11
Djoko Susanto, Sosok Pekerja Keras Perintis Alfamart Nama Djoko Susanto mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Pria kelahiran 9 Februari 1950 ini terlahir dengan nama A Kwie. Djoko kecil lahir di tengah keluarga sederhana yang selalu bekerja keras demi berjuang melanjutkan hidup. Sejak masa balita, Djoko sudah akrab dengan hal-hal berbau kerja keras di rumahnya dari pagi hingga larut malam. Walaupun bisa meningkatkan risiko frustasi, nyatanya hal tersebut malah membuat Djoko tumbuh menjadi anak yang mandiri, disiplin dan menjadi pekerja keras. Di usianya yang menginjak 17 tahun, Djoko sudah mendapat kepercayaan dari orangtuanya untuk mengelola kios sederhana milik keluarga di kawasan Pasar Arjuna, Jakarta. Kios yang bernama Sumber Bahagia itu awalnya hanya menjual beragam bahan makanan. Namun rupanya insting bisnis Djoko mulai terpanggil dan ia ingin menjajakan rokok di kios tersebut. Insting bisnis Djoko rupanya menunjukkan tanda-tanda gemilang. Setelah menjual rokok, perlahan-lahan kios Sumber Bahagia mulai memiliki banyak pelanggan berupa pedagang grosir maupun pembeli eceran. Kesuksesan Djoko mengelola kios sederhana rupanya menarik Putera Sampoerna, sang pemilik perusahaan rokok tembakau dan cengkeh tersebsar di Indonesia. Bersama dengan Putera Sampoerna, Djoko kemudian menjalin kerjasama dan membuka 15 kios di daerah Jakarta. Bermula dari Rokok, Lalu ke Bisnis Supermarket Dari kesuksesan membuka kios tersebut, Putera dan Djoko kemudian sepakat untuk membuka sebuah supermarket yang diberi nama Alfa Toko Gudang Rabat. Nama tersebut kemudian disederhanakan di tahun 1994 menjadi Alfa Minimart. Namun rupanya kerjasama yang terjalin selama puluhan tahun tersebut harus berakhir di tahun 2005, ketika Putera Sampoerna memutuskan untuk menjual perusahaan Sampoerna beserta seluruh saham dan anak perusahaannya kepada Phillip Morris International. Aset yang dijual tersebut juga termasuk 70% saham Alfa Minimart yang sudah lama dikelola bersama Djoko. Phillip Morris Internasional rupanya tak tertarik dengan bisnis retail

perintis usaha

Embed Size (px)

Citation preview

Djoko Susanto, Sosok Pekerja Keras Perintis Alfamart

Nama Djoko Susanto mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Pria kelahiran 9 Februari 1950 ini terlahir dengan nama A Kwie. Djoko kecil lahir di tengah keluarga sederhana yang selalu bekerja keras demi berjuang melanjutkan hidup. Sejak masa balita, Djoko sudah akrab dengan hal-hal berbau kerja keras di rumahnya dari pagi hingga larut malam. Walaupun bisa meningkatkan risiko frustasi, nyatanya hal tersebut malah membuat Djoko tumbuh menjadi anak yang mandiri, disiplin dan menjadi pekerja keras.

Di usianya yang menginjak 17 tahun, Djoko sudah mendapat kepercayaan dari orangtuanya untuk mengelola kios sederhana milik keluarga di kawasan Pasar Arjuna, Jakarta. Kios yang bernama Sumber Bahagia itu awalnya hanya menjual beragam bahan makanan. Namun rupanya insting bisnis Djoko mulai terpanggil dan ia ingin menjajakan rokok di kios tersebut.

Insting bisnis Djoko rupanya menunjukkan tanda-tanda gemilang. Setelah menjual rokok, perlahan-lahan kios Sumber Bahagia mulai memiliki banyak pelanggan berupa pedagang grosir maupun pembeli eceran. Kesuksesan Djoko mengelola kios sederhana rupanya menarik Putera Sampoerna, sang pemilik perusahaan rokok tembakau dan cengkeh tersebsar di Indonesia. Bersama dengan Putera Sampoerna, Djoko kemudian menjalin kerjasama dan membuka 15 kios di daerah Jakarta.

