48

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku ini dimaksudkan sebagai panduan ringkas dan padat tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum. Tim penyusun dan tata letak ditangani oleh Qipra. Tahun terbit 2008.

Citation preview

Page 1: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan
Page 2: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan
Page 3: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Desember 2008

Page 4: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

0iviv

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemerintah kota tidak selalu sanggup menangani sampah yang ada

di kawasannya. Mereka masih membutuhkan dukungan keterlibatan dari banyak pihak. Termasuk juga

keterlibatan masyarakat penghuni dari kawasan-kawasan permukiman di wilayahnya.

Suatu sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) dicirikan oleh adanya keterlibatan masyarakat

penggunanya dalam perencanaan dan pengoperasiannya. Suatu sistem PSBM akan memiliki pola operasi

yang sesuai dengan kemampuan dan kemauan masyarakat penggunanya. Kesesuaian ini tentu akan membuat

keberlanjutan dari suatu PSBM dapat lebih terjaga.

Contoh-contoh selama ini membuktikan bahwa keberadaan PSBM dapat mengurangi beban pemerintah

dalam mengelola sampah di wilayahnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya pemerintah kota memfasilitasi

pengembangan PSBM. Keterlibatan pemerintah kota diharapkan dapat memastikan bahwa pola operasi dari

sistem-sistem PSBM yang ada nantinya akan tetap berkesinambungan dengan sistem pengelolaan sampah

perkotaan.

Semoga keberadaan buku ini dapat memberikan pemahaman lebih baik bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

pengembangan PSBM. Termasuk juga para aparat pemerintah kota yang sedang memfasilitasi pengembangan

PSBM di wilayahnya. Selamat membaca.

Budi Hidayat

Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas

Selaku Ketua Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

PENERBIT: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang beranggotakan wakil-

wakil Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Departemen Pekerjaan Umum, Departemen

Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Penerbitan buku ini

didanai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.

PENGANTAR

Photo : John Pieter.

PENGARAH: Oswar Mungkasa dan Nugroho Tri Utomo (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional);

Raymond Marpaung (Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum); Anggota Kelompok Kerja AMPL.

PENYUSUN: Rudy Yuwono (Konsep dan Tulisan), Laksmi Wardhani, Utari Ninghadiyati, Endro Adinugroho

(Dukungan Penulisan), E. Sunandar, Muhammad Taufi k (Desain Grafi s dan Tata Letak).

DUKUNGAN SUBSTANSI: Jajat Sudrajat, Ujang Suwardi (Gunung Batu, Bogor), Iswanto (Sukunan,

Jogyakarta), Isroi, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

KONTRIBUSI FOTO: Muhammad Taufi k, Utari Ninghadiyati, Deasy Sekar Tanjung, Sahlan, Mistur (Qipra

Galang Kualita, PT).

Page 5: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

v

Buku ini menjabarkan tentang sistem Pengelolaan

Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) berikut

tahap-tahap pengembangannya. Buku ini ditujukan

untuk para pemangku kepentingan (stakeholders)

urusan persampahan kota. Termasuk di dalamnya

adalah kelompok-kelompok masyarakat yang ingin

mengembangkan PSBM dan pihak-pihak yang ingin

membantu masyarakat.

Buku ini dibagi menjadi 4 bagian.

• Bagian pertama, berisikan beragam informasi

seputar klasifi kasi sampah permukiman, prinsip

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat,

komponen teknis PSBM terpadu, dan pola

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.

• Bagian kedua, menjelaskan tentang tahap-tahap

awal yang harus dilakukan untuk menyiapkan

masyarakat dalam pengembangan dan peng-

operasian PSBM.

• Bagian ketiga, menjelaskan beberapa potensi

kawasan permukiman yang harus diketahui

sebelum perencanaan PSBM dapat dilakukan.

• Bagian keempat, berisikan tentang proses

Menyusun Rencana Pengelolaan Sampah

Berbasis Masyarakat. Kelompok penggerak

bersama-sama dengan warga menyusun suatu

rencana pengelolaan sampah. Menentukan jenis

pewadahan sampah terpilah, pola pengumpulan

sampah, teknik pengolahan sampah, dan

pengomposan. Termasuk menentukan sumber

dana untuk membiayai Pengelolaan Sampah

Berbasis Masyarakat dan administrasi

pengelolaan sistem ini.

“Saatnya Masyarakat Berkawan” merupakan lanjutan

dari buku “Kalau Sulit Dilawan Jadikan Kawan” yang

sudah lebih dulu diterbitkan.

DAFTAR ISI

BAGIAN 1. PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 1

Klasifi kasi Sampah Permukiman 2

Prinsip Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat 4

Komponen Teknis PSBM Terpadu 6

Pola Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat 8

BAGIAN 2. MENYIAPKAN MASYARAKAT 10

Membentuk Kelompok Penggerak 12

Membangkitkan Kesadaran Masyarakat 14

Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat 16

BAGIAN 3. MENAKSIR POTENSI WILAYAH 19

Potensi Fisik 20

Potensi Sampah 22

Potensi Masyarakat 24

Potensi Kemitraan 26

BAGIAN 4. MENYUSUN RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH 28

Strategi Pengelolaan Sampah 30

Pengolahan Sampah 32

Pengumpulan Sampah 34

Pembiayaan 36

BAGIAN 5. PENUTUP 38

TENTANG BUKU INI

Page 6: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

0vi

Page 7: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

01

Banyak kawasan permukiman yang belum terjangkau layanan

persampahan dari instansi kebersihan setempat. Para penghuninya

kemudian terpaksa mengatasi sendiri permasalahan sampahnya.

Caranya macam-macam. Ada yang membuang sampahnya ke

sungai atau lahan kosong. Ada juga yang membakar sampahnya.

Namun, ada juga yang kemudian berinisiatif untuk menangani

sampahnya dengan baik dan benar. Mereka merencanakan dan

menciptakan sistem pewadahan, pengumpulan, pemindahan,

dan bahkan pemanfaatan sampah yang sesuai dengan kondisi,

kemauan, dan kemampuannya.

Bagian ini menguraikan berbagai pemahaman mendasar me-

ngenai Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Termasuk di da-

lamnya adalah uraian mengenai sampah dan pengklasifi kasiannya.

Keseluruhan bagian ini perlu dipahami guna mempermudah pem-

baca untuk mengikuti isi bagian-bagian lain dari buku ini.

BAGIAN 1P e n g e l o l a a n S a m p a h

MasyarakatBerbasis

Photo : John Pieter.

Page 8: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

02infografi k: Endang Sunandar

Atau jenis sampah yang dalam kondisi normalnya memiliki kandungan air

rendah sehingga tampak kering. Sering juga disebut Sampah Anorganik karena

mengandung logam atau mineral yang sulit diuraikan mikroba.

Sebagian Sampah Kering dapat dikategorikan sebagai Sampah Layak Daur

Ulang (recyclable) karena dapat diolah kembali untuk dijadikan bahan dasar

pembuatan produk baru. Sampah Layak Daur Ulang sering juga disebut

Sampah Layak Jual karena jenis sampah ini memang laku dijual ke pengepul.

Sebagian Sampah Kering lainnya akan masuk ke dalam kategori sebagai

Sampah Layak Buang atau sebagai Sampah Layak Bakar.

PLASTIK KERAS

KACA

KALENG

SAMPAH KERING

KLASIFIKASI SAMPAH PERMUKIMAN

Ada berbagai defi nisi sampah. Menurut Undang-Undang

tentang Pengelolaan Sampah (UU No. 18/2008), sampah

didefi nisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Defi nisi

lain menyebutkan sampah sebagai bahan yang sudah di-

anggap tidak mempunyai nilai untuk pemanfaatan semula

sehingga layak untuk dibuang. Atau, sebagai sumber daya

yang tidak terpakai atau sebagai bahan yang tidak bergu-

na lagi dan dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.

Perbedaan defi nisi ini sebenarnya tidak perlu terlalu diper-

masalahkan. Yang jelas, sampah perlu dikelola dengan baik

agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kita dan ling-

kungan. Bahkan, jika mungkin, sampah perlu dikelola agar

memberikan manfaat tambahan.

