20
Bukan Saatnya Berpangku Tangan Studi Komparatif Studi banding merupakan salah satu bentuk studi komparatif dimana kita dapat membandingkan segala sesuatu yang ada dalam dunia pendidikan termasuk sistem, kurikulum, administrasi, manajemen pendidikan dan kegiatan belajar-membelajarkan. Selain kegiatan belajar-membelajarkan di kelas, kita dapat melaksanakan kunjungan studi ke sekolah, institut ataupun perguruan tinggi. Dalam perkembangannya, studi banding semakin menjadi trend sekolah-sekolah maupun institut dan perguruan tinggi dalam melaksanakan tugas pendidikan. Selasa (25/9), program studi Bimbingan dan Konseling, jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Negeri Yogyakarta kedatangan tamu dari Lampung. Universitas Muhammadiyah Metro Lampung sebagai salah satu universitas swata di Lampung, Sumatera Selatan mengadakan satu kegiatan yaitu studi banding ke UNY. Study banding

Bukan saatnya berpangku tangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bukan saatnya berpangku tangan

Bukan Saatnya Berpangku Tangan

Studi Komparatif

Studi banding merupakan salah satu bentuk studi komparatif dimana kita dapat membandingkan segala

sesuatu yang ada dalam dunia pendidikan termasuk sistem, kurikulum, administrasi, manajemen

pendidikan dan kegiatan belajar-membelajarkan. Selain kegiatan belajar-membelajarkan di kelas, kita

dapat melaksanakan kunjungan studi ke sekolah, institut ataupun perguruan tinggi. Dalam

perkembangannya, studi banding semakin menjadi trend sekolah-sekolah maupun institut dan perguruan

tinggi dalam melaksanakan tugas pendidikan.

Selasa (25/9), program studi Bimbingan dan Konseling, jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,

Universitas Negeri Yogyakarta kedatangan tamu dari Lampung. Universitas Muhammadiyah Metro

Lampung sebagai salah satu universitas swata di Lampung, Sumatera Selatan mengadakan satu kegiatan

yaitu studi banding ke UNY.  Study banding ini menurut keterangan Nurul Atikah, M.Pd salah seorang

dosen BK UMM Lampung sudah menjadi sebuah agenda tahunan.

Mahasiswa UMM yang melaksanakan studi banding sebanyak 174 dengan 6 dosen pendamping.

Rencananya mereka akan datang jam 09.00, tetapi karena suatu hal maka tidak bisa sampai tujuan tepat

waktu. Mereka tiba di UNY jam 11.00 di depan rektorat dan dijemput langsung oleh mahasiswa-

mahasiswa anggota himpunan mahasiswa BK UNY menuju FIP.

Page 2: Bukan saatnya berpangku tangan

Acara dimulai dari pembukaan yang bertempat di ruang Abdullah Sigit FIP UNY, kemudian diikuti

dengan ceramah dari kedua belah pihak yakni UNY dan UMM. Setelah selesai ceramah, mereka

melaksanakan observasi ke tempat-tempat yang bisa dikunjungi di prodi BK. Mereka menuju ke dua

tempat, yaitu laboratorium BK dan kantor jurusan BK.

Kunjungan studi UMM ke UNY ini bertujuan untuk saling bertukar informasi mengenai kondisi yang

terjadi di prodi BK saat ini. Ketua jurusan PPB UNY Fathur Rahman, M.Si, beliau menceritakan kondisi

prodi BK saat ini meliputi kurikulum, animo pendaftaran mahasiswa baru, sarana prasarana, dan kondisi

dosen BK. Sedangkan dari pihak UMM disampaikan oleh Nurul Atikah, M.Pd. Beliau menyampaikan

visi dan misi yang telah dicanangkan oleh walikota Lampung Dr. Marzuki yang juga mantan rektor

UMM, ada 3 macam yaitu sistem akademik, sarana prasarana penunjang studi, dan GCC ( Guidance

Counseling Community).

