209
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGAN CA COLON YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT Oleh : NAMA : WIDYA HARTATI NIM : P07220117078 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA 2020

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1084/1/KTI WIDYA... · 2020. 10. 12. · penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KARYA TULIS ILMIAH

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGAN

    CA COLON YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

    Oleh :

    NAMA : WIDYA HARTATI

    NIM : P07220117078

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

    KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

    PRODI D-III KEPERAWATAN

    SAMARINDA

    2020

  • i

    KARYA TULIS ILMIAH

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGAN

    CA COLON YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

    Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) PadaJurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

    Oleh :

    NAMA : WIDYA HARTATINIM : P07220117078

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

    KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

    PRODI D-III KEPERAWATAN

    SAMARINDA

    2020

  • ii

    SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan

    bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk

    memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun

    baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia

    menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

    Balikpapan, 08 Mei 2020Yang menyatakan

    Nama. Widya Hartati

    NIM. P07220117078

    MateraiRp 6000

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

    UNTUK DIUJIKAN

    TANGGAL, 08 Mei 2020

    Oleh

    Pembimbing

    Nurhayati,S.ST, M.PdNIDN. 4024016801

    Pembimbing Pendamping

    Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.PdNIDN. 4020027901

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi D-III Keperawatan

    Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim

    Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.KepNIP. 196803291994022001

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kemoterapi Dengan Ca

    Colon

    Telah diuji

    Pada tanggal 12 Mei 2020

    PANITIA PENGUJI

    Ketua Penguji :

    Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat (………………………………)

    NIDN. 4013106302

    Penguji Anggota :

    1. Nurhayati,S.ST, M.Pd (………………………………)

    NIDN. 4024016801

    2. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd (………………………………)

    NIDN. 4020027901

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D-III Keperawatan

    Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

    Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep.

    NIP. 19650825198503200 NIP. 196803291994022

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. Data Diri

    1. Nama : Widya Hartati

    2. Jenis Kelamin : Perempuan

    3. Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan. 08 April 1999

    4. Agama : Islam

    5. Pekerjaan : Mahasiswa

    6. Alamat : Jl. Banjar Gang Kates 1 Manggar Baru

    B. Riwayat Pendidikan

    1. TK. Kartika Balikpapan Timur tahun 2005-2006

    2. SDN 001 Balikpapan tahun 2006-2011

    3. SMPN 19 Balikpapan tahun 2011-2014

    4. SMAN 7 Balikpapan 2014-2017

    5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim tahun 2017

    sampai sekarang

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala

    yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis

    Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kemoterapi Dengan Ca

    Colon”.

    Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

    menyusun Karya Tulis Ilmiah yang ditekankan pada aspek Asuhan Keperawatan

    Pada Ca Colon Poltekkes Kemenkes Kaltim dan untuk memperoleh gelar Ahli

    madya keperawatan.

    Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

    semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

    penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

    1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

    2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

    Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

    3. Ns. Andi Lis Aming G, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan

    Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

    4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab

    Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

  • vii

    5. Nurhayati, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan

    bimbingannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan

    baik.

    6. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak

    memberikan bimbingannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    7. Jamaluddin dan Sri Irmayani selaku orang tua saya yang selalu mendo’akan

    tanpa henti, mendukung serta memberikan semangat dan motivasi sehingga

    penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

    8. Rifqi Fauzan, Alfi Hidayat dan Aqila Azzahwa yang selalu memberikan saya

    semangat dalam menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    9. Teman-teman angkatan ke-6 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang

    selalu mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,

    saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Balikpapan, 07 Januari 2020

    Penulis

    Widya Hartati

  • viii

    ABSTRAK

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGANCA COLON

    Kanker kolon menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir dari sistempencernaan. Insiden kanker kolorektal di seluruh dunia menempati urutan ketiga1360 dari 100.000 penduduk 9,7%, keseluruhan laki-laki dan perempuanmenduduki peringkat keempat penyebab kematian 694 dari 100.000 penduduk8,5%, jika tidak ditangani dapat mengakibatkan komplikasi penyumbatan ususbesar dan tindakan penanganan berupa pembedahan serta kemoterapi. Penelitianini bertujuan mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan cacolon.

    Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pendekatanasuhan keperawatan pada dua kasus pasien dengan ca colon. Instrumenpengambilan data menggunakan format keperawatan medikal bedah melaluiproses keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaandan evaluasi. Analisa dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi dikaitkan dengankonsep teori. Teknik pengumpulan data menggunakan studi literature.

    Hasil analisa data pengkajian kedua kasus ca colon didapatkan masalahyang sama, gangguan pola tidur. Pada kedua pasien ditemukan 3 masalahkeperawatan yang sudah sesuai SDKI. Rencana keperawatan belum menggunakanSIKI dan SLKI. Pelaksanaan keperawatan kedua pasien sesuai denganperencanaan yang disusun. Terjadi peningkatan status kesehatan pada pasien 1yaitu teratasinya 3 masalah keperawatan. Sedangkan pasien 2 peningkatan statuskesehatan yaitu teratasinya 2 masalah keperawatan gangguan pola tidur dan resikoinfeksi.

    Dapat disimpulkan bahwa data pasien ditemukan adanya kesenjangan dankurangnya penggalian terhadap keluhan pasien sehingga masih terdapat datakurang menunjang. Kedepannya diharapkan agar dalam melakukan pengkajiansecara menyeluruh dengan tepat dan akurat. Serta dalam pengolahan data lebihteliti lagi agar asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik sesuai kebutuhanpasien.

    Kata Kunci : Ca Colon, Kemoterapi, Asuhan Keperawatan

  • ix

    ABSTRACT

    NURSING CARE IN CHEMOTHERAPY PATIENTS WITHCA COLON

    Colon cancer attacks the large intestine, which is the final part of thedigestive system. The incidence of colorectal cancer worldwide ranks third in1360 out of 100,000 population of 9.7%, overall men and women are rankedfourth cause of death 694 out of 100,000 population of 8.5%, if left untreated canlead to complications of the large intestine and action treatment in the form ofsurgery and chemotherapy. This study aims to obtain an overview of nursing carein patients with ca colon.

    This study uses amethod literature review with a nursing care approach intwo cases of patients with ca colon. The data collection instruments used thesurgical medical nursing format through the nursing process of assessment,nursing diagnoses, planning, implementation and evaluation. Analysis was carriedout according to the inclusion criteria linked to the concept of the theory. Datacollection techniques using studies literature.

    The results of the analysis of the data assessment of the two cases of cacolon found the same problem, disturbed sleep patterns. In both patients 3 nursingproblems were found to be in accordance with the SDKI. The nursing plan has notused SIKI and SLKI. The implementation of the nursing of both patients inaccordance with the plans arranged. An increase in health status in patient 1 is thetop 3 nursing problems. Whereas patient 2 improved health status, namely toppingup 2 nursing problems, sleep disturbance and risk of infection.

    It can be concluded that the patient data is found to be gaps and lack ofexcavation of patient complaints so that there are still unsupportive data. In thefuture, it is expected that in conducting a thorough and accurate assessment. Andthe data processing is more thorough so that nursing care can be carried outproperly according to patient needs.

