10
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 129 PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono No. 167 Malang 65145 Telp. (0341) 587710 e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan lahan kondisi eksisting tahun 2010 dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu tahun 2003 2013 guna menentukan pengaruh guna lahan terhadap infiltrasi di kota Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dan AHP. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh dominan pada guna lahan terhadap infiltrasi dan terdapat hasil analis yang berbeda tiap kecamatan. Penggunaan lahan pada kondisi eksisting 2010 mempunyai pengaruh pada penurunan daya resap air hujan kedalam tanah. Hal ini dapat diketahui dari menurunnya nilai infiltrasi di kota Batu yakni menurun 34.915.235 m³/ tahun atau 13% dari penggunaan lahan di tahun 2003. Untuk menjamin konservasi sumber daya air dalam hal mencegah daya rusak air, maka cadangan air tanah di 3 (tiga) kecamatan di kota Batu perlu memperhatikan tata guna lahan yang tertuang dalam RTRW sehingga tidak lagi terdapat konversi lahan menjadi lahan terbangun yang dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan dan kapasitas potensi air. Kata Kunci : Konservasi, Penggunaan lahan, Infiltrasi. ABSTRACT This study aimed to evaluate the condition of existing land use in years 2010 with the Spatial Plan Batu years 2003 to 2013 to determine the effect of land use on infiltration in Batu City. The method used in this study is regression analysis and Analysis Hierarky Proces. The results showed there is a dominant influence of land use on infiltration and analysts have a different outcome each district. Existing land use conditions in 2010 have an influence on the decline in power of absorbing rainwater into the soil. It can be seen from the declining value of the infiltration in Batu declined 34.915.235 m³ / year or 13% of land use in 2003. To ensure the conservation of water resources in terms of preventing the destructive force of water, the ground water reserves in 3 (three) districts in the town of Batu need to consider land use contained in the spatial plan that no longer have the conversion of land to land up which can lead to reduced capacity and water potential capacity. Keywords: conservation, land use, infiltration. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan ruang yang semakin tinggi dengan jumlah luasan ruang yang terbatas tentu menuntut ruang tersebut untuk dilakukan perubahan dari segi penggunaannya atau peruntukannya. Fenomena ini dikenal sebagai konversi lahan atau pengalihfungsian lahan, terutama pengalihfungsian lahan yang dilakukan tidak sesuai peruntukannya, misalnya di daerah resapan atau ruang terbuka hijau. Lahan yang semula merupakan daerah terbuka maupun daerah resapan air, berubah menjadi daerah yang tertutup perkerasan dan bersifat kedap air sehingga menyebabkan, air hujan tidak dapat lagi meresap ke dalam tanah kondisi ini mengakibatkan peningkatan limpasan di permukaan kemudian menjadi genangan atau banjir. Konservasi merupakan sebagai usaha- usaha untuk memanfaatkan dan menjaga serta melindungi sumberdaya alam (Kamus Besar Indonesia, 2001). Menurut Muhammad Bisri (2008), konservasi air merupakan usaha-usaha dalam pemanfaatan serta perlindungan terhadap sumberdaya air, dimana usaha untuk memasukkan air ke dalam tanah dalam rangka pengisian airtanah, baik secara alami maupun buatan. Pengertian masuknya air atau meresapnya air ke dalam tanah identik dengan pengertian infiltrasi. Dikatakan bahwa konservasi air yang dimaksud dalam perhitungan jumlah air yang meresap ke dalam tanah adalah diidentifikasi dengan besarnya laju infiltrasi di suatu wilayah. Rumusan Permasalahan Beranjak dari latar belakang permasalahan di Kota Batu yang terkait dengan konservasi sumber daya air apabila dikaitkan dengan

Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 129

PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA

BATU

Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto

Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT. Haryono No. 167 Malang 65145 Telp. (0341) 587710

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan lahan kondisi eksisting tahun 2010 dengan Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Batu tahun 2003 – 2013 guna menentukan pengaruh guna lahan terhadap infiltrasi di

kota Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dan AHP. Hasil penelitian

menunjukkan pengaruh dominan pada guna lahan terhadap infiltrasi dan terdapat hasil analis yang berbeda

tiap kecamatan. Penggunaan lahan pada kondisi eksisting 2010 mempunyai pengaruh pada penurunan daya

resap air hujan kedalam tanah. Hal ini dapat diketahui dari menurunnya nilai infiltrasi di kota Batu yakni

menurun 34.915.235 m³/ tahun atau 13% dari penggunaan lahan di tahun 2003. Untuk menjamin konservasi

sumber daya air dalam hal mencegah daya rusak air, maka cadangan air tanah di 3 (tiga) kecamatan di kota

Batu perlu memperhatikan tata guna lahan yang tertuang dalam RTRW sehingga tidak lagi terdapat konversi

lahan menjadi lahan terbangun yang dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan dan kapasitas potensi air.