Sampah dapat diklasifi kasikan dengan berbagai cara.

Ada yang mengklasifi kasikannya berdasarkan jenis

materi pembentuknya. Atau, berdasarkan wujudnya, yaitu

sampah basah dan sampah kering. Walau tidak selalu

tepat, sampah basah seringkali juga disebut sampah

organik sedangkan sampah kering seringkali juga disebut

sampah anorganik. Cara lainnya adalah berdasarkan opsi

tindakan pengelolaannya. Diagram berikut menunjukkan

pengklasifi kasian sampah berdasarkan ketiga cara di atas.

Page 9: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

03

Atau jenis sampah yang dalam kondisi

normalnya memiliki kandungan air

yang tinggi sehingga terlihat basah.

Sering juga disebut Sampah Organik

karena mengandung berbagai materi

organik alamiah yang berasal dari

tumbuhan atau hewan dan dapat

diuraikan oleh mikroba.

Sebagian Sampah Basah dapat

dikategorikan sebagai Sampah Layak

Kompos (compostable) karena dapat

diubah mikroba menjadi kompos. Jika

didiamkan, sampah ini akan membusuk

dan berbau. Sebagian Sampah Basah

lainnya akan masuk ke dalam kategori

sebagai Sampah Layak Buang atau

sebagai Sampah Layak Bakar.

CATATAN:

Sampah Layak Buang; merupakan jenis sampah

yang sudah tidak layak untuk dimanfaatkan

kembali. Sebagian terdiri dari sampah organik

yang tidak dapat dijadikan kompos atau sampah

anorganik yang tidak dapat didaur ulang.

Sampah Layak Bakar; merupakan jenis sampah yang

mudah terbakar namun tidak menimbulkan gas dan

abu beracun dan berbahaya. Sebagian besar sampah

layak bakar terdiri dari sampah anorganik. Larangan

khusus diberikan kepada plastik, busa, dan gabus yang

dianggap dapat menimbulkan gas dan abu beracun.

DAUN

SISA MAKANAN

PLASTIK BUNGKUS

KERTAS

KAYU

SAMPAH BASAH

Page 10: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

04

Pemanfaatan sampah yang optimal; khususnya

guna a) mengurangi beban

pembuangan atau pemusnahan

sampah, b) memaksimalkan

penggunaan sumber daya, dan

c) mendapatkan pemasukan

fi nansial. Suatu PSBM sebaiknya

perlu mempertimbangkan

adanya pengomposan dan daur

ulang. Atau setidaknya penjualan

sampah yang tergolong sebagai

sampah Layak Daur Ulang.

Keterlibatan masyarakat yang menyeluruh; termasuk

dalam proses perencanaan,

pengoperasian, penentuan

anggaran, pengadaan dana

operasional, penilaian kinerja,

dan penentuan pengelolaan

PSBM. Mekanisme pengambilan

keputusan harus disepakati

bersama dan dipahami

secara jelas oleh seluruh

masyarakat penggunanya.

Kejelasan batasan wilayah; yang ditentukan

oleh masyarakat pengguna

PSBM sesuai keinginan dan

kesanggupannya. Wilayah

layanan dari suatu PSBM

sebaiknya disesuaikan dengan

batasan wilayah yang umum

dikenal. Misalnya RT, RW,

kelurahan maupun desa. Ada

baiknya wilayah layanan dari

suatu PSBM diketahui oleh

instansi kebersihan setempat.

Strategi pengelolaan sampah yang terpadu; yang disesuaikan dengan sasaran

akhir dari pengelolaan sampah

yang disepakati oleh seluruh

masyarakat pengguna PSBM.

Cakupan dari suatu strategi

pengelolaan sampah perlu

meliputi a) berbagai tindakan

terhadap tiap jenis sampah,

dan b) keterkaitan dengan

pola penanganan sampah di

luar PSBM (off-site system).

41 2 3

PRINSIP PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

(PSBM) dicirikan oleh adanya keterlibatan masyarakat

penggunanya dalam kegiatan perencanaan dan

pengoperasian sistem tersebut. Suatu PSBM tidak selalu

dicirikan dari kelengkapan komponen teknis yang

dimiliki oleh masyarakat di kawasan tersebut. Tidak

semua PSBM perlu memiliki fasilitas pengomposan

atau insinerator. Walau demikian, sudah sewajarnya

suatu PSBM memiliki beberapa fasilitas mendasar

untuk mengumpulkan sampah dan menanganinya

lebih lanjut.

Dalam segi pendanaan, pengembangan PSBM

tidak harus didanai oleh masyarakat. Banyak PSBM

dikembangkan atas biaya lembaga donor atau

Photo : ESP.

Photo : Koleksi.

Photo : Koleksi.

Photo : John pieter.

Page 11: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

05

Pola kemitraan yang menguntungkan; baik itu kemitraan untuk

pengembangan PSBM,

pemanfaatan sampah, maupun

untuk penanganan sampah

di luar PSBM (off-site system).

Kemitraan perlu dijalin

dengan pihak swasta, pihak

pemerintah, maupun pihak-

pihak lainnya. PSBM tidak akan

mampu mempertahankan

keberlanjutannya tanpa

adanya kemitraan yang

saling menguntungkan.

Fasilitas persampahan yang memadai; guna mendukung implementasi

dari strategi pengelolaan

sampah yang disepakati.

Fasilitas persampahan

setidaknya harus mampu

menampung seluruh buangan

sampah di dalam wilayah

layanan PSBM. Dan mampu

menangani sampah terkumpul

itu dengan baik guna mencegah

timbulnya dampak lingkungan,

baik di dalam wilayah PSBM

maupun di daerah sekitarnya.

Kelompok penggerak yang mumpuni; guna mengoperasikan PSBM

sesuai strategi dan rencananya.

Kelompok penggerak perlu

memiliki struktur organisasi

dan pengurus yang disepakati

masyarakat. Tiap anggotanya

harus memiliki pengetahuan

dan keterampilan yang

memadai. Secara periodik,

kelompok penggerak perlu

mempertanggungjawabkan

kinerjanya sesuai dengan

mekanisme yang disepakati.

Optimasi pendanaan sendiri; sehingga setidaknya mampu

memenuhi biaya operasi

dan perawatan PSBM.

Beberapa sumber dana yang

patut dioptimalkan antara

lain adalah iuran warga,

pemasukan dari penjualan

sampah Layak Daur Ulang,

dan penjualan kompos. Selain

mengoptimalkan perolehan

dana, kelompok penggerak

perlu memastikan agar PSBM

dapat beroperasi dengan biaya

yang serendah-rendahnya.

85 6 7

pemerintah kota. Walau demikian, masyarakat

pengguna PSBM harus membiayai seluruh ongkos

operasinya. Sangat disarankan agar PSBM dapat

menutup sebagian ongkos operasi dan perawatannya

dari hasil pemanfaatan sampah.

Selaku pengguna masyarakat tidak harus men-

jalankan sendiri PSBM-nya. Banyak PSBM dioperasikan

oleh pihak lain yang dikontrak oleh masyarakat peng-

gunanya. Yang penting kinerja pihak pelaksana operasi

harus terus dipantau dan dievaluasi oleh masyarakat

penguna PSBM tersebut.

Pengalaman menunjukkan banyak PSBM yang tidak

berhasil menjaga keberlanjutannya. Penyebabnya,

macam-macam. Mulai dari masalah teknis, sosial, sam-

pai fi nansial. Agar mampu memelihara keberlanjutan-

nya, suatu PSBM harus memenuhi beberapa syarat ber-

ikut ini;

Photo :Utari .

Photo :Utari.

Photo : Koleksi.

Photo :Deasy.

infografi k : Endang Sunandar

8 Syarat Keberlanjutan PSBM

Page 12: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Sistem PSBM tidak didefi nisikan berdasarkan keleng-

kapan komponen teknisnya. Artinya, mungkin saja suatu

PSBM hanya memiliki satu atau dua komponen teknis.

