Upload
joel-mabes
View
1.353
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
karya tulis saya dan di persentasikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah
penduduk terbanyak di dunia, jumlah tersebut terus meningkat seiring
bertambahnya waktu. Peningkatan jumlah penduduk tersebut
mengakibatkan kebutuhan bahan pangan dan kebutuhan akan papan juga
semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tersebut otomatis harus
diimbangi dengan peningkatan bahan pangan yang mutlak dibutuhkan
manusia. Kenyataannya, saat ini produksi bahan makanan pokok
penduduk Indonesia yaitu beras dan jagung makin berkurang, hal ini
makin diperparah dengan makin sempitnya lahan pertanian karena
penggunaan lahan pertanian untuk pemukiman sebagai salah satu akibat
dari peningkatan jumlah penduduk.
Oleh karena itu perlu adanya upaya yang dapat mengatasi masalah
tersebut antara lain dengan mencari alternatif bahan makanan lain yang
juga mengandung karbohidrat sebagai upaya diversifikasi pangan. Upaya
tersebut antara lain dapat dilakukan dengan usaha pengolahan komoditas
ubi jalar menjadi produk yang lebih menarik, ekonomis dan mampu
mencukupi kebutuhan pangan masyarakat.
Saat ini didalam masyarakat, umumnya ubi jalar masih disajikan dalam
bentuk yang sangat sederhana, misalnya dalam bentuk ubi rebus, kolak,
dan ubi goreng. Padahal, ubi jalar dapat diolah menjadi bermacam-macam
bentuk makanan seperti yang telah dilakukan di negara-negara maju.
Bahkan, ubi jalar juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri
makanan dan minuman, industri tekstil, industri kosmetik, dan industri
lem.
Ubi jalar sebagai salah satu komoditas pertanian penghasil
karbohidrat sudah tidak disangsikan lagi bagi masyarakat. Bahkan, ubi
jalar memiliki peran yang penting sebagai cadangan pangan yang bila
1
produksi padi tidak mencukupi lagi, ubi jalar dapat dijadikan sebagai
bahan pangan substitusi beras
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pembibitan ubi jalar?
b. Apa manfaat dari tanaman ubi jalar?
c. Apa saja masalah pemasaran ubi jalar?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui cara pembibitan ubi jalar.
b. Mengetahui manfaat ubi jalar.
c. Mengetahui masalah apa saja yang dihadapi tani dalam pemasaran
ubi jalar.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi
tugas Metodologi ilmiah, serta memberi manfaat yang besar bagi kita
semua yang membutuhkannya. Dan kita dapat mengetahui cara
pembibitan, manfaat dari pengolahan ubi jalar serta mengetahui masalah-
masalah pemasaran ubi jalar.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas pertanian sumber
karbohidrat selain padi, ubi kayu, jagung dan lain-lain. Selain sumber
karbohidrat ubi jalar juga mengandung vitamin A, C, dan mineral. Ubi
jalar yang umbinya berwarna ungu mengandung anthocyanin yang
berfungsi sebagai pencegah penyakit kanker. Sedangkan ubi jalar yang
umbinya berwarna kuning banyak mengandung vitamin A, bahkan
beberapa varietas diantaranya memiliki dosis yang sebanding dengan
wortel. Ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai (1) pangan segar atau olahan
untuk konsumsi manusia, (2) pakan segar atau kering untuk ternak, dan
(3) diolah menjadi pati atau tepung untuk industri pangan ataupun non-
pangan. Namun, ubi jalar sebagai tanaman pangan sumber karbohidrat
kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pola
pangan masyarakat Indonesia pada umumnya yang mengikuti pola pangan
masyarakat terdahulu, yang menjadikan nasi sebagai makanan utama. Ubi
jalar tergolong dalam umbi-umbian dari tumbuhan semak bercabang dan
memiliki daun berbentuk segitiga yang berlekuk-lekuk dengan bunga
berbentuk payung.
