19
MODUL 2 ANAK DENGAN GANGGUAN BAHASA ANAK YANG GAGAP A. Pengertian Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual – IV – TR atau DSM – IV – TR, istilah gagap atau Stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa gangguan komunikasi. Penelitian para ahli menemukan bahwa 1% penduduk dunia menderita stuttering tanpa melihat latar belakang budaya. Kemunculan gagap sebagai gangguan komunikasi ditandai oleh beberapa hal berikut ini : 1. Gangguan dalam kelancaran dan pola waktu berbicara. 2. Gangguan dalam kelancaran ini mempengaruhi pencapaian kemampuan akademis atau keterampilan lainnya. 3. Jika disertai dengan keterlambatan gangguan motoris atau sensoris saat berbicara, maka kesulitan bicara tersebut merupakan dampak sertaan yang berhubungan dengan masalah. B. Penyebaran (Prevalence)

Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Modul anak dengan gangguan bahasa

Citation preview

Page 1: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

MODUL 2

ANAK DENGAN GANGGUAN BAHASA

ANAK YANG GAGAP

A. Pengertian

Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual – IV – TR atau DSM – IV

– TR, istilah gagap atau Stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa

gangguan komunikasi. Penelitian para ahli menemukan bahwa 1% penduduk

dunia menderita stuttering tanpa melihat latar belakang budaya.

Kemunculan gagap sebagai gangguan komunikasi ditandai oleh

beberapa hal berikut ini :

1. Gangguan dalam kelancaran dan pola waktu berbicara.

2. Gangguan dalam kelancaran ini mempengaruhi pencapaian kemampuan

akademis atau keterampilan lainnya.

3. Jika disertai dengan keterlambatan gangguan motoris atau sensoris saat

berbicara, maka kesulitan bicara tersebut merupakan dampak sertaan yang

berhubungan dengan masalah.

B. Penyebaran (Prevalence)

Gagap muncul secara bertahap antara usia 2 – 7 tahun. Munculnya gagap

pada anak adalah 3% dari populasi, dengan kemungkinan muncul pada anak

laki-laki 3 (tiga) kali lebih besar dibandingkan kemungkinan terjadi pada anak

perempuan (Craing Han Cock, Tran, Craig & Peters; dalam Mash & Wolfe,

2005).

C. Penyebab Gagap

Pandangan yang paling luas berkembang adalah bahwa gagap muncul

disebabkan oleh adanya masalah emosional yang berkepanjangan atau

kecemasan hebat yang dialami oleh seorang anak.

Page 2: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

Faktor genetis juga memiliki peran yang sangat kuat dalam etiologi

(penyebab munculnya) gagap. Penyebab munculnya gagap disebabkan oleh

pengaruh lingkungan (Andrews, Morris – Yates, Howie & Martin, 1991).

Adapun faktor keturunan memberikan kontribusi paling besar dalam

munculnya gagap adalah karena adanya perkembangan yang abnormal yang

berhubungan dengan pusat bahasa di otak, yaitu pada hemisphere kiri. Sumber

kelainan bersifat biologis menerangkan terjadinya gagap menampilkan

gambaran klinis yang luas, seperti kehilangan spontanitas dan masalah harga

diri (self esteem).

D. Penanganan Anak yang Mengalami Gagap

Penanganan atau terapi yang dilakukan sangat tergantung pada tingkat

usia individu yang menderita gagap. Ketika anak diketahui menderita gagap,

salah satu masalah yang membuat orang tua dan terapis paling frustasi adalah

apakah memberi dampak positif (intervention) atau justru mengganggu

(interference) proses penyembuhan anak.

Treatmen (ancaman) psikologis yang paling dikenal luas adalah

mengajarkan pada orang tua cara berbicara secara perlahan-lahan dengan baik,

mengajarkan kalimat-kalimat pendek dan sederhana, secara bertahap atau

mengurangi tekanan (tension) yang dirasakan anak saat bicara (Smits –

Bandstra & Yovetich, 2003).

Page 3: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN BAHASA

EKSPRESIF DAN RESPEKTIF

A. Pengertian

Gangguan bahasa ekspresif (ungkapan), yaitu suatu gangguan yang

terjadi saat seseorang menjalani komunikasi yang ditandai dengan

ketidakmampuan (deficit) dalam mengungkapkan perasaan atau ide-idenya,

meskipun pemahaman bicaranya normal (tidak mengalami gangguan).

Perkembangan bahasa anak sesungguhnya mengikuti rangkaian tahapan yang

spesifik, meskipun kecepatan penguasaan dari setiap tahapan berbeda-beda

pada setiap anak.

