida diantaranya adalah Dithane M-45 dan decis

2,5 EC.

3.2.11. Panen

Pada proyek ini panen dilakukan dengan panen muda yang

dilakukan pada waktu tanaman jahe berumur 5 bulan. Cara

pemanenan yaitu dengan cara mencabut tanaman secara hati-hati

dengan menggunakan cangkul atau tangan secara langsung. Rimpang

jahe yang dipanen kemudian dibersihkan dari tanah yang menempel

lalu dikering anginkan.

3.2.12. Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan bertujuan untuk melihat pengaruh

eceng gondok terhadap pertumbuhan jahe dan juga melihat apakah

ada hal lain yang terjadi terhadap jahe. Adapun pengamatan

pertumbuhan tanaman yang dilakukan adalah :

1. Persentase tumbuh dengan membandingkan antara jumlah tanaman jahe yang tumbuh dengan populasi tanaman jahe seluruhnya.

2. Tinggi tanaman3. Jumlah Anakan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

33

3.3. Jadwal pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jadwal kegiatan proyek budidaya tanaman jahe gajah selama 5 bulan

dengan luas lahan 124 m2.

No Jenis Kegiatan

BULAN

Sept Okt Nov Des Jan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Peninjauan, Pengukuran dan pembersihan lahan

2 Persiapan bahan tanam

3 Seleksi bibit dan penunasan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

34

4 Pengolahan Tanah I

5 Pengolahan Tanah II dan Pemberian Pupuk Kandang

6 Penanaman

7 Pemupukan Pertama

8 Pemberian Mulsa

9 Penyiraman*

10

Penyulaman

11

Penyiangan**

12

Pembumbunan

13

Pemupukan Susulan

14

PHP***

15

Panen

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

35

16

Pengamatan

IV. HASIL

IV.1. Laporan finansial

IV.1.1. Biaya alat

Tabel 2. Kebutuhan biaya alat dalam pemanfaatan mulsa serbuk gergaji pada

budidaya jahe gajah dengan luasan 124 m2 selama 5 bulan.

NO JENIS ALAT SATUANJUMLAH TERPAKAI

HARGABIAYA

UERENCANA REALISASI RENCANA REALISASI

1 Cangkul* Unit 0,05 0,05 45.000,00 2.250,00 2.325,00 12

2 Kored* Unit 0,05 0,05 15.000,00 750,00 775,00 12

3 Gembor* Unit 0,12 0,05 10.000,00 1.200,00 516,67 12

4 Meteran Unit 0,05 0,12 45.000,00 2.250,00 5.580,00 5

5 Ember Unit 0,12 0,12 10.000,00 1.200,00 1.240,00 5

6 Parang* Unit 0,05 0,05 25.000,00 1.250,00 1.291,67 12

7Knapsack Sprayer*** Unit 0,01 0,02 300.000,00 3.000,00 5.166,67 36

8 Garu* Unit 0,05 0,05 20.000,00 1.000,00 1.033,33 12

Jumlah 12.900,00 17.928,33

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

36

Rumus kebutuhan alat : ( Luas Lah an1000 ) x ( LamaUsa ha

Usia Ekonomis) x Jumlah alat ) Rumus biaya alat : (Kebutuhan alat x Harga satuan)

IV.1.2. Biaya Bahan

Tabel 3. Kebutuhan bahan tanaman dalam budidaya jahe gajah pada luasan 124 m2 selama 5 bulan.

NO JENIS ALAT SATUAN JUMLAH TERPAKAI HARGA BIAYA

RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI

1 Bibit Jahe Kg 28,00 24,00 10.000,00 280.000,00 240.000,00

2Pupuk Kandang Kg 180,00 240,00 100,00 18.000,00 24.000,00

3 Pupuk Urea Kg 2,00 0,00 3.000,00 6.000,00 0,00

4 Pupuk KCL Kg 1,80 0,00 5.000,00 9.000,00 0,00

5 Pupuk NPK Kg 0,00 5,00 8.000,00 0,00 40.000,00

6 Pupuk SP36 Kg 2,40 0,00 4.000,00 9.600,00 0,00

7 Dithane M45 Kg 0,07 0,05 65.000,00 4.680,00 3.250,00

8 Eceng gondok Kg 240,00 240,00 100,00 24.000,00 24.000,00

9 Decis Liter 0,00 0,05 30.000,00 0,00 1.500,00

10 Ajir Batang 20,00 0,00 100,00 2.000,00 0,00

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

37

11 Tali Rafia Gulung 1,00 1,00 1.000,00 1.000,00 1.000,00

Jumlah 354.280,00 333.750,00

Rumus kebutuhan bahan : (Jumlah dosis x Banyak populasi)