Kata Kunci : Konservasi, Penggunaan lahan, Infiltrasi.

ABSTRACT

This study aimed to evaluate the condition of existing land use in years 2010 with the Spatial Plan Batu years

2003 to 2013 to determine the effect of land use on infiltration in Batu City. The method used in this study is

regression analysis and Analysis Hierarky Proces. The results showed there is a dominant influence of land use

on infiltration and analysts have a different outcome each district. Existing land use conditions in 2010 have an

influence on the decline in power of absorbing rainwater into the soil. It can be seen from the declining value of

the infiltration in Batu declined 34.915.235 m³ / year or 13% of land use in 2003. To ensure the conservation of

water resources in terms of preventing the destructive force of water, the ground water reserves in 3 (three)

districts in the town of Batu need to consider land use contained in the spatial plan that no longer have the

conversion of land to land up which can lead to reduced capacity and water potential capacity.

Keywords: conservation, land use, infiltration.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan ruang yang semakin tinggi

dengan jumlah luasan ruang yang terbatas tentu

menuntut ruang tersebut untuk dilakukan

perubahan dari segi penggunaannya atau

peruntukannya. Fenomena ini dikenal sebagai

konversi lahan atau pengalihfungsian lahan,

terutama pengalihfungsian lahan yang

dilakukan tidak sesuai peruntukannya, misalnya

di daerah resapan atau ruang terbuka hijau.

Lahan yang semula merupakan daerah terbuka

maupun daerah resapan air, berubah menjadi

daerah yang tertutup perkerasan dan bersifat

kedap air sehingga menyebabkan, air hujan

tidak dapat lagi meresap ke dalam tanah

kondisi ini mengakibatkan peningkatan

limpasan di permukaan kemudian menjadi

genangan atau banjir.

Konservasi merupakan sebagai usaha-

usaha untuk memanfaatkan dan menjaga serta

melindungi sumberdaya alam (Kamus Besar

Indonesia, 2001). Menurut Muhammad Bisri

(2008), konservasi air merupakan usaha-usaha

dalam pemanfaatan serta perlindungan terhadap

sumberdaya air, dimana usaha untuk

memasukkan air ke dalam tanah dalam rangka

pengisian airtanah, baik secara alami maupun

buatan. Pengertian masuknya air atau

meresapnya air ke dalam tanah identik dengan

pengertian infiltrasi. Dikatakan bahwa konservasi

air yang dimaksud dalam perhitungan jumlah air

yang meresap ke dalam tanah adalah

diidentifikasi dengan besarnya laju infiltrasi di

suatu wilayah.

Rumusan Permasalahan

Beranjak dari latar belakang permasalahan

di Kota Batu yang terkait dengan konservasi

sumber daya air apabila dikaitkan dengan

Page 2: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU

130 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

kebijakan RTRW didapatkan rumusan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan lahan kondisi

eksisting (tahun 2010) dalam rangka

implementasinya Rencana Tata Ruang

Wilayah 2003 - 2013?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan lahan

dalam implementasi rencana tata ruang

terhadap konservasi sumber daya air di

Kota Batu?

Tujuan

Berdasarkan pada permasalahan tersebut,

tujuan yang ingin dicapai dalam kajian penulisan

ilmiah ini antara lain sebagai berikut :

1. Mengevaluasi penggunaan lahan kondisi

eksisting (tahun 2010) dalam

implementasinya pada Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Batu tahun 2003 –

2013.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan lahan

dalam rangka implementasi RTRW

terhadap konservasi sumber daya air di

Kota Batu.

METODE PENELITIAN

Output dari penelitian tesis ini adalah

pengaruh rencana tata ruang wilayah dari

variabel penggunaan lahan, kondisi fisik

dasar dan kebijakan terhadap konservasi

sumber daya air serta rekomendasi yang

berkaitan dengan konservasi air guna

menjaga perlindungan terhadap kelestarian

air tanah seiring dengan berkembangnya

jumlah penduduk dan meningkatnya lahan

terbangun. Metode penelitian yang

digunakan untuk mencapai tujuan penelitian

adalah:

1. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai segala

sesuatu yang akan dijadikan sebagai objek

studi, dapat pula diartikan variabel

merupakan faktor-faktor yang berperan

dalam suatu peristiwa atau gejala yang akan

diteliti. Adapun variabel-variabel yang

digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Infiltrasi menjadi variabel terikat dalam

analisis dan indikator yang diambil

adalah curah hujan tahunan dan luas

kawasan penutup lahan.

b. Pola pemanfaatan ruang berhubungan

dengan fungsi kawasan dimana

dilakukan overlay dengan peta

kesesuaian lahan..

c. Jenis Penggunaan lahan terdiri dari

lahan terbangun dan non terbangun

(sawah, ruang terbuka hijau, ladang,

semak belukar, hutan) mempengaruhi

daya resap air hujan kedalam tanah.