Anak dengan gangguan bahasa ekspresif digolongkan dalam kategori

keterbelakangan mental (Mental Retardation) atau gangguan perkembangan

prevasive (prevasive development disorder), yang salah satu cirinya adalah

mengalami ketidakmampuan dalam bicara dan bahasa. Seorang anak

dikatakan mengalami gangguan dalam bahasa ekspreif bila terdapat jarak

(discrepancy) antara apa yang dimengerti oleh anak (bahasa reseptif) dengan

apa yang ingin mereka katakan (bahasa ekspresif).

Gangguan bahasa ekspresif dapat mempengaruhi keterampilan pra

akademik atau akademik, atau kemampuan berkomunikasi dalam kehidupan

sosial sehari-hari apabila gangguan ini cukup parah (severe). Gangguan

bahasa ekspresif harus dibedakan dengan gangguan lain yang saling

berdekatan, yaitu gangguan berbahasa reseptif. Penderita gangguan ini

mengalami kesulitan memahami bagian tertentu dari kata-kata atau

pernyataan-pernyataan, misalnya kalimat atau pernyataan yang berbentuk

“jika … maka …”.

B. Penyebaran (Prevalance) Gangguan Bahasa Ekspresif dan Respektif

Penderita gangguan komunikasi yang dialami oleh anak laki-laki

sebanyak 8% dalam hal ini hanya berbeda sedikit dengan anak perempuan

yang sebesar 6%.

Page 4: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

Hal ini terjadi karena anak laki-laki yang menderita gangguan

komunikasi, biasanya disertai pula dengan masalah perilaku, sehingga mereka

lebih sering dirujuk kepada ahli dan kemudian lebih sering didiagnosa sebagai

seseorang yang mengalami gangguan komunikasi dalam belajar dibandingkan

dengan anak perempuan (Vellution, dkk. 2004). Meskipun masalah bahasa

biasanya akan berkurang atau bahkan menghilang dengan berlalunya waktu,

namun secara rata-rata anak dengan gangguan komunikasi mengalami

masalah pada tingkah laku.

C. Penyebab Gangguan Bahasa Ekspresif dan Respektif

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan komunikasi antara lain

adalah faktor genetik, fungsi otak, infeksi telinga dan lingkungan rumah yang

beresiko.

D. Penanganan Anak yang Mengalami Gangguan Bahasa Ekspresif dan

Respektif

Gangguan bahasa ekspresif dan komunikasi lainnya yang sejenis

merupakan gangguan yang dapat dikoreksi oleh anak secara mandiri bersama

dengan berjalannya waktu pada usia sekitar 6 tahun, tanpa memerlukan

intervensi atau penanganan khusus. Meskipun demikian, orang tua dianjurkan

untuk mencari pertolongan dalam rangka memahami keterlambatan bicara

anak dan untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan semua yang

mungkin dapat dilakukan dalam menstimulasi perkembangan bahasa anak.

Page 5: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

MODUL 3

ANAK DENGAN PERILAKU INSECURE 1

(Penakut, Rendah Diri dan Pemalu)

ANAK YANG PENAKUT

A. Pengertian

Takut adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan yang disebabkan

oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya (Schaefer &

Millman, 1981). Rasa takut dipelajari, tetapi ada pula ketakutan yang bersifat

instinktual. Terdapat 3 (tiga) faktor yang diidentifikasi sebagai sumber takut

pada masa kanak-kanak (Schaefer & Millman, 1981), diantaranya :

1. Luka fisik seperti racun, operasi, perang dan lain-lain.

2. Badai seperti kejadian alam, keadaan gelap dan lain-lain.

3. Stress psikis seperti ujian yang akan dihadapi dan lain-lain.

Ketakutan sangat umum terjadi pada usia 2 – 6 tahun. Ketakutan akan

berkurang pada usia 5 tahun dan hilang pada usia antara 9 tahun. Secara

fisiologis, aliran adrenalin menyiapkan tubuh untuk mengambil tindakan

berupa perilaku menghadapi objek yang ditakuti atau sebaliknya, lari.

B. Karakteristik

Menurut Suran & Rizzo (1979), ketakutan dapat membantu anak

menghindari situasi kompetitif. Ketakutan juga dapat mengganggu hubungan

anak dengan teman sebayanya.

C. Penanganan

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi

anak yang penakut :

1. Bermain

2. Menunjukkan empati dan dukungan

3. Mengekspos situasi yang menakutkan kepada anak

4. Menjadi model

5. Memberi reward (penghargaan) terhadap keberanian

Page 6: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

ANAK YANG RENDAH DIRI

A. Pengertian

Perasaan rendah diri sendiri berkaitan dengan konsep harga diri (self

esteem). Self esteem tidak hanya meliputi penilaian anak tentang kemampuan

kognitifnya, tetapi juga merupakan reaksi afektif mereka (rasa bangga, malu

dan sebagainya) terhadap evaluasi diri yang mereka buat.

