View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGAN
CA COLON YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
Oleh :
NAMA : WIDYA HARTATI
NIM : P07220117078
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGAN
CA COLON YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) PadaJurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Oleh :
NAMA : WIDYA HARTATINIM : P07220117078
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun
baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Balikpapan, 08 Mei 2020Yang menyatakan
Nama. Widya Hartati
NIM. P07220117078
MateraiRp 6000
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI
UNTUK DIUJIKAN
TANGGAL, 08 Mei 2020
Oleh
Pembimbing
Nurhayati,S.ST, M.PdNIDN. 4024016801
Pembimbing Pendamping
Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.PdNIDN. 4020027901
Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim
Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.KepNIP. 196803291994022001
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kemoterapi Dengan Ca
Colon
Telah diuji
Pada tanggal 12 Mei 2020
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji :
Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat (………………………………)
NIDN. 4013106302
Penguji Anggota :
1. Nurhayati,S.ST, M.Pd (………………………………)
NIDN. 4024016801
2. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd (………………………………)
NIDN. 4020027901
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep.
NIP. 19650825198503200 NIP. 196803291994022
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
1. Nama : Widya Hartati
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan. 08 April 1999
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Jl. Banjar Gang Kates 1 Manggar Baru
B. Riwayat Pendidikan
1. TK. Kartika Balikpapan Timur tahun 2005-2006
2. SDN 001 Balikpapan tahun 2006-2011
3. SMPN 19 Balikpapan tahun 2011-2014
4. SMAN 7 Balikpapan 2014-2017
5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim tahun 2017
sampai sekarang
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kemoterapi Dengan Ca
Colon”.
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah yang ditekankan pada aspek Asuhan Keperawatan
Pada Ca Colon Poltekkes Kemenkes Kaltim dan untuk memperoleh gelar Ahli
madya keperawatan.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Ns. Andi Lis Aming G, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab
Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
vii
5. Nurhayati, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
7. Jamaluddin dan Sri Irmayani selaku orang tua saya yang selalu mendo’akan
tanpa henti, mendukung serta memberikan semangat dan motivasi sehingga
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Rifqi Fauzan, Alfi Hidayat dan Aqila Azzahwa yang selalu memberikan saya
semangat dalam menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman angkatan ke-6 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang
selalu mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,
saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Balikpapan, 07 Januari 2020
Penulis
Widya Hartati
viii
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGANCA COLON
Kanker kolon menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir dari sistempencernaan. Insiden kanker kolorektal di seluruh dunia menempati urutan ketiga1360 dari 100.000 penduduk 9,7%, keseluruhan laki-laki dan perempuanmenduduki peringkat keempat penyebab kematian 694 dari 100.000 penduduk8,5%, jika tidak ditangani dapat mengakibatkan komplikasi penyumbatan ususbesar dan tindakan penanganan berupa pembedahan serta kemoterapi. Penelitianini bertujuan mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan cacolon.
Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pendekatanasuhan keperawatan pada dua kasus pasien dengan ca colon. Instrumenpengambilan data menggunakan format keperawatan medikal bedah melaluiproses keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaandan evaluasi. Analisa dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi dikaitkan dengankonsep teori. Teknik pengumpulan data menggunakan studi literature.
Hasil analisa data pengkajian kedua kasus ca colon didapatkan masalahyang sama, gangguan pola tidur. Pada kedua pasien ditemukan 3 masalahkeperawatan yang sudah sesuai SDKI. Rencana keperawatan belum menggunakanSIKI dan SLKI. Pelaksanaan keperawatan kedua pasien sesuai denganperencanaan yang disusun. Terjadi peningkatan status kesehatan pada pasien 1yaitu teratasinya 3 masalah keperawatan. Sedangkan pasien 2 peningkatan statuskesehatan yaitu teratasinya 2 masalah keperawatan gangguan pola tidur dan resikoinfeksi.
Dapat disimpulkan bahwa data pasien ditemukan adanya kesenjangan dankurangnya penggalian terhadap keluhan pasien sehingga masih terdapat datakurang menunjang. Kedepannya diharapkan agar dalam melakukan pengkajiansecara menyeluruh dengan tepat dan akurat. Serta dalam pengolahan data lebihteliti lagi agar asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik sesuai kebutuhanpasien.
Kata Kunci : Ca Colon, Kemoterapi, Asuhan Keperawatan
ix
ABSTRACT
NURSING CARE IN CHEMOTHERAPY PATIENTS WITHCA COLON
Colon cancer attacks the large intestine, which is the final part of thedigestive system. The incidence of colorectal cancer worldwide ranks third in1360 out of 100,000 population of 9.7%, overall men and women are rankedfourth cause of death 694 out of 100,000 population of 8.5%, if left untreated canlead to complications of the large intestine and action treatment in the form ofsurgery and chemotherapy. This study aims to obtain an overview of nursing carein patients with ca colon.
This study uses amethod literature review with a nursing care approach intwo cases of patients with ca colon. The data collection instruments used thesurgical medical nursing format through the nursing process of assessment,nursing diagnoses, planning, implementation and evaluation. Analysis was carriedout according to the inclusion criteria linked to the concept of the theory. Datacollection techniques using studies literature.
The results of the analysis of the data assessment of the two cases of cacolon found the same problem, disturbed sleep patterns. In both patients 3 nursingproblems were found to be in accordance with the SDKI. The nursing plan has notused SIKI and SLKI. The implementation of the nursing of both patients inaccordance with the plans arranged. An increase in health status in patient 1 is thetop 3 nursing problems. Whereas patient 2 improved health status, namely toppingup 2 nursing problems, sleep disturbance and risk of infection.
It can be concluded that the patient data is found to be gaps and lack ofexcavation of patient complaints so that there are still unsupportive data. In thefuture, it is expected that in conducting a thorough and accurate assessment. Andthe data processing is more thorough so that nursing care can be carried outproperly according to patient needs.