Kandungan unsur gizi yang terdapat dalam ubi jalar tidak hanya
berasal dari umbinya saja, namun berasal dari daunnya juga. Di antara
bahan pangan sumber karbohidrat, ubi jalar memiliki keunggulan lain
yang penting bagi masyarakat Indonesia, berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut: (1) ubi jalar mudah diproduksi pada berbagai lahan dengan
produktivitas antara 20-40 t/ha umbi segar; (2) kandungan kalori per 100
g cukup tinggi, yaitu 123 kal dan dapat memberikan rasa kenyang dalam
jumlah yang relatif sedikit; (3) cara penyajian hidangan ubi jalar mudah,
praktis dan sangat beragam, serta serasi (compatible) dengan makanan lain
yang dihidangkan; (4) harga per unit hidang murah dan bahan mudah
diperoleh di pasar local; (5) dapat berfungsi dengan baik sebagai
3
substitusi dan suplementasi makanan sumber karbohidrat tradisional nasi
beras; (6) bukan jenis makanan baru dan telah dikenal secara turun
temurun oleh masyarakat Indonesia; (7) rasa dan teksturnya sangat
beragam, sehingga dapat dipilih yang paling sesuai dengan selera
konsumen (Zuraida dan supriati 2001).
Tepung ubi jalar adalah hancuran ubi jalar yang dihilangkan kadar
airnya (Suprapti, 2003). Komoditas hasil pertanian, secara umum,
memiliki masa simpan yang relatif pendek. Oleh karena itu, diperlukan
pengolahan yang lebih lanjut dengan tujuan untuk memperpanjang masa
simpan (mengawetkan) komoditas tersebut. Pengolahan ubi jalar menjadi
tepung merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai tambah. Pengolahan
ubi jalar menjadi tepung ubi jalar melalui beberapa proses yang terbagi
dalam dua tahap yaitu : tahap persiapan dan tahap pembuatan. Tahap
persiapan terdiri atas: (1) sortasi/pemilihan bahan; (2)
pengupasan/pengerokan atau pemotongan; (3) perendaman; (4) pemarutan;
(5) penyiapan larutan pemutih. Tahap pembuatan terdiri dari (1)
pemutihan; (2) pemerasan atau penyaringan; (3) pengendapan pati; (4)
pemisahan pati; (5) pencampuran; (6) pengeringan; (7) penggilingan; (8)
penyempurnaan pengeringan; (9) pengemasan (Suprapti, 2003).
2.2 Pemasaran
Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses
sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dengan pihak lain. David (2004)
menggambarkan pemasaran sebagai proses mendefinisikan,
mengantisispasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan
dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh
fungsi dasar pemasaran : (1) analisis pelanggan, (2)
penjualan produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (5)
distribusi, (6) riset pemasaran, dan (7) analisis peluang.
Pemahaman terhadap fungsi-fungsi ini membantu penyusun
4
strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan pemasaran.
2.3 Perumusan Strategi Pemasaran
Merencanakan strategi pemasaran merupakan langkah
yang memegang peranan penting bagi suatu perusahaan,
karena keberhasilan pemasaran dapat menentukan hidup-
matinya perusahaan. Assauri (2004) menyatakan bahwa
strategi pemasaran merupakan rencana yang menyeluruh,
terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran yang
memberikan panduan tentang suatu kegiatan agar suatu
perusahaan dapat mencapai tujuannya. Menurut Kotler
(2002), strategi pemasaran terdiri dari pengambilan
keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran
pemasaran, alokasi pemasaran dan hubungannya dengan
keadaan lingkungan yang diharapkan, dan kondisi persaingan
yang dihadapi. Swastha dan Handoko (1987) menyatakan
bahwa strategi pemasaran dapat dibagi menjadi dua
komponen pokok, yaitu :
1. Strategi segmentasi pasar Sebelum memasarkan
produknya, suatu perusahaan terlebih dahulu perlu
mengetahui pasar yang dituju. Selain itu, konsumen harus
dipisah-pisahkan dalam beberapa kelompok, misalnya
berdasarkan faktor geografis (daerah, kota), faktor penduduk
(jenis kelamin, umur, pendapatan, pendidikan), faktor
sosiografis (kelas sosial, gaya hidup), faktor tingkah laku
(motif pembelian, kebiasaan, tujuan pembelian). Kelompok-
kelompok ini disebut dengan istilah segmen pasar. Masing-
masing segmen memiliki konsumen dengan karakteristik
yang sama.