Rumus biaya bahan : Jumlah kebutuhan bahan x Harga satuan

IV.1.3. Biaya Tenaga Kerja

Tabel 4. Biaya tenaga kerja dalam budidaya tanaman jahe ajah pada luasan

124 m2 selama 5 bulan.

NO JENIS KEGIATAN SATUAN JUMLAH HARGA BIAYA

RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI1 Peninjauan,

pengukuran dan pembersihan Lahan

HKO 0,58 0,57 40.000,00 23.200,00 22.857,14

2 Persiapan Bahan Tanam dan Seleksi bibit dan penunasan

HKO 0,28 0,57 40.000,00 11.200,00 22.857,14

3Pengolahan Tanah I HKO 0,83 0,57 40.000,00 33.200,00 22.857,14

4Pengolahan Tanah II HKO 0,83 0,57 40.000,00 33.200,00 22.857,14

5 Penanaman HKO 0,25 0,29 40.000,00 10.000,00 11.428,57

6 Pemupukan Awal HKO 0,49 0,14 40.000,00 19.600,00 5.714,29

7 Pemberian Mulsa HKO 0,16 0,29 40.000,00 6.400,00 11.428,57

8 Penyiraman HKO 0,48 0,86 40.000,00 19.200,00 34.285,71

9 Penyulaman HKO 0,25 0,07 40.000,00 10.000,00 2.857,14

10 Penyiangan HKO 0,49 0,14 40.000,00 19.600,00 5.714,29

11 Pembumbunan HKO 0,49 0,29 40.000,00 19.600,00 11.428,57

12 Pemupukan HKO 0,67 0,07 40.000,00 26.800,00 2.857,14

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

38

Susulan

13 PHP HKO 0,05 0,14 40.000,00 2.000,00 5.714,29

14 Panen HKO 0,32 0,57 40.000,00 12.800,00 22.857,14

15 Pengamatan HKO 0,08 0,07 40.000,00 3.200,00 2.857,14

Jumlah 250.000,00 208.571,43

Rumus kebutuhan tenaga kerja :

Luas lahan PUMLuasanl ahan sumber x Kebutuhan tenaga kerja sumber

Rumus biaya tenaga kerja :

(Kebutuhan tenaga kerja x Upah satuan)

4.1.3.Biaya Lain-lain

Tabel 5. Biaya lain-lain dalam budidaya tanaman jahe gajah pada luasan 124 m2

selama 5 bulan.

No Jenis Pembiayaan Perhitungan

Total (Rp)Rencana Realisasi

1 Sewa Tanah L. Lahan x harga sewa x lama usaha/thn 4.000,00 5.166,67

2 PBB 0,5% x 20%(L. Lahan x harga tanah- Rp 8.000.000) x lama usaha/thn 333,30 0,00

3 Biaya Tak Terduga

10% x (Biaya Bahan + Biaya Alat + Biaya T. Kerja ) 61.718,00 0,00

4 Bunga Modal

18 %x(B. Alat + B. Bahan + B. TK + Sewa Lahan + PBB ) x Lama

Usaha/thn51.242,35 101.774,96

Jumlah 117.293,65 106.941,62

4.1.4.Rekapitulasi Biaya

Tabel 6. Rekapitulasi biaya dalam budidaya tanaman jahe Gajah pada luasan 124 m2 selama 5 bulan.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

39

No Keterangan Total (Rp)Rencana Realisasi

A Biaya Tetap*Biaya Alat 12.900,00 17.928,33*Biaya Sewa 4.000,00 5.166,67Jumlah Biaya Tetap 16.900,00 23.095,00

B Biaya Produksi (Biaya Variabel)*Biaya Bahan 354.280,00 333.750,00*Biaya Tenaga Kerja 250.000,00 208.571,43Jumlah Biaya Produksi 604.280,00 542.321,43

C Total Biaya Proyek 621.180,00 565.416,43

4.2. Produksi dan Pendapatan

Tabel 7. Produksi dan pendapatan tanaman jahe gajah pada luasan 124 m2 selama 5 bulan.