2. Metode Analis

Analis Deskriptif

Digunakan untuk menggambarkan kondisi

fisik dasar dengan input tata ruang tentang

kondisi fisik dasar, pola pemanfaatan ruang

(fungsi kawasan), ketersediaan ruang (alih fungsi

lahan), kebutuhan ruang (luasan lahan terbangun

dan tidak terbangun), dan jenis penggunaan lahan

dipakai analisa kondisi fisik dasar dan analisa

penggunaan lahan menyeluruh sebanyak 23 (dua

puluh tiga) desa dan kelurahan yang ada di kota

Batu. Sehingga didapatkan:

Analis Evaluatif

1. Analisa Daya Resap Air Hujan

Digunakan untuk mengetahui pengaruh

besaran daya resap air hujan ke dalam tanah

terhadap konservasi air di Kota Batu, yakni

dengan menghitung daya resap air hujan ke

dalam tanah melalui besaran infiltrasi pada tahun

2003 sesuai dengan penggunaan lahan pada

RTRW 2003 – 2013 dan nilai infiltrasi tujuh

Analisis Kesesuaian Lahan

(Perbandingan antara penggunaan

lahan secara eksisting, dengan

RTRW Kota Batu Tahun 2003-2013

serta peta kesesuaian lahan

Kesesuaian dan ketidak sesuaian

lahan antara peta penggunaan

lahan dengan peta kesesuaian lahan

serta RTRW Kota Batu Tahun

2003-2013

Analisis

Kondisi Fisik

Dasar

Analisis Penggunaan

Lahan 23 desa/kel

Page 3: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

131

tahun setelahnya yakni 2010 sesuai dengan

kondisi eksisting yang ada.

Keterangan :

Ia = Imbuhan Alami (m3/ tahun)

C = angka koefisien resap

H = curah hujan tahunan (mm/ tahun)

ß = persentase ruang terbuka hijau

A = luas kawasan penutup lahan (m³)

Dalam formula di atas, angka koefisien

resapan diasumsikan sebagai sisa dari koefisien

aliran permukaan. Dengan demikian besarnya c

adalah sebagai berikut : C = 1-f

Selain penggunaan lahan dan morfologi

tanah, faktor curah hujan juga berpengaruh

terhadap besarnya infiltrasi, dimana untuk

perhitungan curah hujan menggunakan metode

Poligon Thiessen. Stasiun curah hujan yang

digunakan untuk menghitung besaran curah hujan

di Kota Batu menggunakan 6 stasiun curah hujan

dengan jumlah data selama sepuluh tahun

terakhir. Adapun rumus yang digunakan sebagai

berikut :

2. Analisa Regresi

Analisis regresi yang dilakukan adalah

disetiap kecamatan, sehingga dapat diketahui

penggunaan lahan mana yang paling berpengaruh

di setiap kecamatan dengan rekomendasi yang

diberikan juga setiap kecamatan. nilai positif dan

negative hanya menunjukkan arah hubungan

bukan kekuatan hubungan. Nilai koefisien

korelasi yang dipakai dalam variabel penentu

mempunyai ukuran nilai yang berfungsi untuk

mengetahui kekuatan hubungan antara variabel

terikat (Y) dan variabel bebas (X). Nilai

koefisien korelasi yang telah diperoleh pada hasil

analisis korelasi masih perlu diuji

signifikansinya, yaitu apabila suatu korelasi

memiliki nilai signifikansi <0.05, maka

hubungan korelasi tersebut adalah signifikan.

A. Variabel terikat atau dependen

Sebagai variable terikat yang dikem-

bangkan adalah konservasi air dalam

satuan m3/tahun. Perhitungannya dilakukan

melalui formula yang melibatkan besaran

koefisien tanaman, curah hujan rata-rata

tahunan, dan luas penutup lahan secara

time series dengan periode waktu tahun

2003 hingga tahun 2010.