2. Strategi Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan sekelompok
variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk
5
mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen dalam pasar
sasarannya.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Tempat dan Waktu Penulisan
Penelitian dimulai pada bulan November sampai bulan Oktober di
wilayah Jambi. Sedangkan penelitian mengenai masalah pemasaran ubi
jalar, dilakukan mulai bulan Desember.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam karya tulis ini adalah data
sekunder yang digunakan berasal dari tulisan-tulisan yang berkenaan
dengan masalah yang akan diteliti seperti jurnal, proposal, skripsi dari
media online atau internet.
3.3 Tahapan Penulisan
Proses tahapan penulisan dilakukan melalui beberapa tahapan
seperti pengumpulan data dan tahapan pengambilan keputusan, pada
tahapan pengumpulan data, data yang diambil berkaitan dengan ubi jalar
serta masalah pemasarannya dari internet. Dan pada tahap pengambilan
keputusan, ditentukan masalah pemasaran yang akan dibahas.
6
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari
Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal
tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian
tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet,
memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika
Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-
negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol
menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan
Indonesia.
4.1.1. Jenis Tanaman
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari
Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal
tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian
tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet,
memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika
Tengah.
7
Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara
beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi
jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.
4.1.2. Manfaat Tanaman
Ubi jalar memiliki berbagai manfaat, sebagai bahan pangan ubi
jalar bisa dimasak dengan cara digoreng atau direbus. Di-Jepang ubi jalar
bahkan dijadikan sebagai makanan tradisional yang setaraf dengan pizza
atau hamburger. Aneka olahan makanan berbahan baku ubi jalar banyak
dijumpai ditoko-toko sampai resoran-restoran bertaraf international. Di
Amerika serikat ubi jalar dijadikan sebagai bahan pengganti kentang.
Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara
seperti dibuat tepung, permen, kripik, chips, snack, dan gula fruktosa. Ubi
jalar dapat pula dipergunakan sebagai bahan baku makanan olahan seperti
mie dan roti. Ubi jalar juga dapat dikemas dalam bentuk pasta yang
dipergunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman.
Ubi jalar diberbagai negara maju dipergunakan sebagai bahan baku
dalam kegiatan bermacam industri seperti industri tekstil, industri farmasi,
industri fermentasi, industri lem, kosmetika, dan pembuatan sirup. Di
Amerika Serikat ubi jalar diolah menjadi gula fruktosa yang digunakan
sebagai bahan baku industri minuman coca cola. Didalam negri ubi jalar
digunakan sebagai bahan baku dalam industri pembuatan saus.
Ubi jalar memiliki limbah yang berupa batang dan daun dapat
dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Limbah daun ubi jalar juga dapat
dipergunakan sebagai makanan kelinci. Pucuk-pucuk daun ubi muda yang
masih segar dapat juga dimanfaatkan untuk keperluan sayur. Ubi jalar
segar mentah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 562 g
kalium, 107 mg kalsium, 2,8 protein, kalori 53,00 kal, 5,565 SI vitamin A
dan 32 mg vitamin C dalam tiap 100 gram.
4.2 Budidaya Ubi Jalar
8
Budidaya ubi jalar cocok dilakukan di daerah tropis yang panas
dan lembab. Suhu ideal bagi tanaman ini adalah 21-27oC dengan dengan
curah hujan 750-1500 mm per tahun. Budidaya ubi jalar memerlukan
penyinaran matahari sekitar 11-12 jam sehari. Di Indonesia, budidaya ubi
jalar mencapai produktivitasnya yang paling optimal bila ditanam di
dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Namun,
tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada ketinggian di atas 1000
meter, hanya saja jangka waktu tanam hingga panen menjadi lebih
panjang.
a. Penyiapan Bibit Ubi Jalar
Penyiapan bibit dalam budidaya ubi jalar bisa dilakukan dengan
dua cara, yakni cara generatif dan vegetatif. Pertama adalah perbanyakan
melalui umbi. Caranya pilih umbi berkualitas baik dan sehat, kemudian
dibiarkan di tempat lembab dan teduh hingga keluar tunasnya.
Tunas yang keluar dari umbi dipotong dan siap untuk dibesarkan. Cara
generatif jarang dilakukan dalam budidaya ubi jalar skala luas. Cara ini
dipakai untuk memperbanyak bibit unggul dalam skala terbatas. Atau
untuk mengembalikan sifat-sifat unggul sang induk.