Yang penting, sistem awalnya memang ditentukan oleh

masyarakat penghuni kawasan tersebut.

Suatu PSBM yang lengkap dapat memiliki enam

komponen teknis sebagaimana terlihat dalam diagram

berikut. Kelengkapan komponen teknis demikian

membuat suatu PSBM lebih mudah dijadikan sebagai

suatu sistem pengelolaan sampah terpadu (integrated

solid waste management).

Keterpaduan PSBM dapat saja tercipta dengan meng-

gabungkan komponen pengelolaan sampah yang dimi-

liki pihak lain. Misalnya dengan komponen pengolahan

sampah yang dimiliki perusahaan swasta. Atau, dengan

komponen fasilitas pengangkutan sampah yang dimi-

liki instansi kebersihan pemerintah kota.

KOMPONEN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT TERPADU

Pengumpulan sampah; yang

berfungsi untuk mengumpulkan sampah

dari tiap wadah dan membawanya

ke tempat pengolahan sampah.

Pengumpulan sampah umumnya

dilakukan dengan menggunakan gerobak

sampah yang ditarik tenaga manusia.

Walau demikian, ada juga PSBM yang

menggunakan motor bak atau mobil bak

sebagai sarana pengumpulan sampahnya.

Pewadahan sampah; baik

pewadahan di rumah, maupun

pewadahan komunal di permukiman

padat. Untuk mengoptimalkan

upaya pemanfaatan sampah,

suatu PSBM sebaiknya menerapkan

sistem pewadahan terpisah antara

sampah basah dengan sampah

kering. Pewadahan khusus juga perlu

disediakan untuk sampah bahan

beracun dan berbahaya (B3).

Penanganan sumber; dengan meminta masyarakat untuk

mempraktekkan 3R (reduce, reuse,

dan recycle) di rumahnya masing-

masing guna mengurangi jumlah

timbulan sampah. Salah satu caranya

adalah pengomposan di rumah

(home composting). Untuk itu, tiap

rumah perlu dilengkapi dengan alat

pengompos (composter), baik buatan

sendiri maupun buatan pabrik.

321

06ruang komponen teknis PSBM

Page 13: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Pemusnahan sampah; yang banyak dilakukan jika suatu

PSBM memang tidak mungkin

melakukan pembuangan sampah

ke TPA sampah. Salah satu cara

pemusnahan sampah yang dapat

dilakukan adalah insinerasi dengan

menggunakan peralatan yang benar.

Upaya ini hanya dapat dilakukan

terhadap sampah yang tergolong

sebagai sampah Layak Bakar.

Pengangkutan sampah; yang dilakukan oleh truk pengangkut

sampah ke suatu tempat pengolahan

akhir (TPA) sampah atau tempat

pemusnahan sampah lainnya.

Pengangkutan sampah dilakukan

terhadap sisa-sisa sampah yang

sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi

(sampah Layak Buang) dari fasilitas

pengolahan sampah atau dari tempat

penampungan sampah sementara.

Khusus sampah B3 ditempatkan

dalam kompartemen terpisah.

Pengolahan sampah; untuk

membuat kompos dari sampah

Layak Kompos atau membuat produk

berguna dari sampah Layak Daur

Ulang. Jika tidak membuat produk

daur ulang sendiri, sampah Layak

Daur Ulang hanya akan dibersihkan,

dikemas, dan dijual ke pihak lain.

Pengolahan sampah biasanya

dilakukan di suatu fasilitas terpadu

yang juga berperan sebagai tempat

penampungan sampah sementara.

654

07

Infografi k : E. Sunandar & M

. Taufi k.

ruang komponen teknis pihak swasta

ruang komponen teknis instansi kebersihan pemerintah kota

Page 14: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

PSBM dapat dijumpai di beberapa tempat di kota-

kota Indonesia, baik itu di kawasan urban maupun di

kawasan sub-urban. PSBM yang ada saat ini memiliki

pola pengembangan dan operasi yang berbeda-beda.

Sebagian dikembangkan atas inisiatif masyarakatnya

sendiri, sebagian lagi dikembangkan atas dorongan

pihak luar. Sebagian memiliki fasilitas yang lengkap,

sebagian lagi sederhana.

POLA PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

InsiatorWarga setempat.

InsiatorLembaga Swadaya Masyarakat.

Penanganan sampah Pengumpulan sampah 2 hari sekali dengan gerobak sampah. Pemilahan sampah di saung pengolahan sampah. Sampah Layak Kompos dijadikan kompos untuk digunakan sendiri dan dijual. Sampah Layak Daur Ulang dijual ke pengepul setempat. Sampah tersisa dibakar.

Penanganan sampah Pengumpulan sampah dilakukan dari rumah warga dengan menggunakan ge-robak sampah.

Pemilahan sampah dilakukan di tempat pengolahan sampah. Sampah layak kompos dijadikan kompos untuk digunakan sendiri dan dijual. Sampah layak daur ulang dijual ke pengepul.

Fasilitas teknis Gerobak sampah pengumpul. Saung pengolahan sampah sebagai lokasi pemilahan sampah. Kotak-kotak pengomposan.

Fasilitas teknis Motor sampah pengumpul. Lahan untuk mengolah sampah yang sudah disortir. Peralatan untuk membuat kompos.

Kelompok penggerak Kelompok yang diketuai Ketua RW dengan anggota seorang bendahara dan 4 orang pekerja (warga setempat).

Kelompok penggerakLSM B.E.S.T dan 5 orang warga.

Sumber dana Penjualan kompos. Penjualan sampah Layak Daur Ulang. Iuran warga.

Sumber dana Penjualan Kompos Penjualan sampah Layak Daur UIang. Iuran Warga.

Dukungan pihak lain Bimbingan pengomposan dari pemerhati sampah setempat.

Dukungan pihak lain Pemerintah Kabupaten Tangerang dan pengembang perumahan.

Batasan layanan5 RT di dalam wilayah RW 04.

Batasan layananPerumahan Mustika Tigaraksa

Keterlibatan masyarakat Menentukan pola pengelolaan sampah dan pembentukan kelompok penggerak. Membayar iuran pengelolaan sampah. Memilah sampah basah dan sampah kering.

Keterlibatan masyarakat Warga menentukan jenis pelayanan sampah. Membayar iuran pengelolaan sampah.

08

PSBM di RW04, Kelurahan Gunung Batu,

Kecamatan Bogor Barat,

Kota Bogor

PSBM di Perumahan Mustika Tigaraksa, Kabupaten Tangerang

Photo : Sahlan.

Photo : Koleksi.

Page 15: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Ada beberapa aspek yang dapat digunakan sebagai

acuan untuk mengenali karakteristik dari suatu sistem

PSBM. Misalnya, inisiatornya, ruang keterlibatan

masyarakatnya, batasan layanannya, sampai ke

dukungan pihak lainnya. Keempat contoh berikut dapat

menunjukkan perbedaan dari sistem-sistem PSBM

yang ada. Perlu diingat bahwa sistem tersebut dapat

disesuaikan dengan kondisi suatu kawasan.

InsiatorWarga setempat.

InsiatorDepartemen Pekerjaan Umum

Penanganan sampah Pengumpulan sampah dilakukan 1 minggu sekali dari tong sampah yang ada di tiap titik yang sudah ditentukan dengan menggunakan gerobak sampah.

Sampah Layak Kompos dijadikan kompos untuk digunakan sendiri dan dijual. Sampah Layak Daur Ulang dijual ke pengepul setempat. Sampah tersisa dibuang ke TPA.

Penanganan sampah Warga memilah sampah di rumah masing-masing. Sampah lalu dibuang ke TPS. Secara berkala sampah di TPS diangkut ke TPA. Sampah layak jual dikumpulkan di bank sampah untuk dijual.

Fasilitas teknis Gerobak sampah pengumpul. Kotak penampung sampah organik. Kotak-kotak untuk membuat kompos skala kawasan. TPS untuk menyimpan sampah yang sudah dipilah warga.