B. Variable bebas atau independen

Sebagai variable bebas yang

dikembangkan adalah penggunaan lahan di

Kota Batu dari setiap tahun dalam satuan

m². Penggunaan lahan terdiri dari beberapa

subvariabel, yaitu:

Lahan terbangun sebagai X1

Lahan pertanian kering atau tanah

ladang sebagai X2

Sawah sebagai X3

Semak belukar sebagai X4

Ruang terbuka hijau sebagai X5

Hutan sebagai X6

Lahan terbuka sebagai X7 (subvariabel

untuk di Kecamatan Bumiaji)

Dengan kandidat variabel tersebut

kemudian dilakukan analisis korelasi,

untuk melihat tingkat hubungan (secara

statistik) antara penggunaan lahan dengan

konservasi air. Nilai korelasi yang bernilai

mendekati angka 1 memiliki nilai korelasi.

Analisis Proses Hierarki

Untuk mengetahui pendapat responden

tentang Pengaruh Implementasi Rencana Tata

Ruang Wilayah terhadap Konservasi Sumber

Daya Air melalui angket dimana yang akan

diketahui melalui AHP. Metode tersebut dapat

digunakan untuk mengukur peran serta

stakeholders dalam merumuskan dan menentukan

kebijakan berdasar kepentingan bersama

(Akhwadhy, 2002).

Hasil dari AHP berbagai pihak

kepentingan dari golongan pemerintah

menentukan bahwa hutan, lahan terbangun, dan

sawah memiliki tingkat kepentingan yang lebih

tinggi daripada penggunaan lahan lainnya

terhadap konservasi air akibat implementasi

rencana tata ruang. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa penggunaan lahan ruang terbuka

hijau, lahan terbangun, dan sawah memiliki

pengaruh dominan akibat implementasi rencana

tata ruang terahadap konservasi air di Kecamatan

junrejo.

Lahan terbangun dan tanah ladang pada

kecamatan Batu memiliki tingkat kepentingan

yang lebih tinggi daripada penggunaan lahan

lainnya. Namun, mengingat kondisi guna lahan

kecamatan Batu yang didominasi oleh tanah

Ia = cH (βA)

1000

n

ii

n

iii

n

nn

A

AP

AAA

APAPAPP

1

1

21

2211

....

....

Page 4: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 132

ladang sebesar 1.247,1 ha dan lahan terbangun

sebesar 1.181,2 ha maka akan dapat mengurangi

tingkat infiltrasi. Oleh karena itu, perlu adanya

peningkatan jumlah ruang terbuka hijau di

kecamatan Batu. Rekomendasi yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan jumlah ruang

terbuka hijau di kecamatan Batu adalah dengan

membangun taman maupun hutan kota di sekitar

stadion kota Batu. Selain melalui pembangunan

taman juga direkomendasikan untuk dilakukan

penambahan RTH dengan menambah jalur hijau

di pinggir jalan maupun median jalan serta di

sekitar permukiman penduduk.

Pengembalian konversi lahan dari hutan

menjadi tanah ladang dan semak belukar pada

kecamatan Bumiaji dikembalikan menjadi hutan

perlu mendapat penanganan yang serius berupa

program dan kegiataan berkelanjutan dan

mempunyai keluaran yang terukur dan pasti.

Desa berpengaruh terhadap konservasi air yang

berbatasan langsung dengan tanah hutan rakyat

dan hutan lindung adalah Sumberbrantas,

Tulungrejo, Sumbergondo dan Bumiaji agar

hutan di keempat desa tersebut tidak lagi

dikonversi dan mendesak untuk reboisasi

kembali.

Kedua analisa ini digunakan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh konservasi

sumber daya air di kota Batu terhadap

implementasi RTRW.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan pada Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Batu berdasarkan RTRW

2003 – 2013 dapat dilihat pada tabel 2 dan

penggunaan lahan kondisi eksisting 2010 pada

tabel 3.

Daya Resap Air Hujan

Analisa Daya Resap Air Hujan

menggunakan dua periode, yaitu tahun 2003 dan

2010. Perhitungan dua periode tersebut dilakukan

untuk mengetahui besarnya perubahan daya resap

air hujan setelah beberapa tahun mendatang

akibat perubahan penggunaan lahan dan

pertambahan jumlah luas lahan terbangun.

Metode perhitungan hujan daerah ini

menggunakan metode Polygon Thiessen dengan

menghitung hujan rata-rata pada titik pengamatan

6 (enam) stasiun hujan yang tersebar di 3 (tiga)

kecamatan di kota Batu.

Pengaruh Perubahan Guna Lahan Terhadap

Konservasi

Analis ini menyajikan pengaruh perubahan

penggunaan lahan dan besaran infiltrasi untuk

selanjutnya didapatkan persentase perubahan

daya resap air hujan terhadap penggunaan lahan

dan konversi lahan yang terjadi antara tahun 2003

dan 2010.

Besaran daya resap air hujan di tahun 2010

turun sebesar 34.915.235 m³/tahun atau 13%

dengan perincian sebagai berikut: Kecamatan

Junrejo menurun 8.497.145 m³/tahun atau 24%,

Kecamatan Batu menurun sebesar 11.788.712

m³/tahun atau 29% dan Kecamatan Bumiaji turun

sebesar 14.629.378 m³/tahun atau 7% dari tahun

2003. Analisa keseluruhan perubahan lahan

terhadap daya resap air hujan pada setiap

kelurahan/desa, secara keseluruhan penurunan

terbesar terjadi di kelurahan Temas yakni

menurun sebesar 3.347.504 m³/tahun atau 59%

dari keseluruhan infiltrasi di kecamatan Batu.

Mengingat kelurahan Temas berada pada pusat

kota dengan fasilitas perdagangan, pariwisata,

pendidikan dan perumahan padat tanpa RTH dan

lahan terbuka yang memadai.

Pola pemanfaatan ruang

(fungsi kawasan)

Jenis penggunaan lahan

Besaran infiltrasi

Program pengendalian

pemanfaatan ruang kawasan)

Analisa

Regresi

dan

Analisa

AHP

REKOMEN

DASI

Pengaruh

penggunaan

lahan pada

RTRW

berdasarkan

analisa terhadap

Konservasi

Sumber Daya Air

PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU

132

Page 5: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 133

Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2003

No. Jenis

Penggunaan

Kec. Junrejo Kec. Batu Kec. Bumiaji Total

Luas

(Ha)

Persentase

(%)

Luas

(Ha)

Persentase

(%)

Luas

(Ha)

Persentase

(%)

Luas

Lahan Terbangun 304,5 12 677,8 15 661,4 5 1.373,7

Lahan Non Terbangun 2.260,5 88 3.867,2 85 12.407,6 95 18.534,8

1. Tanah Ladang 401,8 20 1186,2 25 3.499,3 27 5.083,3

2. RTH 251 0.5 252 5,5 1084,6 0.8 15.887,6

3. Sawah 914,4 41 401,8 8,8 287,2 6 1.603,4

4 Semak Belukar 93,6 4 794,2 17,5 321,7 6 1.209,5

5 Hutan 599,7 23 1.233 27,2 5.943,8 49 7.776,5

6 Lahan terbuka - - - 1.269,2 7 1.269,2

Total 2.565 100 4.545 100 12.799 100 19.807

Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2010

No. Jenis

Penggunaan

Kec. Junrejo Kec. Batu Kec. Bumiaji Total

Luas

(Ha)

Persentase

(%)

Luas

(Ha)

Persentase

(%)

Luas

(Ha)

Persentase

(%)

Luas

Lahan Terbangun 604,3 24 1.180,2 25 1.121,6 9.2 2.906,1

Lahan Non Terbangun 1.960,7 76 3.426,1 75 1.161,6 90.8 17.002,8

1. Tanah Ladang 443,4 17 1247,1 29 3080,3 39.9 4770,8

2. RTH 200,2 0 218.6 2 893,4 0.3 1312,2

3. Sawah 781,1 35 309,6 6 0 0.0 817.7

4 Semak Belukar 0 4 614,3 16 114 0.4 939,6

5 Hutan 536 21 1.035,2 23 6.426,1 50.2 7.998,6

Total 2.565 100 4.545 100 12.799 100 19.807

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kota Batu sesuai RTRW 2003

Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto

Page 6: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU

134 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

Gambar 2. Diagram LuasanPenggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2003

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Batu 2010

0500100015002000250030003500400045005000550060006500700075008000

Lu

asa

n P

en

gg

un

aa

n

La

ha

n (

Ha)

Jenis Penggunaan Lahan

Junrejo

Batu

Bumiaji

Page 7: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

135

Gambar 4. Diagram LuasanPenggunaan Lahan Kota Batu Tahun 2003

Tabel 4. Besaran Curah Hujan Kota Batu Tahun 2003 No Nama stasiun Luas (A)

(ha)

Besaran curah hujan (P)

(mm/thn)

(PxA)

1 Tlekung 58,15 1.651 139.296,14

2 Temas 116,91 1.651 25.265,61

3 Pendem 63,50 1.250 79.377,81

4 Ngaglik 84,37 1.747 246.294,16

5 Tunjungmoyo 121,83 1.533 179.227,49

6 Sumbergondo 140,98 1.268 73.730,54

Total 601,0465 930.686,6403

Tabel 5. Besaran Curah Hujan Kota Batu Tahun 2010 No Nama stasiun Luas (A)

(ha)

Besaran curah hujan (P)

(mm/thn)

(PxA)

1 Tlekung 58,15 2.817 237.672,45

2 Temas 116,91 3.107 47.537,10

3 Pendem 63,50 2.711 172.154,60

4 Ngaglik 84,37 2.079 293.099,92

5 Tunjungmoyo 121,83 2.513 293.802,15

6 Sumbergondo 140,98 2.382 138.506,42

Total 601.0465 1.526.452,351

Tabel 6. Besaran Daya Resap Air Hujan Tahun 2003 dan 2010

No Jenis Penggunaan

Lahan

Kec.Junrejo Kec.Batu Kec.Bumiaji

(m³/tahun) (m³/tahun) (m³/tahun)

2003 2010 2003 2010 2003 2010

Lahan Terbangun 4.643.916 2.548.883 5.314.861 4.010.246 10.160.689 7.013.178

1 Tanah Ladang 5.107.153 4.756.622 10.862.138 9.328.562 45.376.774 51.771.997

2 RTH 3.143.240 2.631.254 2.529.289 1.062.887 16.754.489 12.411.384

3 Sawah 11.224.719 7.486.689 4.403.263 2.134.853 0 0

4 Semak Belukar 1.672.838 908.107 5.559.308 4.289.529 3.559.656 543.312

5 Hutan 9.527.074 8.490.240 10.953.514 7.007.584 129.024.144 115.489.616

Total 35.318.940 26.821.795 39.622.373 27.833.661 201.316.096 186.686.718

0500100015002000250030003500400045005000550060006500700075008000

Lu

asa

n P

en

gg

un

aa

n

La

ha

n (

Ha)

Jenis Penggunaan Lahan Junrejo

Batu

Bumiaji

Page 8: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU

136 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

Gambar 5. Diagram Besaran Daya Resap Air Hujan Kota Batu Tahun 2003

Gambar 6. Diagram Besaran Daya Resap Air Hujan Kota Batu Tahun 2010

SIMPULAN

Penggunaan Lahan

Perbandingan lahan terbangun pada tahun

2003 sebesar 8:92, tahun 2006 perbandingan

12:88, sedangkan tahun 2010 perbandingan

bertambah menjadi 15:85. Secara detai luas hutan

tahun 2003 sebesar 7.776,5 Ha atau 39%, tahun

2006 bertambah menjadi 8.928 Ha atau 40,5%

namun tahun 2010 menurun menjadi 7.998,6 Ha

atau 40,3% dari seluruh luas kota yakni 19.807

Ha. Namun perbandingan luas yang ada masih

belum mencukupi untuk menjamin ketersediaan

air bersih kota Batu sendiri, kota dan kabupaten

Malang yang menggantungkan suplay air dari

kota Batu. Daerah resapan dan daerah tangkapan

yang ada di Kota Batu sangat terancam

keberadaannya karena rawan terkonversi dengan

lahan terbangun karena belum ada ketegasan

pengambil kebijakan dalam konservasi Sumber

Daya Air di daerah.

Daya Resap Air Hujan

Kecamatan Junrejo

Daya resap air hujan di kecamatan Junrejo

kontribusi terbesar berasal dari desa

Tlekung karena satu-satunya desa di

kecamatan Junrejo yang masih memiliki

wilayah hutan, yakni seluas 9.527.074 Ha

dengan total infiltrasi desa Tlekung sebesar

13.855.404 m3/tahun atau 39% di tahun

2003 dan di tahun 2010 wilayah hutan desa

Tlekung tetap mendominasi daya resap

meski menurun 8%. Sedangkan lahan

terbangun di kecamatan Junrejo dari 304,5

Ha berkembang menjadi 604,3 Ha atau

naik 100% sehingga berakibat pada

penurunan nilai infiltrasi sebesar 2.185.033

m3/tahun atau menurun 47% pada kurun

waktu 7 tahun.

Kecamatan Batu

Daya resap air hujan di kecamatan Batu

sebesar 39.622.373 m3/tahun dominasi

0

20000000

40000000

60000000

80000000

100000000

120000000

140000000

Be

sara

n I

nfi

ltra

si

Junrejo

Batu

Bumiaji

0

20000000

40000000

60000000

80000000

100000000

120000000

140000000

Bes

aran

In

filt

rasi

Junrejo

Batu

Bumiaji

Page 9: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

Puspa Permanasari, M.Bisri, Agus Suharyanto

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

137

terbesar dari wilayah hutan yakni

10.953.514 m3/tahun menyumbang 28%

dari seluruh besaran infiltrasi pada tahun

2003. Kontribusi terbesar berasal dari

hutan di desa Oro – oro Ombo sebesar

12.240.327 m3/tahun atau menyumbang

33% daya resap air hujan di kecamatan

Batu. Pada tahun 2010 luas hutan di desa

Oro-oro Ombo terkonversi menjadi ladang

dan semak belukar, sehingga hutan tdk lagi

menyumbang nilai infiltrasi sebesar

7(tujuh) tahun yang lalu, pada tahun 2010

hutan di desa oro-oro ombo hanya

menyumbang 4.338.720 m3/tahun, ladang

sebesar 4.707.014 m3/tahun dan semak

belukar sebesar 2.706.026 m3/tahun. Dari

penambahan luasan terbangun dan

konversi hutan tersebut, daya resap air

hujan di kecamatan Batu tahun 2010

menurun menjadi 27.833.661 m3/tahun.

Kecamatan Bumiaji

Penggunaan lahan hutan seluas 7.751,7 ha

atau sebesar 60,5% dengan kontribusi

terbesar berasal dari kawasan lindung

Tahura R. Soerjo Kota Batu yang disusul

dengan tanah ladang sebesar 3.287,3 ha

atau 25%. Pada tahun 2003 hutan di

Bumiaji menyumbang nilai infiltrasi

sebesar 129.024.144 m3/tahun dengan

persentase 77% dari total daya resap air

hujan di kecamatan Bumiaji sebesar

201.316.095 m3/tahun. Pada tahun 2010

karena pengurangan hutan di desa

Sumbergondo dan Tulungrejo serta

konversi hutan menjadi ladang dan senak

belukar pada desa Gunungsari, Pandanrejo,

Sumberbrantas.

Pengaruh Tata Ruang Terhadap Konservasi

Air

Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh penutup lahan terhadap konservasi air

digunakan dengan mengambil bentuk korelasi

dan analisa regresi antara penggunaan lahan

sebagai variabel bebas dan konservasi air sebagai

variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari

X1.Lahan terbangun; X2.Ladang; X3.Sawah;

X4.Semak Belukar; X5.RTH; X6.Hutan;

X7.Lahan Terbuka khusus di kecamatan Bumiaji.

Variabel terikat adalah konservasi air yang

melibatkan koefisien penggunaan lahan, curah

hujan rata-rata tahunan dan luas penutup lahan.

Analisa regresi yang dilakukan disetiap

kecamatan dapat diketahui penggunaan lahan apa

saja yang paling berpengaruh.

Kecamatan Junrejo

Pengaruh paling besar dalam penurunan

daya resap air hujan kedalam tanah di

kecamatan Junrejo adalah lahan terbangun,

hutan dan sawah. Setiap m² lahan

terbangun berpengaruh pada penurunan

daya resap air hujan ke dalam tanah

sebesar 15.957 m³/tahun. Setiap m² hutan

meningkatkan besaran infiltrasi sebesar

74.736 m³/tahun dan setiap m² sawah

berpengaruh pada konservasi air sebesar

366 m³/tahun.

Kecamatan Batu

Pengaruh yang paling besar terhadap

konservasi sumber daya air di kecamatan

Batu adalah lahan terbangun yang

menurunkan nilai infiltrasi sebesar 22.388

m³/tahun dan ladang di kecamatan Batu

menurunkan besaran infiltrasi sebesar

41.077 m³/tahun. Hutan dan RTH di

kecamatan ini sangat kurang sehingga

tidak mampu berpengaruh pada

peningkatan daya serap air hujan ke dalam

tanah.

Kecamatan Bumiaji

Hutan mempunyai pengaruh paling kuat

dalam konservasi sumber daya air di

kecamatan Bumiaji setiap m² hutan

berpengaruh 184.603 m³/tahun.

Penutup

Rekomendasi

Kecamatan Junrejo

Di kecamatan Junrejo lahan terbangun

mengalami peningkatan sebesar 299.8 ha

atau 98.45% hampir seratus persen dalam

kurun waktu tujuh tahun, jika hal ini

dibiarkan tanpa ada program untuk

penyelamatan ekologi lingkungan, maka

kota Batu tidak lama lagi akan mengalami

kenaikan suhu udara, kekurangan suplay

air bersih, kepadatan hunian yang

menyebabkan kemacetan dan

ketidaknyamanan. Rekomendasi untuk

kecamatan Junrejo adalah pengendalian

dan pengawasan ketat dalam pemberian

rekomendasi tata ruang, penerapan KDH

(koefisien dasar hijau) 30% dalam

pengendalian konversi lahan non

terbangun menjadi lahan terbangun.