Dalam ceramahnya, Nurul Atikah mengatakan bahwa Lampung akan menjadi kota pendidikan, tetapi

sampai saat ini masih dalam tahap pencanangan. Dengan adanya pencanangan inilah mereka (UMM)

mencoba untuk berkunjung ke Yogyakarta yang notabene merupakan kota pendidikan.

Khusthanul Rozak

Mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Universitas Negeri Yogyakarta

telah di buka lowongan…panitia ppb exspo

GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DIHARAPKAN MAMPU KEMBANGKAN PROGRAM

BK SECARA KOMPREHENSIF

Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata pada The 1st  International Seminar and Workshop on Guidance and

Counseling dengan tema“Managing and Developing School Gudanceand Counseling Service through

Continuing Teacher Counselor Professional Development”menyatakan pentingnya guru Bimibingan dan

Konseling sebagai konselor mampu mengembangkan program BK secara komprehensif. Acara tersebut

dilaksanakan di Gedung Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 8-9 September 2012.

Beliau menggambarkan perjalanan sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia yang dimulai tahun

1962.

1. Workshop Internasional “Trauma Counseling”

Workshop ini diselenggarakan pada 11-12 Juni 2012 oleh Jurusan PPB prodi BK FIP UNY di Ruang

Sidang Utama Rektorat UNY. Acara ini dibersamai oleh pembicara utama yakni Prof. Louis Downs,Ph.D

dari California, USA. Workshop yang diselenggarakan selama dua hari ini membicarakan tentang

berbagai gejala PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) dan upaya yang dapat dilakukan untuk

menanginya. Selain itu, beliau pun berbagi pengalaman selama menjadi konselor utama untuk korban

Page 3: Bukan saatnya berpangku tangan

bencana di beberapa Negara. Satu pesan utama beliau yang harus selalu diingat yakni “Best teacher is

Experience” jadi jangan pernah takut untuk salah.

2. Lomba Futsal UNY

Lomba tahunan ini diselenggarakan pada 12-13 Mei 2012 dan diikuti oleh 32 tim dari seluruh fakultas di

UNY. Selain adanya dukungan dari pihak fakultas, lomba ini pun didukung oleh berbagai sponsor

sehingga hadiah yan didapat oleh para pemenang pun tidak main-main. Didapat 3 tim yang berhasil

mendapat juara dengan juara pertama mendapatkan total hadiah senilai Rp 1.000.000,00 dan bagi

penerima topscore berhak mendapatkan Rp 150.000,00.

3. Lomba Poster UNY

Diselenggarakan mulai tanggal 4 Mei-7 Juni 2012 dan diikuti oleh sejumlah peserta dari seluruh fakultas

di UNY. Lomba perdana yang diselenggarakan oleh HIMA PPB ini terbukti mampu menarik perhatian

mahasiswa dilihat dari banyakmya karya yang terkumpul untuk dilombakan. Dari hasil penilain dewan

juri, didapat 4 pemenang dan masing-masing pemenang berhak mendapatkan hadiah berupa uang binaan

dan piagam penghargaan.

4. Seminar Internasional

Diselenggarakan pada 8-9 September 2012 oleh Jurusan PPB FIP UNY. Terdapat dua rangkaian kegiatan

berupa seminar dan juga workshop internasional yang akan dibersamai oleh 6 pembicara dari luar negeri.

Agenda ini bersifat umum dengan kontribusi yang berbeda untuk tiap tingkatan. Untuk informasi lebih

lengkap dapat dilihat di www.isgc-uny.info atau menghubungi bapak Sugiyanto di nomor 085 739 542

507.

Next soon!!!

1. FBI (Forum BK Ilmiah)

Akan diselenggarakan pada bulan September 2012 . Bentuk kegiatan berupa Studium General yang

bertujuan untuk menjaring minat teman-teman BK, khususnya dalam bidang penelitian. Acara ini akan

dibersamai oleh para pakar penelitian dan mendatangkan mahasiswa finalis PIMNAS 2012. Sebagai

Follow up, akan diselenggarakan lomba penulisan PKM GT dan AI untuk mahasiswa BK dengan

memperebutkan sejumlah hadiah.