No Jenis Produksi SatuanPopulasi Jumlah

Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1. Rimpang Jahe Gajah Kg

440

132

6.000,00 792.000,00

Jumlah 792.000,00

Keterangan : Berat Rimpang 0,3 kg.

4.3. Analisa Biaya dan Pendapatan

4.3.3.Pendapatan Pengelola

Pendapatan (TR) = Rp 792.000

Total Biaya (TC) = Rp 565.416,43

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

40

Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya

= Rp 792.000

= Rp 565.416,43

= Rp 226.583,57

4.3.4.B/C Ratio

B/C Ratio = TR(Pendapatan)TC (TotalBiaya)

= R p .792 .000Rp565.416,43

¿1,40

4.3.5.Analisa Titik Impas ( Break Event Point )

a. BEP Produksi

BEP Produksi ¿BiayaTotal (Rp)

HargapasarProduk(Rp /Kg)

¿ Rp565.416,43Rp6.000/kg

¿94,24 Kg

b.BEP Harga (Harga Pokok Produk)

BEP Harga ¿BiayaTotal(Rp)

JumlahProduksi( Kg)

= Rp565.413,43129 kg

¿ Rp 4.283,46/ kg

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

41

IV.2. Hasil Pengamatan pertumbuhan jahe ( agronomis/

produksi)

IV.2.1. Persentase tumbuh

Dalam budidaya jahe gajah ini jumlah tanaman jahe yang

tumbuh sekitar 440 populasi sedangkan populasi tanaman seluruhnya

adalah 455 tanaman. Sehingga dari perbandingan antara jumlah

tanaman jahe yang tumbuh dengan populasi tanaman seluruhnya,

maka akan diperoleh persentase tumbuh tanaman jahe.

Perhitungannya :

Persentase Tumbuh = Jumlah Tanaman yang tumbuhP opulasi Seluruhnya

x100%

=440Tanaman455Tanaman

x100%

= 96,70 %

IV.2.2. Pertumbuhan tanaman jahe

Rata- rata tinggi tanaman, jumlah anakan dan berat rimpang,

dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman jahe umur 5 bulan.

No Parameter Pengamatan Hasil Pengamatan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

42

1 Tinggi Tanaman (cm) 43

2 Jumlah Anakan (rumpun) 6

3 Berat Rimpang (kg) 0,3

IV.3. Kendala di lapangan

Kendala yang ditemukan di lapangan pada pelaksanaan Proyek

Usaha Mandiri (PUM) yaitu tingginya curah hujan pada awal

penanaman dan adanya kemarau di pertengahan kegiatan pertanaman

jahe menyebabkan tanaman mengalami kekeringan dan mati dan

kurang penyesuaian terhadap lingkungannya. Musim kemarau

menyebabkan kekeringan pada tanaman jahe sehingga dibutuhkan air.

Sumber air dari areal lahan cukup jauh dan harus diangkut dengan

ember sedangkan musin hujan meyebabkan beberapa daerah diareal

bedengan tergenang. Disamping itu cepatnya perkembangan gulma

teki-tekian menyebabkan berkembangnya banyak hama seperti

belalang dan kepik.

V. PEMBAHASAN

5.1. Aspek teknis pelaksanaan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

43

Pada pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini, dari segi

teknis pada realisasi tidak sesuai dengan perencanaan. Beberapa hal

yang menyebabkan ketidak sesuaian tersebut yaitu kondisi lahan dan

bahan yang digunakan.

Dari segi lahan, pada perencanaan, lahan untuk penanaman

jahe seluas 120 m2 dengan panjang 12 m dan lebar adalah 10 m2

serta memiliki 5 bedengan. Namun, dalam kenyataannya panjang

lahan penanaman jahe adalah panjang 10 m2 dan lebar 12,4 m2 serta

ada 7 bedengan. Hal ini disebabkan oleh karena kesalahan dalam

pengukuran saat penenjuan lahan dilakukan di samping pabrik kakao.