Fasilitas teknis Bak penampungan sampah (TPS). Becak sampah. Truk pengangkut sampah dari TPS ke TPA.

Kelompok penggerakTim Pengelola Sampah Kampung yang dipimpin oleh seorang ketua dan beranggo-takan beberapa unit kerja.

Kelompok penggerakDepartemen Pekerjaan Umum membentuk forum diskusi masyarakat untuk men-ciptakan kader-kader lingkungan.

Sumber dana Penjualan kompos. Penjualan sampah Layak Daur Ulang .

Sumber dana Departemen Pekerjaan Umum

Dukungan pihak lain Bantuan dari LSM asing (ACICIS, Australian Consortium for In Country Indonesian Study) untuk membuat tempat sampah dan pendampingan ke masyarakat.

Batasan layananDesa Sukunan, Sleman.

Batasan layananBantaran sungai Percut Medan

Keterlibatan masyarakat Menentukan pola pengelolaan sampah dan pembentukan kelompok penggerak. Membayar iuran pengelolaan sampah. Memilah sampah basah dan sampah kering.

Keterlibatan masyarakat Masyarakat diajak untuk membuang sampah ke TPS Warga melakukan pemilahan sampah

09

PSBM di desa Sukunan,

Kelurahan Banyuraden,

Kecamatan Gamping,

Kabupaten Sleman

PSBM di Daerah Bantaran

Sungai Percut, Kota Medan

Photo : Departem

en PU

Photo : Utari.

Page 16: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

10

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM)

dicirikan sebagai suatu sistem pengelolaan sampah

kawasan permukiman yang dikembangkan dan di-

operasikan sesuai dengan keputusan-keputusan yang

diambil oleh masyarakat penggunanya sendiri. Dalam

suatu PSBM, masyarakat perlu memiliki tingkat ke-

sadaran, komitmen, kemauan, dan kemampuan yang

memadai agar dapat mengambil keputusan dengan

benar. Upaya penyiapan masyarakat merupakan ta-

hap paling penting dalam pengembangan PSBM.

Bagian ini akan menguraikan berbagai langkah

yang perlu dilakukan sebelum masyarakat diajak

bersama-sama merencanakan pengembangan

PSBM di kawasan permukimannya. Termasuk dalam

langkah-langkah penyiapan masyarakat itu adalah

pembentukan kelompok penggerak, peningkatan

kesadaran dan minat masyarakat, dan peningkatan

pengetahuan masyarakat.

BAGIAN 2Menyiapkan

MasyarakatPhoto : Koleksi.

Page 17: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

11

Page 18: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

(PSBM) di suatu kawasan permukiman tidak akan

berkembang jika tidak ada pihak-pihak yang mau

menggerakkan masyarakat. Inisiasi memang bisa datang

dari siapa saja, baik dari masyarakatnya sendiri maupun

dari pihak luar. Walau demikian, pengembangan

PSBM tetap harus melibatkan sekelompok anggota

masyarakat yang mau bekerja keras untuk melakukan

perubahan di kawasan permukimannya sendiri. Untuk

kepentingan bahasan, kelompok ini disebut sebagai

kelompok penggerak. Selain memotori masyarakat

calon pengguna agar mau dan mampu terlibat dalam

perencanaan PSBM, kelompok ini akan mengkoordinir

keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan

pengoperasian seluruh fasilitas PSBM.

Anggota kelompok penggerak sebaiknya diambil

dari masyarakat penghuni kawasan permukiman itu

sendiri. Proses pencarian para calon anggota kelompok

MEMBENTUK KELOMPOK PENGGERAK

12

Infografi k : E. Sunandar.

Page 19: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

penggerak dapat dilakukan dengan memperhatikan

hal-hal berikut ini:

• Berbagai kelompok masyarakat yang aktif

melakukan kegiatan kemasyarakatan. Seperti,

kelompok keagamaan, karang taruna, kader pos-

yandu, kelompok pemuda, dan arisan. Umumnya

anggota kelompok-kelompok ini sudah dikenal dan

terbiasa bekerjasama dengan masyarakat.

• Riwayat kegiatan kolektif yang pernah dilaku-

kan masyarakat. Seperti, kegiatan pemberdayaan

masyarakat, kegiatan kerja bakti bersama, perayaan

hari kemerdekaan Republik Indonesia, dan kegiatan

keagamaan. Lebih baik lagi jika pernah ada kegiat-

an yang terkait dengan peningkatan kondisi sani-

tasi kawasan permukiman itu.

• Saran dan masukan dari tokoh masyarakat

setempat. Individu yang disarankan oleh tokoh

masyarakat sebaiknya merupakan individu yang

reputasinya sudah dikenal baik oleh masyarakat

penghuni kawasan tersebut.

Sebelum menjalankan tugasnya, tiap anggota kelompok

penggerak harus sudah memahami prinsip dasar PSBM

dan tahapan pengembangannya.

13

Kelompok penggerak sebaiknya dipimpin oleh seorang ketua dan dapat didampingi oleh seorang

penanggung jawab serta penasihat. Keberadaan mereka diyakini mampu membantu kelompok penggerak

dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Termasuk mencari bantuan dari lembaga lain untuk

mengembangkan PSBM di kawasan tersebut.

Photo: Sahlan

Page 20: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

14

Diskusi Informal; yang dapat diselenggarakan

secara umum maupun secara

terbatas dengan kelompok-

kelompok tertentu saja. Acara

dapat dilakukan dimana

saja termasuk di rumah-

rumah warga atau disela-

sela kegiatan warga lainnya.

Sebelum tanya-jawab dimulai,

sebaiknya masyarakat diberi

penjelasan secukupnya tentang

permasalahan sampah di

lingkungan permukimannya.

1

Wisata Banding; yang merupakan kegiatan yang

umumnya disenangi masyarakat.

Daerah yang dikunjungi tentunya

merupakan daerah yang telah

berhasil mengembangkan PSBM.

Koordinasi dengan pengelola

permukiman percontohan sangat

penting dilakukan agar makna

kunjungan dapat optimal.

6

Pengembangan PSBM harus didasari oleh kebutuhan (demand)

masyarakat untuk meningkatkan kebersihan permukimannya. Sebelum

kebutuhan itu tumbuh, masyarakat perlu menyadari bahwa:

• Kawasan permukimannya memiliki masalah kebersihan akibat

sampah yang tidak terkelola dengan baik.

• Kawasan permukiman yang sehat dan bersih akan memberi banyak

manfaat kepada para penghuninya.

• Masyarakat harus berupaya sendiri mengatasi sampahnya di saat

instansi kebersihan setempat tidak mampu menangani sampah di

kawasan permukimannya.

• Keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengembangkan

PSBM yang sesuai dengan kebutuhan permukiman tersebut.

Kelompok penggerak perlu membangkitkan kesadaran dari seluruh

masyarakat penghuni kawasan permukiman. Keberadaan PSBM di

suatu kawasan permukiman perlu didukung oleh seluruh masyarakat

penghuninya. Dari kesadaran yang baik nantinya akan timbul minat

masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan PSBM.

Pemilihan teknik pembangkitan kesadaran dan minat masyarakat

sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan ketersediaan waktu masyarakat,

tingkat pendidikan, sumber daya manusia yang ada, pengetahuan

masyarakat tentang isu-isu sanitasi lingkungan, dan anggaran biaya

yang tersedia. Diagram berikut menunjukkan teknik-teknik yang biasa

dilakukan untuk membangkitkan kesadaran dan minat masyarakat.

MEMBANGKITKAN KESADARAN DAN MINAT MASYARAKAT

Photo : Koleksi.

Page 21: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

15

Simulasi dan Peragaan; sebaiknya diselenggarakan di sela-sela acara kemasyarakatan

atau di lokasi-lokasi yang sering mereka kunjungi. Beberapa contoh

simulasi dan peragaan ini antara lain adalah pemilahan sampah,

pembuatan kompos, dan pembuatan kertas daur ulang. Simulasi

dapat mengundang praktisi persampahan yang bersedia membantu.

