BAB I-III.doc

Preview:

Citation preview

27

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan rakyat.1

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi dengan kelahiran 5.000.000/tahun. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk Indonesia tahun 2008 sebesar 238,5 juta jiwa, jumlah ini mengalami pertambahan sebesar 19,7 juta jiwa bila dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 218,8 juta jiwa. Dengan demikian selama 3 tahun tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata pertahunnya 3%. Bila angka pertumbuhan tetap seperti ini maka diproyeksikan tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai sebesar 273,7 juta jiwa. Konsekuensi dari penduduk yang sangat besar ini akan timbul masalah-masalah kependudukan, seperti kemiskinan, pengangguran, kesehatan dan masalah lainnya.

Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar bagi wanita. Meskipun tidak selalu demikian, peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.

Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB, namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia namun kenyataannya banyak faktor-faktor seperti umur pasangan, jumlah anak yang dinginkan, faktor kesehatan, faktor metode kontrasepsi, tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari pasangan memiliki hubungan bermakna dengan pemakaian jenis kontrasepsi dan mempengaruhi keberhasilan program KB. Berdasarkan hal di atas maka kami memilih judul FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi Di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung Tahun 2011.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung tahun 2011?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung tahun 2011.1.3.2. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.

2. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi umur ibu di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.

3. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi jumlah anak dalam keluarga di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.

4. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi tingkat pendidikan ibu di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.5. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang program KB di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.6. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dukungan dari keluarga mengenai program KB di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.7. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi tingkat kesejahteraan keluarga di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.8. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.

9. Untuk mengetahui pengaruh jumlah anak dalam keluarga terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.10. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011

11. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu tentang program KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011

12. Untuk mengetahui pengaruh dukungan dari keluarga mengenai program KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011

13. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kesejahteraan keluarga terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 20111.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi PenelitiHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pemakaian alat kontrasepsi dan penerapan ilmu yang didapat selama studi.

2. Bagi Pihak Instansi kesehatan terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi kesehatan dalam menyukseskan program pembangunan kesehatan nasional dan program Indonesia Sehat 2011.

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan khususnya mengenai tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerjanya tentang Pemakaian Alat Kontrasepsi serta dapat meningkatkan program penyuluhan dan penyebaran informasi lebih lanjut kepada masyarakat.3. Bagi Ibu yang sudah berkeluargaInformasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan ibu sehingga ibu dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dan cara penggunaannya dengan benar.4. Bagi Universitas Malahayati Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran Umum

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswanya tentang Alat Kontrasepsi.1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :1. Sifat Penelitian: Survey analitik tipe cross sectional.2. Subyek Penelitian: Ibu yang sudah menikah dan berumur 49 tahun di RT 004, Lingkungan I Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung.3. Objek Penelitian: Faktorfaktor yang mempengaruhi ibu (umur ibu, jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang program KB, dukungan dari keluarga mengenai program KB, dan tingkat kesejahteraan keluarga) dalam pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung tahun 2011.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Keluarga BerencanaKeluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.2Dengan adanya program KB diharapkan setiap wanita dapat melahirkan pada umur optimal yaitu 20 sampai 30 tahun dengan jumlah anak yang cukup, yaitu 2 atau 3.8Sedangkan menurut WHO 1970 (World Health Organization) KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mengatur jarak kelahiran, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.3Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Keluarga Berencana adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suami isteri untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menetukan jumlah anak dalam keluarga, baik yang dilakukan untuk sementara waktu atau permanent.

2.2. Jenis-jenis Kontrasepsi

Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal.Jenis-jenis kontrasepsi:

A. Kontrasepsi Hormonal

1. Pil KB

2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/ IUD (Intra Uterine Devices)3. Suntik KB

4. Implant/ Susuk KB

B. Kontarsepsi Non Hormonal

1. Laki-laki

a. Kondom pria2. Perempuana. Barier intra vaginal antara lain : diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita.b. Spermisid antara lain : vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan vaginal soluble film.C. Kontarsepsi Mantap

1. Vasektomi pada laki-laki

2. Tubektomi pada perempuan3,4,5Jenis-jenis kontrasepsi yang paling sering digunakan di Indonesia, antara lain: suntik (27,8 %), pil (13,2 %), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Devices (IUD) (6,2 %), implant (4,3 %), tubektomi (3,7 %), metode kalender (1,6 %), metode senggama terputus (1,5 %), kondom (0,9 %), dan vasektomi (0,4 %)1