2. MAKRAB (Malam Keakraban)

Merupakan agenda wajib dari pihak universitas dengan tujuan untuk mengakrabkan seluruh mahasiswa

baru dengan sejumlah mahasiswa jurusan di angkatan sebelumnya. Biasanya diselenggarakan selama dua

hari dan bermalam bersama di tempat wisata untuk lebih menghidupkan suasana keakraban. Akan ada

berbagai acara seru yang pasti dapat menarik minat mahasiswa dan agenda ini tidak dipungut biaya

karena didukung penuh oleh pihak universitas dan fakultas.

Page 4: Bukan saatnya berpangku tangan

3. PPB EXPO

Merupakan agenda grand design dari seluruh kegiatan HIMA PPB selama satu tahun kepengurusan.

Berupa rangkaian kegiatan seminar dan kemasyraakatan yang melibatkan mahasiswa BK dari seluruh

angkatan, baik dari 2010, 2011, dan 2012. Terdapat berbagai agenda yang ditawarkan, misalnya BK go to

public, bazaar buku, Lomba Esai tingkat SMA Se-DIY, Seminar Nasional, dan di akhiri dengan cara

puncak. Dalam hal ini, mahasiswa BK dapat berpartisipasi sebagai penyelenggara kegiatan dan masuk

dalam berbagai bidang yang telah ditawarkan.

kunjungan jurusan bimbingan dan konseling dari um ke jurusan bk fip

Posted on September 8, 2012 by himappb Posted in Event Leave a comment

usantnext. Kamis (31/06) hima psikologi pendidikan dan bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta

kedatangan tamu dari jurusan bimbingan dan konseling dari universitas negeri malang. Dalam

kunjunganya tersebut mendapat sambutan baik daari pihak jurusan maupun dari himpunan psikologi

pendidikan dan bimbingan.

Kunjungan tersebut di terima oleh dekan fakultas ilmu pendidikan, wakil dekan III , ketua jurusan serta

staf dosen pengajar psikologi pendidikan dan bimbingan. Dari UNM sendiri di wakili oleh

Drs.Hermianto,M.Pd dan Arbin Janu Setyowati,M.Pd.

Kemudian acara tersbut di lanjutkan dengan sambutan dari ketua jurusan PPB FIP UNY yaitu

Fathurahman,M.Si selaku ketua jurusan mengucapkan sugeng rawoh atau selamat datang dan terima

kasih atas kepercayaan memilih jurusan PPB FIP UNY sebagi pilihan kunjungan tersebut. Kemudian dari

wakil jurusan PPB UNM sendiri menjelaskan maksut kunjunganya tersebut dalam rangkaian kkl ke PPB

FIP UNY. Hal yang permtama ialah menambah ilmu dan berbagai pengalaman kemudian melihat

laboratorium jurusan BK acra tersebut di lanjutkan kembali dengan pemaparan visi dan misi jurusan PPB

FIP UNY, kurikulum, prestasi, animo masyarakat atau mahasiwa baru dalam tahun ketahun serta daya

serap lulusan di lapangan pekerjaan. Kemudian di lanjutakan pemamparan dari ketua laboratorium

jurusan BK Farida Harahap,M.Si menggambarkan langkah kerja yang telah dan akan dilaksanakan oleh

laboratorium. Dalam hal ini pengurus laboratorium juga di membutuhkan asisten untuk kelancaran

program yang ada di laborartorium tersebut. Kemudian acara di lanjutkan dengan ice breking yang

dipimpin langsung oleh va Imania Eliasa,M.Pd untuk menambah semangat dan kebersamaan. Acara

tersebut kemudian di anjutkan dengan pemaparan dari ketua himpunan mahasiswa bimbingan dan

konseling FIP UNY , Aning prihatingrum ia memparkan tentang beberapa devisi-devisi yang ada dan

progranm kerja serta bebrapa pengenalan dari ketua divisi yang di sampaikan langsung oleh ketua HIMA.