Cara kedua adalah perbanyakan vegetatif dengan distek. Calon
indukan diambil dari tanaman yang berumur di atas dua bulan dengan ruas
yang pendek-pendek. Caranya, potong batang tanaman kira-kira sepanjang
15-25 cm. Pada setiap potongan minimal terdapat dua ruas batang. Papas
sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan. Ikat batang yang
telah distek tersebut dan biarkan selama satu minggu di tempat yang teduh.
Perbanyakan dengan cara stek batang secara terus menerus akan
menurunkan kualitas tanaman. Oleh karena itu, perbanyakan dengan stek
hanya dianjurkan untuk 3-5 generasi penanaman.
b. Pengolahan Tanah untuk Budidaya Ubi Jalar
9
Kondisi tanah yang cocok untuk budidaya ubi jalar adalah tanah
lempung berpasir, gembur, banyak mengandung hara dan memiliki
drainase yang baik. Budidaya ubi jalar pada tanah kering dan retak-retak,
akan menurunkan imunitas tanaman. Tanaman mudah terserang hama dan
penyakit. Sebaliknya bila ditanam ditempat becek atau basah, umbinya
akan kerdil, kadar serat tinggi, umbi mudah busuk dan bentuknya benjol.
Derajat keasaman tanah yang ideal untuk budidaya ubi jalar sekitar 5,5-7,5
pH. Tanaman ini tumbuh baik pada lahan tegalan atau bekas sawah. Pada
lahan tegalan, budidaya ubi jalar cocok dilakukan diakhir musim hujan.
Sedangkan untuk lahan sawah lebih cocok pada musim kemarau.
Budidaya ubi jalar relatif tidak membutuhkan pupuk yang banyak.
Apalagi bila ditanam di lahan bekas sawah. Sebelum menanam ubi jalar,
hendaknya tanah dibajak atau dicangkul supaya gembur. Kemudian bentuk
bedengan setinggi 30-40 cm. Buat lebar bedangan 60-100 cm dengan jarak
antar bedengan 40-60 cm. Panjang bedengan mengikuti bentuk lahan.
Untuk budidaya ubi jalar secara organik, berikan pupuk dasar berupa
pupuk kandang atau kompos. Pupuk kandang yang bagus adalah campuran
kotoran ayam dan sapi atau kambing yang telah matang. Campurkan
pupuk pada saat pembuatan bedengan dengan dosis 20 ton per hektar.
c. Penanaman Ubi Jalar
Ubi jalar ditanam dengan cara membenamkan 2/3 stek batang
kedalam tanah. Dalam satu bedengan terdapat dua baris tanaman. Jarak
antar tanaman dalam satu baris 30 cm dan jarak antar baris 40 cm.
Dibutuhkan sekitar 36 ribu batang untuk lahan seluas satu hektar.
Di awal pertumbuhan usahakan jaga kelembaban tanah. Lakukan
penyiraman setiap pagi dan sore hari pada stek yang baru ditanam.
Penyiraman bisa dihentikan setelah tanaman terlihat tumbuh, yang
dicirikan dengan keluarnya daun baru.
d. Pemeliharaan dan Perawatan
10
Tanaman ubi adalah tanaman yang tahan kekeringan. Intensitas
hujan dua minggu sekali sudah cukup memberikan asupan air. Sehingga
relatif tidak memerlukan penyiraman secara terus menerus.
Setelah 2-3 minggu penanaman, periksa keseluruhan tanaman. Apabila
terdapat tanaman yang gagal tumbuh segera sulam dengan tanaman baru.
Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati dan
menggantinya dengan stek batang yang baru.
Pada umur 4 minggu setelah tanam, lakukan pembongkaran tanah di kiri
dan kanan tanaman, radius10 dari tanaman. Hal ini dimaksudkan supaya
akar tanaman tidak menjalar kemana-mana sehingga umbi terkonsentrasi
pada jalur penanaman. Aktivitas ini dilakukan sekaligus dengan menyiangi
gulma.
Pada umur 6-8 minggu setelah tanam, tanah yang dibongkar tadi
kemudian ditutup kembali sambil merapikan akar-akar yang menjalar
keluar dari jalur penanaman. Kegiatan perapihan akar ini penting karena
jika menjalar kemana-mana, umbi yang dihasilkan tidak akan terlalu besar.