    Keywords: Ca Colon, Chemotherapy, Nursing Care

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman Sampul Depan

    SURAT PERNYATAAN......................................................................................... ii

    SURAT PERSETUJUAN ....................................................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iv

    KATA PENGANTAR .............................................................................................vi

    ABSTRAK ............................................................................................................viii

    ABSTRACT ............................................................................................................ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................................x

    DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiii

    DAFTAR BAGAN ................................................................................................xiv

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv

    DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xvi

    BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1

    B. Rumusan Masalah............................................................................................8

    C. Tujuan Penelitian.............................................................................................8

    1. Tujuan Umum...........................................................................................8

    2. Tujuan Khusus ..........................................................................................8

    D. Manfaat ...........................................................................................................9

    1. Bagi peneliti .............................................................................................9

    2. Bagi tempat penelitian ..............................................................................9

    3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan ......................................................9

  • xi

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................11

    A. Konsep Dasar Penyakit ..................................................................................11

    1. Definisi ...................................................................................................11

    2. Anatomi Fisiologi ...................................................................................11

    3. Etiologi ...................................................................................................14

    4. Patofisiologi............................................................................................15

    5. Pathway Ca Colon ..................................................................................18

    6. Manisfestasi Klinis .................................................................................20

    7. Klasifikasi...............................................................................................20

    8. Pemeriksaan penunjang...........................................................................24

    9. Penatalaksanaan ......................................................................................28

    10. Konsep Kemoterapi ................................................................................29

    11. Komplikasi .............................................................................................35

    B. Konsep Masalah Keperawatan .......................................................................36

    1. Pengertian Masalah Keperawatan............................................................36

    2. Kriteria Mayor dan Minor .......................................................................37

    3. Faktor yang Berhubungan .......................................................................37

    C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...............................................................43

    1. Pengkajian Keperawatan .........................................................................43

    2. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................49

    3. Intervensi Keperawatan...........................................................................50

    4. Implementasi ..........................................................................................56

  • xii

    5. Evaluasi ..................................................................................................57

    BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................................58

    A. Pendekatan / Desain penelitian.......................................................................58

    B. Subjek penelitian ...........................................................................................58

    C. Definisi Operasional ......................................................................................59

    D. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................59

    E. Prosedur penelitian ........................................................................................60

    F. Metode dan instrumen pengumpulan Data .....................................................61

    G. Keabsahan data..............................................................................................61

    H. Analisis data ..................................................................................................61

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................62

    A. Hasil ..............................................................................................................62

    B. Pembahasan...................................................................................................89

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 110

    A. KESIMPULAN ........................................................................................... 110

    B. SARAN .......................................................................................................123

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 113

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Ca Colon ....................................................................... 12

    Gambar 2.2 (contoh penyebaran stadium ca colon) ................................................ 24

  • xiv

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1 Pathway Ca Colon ......................................................................................... 18

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Penilaian Tumor Primer (T) Pada Ca Colon............................................ 21

    Tabel 2.2 Penilaian Penyebaran Kelenjar Getah Bening (N .................................... 22

    Tabel 2.3 Penilaian Metastasis Jauh (M) Pada Ca Colon ............................................ 22

    Tabel 2.4 Stadium Ca Colon ............................................................................................ 23

    Tabel 4.1 Hasil Review Anamnesis Pasien dengan Ca Colon ................................. 65

    Tabel 4.2 Hasil Review Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Ca Colon ..................... 69

    Tabel 4.3 Hasil Review Pemeriksaan Penunjang Pasien dengan Ca Colon ............ 75

    Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Ca Colon .......................... 76

    Table 4.5 Diagnosa Keperawatan Pasien Ca Colon ................................................ 77

    Tabel 4.6 Perencanaan Pasien dengan Ca Colon..................................................... 79

    Tabel 4.7 Implementasi keperawatan Pasien 1 dengan Ca Colon ........................... 82

    Tabel 4.8 Implementasi keperawatan Pasien 2 dengan Ca Colon............................ 84

    Tabel 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 1 Ca Colon.................................... 87

    Tabel 4.10 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 2 dengan Ca Colon...................... 88

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Konsultasi

    Lampiran 2 Format Pengkajian Keperawatan

    Lampiran 3 Format Analisa Data

    Lampiran 4 Format Perencanaan Keperawatan

    Lampiran 5 Format Tindakan Keperawatan

    Lampiran 6 Format Evaluasi Keperawatan

    Lampiran 7 Dokumentasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan dan

    mendukung berjalannya aktivitas secara optimal. Kesehatan diartikan

    sebagai kondisi fisik,mental dan sosial yang terbebas dari gangguan

    penyakit sehingga aktivitas yang berjalan di dalamnya dapat terjadi secara

    optimal. Untuk mencapai standar kesehatan yang baik maka diperlukan

    adanya proses pengelolaan lingkungan sekitar dan aktivitas harian yang

    tercermin dalam gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat merupakan gaya hidup

    masyarakat yang menjunjung tinggi aspek-aspek kesehatan seperti

    pengelolaan kebersihan dan kesehatan lingkungan, menjaga kebugaran fisik

    dan psikis dan pemberian asupan nutrisi yang cukup, sehingga tercapai

    standar kesehatan yang baik (Susanti & Kholisoh, 2018).

    Perubahan gaya hidup dan pola makan mempengaruhi terjadinya

    kanker kolorektal (Astuti, Rafli, & Zeffira, 2019). Kanker kolorektal

    merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir

    dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari

    sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor

    (Yayasan Kanker Indonesia, 2018). Kanker kolon adalah keganasan yang

    berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari

    usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

  • 2

    Berdasarkan survei GLOBOCAN (Global Burden Cancer) 2012,

    insidens kanker kolorektal di seluruh dunia menempati urutan ketiga 1360

    dari 100.000 penduduk [9,7%], keseluruhan laki-laki dan perempuan dan

    menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian 694 dari

    100.000 penduduk [8,5%], keseluruhan laki-laki dan perempuan (Komite

    Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

    Menurut American Cancer Society, kanker kolorektal (KKR)

    adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian

    ketiga terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat. Di Amerika

    Serikat sendiri pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat 95.270 kasus

    kanker kolorektal baru, dan 49.190 kematian yang terjadi akibat kanker

    kolorektal. Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker

    kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%) (Komite Penanggulangan Kanker

    Nasional, 2015).

    Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada wanita dibandingkan

    pada pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individual

    untuk terkena kanker kolorektal. Angka kematian kanker kolorektal telah

    berkurang sejak 20 tahun terakhir. Ini berhubungan dengan meningkatnya

    deteksi dini dan kemajuan pada penanganan kanker kolorektal (Komite

    Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

    Di Indonesia kanker kolorektal merupakan jenis kanker ke 3

    terbanyak dengan jumlah kasus 1,8 per100.000 penduduk dan jumlah ini

    semakin meningkat seiring dengan perubahan pola hidup penduduk

  • 3

    indonesia. Karakteristik kanker kolorektal di Indonesia berbeda dengan

    yang dilaporkan dinegara maju. Di Indonesia pasien kanker kolorektal

    kebanyakan berusia dibawah 50 tahun yaitu sekitar 51% dari seluruh

    pasien dan pasien dibawah 40 tahun mencapai 28,17% (Lubis, Abdullah,

    Hasan, & Suwarto, 2015).

    Modern gaya hidup faktor spesifik meningkatkan risiko kanker

    kolorektal, sebagaimana dibuktikan di negara-negara berkembang,

    meningkatkan tingkat kanker kolorektal pada populasi dengan

    pertumbuhan ekonomi baru yang telah mengadopsi gaya hidup modern,

    dan peningkatan berkelanjutan pada awal kanker koloretal yang

    berkorelasi dengan transisi gaya hidup. Bahkan konsumsi alkohol terbatas

    meningkatkan risiko lesi premaligna kolon (polip) dan kanker kolorektal

    (Bishehsari et al., 2019).

    Secara umum perkembangan kanker kolorektal merupakan

    interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor tidak dapat

    dimodifikasi: adalah riwayat kanker kolorektal atau polip adenoma

    individual dan keluarga, dan riwayat individual penyakit kronis

    inflamatori pada usus. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah

    inaktivitas, obesitas, konsumsi tinggi daging merah, merokok dan

    konsumsi alkohol (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

    Penyakit kanker kolon ini menimbulkan perubahan pada pola

    buang air besar termasuk diare, atau konstipasi, pendarahan pada buang air

    besar atau ditemukannya darah di feses, rasa tidak nyaman pada bagian

  • 4

    abdomen, perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah

    buang air besar, rasa cepat lelah dan penurunan berat badan secara drastis

    tanpa diketahui penyebab jelasnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2018).

    Penatalaksanaan pada kanker kolon pada kanker stadium 0-I hanya

    dilakukan tindakan pengangkatan polip. Kanker kolon stadium II

    dilakukan tindakan operasi, namun apabila kanker beresiko tinggi seperti

    kanker terlihat abnormal, menyumbat usus besar, kanker menyebar ke

    organ lain akan dianjurkan dilakukan kemoterapi pasca operasi untuk

    mengurangi resiko kekambuhan dan efek samping yang mungkin terjadi.