Alasan lainnya adalah mengubah arah bedengan dari Utara – Selatan,

agar tanaman mendapatkan penyinaran dari matahari lebih merata .

Hal itu yang menyebabkan, ukuran lahan tidak sesuai dengan apa

yang ada dalam perencanaan.

Kemudian secara teknis, dari segi bahan yang digunakan untuk

budidaya tanaman jahe adalah penggunaan pupuk. Pupuk yang

digunakan dalam budidaya tanaman jahe adalah pupuk Urea, SP36 dan

KCl. Namun, dalam kenyataannya pupuk yang digunakan adalah pupuk

NPK lengkap .

Hal yang selanjutnya adalah penggunaan insektisida decis 2,5

EC untuk mengendalikan hama belalang, kutu perisai, lalat rimpang

dan kepik.

5.2. Kendala di lapangan

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

44

Beberapa kendala yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Usaha

Mandiri (PUM) ini yaitu banyaknya dari hama belalang, lalat rimpang

dan bekicot. Hama ini menyebabkan tanaman menjadi berlubang-

lubang dan daun menguning bahkan tanaman akan layu, sedangkan

dari gulma sendiri yaitu banyaknya rumput teki yang tumbuh secara

cepat .

Disamping itu iklim yang kurang baik yakni musim hujan yang

terus menerus serta terkadang musim kering juga melanda sehingga

tanaman kurang beradaptasi .

Adapun hama pengganggu lainnya adalah hewan peliharaan

warga sekitar yaitu anjing yang sering juga tidur dan berkeliaran

dilapangan sehingga merusak tanaman tanpa disengaja. Kematian

pada tanaman jahe diawal penanaman dapat diatasi dengan

melakukan penyulaman , untuk OPT (gulma) dapat dilakukan

penyiangan dalam 2 minggu sekali. Intensitas penyiangan yang tinggi

dilakukan agar gulma teki dapat dikendalikan. Belalang yang banyak

dapat dikendalikan dengan lahan yang bersih dari penyiangan yang

sering dilakukan dan juga penyemprotan dengan insektisida Decis 2,5

EC, sedangkan kekeringan dapat diatasi dengan melakukan

penyiraman pada tanaman jahe tersebut dengan mengambil air dari

sumber air yang cukup dari areal penanaman.

5.3. Aspek agronomis

Pada Proyek Usaha Mandiri (PUM) budidaya jahe gajah yang

telah dilaksanakan pemberian eceng gondok mempengaruhi

pertumbuhan tanaman jahe dimana hasil pengamatan persentase

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

45

tumbuh 96,70% , tinggi tanaman 43 cm dan berat rimpang 0,3 kg

per rumpun.

Menurut BPEN, Deperindag. 1993, karakteristik berat rimpang

yang baik adalah sebagai berikut:

Sumber : BPEN, Deperindag. 1993

No Karakteristik Syarat

Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3

1 Ukuran berat (gram

per rimpang)

> 250 150 -

250

Dicantumkan

sesuai hasil

analisis

5.4. Aspek finansial

5.4.1. Kebutuhan alat

Terjadinya perubahan kebutuhan alat yaitu terjadinya kenaikan

jumlah kebutuhan alat yang sebesar Rp.12.900,- menjadi Rp

17.928,33. Hal ini disebabkan naiknya jumlah pemakaian alat pada

cangkul, kored, garu dan knapsack sprayer yang disebabkan karena

kegiatan penyiangan yang dilakukan.

5.4.2. Kebutuhan bahan Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

46

Terjadinya perubahan kebutuhan bahan, yaitu terjadi penurunan

jumlah kebutuhan bahan yang semula sebesar Rp.354.280 menjadi

Rp.333.750 ,-. Penurunan ini disebabkan karena adanya bahan yang

tidak digunakan seperti ajir, pupuk Urea, pupuk KCl serta SP36 tidak

digunakan dalam proyek ini, dikarenakan penggunaan pupuk Urea,

pupuk KCl serta SP36 diganti dengan pupuk NPK.