Bermula dari Rokok, Lalu ke Bisnis Supermarket

Dari kesuksesan membuka kios tersebut, Putera dan Djoko kemudian sepakat untuk membuka sebuah supermarket yang diberi nama Alfa Toko Gudang Rabat. Nama tersebut kemudian disederhanakan di tahun 1994 menjadi Alfa Minimart. Namun rupanya kerjasama yang terjalin selama puluhan tahun tersebut harus berakhir di tahun 2005, ketika Putera Sampoerna memutuskan untuk menjual perusahaan Sampoerna beserta seluruh saham dan anak perusahaannya kepada Phillip Morris International.

Aset yang dijual tersebut juga termasuk 70% saham Alfa Minimart yang sudah lama dikelola bersama Djoko. Phillip Morris Internasional rupanya tak tertarik dengan bisnis retail

tersebut sehingga akhirnya mereka menjual saham Alfa Minimart pada Djoko dan investor ekuitas swasta bernama Northstar. Seiring makin majunya bisnis minimarketnya, di tahun 2013 Djoko bahkan membeli saham Northstar dan memiliki 65% saham di perusahaan tersebut.

Kesuksesan Alfamart

Setelah 2 tahun menyudahi kerjasama dengan Putera Sampoerna, Djoko membentuk Alfa Midi di bawah naungan PT. Midimart Utama. Meskipun upaya diferensiasi branding ini berhasil, namun kala itu Djoko juga harus merelakan Alfa Supermarket dijual pada pihak Carrefour. Akhirnya kejadian tersebut membuat Djoko lebih fokus terhadap perkembangan bisnis retail minimarket, dibawa naungan brand Alfamart dan Alfa Midi.

Keinginan Djoko untuk fokus di bidang retail mini market membuahkan sukses besar. Bahkan Djoko juga berhasil membuat jalinan kerjasama antara Alfa Midi dan Lawson, salah satu waralaba convenience store yang berasal dari Jepang.

Banyak sekali kesuksesan yang sudah diraih Alfamart di bidang bisnis retail. Pada tahun 2012, Alfamart memperoleh penghargaan Top Brand dan yang diselenggarakan oleh lembaga riset Frontier Consulting Group. Sementara itu di tahun yang sama, Alfamart juga berhasil memperoleh penghargaan dari ajang Indonesia Best Brand Award untuk kategori minimarket terbaik.

Beragam penghargaan dan kesuksesan tersebut membawa Alfamart menjelma menjadi kerajaan bisnis yang kuat dengan 3.000 gerai waralaba hingga tahun 2009. Seluruh kesuksesan yang sudah diraih Djoko Susanto membawanya menempati posisi ke 27 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2014.

Komentar :Kekayaan tentu tak selalu jadi nomor 1, karena insting bisnis dan kerja keraslah yang

akan membuahkan hasil yang besar. Kita dapat meneladani sikap kerja keras dan jeli melihat

peluang bisnis dari seorang Djoko Susanto.

Dari sisi prospek usaha, minimarket merupakan usaha yang sangat menguntungkan

karena kebutuhan sehari-hari merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap

masyarakat. Itu menjadikan minimarket adalah salah satu usaha yang menguntungkan karena

selalu di cari oleh masyarakat.

Dari sisi hambatan, kita bisa belajar dari Djoko Susanto, hambatan seharusnya

menjadi motivasi kita untuk terus memajukan usaha dan tidak menyerah begitu saja karna

suatu hambatan. Karena bagi seorang wirausaha kesulitan bukanlah akhir dari langkahnya.

Yongki Komaladi, Sukses Besar Dengan Berbisnis Sepatu Lokal

Jika Anda bepergian ke Mall dan mengunjugi stand sepatu, maka Anda akan menjumpai sebuah brand bernama Yongki Komaladi. Ya, produk sepatu lokal yang mengambil nama perancangnya ini memang telah sukses dengan merambah berbagai mall di Indonesia.

Namun tahukah Anda bahwa brand yang kini muncul dalam bentuk sandal dan tas ini tidak sukses dalam sekejap. Tak kurang dari 15 tahun waktu yang dibutuhkan Yongki untuk membuat sepatunya diterima masyarakat dengan baik. Lalu seperti apakah cerita Yongki Komaladi mengukir kesuksesan dengan rancangan sepatu miliknya? Berikut ulasannya.