2.2.1. Suntik KB

Suntik KB adalah kontrasepsi bagi wanita yang dilakukan melalui suntikan berisi obat dan dapat mempengaruhi kesuburan sehingga dapat mencecah kehamilan. Suntikan KB ini berisi hormone progesterone yang mempengaruhi pengeluaran hormone dari glandulla Pituatari yang mengatur ovulasi dan menyebabkan lendir servik menjadi lebih kental sehingga susah ditembus oleh spermatozoa.1Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan). Penelitian lapangan kontrasepsi suntikan dimulai tahun 1965 dan sekarang di seluruh dunia diperkirakan berjuta-juta wanita memakai cara ini untuk tujuan kontrasepsi. Mekanisme kerja:

Berdasarkan penghambatan pelepasan LH dan mengahalangi ovulasi serta pengentalan lender servik. Jenis-jenis:

a. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem

b. Suntikan/3 bulan ; contoh : Depo provera, Depogeston Efektivitas:

Keberhasilannya praktis 99.7 %. Indikasi:

a. Klien yang menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang.b. Klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan.c. Klien yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama.d. Klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen.e. Klien yang sedang menyusui.f. Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi. Kontarindikasi:

a. Ibu sedang hamil

b. Penyakit Jantung

c. Varises

d. Hipertensi

e. Kanker payudara atau organ reproduksi

f. Penderita Diabetes Melitus

g. Perokok

h. Migraine

Keuntungan:

a. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.b. Dapat digunakan walaupun sedang menyusui, dengan catatan suntikan pertama diberikan 6 minggu setelah melahirkan.

c. Memberi perlindungan terhadap kanker rahim.

d. Memberi perlindungan terhadap penyakit infeksi panggul. Kerugian:a. Siklus haid mungkin berubah menjadi tidak teratur, berkepanjangan, atau tidak haid sama sekali.

b. Siklus haid yang tidak teratur mungkin berlanjut beberapa bulan setelah berhenti KB suntik.

c. Beberapa wanita mengalami penambahan berat badan pada KB suntik 3 bulanan.

d. Efek samping lain misalnya sakit kepala, jerawat, nyeri payudara, perubahan suasana hati, kembung.

e. Kesuburan biasanya segera kembali begitu KB dihentikan, tetapi pada beberapa kasus, baru pulih setelah beberapa bulan.

f. Penggunaan KB suntik 3 bulanan menurunkan kadar hormon estrogen, akibatnya dapat memicu timbulnya osteoporosis.3,4,5

Gambar 2.1 Suntik KB

2.2.2. Pil KB

Pil KB merupakan kontrasepsi yang berbentuk pil/tablet dimana didalam stripnya berisi gabungan hormon estrogen dan progesin atau hanya hormon progesteron saja. Setiap trip pil KB berjumlah 21 dan 28 buah. Hormon hormon didalam pil itu akan menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur perempuan dari indung telur. Mekanisme kerja:

Menekan ovulasi dengan cara mengurangi aktivitas indung telur sehingga sel telur tidak bisa matang dan Hormon progrestin yang terdapat dalam pil KB akan mencegah penebalan endometrium (lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang siap dibuahi sehingga pembuahan tidak akan terjadi.

Jenis-jenis:

a. Pil kombinasi (estrogen dan progestin)b. Pil mini (progestin)c. Pil kontrasepsi darurat (progestin)

Efektivitas:

Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1 5 kehamilan per 100 wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat. Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7 - 7%. Kontarindikasi:a. Ibu sedang hamilb. Tromboflebitis

c. Penyakit Jantungd. Varisese. Hipertensif. Kanker payudara atau organ reproduksi. Keuntungan:

a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin.

b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama.

c. Reversibilitas tinggi.

d. Efek samping sedikit.

e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih.

f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kankerovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.

g. Relatif murah. Kerugian:

a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari.

b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi.

c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu.

d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa.

e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual.3,4,5

Gambar 2.2 Pil KB2.2.3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/ IUD (Intra Uterine Devices)AKDR adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau paramedis lain yang terlatih. Mekanisme kerja:

Respon peradangan local intens yang terjadi, terutama oleh alat yang mengandung tembaga, akan memicu aktivasi lisosom dan peradangan yang bersifat spermisidal. Apabila akhirnya terjadi pembuahan, reaksi peradangan yang sama akan akan ditujukan kepada blastokista. Jenis-jenis:

a. Progestasert

b. AKDR Levonorgestrel (AKDR-L Ng)

c. Copper T 380A

Efektivitas:

Efektivitas AKDR mencapai 0,6 0,8 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaannya. Angka kegagalan AKDR 1 3 kehamilan per 100 wanita per tahun. Kontraindikasi:

a. Hamil.

b. Kelainan uterus.

c. Penyakit radang panggul.