Page 5: Bukan saatnya berpangku tangan

PERANAN KOMPETENSI KONSELOR ATAU GURU BK TERHADAP PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN

Wednesday, January 16, 2013

PERANAN KOMPETENSI KONSELOR ATAU GURU BK TERHADAP PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN

PERANAN KOMPETENSI KONSELOR ATAU GURU BK TERHADAP PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN

Ibnu Syamsi

([email protected])

Abstrak: Konselor atau guru BK adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki standar

kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dengan keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja.

Dalam rangka menyiapkan guru yang profesional, maka setelah calon guru dinyatakan memiliki

kompetensi akademik kependidikan dan menguasai substansi dan/atau bidang studi yang diperoleh pada

jenjang S1, maka calon guru ataupun guru harus disiapkan untuk menjadi guru profesional melalui suatu

sistem Pendidikan Profesi Guru. Program Pendidikan Profesi Guru BK/ Konselor adalah program

pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang

memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka menjadi guru yang profesional sesuai dengan

standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik. Dengan demikian, keluaran PPG

Bimbingan dan Konseling atau Konselor (PPG BK/K) diharapkan mampu beradaptasi dan melaksanakan

tugas profesi pendidik yang unggul, bermartabat, dan dibanggakan lembaga pendidikan pengguna,

masyarakat, dan bangsa Indonesia.

Page 6: Bukan saatnya berpangku tangan

Kata-kata Kunci: Kompetensi Konselor,Pendidika sekolah

Page 7: Bukan saatnya berpangku tangan

Guru profesional adalah guru yang dalam melaksanakan tugas profesi kependidikan mampu

menampilkan kinerja atas penguasaan kompetensi akademik kependidikan dan kompetensi

penguasaan substansi dan/atau bidang studi sesuai bidang ilmunya. Dalam rangka menyiapkan guru

yang profesional, maka setelah calon guru dinyatakan memiliki kompetensi akademik kependidikan

dan menguasai substansi dan/atau bidang studi yang diperoleh pada jenjang S1, maka calon guru

harus disiapkan untuk menjadi guru profesional melalui suatu sistem Pendidikan Profesi Guru.

Menurut Undang-Undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan profesi adalah

pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan mahasiswa/peserta untuk memiliki

pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

Program Pendidikan Profesi Guru BK/ Konselor atau yang disingkat dengan istilah PPG

BK/K adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-

IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka menjadi guru yang

profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik. Atas dasar

uraian di atas, keluaran PPG Bimbingan dan Konseling atau Konselor (PPG BK/K) mampu

beradaptasi dan melaksanakan tugas profesi pendidik yang unggul, bermartabat, dan dibanggakan

lembaga pendidikan pengguna, masyarakat, dan bangsa Indonesia.

Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional

dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong

belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Namun

pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang

lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks

tugas, ekspektasi kinerja, dan seting pelayanan spesifik yang satu dan yang lainnya mengandung

keunikan dan perbedaan. Oleh sebab itu, konteks dan ekspektasi kinerja guru bimbingan dan

konseling atau konselor mendapatkan penegasan kembali dengan maksud untuk meluruskan konsep

dan praktik bimbingan dan konseling ke arah yang tepat. Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI

Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, untuk selanjutnya tenaga pendidik di bidang bimbingan dan

konseling disebut dengan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Dengan adanya PPG BK/K

diharapkan kompetensi guru BK/ Konselor sekolah dapat meningkat dan akhirnya menjadi konselor

yang profesional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 8 tahun 2009 tentang Pendidikan Profesi Guru

Pasal 1 ayat 2 menyebutkan Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan yang selanjutnya disebut

program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk

mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/D IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan

minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional

pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Page 8: Bukan saatnya berpangku tangan

Khusus Guru Bimbingan dan Konseling diatur pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi  Konselor. Dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No 27 tahun 2008 disebutkan bahwa kompetensi profesional merupakan

penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan

serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks

otentik Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor  yang berorientasi pada

pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi

bimbingan dan konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.