2

Poster dan Pamfl et; sebaiknya berisi pesan-pesan pendek yang ditampilkan

bersama foto atau ilustrasi menarik. Poster sebaiknya

dipasang di tempat-tempat umum, sedangkan pamfl et

dapat dibagikan langsung ke tiap anggota masyarakat.

3

Lomba Tematik; yang umumnya juga merupakan kegiatan yang

disenangi masyarakat apapun bentuk lombanya.

Beberapa contoh lomba tematik ini antara lain

adalah lomba melukis antar anak, lomba disain

poster atau pamfl et, lomba pemilahan sampah,

lomba kebersihan halaman, dan lain sebagainya.

4

Jajak-Pendapat; yang biasanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

berisi sejumlah pertanyaan mengenai isu-isu kebersihan dan

persampahan di kawasan permukimannya. Dengan mengisi

kuesioner, masyarakat secara tidak langsung sudah diajak

memperhatikan permasalahan sampah di kawasannya.

5 Infografi k : E. Sunandar.

6 Metode pembangkitan kesadaran masyarakat

Page 22: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Dengan bekal pengetahuan yang baik, keterlibatan masyarakat dalam

perencanaan PSBM nantinya akan berlangsung lebih efektif. Tanggapan dan

saran yang mereka berikan akan lebih terarah dan tepat. Komitmen mereka

juga umumnya akan lebih kuat.

Kegiatan peningkatan pengetahuan masyarakat berbeda dengan kegiatan

pembangkitan kesadaran dan minat masyarakat. Di tahap ini, masyarakat akan

diberikan pengetahuan yang terkait dengan sistem PSBM dan peran-peran

yang dapat mereka jalankan (lihat diagram berikut).

Serangkaian kegiatan pelatihan dan penyuluhan dibutuhkan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat. Materi kegiatan-kegiatan tersebut

disusun dengan memperhatikan hal-hal berikut:

• Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah.

• Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat.

• Kegiatan pelatihan yang pernah dilakukan.

• Kebiasaan masyarakat dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.

• Waktu luang yang umumnya dimiliki masyarakat.

Guna mempermudah penyerapan informasi, kegiatan peningkatan

pengetahuan masyarakat sebaiknya dilengkapi dengan peragaan, simulasi,

dan diskusi interaktif. Lebih baik lagi jika dilengkapi dengan kunjungan ke

suatu PSBM yang sudah berjalan baik.

MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT

16

Masyarakat sebagai Pelanggan;

yang menerima layanan PSBM dan

membayar iuran sebagai kompensasi

terhadap layanan yang diterimanya.

Photo : E. Sunandar.

Photo : ISSDP.

Melakukan praktek langsung jauh lebih efektif ketimbang hanya memberikan pelatihan

secara lisan atau tertulis. Warga bisa langsung mengetahui proses pembuatan kompos

dan mencobanya sendiri di tempat pelatihan. Ada baiknya pelatihan dilakukan dengan

didampingi oleh pihak lain yang benar-benar menguasai proses pembuatan kompos.

Photo : Sahlan.

Page 23: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

17

Masyarakat sebagai Pengawas;

yang akan melakukan pengawasan dan

penilaian kinerja dari PSBM dan tenaga

pelaksananya.

Masyarakat sebagai Pengembang;

yang terlibat dalam perencanaan dan

pembangunan PSBM.

Masyarakat sebagai bagian Pelaksana Operasi PSBM;

yang akan terlibat dalam a) minimisasi, pengolahan, dan pemilahan

sampah di rumahnya masing-masing, b) pewadahan dan pengumpulan

sampah, dan c) pemeliharaan fungsi fasilitas komunal.

Masyarakat sebagai Operator PSBM;

yang nantinya akan terlibat langsung dalam

pengoperasian, pemeliharaan, dan pengaturan

administrasi PSBM.

Photo : Utari.

Photo : Sahlan.

Photo : Koleksi.

Berbagai peran masyarakat dalam PSBM

Page 24: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

18

Page 25: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) perlu

dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki suatu kawasan

permukiman. Potensi kawasan permukiman dapat dikelompokkan

secara sederhana sebagai potensi fi sik kawasan, potensi sampah,

potensi masyarakat penghuninya, dan potensi dukungan dari pihak

luar. Kelompok penggerak harus mampu mengidentifi kasi semua

potensi tersebut. Sedapat mungkin proses identifi kasi ini juga sudah

melibatkan masyarakat penghuni kawasan tersebut.

Bagian ini akan menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan

kelompok penggerak dalam mengidentifi kasi potensi dari suatu

kawasan permukiman dimana PSBM akan dikembangkan.

BAGIAN 3

19

MENAKSIR

WilayahPotensi

Photo : Koleksi.

Page 26: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Ada beberapa karakteristik fi sik kawasan permukiman yang

perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem PSBM. Beberapa

di antaranya adalah:

• Fasilitas persampahan; seperti bak-bak sampah (individu-

al dan komunal), gerobak sampah, tempat penampungan

sampah sementara, dan unit-unit pengomposan. Perencana-

an sistem PSBM sebaiknya mempertimbangkan pemanfaatan

fasilitas-fasilitas tersebut seoptimal mungkin.

• Lahan kosong; yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai

lahan dimana pusat pengelolaan sampah akan dibangun.

Identifi kasi lahan kosong perlu dilengkapi dengan peta lokasi

lahan, dimensi lahan, dan pemilik lahan.

• Ruas jalan akses; yang akan dimanfaatkan sebagai jalur

perlintasan kendaraan pengumpul sampah. Identifi kasi ruas

jalan perlu dilengkapi dengan peta lokasi jalan, dimensi jalan,

dan kondisi permukaan jalan. Perhatian khusus tentu perlu

diberikan pada ruas jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan

pengumpul sampah.

Keberadaan fasilitas dan kegiatan persampahan di sekitar

kawasan permukiman juga perlu diidentifi kasi. Termasuk di

antaranya adalah keberadaan fasilitas tempat penampungan

sementara (TPS) sampah, tempat pengolahan akhir (TPA) sampah,

kegiatan daur ulang, dan pengomposan. Ada kemungkinan

suatu PSBM nantinya akan memanfaatkan fasilitas dan kegiatan

persampahan tersebut.

Karakteristik fi sik lain yang perlu diidentifi kasi adalah jumlah

rumah dan bangunan lainnya yang dapat digolongkan sebagai

penghasil sampah (lihat Potensi Sampah di halaman 22). Informasi

ini perlu dilengkapi dengan peta lokasi, komposisi dan kepadatan

bangunan, kondisi umum tiap bangunan, dan pemilik bangunan.

POTENSI FISIK

20

Page 27: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

21

Peta kawasan permukiman akan memudahkan pro-

ses identifi kasi hal-hal fi sik yang dapat dimanfaatkan

sebagai modal dasar fasilitas sistem PSBM.

Infografi k : M. Taufi k.

Page 28: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Siapapun yang ingin mengembangkan sistem PSBM perlu melihat sampah

sebagai potensi sumber daya. Khususnya bagi sampah-sampah yang tergolong

sampah Layak Kompos dan Layak Daur Ulang (lihat Klasifi kasi Sampah

Permukiman di halaman 2). Dengan penanganan yang baik, sampah-sampah itu

dapat memberikan pemasukan untuk suatu PSBM.

Potensi sampah dari suatu kawasan permukiman dapat diperkirakan, asalkan

komposisi dan berat sampah rata-rata dari rumah-rumah di kawasan tersebut

diketahui. Untuk mendapatkan data itu, kelompok penggerak perlu melakukan

pengukuran langsung terhadap karakteristik sampah dari beberapa rumah sampel

di kawasan tersebut.

Informasi mengenai Potensi Sampah dari suatu kawasan permukiman yang

perlu diketahui antara lain meliputi (lihat tabel):

o Berat dan komposisi timbulan sampah total dari seluruh rumah.

o Berat dan volume sampah total sesuai klasifi kasi:

• sampah basah dan sampah kering,

• sampah Layak Kompos, Layak Daur, dan Layak Buang.