d. Endometritis pascapartum atau abortus terinfeksi.

e. Alergi terhadap tembaga.

f. Aktinomikosis genital.

g. Perdarahan genital yang tidak diketahui penyebabnya. Keuntungan:

a. Dapat memberikan perlindungan jangka panjang sampai 10 tahun.

b. Mengurangi pengeluaran darah saat menstruasi.

c. Dapat digunakan untuk mengobati menorgia.

d. Bermanfaat untuk wanita dengan fibroid uteri.

e. Setelah penghentian, kesuburan tidak terganggu. Kerugiaan:

a. Perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebelum pemasangan.b. Butuh pemerikasaan benang setelah periode menstruasi jika terjadi kram, bercak, atau nyeri.

c. Pemakai alat kontrasepsi ini tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun ia mau. 3,4,5

Gambar 2.3 AKDR/IUD2.2.4. Susuk KB/Impalnt

Kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant. Susuk adalah kontrasepsi sub dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. Norplant terdiri atas enam kapsul, masing-masing mengandung 36 mg levonorgestreal dengan diameter 2,4 mm dan panjang 3,4 cm.

Mekanisme kerja:Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi mungkin sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant memiliki efek mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks, dan menghambat perkembangan siklis endometrium. Efektivitas:

Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai 0,04 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan Norplant 65/70 tahun ; terbagi :

- untuk umur 70 75 tahun (Young Old)

- untuk umur 75 80 tahun (Old)

- untuk umur > 80 tahun (Very Old)2.5. Program Wajib Belajar

Guna meningkatkan sumber daya manusia yang ada di negara ini, pemerintah menerapkan program wajib belajar 9 tahun yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar Pasal 1, berikut ini:

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah.2. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.3. Sekolah Dasar yang selanjutnya disebut SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.4. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disebut MI adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar, di dalam pembinaan Menteri Agama.5. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disebut SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.6. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disebut MTs adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat, di dalam pembinaan Menteri Agama.7. Program paket A adalah program pendidikan dasar jalur nonformal yang setara SD.8. Program paket B adalah program pendidikan dasar jalur nonformal yang setara SMP.9. Pemerintah adalah Pemerintah pusat.10. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota.11. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan nasional.10 2.6. Upah Minimum Regional Kota Bandar LampungTabel 2.1 Upah Minimum Regional Kota Bandar Lampung Tahun 2011KabupatenKota Bandar Lampung

Jumlah UMR/UMKRp 865.000,-

Tanggal berlaku01 Januari 2011

Tahun berlaku2011

Nomor SKKep. Gub. No. G/690/III.05/HK/2010

Tanggal SK01 Januari 2011

Penandatangan SKGubernur Lampung

2.7. Kerangka Teori

Gambar 2.6Kerangka Teori. Sumber: (BKKBN : 2002)2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

2.9. Hipotesis Ha: Adanya pengaruh antara umur ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Ha: Adanya pengaruh antara jumlah anak dalam keluarga terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Ha: Adanya pengaruh antara tingkat pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Ha: Adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu tentang program KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Ha: Adanya pengaruh antara dukungan dari keluarga mengenai program KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Ha: Adanya pengaruh antara tingkat kesejahteraan keluarga terhadap pemakaian alat kontrasepsi.BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik tipe cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian: Bulan Juni 2011.

Tempat penelitian: RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung.3.3. Rancangan PenelitianSurvey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.63.4. Subyek Penelitian

a. Populasi

Populasi penelitian adalah ibu yang sudah menikah dan berumur 49 tahun dan tinggal di RT 004, Lingkungan 1, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung sejumlah 92 orang.b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi atau keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Untuk menghitung besar sampel, dapat digunakan formula sebagai berikut: N

n=

1+N(d)2 92n=

1+ 92 (5%)2n= 74, 79 (pembulatan menjadi 75)keterangan : N : besar populasi

n : besar sampel

d : persentasi sebesar 5%

c. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Yaitu dengan cara mengocok seluruh populasi yang berjumlah 92 orang kemudian diambil satu per satu sampai 75 orang dan sisanya tidak dipakai.63.5. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian terbagi menjadi 2 variabel yakni :

1. Variabel Dependent, yang termasuk di dalamnya adalah pemakaian alat kontrasepsi.

2. Variabel Independent, variabel yang akan dicari hubungannya dengan variabel dependent yaitu umur ibu, jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang program KB, dukungan dari keluarga mengenai program KB, dan tingkat kesejahteraan keluarga.3.6. Definisi Operasional VariabelVariabelDefinisi VariabelAlat UkurCara Ukur Hasil Ukur

Kategori KriteriaSkala Ukur

Pemakaian Alat KontrasepsiStatus pemakaian alat kontrasepsi pada saat dilakukan penelitianKuesionerMenanyakan langsung kepada responden (angket)0= memakai

1=tidak memakai0= ibu yang sudah menikah dan memakai alat kontrasepsi

1= ibu yang sudah menikah dan tidak memakai alat kontrasepsi

Ordinal

Umur ibuUmur ibu pada saat dilakukan penelitianKuesionerMenanyakan langsung kepada responden (angket)0=dewasa muda1=dewasa penuh

0=ibu yang sudah menikah dan berumur 18 25 tahun.