Anak yang rendah diri adalah anak yang memberi penilaian yang rendah

terhadap dirinya, termasuk pada kompetensi-kompetensi yang dimilikinya.

B. Karakteristik

Anak yang rendah diri tidak optimis terhadap hasil dari usaha mereka.

Frustasi dan rasa marah kurang dapat dikendalikan dan pada gilirannya sering

menghasilkan perilaku balas dendam terhadap orang lain atau dirinya sendiri.

Anak-anak yang merasa gagal sering merasa bahwa reward

(penghargaan) yang mereka terima disebabkan oleh keberuntungan dan

adanya kesempatan. Perasaan bahwa reward yang diterima disebabkan oleh

karakteristik dan tingkah lakunya sendiri mengarah pada apa yang disebut

sebagai “internal locus of controll”. Perasaan internal ini biasanya meningkat

dengan bertambahnya usia dan prestasi seseorang.

C. Penanganan

Ada sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa rendah diri

pada seorang anak, di antaranya :

1. Meningkatkan pemahaman diri

2. Mendukung kompetensi dan kemandirian anak

3. Menyediakan kehangatan dan penerimaan

4. Fokus pada hal-hal positif yang dapat dilakukan oleh seorang anak

5. Menyediakan pengalaman yang konstruktif (membangun)

6. Meningkatkan rasa percaya diri

7. Memberikan reward (penghargaan)

Page 7: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

ANAK YANG PEMALU

A. Pengertian

Anak yang pemalu adalah anak yang bereaksi secara negatif terhadap

stimulus baru serta menarik diri terhadap stimulus tersebut. Karakteristik dari

anak yang pemalu adalah sering menghindari orang lain dan biasanya mudah

merasa takut, curiga, hati-hati dan ragu-ragu untuk melakukan sesuatu serta

kurang memiliki keterampilan sosial.

B. Penanganan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak yang memiliki sifat

pemalu, di antaranya adalah :

1. Mendukung dan memberi reward terhadap sosialisasi yang dilakukan oleh

seorang anak.

2. Mendukung kepercayaan diri dan sikap yang wajar

3. Menyediakan suasana yang hangat dan penuh penerimaan

4. Melatih keterampilan sosial pada anak

5. Menyediakan agen sosialisasi untuk anak

6. Membuat kegiatan yang merangsang anak untuk berinteraksi

Page 8: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

MODUL 4

ANAK DENGAN PERILAKU INSECURE 2

(Pencemas)

ANAK YANG PENCEMAS

A. Pengertian

Kecemasan merupakan ketakutan akan hal-hal yang akan dialami di

masa depan dan keadaan tersebut mempengaruhi individu dalam berbagai area

fungsional.

Kecemasan memiliki 3 (tiga) komponen dasar, yaitu :

1. Keadaan subjektif, yang berkaitan dengan ketegangan, ketakutan dan

perasaan tidak mampu untuk mengatasi (coping).

2. Respon tingkah laku, seperti menghindar dari situasi yang menimbulkan

ketakutan, tergantungnya fungsi bicara, motorik dan unjuk kerja pada

tugas-tugas kognitif yang kompleks.

3. Respon fisiologis, yang meliputi ketegangan otot, peningkatan detak

jantung, tekanan darah dan kecepatan pernapasan, mulut menjadi kering,

mual, diare dan pusing.

Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada usia 2 dan 6 tahun.

Kecemasan baru menjadi sumber perhatian klinis jika hal itu telah mencapai

tingkat yang intens, yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi

dalam kehidupan sehari-hari.

B. Karakteristik

Konsep diri dari anak pencemas tergolong buruk, mereka memiliki

ketergantungan yang lebih besar pada orang dewasa. Anak yang memiliki

tingkat kecemasan yang tinggi, secara menyolok memiliki skor yang lebih

rendah pada tes-tes prestasi dan inteligensi.

Page 9: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

C. Penanganan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penanganan menghadapi

anak didik yang mengalami kecemasan berlebihan, yaitu :

1. Menerima anak dan menenangkan hatinya

2. Menggunakan bermacam-macam strategi

3. Mendorong anak untuk mengekspresikan perasaannya

4. Meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah

5. Meminta bantuan kepada profesional

MACAM-MACAM GANGGUANG KECEMASAN

A. Fobia

Reaksi fobia merupakan ketakutan yang intens dan tidak rasional

terhadap objek atau kejadian tertentu, ketakutan bersifat mengganggu dan

objek atau peristiwa yang ditakuti relatif juga tidak berbahaya.

Ada bermacam-macam bentuk fobia, di antaranya yang paling umum

adalah agoraphobia, claustrophobia dan acrophobia. Fobia berbeda dari

ketakutan berdasarkan intensitasnya, sifatnya maladatif dan terus menerus.

Salah satu ketakutan yang umum terjadi pada anak adalah ketakutan terhadap

situasi sosial, seperti sekolah.

Penyebab dari phobia masih belum diketahui secara pasti atau masih

menjadi misteri. Salah satu bentuk penanganan yang dapat dilakukan adalah

dengan modelling. Anak mengamati bagaimana cara berinteraksi secara

adaptif dengan objek yang ditakutinya. Dan yang paling efektif adalah dengan

objek participatory modelling, artinya anak bergabung dengan model untuk

mendekati objek yang ditakuti secara perlahan, setelah mengamati periode

mengamati (observation).

B. Fobia Sekolah

Fobia sekolah atau disebut juga penolakan untuk sekolah (school

refusal), didefinisikan sebagai ketakutan yang irasional terhadap beberapa

aspek dari situasi sekolah yang disertai dengan simptom-simptom fisiologis

Page 10: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

dari kecemasan dan kepanikan apabila anak ditinggalkan serta menyebabkan

ketidaksanggupan untuk pergi ke sekolah.

Penanganan terhadap anak-anak fobia sekolah seharusnya disesuaikan

dengan ketakutan yang dialami anak. Dapat juga ditangani dengan cara

menghadirkan secara perlahan-lahan objek yang ditakutinya.

C. Gangguan Kecemasan akan Perpisahan

Gangguan ini terjadi pada periode toddler, namun untuk alasan yang

tidak diketahui, kepanikan terhadap perpisahan dapat terjadi lagi pada periode

pra sekolah hingga masa remaja. Karakteristik inti dari gangguan kecemasan

akan perpisahan adalah adanya kecemasan berlebihan terhadap perpisahan

dari orang, biasanya orang tua, dengan siapa anak merasa nyaman dan lekat.

Simpton yang lain meliputi kekuatiran yang tidak realistis dan terus-menerus

tentang bahaya yang mungkin akan menimpa orang tersebut, misalnya

ketakutan ibunya akan celaka.

D. Gangguan Kecemasan yang Berlebihan

Gangguan ini dikarakteristikkan dengan kekuatiran dan ketakutan yang

berlebihan dan tidak realistis selama periode waktu 6 bulan atau lebih. Yang

menjadi karakteristik dari gangguan ini adalah adanya penilaian terhadap

kesadaran diri, keluhan somatis (misalnya, sakit perut) yang tidak memiliki

dasar fisiologis, perasaan tegang dan kebutuhan akan ketenangan hati.

Gangguan kecemasan yang berlebihan akan ditentukan pada 2 – 4 %

populasi. Bukti yang berkaitan dengan penyebab dari gangguan ini masih

kontradiktif.

Penanganan terhadap anak-anak yang mengalami gangguan ini

dilakukan dengan menggunakan kombinasi dari pendekatan kognitif – tingkah

laku, yang meliputi modelling, bermain peran dan pelatihan relaksasi.

E. Gangguan Obsesif – Kampulsif

Obsesi adalah pemikiran atau bayangan yang tidak dapat dicegah dan

terus ada dalam kesadaran seseorang sekalipun ia memandang hal itu sebagai

sesuatu yang tidak menyenangkan dan ingin menghindarinya.

Page 11: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

Adapun kompulsif / kompulsi adalah tindakan stereotipi yang

mendorong seseorang untuk mengulanginya lagi dan lagi, meskipun ia tidak

ingin melakukan hal itu.

Anak yang memiliki gangguan obsesif – kompulsif cenderung memiliki

inteligensi di atas rata-rata, memiliki pandangan moral yang kaku disertai

dengan perasaan bersalah, serta mempunyai kehidupan fantasi yang aktif.

Penyebab gangguan obsesif – kompulsif tetap masih menjadi sebuah

misteri, namun demikian studi akhir-akhir ini menemukan bahwa komponen

genetik berkaitan dengan gangguan ini. Intervensi tingkah laku dalam

pencegahan respons (response prevention), yaitu mencegah timbulnya tingkah

laku ritualistik, dilaporkan cukup berhasil untuk menangani anak dengan

gangguan obsesif – kompulsif. Penanganan yang bersifat medis dapat pula

diberikan oleh dokter untuk membantu anak yang mengalami gangguan

obsesif – kompulsif.

Page 12: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

PENANGANAN

ANAK BERKELAINAN

Disusun oleh :Nama : AI RAHMAWATINIM : 813236464

UNIVERSITAS TERBUKAUPBJJ SERANGPANDEGLANG

Page 13: Modul Anak Dengan Gangguan Bahasa

METODE

PENGEMBANGAN SENI

Disusun oleh :Nama : AI RAHMAWATINIM : 813236464

UNIVERSITAS TERBUKAUPBJJ SERANGPANDEGLANG