Untuk suatu kawasan permukiman yang luas, informasi di atas sebaiknya dipilah

untuk tiap blok perumahan. Informasi tersebut nantinya akan sangat berguna

dalam perencanaan komponen pengumpulan sampah.

POTENSI SAMPAH

22

Masyarakat perlu dilibatkan dalam pengukuran komposisi dan berat sampah. Mereka diajak

mengelompokkan sampah rumahnya masing-masing sesuai pembagian sampah basah

dan sampah kering selama 2 hari. Setelah dipilah lebih lanjut, tiap jenis sampah kemudian

ditimbang dan dirata-ratakan. Keterlibatan masyarakat dalam pengukuran ini sekaligus akan

melatih mereka untuk mengelompokkan sampah dengan benar.

M k l dilib k d l k k i i d b h M k di j k

Photo : Koleksi.

Page 29: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

2323

50%Sampah Layak Kompos

(Compostable)

34%Sampah Layak Buang

(Disposable)

16%Sampah Layak Jual

Hasil pengukuran sampah di suatu kawasan permukiman sub-urban

menunjukkan bahwa sebagian besar sampahnya merupakan sampah

Layak Kompos. Sampah Layak Daur Ulang atau sampah yang layak dijual

umumnya hanya berkisar 15% – 20%.

Komposisi SampahTimbulan Sampah

(kg/orang/hari) %

Layak

Daur Ulang

atau

Layak Jual

Plastik keras 0.009 3.644 15.789

Kertas, karton, kardus 0.024 9.717

Kaleng, besi, seng 0.003 1.215

Botol, kaca 0.003 1.215

Layak Kompos Sisa makanan, daun-daun 0.123 49.8 49.798

Layak Buang Plastik bungkus 0.018 7.287

Potongan kayu 0.006 2.429

Sampah organik lainnya 0.061 24.7 34.413

Timbulan Sampah Total 0.247 100 100

Karakteristik Timbulan Sampah Permukiman

Photo : E. Sunandar.

Sumber: Studi SWIMFIN Kabupaten Bandung, 2003

Page 30: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Masyarakat perlu dilihat sebagai potensi sumber

daya yang dapat mendukung pengembangan dan pen-

goperasian PSBM. Masyarakat dapat dilibatkan dalam

upaya 3R di rumahnya masing-masing. Masyarakat dap-

at dilibatkan dalam pendanaan operasi PSBM dan pen-

gawasannya. Dengan cara meminta kesediaannya un-

tuk memanfaatkan produk sampah, misalnya kompos.

Kelompok penggerak perlu mengidentifi kasi berbagai

potensi masyarakat tersebut.

Informasi pertama yang perlu diperoleh adalah

jumlah masyarakat yang tertarik untuk menerima

layanan PSBM. Perlu diingat bahwa belum tentu semua

penghuni kawasan mau menerima keberadaan PSBM.

Informasi ini dibutuhkan untuk memperkirakan jumlah

rumah tangga yang berpotensi menjadi pelanggan

PSBM. Data-data ini tentunya juga dibutuhkan untuk

merancang program peningkatan kesadaran dari

para penghuni kawasan yang belum mau menerima

keberadaan PSBM tersebut.

Informasi potensi masyarakat yang perlu diperoleh

POTENSI MASYARAKAT

24

Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus perlu dilibatkan sebagai bagian dari sistem PSBM. Misalnya,

mereka yang berprofesi sebagai tenaga pengajar dapat dilibatkan dalam pembinaan dan pendampingan masyarakat. Mereka

yang kreatif dapat dilibatkan dalam pembuatan barang kerajinan seni dari sampah. Mereka yang terampil berkebun dapat

dilibatkan dalam penyuluhan pemanfaatan kompos yang benar. Sementara itu, mereka yang terampil dalam pertukangan

dapat dilibatkan dalam konstruksi fasilitas-fasilitas PSBM.

Page 31: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

kelompok penggerak adalah:

• Latar belakang pendidikan; menyangkut tingkat

dan jenis pendidikan masyarakat penghuni.

Informasi ini berguna untuk mengusulkan peran

seseorang dalam sistem PSBM.

• Profesi; baik itu profesinya saat ini maupun

profesinya terdahulu. Informasi ini juga berguna

nantinya untuk mengusulkan peran seseorang

dalam sistem PSBM.

• Tingkat kesediaan membayar; yang menyangkut

kesanggupan terhadap besaran dan pola

pembayaran layanan PSBM. Informasi ini berguna

untuk memperkirakan iuran warga dan pemasukan

yang dapat diterima PSBM.

• Peran yang diinginkan; agar disesuaikan dengan

latar belakang pendidikan dan profesi mereka.

Perolehan informasi Potensi Masyarakat umumnya

dilakukan melalui survei langsung ke tiap kepala rumah

tangga. Jika jumlah rumah dirasakan terlalu banyak,

survei ini dapat dilakukan hanya ke sebagian rumah

tangga saja.

25Photo : Koleksi.

Page 32: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

26

Untuk menjaga keberlanjutannya, suatu PSBM perlu bermitra dengan pihak-

pihak lain. Misalnya, kemitraan dengan instansi kebersihan, pengusaha daur ulang,

pedagang kompos, maupun dengan perusahaan-perusahaan swasta. Kelompok

penggerak perlu mengidentifi kasi semua potensi kemitraan ini.

Kemitraan perlu didasari oleh prinsip saling membutuhkan. Sebagai contoh,

kemitraan dengan instansi kebersihan sebaiknya didasari kesanggupan PSBM

untuk mengurangi timbulan sampah di wilayah layanannya. Kemitraan dengan

pengusaha daur ulang sebaiknya didasari kesanggupan PSBM untuk menyediakan

sampah dengan jumlah dan jenis yang dibutuhkan pengusaha tersebut.

Masyarakat biasanya masih membutuhkan bantuan pendanaan dari pihak luar,

khususnya dalam masa pengembangan PSBM. Beberapa perusahaan swasta, di

bawah program Corporate Social Responsibility (CSR) atau program sosial lainnya,

dapat membantu pendanaan ini. Khususnya untuk PSBM di kawasan-kawasan

permukiman di sekitar perusahaan tersebut. Beberapa program pemerintah, baik

pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota, juga ada yang ditujukan

untuk membantu pendanaan kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat.

Kemitraan PSBM dengan pihak lain perlu diperkuat dengan suatu kesepakatan

tertulis. Tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak perlu dituangkan

dengan jelas dalam dokumen tersebut. Demikian juga dengan masa berlakunya

kesepakatan. Lebih baik lagi jika penandatanganan kesepakatan itu juga disaksikan

pihak ketiga.

POTENSI KEMITRAAN

Sistem PSBM di suatu kawasan permukiman seringkali perlu membina kemitraan dengan

kawasan tetangganya. Khususnya jika PSBM itu tidak mendapatkan sampah Layak Kompos

atau Layak Daur Ulang dalam jumlah yang memadai.

Photo : Koleksi.

Page 33: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

27

Kemitraan juga perlu dibina dengan pihak-pihak

yang siap mendampingi masyarakat dalam

pengembangan dan pengoperasian sistem PSBM.

Beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) sudah

berpengalaman dalam mengembangkan kegiatan

berbasis masyarakat, termasuk kegiatan pengelolaan

sampah. LSM-LSM tersebut dapat menyediakan

sumber daya manusia yang sehari-hari akan tinggal

bersama masyarakat.

Photo : E. Sunandar.

Page 34: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam perenca-

naan PSBM. Pada awalnya adalah penentuan strategi pengelolaan

sampah yang kemudian akan mendasari perencanaan komponen

teknis PSBM. Lalu, perencanaan komponen pengolahan sampah

yang merupakan jantung dari suatu PSBM terpadu. Langkah itu

kemudian diikuti oleh perencanaan dari komponen teknis lain-

nya seperti komponen pengumpulan, pewadahan, dan pengang-

kutan sampah.