Dari Penjaga Butik, Model, Hingga Desainer

Meski sukses dengan produk sepatu, namun awal karir Yongki Komaladi tidak berhubungan sama sekali dengan sepatu. Ya, Yongki mengawali karir sebagai penjaga butik pada tahun 1977. Dan beberapa tahun kemudian ia ditawari untuk menjadi model kaca mata.

Sebenarnya dari karirnya sebagai model ini, Yongki terbilang sukses. Namun, karena ketertarikannya pada dunia desainer, ia pun berhenti dan kemudian bekerja di sebuah pusat perbelanjaan sebagai perancang. Dari sinilah Yongki menemukan jati dirinya, beberapa rancangan bajunya banyak disukai orang dan populer.

Desain sepatu sendiri dibuat Yongki tanpa disengaja. Hal ini terjadi karena suatu saat ia mendapatkan order untuk merancang sepatu dari seseorang. Saat itu ia memakai namanya sebagai rancangan sepatu yang dibuatnya. Tak dinyana rancangan sepatunya mendapat respon positif dari pasar. Dan saat itulah Yongki memutuskan untuk lebih memfokuskan diri ke bisnis sepatu.

Memulai Dari Nol Dan Sempat Tidak Percaya Diri

Saat memulai binsis sepatu, Yongki memulainya semua dari nol dan modal nekat. Hal ini disebabkan karena Yongki tidak memiliki backgroud dalam bidang sepatu. Kesuksesannya saat ini diperoleh karena ia mau belajar giat secara otodidak untuk menghasilkan desain sepatu sendiri.

Pada awal-awal usahnya di bidang sepatu ini Yongki juga sempat tidak percaya diri dengan brand yang dicantumkan pada sepatunya. Ya, brand dengan nama Yongki Komaladi ini sempat beberapakali mendapatkan cemoohan karena dianggap terlalu sulit dalam spelling kata dan kurang komersil.

Namun berbagai cemoohan tadi tidak membuat Yongki mundur, ia putuskan untuk tetap yakin dengan branding dari namanya sendiri. Dan benar saja akhirnya dengan kerja kerasnya, nama Yongki Komaladi sukses mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Produk yang Tidak Asal Dibuat

Dalam memproduksi sepatu, Yongki menyatakan bahawa dirinya tidak main-main dan tidak asal buat. Sebelum sepatu diproduksi, Yongki terlebih dahulu melakukan riset pasar. Ia selalu terus mengupdate rancangan sepatunya untuk mengikuti perubahan selera masyarakat.

Saat inspirasi datang, Yongki biasanya menuangkannya dalam sebuah sketsa gambar. Dari sketsa ini Yongki lalu akan mengeksekusinya untuk menghasilkan produk sepatu yang idealis dan memuaskan konsumen.

Komentar :Hobi bisa jadi peluang bisnis jika kita bisa menuangkan ide sekreatif mungkin seperti

Yongki Komaladi yang awalnya hobi mendesain. Kita bisa belajar dari Yongki bahwa

berbagai cemoohan tadi tidak membuat Yongki mundur, ia putuskan untuk tetap yakin dan

terus fokus pada usahanya.

Tantangan bagi siapa saja yang mengeluti dunia sepatu. Selera masyarakat yang saat

ini cenderung menyukai sepatu warna-warni harus ditanggapi dan diikuti agar tidak

kehilangan pasar. Seperti Yongki Komaladi sendiri telah menginovasikan berbagai warna

pada sepatunya. Akhirnya, kreatifitas akan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk

menjadikan bisnis sepatu ini tetap survive dan langgeng.

Zong Qinghou, Pengantar Susu yang Menjadi Orang Terkaya Ke-6 di Tiongkok

Siapa Sebenarnya Zong Qinghou?

Zong adalah seorang warga Tiongkok yang lahir di Zheijang ia lahir pada tahun 1945. Zong lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat kekurangan, bahkan dapat dikategorikan sangat miskin. Pada saat ia menjalani masa SMP nya di asrama, dia harus kembali ke rumah orang tuanya dikarenakan ibunya yang berhenti bekerja pada waktu pada saat  itu.