1=ibu yang sudah menikah dan berumur > 25 dan belum menopause.Ordinal

Jumlah anak dalam keluargaJumlah anak dalam keluarga pada saat dilakukan penelitianKuesionerMenanyakan langsung kepada responden (angket)0= cukup1= banyak0=jumlah anak 21=jumlah anak >2Ordinal

Tingkat pendidikan ibuPendidikan terakhir ibu pada saat dilakukan penelitianKuesioner Menanyakan langsung kepada responden (angket)0= tinggi1= rendah0=pendidikan ibu lulus s.d SMP1=pendidikan ibu tidak lulus s.d SMPOrdinal

Tingkat pengetahuan ibu tentang program KBKemampuan responden menjawab dengan benar pertanyaan tentang KB, dan alat-alat kontrasepsi(klasifikasi, jangka waktu, efek samping)KuesionerMenanyakan langsung kepada responden (angket)0= baik1= kurang baik0= ibu yang memiliki nilai pengetahuan mean

1= ibu yang memiliki nilai pengetahuan 25 dan belum menopause.Untuk pengelompokan kategori jumlah anak dalam keluarga, dalam penelitian penulis membagi jumlah anak dalam keluarga menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Kategori cukup, jika jumlah anak dalam keluarga 2.2. Kategori banyak, jika jumlah anak dalam keluarga > 2.Untuk pengelompokan kategori tingkat pendidikan ibu, dalam penelitian penulis membagi tingkat pendidikan ibu menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Kategori tinggi, jika tingkat pendidikan ibu lulus s.d SMP.2. Kategori rendah, jika tingkat pendidikan ibu tidak lulus s.d SMP.Untuk pengelompokan kategori tingkat pengetahuan ibu tentang KB, dalam penelitian penulis membagi tingkat pengetahuan ibu tentang KB menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Kategori baik, jika nilai pengetahuan ibu mean.2. Kategori kurang baik, jika nilai pengetahuan ibu < mean.Untuk pengelompokan kategori dukungan dari keluarga mengenai program KB, dalam penelitian penulis membagi dukungan dari keluarga mengenai program KB menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Kategori mendukung, jika keluarga memperbolehkan ibu menjalankan program KB.2. Kategori tidak mendukung, jika keluarga tidak memperbolehkan ibu menjalankan program KB.Untuk pengelompokan kategori tingkat kesejahteraan keluarga dalam penelitian penulis membagi tingkat kesejahteraan keluarga menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Kategori tinggi, jika keluarga memiliki pendapatan Rp.865.000,-

2. Kategori rendah, jika keluarga memiliki pendapatan < Rp.865.000,-3.9.2. Analisa BivariatAnalisis hubungan antara variable umur ibu, jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang program KB, dukungan dari keluarga mengenai program KB, dan tingkat kesejahteraan keluarga dengan pemakaian alat kontrasepsi, dianalisis menggunakan uji statistik chi square(x2), dimana data-data yang sudah diedit diberi kode dan ditabulasikan kemudian dimasukkan diolah dengan menggunakan komputerisasi menggunakan rumus chi square sebagai berikut:Rumus chi square:Keterangan : Keterangan:

= penjumalahan

X= chi square

O= nilai observasi pada sel tabel

E= nilai ekspektasi yang dihitung dengan rumus.6Derajat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 95% taraf kebebasan dan 0,05 jika p value 0,05 , artinya ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha diterima dan jika p value > 0,05 tidak ada hubungan secara statistik atau Ha ditolak.

Umur ibu

Pemakaian alat kontrasepsi

Jumlah anak dalam keluarga

Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pengetahuan ibu tentang program KB

Dukungan dari keluarga mengenai program KB

Tingkat kesejahteraan keluarga

Umur ibu

Jumlah anak dalam keluarga

Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pengetahuan ibu tentang program KB

Dukungan dari keluarga mengenai program KB

Tingkat kesejahteraan keluarga

Pemakaian alat kontrasepsi

P = f x100%

N

( 0-E )2

X2 =

E