Bagian ini akan menguraikan beberapa hal mendasar dari

aspek perencanaan sistem PSBM. Mulai dari komponen teknis

PSBM sampai pada aspek pembiayaannya. Uraian berikut akan

banyak menekankan pentingnya suatu PSBM direncanakan

dengan memperhatikan keberadaan pola-pola penanganan

sampah yang berjalan di luar wilayah PSBM (off-site system).

BAGIAN 4

28

M E R E N C A N A K A N S I S T E M

SampahPengelolaan

Photo : Koleksi.

Page 35: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

29

Page 36: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

30

Perencanaan PSBM di suatu kawasan permukiman harus diawali

dengan penentuan strategi pengelolaan sampahnya. Masyarakat perlu

menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadap berbagai jenis

sampah yang timbul di kawasannya. Baik itu menyangkut pemanfaatan

sampah maupun pengangkutan sampah sisa (layak buang) ke luar

kawasan permukiman.

Strategi pengelolaan sampah sudah tentu

dipengaruhi oleh potensi wilayah suatu kawasan

permukiman (lihat bahasan di Bagian 3). Baik itu

potensi fi sik wilayah, potensi sampah, potensi

masyarakat, maupun potensi kemitraannya.

Hanya PSBM yang dikembangkan sesuai

dengan keempat potensi tersebut yang mampu

mempertahankan keberlanjutannya

Penentuan tindakan pengelolaan sampah

juga sangat dipengaruhi oleh pola penanganan

sampah yang ada di luar kawasan permukiman.

Misalnya, dengan pengangkutan sampah instansi

kebersihan, kegiatan daur ulang, dan perdagang-

an kompos di sekitar kawasan permukiman. Perlu

tidaknya suatu PSBM melakukan pengomposan

sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya pihak yang

akan memanfaatkan kompos itu. Demikian juga

dengan kegiatan pemilahan sampah Layak Daur

Ulang. PSBM hanya perlu melakukan pemilahan

sampah Layak Daur Ulang jika memang ada pihak

yang akan memanfaatkan sampah tersebut.

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH

Strategi pengelolaan sampah tidak perlu memaksakan adanya pemilahan

untuk seluruh jenis sampah Layak Daur Ulang jika memang sebagian

sampah itu tidak akan ada pembelinya.

Photo : John Pieter.

Page 37: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

3131

Strategi pengelolaan sampah pada dasarnya menguraikan

tindakan yang akan dilakukan terhadap berbagai jenis

sampah yang timbul. Tiap tindakan sebaiknya dilengkapi

dengan sasaran kuantitatif dari tindakan tersebut.

Photo : E. Sunandar.

Page 38: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

32

PSBM umumnya memiliki unit pengolahan sampah dimana sampah

terkumpul akan dipilah dan diolah sesuai strategi pengelolaan yang

disepakati masyarakat. Unit pengolahan sampah merupakan jantung dari

suatu PSBM. Oleh karena itu, sebaiknya perencanaan unit pengolahan

sampah lebih baik didahulukan sebelum perencanaan komponen

pengumpulan dan pengangkutan sampah.

Unit pengolahan sampah harus dirancang sesuai dengan berbagai tin-

dakan pengelolaan sampah yang akan dilakukan dan jumlah sampahnya.

Bagian dari suatu unit pengolahan sampah setidaknya harus terdiri dari

bagian penerimaan, penyiapan, pengolahan, dan pengangkutan (lihat

gambar). Rincian dari tiap-tiap bagian itu, khususnya bagian pengolahan

harus disesuaikan dengan teknologi yang akan digunakan.

Penentuan lahan unit pengolahan sampah perlu mempertimbangkan:

a) Luas lahan tersedia; harus memadai untuk menampung seluruh

sampah terkumpul, sarana pengolahan sampah, gerobak sampah, dan

seluruh pekerja.

b) Kondisi sekeliling; sebaiknya tidak diletakkan bersebelahan dengan

rumah hunian, sekolah, warung makan, dan tempat ibadah.

c) Status lahan; khususnya terkait dengan status kepemilikan lahan agar

nanti jelas pemanfaatan lahannya.

d) Peruntukan wilayah; misalnya tidak membangun sarana di

bantaran sungai atau sumber air.

d) Kemudahan akses; mudah terjangkau

oleh pekerja dan kendaraan

pengangkut sampah.

e) Ketersediaan air dan listrik.

Hal lain yang perlu diperhatikan

adalah faktor risiko keselamatan

dari penggunaan lahan tersebut.

Baik itu risiko longsor dan banjir

maupun risiko dari lalu lintas di

sekitar lahan.

PENGOLAHAN SAMPAH

Bagian pengangkutanLokasi penampungan sampah

sisa atau sampah Layak Buang

yang akan diangkut ke luar oleh

kendaraan pengangkut sampah.

Letaknya sebaiknya di bagian

depan unit pengolahan sampah

sehingga memudahkan akses

kendaraan pengangkut sampah.

Bagian pengolahanTempat dimana sampah akan

diolah sesuai rencana tindakannya.

Di tempat ini pengomposan akan

dilakukan. Selain itu sampah Layak

Daur Ulang akan diolah menjadi

bentukan yang dibutuhkan pembeli.

Infografi k : M. Taufi k.

Page 39: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

33

Kelengkapan unit pengolahan sampah sangat

dipengaruhi oleh strategi pengelolaan sampah

yang disepakati. Walau demikian, secara umum

bagian-bagian dari suatu unit pengolahan sampah

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Bagian penerimaanTempat pembongkaran sampah dari gerobak

pengumpul sampah. Bagian ini harus mudah

dijangkau oleh gerobak sampah. Ukurannya harus

cukup luas untuk memungkinkan adanya pemisahan

sampah basah dengan sampah kering.

Bagian penyiapanTempat pemisahan sampah lebih lanjut dan disiapkan untuk menjalani

proses selanjutnya. Jika suatu jenis sampah Layak Daur Ulang akan dijual

maka di tempat ini sampah itu akan dipisahkan, dibersihkan, dan dikemas.

Jika sampah itu akan menjalani pengomposan maka di bagian ini sampah

Layak Kompos akan dipisahkan dan dikumpulkan.

Page 40: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

34

Sampah harus dikumpulkan di unit pengolahan sampah

dengan cara yang paling efi sien dan efektif. Untuk itu,

pengumpulan sampah perlu memanfaatkan kendaraan yang

sesuai dengan karakteristik sampah, kondisi fi sik kawasan

permukiman, dan kemampuan keuangan masyarakat.

Pengumpulan sampah juga perlu dilakukan dengan jadwal dan

rute pengumpulan yang tepat.

Kendaraan pengumpul harus dilengkapi dengan bak sampah

yang sesuai dengan rencana pemilahan di suatu PSBM. Jika

masyarakat melakukan pemilahan sampah basah dengan

sampah kering maka bak kendaraan harus memiliki dua

kompartemen terpisah. Selain itu, bak kendaraan sebaiknya juga

memiliki kompartemen tersendiri untuk sampah bahan beracun

dan berbahaya.

Pengumpulan sampah harus dilakukan di rute yang

tersingkat dan termudah. Dalam penentuan rute sampah,

kelompok penggerak perlu melakukan simulasi langsung

untuk membandingkan alternatif-alternatif yang ada. Waktu

tempuh terpendek bukan merupakan satu-

satunya pertimbangan dalam penentuan rute.

Kemudahan perlintasan juga sangat perlu

dipertimbangkan.

Jadwal

pengumpulan

sampah harus

disesuaikan dengan

kebiasaan masyarakat

meletakkan sampah di wadah

rumahnya masing-masing dan jadwal

kedatangan truk pengangkut sampah.

Sebaiknya sampah dikumpulkan di pagi hari

sehingga pekerja di unit pengolahan sampah

memiliki waktu kerja yang cukup.