Keywords: Ca Colon, Chemotherapy, Nursing Care
x
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan
SURAT PERNYATAAN......................................................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN ....................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................viii
ABSTRACT ............................................................................................................ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................8
1. Tujuan Umum...........................................................................................8
2. Tujuan Khusus ..........................................................................................8
D. Manfaat ...........................................................................................................9
1. Bagi peneliti .............................................................................................9
2. Bagi tempat penelitian ..............................................................................9
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan ......................................................9
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................11
A. Konsep Dasar Penyakit ..................................................................................11
1. Definisi ...................................................................................................11
2. Anatomi Fisiologi ...................................................................................11
3. Etiologi ...................................................................................................14
4. Patofisiologi............................................................................................15
5. Pathway Ca Colon ..................................................................................18
6. Manisfestasi Klinis .................................................................................20
7. Klasifikasi...............................................................................................20
8. Pemeriksaan penunjang...........................................................................24
9. Penatalaksanaan ......................................................................................28
10. Konsep Kemoterapi ................................................................................29
11. Komplikasi .............................................................................................35
B. Konsep Masalah Keperawatan .......................................................................36
1. Pengertian Masalah Keperawatan............................................................36
2. Kriteria Mayor dan Minor .......................................................................37
3. Faktor yang Berhubungan .......................................................................37
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...............................................................43
1. Pengkajian Keperawatan .........................................................................43
2. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................49
3. Intervensi Keperawatan...........................................................................50
4. Implementasi ..........................................................................................56
xii
5. Evaluasi ..................................................................................................57
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................................58
A. Pendekatan / Desain penelitian.......................................................................58
B. Subjek penelitian ...........................................................................................58
C. Definisi Operasional ......................................................................................59
D. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................59
E. Prosedur penelitian ........................................................................................60
F. Metode dan instrumen pengumpulan Data .....................................................61
G. Keabsahan data..............................................................................................61
H. Analisis data ..................................................................................................61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................62
A. Hasil ..............................................................................................................62
B. Pembahasan...................................................................................................89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 110
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 110
B. SARAN .......................................................................................................123
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 113
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Ca Colon ....................................................................... 12
Gambar 2.2 (contoh penyebaran stadium ca colon) ................................................ 24
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pathway Ca Colon ......................................................................................... 18
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian Tumor Primer (T) Pada Ca Colon............................................ 21
Tabel 2.2 Penilaian Penyebaran Kelenjar Getah Bening (N .................................... 22
Tabel 2.3 Penilaian Metastasis Jauh (M) Pada Ca Colon ............................................ 22
Tabel 2.4 Stadium Ca Colon ............................................................................................ 23
Tabel 4.1 Hasil Review Anamnesis Pasien dengan Ca Colon ................................. 65
Tabel 4.2 Hasil Review Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Ca Colon ..................... 69
Tabel 4.3 Hasil Review Pemeriksaan Penunjang Pasien dengan Ca Colon ............ 75
Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Ca Colon .......................... 76
Table 4.5 Diagnosa Keperawatan Pasien Ca Colon ................................................ 77
Tabel 4.6 Perencanaan Pasien dengan Ca Colon..................................................... 79
Tabel 4.7 Implementasi keperawatan Pasien 1 dengan Ca Colon ........................... 82
Tabel 4.8 Implementasi keperawatan Pasien 2 dengan Ca Colon............................ 84
Tabel 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 1 Ca Colon.................................... 87
Tabel 4.10 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 2 dengan Ca Colon...................... 88
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi
Lampiran 2 Format Pengkajian Keperawatan
Lampiran 3 Format Analisa Data
Lampiran 4 Format Perencanaan Keperawatan
Lampiran 5 Format Tindakan Keperawatan
Lampiran 6 Format Evaluasi Keperawatan
Lampiran 7 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan dan
mendukung berjalannya aktivitas secara optimal. Kesehatan diartikan
sebagai kondisi fisik,mental dan sosial yang terbebas dari gangguan
penyakit sehingga aktivitas yang berjalan di dalamnya dapat terjadi secara
optimal. Untuk mencapai standar kesehatan yang baik maka diperlukan
adanya proses pengelolaan lingkungan sekitar dan aktivitas harian yang
tercermin dalam gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat merupakan gaya hidup
masyarakat yang menjunjung tinggi aspek-aspek kesehatan seperti
pengelolaan kebersihan dan kesehatan lingkungan, menjaga kebugaran fisik
dan psikis dan pemberian asupan nutrisi yang cukup, sehingga tercapai
standar kesehatan yang baik (Susanti & Kholisoh, 2018).
Perubahan gaya hidup dan pola makan mempengaruhi terjadinya
kanker kolorektal (Astuti, Rafli, & Zeffira, 2019). Kanker kolorektal
merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir
dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari
sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor
(Yayasan Kanker Indonesia, 2018). Kanker kolon adalah keganasan yang
berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari
usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
2
Berdasarkan survei GLOBOCAN (Global Burden Cancer) 2012,
insidens kanker kolorektal di seluruh dunia menempati urutan ketiga 1360
dari 100.000 penduduk [9,7%], keseluruhan laki-laki dan perempuan dan
menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian 694 dari
100.000 penduduk [8,5%], keseluruhan laki-laki dan perempuan (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Menurut American Cancer Society, kanker kolorektal (KKR)
adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian
ketiga terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat. Di Amerika
Serikat sendiri pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat 95.270 kasus
kanker kolorektal baru, dan 49.190 kematian yang terjadi akibat kanker
kolorektal. Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker
kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%) (Komite Penanggulangan Kanker
Nasional, 2015).
Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada wanita dibandingkan
pada pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individual
untuk terkena kanker kolorektal. Angka kematian kanker kolorektal telah
berkurang sejak 20 tahun terakhir. Ini berhubungan dengan meningkatnya
deteksi dini dan kemajuan pada penanganan kanker kolorektal (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Di Indonesia kanker kolorektal merupakan jenis kanker ke 3
terbanyak dengan jumlah kasus 1,8 per100.000 penduduk dan jumlah ini
semakin meningkat seiring dengan perubahan pola hidup penduduk
3
indonesia. Karakteristik kanker kolorektal di Indonesia berbeda dengan
yang dilaporkan dinegara maju. Di Indonesia pasien kanker kolorektal
kebanyakan berusia dibawah 50 tahun yaitu sekitar 51% dari seluruh
pasien dan pasien dibawah 40 tahun mencapai 28,17% (Lubis, Abdullah,
Hasan, & Suwarto, 2015).
Modern gaya hidup faktor spesifik meningkatkan risiko kanker
kolorektal, sebagaimana dibuktikan di negara-negara berkembang,
meningkatkan tingkat kanker kolorektal pada populasi dengan
pertumbuhan ekonomi baru yang telah mengadopsi gaya hidup modern,
dan peningkatan berkelanjutan pada awal kanker koloretal yang
berkorelasi dengan transisi gaya hidup. Bahkan konsumsi alkohol terbatas
meningkatkan risiko lesi premaligna kolon (polip) dan kanker kolorektal
(Bishehsari et al., 2019).
Secara umum perkembangan kanker kolorektal merupakan
interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor tidak dapat
dimodifikasi: adalah riwayat kanker kolorektal atau polip adenoma
individual dan keluarga, dan riwayat individual penyakit kronis
inflamatori pada usus. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah
inaktivitas, obesitas, konsumsi tinggi daging merah, merokok dan
konsumsi alkohol (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Penyakit kanker kolon ini menimbulkan perubahan pada pola
buang air besar termasuk diare, atau konstipasi, pendarahan pada buang air
besar atau ditemukannya darah di feses, rasa tidak nyaman pada bagian
4
abdomen, perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah
buang air besar, rasa cepat lelah dan penurunan berat badan secara drastis
tanpa diketahui penyebab jelasnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2018).