    Kanker usus besar stadium III umumnya adalah operasi untuk mengangkat

    bagian usus besar yang terdapat kanker bersama dengan kelenjar getah

    bening terdekat (kolektomi parsial), yang diikuti dengan kemoterapi. Pada

    kanker stadium IV dilakukan pengangkatan kanker dengan operasi, namun

    apabila kanker telah menyebar terlalu luas, kemoterapi dapat dijadikan

    pengobatan utama. Kebanyakan kanker stadium IV akan mendapatkan

    kemoterapi untuk mengendalikan kanker (Firdaus, 2017).

    Penatalaksaan lain dengan cara radioterapi dan kemoterapi.

    Radioterapi adalah terapi radiasi menggunakan sumber energi radioaktif

    yang bertujuan untuk mengancurkan sel kanker (Fitriatuzzakiyyah,

    Sinuraya, & Puspitasari, 2017). Kemoterapi adalah pemberian obat untuk

    menghambat dan membunuh sel-sel kanker. Terkadang efek dari obat

    kemoterapi juga bisa menganggu sel yang normal, sehingga muncul

    sebagai efek samping obat. Obat kemoterapi dapat diberikan melalui oral

  • 5

    atau suntikan, tergantung indikasi. Kemoterapi merupakan salah satu

    modalitas terapi yang sering digunakan, dengan segala manfaatnya tentu

    terapi ini juga mempunyai beberapa efek samping, di antaranya yaitu: rasa

    lemas dan lemah, mual muntah, rambut rontok dan diare (Sari, Wahid, &

    Suchitra, 2019).

    Masalah keperawatan yang muncul pada pasien sebelum

    kemoterapi sering menimbulkan kecemasan bagi pasien yang

    menjalaninya. Kecemasan pada pasien kanker dapat timbul akibat adanya

    perasaan ketidakpastian tentang penyakit, pengobatan, dan prognosa.

    Kemudian munculnya pikiran-pikiran negatif seperti tidak ada gunanya

    pengobatan yang dijalankan, ketakutan akan kematian karena hingga

    kemoterapi yang dijalankan belum ada perbaikan yang signifikan

    (Simanullang, 2019). Adapun pada saat tindakan kemoterapi

    berlangsung yaitu risiko infeksi karena prosedur pemasangan infus dan

    apabila muncul tanda-tanda ekstravasasi yang menimbulkan risiko

    gangguan integritas kulit (Usolin, Falah, & Dasong, 2018). Kemoterapi

    merupakan pengobatan sistemik yang dapat mempengaruhi keadaan

    fungsional tubuh dan oleh karena itu efek samping dari kemoterapi itu

    sendiri dapat berpengaruh pada status nutrisi pasien. Gejala-gejala seperti

    anoreksia, perubahan rasa, mual muntah, diare, stomatitis dan konstipasi

    adalah beberapa efek samping dari kemoterapi yang dapat menyebabkan

    intake makanan tidak adekuat (Lavdaniti, 2014) dalam (Usolin et al.,

    2018)

  • 6

    Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Rumah Sakit

    Umum Pusat Sanglah, Bali menunjukkan bahwa kenyataannya banyak

    pasien kanker kolorektal yang menghindari tindakan kemoterapi dan

    radioterapi. Dari 38 orang pasien kanker kolorektal, didapatkan bahwa

    26,3% takut gagal, 39,5% takut efek samping, 7,9% biaya yang mahal,

    10,5% karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan 15,8%

    tidak takut terhadap kemoterapi dan radioterapi. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa tingkat pemahaman pasien kanker kolorektal

    terhadap tindakan kemoterapi dan radioterapi masih cukup rendah dimana

    68,4% sampel tidak tahu dan tidak mengerti tentang tindakan kemoterapi

    dan radioterapi. Pemahaman yang kurang tentang tindakan kemoterapi dan

    radioterapi ini nantinya dapat mengakibatkan timbulnya persepsi negatif

    terhadap tindakan kemoterapi dan radioterapi. Maka dari itu praktisi

    kesehatan harus mampu untuk memberikan KIE (komunikasi, informasi,

    edukasi) yang baik kepada pasien kanker agar pasien benar-benar

    memahami apa itu kanker beserta modalitas terapinya (Samsarga et al.,

    2015).

    Peran perawat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada

    pasien kemoterapi yaitu sebelum tindakan kemoterapi (pre kemoterapi),

    saat kemoterapi berlangsung (intra kemoterapi), dan setelah tindakan

    kemoterapi (post kemoterapi). Adapun peran perawat pada pre kemoterapi

    yaitu memberikan dukungan serta motivasi pada pasien untuk menjalani

    kemoterapi, dan meminta informed consent. Peran perawat pada intra

  • 7

    kemoterapi yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, pemasangan infus,

    memberikan obat premedikasi, pemberian obat kemoterapi, memantau

    tanda-tanda ekstravasasi, memberikan obat post medikasi dan

    mengobservasi keadaan pasien. Sedangkan peran perawat pada post

    kemoterapi yaitu memantau keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-

    tanda vital, memantau efek samping kemoterapi dan memberikan

    penguatan psikologis (Usolin, Falah, & Dasong, 2018).

    Peran perawat selanjutnya adalah memberikan perawatan paliatif.

    Perawatan paliatif adalah bentuk pelayanan yang bertujuan memperbaiki

    kualitas hidup pasien dan keluarga dari penyakit yang dapat mengancam

    jiwa (Ilham, Mohammad, & Yusuf, 2019). Perawatan paliatif dengan

    penguatan psikologis. Penguatan psikologis sangat dibutuhkan mengingat

    efek kemoterapi pada pasien dapat mempengaruhi secara biologis, fisik,

    psikologis, dan sosial (Setiawan 2015). Pelayanan keperawatan diharapkan

    dapat memberikan pelayanan keperawatan tentang manajemen kemoterapi

    yang optimal bagi pasien. Perawat diharapkan memberikan dukungan

    kepada pasien baik dukungan emosional maupun dukungan informasi.

    Selain memperhatikan masalah tersebut kondisi fisik pasien yang

    menjalani kemoterapi, diharapkan perawat juga memperhatikan kondisi

    psikologisnya (Usolin et al., 2018).

    Berdasarkan data dari studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti

    pada tanggal 14 Januari 2020 di ruangan kemoterapi RSUD dr. Kanujoso

    Djatiwibowo Balikpapan dari Bulan Januari hingga Desember 2018

  • 8

    diperoleh 81 pasien yang telah dirawat dengan kasus ca colon, sedangkan

    pada Januari hingga Desember 2019 diperoleh 20 pasien dengan kasus ca

    colon.

    Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat

    dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada

    Pasien Kemoterapi Dengan Ca Colon Tahun 2020”

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

    asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan Ca Colon tahun

    2020?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang

    pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan Ca

    Colon Tahun 2020.

    2. Tujuan Khusus

    a) Mengkaji pasien kemoterapi dengan Ca Colon tahun 2020.

    b) Menegakkan diagnosa keperawatan pasien kemoterapi dengan Ca

    Colon tahun 2020.

    c) Menyusun perencanaan keperawatan kemoterapi dengan Ca

    Colon tahun 2020.

    d) Melaksanakan intervensi keperawatan pasien kemoterapi dengan

    Ca Colon tahun 2020.

  • 9

    e) Melakukan evaluasi pasien kemoterapi dengan Ca Colon tahun

    2020.

    D. Manfaat

    Adapun manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

    1. Bagi peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman

    belajar dilapangan dan dapat meningkatkkan pengetahuan peneliti

    tentang Asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan kasus ca

    colon di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan

    Timur Tahun 2020, sehingga perawat dapat melakukan tindakan

    asuhan keperawatan yang tepat.

    2. Bagi tempat penelitian

    Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi

    masukan atau saran serta menambah keluasan ilmu Asuhan

    Keperawatan Pada Pasien Kemoterapi Dengan Ca Colon di RSUD dr.

    Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur Tahun 2020.