5.4.3. Kebutuhan tenaga kerja

Terjadinya perubahan kebutuhan tenaga kerja yaitu terjadi

penurunan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang semula sebesar

Rp.250.000 menjadi Rp.208.571,43, disebabkan turunnya jumlah

penggunaan tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan secara

keseluruhan.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

47

1. RENCANA BISNIS

Dalam pelaksanaan PUM Budidaya Tanaman Jahe Gajah seperti

yang telah dibuat Laporan Finansialnya diatas, maka langkah pertama

yang dilakukan agar pelaksana PUM memperoleh pendapatan minimal

Rp. 12.000.000,- adalah dengan memperluas areal usahanya. Adapun

cara menghitung berapa luas areal yang dibutuhkan untuk Rencana

Bisnis adalah sebagai berikut :

Dengan luas areal PUM : 124 m2 , dihasilkan keuntungan sebesar

Rp. 226.583,57,- selama 5 bulan, atau Rp.453.167,14,- setahun, agar

pengelola mampu hidup dengan layak ( pendapatan minimum Rp.

12.000.000), maka dibuat Rencana Bisnis dengan komoditi yang sama

dengan luas areal :

Luas Areal = Rp .12 .000.000Rp .453.167,14

xm2

= 26,48 x 75,6 m2

= 2001,91 m2

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

48

6.1. Aspek pembiayaan

6.1.1. Biaya alat

Tabel 10. Kebutuhan biaya alat dalam Budidaya Jahe Gajah untuk luasan

2001,91 m2

No Jenis Alat Satuan Jumlah Harga Biaya1 Cangkul* Buah 5 45.000,00 222.300,002 Kored* Buah 1 15.000,00 13.650,003 Gembor Buah 3 10.000,00 31.942,864 Meteran Buah 5 45.000,00 222.300,005 Ember Buah 2 10.000,00 18.850,006 Parang Buah 2 25.000,00 61.750,007 Knapsack Spayer*** Buah 1 300.000,00 364.000,008 Garu* Buah 1 20.000,00 18.200,00

Jumlah 952.992,86

6.1.2. Biaya bahan

Tabel 11. Kebutuhan biaya bahan selama 1 tahun dalam Budidaya Jahe Gajah

untuk luasan 2001,91m2

NO JENIS BAHAN SATUAN JUMLAH HARGA BIAYA1 Bibit Jahe Kg 1.248,00 10.000,00 12.480.000,002 Pupuk Kandang Kg 12.480,00 100,00 1.248.000,003 Pupuk NPK Kg 260,00 8.000,00 2.080.000,004 Dithane M45 Kg 2,60 65.000,00 169.000,005 Eceng gondok Kg 12.480,00 100,00 1.248.000,006 Decis Liter 2,60 30.000,00 78.000,008 Tali Rafia Gulung 1.248,00 1.000,00 1.248.000,00

Jumlah 18.551.000,00

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

49

6.1.3. Biaya tenaga kerja per tahun

Tabel 12. Kebutuhan biaya tenaga kerja selama 1 tahun dalam Budidaya Jahe

Gajah untuk luasan 2001,91 m2

NO JENIS KEGIATAN SATUAN JUMLAH HARGA BIAYA1 Peninjauan,

pengukuran dan pembersihan Lahan

HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,00

2 Persiapan Bahan Tanamn dan Seleksi bibit dan penunasan

HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,00

3 Pengolahan Tanah I HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,004 Pengolahan Tanah II HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,005 Penanaman HKO 15,08 40.000,00 603.200,006 Pemupukan Awal HKO 7,28 40.000,00 291.200,007 Pemberian Mulsa HKO 15,08 40.000,00 603.200,008 Penyiraman HKO 44,72 40.000,00 1.788.800,009 Penyulaman HKO 3,64 40.000,00 145.600,00

10 Penyiangan HKO 7,28 40.000,00 291.200,0011 Pembumbunan HKO 15,08 40.000,00 603.200,0012 Pemupukan Susulan HKO 3,64 40.000,00 145.600,0013 PHP HKO 7,28 40.000,00 291.200,0014 Panen HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,0015 Pengamatan HKO 3,64 40.000,00 145.600,00