PENGUMPULAN SAMPAH

p p

rak perlu melakukan simulasi langsun

gkan alternatif-alternatif yang ada. Wak

k bukan merupakan satu-

gan dalam penentuan rute.

tasan juga sangat perlu

an

yarakat

h di wadah

masing dan jadwal

pengangkut sampah.

dikumpulkan di pagi hari

i unit pengolahan sampah

a yang cukup.

ah

u

ng

an

at

an

ah

ka

an

ua

ga

un

ng

ah

ng

ktu

hhh

u,

g

n

t.

n

h

a

n

a

a

n

g

h,

g

u

Infografi k :M. Taufi k.

Photo : E. Sunandar.

Page 41: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

35

Ada beberapa jenis kendaraan pengumpul sampah yang patut

dipertimbangkan pemanfaatannya di suatu PSBM. Gerobak tangan lebih

tepat digunakan untuk kawasan permukiman yang ruas jalannya sempit.

Gerobak motor atau gerobak mobil sebaiknya digunakan untuk kawasan

permukiman yang luas, Walau demikian, jenis gerobak bermotor tersebut

pastinya membutuhkan biaya investasi dan operasi yang lebih mahal

ketimbang gerobak tangan maupun gerobak sepeda.

35

permukiman yang luas, Walau demikian, jenis gerobak bermotor tersebut

pastinya membutuhkan biaya investasi dan operasi yang lebih mahal

ketimbang gerobak tangan maupun gerobak sepeda.

A

d

t

G

p

p

k

Page 42: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

36

Rencana pembiayaan operasi PSBM terdiri dari rencana

pengeluaran dan rencana pendapatan. PSBM baru dapat beroperasi

secara berkelanjutan jika pendapatan operasionalnya masih lebih

besar dari pengeluarannya.

Pengeluaran operasi PSBM terdiri dari 1) pengeluaran gaji petugas,

2) pengeluaran perawatan, 3) pengeluaran alat dan bahan, 4)

pengeluaran pembuangan sampah sisa, 5) pengeluaran administratif,

6) pengeluaran usaha (untuk kepentingan perdagangan sampah).

Jika menggunakan gerobak bermotor, suatu PSBM tentu juga perlu

mengalokasikan dana untuk pengeluaran perpanjangan surat dari

kendaraan bermotor tersebut.

Rencana pendapatan operasi PSBM terbesar umumnya berasal

dari iuran masyarakat pelanggannya. Semakin banyak pelanggan,

semakin besar pemasukan PSBM, namun pengeluarannya juga ikut

bertambah. Pendapatan operasi lainnya dapat diperoleh dari hasil

penjualan kompos dan berbagai jenis sampah Layak Daur Ulang.

PSBM dapat mengupayakan pendapatan dari sumber-sumber

lain, seperti bantuan perusahaan swasta, LSM internasional, atau

pemerintah setempat. Walau demikian, bantuan dari sumber-

sumber ini biasanya lebih banyak dalam bentuk alat dan bahan.

PEMBIAYAAN

Penjualan kompos dalam jumlah besar dapat menutupi sebagian biaya

operasional. Sisanya berasal dari iuran masyarakat dan penjualan sampah

layak daur ulang, barang kerajinan atau kegiatan pelatihan untuk PSBM lain.

Photo : Koleksi.

Photo : E. Sunandar.

Page 43: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

37

PSBM dapat memperoleh pendapatan dari penjualan kompos

dan berbagai jenis sampah Layak Daur Ulang. Walau demikian,

pendapatan dari sumber ini biasanya tidak akan cukup untuk

membiayai seluruh pengeluaran operasi PSBM.

Pengeluaran gaji petugas biasanya dapat mencapai 60% dari

seluruh pengeluaran operasional PSBM.

Page 44: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) akan ba-

nyak manfaatnya bagi pengelolaan lingkungan. Namun,

untuk mencapai PSBM yang tepat sasaran dan

berkelanjutan, banyak persyaratan yang

harus dipenuhi, dan banyak tantang-

an yang harus dihadapi. Dua per-

syaratan yang sangat penting da-

lam tahap perencanaan PSBM

berhubungan dengan faktor in-

ternal dan eksternal.

BAGIAN 5Penutup

38

is Masyarakat (PSBM) akan ba-

olaan lingkungan. Namun,

epat sasaran dan

atan yang

ang-

per-

a-

M

-

Photo : Koleksi.

Page 45: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Secara internal, rencana PSBM yang dibuat harus realistis dan sesuai

dengan keinginan dan kesanggupan masyarakat. Artinya, warga setempat

harus terlibat penuh dalam proses pengembangan rencana tersebut. Mereka

yang harus menentukan bentuk, cara kerja, lingkup wilayah dan opsi teknis,

dan unsur keuangan untuk PSBM tersebut. Tidak ada gunanya memilih sistem

yang canggih, dilengkapi peralatan mahal dan berteknologi tinggi, jika warga

tidak akan sanggup mengelola dan mengoperasikan sistem tersebut.

Secara eksternal, rencana PSBM juga harus berlandaskan kemitraan dengan

pihak luar. PSBM harus mengkaitkan diri dengan pihak luar yang sudah mem-

beri jasa atau menjalankan kegiatan daur ulang, pembuatan kompos, lapak pen-

gumpul sampah, dan juga layanan persampahan pemerintah kota. Kemitraan

dengan pihak-pihak ini sangat penting, karena akan membantu memastikan

bahwa PSBM bisa berjalan secara berkelanjutan. Intinya, PSBM tidak mungkin

mampu berdiri sendiri dan bertahan lama tanpa kerjasama dengan pihak luar.

Bahkan, ada kalanya, kemitraan demikian dapat mendatangkan pemasukan

dana untuk PSBM, seperti dari hasil penjualan bahan layak daur ulang.

Pemerintah kota mempunyai andil dalam memfasilitasi penciptaan PSBM

yang memenuhi syarat internal maupun eksternal. Pemerintah kota seharus-

nya juga merasa terbantu dengan adanya PSBM, ka-

rena beban pengumpulan dan pembuangan sampah

oleh kota menjadi lebih ringan. Oleh karena itu, pe-

merintah kota perlu berperan aktif dalam mendorong

pengembangan PSBM. Bantuan teknis berupa pembi-

naan, pelatihan, dan sosialisasi dapat diberikan oleh pe-

merintah kota ke warga yang berminat mengembangkan PSBM. Ban-

tuan teknis ini dapat menjamin bahwa PSBM memilih pola operasi

yang kompatibel dengan pola operasi instansi kebersihannya. Hanya

dengan demikian, sinergi antara masyarakat dan pemerintah dapat

tercipta dan terpelihara dengan baik.

PSBM bukan obat mujarab yang dapat menyelesaikan seluruh

masalah persampahan. Melainkan, PSBM merupakan satu unsur

dalam peta pengelolaan sampah terpadu yang berkelanjutan. Upaya

mengembangkan dan memelihara PSBM masih panjang dan perlu

dukungan berbagai pihak. Dengan keterpaduan dan upaya seluruh

stakeholder, masalah persampahan di Indonesia dapat diselesaikan.

39

tidak akan sanggup mengelola dan meng

Secara eksternal, rencana PSBM juga h

pihak luar. PSBM harus mengkaitkan diri

beri jasa atau menjalankan kegiatan daur u

gumpul sampah, dan juga layanan persa

dengan pihak-pihak ini sangat penting,

bahwa PSBM bisa berjalan secara berkela

mampu berdiri sendiri dan bertahan lam

Bahkan, ada kalanya, kemitraan demikia

dana untuk PSBM, seperti dari hasil penju

Pemerintah kota mempunyai andil da

yang memenuhi syarat internal maupun

nya juga merasa

rena beban peng

oleh kota menja

merintah kota pe

pengembangan P

naan, pelatihan, dan

merintah kota ke warga yang be

tuan teknis ini dapat menjamin

yang kompatibel dengan pola o

dengan demikian, sinergi anta

tercipta dan terpelihara denga

PSBM bukan obat mujarab

masalah persampahan. Melain

dalam peta pengelolaan sampa

mengembangkan dan meme

dukungan berbagai pihak. De

stakeholder, masalah persampa

Page 46: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan

Tamat

Page 47: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan
Page 48: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan