BAB I II III.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Seni Tari yang merupakan salah satu bidang pelajaran seni budaya di dalam pelaksanaannya di sekolah diberlakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang para gurunya dituntut untuk mengembangkan pembelajarannya secara lebih profesional. Standar kompetensi dalam kurikulum kesenian khususnya seni tari di lingkungan sekolah SMP adalah mengapresiasi karya seni tari, dan mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Ketika siswa mengapresiasi karya seni tari guru tidak terlibat secara aktif memberikan penjelasan akan amatan siswanya, yang dilakukan sekedar memberi sekilas pengantar mengenai amatan yang sedang dicermati siswa. Demikian pula ketika siswa melaksanakan kegiatan mengekspresikan karya seni tari, guru kurang teliti mencermati setiap gerak tari yang dilakukan siswanya, evaluasi yang dilakukan secara global. Sekedar memberi tugas tanpa memotivasi dan kurang memberi penjelasan dan contoh-contoh kepada siswanya, sehingga siswa tersebut memahami akan tugas yang diberikan gurunya. Akibatnya, siswa hanya melakukan imitasi terhadap gerak-gerak yang pernah dipelajarinya, tanpa memberi variasi dan pengembangan gerak yang pernah dipelajarinya. Dari beberapa pengamatan yang pernah dilakukan peneliti kehidupan berkesenian (khususnya seni tari) di sekolah masih sangat memprihatinkan. Kendala yang dihadapi di sekolah maupun masyarakatnya perlu dikaji dalam suatu penelitian. Hasil wawancara dengan beberapa guru seni dan budaya SMP Kabupaten Gunungkidul DIY, guru kesenian khususnya seni tari dalam melaksanakan pembelajaran tari belum pernah memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar sekolah, atau membuat karya tari dari hasil amatan alam dan lingkungan sekitarnya dengan mengajak para siswanya untuk mengamati fenomena lingkungan alam yang ada di sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa yang dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kreativitas siswa. Pembelajaran tari yang dilakukannya masih bersifat imitatif dari karya tari seniman/orang lain. Kegiatan untuk meningkatkan kualitas kemampuan guru dalam kreativitas tari dapat dilakukan dengan kegiatan berekspresi seni melalui lingkungan sekitar sekolah. Dari penjelajahan terhadap lingkungan sekitar dapat dihasilkan banyak tema, objek amatan, pengembangan imajinasi, yang dapat memberikan pembelajaran kreatif estetis dan berekspresi. Guru seni tari di di Kabupaten Gunungkidul kurang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah dalam upaya memberi motivasi dan meningkatkan pengalaman estetis, serta kemampuan mengapresiasi seni tari dalam proses penciptaan tari yang dapat dilakukan melalui penjelajahan gerak dengan berbagai amatan dari benda dan kehidupan lingkungan sekitar sekolah, lingkungan perbukitan gunung kapur, pepohonan, dan seterusnya. Melalui penjelajahan alam lingkungan sekitar memberikan dampak akan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas semua ciptaan di bumi ini, meningkatkan kepedulian dan menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan sekitarnya. Ketika siswa berada di bawah pohon di lingkungan sekitar sekolah, mereka dapat merasakan keteduhan, kesejukan, kepanasan, kebersamaan, dengan mengekspresikan kedalam gerak sesuai dengan yang dirasakannya.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tindakan sebagai upaya peningkatan kreativitas guru seni tari SMP di Kabupaten Gunungkidul DIY dalam proses belajar mengajar seni tari di sekolah. Dengan terlibatnya guru seni tari SMP Kabupaten Gunungkidul dalam pembelajaran tari secara langsung melalui penjelajahan terhadap lingkungan sekitar sekolah, kemungkinannya dapat meningkatkan keterampilan mengolah dan mengekspresikan gerak tari dalam koreografi lingkungan.B. Perumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah upaya dalam meningkatkan kreativitas guru seni tari dalam pembelajaran tari melalui koreografi lingkungan?C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan kreativitas guru seni tari SMP Kabupaten Gunungkidul DIY dalam pembelajaran tari melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitar sekolah. Meningkatkan kinerja guru tari dalam pembelajaran tari melalui kreativitas kinestetik. D. Manfaat Penelitian1. Bagi para guru seni tari penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi

dalam upaya meningkatkan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar tari di sekolah melalui koreografi lingkungan. 2. Bagi peserta didik pembelajaran tari yang diberikan gurunya dapat meningkatkan kemampuan mengekspresikan seni tari melalui pengamatan lingkungan sekitar dan memberikan keseimbangan emosionalnya.3. Peneliti dapat memberikan referensi masukan tentang pembelajaran tari melalui koreografi lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan inspirasi dalam dalam proses belajar mengajar seni tari di SMP yang kreatif dan inovatif. 4. Bagi pemerhati pendidikan dan penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penindaklanjutan penelitian yang membahas upaya meningkatkan kemampuan kreativitas tari melalui model pembelajaran tari melalui lingkungan sekitar yang berguna bagi perkembangan bidang seni tari khusus untuk anak SMP. 5. Memberi motivasi bagi sekolah untuk melakukan kegiatan berkesenian khususnya seni tari di lingkungan sekolah.BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIRA. Kajian Teoritik

1. Kreativitas

Salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia adalah perwujudan diri dengan berkreasi, hal tersebut juga ditekankan oleh Maslow 1968 (melalui Munandar 1987: 45-46) menekankan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya, berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan kemampuannya.

Kreativitas (berpikir kreatif) sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Kemampuan menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman hidup yang dituangkan dalam karya kreatif, yang dikerjakan dengan menggabungkan unsur-unsur menjadi sesuatu yang baru, atau membuat kombinasi baru dari hal-hal yang ada.

Munandar ( 1987: 50-51) mengemukakan bahwa secara operasional kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Mampu memberikan penilaian dari dari satu obyek, situasi, melalui sudut pandang yang berbeda. Mengembangkan kreativitas selalu menuntut untuk dapat memikirkan bermacam-macam kemungkinan jawaban, gagasan, suatu masalah dengan tidak hanya memberikan satu jawaban.

Ciri afektif yang menentukan seseorang kreatif antara laian: rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko jika membuat kesalahan atau dikritik orang, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, dapat menghargai diri sendiri maupun orang lain.

Kreativitas merupakan kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna (Chandra, 1994: 17-24).

Menurut Alma M Hawkins (Hadi, 2003: 23-24) pengalaman-pengalaman tari yang memberikan kesempatan bagi aktivitas yang diarahkan sendiri, serta memberi sumbangan bagi pengembangan kreatif, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama, yaitu eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Masing-masing klasifikasi aktivitas ini akan disusun sesuai dengan tingkat perkembangan seseorang.

Dalam penilaian kreativitas, keberhasilan dilihat dari kemampuan untuk menampilkan hasil kerja kreatif, menggabungkan dan mengombinasikan berbagai elemen secara unik, sehingga melahirkan berbagai karya alternatif, secara individu maupun kelompok (Suyanto, 2000: 162).Menurut Bagong Kussudiardja (dalam Murti, 1993: 178) proses penemuan pola, penemuan bentuk, dan ide baru adalah salah satu wujud kreativitas. Demikian pula, penyusunan dan pengolahan pola dan ide yang sudah ada, pengintegrasian faktor-faktor yang baru atau menggarapnya dalam suatu susunan yang baru merupakan wujud kreativitas. Penemuan, pengolahan, atau penggarapan yang baru tersebut tidak semata-mata dilandasi keinginan untuk sekedar berbeda dibandingkan yang lain. Tetapi, memang sudah menjadi bagian yang utuh dari suatu proses kreatif. Garapan tari lahir dari beberapa dorongan dan berbagai macam alasan, yang meliputi, alasan teknis, estetika, tema, politik, edukatif dan kreativitas (Kussudiardja, 2000: 45).

2. Pembelajaran Pembelajaran (Ahmadi dkk, 1991: 64) adalah suatu aktivitas atau proses belajar-mengajar yang di dalamnya terdapat dua subjek, yaitu pengajar dan peserta didik, yang merupakan totalitas aktivitas belajar-mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Gulo (2002: 71-75) pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang terencana, terarah, yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Suatu proses informasi yang ditemukan peserta didik dalam peningkatan kemampuan melalui kegiatan belajar-mengajar.

Pembelajaran tari merupakan proses yang dilakukan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa ketika pembelajaran tari berlangsung. Sebagai alat untuk menciptakan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar. Model yang dipilih sebaiknya diarahkan untuk dapat merangsang siswa berpartisipasi secara aktif di dalam kelas dan belajar mandiri. Pengajar harus dapat berperan menempatkan tari sebagai kegiatan yang menarik, menghibur, menyenangkan, dan mendidik siswa (Widyastutieningrum, 2003: 23).

Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses belajar-mengajar yang di dalamnya ada dua subjek, yaitu guru dan anak didik, dengan aktivitas belajar-mengajar yang diawali perencanaan dan diakhiri evaluasi. Proses belajar-mengajar dapat berjalan efektif jika seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses belajar-mengajar saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Depdikbud, 1994: 4-5). Pembelajaran mempunyai beberapa komponen, meliputi: pengajar (guru), siswa (pembelajar, peserta didik), tujuan, materi, metode, sarana, dan evaluasi. 1). Pengajar (Guru)

Dalam proses belajar-mengajar peranan guru diperlukan. Segala tindakan guru akan diwarnai oleh kepribadiannya. Guru bertanggung jawab untuk menyediakan lingkungan yang serasi agar terjadi proses belajar yang efektif, memberi bimbingan, arahan cara belajar, dan motivasi kepada peserta didik untuk membangkitkan minat dan menumbuhkan cita-citanya. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan, dan mengevaluasinya. Kualitas pembelajaran bergantung pada cara guru menyajikan materi, kemampuan memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa, lingkungan yang tersedia, dan kondisi pada saat belajar-mengajar berlangsung.

Dalam melaksanakan tugasnya, guru diharapkan terampil melaksanakan proses belajar-mengajar, mau memahami, melaksanakan tindak lanjut dari proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan, seperti usaha memperbaiki pembelajaran dengan pengalaman yang diperolehnya, dan mau mencari model pembelajaran yang lebih produktif (Sudjana, 1991: 18-19).

Kussudiardja (1993: 58-59) menyatakan bahwa seorang guru tari atau pengajar tari harus menempa diri mencapai tataran penguasaan teknik menari sekaligus pemahaman secara tepat hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerak yang dilakukan oleh anggota tubuh manusia dan pendalaman rasa yang diungkapkan melalui ekspresi tubuhnya. Pengajar tari adalah seseorang yang memberikan materi tari kepada siswa. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat menari secara baik, menguasai materi tari, baik secara teknik maupun ungkap kepenarian (Widyastutieningrum, 2003: 21). Syarat utama pengajar tari adalah dapat mengajar tari, memahami materi tari yang disampaikan, dan dapat memilih materi tari yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kejiwaan siswa.

2). Peserta Didik (Siswa)

Peran siswa di dalam proses belajar-mengajar adalah berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan guru. Di dalam proses belajar-mengajar siswa mengalami proses perubahan untuk menjadikan dirinya sebagai individu dan personal yang mempunyai kepribadian dengan kemampuan tertentu (Gulo, 2002: 23).3). Tujuan

Program pembelajaran adalah perangkat kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan. Peran tujuan adalah menentukan arah proses belajar-mengajar, memberikan pegangan dan petunjuk terhadap pemilihan materi pelajaran, menetapkan metode, sarana, penilaian proses dan hasil belajar (Nasution, 1994: 17-26).

4). Materi

Materi merupakan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Materi pelajaran (Sudjana, 1991: 67) adalah isi pelajaran yang diajarkan atau dipelajari oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang pada hakekatnya adalah isi dari mata pelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan.

Pemilihan materi tari yang diajarkan (Widyastutieningrum, 2003: 22) disesuaikan dengan perkembangan kemampuan dan kejiwaan anak didik dari tingkat pemula sampai tingkat utama. Materi yang disampaikan dapat dikelompokkan menurut tingkat kesulitannya.

5). Sarana

Sarana pembelajaran merupakan alat peraga, alat pelajaran, media pembelajaran, dan semua fasilitas yang menunjang proses belajar-mengajar. Menurut Suryabrata (1980: 86) sarana pembelajaran adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, agar pencapaian tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Berbagai peralatan (papan tulis, over head projector, slide, audio tape, video tape) dipakai guru untuk merangsang pikiran, perasaan, dan perbuatan siswa, dalam mengikuti pelajaran (Usman, 1998: 75). Alat pengajaran berfungsi sebagai perantara untuk menerima informasi, pengetahuan, materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya (Sugiyono, 1999: 61).

3. Tari Tari sebagai salah satu bentuk kesenian merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan tubuh yang telah mengalami pengolahan, stilirisasi, atau distorsi, yang terwujud menjadi ungkapan estetis alami. Sebagai sebuah seni komunikatif, tari menurut Hawkins (melalui Hadi, 2003: 3), menggunakan gerak sebagai materinya yang berbeda dengan gerak keseharian. Gerak tari melalui perombakan yang telah dipindahkan dari yang wantah diubah bentuknya menjadi seni.

Pencipta menangkap esensi dari pengalaman indera yang khusus, yang kemudian menggunakan gerakan baru dan imajinatif, tersusun dalam sebuah tarian yang akan membangkitkan respon perasaan. Terkadang, terciptanya tari oleh seniman tari untuk menghasilkan sesuatu yang secara estetis memuaskan, dan dari adanya sebuah kebutuhan internal guna melampiaskan elemen-elemen tertentu dari berbagai pengalamannya, dengan membuat sebuah pernyataan melalui bentuk.

Memberikan wujud terhadap yang dilihat, ditangkap, dirasakan, dan pahami secara imajinatif adalah kebutuhan terus-menerus dari manusia. Suatu dorongan dari dalam yang mendesak untuk menyusun elemen-elemen khusus dari pengalaman menjadi sesuatu yang bermakna, menata sesuatu yang tidak tertata, dan menciptakan bentuk dari kesemrawutan.

Tari di dalam masyarakat menjadi cermin dari masyarakat itu, sekaligus berfungsi sebagai gerbang estetis (Doublar, 1985). Dalam perwujudannya selalu diikuti dengan simbol perasaan sebagai formasi pengalaman emosional. Oleh karena itu, makna yang disampaikan oleh seni bukan untuk dimengerti, tetapi diresapi. Makna yang terkandung dalam seni adalah makna ganda (Rohidi, 2000: 83-87) bersifat multi-interpretatif. Selalu tersembunyi subjektifitas seniman sebagai faktor penentu yang dikomunikasikan keluar secara halus dengan suatu persentuhan rasa yang kental, dengan menularkan kesan dan pengalaman seniman kepada publik untuk mengalami nilai-nilai keindahan.

Tari merupakan sebuah bentuk karya seni yang bercirikan penggunaan anggota tubuh sebagai alat ekspresi. Dalam bidang pendidikan Dance Direction (Young, 2001: 1) seni tari dimanfaatkan untuk membantu pertumbuhan peserta didik dan menyatukan aspek fisik, mental, dan emosional. Meskipun seni tari paling sedikit dipelajari dibanding seni lainnya, tari dianggap sebagai suatu aktivitas yang tercakup dalam kurikulum pendidikan fisik yang dikenal sebagai bentuk karya seni, sejajar dengan musik, drama, dan seni rupa yang patut dipelajari.

Tari memiliki medium ekspresi yang unik, yaitu gerak. Keunikan yang lain adalah kekuatannya untuk menggugah emosi melalui perbendaharaan geraknya, membangkitkan rasa kinestetik, dan kemampuannya untuk mengungkapkan kelembutan jiwa dan raga. Namun, bahasa tari juga mempunyai keterbatasan, sehingga tidak dipaksakan untuk berkomunikasi di luar jangkauannya Humphrey (1987: 34). Dalam menggarap sebuah koreografi, penata tari (koreografer) melakukan cara dengan mempergunakan perbendaharaan pola-pola gerak tradisi yang telah ada sebelumnya (Murgiyanto, 1981 : 4). Sedangkan yang dilakukan pencipta tari dalam pencarian nilai gerak baru adalah berdasarkan pencarian dan pengembangan gerak yang belum terpola sebelumnya, yang di antaranya dapat dilakukan dengan pencarian dari sumber gerak yang terdapat di alam sekitar dari kehidupan sosial manusia.

Dalam proses garapan tari (Hawkins, 1999: 15-16) karya yang terwujud akan mengalami beberapa tahapan kerja yang meliputi: eksplorasi atau penjelajahan, sebagai pengalaman untuk menanggapi beberapa objek dari luar, termasuk juga berpikir, berimajinasi, merasakan, merespon, Improvisasi, memberikan kesempatan yang lebih besar untuk berimajinasi, seleksi, dan penciptaan dari eksplorasi. Komposisi, merupakan tahap penggabungan elemen gerak, musik, busana, dan elemen estetis lainnya yang saling mendukung untuk dikemas menjadi satu sajian koreografi yang utuh.

4. Koreografi Lingkungan

Koreografi Lingkungan merupakan adaptasi dari Teater Lingkungan temuan Richard Schechner (Yudiaryani, 2002: 320-331) yang memanfaatkan alam lingkungan sebagai penunjang estetis pertunjukan, ruang eksperimentasinya di ruang masyarakat. Misalnya eksplorasinya di lingkungan sekolah, lapangan, taman, pasar, maka latihan dan pertunjukannya dapat digelar di tempat itu atau di sekitarnya yang tidak mengganggu aktivitas orang lain.

Sardono W. Kusumo (2004) dalam tulisannya Hanuman, Tarzan, Homo Erectus Menunjukkan keluasan pergaulannya serta interaksinya dengan berbagai pribadi seniman tradisional dan lingkungan yang diangap sebagai guru dan mempunyai arti penting dalam proses penemuan jati diri Sardono sebagai koreografer yang memiliki ketajaman pengamatan yang holistik dan persepsinya yang liar kadang di luar dugaan, sehingga koreografinya selalu mengungkapkan aspek hubungan antara kemanusiaan dengan lingkungan secara mendasar dan hakiki. Menumbuhkan kesadaran bahwa koreografer harus selalu dalam kondisi berproses kreatif pada setiap langkah kehidupannya, bukan hanya pada saat akan berkarya saja, dengan demikian semakin terasah tajam pisau analisisnya. Pencarian gagasan dapat dilakukan dengan terjun langsung ke masyarakat, karena pengalaman empiris atau yang dialami sendiri merupakan suatu pengalaman yang berharga bagi perancang. Pencarian tema terjadi di ruang-ruang di masyarakat yang terbagi atas beberapa kategori, yaitu: ruang publik (pasar, lapangan, jalan raya, pertokoan, dan seterusnya), ruang komunitas (tempat pembuatan batik/seni kriya/patung/genteng/batu bata/pasir, pembuangan sampah dan lain-lain), ruang pribadi (rumah, halaman rumah yang masih ditempati, dan setrusnya), ruang khusus (sumber air, sungai, telaga, tebing, sawah, dan lain-lain), ruang arsitektural (candi, bangunan kuna, istana raja, rumah adat, pura). Gagasan yang ditemukan di lokasi akan unik karena tidak akan ditemukan lagi di ruang lain, gagasan dapat dipetik dari hal-hal kecil dari kehidupan masyarakat yang sebelumnya tidak menjadi perhatian.

5. Motivasi

Motivasi adalah bagian inti dari sebuah kompoisisi tari, yang merupakan dorongan untuk bergerak barangkali berasal dari sebuah sumber yang terjalin lembut yang sifatnya sangat halus dan ringkih tetapi cukup kuat menimbulkan terjadinya sesuatu (Humphrey dalam sal Murgiyanto, 2000: 13).

Motivasi (Sastrapradja, 1978: 330) merupakan latar belakang pendorong seseorang untuk berbuat. Dorongan itu merupakan alasan yang berhubungan dengan kebutuhan maupun keinginan untuk mencapai tujuan. Kemauan yang lebih besar untuk bertindak orisinal, menemukan hal-hal baru (Chandra 1994:102).B. Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran tari yang selama ini dilakukan guru seni tari adalah metode ceramah dan demonstrasi. Dalam pembelajaran tari yang mengarah pada kompetensi apresiasi dan ekspresi, sebagian kecil guru seni tari belum memberikan variasi dan pengembangan dalam proses berkreasi seni tari, sebagian besar melakukan pembelajaran tari secara imitasi, interaksi terbatas dua arah, tanpa dilanjutkan dengan diskusi. Sekedar membuat pola lantai, kurang memberikan penjelasan dan pemahaman akan pengembangan geraknya kepada siswa. Tindakan yang dilakukan melalui PTK (penelitian tindakan kelas) dengan memberikan latihan atau praktik secara terus menerus. Dengan mencermati tahap penggarapan tari dan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar sekolah, yang diekspresikan melalui gerak yang dihasilkan dari pengembangan imajinasi guru melalui visual dan pengalaman pribadi, diharapkan akan menghasilkan ciptaan tari yang kreatif dan inovatif.

Guru seni tari SMP Kabupaten Gunungkidul yang terlibat dalam PTK, sudah mempunyai bekal pengetahuan praktik tari (gaya Yogyakarta, Surakarta, kreasi baru), tentang komponen pemilihan tema, pemilihan tempat/lokasi pertunjukan. Sudah memahami tahap penciptaan tari yang meliputi eksplorasi, improvisasi, evaluasi, komposisi. Selanjutnya membuat koreografi kelompok untuk memudahkan proses pembuatan desain lantainya. Untuk mempercepat proses pembuatan iringan tarinya guru seni musik SMP Gunungkidul membantu dalam proses pembuatan iringan tarinya.

PTK yang dilakukan dalam kelompok diharapkan dapat terlihat peningkatan kreativitas guru seni tari dalam pembelajaran tari melalui koreografi lingkungan. Pada awal tindakan tim peneliti menyamakan persepsinya terhadap pengetahuan tentang koreografi lingkungan, pemberian tahap perancangan musik lingkungan, pemahaman tentang desain busana dari bahan alam, sebagai bekal awal mengantarkan guru seni tari dalam berproses kreatif. Sehingga para guru seni tari dalam menjajaki lingkungan sekitar dan membentuknya dalam sebuah rangkaian gerak tari (koreografi), dapat berjalan dengan lancar dan lebih efisien. C. Hipotesis Tindakan

Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis tindakan: Pembelajaran seni tari melalui koreografi lingkungan dapat meningkatkan kreativitas para guru seni tari dalam melakukan kerja kreatifnya, mendapatkan pengalaman baru dalam proses penggarapan tari yang diawali dengan eksplorasi gerak. Selanjutnya dapat merangkaikannya (menyusunnya) pada tahap penggarapan komposisi yang bersumber dari pengamatan terhadap lingkungan sekitar sekolah, sehingga dapat menghasilkan karya tari yang lebih bervariasi. Pembelajaran tari yang dilakukan guru seni tari pada tahap kreativitas dapat memberikan pengalaman baru dan pengembangan kreatif dalam pembelajaran tari di sekolah.

BAB III

METODE PENELITIANA. Setting Penelitian

PTK ini dilaksanakan di SMPN 3 Playen Kabupaten Gunungkidul, merupakan penelitian tindakan (action research) partisipatif karena peneliti juga terlibat dalam proses penelitian dari awal hingga akhir. Lokasi yang dipilih merupakan pusat pertemuan para guru seni budaya SMP Kabupaten Gunungkidul disela-sela waktu mengajarnya. Letaknya tidak begitu jauh dari loksai sekolah para guru yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum maupun pribadi, karena terletak di pinggir jalan raya Wonosari.

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan mulai bulan Juni sampai dengan akhir September 2011, dilaksanakan mulai menjelang liburan puasa sampai siswa masuk kembali ke sekolah. Dengan frekwensi pelaksanaan tiap minggu satu kali tatap muka dengan durasi waktu setiap tatap muka empat jam. B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 27 orang guru Seni Budaya, yang terdiri atas 17 orang guru seni tari dan 10 orang guru seni musik SMP Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Masing-masing terbagi menjadi dua kelompok terdiri atas satu kelompok (17orang) sebagai penyaji tari, dan satu kelompok (10 orang) sebagai pengiring tari. C. Kolaborator Penelitian

Sebagai kolaborator adalah dosen tari/tim peneliti dan seorang guru tari SMP Kabupaten Gunungkidul, fasilitator ketua MGMP seni tari SMP Kabupaten Gunungkidul. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pemberi tindakan atas subjek penelitian.

Kolaborator penelitian ini adalah adalah Sri Sudaryati, S.Pd., M.M. (ketua MGMP Seni Tari SMP), dan fasilitator Agus Supriyono, S.Pd. (guru seni budaya SMPN 3 Playen). Tugas fasilitator dan kolaborator dalam penelitian ini membantu peneliti membuat perencanaan, melaksanakan monitoring selama penelitian berlangsung, memberi masukan pada peneliti, melaksanakan evaluasi dan refleksi, mendiskusikan hasil rangkaian bagian perbagian sesuai tema tari yang diangkat berikut gerak tarinya dan iringan tari, serta permasalahan yang dihadapi untuk dicari pemecahannya. D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan PTK yang dilakukan di kelas yang bertujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dirancang untuk memberdayakan partisipan. Pada penelitian yang dilakukan peneliti ini untuk meningkatkan kreativitas guru seni tari SMP Kabupaten Gunungkidul dalam pembelajaran tari melalui lingkungan sekitar sekolah.

Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 Siklus atau 2 putaran, yang masing-masing terdiri dari 4 tahap yang meliputi; perencanaan, implementasi tindakan, observasi, refleksi dan evaluasi. Tahapan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Tindakan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini peneliti dan kolaborator melakukan kegiatan sebagai berikut: a) Mengidentifikasi lokasi sekolah yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum maupun sepeda motor; b) Merencanakan pelaksanaan proses kreativitas dalam pembelajaran tari melalui lingkungan sekitar sekolah; c) Mempesrsiapkan angket dan alat bantu observasi (camera foto, video, dan sebagainya); d) Mempersiapkan pemateri musik lingkungan untuk meningkatkan aktivitas peserta dalam membuat iringan tari; e) Mendiskusikan dengan kolaborator langkah-langkah dalam proses pembelajaran tari yang meliputi materi pembuatan kaya tari secara kolektif (satu kelompok), metode, media dan evaluasi.b. Implementasi Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui dua putaran (siklus):

a. Siklus pertama, pelaksanaan penjelajahan lingkungan sekolah yang dituangkan dalam komposisi tari kelompok dipadukan dengan ekspresi gerak, irama, dan penjiwaan, serta pemanfaatan situasi lingkungan sekolah. Pemberian materi tentang koreografi lingkungan dilakukan secara teori dan praktik, pengetahuan tentang bahan busana yang bernuansa lingkungan, serta penyusunan iringan musik lingkungan. b. Siklus kedua, tindak lanjut dari hasil penjelajahan lingkungan sekitar pada tahap komposisi yang dituangkan dengan menggabungkan desain atas, menmbentuk desain lantai dan mengharmonisasikan dengan iringan tarinya.Pada siklus pertama dilakukan 6 kali pertemuan, pada siklus kedua dilakukan 6 kali pertemuan. Jika dalam satu putaran (Siklus) belum diperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka di tindaklanjuti dengan Siklus berikutnya, dengan pembenahan dan evaluasi. Demikian seterusnya sampai kreativitas guru meningkat dalam pembelajaran tari yang diberikan melalui koreografi lingkungan, yang selanjutnya didokumentasikan melalui rekaman video sebagai hasil dari wujud pembelajaran tari melalui koreografi lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran tari untuk para guru tari SMP dan bahan evaluasi. c. Observasi

Dalam kegiatan observasi, peneliti, anggota peneliti dan kolaborator melakukan observasi menjajaki dan mencari kemungkinan gerak dari eksplorasi pengamatan lingkungan sekitar, monitoring selama proses kegiatan Siklus I, memberikan catatan dan evaluasi selama proses pelaksanaan. d. Refleksi dan Evaluasi

Setelah melakukan kegiatan observasi, dilanjutkan dengan kegiatan refleksi terhadap implementasi tindakan yang didasarkan atas hasil monitoring, hasil setiap tindakan dan pengamatan yang dievaluasi dan diinterpretasikan tentang susunan tarinya pada siklus 1. Mendiskusikan dan memberikan materi susunan tarinya, memberikan rangkaian koreografi lingkungan pada pengahayatan situasi dari lingkungan sekitar sekolah, yang berkoordinasi dengan gerak seluruh badan baik pada bagian kaki, tubuh, tangan, maupun kepala sebanyak 3 kali pertemuan. Merangkai komposisi geraknya dengan desain lantai dan menyusun iringan tarinya sebanyak 3 kali pertemuan. Melakukan pertimbangan pada pelaksanaan siklus 2. Pada siklus 2 menyusun desain lantai sebanyak 2 kali pertemuan, penyatuan iringan tari dengan temuan hasil rangakaian koreografinya sebanyak 4 kali pertemuan.

Skema proses penelitian tindakan dapat dilihat pada gambar berikut ini.Gambar 1: Skema Penelitian Tindakan (Arikunto, 2007:16)

2. Tindakan Siklus II

Pada tindakan Siklus II terdiri atas 4 tahap yang meliputi: perencanaan, implementasi tindakan, observasi, refleksi, dan evaluasi. Perbedaan tindakan antara kedua siklus terletak pada perubahan yang dihasilkan. Pada Siklus II merupakan refleksi yang telah dilakukan pada Siklus I yang dimungkinkan adanya perbaikan.

Pada Siklus 2 peneliti memberikan motivasi terhadap hasil koreografi dari eksplorasi melalui lingkungan sekitar pada pengahayatan situasi dari lingkungan sekitar sekolah SMPN 3 Playen, menyusun desain lantai sebanyak 2 kali pertemuan, dengan penyatuan iringan tari terhadap rangkaian koreografinya sebanyak 4 kali pertemuan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan proses kreatif dalam menyusun gerak tarinya yang dipadukan dengan pendukung tari.

E.Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan alat dan teknik pencatatan data yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian berupa catatan hasil observasi dari kolaborator, wawancara, dan deskripsi tentang proses eksplorasi alam sekitar dengan hasil penemuan geraknya. Pengamatan terhadap bentuk gerak dengan situasi di lingkungan sekitar SMPN 3 Playen, baik secara langsung yang menjadi obyek pilihan guru seni tari, maupun melalui media video yang ditayangkan sebagai contoh pengamatan lingkungan sekitar pedesaan, sungai, perbukitan. Pengamatan dititik beratkan pada aktivitas guru seni tari dalam proses kreativitas tari (koreografi), untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi guru seni tari selama proses tindakan, perubahan aktivitas, dan kreativitasnya selama berlangsungnya kegiatan.

Kegiatan wawancara dilakukan dengan bertatap muka mendengarkan secara langsung keterangan, informasi, kesulitan yang dihadapi selama berlangsungnya kegiatan. Wawancara secara terbuka dilakukan terhadap kolaborator dan peserta guru seni tari pada setiap kali tatap muka dengan observasi secermat mungkin kejadian yang sedang berlangsung, untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan motivasi dan pembelajaran tari. Catatan harian digunakan untuk mencari data, mencatat kejadian yang berlangsung pada setiap tatap muka, mencatat kesulitan yang dihadapi yang selanjutnya dibuat rencana pemecahannya. Tes hasil akhir berupa penampilan subjek penelitian pada penyajian hasil komposisi tari yang didokumentasikan sebagai bahan evaluasi proses kreatifnya. Hasil angket untuk mengetahui peningkatan kreativitas dan motivasi subjek penelitian dalam pembelajaran tari melalui lingkungan sekitar sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif, dengan mendeskripsikan hasil kreativitas dalam pembelajaran tari melalui koreografi lingkungan. Analisis data dilaksanakan terus menerus selama berlangsungnya proses kreatif, dari awal tindakan sampai dengan akhir tindakan dan analisis hasil. Analisis proses merupakan analisis tentang proses kreatif dalam pembuatan tari melalui lingkungan sekitar sekolah, sedangkan analisis hasil adalah hasil penerapan kreativitas seni tari dalam pembelajaran tari melalui koreografi lingkungan.G. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini sebagai berikut.

1. Meningkatnya aktivitas guru seni tari dalam mengikuti pembelajaran tari melalui koreografi lingkungan yang terlihat dari ekspresi peserta penuh semangat di dalam proses kreatif dalam menjelajahi gerak pada tahap eksplorasi, menerapkan hasil eksplorasi dalam improvisasi, dan merangkainya dalam bentuk komposisi kelompok.2. Meningkatnya apresiasi dan ekspresi guru dalam pengembangan kreatif seni tari melalui lingkungan sekitar sekolah yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran tari di sekolah.3. Meningkatnya kemampuan guru seni tari dalam penguasaan materi pembelajaran koreografi lingkungan yang diwujudkan dengan penampilan hasil karya tari kelompok dengan variasi dan pengembangan desain atas, irama, penjiwaan, membentuk desain lantai, dan memadukannya dengan musik iringan tari hasil tatanan peserta guru seni musik, serta mengharmonisasikan dengan busana yang bernuansa lingkungan yang dikenakan dalam penyajian hasil kreativitasnya.

H. Validitas Data

Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas proses, validitas hasil, validitas demokratik. Validitas proses dicapai dengan pengamatan pelaksanaan tindakan yang dilakukan dari awal sampai akhir dalam proses kreatif melalui lingkungan sekitar SMPN 3 Playen Gunungkidul. Untuk mengetahui kesulitan guru dicatat sebagai dasar menentukan langkah-langkah tindakan dalam mengatasinya dan mendiskusikan dengan kolaborator. Validitas hasil dicapai melalui hasil tindakan dari dua Siklus tindakan. Hasil tindakan Siklus I dapat dilihat kekurangan yang ada, kemudian ditindak lanjuti pada Siklus II. Validitas demokratik dicapai melalui diskusi dengan kolaborator untuk mencari titik temu di dalam memecahkan masalah-masalah terhadap kesulitan yang dihadapi guru.

PERENCANAAN

SIKLUS I

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

PENGAMATAN

REFLEKSI

SIKLUS II

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

Peningkatan Kreativitas Guru Seni Tari

SMP Kabupaten Gunungkidul

Dalam Pembelajaran Tari Melalui Koreografi Lingkungan

25