Jika akar tidak ditertibkan, bisa jadi umbinya banyak namun ukurannya
kecil-kecil.
e. Pemanenan Budidaya Ubi Jalar
Pemanenan ubi jalar bisa dilakukan pada umur 3,5-4 bulan.
Perhatikan cuaca saat menjelang panen, atau umur tanaman di atas 3
bulan. Umbi siap panen yang tiba-tiba tertimpa hujan deras biasanya akan
membusuk. Hal ini terjadi pada budidaya ubi jalar yang dilakukan di
musim kemarau. Apabila terjadi hal tersebut segera lakukan pemanenan,
maksimal 7 hari setelah hujan.
Panen dikatakan berhasil jika tiap satu bibit yang ditanam minimal
menghasilkan 1 kg umbi. Secara umum tanaman ubi jalar yang baik dan
tidak terserang hama akan menghasilkan umbi lebih dari 25 ton per hektar.
Bahkan pada ubi jalar varietas tertentu seperti kalasan bisa menghasilkan
hingga 30-40 ton per hektar.
11
Setelah dipanen, ubi jalar dicuci dan disortir kemudian masukkan dalam
karung dan simpan ditempat kering sebelum dijual ke pasar.
4.3 Masalah Pemasaran
Suatu jenis usaha yang mampu bertahan dalam menghadapi segala
permasalahan yang ada dan mampu menang dalam persaingan bisnis
adalah mereka yang mampu membaca peluang pasar dengan
memenuhinya dan memproduksi apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Suatu usaha yang berhasil mencapai tujuannya
sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam memasarkan
barang dan jasa.
4.3.1. Kesinambungan Produksi
Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil
petanian berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian,
yaitu:
Pertama, volume produksi yang kecil karena diusahakan dengan
skala usaha kecil (small scale farming). Pada umumnya petani melakukan
kegiatan usaha tani dengan luas lahan yang sempit, yaitu kurang dari 0,5
ha. Di samping itu, teknologi yang digunakan masih sederhana dan belum
dikelola secara intensif, sehingga produksinya belum optimal
Kedua, produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada
waktu-waktu tertentu. Kondisi tersebut mengakibatkan pada saat musim
produksi yang dihasilkan melimpah sehingga harga jual produk tersebut
cenderung menurun. Sebaliknya pada saat tidak musim produk yang
tersedia terbatas dan harga jual melambung tinggi, sehingga pedagang-
pedagang pengumpul harus menyediakan modal yang cukup besar untuk
membeli produk tersebut. Bahkan pada saat-saat tertentu produk tersebut
tidak tersedia sehingga perlu didatangkan dari daerah lain
12
Ketiga, lokasi usaha tani yang terpencar-pencar sehingga
menyulitkan dalam proses pengumpulan produksi. Hal ini disebabkan
karena letak lokasi usaha tani antara satu petani dengan petani lain
berjauhan dan mereka selalu berusaha untuk mencari lokasi penanaman
yang sesuai dengan keadaan tanah dan iklim yang cocok untuk tanaman
yang diusahakan. Kondisi tersebut menyulitkan pedagang pengumpul
dalam hal pengumpulan dan pengangkutan, sehingga membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk mengumpulkan produk yang dihasilkan petani.
Kondisi tersebut akan memperbesar biaya pemasaran
Keempat, sifat produk pertanian yang mudah rusak, berat dan
memerlukan banyak tempat. Hal ini menyebabkan ada pedagang-pedagang
tertentu yang tidak mampu menjual produk pertanian, karena secara
ekonomis lebih menguntungkan menjual produk industri (agroindustri).
4.3.2. Kurang Memadainya Pasar
Kurang memadainya pasar yang dimaksud berhubungan dengan
cara penetapan harga dan pembayaran. Ada tiga cara penetapan harga jual
produk pertanian yaitu: sesuai dengan harga yang berlaku; tawar-
menawar; dan borongan. Pemasaran sesuai dengan harga yang berlaku
tergantung pada penawaran dan permintaan yang mengikuti mekanisme
pasar. Penetapan harga melalui tawar-menawar lebih bersifat
kekeluargaan, apabila tercapai kesepakatan antara penjual dan pembeli
maka transaksi terlaksana. Praktek pemasaran dengan cara borongan
terjadi karena keadaan keuangan petani yang masih lemah. Cara ini terjadi
melalui pedagang perantara. Pedagang perantara ini membeli produk
dengan jalan memberikan uang muka kepada petani. Hal ini dilakukan
sebagai jaminan terhadap produk yang diingini pedagang bersangkutan,
sehingga petani tidak berkesempatan untuk menjualnya kepada pedagang
lain.
4.3.3. Rendahnya Kemampuan Tawar-menawar
13
Kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan
masih terbatas karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada
kecenderungan produk-produk yang dihasilkan dijual dengan harga yang
rendah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka yang meraih keuntungan
besar pada umumnya adalah pihak pedagang. Keterbatasan modal tersebut
berhubungan dengan:
Pertama, sikap mental petani yang suka mendapatkan pinjaman
kepada tengkulak dan pedagang perantara. Hal ini menyebabkan tingkat
ketergantungan petani yang tinggi pada pedagang perantara, sehingga
petani selalu berada dalam posisi yang lemah
Kedua, fasilitas perkreditan yang disediakan pemerintah belum
dapat dimanfaatkan secara optimal. Ada beberapa faktor yang
menyebabkannya antara lain belum tahu tentang prosedur pinjaman, letak
lembaga perkreditan yang jauh dari tempat tinggal, tidak mampu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Di samping itu khawatir
terhadap risiko dan ketidakpastian selama proses produksi sehingga pada
waktunya tidak mampu mengembalikan kredit. Ini menunjukkan
pengetahuan dan pemahaman petani tentang masalah perkreditan masih
terbatas, serta tingkat kepercayaan petani yang masih rendah.
4.3.4. Kurang Tersedianya Informasi Pasar
Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang
diproduksi, di mana, mengapa, bagaimana dan untuk siapa produk dijual
dengan keuntungan terbaik. Oleh sebab itu informasi pasar yang tepat
dapat mengurangi resiko usaha sehingga pedagang dapat beroperasi
dengan margin pemasaran yang rendah dan memberikan keuntungan bagi
pedagang itu sendiri, produsen dan konsumen. Keterbatasan informasi
pasar terkait dengan letak lokasi usaha tani yang terpencil, pengetahuan
dan kemampuan dalam menganalisis data yang masih kurang dan lain
sebagainya. Di samping itu, dengan pendidikan formal masyarakat
khususnya petani masih sangat rendah menyebabkan kemampuan untuk
mencerna atau menganalisis sumber informasi sangat terbatas. Kondisi
14
tersebut menyebabkan usaha tani dilakukan tanpa melalui perencanaan
yang matang. Begitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar
dengan baik, terutama kondisi makro.
4.3.5. Kurang Jelasnya Jaringan Pemasaran
Produsen dan/atau pedagang dari daerah sulit untuk menembus
jaringan pemasaran yang ada di daerah lain karena pihak-pihak yang
terlibat dalam jaringan pemasaran tersebut dan tempat kegiatan
berlangsung tidak diketahui. Di samping itu, tidak diketahui pula aturan-
aturan yang berlaku dalam sistem tersebut. Hal ini menyebabkan produksi
yang dihasilkan mengalami hambatan dalam hal perluasan jaringan
pemasaran. Pada umumnya suatu jaringan pemasaran yang ada antara
produsen dan pedagang memiliki suatu kesepakatan yang membentuk
suatu ikatan yang kuat. Kesepakatan tersebut merupakan suatu rahasia
tidak tertulis yang sulit untuk diketahui oleh pihak lain.
4.3.6. Rendahnya Kualitas Produksi
Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan karena penanganan
yang dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena
penanganan kegiatan mulai dari prapanen sampai dengan panen yang
belum dilakukan dengan baik. Masalah mutu produk yang dihasilkan juga
ditentukan pada kegiatan pascapanen, seperti melalui standarisasi dan
grading. Standarisasi dapat memperlancar proses muat-bongkar dan
menghemat ruangan. Grading dapat menghilangkan keperluan inspeksi,
memudahkan perbandingan harga, mengurangi praktek kecurangan, dan
mempercepat terjadinya proses jual beli. Dengan demikian kedua kegiatan
tersebut dapat melindungi barang dari kerusakan, di samping itu juga
mengurangi biaya angkut dan biaya penyimpanan. Namun demikian kedua
kegiatan tersebut sulit dilakukan untuk produksi hasil pertanian yang cepat
rusak. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi antara lain mutu
produk dapat berubah setelah berada di tempat tujuan, susut dan/atau rusak
karena pengangkutan, penanganan dan penyimpanan. Hal ini
15
menyebabkan produk yang sebelumnya telah diklasifikasikan berdasarkan
mutu tertentu sesuai dengan permintaan dapat berubah sehingga dapat saja
ditolak atau dibeli dengan harga yang lebih murah.