Setelah kembali Zheijang, dia kesulitan mencari sekolah karena mahalnya biaya pendidikan saat itu, dan akhirnya dia memutuskan untuk bekerja membantu orang tuanya. Karena pendidikannya yang terhenti karena kekurangan dana, Zong mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan dan membuat keluarganya semakin kesulitan.

Meski ia hidup ditengah sebuah keluarga yang sangat serba kekurangan dan terus di timpa berbagai masalah namun ia tetap semangat dan akhirnya menemukan pekerjaan sebagai pengantar susu ke sekolah-sekolah. Disitulah Zong melihat sebuah peluang besar ia melihat banyak anak-anak sekolah yang sangat suka susu, selain harganya yang murah dan juga bergizi.

Akhirnya setelah berbulan-bulan menjadi pengantar susu, dia akhirnya memberanikan diri dan memutuskan untuk bekerja sama dengan beberapa guru disekolah untuk membuat pabrik susu sendiri dan dia mengumpulkan dana sebesar 140 ribu yan. Ketika dana yang ia butuhkan sudah terkumpul 140 ribu yan, Zong langsung membuat pabrik susu sendiri. Tidak hanya susu, dia juga membuat beberapa produk berbeda lainnya yaitu  ice dan aneka minuman dingin lainnya.

Lahirnya Perusahaan Susu Wahana

Setalah beberapa lama pabriknya berjalan akhirnya perusahaan susu milik Zhong lahir dengan nama Wahana. Wahana didirikan pertama kali pada tahun 1989, dalam waktu yang relatif singkat perusahaan miliknya menguasai hampir sekolah-sekolah di sekitar Zheijang. Total ada 38 sekolah yang bekerja sama dengan Wahana, nama perusahaan Zong.

Kemudian di tahun 1993, dia mulai merambah ke produk lain. Tidak di sangka permintaan melonjak, susu yang diproduksi perusahaan milik Zong itu menjadi sangat terkenal di Tiongkok. Tetapi masalah mulai muncul, dia kewalahan, mulai dari permintaan, keuangan sampai masalah manajemen. Tidak tanggung-tanggung, masalah ini ada sampai 6 tahun.

Hingga akhirnya pada tahun 1996 Zhong mendapatkan tawaran dari Danone, perusahaan susu terbesar di dunia. Danone memberikan penawaran untuk membeli separuh dari saham Wahana dan Zhong menerima tawaran itu. Keputusan itu sangat tepat, karena pengaturan manajemen perusahaan sampai keuangan perusahaannya jadi lebih baik.

Yang membuatnya menjadi menarik adalah, Zong memberikan 10% saham perusahaan dimiliki oleh karyawan karyawannya. Dia berpikir bahwa seharusnya karyawan mendapatkan upah yang setimpal karena kerjanya.

Pesatnya Perkembangan Bisnis Zong Qinghou

Sekarang, ada sekitar 150 perusahaan minuman yang berada dibawah manajemen Wahana. Dan ada 60 pabrik tersebar diseluruh Tiongkok. Total karyawan dari Wahana jumlahnya pun sangat luar biasa, ada 60 ribu staff. Sungguh perkembangan luar biasa yang tidak terduga.

Komentar :Kesuksesan memang tidak melihat status sosial dan pendidikan apa yang di jalani.

Zong Qinghou salah seorang yang dulunya pengantar susu  tidak pernah menyangka akan

mendapatkan dana investasi yang mencapai angka 131 juta dolar setelah perusahaannya

Wahana bergabung dengan Danone.

Walaupun awalnya Zong hanya menjajakan susu miliknya yang memiliki harga

murah, namun karena visi dan misinya terhadap dunia bisnis begitu besar dan keuletannya

dalam berbisnis benar-benar teruji maka ia memberanikan diri untuk meminjam uang pada

sebuah bank di Tiongkok, berkat keberaniannya mengambil resiko tersebut sekarang

perusahaan miliknya. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah, dalam berbisnis itu diperlukan

kegigihan dan keberanian dalam mengambil sebuah resiko dan ketepatan melihat peluang

yang muncul.

Soichiro Honda ~ Pendiri Perusahaan Otomotif Dunia Honda Motor

Hampir semua orang, tidak akan asing dengan brand motor yang satu ini. Saya sendiri sudah mengenal brand ini sejak kecil. Brand motor dan mobil ini memang telah mendunia dengan pemasarannya yang ada disetiap negara di dunia.

Dibawah bendera Honda Motor Company, kini perusahaan yang berbasis di Jepang ini telah menjadi sebuah perusahaan raksasa dan multinasional yang sukses besar. Namun tahukah Anda siapa orang dibalik pendirian perusahaan Honda Motor Company ini? Dia adalah Soichiro Honda, seorang anak dari keluarga miskin, lemah pada akademis dan lemah juga fisiknya.

Lalu dengan berbagai keterbatasannya, bagaimana perjalanan Soichiro Honda hingga sukses membangun perusahaannya ini? Berikut ulasannya.

Antusias Soichiro Honda Pada Mesin

Honda kecil merupakan anak yang antusias mempelajari mesin, apapun jenis mesinnya. Minatnya pada mesin tak bisa dikesampingkan dari keseharian Honda menemani dan sesekali membantu ayahnya di bengkel sederhana di Hamamatsu. Antusias dan minatnya yang begitu besar pada dunia mesin, membuat Honda kecil kuat berdiri berjam-jam melihat cara kerja mesin. Dan pada hari-hari tertentu tak jarang Honda kecil mengayuh sepedanya sejauh 10 mil hanya untuk melihat pesawat terbang.

Bekerja dan Berprestasi di Hart Sokhai Company

Saat berusia 12 tahun, pria kelahiran Hamamatsu, Shizuoka, Jepang, pada tanggal 17 November 1906 ini telah berhasil menciptakan karyanya yang pertama yaitu sepeda angin dengan rem kaki. Ia kemudian pindah kota dan bekerja di  Hart Sokhai Company pada usia 15 tahun. Karir awalnya di Hart Sokhai Comany sangat gemilang. Honda begitu cekatan

menyelesaikan pekerjaan  sehingga Bos nya yang bernama Saka Kibara terlihat sangat senang melihat pekerjaan Honda.

Dalam bekerja Honda memang sangat teliti dan detail. Hal-hal seperti suara mesin, oli yang bocor selalu bisa dideteksi dan tidak pernah luput dari pengamatannya. Setelah enam tahun bekerja, Honda ditawari oleh bosnya untuk membuka cabang di Hamamatsu daerah asal Soichiro Honda. Tanpa banyak pertimbangan, Honda pun langsung menerima tawarannya.

Saat bekerja di cabang Hamamatsu, Honda tetap berprestasi dengan gemilang. Ia selalu bisa menyelesaikan permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh orang lain. Karena kecintaannya pada dunia mesin, tak jarang Honda bekerja sampai larut malam. Meski demikian, ia tetap profesional dan selalu fokus serta menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

Membuat Hak Paten dan Mendirikan Perusahaan Sendiri

Pada usia 30 tahun, Honda berhasil membuat hak paten atas ruji besi pada kendaraan. Ya, sebelum ada ruji besi, ruji-ruji kendaraan dibuat dari kayu yang sangat rentan pada goncangan. Dengan adanya ruji besi yang dikreasi oleh Honda maka kendaraan pun semakin baik. Setelah sukses dengan bisnis ruji besinya dan mendapat cukup modal, Honda kemudian memutuskan keluar dari pekerjaanya dan mulai mendirikan perusahannya sendiri. Saat pertama kali menggerakkan perusahaan, Honda memutuskan membuat produk Ring Pinston.

Saat menjalankan perusahaannya ini, Honda tak luput dari rintangan. Ketika mulai memproduksi ring piston tahun 1938, karyanya ditolak Toyota karena dinilai kurang lentur. Honda pun sempat drop dan sakit selama dua bulan karena penolakan itu. Ini disebabkan ring piston tersebut merupakan satu-satunya harapan untuk pemasaran dan pengembangan bisnisnya.

Setelah terpuruk selama dua bulan, Honda pun bangkit lagi. Ia kemudian coba menimba ilmu lagi dengan kuliah untuk mencari solusi dari ring pinstonnya. Materi dari kuliahnya dipraktekkannya pada siang hari. Namun sayang, ia kembali menelan kekecewaan karena ia tak mendapatkan jalan keluar dari teori-teori di perkualiahan tersebut.

Kembali Ke Eksperimen Sendiri

Kecewa dengan perkuliahan, Honda pun memutuskan untuk kembali melakukan eksperimen sendiri. Ia dengan tekun mencoba mencari akar permasalahan dari ring piston buatannya. Setelah melakukan eksperimen berulang-ulang akhirnya Honda pun berhasil memperbaiki rem pinstonnya dan membuat Toyota menerimanya. Ketika Honda akan melakukan produksi besar-besaran, Honda kembali mendapatkan rintangan. Dana yang dibutuhkan dan diharapkan dari bank pemerintah tidak bisa dipenuhi karena pemerintah jepang yang saat itu sedang fokus mendanai perang.

Berada di Titik Nadir

Keterpurukan kembali mendatangi Honda kali ini justru saat ia telah berhasil mengumpulkan dana dari sekelompok orang. Pabrik piston yang terbakar dua kali dan hancur karena terkena perang dan gempa bumi ini membuat ia frustasi dan memutuskan menjual pabriknya ke

Toyota. Meski perang kemudian berakhir, Honda masih terpuruk bahkan berada di titik nadir. Honda tidak dapat menjual satupun mobil buatannya. Hingga ia tidak mampu membeli makanan untuk keluarganya.

Dalam kondisi di titik nadir ini, Honda coba menenangkan dirinya dengan berkeliling kota menggunakan sepeda anginnya. Tetapi supaya tidak capek mengayuhnya, Honda kemudian memasang motor kecil di sepedanya sehingga dapat berjalan tanpa harus dikayuh dan sepedanya juga mampu menempuh jarak yang lebih jauh dengan waktu tempuh lebih singkat dari pada menggunakan sepeda angin biasa.

Dari sinilah kemudian banyak orang melirik sepeda dengan motor karya Honda. Tanpa disangka, pesanan untuk sepeda motornya pun datang begitu banyak sampai-sampai ia kewalahan melayaninya. Tidak hanya didalam negeri, pesanan juga datang dari luar negeri termasuk Indonesia. Honda pun kembali bangkit dengan lebih gemilang tanpa ada lagi kejatuhan yang mendalam.

Komentar :Berbagai hambatan dan rintangan dalam bisnis dapat kita selesaikan asal kita ulet,

gigih dan berani mengambil resiko dalam berwirausaha seperti Soichiro Honda yang terus

menerus melakukan eksperimen berulang-ulang hingga berhasil.

Hobi dalam suatu hal bisa menjadikan pengalaman dalam berwirausaha. Dengan kita

mendalami hobi minat dan bakat, kita bisa menjadikan itu sebagai peluang bisnis yang

menguntungkan.

Dari sisi prospek, usaha Soichiro Honda memang menguntungkan karena kendaraan

bermotor sudah menjadi kebutuhan primer dan memang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.

Jadi, merintis usaha yang berhubungan dengan mesin merupakan suatu peluang yang

menguntungkan saat ini.

Pelajaran yang dapat diambil dari Soichiro Honda adalah berawal dari

ketertarikannnya pada mesin sekarang ia bisa menjadi wirausaha yang sukses dan hambatan

dijadikan tantangan untuk terus memperbaiki produknya sebaik mungkin sehingga dapat

diterima oleh masyarakat.

Susi Pudjiastuti ~ Lulusan SMP yang Sukses Berbisnis Maskapai Penerbangan

Siapakah Sosok Susi Pudjiastuti?

Susi Pudjiastuti tadinya hanyalah seorang anak perempuan biasa. Perempuan kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 tersebut terlahir di keluarga yang tergolong berkecukupan. Ayah dan Ibunya, H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah berprofesi sebagai saudagar sapi dan kerbau yang mendatangkan hewan ternak tersebut dari Jawa Tengah untuk dijual di Jawa Barat.

Susi kecil tumbuh menjadi gadis muda yang biasa saja. Setamat SMP, ia melanjutkan pendidikan SMA di Jawa Tengah. Namun saat memasuki tahun kedua jenjang pendidikannya, Susi malah memutuskan untuk berhenti dari sekolah. Susi kembali ke Pangandaran dan mulai berbisnis baju dan bedcover.Pada akhirnya potensi Pangandaran yang menjadi salah satu kawasan penghasil ikan mendorong Susi untuk mulai memanfaatkan hal tersebut sebagai peluang bisnis. Berbekal uang sebesar 750 ribu rupiah hasil penjualan perhiasannya, Susi memulai bisnis ikan pertamanya.

Memulai Bisnis di Bidang Perikanan

Kala baru memulai bisnis di bidang perikanan, Susi membeli ikan dari tempat pelelangan dan memasarkannya ke sejumlah restoran. Meski pemasaran ke sejumlah restoran tersebut berjalan kurang lancar, Susi tetap berusaha menjalankannya dengan penuh ketekunan. Akhirnya setelah setahun berlalu, Susi berhasil menjadi pebisnis yang menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran. Ia bahkan pergi ke Jakarta langsung untuk menawarkan ikan segar ke sejumlah restoran sekaligus untuk diekspor. Karena permintaan stok lobster dari luar negeri sangat besar, maka jadilah Susi berupaya memburu lobster ke berbagai daerah di Indonesia.

Kesuksesan bisnis di bidang perikanan ternyata turut mendatangkan suatu permasalahan baru bagi Susi. Stok lobster dan ikan yang melimpah justru terhambat masalah transportasi yang kurang memadai, terutama kurangnya transportasi udara. Sementara bila dikirim melalui jalur darat atau laut, kualitas lobster dan ikan akan menjadi tak segar saat sampai ke tangan pemesan. Kendala tersebut ternyata memberi ide baru bagi Susi untuk membeli sebuah pesawat. Apalagi sang suami yang beprofesi sebagai pilot pesawat sewaan dari Jerman, Christian von Strombeck mendukung idenya.

Meskipun sempat terkendala dengan ditolaknya pengajuan pinjaman dana ke bank pada tahun 2000, akhirnya tahun 2005 Susi berhasil mendapatkan pinjaman dari bank sebesar 47 milyar. Dana tersebut digunakan Susi untuk membangun sebuah landasan udara di Pangandaran dan membeli 2buah pesawat Cessna. Berkah dan hikmah datang bersamaan dengan musibah Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Susi yang tergerak untuk menolong para korban kemudian datang ke Aceh melalui jalur udara untuk menyebarkan bantuan.

Meski tadinya ia hanya ingin memberikan “jasa pengangkutan pesawat gratis” selama 2 minggu, ternyata sejumlah LSM dalam dan luar negeri meminta Susi untuk bersedia menyewakan pesawatnya. Dari sinilah awal mula Susi Air mengudara dan menyediakan jasa angkut penumpang dan komoditas hasil perikanan dan kelautan.

Menjadi Menteri Perikanan dan Kelautan Indonesia

Kegigihan dan pengalaman Susi di bidang perikanan, membuat Ir. Joko Widodo selaku presiden terpilih periode 2014-2019 akhirnya memilih Susi untuk menempati posisi Menteri Kelautan dan Perikanan di kabinet kerja Trisakti. Sepak terjang Susi yang berhasil mengembangkan bisnis perikanan dan transportasi memang tak perlu diragukan lagi. Susi Pudjiastuti merupakan salah satu orang yang pantas menempati jabatan menteri tersebut.

Semoga dengan terpilihnya Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Perikanan dan Kelautan Indonesia dapat membawa pengaruh positif bagi perkembangan sektor perikanan dan hasil laut di Indonesia.

Komentar :Tak perlu menilai seseorang dari jenjang pendidikannya, karena kegigihan dan

pembelajaran dari pengalaman adalah 2 kunci utama untuk menuju tangga kesuksesan.

Mampu membaca peluang bisnis juga cara kita bisa sukses seperti Susi Pudjiastuti yang

awalnya hanya menawarkan ikan ke sejumlah restoran hingga bisa mengekspor ke luar

negeri.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari Susi Pudjiastuti adalah mencari peluang baru

dalam usaha atau mencari alternatif-alternatif baru adalah karakter seorang wirausaha. Para

wirausaha akan cepat membaca peluang dan akan memanfaatkan peluang itu sebaik mungkin.

Dan para wirausaha harus berani mengambil resiko dalam setiap usaha mereka.