Jumlah 10.836.800,00

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

50

6.1.4. Biaya lain-lain per tahun

Tabel 13. Kebutuhan biaya lain-lain selama 1 tahun dalam Budidaya Jahe Gajah untuk luasan 2001,91 m2

No Jenis Biaya Perhitungan Total (Rp)1 Sewa Lahan 0,20 Ha x Rp 1.000.000 200.000,00

2 PBB0,5%x20% (2.001,91x 75.000)-

8.000.000 142.143,283 Transportasi 12 x 10.000 120.000,00

4Bunga Modal milik sendiri 12% x Rp. 10.517.904,76 1.262.148,57

5Bunga Modal Pinjaman 15% x Rp. 20.571.460 3.085.719,00

6 Biaya Pemasaran 12 x 10.000 120.000,007 Provisi Bank (adm) 1,5% x Rp. 20.571.460 308.571,90

Jumlah 5.238.582,75

6.1.5. Rekapitulasi biaya sampai periode pertama (Tahun 0)

Tabel 14. Kebutuhan biaya sampai periode pertama (5 bulan) dalam Budidaya

Jahe Gajah untuk luasan 2001,91 m2

No Keterangan Total Modal Sendiri KreditA Biaya Tetap

Biaya Alat 952.992,86 952.992,86 0,00Biaya Sewa Tanah 200.000,00 200.000,00 0,00Jumlah Biaya Tetap 1.152.992,86 1.152.992,86 0,00

BBiaya Produksi (Biaya Variabel)

Biaya Bahan18.551.000,0

0 5.565.300,0012.985.700,0

0

Biaya Tenaga Kerja10.836.800,0

0 3.251.040,00 7.585.760,00Transportasi 120.000,00 120.000,00 0,00

Jumlah Biaya Produksi29.507.800,0

0 8.936.340,0020.571.460,0

0Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

51

C Biaya Non ProduksiBiaya Pemasaran 120.000,00 120.000,00 0,00Provisi Bank (adm) 308.571,90 308.571,90 0,00Jumlah Biaya Non Produksi 428.571,90 428.571,90 0,00

D Total Biaya Proyek31.089.364,7

610.517.904,7

620.571.460,0

0

6.1.6. Produksi dan pendapatan dalam 1 tahun

Tabel 15. Produksi dan Pendapatan per tahun dalam Budidaya Jahe Gajah untuk

luasan 2001,91 m2

No Jenis Produksi Satuan JumlahHarga (Rp) Jumlah (Rp)

1 Rimpang Jahe Gajah Kg 14.196,00 6.000,00 85.176.000,00

Jumlah 85.176.000,00

Keterangan : Jumlah populasi jahe gajah 23.660,00 Berat Jahe per rimpang rata-rata 0,3 kg.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

52

6.2. Aspek finansial

6.2.1. Analisa rugi laba (dalam satu tahun)

Tabel 16. Analisa rugi laba dalam satu tahun Budidaya Jahe Gajah untuk luasan

2001,91m2

No Keterangan Total

A RENCANA PRODUKSI (dalam Kg) 14.196,00

B Harga Produk per Kg 6.000,00

C PENJUALAN 85.176.000,00

D BIAYA PRODUKSI (Biaya Variabel)

Biaya Bahan 18.551.000,00

Biaya Tenaga Kerja 10.836.800,00

Transportasi 120.000,00

Jumlah Biaya Produksi 29.507.800,00

E BIAYA NON PRODUKSI

Biaya Pra Operasional -

Biaya Pemasaran 120.000,00

Administrasi 308.571,90

Biaya Overhead -

PBB 142.143,28

Total Biaya Non Produksi Sebelum Penyusutan 570.715,18

Biaya Penyusutan Atas Investasi 545.952,38

Bunga Milik Modal Sendiri 1.262.148,57

Bunga Modal Pinjaman 3.085.719,00

JUMLAH BIAYA NON PRODUKSI 4.893.819,95

F JUMLAH BIAYA 34.972.335,13

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

53

G LABA 50.203.664,87

H B/C ratio 2,44

I BEP Produksi (Dalam Kg) 5.828,72

J BEP Harga 2.463,53

6.2.2. Penyusutan atas investasi

Tabel 17. Penyusutan atas investasi produksi dalam Budidaya Jahe Gajah untuk

luasan 2001,91 m2

No Nama Alat Nilai Alat

Usia Ekonomis (thn)