4.3.7. Rendahnya Kualitas Sumber daya Manusia
Masalah pemasaran yang tak kalah pentingnya adalah rendahnya
mutu sumberdaya manusia, khususnya di daerah pedesaan. Rendahnya
kualitas sumberdaya manusia ini tidak pula didukung oleh fasilitas
pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari
prapanen sampai ke pascapanen dan pemasaran tidak dilakukan dengan
baik. Di samping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada
praktek budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran. Hal ini
menyebabkan pengetahuan petani tentang pemasaran tetap saja kuarang,
sehingga subsistem pemasaran menjadi yang paling lemah dan perlu
dibangun dalam sistem agribisnis (Syahza. A, 2002a). Kondisi yang
hampir sama juga terjadi di perkotaan, yaitu kemampuan para pedagang
perantara juga masih terbatas. Hal ini dapat diamati dari kemampuan
melakukan negosiasi dengan mitra dagang dan mitra usaha yang bertaraf
modern (swalayan, supermarket, restoran, hotel) masih langka. Padahal
pasar modern merupakan peluang produk pertanian yang sangat bagus
karena memberikan nilai tambah yang tinggi.
4.3.8. Panjangnya Saluran Pemasaran
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang
dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang
dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut cenderung
memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang
dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai
dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui mulai dari petani
sampai ke konsumen akhir.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari karya ilmiah yang telah dibahas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara seperti
dibuat tepung, permen, kripik, chips, snack.
b. Ubi jalar memiliki limbah yang berupa batang dan daun dapat
dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Limbah daun ubi jalar juga
dapat dipergunakan sebagai makanan kelinci. Pucuk-pucuk daun ubi
muda yang masih segar dapat juga dimanfaatkan untuk keperluan
sayur.
c. Masalah pemasaran terjadi oleh berbagai aspek, terutama pada
rendahnya kualitas sumber daya manusia.
d. ubi jalar memiliki peran yang penting sebagai cadangan pangan yang
bila produksi padi tidak mencukupi lagi, ubi jalar dapat dijadikan
sebagai bahan pangan substitusi beras.
17
5.2 Saran
Berdasarkan karya ilmiah tersebut. Dapat diperoleh peroleh
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh petani ubi jalar untuk
memasarkan hasilnya. Adapun saran yang bisa digunakan oleh tani ubi
jalar adalah sebagai berikut:
a. Perlunya pelatihan yang memadai untuk petani ubi jalar akan
manajemen pemasaran agar petani mengetahui cara pemasaran dan
masalahnya.
b. Pemerintah perlu mendorong upaya sosialisasi terhadap petani agar
mendapatkan hasil produksi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono, B. 2005. Cara Budidaya yang Tepat, Efisien dan Ekonomis Ubi
Jalar. Jakarta. Penebar Swadaya.
2. Assauri, S. 1990. Manajemen Pemasaran. Jakarta . Rajawali Pers.
3. http://avisbungsu.blogspot.com/2013/10/ubi-jalar.html (diakses pada
tanggal 10 november 2013)
4. http://ciku.typepad.com/blog/2009/12/definisi-pemasaran-dan-manajemen-
pemasaran.html (diakses pada tanggal 14 november 2013)
5. http://jurus-usaha.blogspot.com/2013/05/prospek-agribisnis.html (diakses
pada tanggal 18 november 2013)
6. http://tipspetani.blogspot.com/2011/04/prospek-dan-potensi-ubi-jalar.html
(diakses pada tanggal 20 november 2013)
7. http://baguspurnomo47.blogspot.com/2011/10/ubi-jalar.html (diakses pada
tanggal 21 november 2013)
18