    3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

    praktek keilmuan keperawatan terutama dalam pemberian asuhan

    keperawatan pada pasien kemoterapi dengan Ca Colon.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar Penyakit

    1. Definisi

    Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus

    besar, yakni bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar

    kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan

    kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia,

    2018).

    Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus

    besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) (Komite

    Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

    2. Anatomi Fisiologi

    Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai

    anus. Panjangnya bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besar

    berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1.5 m

    (5 kaki) yang terbentang dari saekum hingga kanalis ani. Diameter

    usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar

    6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil.

    Usus besar terdiri dari bagian yaitu caecum, kolon asenden, kolon

    transversum, kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum.

  • 12

    Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi

    Struktur usus besar:

    a. Caecum

    Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum

    pada usus besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5

    cm. Saekum terletak pada fossa iliakakanan di atas setengah

    bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya saekum

    seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak

    bebas, tetapi tidak mempunyai mesenterium. Terdapat perlekatan

    ke fossa iliaka di sebelah medial dan lateral melalui lipatan

    peritoneum yaitu plika caecalis, menghasilkan suatu kantong

    peritoneum kecil, recessus retrocaecalis.

  • 13

    b. Kolon asenden

    Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan

    sampai ke sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak di

    bawah abdomen sebelah kanan dan di hati membelok ke kiri.

    Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra)

    dan dilanjutkan dengan kolon transversum.

    c. Kolon Transversum

    Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling

    dapat bergerak bebas karena tergantung pada mesokolon, yang

    ikut membentuk omentum majus.Panjangnya antara 45-50 cm,

    berjalan menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra sinistra

    yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya tidak

    tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah

    sehingga terletak di regio umbilikus.

    d. Kolon desenden

    Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah

    abdomen bagian kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksura

    lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid,

    dan dibelakang peritoneum.

    e. Kolon sigmoid

    Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang

    lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai

    dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan

  • 14

    menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini

    ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak +

    15 cm di atas anus. Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon

    sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit

    bergerak bebas (mobile).

    f. Rektum

    Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon

    sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga

    kurva lateral serta kurva dorsoventral. Mukosa rektum lebih halus

    dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah

    valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian

    distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan

    1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif

    mobile.Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum

    dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior.

    Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus,

    berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih

    proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal )

    serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar.

    Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.

    3. Etiologi

    Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi terkena kanker

    kolorektal. Beberapa faktor risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah,

  • 15

    seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita polip, riwayat

    menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron),

    dan memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat polip atau

    kanker usus besar. Faktor risiko lain adalah pola hidup yang tidak

    sehat yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal di usia muda

    dibawah 40 tahun. Salah satunya adalah mengonsumsi daging merah

    dan daging olahan secara berlebihan.

    Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker kolorektal,

    batasi makanan tinggi lemak termasuk daging merah. Merokok juga

    merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal. Diperkirakan,

    satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat

    dihubungkan dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan

    risiko terbentuknya adenoma dan peningkatan risiko perubahan

    adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain adalah

    pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi asetildehida

    yang meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi

    buah dan sayur yang mengandung probiotik, karena kandungan

    seratnya akan mengikat sisa makanan dan membuat feses lebih berat

    sehingga mudah dibuang (Kemenkes RI, 2019).

    4. Patofisiologi

    Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang

    berkembang dari polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan

    meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan kolon

  • 16

    sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalam

    waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip

    membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi

    dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar,

    serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri

    bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai

    darah (Black & Hawks, 2014).

    Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke

    dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang

    berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung

    ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus.

    Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung,

    duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan

    dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke

    kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor.

    Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah

    dikenai namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari

    tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem

    sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan

    ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal

    dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan

    pembedahan (Black & Hawks, 2014).

  • 17

    Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area

    rektal dan 20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker

    kolorektal terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus)

    sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan

    daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel

    maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):

    a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara

    langsung misalnya ke abdomen dari kolon transversum.

    Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai bladder, ureter

    dan organ reproduksi.

    b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa

    mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.

    c. Tertanam ke rongga abdomen.

  • 18

    5. Bagan 2.1 Pathway Ca Colon

    Faktor Genetik FaktorUsia

    Kolitis ulsreatif

    Penyakit crohn

    Pola gaya hiduptidak sehat

    Riwayatkeluarga

    menderitapenyakit kanker

    Usia >50tahun

    Mutasi sel-sel dalam

    tubuh

    Pembelahansel tidak

    sempurna

    Radangkronis padausus besar

    MerokokMinumanberalkohol

    Rendah serat,daging merah,daging olahan

    Zat nikotinsebagaisumber

    karsinogen

    Masuk kedalam saluran

    pernapasan

    Menujukolon

    Menumpukdalam kolon

    Meningkatkansel karsinogen

    Masuk kedalamtubuh

    membentukasetaldehida (zatkimia beracun )

    MerusakDNA di

    dalam selinduk

    Mengubahperilaku

    sel

    Feses tidaklembut,

    menjadi zatkarsinogen

    Menumpukdidalam

    usus

    Obstruksi usus,menempel didinding usus

    Perubahanabnormal padadinding usus

    Kanker Kolon

    Faktor ResikoKanker Kolon

  • 19

    Sumber : (Wahyuningsih, 2018 dan PPNI, 2017)

    Intervensipembedahan

    Pascabedah

    Lukapascabedah

    Perawatanluka tidakintensif

    Port deentree

    MK :ResikoInfeksi

    Kolostomisementara

    ataupermanen

    MK :Gangguan

    Citra Tubuh

    Perubahanintakenutrisi

    Asupannutrisi tidak

    adekuat

    MK :DefisitNutrisi

    Kerusakanjaringan

    lunak pascabedah

    Responserabutlokal

    MK :Nyeri

    Intervensikemoterapi

    Prekemoterapi

    Intrakemoterapi

    Postkemoterapi

    MK :Ansietas

    Adanya filtrasiobat di jaringan

    sekitar

    Kerusakanjaringanprogresif

    irreversibel

    Munculnyatanda-tandaekstravasasi

    MK : ResikoGangguan

    Integritas Kulit

    Dilakukanpemasangan

    infus

    MK : ResikoInfeksi

    Efekpemberian

    obatkemoterapi

    MK :Nausea

    Menyerangsel-sel yang

    tumbuh cepat

    Sel-selfolikelrambut

    Kerontokan

    MK :Gangguan

    Citra Tubuh

    Tidak mampumenelanmakanan

    MK : ResikoDefisit Nutrisi

    Invasi jaringan danefek kompresi tumor

  • 20

    6. Manisfestasi Klinis

    Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018):

    a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau

    konstipasi atau perubahan pada lamanya saat buang air besar,

    dimana pola ini berlangsung selama beberapa minggu hingga

    bulan. Kadang-kadang perubahan pola itu terjadi sebagai

    perubahan bentuk dari feses atau kotoran dari hari ke hari (kadang-

    kadang keras, lalu lunak, dan seterusnya)

    b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di

    feses, seringkali hanya dapat dideteksi di laboratorium

    c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram,

    gas atau rasa sakit yang berulang

    d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah

    buang air besar

    e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih

    f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan

    sebabnya

    7. Klasifikasi

    Klasifikasi ca colon menurut American Joint Committee on Cancer

    2010 dalam (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

  • 21

    a. Tabel 2.1 Penilaian tumor primer (T) pada ca colon

    b. Tabel 2.2 Penilaian penyebaran kelenjar getah bening (N)

    pada ca colon

    N Kelenjar Getah Bening

    NX Kelenjar Getah Bening regional tidak dapat dinilai

    N0 Tidak ada metastasis KGB

    N1 Metastasis pada 1 – 3 KGB regional

    N1a Metastasis pada 1 KGB regional

    T Penilaian Tumor

    TX Tumor primer tidak dapat dinilai

    T0 Tidak ada ditemukan tumor primer

    Tis Carsinoma in situ : intraepitelial atau invasi lamina propria

    T1 Tumor invasi sub mukosa

    T2 Tumor invasi muscularis propria

    T3 Tumor invasi sepanjang muscularis propria hingga

    jaringan perikolorektal

    T4a Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum visceral

    T4bTumor secara langsung menginvasi atau melengket ke

    organ lain

  • 22

    N1b Metastasis pada 2 – 3 KGB regional

    N1c Deposit tumor pada subserosa, mesentrium, atau pericolic non

    peritoneal atau jaringan perirektal tanpa metastasis KGB

    N2 Metastasis pada ≥4 KGB regional

    N2aMetastasis pada 4 – 6 KGB

    regional

    N2b Metastasis pada ≥7 KGB regional

    c. Tabel 2.3 Penilaian metastasis jauh (M) pada ca colon

    M Penilaian Metastasis

    M0 Tidak ada metastasis jauh

    M1 Metastasis jauh

    M1a

    Metastasis terjadi pada satu organ atau sisi (hati, paru, ovarium,

    KGB non regional)

    M1b Metastasis terjadi pada >1 organ / sisi atau di peritoneum

    d. Tabel 2.4 Stadium ca colon

    Stadium T N M Keterangan

    0 Tis N0 M0 Tis: Tumor terbatas pada mukosa

    I T1

    T2

    N0

    N0

    M0

    M0

    T1: Tumor menyerang submukosa

    T1: Tumor menyerang submukosa

    IIA T3 N0 M0 T3: Tumor menyerang subserosa atau lebih (tanpa

    melibatkan organ lain)

  • 23

    IIB T4a N0 M0 T4a: Tumor melubangi peritoneum visceral

    IIC T4b N0 M0 T4b: Tumor menyerang organ yang berdekatan

    IIIA T1-T2

    T1

    N1/N1c

    N2a

    M0

    M0

    N1: Sel-sel tumor dalam 1 sampai 3 kelenjar getah

    bening regional. T1 atau T2

    N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6 kelenjar getah

    bening regional. T1

    IIIB T3-T4a

    T2-T3

    T1-T2

    N1/N1c

    N2a

    N2b

    M0

    M0

    M0

    N1: Sel-sel tumor dalam 1 sampai 3 kelenjar getah

    bening regional. T3 atau T4

    N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6 kelenjar getah

    bening regional. T2 atau T3

    N2b: Sel-sel tumor di 7 atau lebih kelenjar getah

    bening regional. T1 atau 2

    IIIC T4a

    T3-T4a

    T4b

    N2a

    N2b

    N1-N2

    M0

    M0

    M0

    N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6 kelenjar getah

    bening regional. T4a

    N2b: Sel-sel tumor di 7 atau lebih kelenjar getah

    bening regional. T3-4a

    N1-2: Sel tumor di setidaknya satu kelenjar getah

    bening regional. T4b

    IVA Semua

    T

    Any N M1a M1a: Metastasis ke 1 bagian tubuh lain di luar usus

    besar, dubur atau kelenjar getah bening regional. T apa

    saja, sembarang N.

    IVB Semua

    T

    Any N M1b M1b: Metastasis ke lebih dari 1 bagian tubuh lain di

    luar usus besar, dubur atau kelenjar getah bening

    regional. T apa saja, sembarang N.

  • 24

    Gambar 2.1 (contoh penyebaran stadium kanker kolon)

    8. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker

    kolorektal adalah sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018)

    a. Pemeriksaan laboratorium klinis

    Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa

    untuk menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan

    atau kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain

    pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang

    merupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan hipokalemia

    kemungkinan ditemukan oleh karena adanya perdarahan kecil.

    Perdarahan tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan tinja. Selain

  • 25

    pemeriksaan rutin diatas, dalam menegakkan diagnosa

    karsinoma kolorektal dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma

    Embrionic Antigen). Carcinoma Embrionic Antigen merupakan

    pertanda serum terhadap adanya karsinoma kolon dan rektum.

    Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah glikoprotein yang

    terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran

    darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor

    status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan

    metastase ke hepar. Carcinoma Embrionic Antigen terlalu

    insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai skrining

    kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum,

    bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter.

    Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2,

    stadium lanjut dari penyakit dan adanya metastase ke organ

    dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor

    prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan

    bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.

    b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi

    Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker

    kolorektal adalah terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi

    saat kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil pemeriksaan ini

    adalah hasil histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari

  • 26

    pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik

    berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal ini.

    c. Radiologi

    Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos

    abdomen atau menggunakan kontras. Teknik yang sering

    digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema,

    yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang

    berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama

    sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya sebagai

    alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak

    dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai

    pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat

    polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan

    menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %.

    Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air

    harus digunakan daripada barium enema. Computerised

    Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI),

    Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik

    pencitraan yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak

    lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan

    merupakan skrining tes.

  • 27

    d. Kolonoskopi

    Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran

    seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan

    saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskopi, yaitu

    selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi

    dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat

    untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm

    dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih

    baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar

    67%. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi,

    polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur.

    Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana

    komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi)

    hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi

    merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan

    manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut

    divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding,

    megakolon non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi

    lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik

    kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari

    kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan

    komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik.

  • 28

    9. Penatalaksanaan

    Prinsip tatalaksana kanker kolon pada tabel 2.5 adalah:

    (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

    Stadium Terapi

    Stadium 0

    (TisN0M0)

    Eksisi lokal atau polipektomi sederhana

    Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak

    memenuhi syarat eksisi lokal

    Stadium I

    (T1-2N0M0)

    Wide surgical resection dengan anastomosis

    tanpa kemoterapi adjuvan

    Stadium II

    (T3N0M0,

    T4a-bN0M0)

    Wide surgical resection dengan anastomosis

    Terapi adjuvan setelah pembedahan pada

    pasien dengan risiko tinggi

    Stadium III

    (T apapun N1-2

    M0)

    Wide surgical resection dengan anastomosis

    Terapi adjuvan setelah pembedahan

    Stadium IV

    (T apapun, N

    apapun, M1)

    Reseksi tumor primer pada kasus kanker

    kolorektal metastasis yang dapat direseksi

    Kemoterapi sistemik pada kasus kanker

    kolorektal dengan metastasis yang tidak dapat

    direseksi dan tanpa gejala

  • 29

    10. Konsep Kemoterapi

    Kemoterapi adalah salah satu tipe terapi kanker yang menggunakan

    obat untuk mematikan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan

    menghentikan atau memerlambat perkembangan sel-sel kanker, yang

    berkembang dan memecah belah secara cepat. Namun, terapi tersebut

    juga dapat merusak sel-sel sehat yang memecah belah secara cepat,

    seperti sel pada mulut dan usus atau menyebabkan gangguan

    pertumbuhan rambut. Kerusakan terhadap sel-sel sehat merupakan

    efek samping dari terapi ini. Seringkali, efek samping tersebut

    membaik atau menghilang setelah proses kemoterapi telah selesai

    (National Cancer Institute, 2015).

    Mekanisme obat kemoterapi adalah dengan mematikan atau

    menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Sehingga muncul berbagai

    efek samping yang disebabkan oleh karena efek obat kemoterapi pada

    jaringan atau sel yang sehat. Penggunaan obat kemoterapi juga

    memberikan efek samping pada saraf, salah satu gejala neuropati atau

    gangguan saraf akibat efek kemoterapi adalah kelemahan, kram atau

    nyeri pada tangan dan atau kaki (Dinar, 2017). Menurut (Yusra, 2018)

    efek samping dari kemoterapi ini tentunya tidak selalu sama pada

    setiap orang. Seorang terkena kanker bisa saja mengalami sakit yang

    luar biasa usai menjalani kemoterapi, sementara efek samping yang

    muncul pada pasien lainnya mungkin tidak terlalu parah.

  • 30

    1) Penggunaan Klinis Kemoterapi

    Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus

    dipertimbangkan hal-hal berikut: Tentukan tujuan terapi.

    Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu kemoterapi

    kuratif, kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi

    investigatif.

    a) Kemoterapi kuratif

    Terhadap tumor sensitif yang kurabel, missal leukimia

    limfositik akut, limfoma maligna, kanker testes, karsinoma sel

    kecil paru, dapat dilakukan kemoterapi kuratif. Skipper melalui

    penelitian atas galur tumor L1210 dari leukimia mencit

    menemukan efek obat terhadap sel tumor mengikuti aturan

    'kinetika orde pertama', yaitu dengan dosis tertentu obat

    antikanker dapat membunuh proporsi tertentu, bukan nilai

    konstan tertentu sel kanker. Kemoterapi kuratif harus memakai

    formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat dengan

    mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masing-

    masing efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan

    banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut

    diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi

    tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar

    tereapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh.

  • 31

    b) Kemoterapi adjuvan

    Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan

    setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari

    operasi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra-operasi

    sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka

    setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin

    pesat, kepekaan terhadap obat bertambah. Pada umumnya

    tumor bila volume semakin kecil, ratio pertumbuhan sernakin

    tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai

    diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat.

    Oleh karena itu, terapi dini terhadap mikro-metastasis akan

    menyebabkan efentivitas meningkat, kemungkinan resistensi

    obat berkurang, peluang kesembuhan bertambah.

    c) Kemoterapi neonadjuvan

    Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan

    sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu

    hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai

    ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklus dapat

    mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna.

    bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada

    waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap

    kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatik subklinis

    yang mungkin terdapat. Karena kemoterapi adjuvan mungkin

  • 32

    menghadapi resiko jika kemoterapi tidak efektif peluang

    operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen kemoterapi

    dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian

    mutahir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan

    peluang operatif untuk kanker kepala leher, kanker sel kecil

    paru, osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi yang

    membawa kecacatan pada kanker tertentu Oaring, kandung

    kemih, kanalis analis) memperbaiki kualitas hidup sebagian

    pasien.

    d) Kemoterapi paliatif

    Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel

    kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dan lain-

    lain. Hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk

    kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih

    bersifat paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala,

    memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter harus

    mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa

    kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang

    terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun atau

    memperparah perkembangan penyakitnya.

    e) Kemoterapi investigatif

    Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan

    regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti.

  • 33

    Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas

    tinggi toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan.

    Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, rancangan

    pengujian yang baik, metode observasi dan penilaian yang

    rinci, dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika

    kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu,

    disebut 'good clinical practice' (GCP).

    2) Cara Pemberian Kemoterapi

    Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai cara:

    a) Suntikan. Kemoterapi diberikan melalui suntikan ke dalam

    otot lengan, paha, atau pinggul, atau di bawah lemak kulit pada

    lengan, tungkai, atau perut.

    b) Intra-arterial (IA). Kemoterapi dimasukkan langsung ke

    pembuluh darah nadi (arteri) yang memberi makan sel-sel

    kanker.

    c) Intraperitoneal (IP). Kemoterapi dimasukkan ke rongga

    peritoneal (area yang berisi organ seperti usus, perut, hati, dan

    indung telur).

    d) Intravenous (IV). Kemoterapi dimasukkan dalam pembuluh

    darah balik (vena).

    e) Topikal. Kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit.

    f) Oral. Kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat

    ditelan.

  • 34

    (Controversies & Obstetrics, 2013)

    3) Jenis-jenis obat kemoterapi pada pasien kanker kolon adalah

    sebagai berikut (Sari et al., 2019).

    Tabel 2.6 Jenis obat kemoterapi

    Jenis Kemoterapi Mekanisme Kerja Efek Samping

    5-

    Fluorourasil

    (5-FU)

    Menghambat enzim

    timidilat sintase

    Menghambat sintesis

    DNA dan RNA

    Menghambat

    pertumbuhan sel

    kanker

    Mual, muntah, diare,

    stomatitis,palmar-

    plantar

    erythrodysesthe-sia,

    leukopenia

    Leucovorin

    (LV)

    Menstabilkan ikatan

    asam

    fluorodeoksiuriidilat

    terhadap timidilat

    sintase

    Menambah efek

    terapi 5-FU

    Memperkuat efek

    samping 5-FU

    Capecitabine

    Merupakan prodrug

    fluorourasil,

    mekanisme kerja

    Peningkatan

    bilirubin, palmar-

    plantar

  • 35

    sama dengan 5-FU erythrodysesthe-sia

    Oxaliplatin

    Mengalami hidrolisis

    intraseluler

    Menghambat

    replikasi DNA

    Kematian sel

    Sistem hepatopoetik,

    sistem saraf tepi,

    sistem

    gastrointestinal

    Irinotecan

    Menghambat enzim

    topoisomerase I

    Replikasi DNA

    Diare, gangguan

    hepar, insomnia,

    alergi, gangguan

    hematopoetik,

    bradikardi, oedema,

    hipotensi, demam,

    11. Komplikasi

    Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan

    (obstruksi) saluran cerna. Sumbatan tersebut tentu diakibatkan tumor

    yang memenuhi saluran usus. Adanya sumbatan tersebut

    menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan nyeri perut.

    Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami

    kebocoran (perforasi). Perforasi usus dapat menimbulkan gejala yang

    berat seperti nyeri perut hebat, perut terlihat membesar dan tegang,

    muntah, serta infeksi berat.

  • 36

    Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat menimbulkan

    perdarahan. Hal tersebut dapat terjadi bila tumor berada di sekitar

    rektum, salah satu bagian terakhir usus besar. Perdarahan tumor dapat

    menyebabkan penderitanya kehilangan darah yang cukup banyak,

    sehingga menimbulkan anemia (kekurangan sel darah merah).

    Komplikasi lain dari kanker usus adalah penyebaran sel tumor

    ke organ yang lain. Proses yang disebut metastasis ini lazim terjadi

    pada berbagai jenis kanker, terutama yang sifatnya ganas. Organ

    tubuh yang paling sering menjadi sasaran metastasis sel kanker usus

    adalah kelenjar getah bening, paru, dan selaput rongga perut.

    Metastasis dapat menimbulkan gejala sesuai organ yang terkena,

    misalnya benjolan di sekitar leher, sesak napas, dan nyeri perut serta

    perut yang semakin membesar (Timurtini, 2019).

    B. Konsep Masalah Keperawatan

    1. Pengertian Masalah Keperawatan

    Masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan merupakan suatu

    penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau

    proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

    potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

    respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang

    berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).

  • 37

    2. Kriteria Mayor dan Minor

    Menurut (PPNI, 2017) menyatakan kriteria mayor merupakan

    tanda atau gejala yang ditemukan 80%-100% pada klien untuk validasi

    diagnosis. Sedangkan kroteria minor merupakan tanda atau gejala yang

    tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung

    penegakkan diagnosis.

    3. Faktor yang Berhubungan

    Faktor yang berhubungan atau penyebab pada masalah

    keperawatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

    status kesehatan yang mencakup empat kategori yaitu : Fisiologis,

    biologis atau psikologis, efek terapi atau tindakan, lingkungan atau

    personal, dan kematangan perkembanngan (PPNI, 2017).

    Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita Ca

    Colon menurut (Wahyuningsih, 2018) yang disesuaikan dengan Standar

    Diagnosis Keperawatan Indonesia yaitu (PPNI, 2017) :

    Masalah keperawatan pada pre kemoterapi

    a. Ansietas (D.0080)

    1) Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu

    terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi

    bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

    menghadapi ancaman.

    2) Penyebab:

    a) Krisis situasional

  • 38

    b) Ancaman terhadap konsep diri

    c) Ancaman terhadap kematian

    d) Kekhawatiran mengalami kegagalan

    e) Kurang terpapar informasi

    3) Gejala dan tanda Mayor

    Subjektif:

    a) Merasa bingung

    b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

    c) Sulit berkonsentrasi

    Objektif:

    a) Tampak gelisah

    b) Tampak tegang

    c) Sulit tidur

    4) Gejala dan data Minor

    Subjektif:

    a) Mengeluh pusing

    b) Anoreksia

    c) Palpitasi

    d) Merasa tidak berdaya

    Objektif:

    a) Frekuensi nafas meningkat

    b) Frekuensi nadi meningkat

    c) Tekanan darah meningkat

  • 39

    d) Diaphoresis

    e) Tremor

    f) Muka tampak pucat

    g) Suara bergetar

    h) Kontak mata buruk

    i) Sering berkemih

    j) Berorientasi pada masa lalu

    5) Kondisi klinis terkait

    a) Penyakit kronis progresif (misalnya penyakit kanker)

    Masalah keperawatan pada intra kemoterapi

    a. Risiko Infeksi (0142)

    1) Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme

    patogenik

    2) Faktor Risiko :

    a) Efek prosedur invasif

    b) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

    c) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: Kerusakan

    integritas kulit

    d) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: Penurunan

    Hemoglobin, Imunosupresi, Supresi respon inflamasi

    3) Kondisi klinis terkait

    a) Tindakan invasif

  • 40

    b. Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)

    1) Definisi : Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis

    dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea,

    fasia,otot, tendon, tulang, kartilago, kapsil sendi dan/atau

    ligament).

    2) Faktor Risiko :

    a) Perubahan sirkulasi

    b) Bahan kimia iritatif

    c) Kelembaban

    d) Perubahan hormonal

    e) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan

    atau melindungi integritas jaringan

    3) Kondisi klinis terkait :

    a) Imunodefisiensi

    Masalah keperawatan pada post kemoterapi

    a. Nausea (D.0076)

    1) Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok

    atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah

    2) Penyebab :

    a) Efek agen farmakologis

    3) Gejala dan tanda Mayor :

    Subjektif :

    a) Mengeluh mual

  • 41

    b) Merasa ingin muntah

    c) Tidak berminat makan

    Objektif :

    Tidak bersedia

    4) Gejala dan tanda Minor :

    Subjektif :

    a) Merasa asam di mulut

    b) Sensasi panas atau dingin

    c) Sering menelan

    Objektif :

    a) Saliva meningkat

    b) Pucat

    c) Diaforesis

    d) Takikardia

    e) Pupil dilatasi

    5) Kondisi klinis terkait :

    a) Kanker

    b. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)

    1) Definisi : Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan

    fungsi fisik individu

    2) Penyebab :

    a. Perubahan fungsi tubuh (misal. Proses penyakit)

  • 42

    b. Efek tindakan atau pengobatan (misalnya Pembedahan,

    kemoterapi)

    3) Gejala dan data Mayor :

    Subjektif :

    a) Mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian tubuh

    Objektif :

    a) Kehilangan bagian tubuh

    b) Fungsi atau struktur tubuh berubah

    4) Gejala dan data Minor :

    Subjektif :

    a) Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian

    tubuh

    b) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh

    c) Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan atau reaksi

    orang lain

    d) Mengungkapkan perubahan gaya hidup

    Objektif :

    a) Menyembunyikan atau menunjukkan bagian tubuh secara

    berlebihan

    b) Menghindari melihat atau menyentuh bagian tubuh

    c) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh

    d) Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh

    e) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

  • 43

    f) Hubungan sosial berubah

    5) Kondisi klinis terkait :

    a) Program terapi neoplasma

    c. Reiko defisit nutrisi (D.0032)

    1) Definisi : beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme

    2) Faktor resiko :

    a) ketidakmampuan menelan makanan

    b) ketidakmampuan mencerna makanan

    c) faktor psikologis (misal.keengganan untuk makan )

    C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian Keperawatan

    Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil

    pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari

    pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang

    respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif atau

    menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada

    identifikasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dapat diperoleh

    dari data subyektif melalui wawancara dan dari data obyektif melalui

    observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Dinarti & Yuli

    Muryanti, 2017):

  • 44

    a. Pengumpulan Data

    1) Identitas pasien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin,

    pekerjaan, alamat, tempat tinggal

    2) Riwayat penyakit sekarang : Pada pengkajian ini yang perlu

    dikaji adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran

    3) Riwayat penyakit dahulu : Adakah riwayat penyakit dahulu

    yang diderita pasien dengan timbulnya kanker kolon.

    4) Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang

    mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah

    anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya

    5) Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien

    dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar

    sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami

    kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan

    bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk

    menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

    b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual

    1) Pola Nutrisi

    Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan

    apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai,

    frekwensi makanannya

    2) Pola Eliminasi

  • 45

    Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah

    keluar darah atau tidak, keras, lembek, cair ?

    3) Pola personal hygiene

    Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun

    atau tidak, menyikat gigi.

    4) Pola istirahat dan tidur

    Kebiasaan istirahat tidur berapa jam ?

    Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?

    5) Pola aktivitas dan latihan

    Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas

    diluar kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di

    kampung dan sekitarnya.

    6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

    Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,

    ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).

    7) Hubungan peran

    Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-

    teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat ?

    8) Pola persepsi dan konsep diri

    Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap

    keluarga, kebersamaan dengan keluarga.

  • 46

    9) Pola nilai kepercayaan

    Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan

    terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang

    di anut dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.

    10) Pola reproduksi dan seksual

    Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan

    dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.

    c. Riwayat pengkajian nyeri

    P : Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang

    biasa memperberat dan mengurangi nyeri ?

    Q : QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana

    gejala dirasakan ?

    R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan dan apakah gejala

    yang dirasakan menyebar?

    S : Skala – severity: Berapa tingkat keparahan dirasakan?

    T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala

    dirasakan?

    d. Pemeriksaan fisik

    1) Kepala dan leher : Dengan tehnik inspeksi dan palpasi

    2) Rambut dan kulit kepala : Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,

    penekanan

    3) Telinga : Perlukaan, darah, cairan, bau ?

  • 47

    4) Mata : Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak

    mata, adanya benda asing, skelera putih ?

    5) Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan

    anatomi akibat trauma ?

    6) Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering ?

    7) Bibir : Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering ?

    8) Rahang : Perlukaan, stabilitas ?

    9) Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar

    tiroid

    e. Pemeriksaan dada

    1) Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi

    pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara

    napas tambahan.

    2) Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama

    antara kanan kiri dinding dada.

    3) Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara

    redup pada batas paru dan hepar.

    4) Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan

    paru, suara ronchi dan wheezing

    f. Kardiovaskuler

    1) Inspeksi: Bentuk dada simetris

    2) Palpasi: Frekuensi nadi,

    3) Parkusi: Suara pekak

  • 48

    4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur

    g. System pencernaan / abdomen

    1) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen

    membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus

    menonjol atau tidak, apakah ada benjolan benjolan / massa.

    2) Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (

    tumor, teses) turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi

    pasien, apakah tupar teraba, apakah lien teraba?

    3) Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat

    atau cair akan menimbulkan suara pekak ( hepar, asites, vesika

    urinaria, tumor).

    4) Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5-

    35 kali permenit.

    h. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:

    1) Warna dan suhu kulit

    2) Perabaan nadi distal

    3) Depornitas extremitas alus

    4) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif

    5) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi

    6) Derajat nyeri bagian yang cidera

    7) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh

    8) Reflek patella

    i. Pemeriksaan pelvis/genitalia

  • 49

    1) Kebersihan, pertumbuhan rambut

    2) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter,

    terdapat lesi atau tidak.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai seseorang,

    keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

    proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan

    merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan

    (Dinarti & Yuli Muryanti, 2017). Diagnosa yang mungkin muncul

    menurut (PPNI, 2017):

    Pre kemoterapi

    a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

    Intra kemoterpi

    a. Risiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

    b. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif

    Post kemoterapi

    a. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis

    b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan atau

    pengobatan (misal. Pembedahan, kemoterapi dan radioterapi)

    c. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menelan

    makanan

  • 50

    3. Intervensi Keperawatan

    Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan

    untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.

    Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan

    langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,

    rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien

    berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Yuli

    Muryanti, 2017).

    Rencana Keperawatan Pre kemoterapi

    a. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (D.0080)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

    ansietas pasien menurun.

    Kriteria Hasil :

    1) Verbalisasi kebingungan menurun

    2) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi

    3) Perilaku gelisah menurun

    4) Perilaku tegang menurun

    5) Frekuensi pernapasan, nadi dan tekanan darah menurun

    Intervensi Reduksi Ansietas (I.09314):

    Observasi

    1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal kondisi, waktu,

    stressor)

    2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

  • 51

    Terapeutik

    1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

    2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan

    3) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

    Edukasi

    1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

    2) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu

    3) Latih teknik relaksasi

    Kolaborasi

    1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

    Rencana keperawatan Intra kemoterapi

    a. Resiko infeksi ditandai dengan Efek prosedur invasif (D.0142)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko

    infeksi dapat menurun.

    Kriteria Hasil :

    1) Demam menurun

    2) Kemerahan menurun

    3) Nyeri menurun

    4) Bengkak menurun

    Intervensi Pencegahan Infeksi (I.14539):

    Observasi

    1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

  • 52

    Terapeutik

    1) Batasi jumlah pengunjung

    2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

    lingkungan pasien

    Edukasi

    1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

    2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

    Kolaborasi

    1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

    b. Risiko gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif

    (D.0139)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko

    gangguan integritas kulit menurun.

    Kriteria Hasil :

    1) Elastisitas meningkat

    2) Hidrasi meningkat

    3) Kerusakan jaringan menurun

    4) Kerusakan lapisan kulit menurun

    Intervensi perawatan integritas kulit (I.11353):

    Observasi

    1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

    Terapeutik

    2) Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada

  • 53

    kulit sensitif

    3) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

    Edukasi

    1) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

    Rencana keperawatan Post kemoterapi

    a. Nausea berhubungan dengan tindakan kemoterapi (D.0076)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

    nausea dapat menurun.

    Kriteria Hasil :

    1) Nafsu makan meningkat

    2) Keluhan mual menurun

    3) Perasaan ingin muntah menurun

    4) Pucat tampak membaik

    Intervensi Menejemen Mual (I.03117):

    Observasi

    1) Identifikasi faktor penyebab mual

    2) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup

    3) Monitor mual

    Terapeutik

    1) Kontrol faktor lingkungan penyebab mual

    2) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik

    Edukasi

    1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup

  • 54

    2) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi

    mual

    Kolaborasi

    1) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

    b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek

    tindakan/pengobatan (D.0083)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

    persepsi tentang penampilan pasien dapat meningkat.

    Kriteria Hasil :

    1) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

    2) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan atau reaksi orang lain

    3) Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun

    4) Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik

    5) Hubungan sosial membaik

    Intervensi Promosi citra tubuh (I.09305):

    Observasi

    1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap

    perkembangan

    2) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi

    sosial

    3) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri

    Terapeutik

    1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

  • 55

    2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri

    3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara

    realistis

    4) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra

    tubuh

    Edukasi

    1) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

    2) Latih fungsi tubuh yang dimiliki

    3) Latih peningkatan penampilan diri

    c. Resiko defisit nutrisi (D.0032)

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi

    pasien meningkat

    Kriteria hasil :

    1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

    2) Kekuatan otot pengunyah meningkat

    3) Kekuatan otot menelan meningkat

    4) Frekuensi makan membaik

    5) Nafsu makan membaik

    Intervensi Manajemen Nutrisi (L.03119)

    1) Identfikasi status nutrisi

    2) Identifikasi alergi atau intoleran makanan

    3) Identifikasi makanan yang disukai

    4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

  • 56

    Terapeutik

    1) Fasilitasi menentukan pedoman diet

    2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

    3) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

    4) Berikan suplemen makanan, jika perlu

    Edukasi

    1) Ajarkan diet yang diprogramkan

    Kolaborasi

    1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal. Pereda

    nyeri, antiemetik)

    2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

    nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

    4. Implementasi

    Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

    dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

    kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

    menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).

    Komponen tahap implementasi :

    a. Tindakan keperawatan mandiri

    b. Tindakan keperawatan kolaboratif

    c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan

    keperawatan.

  • 57

    5. Evaluasi

    Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil

    menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari

    tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap

    tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,

    dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi adalah membandingkan

    secara sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan

    yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada pasien, dilakukan

    dengan cara bersinambungan dengan melibatkan psien dan tenaga

    kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari

    rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan

    keperawatan yang telah dilakukan tercapai (Dinarti & Yuli Muryanti,

    2017). Evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu (Suprajitno dalam

    Wardani, 2013):

    S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif

    oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

    O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

    menggunakan pengamatan yang objektif.

    A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

    P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

  • 58

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan / Desain penelitian

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk literature

    review untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien

    kemoterapi dengan ca colon. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

    asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    B. Subjek penelitian

    Pada penelitian ini, subyeknya adalah pasien dengan diagnosa medis ca

    colon.

    1. Kriteria inklusi untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Subyek terdiri dari 2 orang pasien dewasa dengan kasus ca colon

    yang sedang kemoterapi.

    b. Subyek dewasa berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

    2. Kriteria eksklusi, sebagai berikut:

    a. Pasien yang tidak kooperatif.

    b. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.

    c. Pasien yang tidak dirawat di ruang Kemoterapi.

  • 59

    C. Definisi Operasional

    1. Asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi

    Suatu proses kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan

    secara langsung kepada pasien pre, intra, dan post kemoterapi yang

    dirawat di ruang kemoterapi dengan kasus Ca Colon melalui metode

    proses keperawatan dari pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,

    menyusun rencana tindakan keperawatan, melaksanakan rencana tindakan

    keperawatan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan.

    2. Pasien Kemoterapi dengan Ca Colon

    Pasien Ca Colon adalah seseorang atau individu yang menderita

    suatu keadaan yang menyerang usus besar berupa benjolan yang tumbuh

    secara abnormal. Kasus kanker usus besar ditandai dengan adanya darah

    pada kotoran (feses) bahkan pendarahan di anus, menurunnya berat badan,

    tubuh terasa lelah, nyeri atau kram pada bagian perut, konstipasi, diare dan

    nafsu makan menurun. Pada Ca Colon dilakukan kemoterapi pada pasien

    stadium II yang memiliki kanker resiko tinggi, selanjutnya kemoterapi

    juga akan diberikan pada pasien stadium III dan IV. Berdasarkan kasus ini

    dapat dilihat pada rekam medis pasien di rumah sakit.

    D. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Balikpapan. Waktu penelitian dilaksanakan

    pada tanggal 23 Maret sampai tanggal 3 April tahun 2020

  • 60

    E. Prosedur penelitian

    Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

    1. Mahasiswa melakukan ujian proposal.

    2. Mahasiswa melakukan perbaikan sesuai masukan dari penguji untuk

    memproleh persetujuan pengambilan data.

    3. Mahasiswa melakukan penyusunan penelitian dengan metode literature

    review.

    4. Mahasiswa melakukan identifikasi dan validasi laporan asuhan

    keperawatan melalui media internet yang disetujui pembimbing.

    5. Mahasiswa membandingkan data-data hasil pengkajian antara konsep

    teori dengan kasus.

    6. Mahasiswa membandingkan penegakan diagnosa keperawatan

    berdasarkan SDKI antara konsep teori dengan kasus.

    7. Mahasiswa membandingkan penyusunan perencanaan berdasarkan SIKI

    dan SLKI antara konsep teori dengan kasus.

    8. Mahasiswa membandingkan pelaksanaan pada kasus sesuai dengan

    perencanaan berdasarkan SIKI dan SLKI pada konsep teori.

    9. Mahasiswa melihat kesesuaian pelaksanaan evaluasi terhadap tujuan dan

    kriteria hasil dengan diagnosa yang ditegakkan.

    10. Mahasiswa membuat kesimpulan dan saran tentang masalah keperawatan

    yang ditemukan dalam literatur review

    11. Mahasiswa melakukan konsultasi kepada pembimbing.

  • 61

    12. Mahasiswa melakukan perbaikan sesuai masukan pada saat konsultasi

    dengan pembimbing.

    F. Metode dan instrumen pengumpulan Data

    1. Teknik pengumpulan data

    Adapun cara pengumpulan data pada penyusunan literature review

    ini yaitu melakukan identifikasi laporan asuhan keperawatan melalui

    laporan praktik dinas kemudian mereview kasus dari kedua subjek.

    2. Instrumen pengumpula