TRANS URETRAL RESECTION PROSTAT ( TUR-P)

Preview:

Citation preview

TRANS URETRAL RESECTION PROSTAT ( TUR-P)

Ns. Bripka.Brewijaya, S,Kep.M.Kes

• Pembedahan prostat transuretral (TURP) masih merupakan salah satu terapi standar dari Hipertropi Prostat Benigna (BPH) yang menimbulkan obstruksi uretra.

• Dalam TURP dilakukan reseksi jaringan prostat dengan menggunakan kauter yang dilakukan secara visual.

• Dalam TURP dilakukan irigasi untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan dan untuk menjaga visualisasi yang bisa terhalang karena perdarahan.

SINDROMA TUR

• TUR ( Trans Uretral Resection ) adalah

• suatu keadaan klinik yang ditandai dengan kumpulan gejala akibat gangguan neurologik, kardiovaskuler, dan elektrolit yang disebabkan oleh diserapnya cairan irigasi melalui vena-vena prostat atau cabangnya pada kapsul prostat yang terjadi selama operasi(1,2,3,4).

Penelitian Marrero menunjukkan frekuensi Sindrom TUR meningkat bila:

• 1. Prostat yang ukurannya lebih dari 45 gr2. Operasi yang berlangsung lebih dari 90 menit3. Pasien yang mengalami hiponatremi relatif4. Cairan irigasi 30 liter atau lebih

• Karena itu TURP hanya boleh dilakukan kalau ahli bedah yakin bahwa operasi pasti dapat diselesaikan tidak lebih dari 90 menit. Tetapi menurut penelitian ternyata Sindroma TUR dapat terjadi pada operasi yang berlangsung 30 menit(4).

Sebaliknya risiko Sindrom TUR akan menurun bila:

1. Dipakai cairan irigasi yang tidak menimbulkan hemolisis (isotonik)(4).

2. Tekanan cairan irigasi yang masuk (in flow) dijaga serendah mungkin(4).

Gejala-Gejala Sindroma TUR

• Pusing

• Sakit kepala

• Mual

• Rasa tertekan di dada dan tenggorokan

• Napas pendek

• Gelisah

• Bingung

• Nyeri perut

Patogenesis

• Sejumlah besar cairan dapat diserap selama operasi terutama bila sinus vena terbuka secara dini atau bila operasi berlangsung lama. Rata-rata diperkirakan terjadi penyerapan 20cc cairan permenit atau kira-kira 1000-1200cc pada 1 jam pertama operasi, sepertiga bagian di antaranya diserap langsung ke dalam sistem vena. Dan hal ini akan menimbulkan hiponatremia dilusional(1,3,4).

Gambar 4 Proses TURP

Faktor utama yang menyebabkan timbulnya sindroma TURP

1. Circulatory overload

2. Keracunan air

3. Hiponatremia

4. Koagulopati

5. Bakteriemia dan Sepsis

6. Hipotermi

CAIRAN IRIGASI

• Untuk operasi TUR dapat dipakai beberapa macam cairan irigasi. Salin tidak dapat dipakai karena cairan ini merupakan penghantar listrik dan akan mengganggu proses pemotongan dan kauterisasi. Di samping itu arus listrik dapat dihantarkan ke alat resektoskop dan dapat mengenai ahli bedah.

• Belakangan ini telah ditemukan mesin resektoskop yang lebih moderen yang dapat menggunakan salin sebagai cairan irigasinya tapi alat tersebut masih sangat mahal. Salin merupakan cairan irigasi yang ideal karena sifatnya yang isotonik sehingga tidak mengganggu bila terserap

• Cairan lain yang dapat dipakai adalah :

• air steril,

• glysin 1,2%, 1,5%, atau 2,2%,

• Cairan sorbitol atau manitol 3%,

• larutan glukose 2,5%-4%,

• Cytal yang merupakan campuran antara sorbitol 2,7% dan manitol 0,54%.

TERAPI

• Pada hiponatremia ringan atau sedang, pemberian furosemide intravenous dan infus normosalin mungkin sudah cukup. Tindakan ini akan menurunkan kelebihan beban cairan melalui diuresis dan menjaga kadar Na dalam batas normal.

• Pemberian furosemide sebaiknya dimulai selama pasien masih di dalam kamar operasi kalau terjadi perdarahan yang banyak dan waktu operasi lebih dari 90 menit atau bila kadar natrium menurun.

• Pada kasus hiponatremi berat diberikan infus 3% saline sebanyak 150-200 cc dalam waktu 1-2 jam. Tindakan ini harus selalu disertai furosemide intravena, terutama pada pasien dengan risiko terjadinya payah jantung kongestif.

• Dalam 12-24 jam pertama, hanya setengah dari kekurangan kadar natrium yang perlu diatasi dengan pemberian saline 3%. Pemberian saline 3% sebaiknya segera digantikan dengan normal saline. Jangan meningkatkan kadar natrium lebih dari 20 meq/liter dalam waktu 24 jam.

• Pemberian hipertonik saline ini dapat diulangi bila perlu. Selama pemberian saline hipertonik, kadar elektrolit harus diperikasa tiap 2-4 jam untuk mencegah terjadinya hipernatremia.

• Bila terjadi udem paru-paru, harus dilakukan intubasi trakeal dan ventilasi tekanan positif dengan menggunakan oksigen 100%(1).

• Bila terjadi kehilangan darah yang banyak maka transfusi dilakukan dengan menggunakan Packed Red Cells (PRC).

• Bila terjadi DIC diberikan fibrinogen sebanyak 3-4 gram intravena diikuti dengan pemberian heparin 2000 unit secara bolus dan diikuti 500 unit per jam.

• Dapat juga diberikan fresh frozen plasma dan trombosit, tergantung dari profil koagulasi

Pencegahan Sindroma TUR

• Identifikasi gejala-gejala awal sindrom TUR diperlukan untuk mencegah manifestasi berat dan fatal pada pasien-pasien dengan pembedahan urologi endoskopik.

• Bila diketahui adanya hiponatremi yang terjadi sebelum operasi terutama pada pasien-pasien yang mendapat diuretik dan diet rendah garam harus segera dikoreksi.

• Pemeriksaan natrium sebelum operasi TUR perlu dilakukan.

• Pemberian antibiotik profilaktik mungkin mempunyai peran penting dalam pencegahan bakteremia dan septicemia.

• Untuk penderita-penderita dengan penyakit jantung, perlu dilakukan monitoring CVP atau kateterisasi arteri pulmonalis.

• Tinggi cairan irigasi yang ideal adalah 60 cm dari pasien. Lamanya operasi TURP tidak boleh lebih dari 1 jam. Bila diperlukan waktu lebih dari 1 jam, maka TURP sebaiknya dilakukan bertahap.