Kecamatan Batu

Penggunaan lahan dominan di desa

Pesanggrahan adalah tanah ladang dengan

luas sebesar 202,6 ha, luas hutan 214 ha

dan semak belukar yang masih perlu

penghijauan dan penanaman hutan

kembali. Peningkatan kelurahan Ngaglik

pada penggunaan lahan terbangun sebesar

Page 10: Pengaruh Guna Lahan Thd Laju Penurunan Infiltrasi Di Kota Batu

PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP PENURUNAN INFILTRASI DI KOTA BATU

138 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

69,7 ha atau 71% dalam waktu tujuh tahun

hasil konversi RTH, Kelurahan Temas

konversi ladang, RTH, semak dan sawah

menjadi lahan terbangun sebesar 117,6 ha

atau bertambah 25% dari luas kelurahan,

dan penambahan lahan terbangun yang

semakin pesat mengurangi ruang terbuka

hijau yang ada, oleh karena itu pemerintah

harus tegas menetapkan kebijakan

pengembangan RTH kota demi pemenuhan

amanat 30% luas RTH kota diluar hutan

lindung dan Tahura.

Kecamatan Bumiaji

Kecamatan Bumiaji dikembalikan menjadi

hutan perlu mendapat penanganan yang

serius berupa program dan kegiataan

berkelanjutan dan mempunyai keluaran

yang terukur dan pasti. Desa berpengaruh

terhadap konservasi air yang berbatasan

langsung dengan tanah hutan rakyat dan

hutan lindung adalah Sumberbrantas,

Tulungrejo, Sumbergondo dan Bumiaji

agar hutan di keempat desa tersebut tidak

lagi dikonversi dan mendesak untuk

reboisasi kembali. Desa Sumberbrantas,

Pandanrejo dan Punten samasekali tidak

memiliki hutan, sedangkan daerah ini dari

hasil analis kesesuaiana lahan dan peta

arahan RTRW 2003 adalah kawasn

peyangga oleh sebab itu perlu penanaman

hutan kembali.

Penghijauan di sumberbrantas sbg lokasi

mata air Arboretum, kenyataan desa ini

sendiri tidak memiliki wilayah hutan,

padahal desa-desa dibawahnya sangat

tergantung oleh persediaan air sumber dari

daerah resapan yakni hutan di desa

Sumberbrantas dan sekitar. Ladang sayur

yang mendominasi daerah ini berakibat

pada kualitas air bersih yang ada di kota

Batu, karena pestisida yang dipakai,

terserap kedalam tanah sehingga

kandungan besi air di kota Batu, sebagian

besar diatas rata-rata standart dan baku

mutu air.

Saran

Pengembalian semak belukar menjadi

hutan menjadi utama di kota Batu disebabkan

ketersediaan sumber daya air sangat bergantung

akan keberadaan hutan, karena kondisi hutan di

kota Batu 60% belum bisa mencukupi suplay air

bersih untuk jangka waktu yang panjang apalagi

ketergantungan kota lain terhadap Batu dalam hal

suplay air bersih dan air minum. RTH di semua

kecamatan kondisinya sangat kurang oleh karena

itu pengembangan, pembangunan dan pencarian

lokasi baru untuk dibangun sebagai ruang terbuka

hijau. Kecamatan Batu sebagai pusat pariwisata,

perdagangan dan perhotelan, selain RTH dan

Hutan Kota, diperlukan penambahan sumur

resapan secara tepat dan lubang bipori pada

setiap kawasan untuk menambah daya resap air

hujan ke dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada

University Press : Yogyakarta.

Bisri, Mohammad, 2008, Konservasi Air Dalam

Perencanaan Ruang, Malang :

Penerbit Tirta Media

Bisri, Mohammad, 2009, Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai, Malang : Penerbit

Asrori

Direktur Penatan Ruang wilayah Tengah, 2001

Pemanfaatan Sumber Daya Air

Melalui Pendekatan Penataan Ruang,

Ditjen Penatan Ruang Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah

J. Kodoatie Robert dan Sjarief Roestam, 2010,

Tata Ruang Air. Yogyakarta :

Penerbit Andi

Jayadinata, Johara .T. 1999. Tata Guna Tanah

dalam Pedesaan, Perkotaan dan

Wilayah. Institut Teknologi Bandung :

Bandung

Kobayashi, Kiyoshi, 2010, Water Supply

Management System and Social

Capital. Bandung : Publised by

Regional and Infrastructure System

Research Group ITB

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun

2008 tentang Pengelolaan Sumber

Daya Air

Saaty, L. Thomas.1998. Fundamental Of

Decision Making and Priority With

The Hierarchy Process. ISBN 0-

9620117-6-1.RWS

Sunaryo, M Trie, 2004 .Pengelolaan Sumber

Daya Air Konsep dan Penerapnnya.

Malang : Bayumedia Publishing

Suripin. 2003. Pelestarian Sumberdaya Tanah

dan Air. Andi : Jogjakarta

Undang – undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air

Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang