View
515
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teknik pewarnaan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Asam
Untuk mengetahui ketahanan larutan cat dasar terhadap asam.
Apabila larutan cat dasar tahan terhadap asam, berarti cat dasar tersebut mempunyai
kemampuan untuk tidak berubah sifat warnanya walaupun ditambah dengan asam
sulfat maupun asam formiat.
Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air.
1.2 Ph larutan cat dasar kulit
Mengetahui pH berbagai larutan cat dasar kulit, sehingga perilaku dalam proses
pewarnaan dapat ditentukan.
Metode ini digunakan untuk semua cat dasar kulit yang larut dalam air seperti cat
asam, direct, sulfur, reaktif dan lain-lain
1.3 Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Air Sadah
Untuk mengetahui kestabilan larutan cat dasar terhadapair sadah.
Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air.
1.4 Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Basa
Untuk mengetahui ketahanan larutan cat dasar terhadap basa.
Apabila larutan cat dasar tahan terhadap basa, berarti cat dasar tersebut pada proses
pewarnaan dasar yang dimulai dengan netralisasi mempunyai kemampuan untuk tidak
berubah sifat warnanya terhadap bahan netralisasi yang dipakai.
Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tujuan Dan Faktor Yang Mempengaruhi Cat Dasar Kulit
a. Tujuan Pewarnaan Kulit
Memberikan warna dasar pada kulit sesuai dengan standar yang ditetapkan baik
nasional, internasional terutama yang berhubungan dengan karakteristik uji fisik,
organoleptik, kimia, termasuk persyaratan yang berhubungan dengan penggunaan jenis
dyestufnya. (Eddy purnomo)
Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memberikan warna dasar pada kulit agar
pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal sehingga cat tidak mudah pecah, dan
apabila tergores atau retak tidak mudah terlihat.
untuk kulit yang tidak diberi cat tutup, cat celup ini berguna untuk memberi warna,
memperindah dan mempertinggi daya tarik kulit, misalnya untuk kulit sued, kulit
sarung tangan yang dapat dicuci,dll.
Warna dari kulit dapat ditentukan dari proses-proses yang meliputi pengecatan secara
sintetis, alami, pigmen dan kombinasi antara pigmen dan cat.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Cat Dasar Kulit
Selain sifat bawaan karena perbedaan struktur molekul internal yang berbeda untuk
setiap warna, dyeing juga dipengaruhi oleh factor external yaitu:
1. Temperature
Temperatur yang semakin tinggi akan menyebabkan cat dasar
semakin mudah larut, keadaan tersebut akan menyebabkan distribusi dan
daya ikat semakin baik tetapi penetrasi cat berkurang, suhu air digunakan
pada pengecatan dasar adalah sekitar 80o C dan suhu yang lebih tinggi
akan menyebabkan tenaga ionik cat memberikan daya pengikat yang
lebih cepat dibanding pada suhu lebih rendah, sehingga dengan naiknya
pengikat akan menyebabkan penetrasi cat ke dalam kulit cenderung lebih
sulit.
2. Konsentrasi
Konsentrasi cat yang tinggi akan memberikan warna yang tua pada
permukaan kulitnya, walaupun demikian kalau jumlah airnya yang
2
digunakan tidak mencukupi kulit akan mengalami aksi putaran drum yang
kuat, menyebabkan lebih longgarnya struktur kulit.
Hal ini akan menaikkan distribusi cat pada bagian yang lebih
longgar tersebut atau sama artinya terjadi distribusi cat yang tidak
merata ke dalam penampang kulit dan berakibat tidak meratanya
pengecatan, jadi kalau menggunakan konsentrasi cat yang tinggi jumlah
air pun perlu ditambah, agar kulit dapat bergerak lebih leluasa
3. pH Larutan
Pada kondisi di mana kulit cenderung bermuatan anionik, biasanya
kereaktifannya cat anionik berkurang, akibatnya adalah penetrasi cat ke
seluruh penampang kulit akan lebih mudah tercapai, setelah penetrasi cat
tercapai pH kulit kemudian diturunkan jauh dari pH TIE dengan
menambah bahan-bahan yang bersifat kationik atau dengan kata lain kulit
diasamkan biasanya dengan mengasamkan cairan dyeing sampai pH di
bawah 4, pada kondisi asam akan terjadi disosiasi jumlah amina pada
rantai samping peptida protein, sehingga cat anionik akan terikat.
Untuk alasan inilah bahan-bahan kationik ditambahkan pada akhir
proses dyeing. Pada umumnya kondisi yang memberikan penetrasi yang
cepat menyebabkan pengikat yang lambat, dan warna kulit yang
dihasilkan akan lebih pucat dibandingkan pada pengecatan yang
memberikan kondisi penetrasi lambat dan pengikat yang cepat.
Penaikan pH bertujuan untuk mengurangi sifat kationik kulit,
sehingga diperoleh muatan yang seragam dan rata ke seluruh
penampang kulit. Dalam seperti ini penetrasi cat juga akan sejajar dan
merata ke seluruh penampang kulit atau dengan kata lain untuk
menaikkan pH, sifat kationik dapat berasal dari proses pengasaman atau
proses penyamakan krom, dengan berkurangnya sifat kationik kulit akibat
netralisasi akan mengurangi reaktivitas dengan bahan-bahan anionik
seperti minyak anionik, cat asam dan cat direct, akibatnya bahan-bahan
tersebut akan terdifusi lebih dalam ke seluruh penampang kulit.
4. TIE
Untuk mendapatkan dyeing yang merata ke seluruh penampang
kulit diawali pada pH titik iso elektrik. TIE merupakan nilai pH yang
3
menunjukkan bahwa jumlah muatan cation dan anion adalah seimbang
dan nilainya akan berbeda-beda, tergantung dari zat penyamak yang
digunakan. Pada pH ini muatan kulit adalah netral, di atas pH tersebut
akan terjadi disosiasi dari kelompok karboksil pada rantai samping
peptida protein kulit, sehingga akan cenderung bermuatan anionik, dan
ini akan reaktif dengan bahan-bahan cationik.
Misalnya dengan garam-garam krom basis (non masking), bahan
penyamak alumunium, cat basa, dan minyak kationik. Sedangkan di
bawah pH TIE akan terjadi disosiasi kelompok amina pada rantai samping
peptida protein kulit, sehingga kulit akan cenderung bermuatan kationik
dan reaktif dengan bahan-bahan yang bersifat anionik. Misalnya dengan
zat penyamak nabati dan sintetis, garam-garam krom yang dimasking, cat
asam dan cat direct, minyak sulfat dan minyak sufonat, serta sabun dan
bahan pembasah anionik.
5. Jenis penyamakan
Penggunaaan cat dasar juga dipengaruhi oleh penyamakan kulitnya,
cat asam menjadi gugus anion yang akan berikatan secara ionik dengan
protein kulit. Garam – garam kromium pada prinsipnya akan mengikat
gugus – gugus karboksilat dari protein kulit, sehingga kulit yang disamak
krom cenderung naik muatan kationiknya.
Selanjutnya garam – garam kromium akan terhidrolisa dengan
melepaskan asam yang juga menaikan keasaman kulit tersamaknya.
Penggunaan bahan kationik akan membuat kulit sangat kationik juga,
sehingga ikatan yang terjadi pada permukaan kulit akan mengakibatkan
pegecatan tidak merata dan tingkat penetrasi pada kulit sangat rendah.,
sedangkan kulit yang disamak nabati atau sintetis selalu bersifat anionik,
karena gugus kation terikat oleh zat penyamak sehingga mengurangi
ikatan kulit tersamaknya dengan cat dasar asam.
Akibat dari keadaan tersebut, cat asam pada penyamakan nabati
mempunyai kekuatan ikatan yamg rendah dan penetrasi akan lebih baik
serta meratanya distribusi cat pada penampang kulit, tetapi karena total
jumlah cat berkurang maka warna yang dihasilkan tampak suram dan
pucat.
4
Dari keempat faktor diatas pH merupakan faktor yang sangat berpengaruh karena pH
merupakan faktor fungsional terikatnya dyes pada serat kulit. Pengaruh pH pada larutan dyes
(sebagai garam Na) akan menyebabkan proses disosiasi akan berjalan lebih cepat karena
terbentuknya garam baru dari sisa asam dengan Na dan membentuk molekul dyes dengan
muatan negative yang segera berikatan secara ionic dengan serat kulit yang bermuatan
negatif.
6. Fiksasi
Proses pengikatan atau sering disebut fiksasi merupakan tahapan
terakhir dari proses pengecatan dasar. Proses fiksasi bertujuan untuk
mengikat molekul – molekul cat dasar pada serat kulit. Jadi, keberhasilan
proses pengecatan dasar juga tidak terlepas dari keberhasilan proses
fiksasi. Selama ini kita beranggapan bahwa fiksasi dikatakan berhasil jika
cairannya bening.secara teoritis sebenarnya tidak sesederhana itu
Proses fiksasi erat kaitannya dengan pengaturan pH. Pengaruh pH
terhadap jumlah prosentase cat yang terikat cukup besar sekali, namun
tentunya kita mengkehendaki pH fiksasi yang paling optimal sehingga
memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu setiap
cat dasar yang berbeda, maka mempunyai nilai ketahanan pH yang
berbeda pula. Dalam aplikasi umumnya pH fiksasi cat dasar reaktif adalah
8 – 9.
7. Netralisasi
Keseragaman netralisasi sangat diperlukan ( over netralisasi dan
kegagalan proses netralisasi harus dihindari.
Kenaikan nilai pH memperbaiki penetrasi cat dasar dan bahan
retanning, tetapi mengembalikan penyerapan cat dasar.
Penambahan bahan masking juga memperngaruhi penetrasi cat
dasar dan bahan retanning dan memperkecil angka penyerapan
cat dasar. Mempunyai efek pemucatan dan memperbaiki
tingkatan dari shade.
8. Retanning
Kulit jadi samak krom murni mempunyai afinitas yang tinggi
untuk cat dasar anionic.
5
Beberapa bahan penyamak ulang mengganti penyerapan dan
pengikatan cat dasar anionic.
9. Fatliquoring
Minyak sulfited atau sulfoclorined yang tinggi kemungkinan
dapat memperkecil penyerapan cat dasar
Tergantung pada macam dan jumlah komponen minyak
pengemulsi, meningkatkan penetrasi dan kenaikan bayangan
dapat dicapai dengan memperkecil dalamnya bayangan ( depth
of shade )
10. Difusi dan Afinitas
Difusi dan afinitas berhubungan secara terbalik. Afinitas tinggi,
difusi rendah, demikian sebaliknya. Afinitas semakin tinggi, jumlah yang
terikat semakin banyak. Difusi dan afinitas juga berhubungan dengan pH,
jika pH rendah maka difusi rendah tetapi afinitas tinggi, jika pH tinggi
maka difusi tinggi dan afinitas rendah. Difusi berhubungan dengan
tetapan disosiasi catnya, jika ketetapan disosiasi besar, maka yang
termion besar sehingga difusi tinggi.
11. Dyeing auxiliaries
Produk anionik mempunyai efek peningkatan pada cat dasar anionik
dan efek pengikatan pada cat dasar kationik. Produk kationik mempunyai
efek peningkatan pada cat dasar kationik dan efek pengikatan pada cat
dasar anionik
2.2 Zat Warna
Dyes atau zat warna adalah komponen molekul organic yang memiliki kumpulan
senyawa inti tak jenuh yang disebut kromofor yang bergabung dengan komponen lain dimana
gabungan ini disebut kromogen serta gugus substantive yang berfungsi sebagai penguat
warna dan memperbaiki substantifitas ikatan dengan substratnya ( serat kulit, kertas, sutra,
katun, poliamida, dll ) yang disebut auksokrom.Pada tahun 1876 Witt menyatakan bahwa
molekul zat warna merupakan gabungan zat organik yang tidak jenuh, kromofor sebagai
pembawa warna dan auksukrom sebagai pengikat antara warna dengan serat.
6
Zat organik yang tidak jenuh dan dijumpai dalam pembentukan molekul zat warna
adalah senyawa aromatik. Dalam suatu pewarnaan karakter dan sifat zat dan pH larutan
warna sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur, diantaranya adalah zat organik tak jenuh,
kromofor dan auksokrom, diantara ketiga hal tersebut yang sangat berpengaruh sekali
terhadap zat warna dan pH adalah gugus auksokrom.
2.3 Jenis-Jenis dan Karakteristik Cat Dasar, Serta Contohnya
Cat dasar kulit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu:
Cat Dasar Alami
Cat ini dibuat dari ekstrasi, tumbuh-tumbuhan yang mengandung bahan- bahan warna
misalnya blue wood, rellow wood, red wood dll. Oleh karena itu sifat dari cat ini mirip sekali
dengan sifat-sifat dari zat penyamak misal sukar larut dalam air, tidak tahan sinar, larutan
dalam air bersifat koloid, H2O nya banyak. Sebagai contoh yaitu hematine di buat dari
ekstraksi Blue Wood. Di Indonesia banyak juga warna alami yang dapat kita peroleh dari
tumbuh-tumbuhan. Misalnya:
Soja menghasilkan cat warna kuning cokelat
Sajang menghasilkan cat warna kuning merah
Tegeran menghasilkan cat warna kuning merah
Akasia menghasilkan cat warna coklat muda dan kuning.
Cat Dasar Sintetik
Cat-cat yang cocok untuk pengecatan kulit dapat dikelompokkan menjadi tipe anionik
dan tipe kationik. Cat anionik merupakan garam-garam alkali dari cat asam, cat kationik
(dikenal dengan cat basa) yang merupakan garam-garam dari cat basa. Klasifikasi cat anionik
cocok untuk pengecatan kulit krom, juga meliputi semua pengecatan dan untuk menunjukkan
sifat-sifat dari setiap tipe sangat penting bagi pengecatan. Cat anionik digunakan dalam porsi
yang lebih besar dan termasuk cat asam atau cat wool, cat langsung dari cat asetat, cat metal
kompleks atau cat mordant. Cat anionik dikombinasikan dengan kulit samak kulit krom
7
melalui ikatan primer atau sekunder. Pengecatan dengan cat basa dapat dianggap sebagai co-
precipitasi. Jenis jenis cat dasar kulit antara lain.
Cat Anionik
Cat dasar anionik adalah pewarna dyes yang memiliki satu atau
lebih gugus auksokrom SO3Na atau SO3H yang juga berfungsi sebagai
gugus penentu tingkat kelarutan dyes, dimana semakin banyak gugus
sulfon, maka tingkat kelarutan cat dasar akan semakin tinggi, selain akan
semakin anionik dan reaktif terhadap kulit wet blue yang bersifat kationik.
Hampir 90% pewarna kulit merupakan kelompok ini. Berikut contoh cat
dasar anionik : CI acid red 301
Cat Kationik
Cat kationik adalah pewarna dyes yang memiliki satu atau lebih gugus auksokrom
yang merupakan garam dari ammonium, sulfonium, atau oxonium. Kelarutannya lebih
rendah dibandingkan cat anionik sehingga perlu penambahan sedikit asam asetat. Pewarna
kationik.
Klasifikasi dyestuff menurut aplikasinya dapat dikelompokan
menjadi :
Metal complek dyes
Direct / catton / substabtive dyes ( cat direk )
Acid dyes ( cat asam )
Sulfur dyes
Reactive dyes ( cat reaktif )
Basis dyes ( cat basa )
Cat Metal Komplek
Cat Metal Komplek terdapat unsur metal dalam komposisi dyastuff. Hal ini
disebabkan karena kemampuan beberapa metal untuk membentuk koordinasi coumpound.
Dalam hal ini dyestuff menjadi residu yang kita kenal sebagai ligand dalam komplek, atom
metalnya sebagai inti. Metal yang dapat memebentuk koordinasi coumpound deystuff, antara
8
N = N
SO3
O
O O
O
N = N
3 (–)
Cr 3H+
O3S
N = N
C = O
O
O
O = C
O
(H2O)
2 (–)
CrO3S
N = N
(H2O)
OH
SO3
2H+
lain : Cl, Cr, Al, Fe. Cat dasar chromium komplek sangat stabil karena paling sedikit
mengandung 4 valensi koordinat. Yang diikat residu dyestuff. Sebagai contoh cat dasar Metal
Complek Destuff yang mengandung atom Cr Eriocrhom Black R. Di antara metal
complex dyestuff yang paling stabil adalah bila metalnya berasal dari metal kuper, contohnya
phytalosinin. Dalam komponen ini kuper punya 4 koordinat valensi. Apabila ligandnya
merupakan lingkaran benzen akan sangat tepat pada kulit.
Rumus Molekul :
Gambar 1. Rumus Molekul Cat Metal Complek
Pada komponen di atas 2 molekul dyestuff menjenuhkan 6 valensi koordinasi dari Cr.
Adapula Metal Complek yang sedikit kurang stabil,meski lebih reaktif adalah Cr yang
mengandung dyestuff, di mana unit struktur basicnya turunan asam salisilat.Dalam komplek
tetap mengandung unsur O sebagai ligan disamping 2 dyest.
Contoh :
Gambar. 2 Dyestuff Metal Complek yang mengandung unsur O
Cat tersebut di atas stabil hanya pada media asam lemah dan pada pH < 3 akan
terurai. Di antara Metal Complek Destuff yang paling stabil adalah bila metalnya berasal dari
metal kuper, contohnya phytalosinin. Dalam komponen ini kuper punya 4 koordinat valensi.
Apabila ligandnya merupakan lingkaran benzen akan sangat tepat pada kulit.
9
Metal yang punya 6 nomor koordinat / ligannya 3 maka akan terbentuk metal
komplek 1 : 1 (1 deystuff : 1 chrome) dan mungkin terbentuk 1 : 2, perbedaan hanya ada pada
pembentukannya :
1 : 1 dibentuk pada pH 4
1 : 2 dibentuk pada pH > 4
Jika Hidrogen menyebabkan perbesaran molekul sehingga dalam pengecatan, untuk
menghendaki penetrasi maka pemakaian air 30 – 40 % (dingin). Sedangkan surfade Dyeing
pemakaian air 400 % karena menghendaki dispersi yang merata.
Keuntungan :
1. Sangat stabil pada pH di bawah 3 acid komposisi.
2. Warna sangat rata
3. Lebih tajam dari direct tetapi lebih rendah dibanding asam
4. Ketahanan cahaya sangat baik, demikian pula dengan bahan fatliquor
Contoh cat metal kompleks : luganil black NT , Eriochrome black , CJ
Brown, luganil brown NGT dan luganil brown NT.
Cat Dasar Direct
Cat Dasar Direct pada dasarnya, termasuk satu golongan dengan cat acid, yaitu
bermuatan (–), bedanya terletak pada besarnya molekul dan susunan kimiawinya. Spesifikasi
10
N = N
N = N
NaO3S
NH.CO.CH3
NH
NH
CO
N = N
N = N
NaO3S SO3Na
NH2HO
NH2HO
NaO3S SO3Na
lain digunakan untuk mewarnai kulit chrome langsung tanpa menggunakan mordant dan
mempunyai afinitas sangat kecil terhadap kulit samak nabati.
Contoh Cat Direct :
Yang tidak mengandung Benzydine :
Direct Fast Orange Ns
Gambar 3. Direct Fast Orange Ns
Contoh cat direct yang mengandung benzydine adalah:
Direct Blue
Gambar 4. Direct Blue
Cat ini digunakan tanpa dengan pemakaian asam pada pH 4,0 - 5,0, hal ini
dikarenakan kekuatan tenaga valensi sekunder pada serat kulit yang disamak dengan krome.
Cat dasar direct ada yang mengandung benzydine dan ada yang tidak mengandung
benzydine.
Cat direct dapat larut dalam air murni. Tingkat kelarutan umumnya bertambah dalam
suasana alkali dan menurun dalam asam meskipun ada diantaranya yang tidak mengikuti
aturan ini. Cat direct sulit terpenetrasi untuk kulit krom sehingga cukup Baik dipakai untuk
kulit gosok (flazing).Banyakya gugus sulfon selain menambah reaktifitas cat
11
direk lebih tinggi dan memudahkan bereaksi dengan komponen serat
sekaligus meningkatkan kepekaan terhadap partikel positif sehingga
umumnya cat direk tidak tahan atau membentuk koloid dengan air sadah
atau hard water serta sensitive terhadap asam. Berkut ini contoh cat direk
(fast yellow 6) yang hanya mempunyai gugus auksokrom NaCOO saja.
Fast yellow
Keuntungan :
1. Murah
2. Mudah larut dalam alkali
Kelemahan :
1. Hampir semua mengandung benzydine
2. Warnanya buram (tidak cerah/bright)
3. Sensitif terhadap asam (membentuk sistem koloid)
4. Fastness cahaya rendah
5. Tidak tahan air sadah
6. Tidak efektif dengan fatliquor
Cat Dasar Asam
Cat Dasar Asam ini cenderung untuk mengendap atau berikatan dengan koloit
kationik yang mempunyai sebuah muatan positif. Protein kulit dan kulit – kulit jadi termasuk
kategori ini di bawah kondisi asam yakni apabila pH nya dibawah iso elektrik.a Akibatnya
cat anionik terikat pada kulit dibawah kondisi asam dengan kekuatan ionik. Tenaga ini sangat
kuat dan reaksi atau ikatannya sangat cepat, terutama bila temperaturnya tinggi. Pengikatan
yang cepat dapat berpengaruh pada ketidakrataan proses pengecatan kulit. Jika pengikatan
cepat, maka cat akan terikat pada permukaan luar saja sedangkan bagian dalam kulit tidak
berwana. Dengan pengecekan pH atau keasaman pada proses pengecatan, faktor-faktor
tersebut dapat dikontrol.
Untuk mencapai tingkat pengecatan yang rata atau penetrasi biasanya dimulai dengan
kondisi tidak asam, misalnya dengan menetralkan kulit atau menambahkan amonia pada
larutan cat, kulit diputar dalam drum atau padle dengan larutan tersebut sampai tercapai
penetrasi yang dikehendaki.
Keuntungan cat asam :
1. Penetrasi lebih baik dari cat lainnya
12
2. Ketahanan gosok, cahaya dan keringat baik
3. Tidak mengendap dengan hard water
4. Tidak menimbulkan boonzing
Cat Sulfur
Cat Sulfur dibuat dari amino aromatik atau phenol dengan belerang atau alkaline
polisulfide. Cat ini hanya dapat larut dalam larutan alkali dari sodium sulphit (pH 9,0 – 12,0).
Kebebasan ini sangat merugikan penyamakan kecuali untuk kulit chamois dan kulit samak
aldehide cat ini dapat digunakan. Setelah pemakain cat, keasaman dan oksidasi, sodium
sulphit akan hancur dan cat tidak dapat larut dengan cepat dalam air atau larutan sabun,
karena itu akan memberikan ketahanan cuci yang baik.
Cat Reaktif
Cat Reaktif pada umumnya digunakan untuk warna muda yang punya ketahanan cuci
sangat tinggi dan umum digunakan untuk garment dan sarung tangan. Bahan baku biasanya
dari kulit crust putih / kulit samak formaldehid (untuk sarung tangan golf). Reactif Destuff
sistem kerjanya hampir sama dengan Metal Complek Destuff yaitu membentuk ikatan dengan
kulit dan fiksasinya menggunakan soda.
Merupakan kelas cat yang mahal yang memberikan ketahanan cahaya yang luar biasa
bagusnya karena cat ini berikatan secar kovalen dengan protein kulit. Cat ini digunakan pada
suasana alkalis pada pH 8,0 – 9,0.
Type RD sebagai berikut :
W F M GR
Keterangan : GR : Gugus reaktif
M : Jembatan penghubung
F : Chromophore
W : Gugus yang membuat dyest (cat) larut dalam air
Dyestuf bisa mewarnai kulit wool pada amino, hidroksil, karboksilnya atau gugus-
gugus nukleosilin. Sedangkan gugus reaktif pusatnya merupakan elektropili. Pada umumnya
Reactif Dyestuf tak dapat bening kecuali dalam jumlah kecil.
13
Cat Basa
Cat basa adalah cat dasar yang membawa muatan positif. Yang
menentukan warna basanya ialah NH2 dibentuk dalam bentuk garam.
Cat basa disebut juga cat kation dan banyak digunakan untuk mengecat
kulit samak nabati dan sintetik. Cat basa tidak dapat digunakan untuk
mengecat kulit samak mineral, cat basa dapat untuk mengecat kulit
samak mineral, apabila kulit tersebut di cat terlebih dahulu dengan cat
anion atau cat direct atau yang telah diretanning dengan zat peyamak
nabati atau sintetik.
Cat basa mempunyai intensitas warna daya penutupan lebih baik
dari cat – cat lain. Tetapi kurang tahan terhadap sinar. Cat basa tidak
boeh dipakai bersama – sama dalam satu larutan dengan zat penyamak
nabati atau sintetik sebab zat – zat penyamak tak bereaksi dengan cat cat
dan dapat menimbulkan noda – noda pada kulit.
Cat basa juga tidak boleh dipakai bersama – sama dengan zat asam
atau direct sebab akan menimbulkan endapan. Cat basa juga tidak boleh
dipakai bersama – sama dalam satu larutan dengan dengan minyak –
minyak anion misal lipoderm I / II dan sulfonatedeod oil atau bahan –
bahan pembantu yang anionik misal : NNO dan lipoderm A, Tannol GA dan
uniperol W. Cat basa tidak boleh dilarutkan dengan air yang sadah atau
alkali ( amoniak ) sebab cat ini akan bereaksi dengan kalsium atau
magnesium bikarbonat.
2.4 Air Sadah
Air untuk penyamakan kulit harus jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
mengandung zat – zat yang dapat menurunkan mutu kualitas kulit yang diproses, seperti
garam – garam besi, natrium khlorida yang terlalu banyak, garam – garam Ca dan Mg
(kesadahan) dan sebaiknya bereaksi netral. Air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat
pada air tanah di daerah yang bersifat kapur. Kesadahan air mengakibatkan konsumsi sabun
tinggi karena adanya hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul menyebabkan
sifat deterjen sabun hilang. Kesadahan air dapat mengganggu pada proses penyamakan antara
lain:
14
Liming
Menyebabkan terjadinya reaksi pembentukan flek CaCO3. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 2CaCO3 + 2 H2O
Gambar 3. Reaksi senyawa pada air sadah dengan kapur
membentuk flek CaCO3.
Pickling
Menyebabkan terjadinya reaksi pembentukan flek CaSO4. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
CaCl2 + H2SO4 CaSO4 + 2HCl
Gambar 4. Reaksi senyawa pada air sadah dengan asam sulfat
membentuk flek CaSO4.
Penyamakan Nabati
Menyebabkan terjadinya reaksi pembentukan kalsium tannat yang dapat
menyebabkan warna kulit samak lebih tua. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ca2+ + Tannin Ca Tannat (warna lebih tua)
Gambar 5. Reaksi ion Ca2+ pada air sadah dengan tannin
membentuk flek Ca tannat.
Pengecatan
Kesadahan air akan mengurangi jumlah cat anionik yang dipakai, sebab cat bereaksi
dengan kalsium (Ca2+) sehingga dapat mengurangi efektivitas kerja cat.
Soaking
Pada proses soaking dapat menyebabkan penetrasi khemikalia dalam kulit terhambat.
2.5 Pengaruh pH Terhadap Cat Dasar
Pengujian Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Asam
Menurut teori terjadinya perubahan warna pada molekul cat dasar
disebabkan karena perubahan panjang gelombang molekulnya. Asam
akan mensuplai H+ yang akan mempengaruhi pasangan electron
menyendiri/electron mobile pada cat dasar. Semakin tinggi suplai
semakin tinggi pengaruhnya.
15
HCOOH H+ + HCOO- α < 1 ( derajat disosiasi rendah )
H2SO4 2H+ + SO42- α = 1 ( derajat disosiasi
tinggi )
Dilihat dari jumlah H+ yang disuplai H2SO4 akan mempunyai
pengaruh yang lebih besar daripada HCOOH.
Apabila electron mobile dari cat dasar tersebut terpengaruh oleh
asam ( berikatan dengan H+ ) maka terjadi perubahan probabilitas
susunan electron, energinyapun berbeda. Hal ini menyebabkan
perubahan serapan panjang gelombang dari molekul cat dasar sehingga
warna berubah.
Perubahan warna bisa menjadi lebih tua dan bisa menjadi lebih
muda, tergantung dari panjang gelombangya. Semakin tinggi panjang
gelombangnya akan mengarah ke daerah warna Red tetapi semakin
pendek panjang gelombangnya akan mengarah ke warna violet.
Violet Red
Invisible λ = 400 nm λ = 800 nm Invisible
Efek penambahan asam adalah :
a) Membantu kulit bermuatan positif
b) Membantu cat terionisasi negative
Sehingga keduanya saling berikatan
Adapun pengaruh asam terhadap larutan cat ada hubungannya
terhadap proses fiksasi. Proses fiksasi pada dyeing adalah proses disosiasi
garam pewarna dan gugus amina pada kulit. Fiksasi disebut juga
pengikatan, proses yang dilakukan setelah pewarnaan dianggap cukup.
Fiksasi yang menggunakan pewarna asam, direct atau metal komplexs
umumnya menggunakan asam, dalam hal ini asam formiat ( HCOOH) atau
asam asetat ( CH3COOH ). Mekanisme fiksasi terjadi dalam 3 tahapan:
1. Merupakan tahap penetrasi / difusi dyes dalam kulit. Kecepatan
penetrasi tergantung beberapa factor selain dari kulitnya juga
sifat dyestuffnya.
16
2. Setelah penetrasi tercapaqi mulai dilakukan fiksasidengan
menambahkan asam secara bertahapdalam drum pewarnaan.
Terjadi penurunan pH cairan dalam kulit. pH yang lebih rendah
dari TIE kulit akan menyebabkan kulit bermuatan positif dan
reaktif terhadap muatan anionic.
3. Bersamaan dengan penurunan pH cairan, dyes yang merupakan
garam akan terdisosiasi dengan sempurna dan membentuk ion
negative yang segera bereaksi dengan gugus amina kulit.
Pengaruh Basa Terhadap Larutan Cat Dasar
Adapun pengaruh basa terhadap larutan cat ada hubungannya terhadap proses
netralisasi. Proses netralisasi atau disebut juga deacidifikasi adalah proses untuk
menghilangkan sebagian sisa asam bebas yang terdapat pada wet blue baik yang berasal dari
proses pengasaman atau yang terbentuk selama reaksi olasi dan oksilasi selama masa
penyimpanan. Asam asam yang dinetralisir tersebut adalah asam yang terdapat diantara serat
– serat kulit atau asam bebas lain yang belum hilang pada waktu pencucian.
Apabila asam ini tidak dihilangkan maka akan berpengaruh pada proses pengecatan
dasar maupun peminyakan. Khusus pada pengecatan dasar apabila asam yang ada dalam kulit
tidak dinetralisir maka dikhawatirkan akan menyebabkan tidak meratanya cat yang terikat
pada permukaan kulit. Basa yang digunakan untuk netralisasi harus mempunyai kemampuan
untuk tidak merubah sifat dari pewarna yang digunakan dan tidak merubah struktur dari kulit
itu sendiri sehingga dampak – dampak negative pada kulit dapat dihindarkan.
Penggunaan Natrium Karbonat (Na2CO3) dapat menyebabkan kulit menjadi kasar, hal
ini karena timbulnya reaksi antara asam kuat dan basa kuat yang menyebabkan kontraksi
pada serat serat kulit sehingga timbul efek kerutan pada permukaan kulit. Keadaan ini tidak
akan timbul apabila menggunakan Natrium Bikarbonat ( Na2HCO3 ), tetapi Natrium
bikarbonat mempunyai harga yang lebih mahal. Untuk dapat menghasilkan kulit seperti yang
diharapkan dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal biasanya penggunaannya dicampurkan
antara Natrium Bikarbonat dan Natrium Karbonat.
17
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Alat
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Asam
Beker Glass 100 ml
Erlenmeyer 250 ml
Sudip / Pengaduk kaca
Tabung reaksi ( 3 buah )
Rak tabung reaksi
Gelas ukur 10 ml
Gelas arloji
Thermometer
Pipet tetes ( 3 buah )
Grey Scale for assessing change in colour
Kompor listrik
Vortex mixer
Pipet Volum 1 ml dan 10 ml
Neraca analitik
Propipet
Uji Ph larutan cat dasar kulit
Gelas arloji ( 4 buah )
Gelas beker 100 ml ( 4 buah )
Gelas beker 10 ml ( 2 buah )
18
Pipet tetes ( 4 buah )
Batang pengaduk ( 4 buah )
Neraca analitik
Shaker
pH meter
kertas whatman
kertas tissue
gelas ukur 10 ml
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Air Sadah
Beker Glass 100 ml
Erlenmeyer 250 ml
Sudip / Pengaduk kaca
Tabung reaksi ( 3 buah )
Rak tabung reaksi
Gelas ukur 10 ml
Gelas arloji
Thermometer
Pipet tetes
Grey Scale for assessing change in colour
Kompor listrik
Vortex mixer
Pipet Volum 1 ml dan 10 ml
Neraca analitis
Propipet
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Basa
Beker Glass 100 ml
Erlenmeyer 250 ml
Sudip / Pengaduk kaca
Tabung reaksi ( 3 buah )
Rak tabung reaksi
Gelas ukur 10 ml
19
Gelas arloji
Thermometer
Pipet tetes ( 3 buah )
Grey Scale for assessing change in colour
Kompor listrik
Vortex mixer
Pipet Volum 1 ml dan 10 ml
Neraca analitik
Propipet
3.2 Bahan
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Asam
Cat Dasar :
cat direk ( direct blue & direct red )
cat asam ( corriacide red NR, coriacide blue 2R & lustracide
yellow CJR )
cat metal kompleks ( Luganil Braun NT & Luganil Brown NGT )
cat reaktif ( rekatif yellow GG & reaktif Blue KB )
asam
o Asam Sulfat ( H2SO4 )10 %
o Asam formiat ( HCOOH ) 10 %
Aquades
Kertas Whatman
Ph larutan cat dasar kulit
Cat Dasar :
o cat direk ( direct blue & direct red )
o cat asam ( corriacide red NR, coriacide blue 2R & lustracide
yellow CJR )
o cat metal kompleks ( Luganil Braun NT & Luganil Brown NGT )
o cat reaktif ( rekatif yellow GG & reaktif Blue KB )
akuades
20
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Air Sadah
Cat Dasar :
cat direk ( direct blue & direct red )
cat asam ( corriacide red NR, coriacide blue 2R & lustracide
yellow CJR )
cat metal kompleks ( Luganil Braun NT & Luganil Brown NGT )
cat reaktif ( rekatif yellow GG & reaktif Blue KB )
Larutan air sadah buatan :
Larutan A : 39,05 gram CaCl.2.6H2O / liter. Ekuivalent dengan
10 gram CaO / liter
Larutan B : 43,65 gram MgSO4.7H2SO / Liter. Ekuivalent
dengan 10 gram CaO / liter
Standarisasi air sadah mengandung kesadahan permanent dengan
perbandingan molar CaCl2 : MgSO4 adalah 2 : 1 disiapkan sebagai
berikut.
Ekuivalent terhadap 200 mg CaO / lt
200 larutan A ditambah 100 ml larutan B.
diencerkan dengan air distilasi sampai 15 liter
Ekuivalent terhadap 400 mg CaO / lt
400 ml larutan A ditambah 200 ml larutan B.
diencerkan dengan air distilasi sampai 15 liter
Aquades
Kertas Whatman
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Basa
Cat Dasar :
cat direk ( direct blue & direct red )
cat asam ( corriacide red NR, coriacide blue 2R & lustracide
yellow CJR )
cat metal kompleks ( Luganil Braun NT & Luganil Brown NGT )
cat reaktif ( rekatif yellow GG & reaktif Blue KB )
Basa
Sodium biKarbonat ( NaHCO3 )10 %
21
Sodium carbonat ( Na2CO3 )10 %
Aquades
Kertas Whatman
3.3 Langkah Kerja
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Asam
Drop test
1. Melakukan test pH pada asam yang digunakan
2. Menimbang 0,251 gram cat dasar dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 50 ml air destilasi,
diaduk hingga rata dan ditutup dengan gelas arloji.
3. mendidihkan larutan cat dasar dan dibiarkan selama 2 menit
4. didinginkan hingga temperatur + 60 oC
5. mengambil larutan cat dasar sebanyak 10 ml dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi (dibuat 3 kali)
6. pada Tabung reaksi pertama ditambahkan 0,5 ml asam sulfat (
H2SO4 ) , dihomogenkan dengan shaker selama 5 menit
7. pada Tabung reaksi kedua ditambahkan 0,5 ml asam formiat (
HCOOH ), dihomogenkan dengan shaker selama 5 menit
8. pada Tabung reaksi ketiga ditambahkan 0,5 ml aquades sebagai
kontrol, dihomogenkan dengan shaker selama 5 menit.
9. Segera setelah proses homogenitas selesai, diambil dengan pipet
tetes dari setiap tabung reaksi dan diteteskan pada kertas Whatman
dengan cat dasar yang ditambah aquades diletakkan di tengah
sebagai perbandingan.
10. Mengeringkan kertas Whatman, setelah kering
dilakukan penilaian dengan skala abu-abu (grey scale for assessing
change in colour).
11. Menabulasikan data
Parameter Grey Scale :
Nilai Ketentuan
5 (baik
sekali)
Tidak ada perubahan terhadap warna asli
22
4 (baik) Sedikit terjadi perubahan warna terhadap warna
asli
3 (cukup) Terjadi perubahan warna terhadap warna asli
2 (sedang) Terjadi perubahan warna yang menyolok
terhadap warna asli
1 (kurang) Terjadi perubahan warna yang sangat menyolok
terhadap warna asli
Homogenitas test
1. Setelah pengambilan larutan cat dasar untuk drop test, larutan
didiamkan.
2. Mengamati pada 10 menit dan 60 menit
3. Menabulasikan data
Parameter homogenitas :
Nilai Ketentuan
5 (baik
sekali)
Tidak terjadi perubahan
4 (baik) Terjadi agregat atau flokulan tapi sedikit
3 (cukup) Terjadi agregat atau flokulan agak banyak
2 (sedang) Terjadi agregat atau flokulan merata
1 (kurang) Terjadi endapan
Ph larutan cat dasar kulit
Test nilai pH
1. Membuat larutan cat dasar dengan konsentrasi 1 %, 2%, 3% dan 4%
2. Menimbang cat dasar dengan timbangan digital ( 0,204 gr untuk 1
% ; 0,403 gr untuk 2 % ; 0,604 gr untuk 3 % dan 0,808 gr untuk 4 %
)
3. Melarutkan cat dasar ke dalam beker glass sebanyak 1 %, 2 %, 3 %
dan 4 %, setiap konsentrasi dibuat sebanyak 20 ml.
4. Mengaduk cat dasar dengan sudip hingga homogen.
5. Menghidupkan pH meter.
23
6. Melakukan test pH untuk aquades dengan perulangan 3 kali
7. Melakukan test pH untuk sampel dyestuff dengan perulangan 3
kali.
8. Mencuci jarum pH tester
9. Setiap perulangan pencucian jarum pH dilakukan
Drop Test
Melakukan drop test untuk mengetahui tingkatan warna dari
berbagai konsentrasi pada kertas whatman 40
Mengeringkan kertas whatman
mengamati pergeseran warna yang terjadi
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Air Sadah
1. Melakukan test pH pada larutan air sadah
2. menimbang 0,103 gram cat dasar dimasukkan kedalam erlenmeyer
250 ml kemudian ditambahkan 50 ml air destilasi, diaduk hingga
rata dan ditutup dengan gelas arloji.
3. Mendidihkan larutan cat dasar dan dibiarkan selama 2 menit
4. Mendinginkan hingga temperatur + 20 oC
5. Mengambil larutan cat dasar sebanyak 1 ml dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi (dibuat 3 kali)
6. dari ketiga tabung reaksi, ditambahkan masing – masing tabung
dengan 10 ml air destilasi, 10 ml air sadah 200 mg CaO / lt, 10 ml
air sadah 400 mg CaO / lt
7. Segera dihomogenkan dengan shaker selama 5 menit.
8. Segera setelah proses homogenitas selesai, diambil larutan cat
dasar dengan pipet tetes dari setiap tabung reaksi, diteteskan pada
kertas Whatman dengan cat dasar yang ditambah aquades
diletakkan di tengah sebagai perbandingan.
9. Dikeringkan kertas Whatman, setelah kering dilakukan penilaian
dengan skala abu-abu (grey scale for assessing change in colour).
10. Mentabulasikan data
24
11. didiamkan sesaat, segera diamati secara visual, dibandingkan
dengan parameter kestabilan terhadap air sadah.
12. didiamkan 10 menit, diamati secara visual adakah perubahan
pada larutan. diLanjutkan pengamatan setelah 60 menit
Parameter Grey Scale :
Nilai Ketentuan
5 (baik
sekali)
Tidak ada pengendapan dengan air sadah
4 (baik) Tidak ada pengendapan terhadap air sadah yang
ekuivalent dengan 200 mg CaO/lt,
Namun terjadi endapan yang lemah (jonjot)
terhadap air sadah 400 mg CaO / lt.
3 (cukup) Tidak terjadi pengendapan terhadap air sadah
yang ekuivalent dengan 200 mg CaO / lt,
Namun terjadi endapan yang nyata / kuat
terhadap air sadah 400 mg CaO / lt.
2 (sedang) Terjadi jonjot dengan air sadah yang ekuivalent
terhadap 200 mg CaO / lt
1 (kurang) Terjadi endapan yang nyata dengan air sadah
yang ekuivalent terhadap 200 mg CaO / lt
Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Basa
Drop test
1. Melakukan test pH pada basa yang digunakan
2. Menimbang 1,014 gram cat dasar dimasukkan kedalam erlenmeyer
250 ml kemudian ditambahkan dengan 100 ml air destilasi, diaduk
hingga rata dan ditutup dengan gelas arloji.
3. Mendidihkan larutan cat dasar dan dibiarkan selama 2 menit
4. Mendinginkan lsrutan hingga temperatur + 60 oC
5. Mengambil larutan cat dasar sebanyak 10 ml dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi (dibuat 3 kali)
25
6. Tabung reaksi pertama ditambahkan 0,5 ml Natrium bikarbonat (
NaHCO3 ), dihomogenkan dengan shaker selama 5 menit
7. Tabung reaksi kedua ditambahkan 0,5 ml Natrium Karbonat
( Na2CO3 ), dihomogenkan dengan shaker selama 5 menit
8. Tabung reaksi ketiga ditambahkan 0,5 ml aquades sebagai kontrol,
dihomogenkan dengan shaker selama 5 menit.
9. Segera setelah proses homogenitas selesai, diambil larutan cat
dasar dengan pipet tetes dari setiap tabung reaksi, diteteskan pada
kertas Whatman dengan cat dasar yang ditambah aquades
diletakkan di tengah sebagai perbandingan.
10. Dikeringkan kertas Whatman, setelah kering dilakukan
penilaian dengan skala abu-abu (grey scale for assessing change in
colour).
11. Mentabulasikan data
Parameter Grey Scale :
Nilai Ketentuan
5 (baik
sekali)
Tidak ada perubahan terhadap warna asli
4 (baik) Sedikit terjadi perubahan warna terhadap warna
asli
3 (cukup) Terjadi perubahan warna terhadap warna asli
2 (sedang) Terjadi perubahan warna yang menyolok
terhadap warna asli
1 (kurang) Terjadi perubahan warna yang sangat menyolok
terhadap warna asli
Homogenitas test
1. Setelah pengambilan larutan cat dasar untuk drop test, larutan
didiamkan.
2. Diamati pada 10 menit dan 60 menit
3. ditabulasikan data
26
Parameter homogenitas :
Nilai Ketentuan
5 (baik
sekali)
Tidak terjadi perubahan
4 (baik) Terjadi agregat atau flokulan tapi sedikit
3 (cukup) Terjadi agregat atau flokulan agak banyak
2 (sedang) Terjadi agregat atau flokulan merata
1 (kurang) Terjadi endapan
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1978.Pengantar Kimia Zat Warna.Institut Teknologi Tekstil : Bandung.
Isminingsih & D. Rasyid.1978/1979).Pengantar Kinia Zat Warna.Institut Teknologi Tekstil :
Bandung.
Maria, Dra.2004.Petunjuk Praktikum Kimia Analisa.ATK : Yogyakarta.
Nurbalia, Elis.2005.Colour Fastness to Washing of Leather.Akademi Teknologi Kulit :
Yogyakarta.
Nurbalia, Elis.2005.Kestabilan Cat Dasar Kulit Terhadap Air Sadah.Akademi Teknologi
Kulit : Yogyakarta.
Nurbalia, Ellis.2009.Petunjuk Praktikum Teknik Dyeing dan Matching Colour.Akademi
Teknologi Kulit : Yogyakarta.
Purnomo, Eddy.2001.Leather Finishing.ATK : Yogyakarta.
Purnomo, Eddy.2001.Netralisasi.ATK : Yogyakarta.
Purnomo, Eddy.2008.Pasca Tanning. Akademi Teknologi Kulit : Yogyakarta.
Purnomo, Edy.1998.Pengantar Kuliah Pewarnaan Dasar.Akademi Teknologi Kulit :
Yogyakarta.
Purnomo, Eddy.1985.Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi
Kulit : Yogyakarta.
Purnomo, Eddy.1998.Prinsip Dasar dan Aplikasi Finishing.Akademi Teknologi Kulit :
Yogyakarta.
28