Pasal 3 ayat 1 Permendiknas No 8 dan No 9 tahun 2009 menyatakan bahwa Program PPG

diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang

memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Menteri. Mengacu pada UU No. 20/2003 pasal 3, tujuan

umum program PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara  yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan khusus program PPG pra-jabatan seperti yang tercantum dalam Permendiknas No. 8

Tahun 2009 Pasal 2 adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam

merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan

pembimbingan, dan pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan

profesionalitas secara berkelanjutan. Sedangkan tujuan khusus program PPG dalam jabatan seperti

tercantum dalam Permendiknas No 9 Tahun 2010 Pasal 2 adalah untuk menghasilkan guru

professional yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai

pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta

didik, dan melakukan penelitian, dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. Khusus

bagi program PPG BK/K oleh karena spesifikasi konteks tugas dan ekspektansi kinerjanya, maka

tujuan PPG BK/K adalah untuk menghasilkan guru bimbingan dan konseling atau konselor yang

mampu menyelengarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan melalui empat komponen

bimbingan dan konseling yakni layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan

dukungan sistem. 

Page 9: Bukan saatnya berpangku tangan

KOMPETENSI KONSELOR ATAU GURU BK

1. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, kebebasan

memilih, dan mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks kemaslahatan umum:

a. mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual,

bermoral, sosial, individual, dan berpotensi;

b. menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada

khususnya;

c. peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya;

d. menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya;

e. toleran terhadap permsalahan konseli, dan

f. bersikap demokratis

B. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling.

a) Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling;

b) menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya;

c) mengimplementasikan prinsipprinsip pendidikan dan proses pembelajaran;

d) menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan

e) Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenjang, dan jenis satuan

pendidikan: (a) menguasai esensi bimbingan dan onseling pada satuan jalur pendidikan formal,

non formal, dan informal; (b) menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis

pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus; dan (c) menguasai esensi bimbingan dan

konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah.

f) Menguasai konsep dan praksis penelitian bimbingan dan konseling: (a) memahami berbagai jenis

dan metode penelitian; (b) mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling; (c)

melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling; (d) memanfaatkan hasil penelitian dalam

bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling.

g) Menguasai kerangka teori dan praksis bimbingan dan konseling: (a) mengaplikasikan hakikat

pelayanan bimbingan dan konseling; (b) mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling;

(c) mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling; (d) mengaplikasikan

pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja; (e)

mengaplikasikan pendekatan/model/ jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan

konseling; dan (f) Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling.

Page 10: Bukan saatnya berpangku tangan

C. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan

1. Merancang program bimbingan dan konseling: (a) menganalisis kebutuhan konseli; (b)

menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta

didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan; (c) menyusun rencana

pelaksanaan program bimbingan dan konseling; dan (d) merencanakan sarana dan biaya

penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.

2. Mengimplemantasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif: (a)

Melaksanakan program bimbingan dan konseling: (b) melaksanakan pendekatan kolaboratif

dalam layanan bimbingan dan konseling; (c) memfasilitasi perkembangan, akademik, karier,

personal, dan sosial konseli; dan (d) mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan

konseling.

3. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling: (a) melakukan evaluasi hasil,

proses dan program bimbingan dan konseling; (b) melakukan penyesuaian proses layanan

bimbingan dan konseling; (c) menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi layanan

bimbingan dan konseling kepada pihak terkait; (d) menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi

untuk merevisi danmengembangkan program bimbingan dan konseling.

4. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja: (a) memahami dasar, tujuan,

organisasi dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinansekolah/madrasah, komite

sekolah/madrasah di tempat bekerja; (b) mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan

pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja; dan (c)

bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja seperti guru, orang tua,

tenaga administrasi)

5. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling: (a) Memahami

dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan

diri.dan profesi; (b) menaati Kode Etik profesi bimbingan dan konseling; dan (c) aktif dalam

organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri.dan profesi.

6. Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi: (a) mengkomunikasikan aspek-aspek

profesional bimbingan dan konseling kepada organisasi profesi lain; (b) memahami peran

organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan

konseling; (c) bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi lain;

dan (d) melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai keperluan.

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu

kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,

fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi

pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar

Page 11: Bukan saatnya berpangku tangan

kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka

pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.

Pelayanan konseling yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri telah termuat

dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah.

Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor pada Pasal 54 ayat (6) Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan bahwa beban

kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat

tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta

didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan.

Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang menyatakan bahwa layanan bimbingan

dan konseling pemberian perhatian, pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada sekurang-

kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan

tatap muka terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan

memerlukan.

Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik

strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor

dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.

Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli,

dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan

oleh konselor. Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai guru Bimbingan dan

Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 

Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar

kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke

dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan

kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut.

Mendeskripsikan ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya, prinsip-prinsip pendidikan dan

proses pembelajaran, dan menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan.

Melaksanakan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu

terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah

kepribadian, individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan

konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan

konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan

Page 12: Bukan saatnya berpangku tangan

bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran

pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal

dan informal.

Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain,

berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

 Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk (spiritual,

bermoral, sosial, individual, dan berpotensi), menghargai dan mengembangkan potensi positif

individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, peduli terhadap kemaslahatan manusia pada

umumnya dan konseli pada khususnya, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan

hak asasinya, toleran terhadap permasalahan konseli serta mampu bersikap demokratis.

Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah,

dan konsisten); menampilkan emosi yang stabil; peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman

dan perubahan; menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi.

Melakukan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif; bersemangat, berdisiplin,

dan mandiri; berpenampilan menarik dan menyenangkan; berkomunikasi secara efektif

Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan

sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat bekerja; mengkomunikasikan dasar, tujuan,

dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja; bekerja

sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga

administrasi).

Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk

pengembangan diri dan profesi; menaati Kode Etik profesi bimbingan dan konseling; aktif dalam

organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi

Mengkomunikasikan aspek-aspek profesional bimbingan dan konseling kepada organisasi

profesi lain, memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya

pelayanan bimbingan dan konseling, dapat bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan

profesional profesi lain, Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan.

Mendeskripsikan hakikat asesmen untuk keperluan pelayanan konseling, memilih teknik

penilaian sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling, menyusun dan

mengembangkan instrumen penilaian untuk keperluan bimbingan dan konseling,

mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah peserta didik, memilih dan

mengadministrasikan teknik penilaian pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi

Page 13: Bukan saatnya berpangku tangan

peserta didik, memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual

peserta didik berkaitan dengan lingkungan, mengakses data dokumentasi tentang peserta didik dalam

pelayanan bimbingan dan konseling, menggunakan hasil penilaian dalam pelayanan bimbingan dan

konseling dengan tepat, menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik penilaian.

Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling,mengaplikasikan arah profesi

bimbingan dan konseling, mengaplikasikan dasar‐dasar pelayanan bimbingan dan konseling,

mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja,

mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan

konseling, mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling.

Menganalisis kebutuhan konseli, menyusun program bimbingan dankonseling yang

berkelanjutan berdasar kebutuhan konseli secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan,

menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling, merencanakan sarana dan biaya

penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.

Melaksanakan program bimbingan dan konseling, melaksanakan pendekatan kolaboratif

dalam pelayanan bimbingan dan konseling, memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal,

dan sosial konseli, mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling.

Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling, melakukan

penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling, menginformasikan hasil pelaksanaan

evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait, menggunakan hasil pelaksanaan

evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling.

Memberdayakan kekuatan pribadi, dan keprofesionalan Guru Bimbingan dan

Konseling/konselor, meminimalkan dampak lingkungan dan keterbatasan pribadi Guru Bimbingan

dan Konseling/konselor, menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik

profesional Guru Bimbingan dan Konseling/konselor, mempertahankan obyektivitas dan menjaga

agar tidak larut dengan masalah peserta didik, melaksanakan referal sesuai dengan keperluan, peduli

terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi, mendahulukan kepentingan peserta didik

daripada kepentingan pribadi Guru Bimbingan dan Konseling/konselor.

Mendeskripsikan berbagai jenis dan metode penelitian, mampu merancang penelitian

bimbingan dan konseling, melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling, memanfaatkan hasil

penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan

konseling.