Penatalaksanaan pada kanker kolon pada kanker stadium 0-I hanya
dilakukan tindakan pengangkatan polip. Kanker kolon stadium II
dilakukan tindakan operasi, namun apabila kanker beresiko tinggi seperti
kanker terlihat abnormal, menyumbat usus besar, kanker menyebar ke
organ lain akan dianjurkan dilakukan kemoterapi pasca operasi untuk
mengurangi resiko kekambuhan dan efek samping yang mungkin terjadi.
Kanker usus besar stadium III umumnya adalah operasi untuk mengangkat
bagian usus besar yang terdapat kanker bersama dengan kelenjar getah
bening terdekat (kolektomi parsial), yang diikuti dengan kemoterapi. Pada
kanker stadium IV dilakukan pengangkatan kanker dengan operasi, namun
apabila kanker telah menyebar terlalu luas, kemoterapi dapat dijadikan
pengobatan utama. Kebanyakan kanker stadium IV akan mendapatkan
kemoterapi untuk mengendalikan kanker (Firdaus, 2017).
Penatalaksaan lain dengan cara radioterapi dan kemoterapi.
Radioterapi adalah terapi radiasi menggunakan sumber energi radioaktif
yang bertujuan untuk mengancurkan sel kanker (Fitriatuzzakiyyah,
Sinuraya, & Puspitasari, 2017). Kemoterapi adalah pemberian obat untuk
menghambat dan membunuh sel-sel kanker. Terkadang efek dari obat
kemoterapi juga bisa menganggu sel yang normal, sehingga muncul
sebagai efek samping obat. Obat kemoterapi dapat diberikan melalui oral
5
atau suntikan, tergantung indikasi. Kemoterapi merupakan salah satu
modalitas terapi yang sering digunakan, dengan segala manfaatnya tentu
terapi ini juga mempunyai beberapa efek samping, di antaranya yaitu: rasa
lemas dan lemah, mual muntah, rambut rontok dan diare (Sari, Wahid, &
Suchitra, 2019).
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien sebelum
kemoterapi sering menimbulkan kecemasan bagi pasien yang
menjalaninya. Kecemasan pada pasien kanker dapat timbul akibat adanya
perasaan ketidakpastian tentang penyakit, pengobatan, dan prognosa.
Kemudian munculnya pikiran-pikiran negatif seperti tidak ada gunanya
pengobatan yang dijalankan, ketakutan akan kematian karena hingga
kemoterapi yang dijalankan belum ada perbaikan yang signifikan
(Simanullang, 2019). Adapun pada saat tindakan kemoterapi
berlangsung yaitu risiko infeksi karena prosedur pemasangan infus dan
apabila muncul tanda-tanda ekstravasasi yang menimbulkan risiko
gangguan integritas kulit (Usolin, Falah, & Dasong, 2018). Kemoterapi
merupakan pengobatan sistemik yang dapat mempengaruhi keadaan
fungsional tubuh dan oleh karena itu efek samping dari kemoterapi itu
sendiri dapat berpengaruh pada status nutrisi pasien. Gejala-gejala seperti
anoreksia, perubahan rasa, mual muntah, diare, stomatitis dan konstipasi
adalah beberapa efek samping dari kemoterapi yang dapat menyebabkan
intake makanan tidak adekuat (Lavdaniti, 2014) dalam (Usolin et al.,
2018)
6
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah, Bali menunjukkan bahwa kenyataannya banyak
pasien kanker kolorektal yang menghindari tindakan kemoterapi dan
radioterapi. Dari 38 orang pasien kanker kolorektal, didapatkan bahwa
26,3% takut gagal, 39,5% takut efek samping, 7,9% biaya yang mahal,
10,5% karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan 15,8%
tidak takut terhadap kemoterapi dan radioterapi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman pasien kanker kolorektal
terhadap tindakan kemoterapi dan radioterapi masih cukup rendah dimana
68,4% sampel tidak tahu dan tidak mengerti tentang tindakan kemoterapi
dan radioterapi. Pemahaman yang kurang tentang tindakan kemoterapi dan
radioterapi ini nantinya dapat mengakibatkan timbulnya persepsi negatif
terhadap tindakan kemoterapi dan radioterapi. Maka dari itu praktisi
kesehatan harus mampu untuk memberikan KIE (komunikasi, informasi,
edukasi) yang baik kepada pasien kanker agar pasien benar-benar
memahami apa itu kanker beserta modalitas terapinya (Samsarga et al.,
2015).
Peran perawat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien kemoterapi yaitu sebelum tindakan kemoterapi (pre kemoterapi),
saat kemoterapi berlangsung (intra kemoterapi), dan setelah tindakan
kemoterapi (post kemoterapi). Adapun peran perawat pada pre kemoterapi
yaitu memberikan dukungan serta motivasi pada pasien untuk menjalani
kemoterapi, dan meminta informed consent. Peran perawat pada intra
7
kemoterapi yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, pemasangan infus,
memberikan obat premedikasi, pemberian obat kemoterapi, memantau
tanda-tanda ekstravasasi, memberikan obat post medikasi dan
mengobservasi keadaan pasien. Sedangkan peran perawat pada post
kemoterapi yaitu memantau keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-
tanda vital, memantau efek samping kemoterapi dan memberikan
penguatan psikologis (Usolin, Falah, & Dasong, 2018).
Peran perawat selanjutnya adalah memberikan perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah bentuk pelayanan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga dari penyakit yang dapat mengancam
jiwa (Ilham, Mohammad, & Yusuf, 2019). Perawatan paliatif dengan
penguatan psikologis. Penguatan psikologis sangat dibutuhkan mengingat
efek kemoterapi pada pasien dapat mempengaruhi secara biologis, fisik,
psikologis, dan sosial (Setiawan 2015). Pelayanan keperawatan diharapkan
dapat memberikan pelayanan keperawatan tentang manajemen kemoterapi
yang optimal bagi pasien. Perawat diharapkan memberikan dukungan
kepada pasien baik dukungan emosional maupun dukungan informasi.
Selain memperhatikan masalah tersebut kondisi fisik pasien yang
menjalani kemoterapi, diharapkan perawat juga memperhatikan kondisi
psikologisnya (Usolin et al., 2018).
Berdasarkan data dari studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti
pada tanggal 14 Januari 2020 di ruangan kemoterapi RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan dari Bulan Januari hingga Desember 2018
8
diperoleh 81 pasien yang telah dirawat dengan kasus ca colon, sedangkan
pada Januari hingga Desember 2019 diperoleh 20 pasien dengan kasus ca
colon.
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Kemoterapi Dengan Ca Colon Tahun 2020”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan Ca Colon tahun
2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan Ca
Colon Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a) Mengkaji pasien kemoterapi dengan Ca Colon tahun 2020.
b) Menegakkan diagnosa keperawatan pasien kemoterapi dengan Ca
Colon tahun 2020.
c) Menyusun perencanaan keperawatan kemoterapi dengan Ca
Colon tahun 2020.
d) Melaksanakan intervensi keperawatan pasien kemoterapi dengan
Ca Colon tahun 2020.
9
e) Melakukan evaluasi pasien kemoterapi dengan Ca Colon tahun
2020.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman
belajar dilapangan dan dapat meningkatkkan pengetahuan peneliti
tentang Asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan kasus ca
colon di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan
Timur Tahun 2020, sehingga perawat dapat melakukan tindakan
asuhan keperawatan yang tepat.
2. Bagi tempat penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi
masukan atau saran serta menambah keluasan ilmu Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Kemoterapi Dengan Ca Colon di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur Tahun 2020.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
praktek keilmuan keperawatan terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien kemoterapi dengan Ca Colon.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus
besar, yakni bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar
kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan
kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia,
2018).
Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus
besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
2. Anatomi Fisiologi
Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai
anus. Panjangnya bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besar
berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1.5 m
(5 kaki) yang terbentang dari saekum hingga kanalis ani. Diameter
usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar
6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil.
Usus besar terdiri dari bagian yaitu caecum, kolon asenden, kolon
transversum, kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum.
12
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi
Struktur usus besar:
a. Caecum
Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum
pada usus besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5
cm. Saekum terletak pada fossa iliakakanan di atas setengah
bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya saekum
seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak
bebas, tetapi tidak mempunyai mesenterium. Terdapat perlekatan
ke fossa iliaka di sebelah medial dan lateral melalui lipatan
peritoneum yaitu plika caecalis, menghasilkan suatu kantong
peritoneum kecil, recessus retrocaecalis.
13
b. Kolon asenden
Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan
sampai ke sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak di
bawah abdomen sebelah kanan dan di hati membelok ke kiri.
Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra)
dan dilanjutkan dengan kolon transversum.
c. Kolon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling
dapat bergerak bebas karena tergantung pada mesokolon, yang
ikut membentuk omentum majus.Panjangnya antara 45-50 cm,
berjalan menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra sinistra
yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya tidak
tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah
sehingga terletak di regio umbilikus.
d. Kolon desenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksura
lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid,
dan dibelakang peritoneum.
e. Kolon sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang
lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai
dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan
14
menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini
ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak +
15 cm di atas anus. Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon
sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit
bergerak bebas (mobile).
f. Rektum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon
sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga
kurva lateral serta kurva dorsoventral. Mukosa rektum lebih halus
dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah
valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian
distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan
1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif
mobile.Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum
dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior.
Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus,
berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih
proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal )
serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar.
Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.
3. Etiologi
Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi terkena kanker
kolorektal. Beberapa faktor risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah,
15
seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita polip, riwayat
menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron),
dan memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat polip atau
kanker usus besar. Faktor risiko lain adalah pola hidup yang tidak
sehat yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal di usia muda
dibawah 40 tahun. Salah satunya adalah mengonsumsi daging merah
dan daging olahan secara berlebihan.
Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker kolorektal,
batasi makanan tinggi lemak termasuk daging merah. Merokok juga
merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal. Diperkirakan,
satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat
dihubungkan dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan
risiko terbentuknya adenoma dan peningkatan risiko perubahan
adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain adalah
pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi asetildehida
yang meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi
buah dan sayur yang mengandung probiotik, karena kandungan
seratnya akan mengikat sisa makanan dan membuat feses lebih berat
sehingga mudah dibuang (Kemenkes RI, 2019).
4. Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang
berkembang dari polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan
meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan kolon
16
sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalam
waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip
membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi
dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar,
serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri
bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai
darah (Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke
dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang
berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung
ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus.
Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung,
duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan
dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke
kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor.
Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah
dikenai namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari
tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem
sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan
ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal
dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan
pembedahan (Black & Hawks, 2014).
17
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area
rektal dan 20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker
kolorektal terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan
daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel
maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara
langsung misalnya ke abdomen dari kolon transversum.
Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai bladder, ureter
dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa
mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
18
5. Bagan 2.1 Pathway Ca Colon
Faktor Genetik FaktorUsia
Kolitis ulsreatif
Penyakit crohn
Pola gaya hiduptidak sehat
Riwayatkeluarga
menderitapenyakit kanker
Usia >50tahun
Mutasi sel-sel dalam
tubuh
Pembelahansel tidak
sempurna
Radangkronis padausus besar
MerokokMinumanberalkohol
Rendah serat,daging merah,daging olahan
Zat nikotinsebagaisumber
karsinogen
Masuk kedalam saluran
pernapasan
Menujukolon
Menumpukdalam kolon
Meningkatkansel karsinogen
Masuk kedalamtubuh
membentukasetaldehida (zatkimia beracun )
MerusakDNA di
dalam selinduk
Mengubahperilaku
sel
Feses tidaklembut,
menjadi zatkarsinogen
Menumpukdidalam
usus
Obstruksi usus,menempel didinding usus
Perubahanabnormal padadinding usus
Kanker Kolon
Faktor ResikoKanker Kolon
19
Sumber : (Wahyuningsih, 2018 dan PPNI, 2017)
Intervensipembedahan
Pascabedah
Lukapascabedah
Perawatanluka tidakintensif
Port deentree
MK :ResikoInfeksi
Kolostomisementara
ataupermanen
MK :Gangguan
Citra Tubuh
Perubahanintakenutrisi
Asupannutrisi tidak
adekuat
MK :DefisitNutrisi
Kerusakanjaringan
lunak pascabedah
Responserabutlokal
MK :Nyeri
Intervensikemoterapi
Prekemoterapi
Intrakemoterapi
Postkemoterapi
MK :Ansietas
Adanya filtrasiobat di jaringan
sekitar
Kerusakanjaringanprogresif
irreversibel
Munculnyatanda-tandaekstravasasi
MK : ResikoGangguan
Integritas Kulit
Dilakukanpemasangan
infus
MK : ResikoInfeksi
Efekpemberian
obatkemoterapi
MK :Nausea
Menyerangsel-sel yang
tumbuh cepat
Sel-selfolikelrambut
Kerontokan
MK :Gangguan
Citra Tubuh
Tidak mampumenelanmakanan
MK : ResikoDefisit Nutrisi
Invasi jaringan danefek kompresi tumor
20
6. Manisfestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018):
a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau
konstipasi atau perubahan pada lamanya saat buang air besar,
dimana pola ini berlangsung selama beberapa minggu hingga
bulan. Kadang-kadang perubahan pola itu terjadi sebagai
perubahan bentuk dari feses atau kotoran dari hari ke hari (kadang-
kadang keras, lalu lunak, dan seterusnya)
b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di
feses, seringkali hanya dapat dideteksi di laboratorium
c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram,
gas atau rasa sakit yang berulang
d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah
buang air besar
e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih
f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan
sebabnya
7. Klasifikasi
Klasifikasi ca colon menurut American Joint Committee on Cancer
2010 dalam (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
21
a. Tabel 2.1 Penilaian tumor primer (T) pada ca colon
b. Tabel 2.2 Penilaian penyebaran kelenjar getah bening (N)
pada ca colon
N Kelenjar Getah Bening
NX Kelenjar Getah Bening regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis KGB
N1 Metastasis pada 1 – 3 KGB regional
N1a Metastasis pada 1 KGB regional
T Penilaian Tumor
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada ditemukan tumor primer
Tis Carsinoma in situ : intraepitelial atau invasi lamina propria
T1 Tumor invasi sub mukosa
T2 Tumor invasi muscularis propria
T3 Tumor invasi sepanjang muscularis propria hingga
jaringan perikolorektal
T4a Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum visceral
T4bTumor secara langsung menginvasi atau melengket ke
organ lain
22
N1b Metastasis pada 2 – 3 KGB regional
N1c Deposit tumor pada subserosa, mesentrium, atau pericolic non
peritoneal atau jaringan perirektal tanpa metastasis KGB
N2 Metastasis pada ≥4 KGB regional
N2aMetastasis pada 4 – 6 KGB
regional
N2b Metastasis pada ≥7 KGB regional
c. Tabel 2.3 Penilaian metastasis jauh (M) pada ca colon
M Penilaian Metastasis
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
M1a
Metastasis terjadi pada satu organ atau sisi (hati, paru, ovarium,
KGB non regional)
M1b Metastasis terjadi pada >1 organ / sisi atau di peritoneum
d. Tabel 2.4 Stadium ca colon
Stadium T N M Keterangan
0 Tis N0 M0 Tis: Tumor terbatas pada mukosa
I T1
T2
N0
N0
M0
M0
T1: Tumor menyerang submukosa
T1: Tumor menyerang submukosa
IIA T3 N0 M0 T3: Tumor menyerang subserosa atau lebih (tanpa
melibatkan organ lain)
23
IIB T4a N0 M0 T4a: Tumor melubangi peritoneum visceral
IIC T4b N0 M0 T4b: Tumor menyerang organ yang berdekatan
IIIA T1-T2
T1
N1/N1c
N2a
M0
M0
N1: Sel-sel tumor dalam 1 sampai 3 kelenjar getah
bening regional. T1 atau T2
N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6 kelenjar getah
bening regional. T1
IIIB T3-T4a
T2-T3
T1-T2
N1/N1c
N2a
N2b
M0
M0
M0
N1: Sel-sel tumor dalam 1 sampai 3 kelenjar getah
bening regional. T3 atau T4
N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6 kelenjar getah
bening regional. T2 atau T3
N2b: Sel-sel tumor di 7 atau lebih kelenjar getah
bening regional. T1 atau 2
IIIC T4a
T3-T4a
T4b
N2a
N2b
N1-N2
M0
M0
M0
N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6 kelenjar getah
bening regional. T4a
N2b: Sel-sel tumor di 7 atau lebih kelenjar getah
bening regional. T3-4a
N1-2: Sel tumor di setidaknya satu kelenjar getah
bening regional. T4b
IVA Semua
T
Any N M1a M1a: Metastasis ke 1 bagian tubuh lain di luar usus
besar, dubur atau kelenjar getah bening regional. T apa
saja, sembarang N.
IVB Semua
T
Any N M1b M1b: Metastasis ke lebih dari 1 bagian tubuh lain di
luar usus besar, dubur atau kelenjar getah bening
regional. T apa saja, sembarang N.
24
Gambar 2.1 (contoh penyebaran stadium kanker kolon)
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker
kolorektal adalah sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018)
a. Pemeriksaan laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa
untuk menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan
atau kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain
pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang
merupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan hipokalemia
kemungkinan ditemukan oleh karena adanya perdarahan kecil.
Perdarahan tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan tinja. Selain
25
pemeriksaan rutin diatas, dalam menegakkan diagnosa
karsinoma kolorektal dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma
Embrionic Antigen). Carcinoma Embrionic Antigen merupakan
pertanda serum terhadap adanya karsinoma kolon dan rektum.
Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah glikoprotein yang
terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran
darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor
status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan
metastase ke hepar. Carcinoma Embrionic Antigen terlalu
insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai skrining
kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum,
bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter.
Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2,
stadium lanjut dari penyakit dan adanya metastase ke organ
dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor
prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan
bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.
b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker
kolorektal adalah terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi
saat kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil pemeriksaan ini
adalah hasil histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari
26
pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik
berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal ini.
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos
abdomen atau menggunakan kontras. Teknik yang sering
digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema,
yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang
berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama
sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya sebagai
alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak
dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai
pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat
polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan
menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %.
Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air
harus digunakan daripada barium enema. Computerised
Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI),
Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik
pencitraan yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak
lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan
merupakan skrining tes.
27
d. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran
seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan
saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskopi, yaitu
selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi
dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat
untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm
dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih
baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar
67%. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi,
polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur.
Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana
komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi)
hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi
merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan
manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut
divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding,
megakolon non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi
lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik
kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari
kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan
komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik.
28
9. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana kanker kolon pada tabel 2.5 adalah:
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
Stadium Terapi
Stadium 0
(TisN0M0)
Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak
memenuhi syarat eksisi lokal
Stadium I
(T1-2N0M0)
Wide surgical resection dengan anastomosis
tanpa kemoterapi adjuvan
Stadium II
(T3N0M0,
T4a-bN0M0)
Wide surgical resection dengan anastomosis
Terapi adjuvan setelah pembedahan pada
pasien dengan risiko tinggi
Stadium III
(T apapun N1-2
M0)
Wide surgical resection dengan anastomosis
Terapi adjuvan setelah pembedahan
Stadium IV
(T apapun, N
apapun, M1)
Reseksi tumor primer pada kasus kanker
kolorektal metastasis yang dapat direseksi
Kemoterapi sistemik pada kasus kanker
kolorektal dengan metastasis yang tidak dapat
direseksi dan tanpa gejala
29
10. Konsep Kemoterapi
Kemoterapi adalah salah satu tipe terapi kanker yang menggunakan
obat untuk mematikan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan
menghentikan atau memerlambat perkembangan sel-sel kanker, yang
berkembang dan memecah belah secara cepat. Namun, terapi tersebut
juga dapat merusak sel-sel sehat yang memecah belah secara cepat,
seperti sel pada mulut dan usus atau menyebabkan gangguan
pertumbuhan rambut. Kerusakan terhadap sel-sel sehat merupakan
efek samping dari terapi ini. Seringkali, efek samping tersebut
membaik atau menghilang setelah proses kemoterapi telah selesai
(National Cancer Institute, 2015).
Mekanisme obat kemoterapi adalah dengan mematikan atau
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Sehingga muncul berbagai
efek samping yang disebabkan oleh karena efek obat kemoterapi pada
jaringan atau sel yang sehat. Penggunaan obat kemoterapi juga
memberikan efek samping pada saraf, salah satu gejala neuropati atau
gangguan saraf akibat efek kemoterapi adalah kelemahan, kram atau
nyeri pada tangan dan atau kaki (Dinar, 2017). Menurut (Yusra, 2018)
efek samping dari kemoterapi ini tentunya tidak selalu sama pada
setiap orang. Seorang terkena kanker bisa saja mengalami sakit yang
luar biasa usai menjalani kemoterapi, sementara efek samping yang
muncul pada pasien lainnya mungkin tidak terlalu parah.
30
1) Penggunaan Klinis Kemoterapi
Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus
dipertimbangkan hal-hal berikut: Tentukan tujuan terapi.
Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu kemoterapi
kuratif, kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi
investigatif.
a) Kemoterapi kuratif
Terhadap tumor sensitif yang kurabel, missal leukimia
limfositik akut, limfoma maligna, kanker testes, karsinoma sel
kecil paru, dapat dilakukan kemoterapi kuratif. Skipper melalui
penelitian atas galur tumor L1210 dari leukimia mencit
menemukan efek obat terhadap sel tumor mengikuti aturan
'kinetika orde pertama', yaitu dengan dosis tertentu obat
antikanker dapat membunuh proporsi tertentu, bukan nilai
konstan tertentu sel kanker. Kemoterapi kuratif harus memakai
formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat dengan
mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masing-
masing efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan
banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut
diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi
tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar
tereapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh.
31
b) Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan
setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari
operasi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra-operasi
sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka
setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin
pesat, kepekaan terhadap obat bertambah. Pada umumnya
tumor bila volume semakin kecil, ratio pertumbuhan sernakin
tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai
diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat.
Oleh karena itu, terapi dini terhadap mikro-metastasis akan
menyebabkan efentivitas meningkat, kemungkinan resistensi
obat berkurang, peluang kesembuhan bertambah.
c) Kemoterapi neonadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan
sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu
hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai
ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklus dapat
mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna.
bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada
waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap
kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatik subklinis
yang mungkin terdapat. Karena kemoterapi adjuvan mungkin
32
menghadapi resiko jika kemoterapi tidak efektif peluang
operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen kemoterapi
dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian
mutahir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan
peluang operatif untuk kanker kepala leher, kanker sel kecil
paru, osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi yang
membawa kecacatan pada kanker tertentu Oaring, kandung
kemih, kanalis analis) memperbaiki kualitas hidup sebagian
pasien.
d) Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel
kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dan lain-
lain. Hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk
kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih
bersifat paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala,
memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter harus
mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa
kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang
terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun atau
memperparah perkembangan penyakitnya.
e) Kemoterapi investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan
regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti.
33
Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas
tinggi toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan.
Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, rancangan
pengujian yang baik, metode observasi dan penilaian yang
rinci, dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika
kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu,
disebut 'good clinical practice' (GCP).
2) Cara Pemberian Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai cara:
a) Suntikan. Kemoterapi diberikan melalui suntikan ke dalam
otot lengan, paha, atau pinggul, atau di bawah lemak kulit pada
lengan, tungkai, atau perut.
b) Intra-arterial (IA). Kemoterapi dimasukkan langsung ke
pembuluh darah nadi (arteri) yang memberi makan sel-sel
kanker.
c) Intraperitoneal (IP). Kemoterapi dimasukkan ke rongga
peritoneal (area yang berisi organ seperti usus, perut, hati, dan
indung telur).
d) Intravenous (IV). Kemoterapi dimasukkan dalam pembuluh
darah balik (vena).
e) Topikal. Kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit.
f) Oral. Kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat
ditelan.
34
(Controversies & Obstetrics, 2013)
3) Jenis-jenis obat kemoterapi pada pasien kanker kolon adalah
sebagai berikut (Sari et al., 2019).
Tabel 2.6 Jenis obat kemoterapi
Jenis Kemoterapi Mekanisme Kerja Efek Samping
5-
Fluorourasil
(5-FU)
Menghambat enzim
timidilat sintase
Menghambat sintesis
DNA dan RNA
Menghambat
pertumbuhan sel
kanker
Mual, muntah, diare,
stomatitis,palmar-
plantar
erythrodysesthe-sia,
leukopenia
Leucovorin
(LV)
Menstabilkan ikatan
asam
fluorodeoksiuriidilat
terhadap timidilat
sintase
Menambah efek
terapi 5-FU
Memperkuat efek
samping 5-FU
Capecitabine
Merupakan prodrug
fluorourasil,
mekanisme kerja
Peningkatan
bilirubin, palmar-
plantar
35
sama dengan 5-FU erythrodysesthe-sia
Oxaliplatin
Mengalami hidrolisis
intraseluler
Menghambat
replikasi DNA
Kematian sel
Sistem hepatopoetik,
sistem saraf tepi,
sistem
gastrointestinal
Irinotecan
Menghambat enzim
topoisomerase I
Replikasi DNA
Diare, gangguan
hepar, insomnia,
alergi, gangguan
hematopoetik,
bradikardi, oedema,
hipotensi, demam,
11. Komplikasi
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan
(obstruksi) saluran cerna. Sumbatan tersebut tentu diakibatkan tumor
yang memenuhi saluran usus. Adanya sumbatan tersebut
menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan nyeri perut.
Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami
kebocoran (perforasi). Perforasi usus dapat menimbulkan gejala yang
berat seperti nyeri perut hebat, perut terlihat membesar dan tegang,
muntah, serta infeksi berat.
36
Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat menimbulkan
perdarahan. Hal tersebut dapat terjadi bila tumor berada di sekitar
rektum, salah satu bagian terakhir usus besar. Perdarahan tumor dapat
menyebabkan penderitanya kehilangan darah yang cukup banyak,
sehingga menimbulkan anemia (kekurangan sel darah merah).
Komplikasi lain dari kanker usus adalah penyebaran sel tumor
ke organ yang lain. Proses yang disebut metastasis ini lazim terjadi
pada berbagai jenis kanker, terutama yang sifatnya ganas. Organ
tubuh yang paling sering menjadi sasaran metastasis sel kanker usus
adalah kelenjar getah bening, paru, dan selaput rongga perut.
Metastasis dapat menimbulkan gejala sesuai organ yang terkena,
misalnya benjolan di sekitar leher, sesak napas, dan nyeri perut serta
perut yang semakin membesar (Timurtini, 2019).
B. Konsep Masalah Keperawatan
1. Pengertian Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
37
2. Kriteria Mayor dan Minor
Menurut (PPNI, 2017) menyatakan kriteria mayor merupakan
tanda atau gejala yang ditemukan 80%-100% pada klien untuk validasi
diagnosis. Sedangkan kroteria minor merupakan tanda atau gejala yang
tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung
penegakkan diagnosis.
3. Faktor yang Berhubungan
Faktor yang berhubungan atau penyebab pada masalah
keperawatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
status kesehatan yang mencakup empat kategori yaitu : Fisiologis,
biologis atau psikologis, efek terapi atau tindakan, lingkungan atau
personal, dan kematangan perkembanngan (PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita Ca
Colon menurut (Wahyuningsih, 2018) yang disesuaikan dengan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia yaitu (PPNI, 2017) :
Masalah keperawatan pada pre kemoterapi
a. Ansietas (D.0080)
1) Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
2) Penyebab:
a) Krisis situasional
38
b) Ancaman terhadap konsep diri
c) Ancaman terhadap kematian
d) Kekhawatiran mengalami kegagalan
e) Kurang terpapar informasi
3) Gejala dan tanda Mayor
Subjektif:
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
Objektif:
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
4) Gejala dan data Minor
Subjektif:
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
Objektif:
a) Frekuensi nafas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat
39
d) Diaphoresis
e) Tremor
f) Muka tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Berorientasi pada masa lalu
5) Kondisi klinis terkait
a) Penyakit kronis progresif (misalnya penyakit kanker)
Masalah keperawatan pada intra kemoterapi
a. Risiko Infeksi (0142)
1) Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
2) Faktor Risiko :
a) Efek prosedur invasif
b) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
c) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: Kerusakan
integritas kulit
d) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: Penurunan
Hemoglobin, Imunosupresi, Supresi respon inflamasi
3) Kondisi klinis terkait
a) Tindakan invasif
40
b. Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)
1) Definisi : Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis
dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea,
fasia,otot, tendon, tulang, kartilago, kapsil sendi dan/atau
ligament).
2) Faktor Risiko :
a) Perubahan sirkulasi
b) Bahan kimia iritatif
c) Kelembaban
d) Perubahan hormonal
e) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan
atau melindungi integritas jaringan
3) Kondisi klinis terkait :
a) Imunodefisiensi
Masalah keperawatan pada post kemoterapi
a. Nausea (D.0076)
1) Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok
atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah
2) Penyebab :
a) Efek agen farmakologis
3) Gejala dan tanda Mayor :
Subjektif :
a) Mengeluh mual
41
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan
Objektif :
Tidak bersedia
4) Gejala dan tanda Minor :
Subjektif :
a) Merasa asam di mulut
b) Sensasi panas atau dingin
c) Sering menelan
Objektif :
a) Saliva meningkat
b) Pucat
c) Diaforesis
d) Takikardia
e) Pupil dilatasi
5) Kondisi klinis terkait :
a) Kanker
b. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
1) Definisi : Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsi fisik individu
2) Penyebab :
a. Perubahan fungsi tubuh (misal. Proses penyakit)
42
b. Efek tindakan atau pengobatan (misalnya Pembedahan,
kemoterapi)
3) Gejala dan data Mayor :
Subjektif :
a) Mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian tubuh
Objektif :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Fungsi atau struktur tubuh berubah
4) Gejala dan data Minor :
Subjektif :
a) Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian
tubuh
b) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
c) Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan atau reaksi
orang lain
d) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif :
a) Menyembunyikan atau menunjukkan bagian tubuh secara
berlebihan
b) Menghindari melihat atau menyentuh bagian tubuh
c) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
d) Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
e) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
43
f) Hubungan sosial berubah
5) Kondisi klinis terkait :
a) Program terapi neoplasma
c. Reiko defisit nutrisi (D.0032)
1) Definisi : beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
2) Faktor resiko :
a) ketidakmampuan menelan makanan
b) ketidakmampuan mencerna makanan
c) faktor psikologis (misal.keengganan untuk makan )
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari
pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang
respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif atau
menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada
identifikasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dapat diperoleh
dari data subyektif melalui wawancara dan dari data obyektif melalui
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Dinarti & Yuli
Muryanti, 2017):
44
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, tempat tinggal
2) Riwayat penyakit sekarang : Pada pengkajian ini yang perlu
dikaji adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran
3) Riwayat penyakit dahulu : Adakah riwayat penyakit dahulu
yang diderita pasien dengan timbulnya kanker kolon.
4) Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah
anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
5) Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien
dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar
sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami
kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan
bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
1) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan
apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai,
frekwensi makanannya
2) Pola Eliminasi
45
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah
keluar darah atau tidak, keras, lembek, cair ?
3) Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun
atau tidak, menyikat gigi.
4) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam ?
Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?
5) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas
diluar kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di
kampung dan sekitarnya.
6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,
ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).
7) Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-
teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat ?
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap
keluarga, kebersamaan dengan keluarga.
46
9) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan
terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang
di anut dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.
10) Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan
dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.
c. Riwayat pengkajian nyeri
P : Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang
biasa memperberat dan mengurangi nyeri ?
Q : QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana
gejala dirasakan ?
R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan dan apakah gejala
yang dirasakan menyebar?
S : Skala – severity: Berapa tingkat keparahan dirasakan?
T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala
dirasakan?
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher : Dengan tehnik inspeksi dan palpasi
2) Rambut dan kulit kepala : Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
3) Telinga : Perlukaan, darah, cairan, bau ?
47
4) Mata : Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak
mata, adanya benda asing, skelera putih ?
5) Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan
anatomi akibat trauma ?
6) Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering ?
7) Bibir : Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering ?
8) Rahang : Perlukaan, stabilitas ?
9) Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar
tiroid
e. Pemeriksaan dada
1) Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara
napas tambahan.
2) Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama
antara kanan kiri dinding dada.
3) Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara
redup pada batas paru dan hepar.
4) Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan
paru, suara ronchi dan wheezing
f. Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris
2) Palpasi: Frekuensi nadi,
3) Parkusi: Suara pekak
48
4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur
g. System pencernaan / abdomen
1) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus
menonjol atau tidak, apakah ada benjolan benjolan / massa.
2) Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (
tumor, teses) turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi
pasien, apakah tupar teraba, apakah lien teraba?
3) Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat
atau cair akan menimbulkan suara pekak ( hepar, asites, vesika
urinaria, tumor).
4) Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5-
35 kali permenit.
h. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:
1) Warna dan suhu kulit
2) Perabaan nadi distal
3) Depornitas extremitas alus
4) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
5) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
6) Derajat nyeri bagian yang cidera
7) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
8) Reflek patella
i. Pemeriksaan pelvis/genitalia
49
1) Kebersihan, pertumbuhan rambut
2) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter,
terdapat lesi atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Dinarti & Yuli Muryanti, 2017). Diagnosa yang mungkin muncul
menurut (PPNI, 2017):
Pre kemoterapi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Intra kemoterpi
a. Risiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
b. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif
Post kemoterapi
a. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan atau
pengobatan (misal. Pembedahan, kemoterapi dan radioterapi)
c. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menelan
makanan
50
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan
untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,
rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien
berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Yuli
Muryanti, 2017).
Rencana Keperawatan Pre kemoterapi
a. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (D.0080)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
ansietas pasien menurun.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi kebingungan menurun
2) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
3) Perilaku gelisah menurun
4) Perilaku tegang menurun
5) Frekuensi pernapasan, nadi dan tekanan darah menurun
Intervensi Reduksi Ansietas (I.09314):
Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal kondisi, waktu,
stressor)
2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
51
Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
3) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Rencana keperawatan Intra kemoterapi
a. Resiko infeksi ditandai dengan Efek prosedur invasif (D.0142)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
infeksi dapat menurun.
Kriteria Hasil :
1) Demam menurun
2) Kemerahan menurun
3) Nyeri menurun
4) Bengkak menurun
Intervensi Pencegahan Infeksi (I.14539):
Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
52
Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
b. Risiko gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif
(D.0139)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
gangguan integritas kulit menurun.
Kriteria Hasil :
1) Elastisitas meningkat
2) Hidrasi meningkat
3) Kerusakan jaringan menurun
4) Kerusakan lapisan kulit menurun
Intervensi perawatan integritas kulit (I.11353):
Observasi
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
2) Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada
53
kulit sensitif
3) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
1) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rencana keperawatan Post kemoterapi
a. Nausea berhubungan dengan tindakan kemoterapi (D.0076)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nausea dapat menurun.
Kriteria Hasil :
1) Nafsu makan meningkat
2) Keluhan mual menurun
3) Perasaan ingin muntah menurun
4) Pucat tampak membaik
Intervensi Menejemen Mual (I.03117):
Observasi
1) Identifikasi faktor penyebab mual
2) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
3) Monitor mual
Terapeutik
1) Kontrol faktor lingkungan penyebab mual
2) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi
1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
54
2) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi
mual
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek
tindakan/pengobatan (D.0083)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
persepsi tentang penampilan pasien dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
2) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan atau reaksi orang lain
3) Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
4) Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik
5) Hubungan sosial membaik
Intervensi Promosi citra tubuh (I.09305):
Observasi
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
2) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
3) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
55
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
4) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
1) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
2) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
3) Latih peningkatan penampilan diri
c. Resiko defisit nutrisi (D.0032)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi
pasien meningkat
Kriteria hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot pengunyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Frekuensi makan membaik
5) Nafsu makan membaik
Intervensi Manajemen Nutrisi (L.03119)
1) Identfikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi atau intoleran makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
56
Terapeutik
1) Fasilitasi menentukan pedoman diet
2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal. Pereda
nyeri, antiemetik)
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
a. Tindakan keperawatan mandiri
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
57
5. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari
tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap
tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi adalah membandingkan
secara sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada pasien, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan psien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai (Dinarti & Yuli Muryanti,
2017). Evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu (Suprajitno dalam
Wardani, 2013):
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan / Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk literature
review untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien
kemoterapi dengan ca colon. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Subjek penelitian
Pada penelitian ini, subyeknya adalah pasien dengan diagnosa medis ca
colon.
1. Kriteria inklusi untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Subyek terdiri dari 2 orang pasien dewasa dengan kasus ca colon
yang sedang kemoterapi.
b. Subyek dewasa berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
2. Kriteria eksklusi, sebagai berikut:
a. Pasien yang tidak kooperatif.
b. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
c. Pasien yang tidak dirawat di ruang Kemoterapi.
59
C. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi
Suatu proses kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada pasien pre, intra, dan post kemoterapi yang
dirawat di ruang kemoterapi dengan kasus Ca Colon melalui metode
proses keperawatan dari pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
menyusun rencana tindakan keperawatan, melaksanakan rencana tindakan
keperawatan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan.
2. Pasien Kemoterapi dengan Ca Colon
Pasien Ca Colon adalah seseorang atau individu yang menderita
suatu keadaan yang menyerang usus besar berupa benjolan yang tumbuh
secara abnormal. Kasus kanker usus besar ditandai dengan adanya darah
pada kotoran (feses) bahkan pendarahan di anus, menurunnya berat badan,
tubuh terasa lelah, nyeri atau kram pada bagian perut, konstipasi, diare dan
nafsu makan menurun. Pada Ca Colon dilakukan kemoterapi pada pasien
stadium II yang memiliki kanker resiko tinggi, selanjutnya kemoterapi
juga akan diberikan pada pasien stadium III dan IV. Berdasarkan kasus ini
dapat dilihat pada rekam medis pasien di rumah sakit.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balikpapan. Waktu penelitian dilaksanakan
pada tanggal 23 Maret sampai tanggal 3 April tahun 2020
60
E. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
1. Mahasiswa melakukan ujian proposal.
2. Mahasiswa melakukan perbaikan sesuai masukan dari penguji untuk
memproleh persetujuan pengambilan data.
3. Mahasiswa melakukan penyusunan penelitian dengan metode literature
review.
4. Mahasiswa melakukan identifikasi dan validasi laporan asuhan
keperawatan melalui media internet yang disetujui pembimbing.
5. Mahasiswa membandingkan data-data hasil pengkajian antara konsep
teori dengan kasus.
6. Mahasiswa membandingkan penegakan diagnosa keperawatan
berdasarkan SDKI antara konsep teori dengan kasus.
7. Mahasiswa membandingkan penyusunan perencanaan berdasarkan SIKI
dan SLKI antara konsep teori dengan kasus.
8. Mahasiswa membandingkan pelaksanaan pada kasus sesuai dengan
perencanaan berdasarkan SIKI dan SLKI pada konsep teori.
9. Mahasiswa melihat kesesuaian pelaksanaan evaluasi terhadap tujuan dan
kriteria hasil dengan diagnosa yang ditegakkan.
10. Mahasiswa membuat kesimpulan dan saran tentang masalah keperawatan
yang ditemukan dalam literatur review
11. Mahasiswa melakukan konsultasi kepada pembimbing.
61
12. Mahasiswa melakukan perbaikan sesuai masukan pada saat konsultasi
dengan pembimbing.
F. Metode dan instrumen pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Adapun cara pengumpulan data pada penyusunan literature review
ini yaitu melakukan identifikasi laporan asuhan keperawatan melalui
laporan praktik dinas kemudian mereview kasus dari kedua subjek.
2. Instrumen pengumpula
Recommended