Penyusutan per Thn

1 Sewa Tanah 200.000,00 1,00 200.000,002 Cangkul* 45.000,00 1,00 45.000,003 Kored* 15.000,00 1,00 15.000,004 Gembor* 10.000,00 1,00 10.000,005 Meteran 45.000,00 0,42 107.142,866 Ember 10.000,00 0,42 23.809,527 Parang* 25.000,00 1,00 25.000,00

8Knapsack Sprayer*** 300.000,00 3,00 100.000,00

9 Garu* 20.000,00 1,00 20.000,00Jumlah 545.952,38

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

54

No Uraian Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4A KAS AWAL 0,00 0,00 63.090.984,39 95.092.604,02 127.094.223,65B CASH INFLOW

Penjualan Tunai 0,00 85.176.000,00 85.176.000,00 85.176.000,00 85.176.000,00Penerimaan Piutang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Modal Sendiri 10.517.904,76 0,00 0,00 0,00 0,00Penerimaan Kredit 20.571.460,00 0,00 0,00 0,00 0,00Penerimaan Kas Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 150.000,00TOTAL CASH INFLOW 31.089.364,76 85.176.000,00 148.266.984,39 180.268.604,02 212.420.223,65

C CASH OUTFLOWInvestasi (Alat+ Sewa Tanah) 1.152.992,86 0,00 1.152.992,86 1.152.992,86 0,00Biaya Produksi (Bahan + TK + Trans) 29.507.800,00 0,00 29.507.800,00 29.507.800,00 0,00Biaya Non Produksi Sebelum Penyusutan 428.571,90 142.143,28 570.715,18 570.715,18 0,00TOTAL CASH OUTFLOW 31.089.364,76 142.143,28 31.231.508,03 31.231.508,03 0,00

D KAS NETTO 0,00 85.033.856,72 117.035.476,35 149.037.095,99 212.420.223,65

E KEWAJIBAN BANKAngsuran Pokok Kredit 0,00 6.857.153,33 6.857.153,33 6.857.153,33 0,00Angsuran Bunga Kredit 0,00 3.085.719,00 3.085.719,00 3.085.719,00 0,00TOTAL KEWAJIBAN BANK 0,00 9.942.872,33 9.942.872,33 9.942.872,33 0,00

F SALDO 0,00 75.090.984,39 107.092.604,02 139.094.223,65 212.420.223,65G Biaya Pengelola 0,00 12.000.000,00 12.000.000,00 12.000.000,00 0,00

H SALDO AKHIR 0,00 63.090.984,39 95.092.604,02 127.094.223,65 212.420.223,65

I SISA POKOK KREDIT 20.571.460,00 13.714.306,67 6.857.153,33 0,00 0,00

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

55

6.4. Analisa proyek`

Tabel 19. Analisa proyek dalam budidaya jahe gajah untuk luasan 2001,91 m2

Tahun Cost Benefit Net Benefit

DF NPV DF NPV

10% 10% 15% 15%

031.089.364,7

6 0

-31.089.364,7

6 1,00 -31.089.364,761,0

0 -31.089.364,76

1 142.143,28 85.176.00085.033.856,7

2 0,91 77.303.506,110,8

7 73.942.484,11

231.231.508,0

3 85.176.00053.944.491,9

7 0,83 44.582.224,760,7

6 40.789.785,99

331.231.508,0

3 85.176.00053.944.491,9

7 0,75 40.529.295,240,6

6 35.469.379,12131.325.661,3

6119.112.284,4

5

Kriteria investasi :

a. NPV 10 % = Rp 131.325.661,37NPV 15% = Rp 119.112.284,45

b. Net B/C 10% =Rp .131.325 .661,37Rp .31.089 .364,76

= 5,22

Net B/C 15 % = Rp .119.112.284,45Rp.31.089 .364,76

= 4,83

c. IRR = i1 + NPV 1NPV 1−NPV 2 × ( i1 – i2 )

= 10 % + Rp .131 .325.661,37Rp .12.213376,9

×(15%−10%)

= 63,76

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

56

2. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari kegiatan Proyek Usaha Mandiri ini dapat diambil beberapa

kesimpulan yaitu :

1. Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri

(PUM) dapat berjalan dengan baik dan

lancar serta kendala– kendala dapat diatasi dengan baik.

2. Pemberian mulsa eceng gondok

mempengaruhi pertumbuhan tanaman jahe gajah dengan persentase

tumbuh 96,70 %, tinggi tanaman 43 cm dan berat rimpang rata-rata

0,3 kg/rumpun.

7.2. Saran

Dari kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini dapat disarankan

yaitu:

1. Untuk mengurangi kematian tanaman jahe di lapangan

sebaiknya dilakukan pemeliharaan (penyiraman) yang intensif

terutama pada tahap awal penanaman.

2. Untuk melakukan pemilihan lokasi lahan budidaya tanaman jahe

sebaiknya memperhatikan ketersediaan sumber air.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

57

3. Karena lokasi pertanaman jahe masih daerah baru perlu

identifikasi apa sajakah vegetasi yang tumbuh di permukaan lahan

tersebut karna berpengaruh pada kegiatan penyiangan.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

58

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Eceng gondok (Eichornia crassipes) Pemanfaatannya sehingga bernilai ekonomis. http://ahmadfauzibratasena.wordpress.com./2010/06/12/eceng-gondok-eichornia-crassipes-pemanfaatannya-sehingga-bernilai-ekonomis/. Diakses 26 Januari 2014.

Atmojo W.S. 2007. MencariSumber Pupuk Organik. http:// www.google.com/m?q=mencari %20sumber520pupuk%20organik%20oleh%20prof%20suntoro%20wongso&client=ms-opera-mobile&channel=new. Diakses pada 26 Januari 2014.

Balai Pengkajian Teknologi pertanian. 2008. Pemanfatan Eceng Gondok. Sumatera Utara.

BPEN, Kajian pasar jahe (Kawasan Timur Tengah) (Jakarta : Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Departement Perdagangan RI,

1992.

Google User Content. 2008. Kadar Air Pada Eceng Gondok. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:wXoY9VqG-lgJ:eprints.undip.ac.id/22794/1/LAPORAN_SKRIPSI_BAB_I.pdf+kadar+air+pada+eceng+gondok&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses 7 Mei 2013

Harmono & A. Andoko.2005.Budidaya dan peluang bisnis jahe.Penerbit: PT

AgroMediaPustaka. Jakarta Selatan.

Lamid dan zaenal. 1990. Pengaruh Mulsa Eceng Gondok Segar Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Jagung. http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index/php/searchkatalog/byid/214095. Diakses 26 Januari 2014.

Natur Indonesia. 2011. Jahe. http://www.naturindonesia.com/jahe/lagi-tentang-budidaya

jahe.html.Diakses pada tanggal 9 Juni 2012.

Rachman. 2002. Penerapan pertanian organik, pemasyarakatan dan pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 219 hal.

Syukur,C. 2001. Agar jahe berproduksi tinggi. Penerbit: PT. Penebar Swadaya.Depok.

Wikipedia. 2012. Mulsa. http://id.m.wikipedia.org/wiki/mulsa. Diakses 26 Januari 2014.

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

59

Winarmo. 1993. Agar Eceng Gondok Tidak Bikin Gondok. http://kata bermakna.blogspot.in/2008/05/agar-eceng-gondok-tidak-buat-gondok-.html?m=1. Diakses 26 Januari 2014.

LAMPIRAN

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan

60

Kondisi lingkungan Politeknik Pertanian Universitas Andalas:

Jenis Kondisi Keterangan

Ketinggian Tempat 500 dpl

Kemiringan 0% -2 %

Kelembaban (Rh) 60 % - 80 %

Curah Hujan 2.000 – 2.500

Suhu 30℃- 32℃

Sumber : Kusdiana et.al, 1991

Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan