18
1.Pendahuluan 1.1 Definisi Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol yang tingginya tergantung umur individu yang terkena.tekanan darah berfluktuasi dalam batas- batas tertentu tergantung posisi tubuh,umur, dan tingkat stres yang di alami Hipertensi juga sering di golongkan ringan,sedang ,berat.berdasarkan tekanan diastole ,hipertensi ringan bila tekanan diastole 95-104 ,hipertensi ringan jika tekanan distolenya 105-114,sedangkan hipertensi berat tekanan diastolenya >115. Hipertensi dengan peningkatan sistole tanpa disertain peningkatan tekanan diastole lebih sering pada lansia,sedangkan hipertensi pada peningkatan diastole tanpa disertai tekanan sistole lebih sering terjadi pada dewasa muda Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara auskultasitoir, secara palpatoir pada nadi yang lemah, dan flush method pada bayi yang tidak tenang. Flush method dilakukan dengan mengembangkan manset secara lepas sampai extremitas sebelah distal manset tampak pucat, kemudian tekanan manset diturunkan perlahan- lahan, saat sebelah distal manset tampak mulai kemerahan tekanan. Waktu itu sesuai dengan tekanan sistolik yang biasanya lebih rendah dan pada hasil

hipertensi

Embed Size (px)

Citation preview

1.Pendahuluan

1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol yang tingginya

tergantung umur individu yang terkena.tekanan darah berfluktuasi

dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh,umur, dan tingkat

stres yang di alami

Hipertensi juga sering di golongkan

ringan,sedang ,berat.berdasarkan tekanan diastole ,hipertensi ringan

bila tekanan diastole 95-104 ,hipertensi ringan jika tekanan

distolenya 105-114,sedangkan hipertensi berat tekanan diastolenya

>115.

Hipertensi dengan peningkatan sistole tanpa disertain

peningkatan tekanan diastole lebih sering pada lansia,sedangkan

hipertensi pada peningkatan diastole tanpa disertai tekanan sistole

lebih sering terjadi pada dewasa muda

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara auskultasitoir,

secara palpatoir pada nadi yang lemah, dan flush method pada bayi

yang tidak tenang. Flush method dilakukan dengan mengembangkan

manset secara lepas sampai extremitas sebelah distal manset

tampak pucat, kemudian tekanan manset diturunkan perlahan-

lahan, saat sebelah distal manset tampak mulai kemerahan tekanan.

Waktu itu sesuai dengan tekanan sistolik yang biasanya lebih rendah

dan pada hasil auskultatoir maupun palpatoir. (Standart

Pelayanan Medis, 2000).

Hipertensi ser ing disebut sebagai the silent disease karena

penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi

sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Hipertensi lama atau ber at dapat menimbulkan komplikasi

berupa kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan

pembuluh darah per ifer. Hipertensi juga dapat meningkatkan risiko

penyakit jantung, stroke dan gagal jantung kongestif.

1.2 Etiologi Hipertensi

Etiologi hipertensi sistemik dapat dibagi dalam :

1. Hipertensi yang dapat disembuhkan

a. Renal : pielonefritis unilateral, hidronefrosis unilateral,

kerusakan ginjal karena trauma, ginjal hipoplastik, tumor wilms, tumor

ginjal lain.

b. Vaskular : koarkrasio aortae borakalis/abdominalis (kongenital

atau didapat), gangguan arteria renalis (aneurisma, stenosis,

arteritis, displasia fibromuskular, neurofibromatosis, fistula),

trombosis pada arteria venalis.

c. Adrenal : neuroblasmioma, feokromasitoma, sindrom

adreno- genital, penyakit cushing, hiperaldosteronisme primer.

d. Lain-lain : kelainan vaskular atau parenkim ginjal setelah

penyinaran, pemakaian licorice dalam jumlah banyak,

pemakaian glukoroitikoid.

2. Hipertensi kronis yang tidak dapat disembuhkan

a. Renal : glomerulonefritis kronis, pielonefritis kronis bilateral,

hidronefrosis bilateral, ginjal polikistik dan penyakit kolagen

seperti poliartritis nodusa dan lupus eritenatosis sistem

b. Vaskular : kelainan arteri venalis yang tidak bisa diperbaiki,

displasi fibromuskular bilateral, generalized hipoplasia of the

aorta dan surgicaly intermediable aortie coarctations.

c. Lain-lain : hipertensi esensial, nefropati timah hitam, perfiria

dan kerusakan parenkim ginjal akibat radiasi.

3. Keadaan dengan hipertensi akut

a. Renal : glomerulonefritis akut, sindrom hemolitik-uremik,

purpura anafilatosis dengan nefritis, tranfusi darah pada penderita

azotermia yang sebelumnya telah menderita hipertensi

ringan/sedang, sesudah pembedahan pada traktus urinarius,

sesudah transplantasi ginjal dan selama terjadi proses penolakan

terhadapnya, anephric patiens dan sesudah tindakan biopsi ginjal.

b. Akibat obat : pemakaian kortikosteroid, sesudah minum

sejumlah besar reserpin, pemakaian amfetmain dengan dosis

intravena dengan cepat, dan pemakaian obat-obatan yang

mengandung amina bersama- sama obat anti hipertensi.

c. Susunan saraf pusat : pada peninggian tekanan intrakranial

oleh sebab apapun termasuk tumor, hematoma subdural dan

meningitis.

d. Lain-lain : luka bakar, sindrom Guillan- Barre, sindrom

Steven- Johnson, leukimia, endokarditis bakterialis, muntah-

muntah dengan dehidrasi, hipernatremia, poliomielitis,

diauronomia familial, hiperkalsemia dan keracunan air raksa

(Rusepno Hasan dkk, 1995).

1.3 Patofidiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada

system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

( Brunner & Suddarth, 2002 ).

1.4 Klasifikasi Hipertensi

a. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu

1) Hipertensi primer (esensial)

Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan

oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal,

Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari

kasus hipertensi (Wibowo, 1999).

2) Hipertensi sekunder

Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain

hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini

menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Wibowo, 1999).

b. Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu

1) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)

Peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

2) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)

Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.

3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)

Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.

(Ismudiati, 2003)

3. Kategori hipertensi

WHO membagi hipertensi sebagai berikut:

Tabel 1.1

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal

Borderline

Hipertensi definitif

140

140-159

160

90

90-94

95

Hipertensi ringan 160-179 95-140

(Ismudiati, 2003)

JNC/ DETH membuat klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 1.2

Klasifikasi Tekanan Darah Usia >18 Tahun

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal

Normal tinggi

Hipertensi:

Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3

Stadium 4

<130

130-139

140-159

160-179

180-209

>210

<85

85-89

90-99

100-109

110-119

>120

1.5 Management dan Edukasi Pasien Hipertensi

a.Perubahan Gaya Hidup

Penanganan tipe pertama untuk hipertensi identik dengan menganjurkan perubahan

gaya hidup yang bersifat pencegahan dan meliputi perubahan diet], olah raga, dan

penurunan berat badan. Semua perubahan ini telah terbukti menurunkan tekanan

darah secara bermakna pada orang dengan hipertensi. Jika hipertensi cukup tinggi

dan memerlukan pemberian obat segera, perubahan gaya hidup tetap disarankan.

Berbagai program diiklankan dapat mengurangi hipertensi dan dirancang untuk

mengurangi tekanan psikologis misalnya biofeedback, relaksasi, atau meditasi.

Namun, secara umum belum ada penelitian yang secara ilmiah mendukung

efektivitas program ini, karena penelitian yang ada masih berkualitas rendah.

Perubahan asupan diet seperti diet rendah natrium sangat bermanfaat. Diet rendah

natrium jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada Kaukasia efektif menurunkan

tekanan darah, baik pada penderita hipertensi maupun pada orang dengan tekanan

darah normal. Selain itu, diet DASH, suatu diet kaya kacang-kacangan, biji-bijian,

ikan, unggas, buah, dan sayuran, yang dipromosikan oleh National Heart, Lung, and

Blood Institute, menurunkan tekanan darah. Keistimewaan utama dari program ini

adalah membatasi asupan natrium, namun demikian diet ini kaya [kalium]],

magnesium, kalsium, dan protein.

b.Pengobatan

Saat ini tersedia beberapa golongan obat yang secara keseluruhan disebut obat

antihipertensi, untuk pengobatan hipertensi. Risiko kardiovaskuler (termasuk risiko

infark miokard dan stroke) dan hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi

pertimbangan ketika meresepkan obat. Jika pengobatan dimulai, Seventh Joint

National Committee on High Blood Pressure (JNC-7) dari National Heart, Lung, and

Blood Institute menyarankan agar dokter memonitor respons pasien terhadap

pengobatan serta menilai apakah terjadi efek samping akibat obat yang digunakan.

Penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg dapat mengurangi risiko stroke sebesar

34% dan risiko penyakit jantung iskemik hingga 21%. Penurunan tekanan darah juga

dapat mengurangi kemungkinan demensia, gagal jantung, dan mortalitas yang

disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Pengobatan harus ditujukan untuk

mengurangi tekanan darah hingga kurang dari 140/90 mmHg untuk sebagian besar

orang, dan lebih rendah lagi untuk mereka yang memiliki diabetes atau penyakit

ginjal. Sejumlah praktisi medis menyarankan agar tekanan darah dijaga pada level di

bawah 120/80 mmHg. Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai, maka

diperlukan pengobatan lebih lanjut.

Pedoman mengenai pilihan obat dan cara terbaik untuk menentukan pengobatan

untuk berbagai sub-kelompok pun berubah seiring berjalannya waktu dan berbeda-

beda di berbagai negara. Para ahli berbeda pendapat mengenai pengobatan terbaik

untuk hipertensi. Pedoman Kolaborasi Cochrane, World Health Organization, dan

Amerika Serikat mendukung diuretik golongan tiazid dosis rendah sebagai terapi

pilihan untuk lini pertama. Pedoman di Inggris menekankan penghambat kanal

kalsium (calcium channel blocker/CCB) untuk orang yang berusia di atas 55 tahun

atau yang berdarah Afrika atau Karibia. Pedoman ini menyarankan penghambat

enzim konversi angiotensin (angiotensin-converting enzyme inhibitor/ACEI) yang

merupakan obat pilihan yang dianjurkan untuk pengobatan lini pertama pasien

berusia muda. Di Jepang, pengobatan dianggap wajar apabila dimulai dengan satu

dari 6 golongan obat termasuk: CCB, ACEI/ARB, diuretik tiazid, penghambat

reseptor beta, dan penghambat reseptor alfa. Di Kanada semua obat ini, kecuali

penghambat reseptor alfa, dianjurkan sebagai lini pertama yang dapat digunakan.

(Klarenbach, 2010)

c.Kombinasi obat

Banyak orang memerlukan lebih dari satu obat untuk mengendalikan hipertensi

mereka. Pedoman JNC7 dan ESH-ESC [4] menyarankan untuk memulai pengobatan

dengan dua macam obat apabila tekanan darah lebih dari 20 mmHg di atas target

tekanan darah sistolik atau lebih dari 10 mmHg di atas target diastolik. Kombinasi

yang lebih dipilih adalah penghambat sistem renin–angiotensin dengan antagonis

kalsium, atau penghambat sistem renin–angiotensin dengan diuretik. Kombinasi

yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Penghambat kanal kalsium dengan diuretik

Penghambat beta dengan diuretik

Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan penghambat reseptor beta

Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan verapamil atau diltiazem

Kombinasi yang tidak boleh digunakan adalah sebagai berikut:

Penghambat kanal kalsium non-dihidropiridin (seperti verapamil atau

diltiazem) dengan penghambat reseptor beta

Dua jenis penghambat sistem renin–angiotensin (contohnya, penghambat

enzim konversi angiotensin + penghambat reseptor angiotensin)

Penghambat sistem renin–angiotensin dan penghambat reseptor beta

Penghambat reseptor beta dan obat anti-adrenergik.

Hindari kombinasi penghambat ACE atau antagonis reseptor angiotensin II, diuretik,

dan OAINS (termasuk penghambat COX-2 selektif dan obat bebas tanpa resep

seperti ibuprofen) jika tidak mendesak, karena tingginya risiko gagal ginjal akut.

Istilah awam dari kombinasi ini adalah "triple whammy" dalam literatur kesehatan

Australia. Tersedia tablet yang mengandung kombinasi tetap dari dua golongan obat

tersebut. Meskipun nyaman dikonsumsi, obat-obatan tersebut sebaiknya tidak

diberikan untuk pasien yang biasa menjalani terapi dengan komponen obat tunggal.

dan yang penting untuk diingat dalam cara mengurangi kolesterol, sebaiknya hindari

obat-obatan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan efek samping (Sever 2011)

1.6 Komplikasi Hipertensi

1. Ensepalopati hipertensi

2. Gagal jantung.

3. Komplikasi dari penyakit primer.

4. Perdarahan retina, edema papil

(Standart Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito, 2000)

2.Laporan Hasil Pemeriksaan Pasien

2.1 Riwayat Penyakit Pasien

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan pusing ,

pusingnya seperti diputar-putar di bagian kepala,pada saat

berbaring dan melakukan aktifitas yang berat ,pusing bertambah

berat,dan pasien mengatakan bahwa pusingnya telah berkurang

setelah mengkonsumsi obat anti hipertisi.pasien tidak

mengeluhkan keluhan lain selain pusing.pasing mengatakan

bahwa dia menderita hipertensi

Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya juga pernah menderita

hipertensi dari beberapa bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga : Orang tua pasien mengalami

hipertensi

2.2 Faktor Resiko Yang Ada Pada Pasien

Menurut hasil anamnesis yang di lakukan pada pasien ,di

perkirakan faktor resiko yang ada pada pasien sehingga ia menderita

hipertensi adalah faktor genetik,dimana faktor genetik juga dapat

menentukan seseorang itu menderita hipertensi walaupun hanya

sebagian kecil yang mendapatkan hipertensi dari genetik.Disini, pasien

mengatakan bahwa orang tua orang tua pasien juga menderita penyakit

hipertensi.

2.3 Riwayat Pengobatan dan Respon Terhadap Pengobatan

Untuk riwayat pengobatan sendri os mengatakan bahwa , di

puskesmas os di berikan obat anti hipertensi (catopril ,diazepam).setelah

os mengkonsumsi obat tersebut untuk beberapa minggu ,os kembali lagi

ke puskesmas dan melakukan pemeriksaan tekanan darah ,dan tekanan

darah os telah mengalami penurunan.jadi respon terhadap

pengobatannya sangat baik.

2.4 Masalah-Masalah Lain yang Ada Pada Pasien

Untuk masalah lain pada pasien,pasien tidak banyak mengalami

masalah yang begitu berat ,hanya pada masalah gaya hidup dan pola

makan.os kurang dalam berolahraga , untuk pola makan sendiri,os

mengatakan bahwa ia sering mengkonsumsi makan-makan berlemak

2.5 Keterkaitan Hasil Observasi dengan Masalah Pasien

3.Evaluasi

3.1 Hal-hal Positif Yang Menyenangkan Yang Didapat Selama

Kunjunagn

Bisa melihat langsung bangaimana suasana pengobatan di

puskesmas

Dapat bertemu langsung dengan pasien

Dapat bersosialisasi langsung dengan pasien

Dapat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien secara langsung

Dokter dan perawat di puskesmas tersebut menerima kami

dengan baik

Dokter dan perawat di puskesma tersebut juga membantu kami

jika terjadi kendala dalam pemeriksaan kepada pasien

3.2Hal-hal Negatif Selama Kunjungan

Keterlambatannya perawat dan dokter yang datang sehingga ,ada beberapa pasien yang datang lalu kembali lagi karena puskesmas belum di buka

Minimnya dokter yang berada di puskesmas tersebut sedangkan pasien yang datang sangat banyak,sehingga pasien tersebut harus rela ,lama dalam mengantri.

Dalam pemeriksaan kepada pasien hipertensi ,si pasien tidak banyak mengeluhkan tentang keluhannya,sehingga kami tidak banyak dapat informasi tentang penyakit pasien

Dalam pemeriksaan fisik,pasien masih malu-malu dalam menyingkap pakaiannya ,sehingga kami kesulitan dalam melakukan pemeriksaan fisik

DAFTAR PUSTAKA

Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, Standart Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Edisi III, Jilid II, Penerbit Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2000 : 185-187.

Infor masi Pr oduk Terapetik. 2008, 2 November. Hipertensi. hlm. 3 ± 10.

Rusepno Hasan dkk, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid II, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985 : 774-776. Brunner,L dan Suddarth,D. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.Kuncara,A Hartono,M.Ester,Y.Asih,Terjemahanya) (Ed.8) vol 1 Jakartan:EGC

Ismudiati Rilantono et al, Lily. Buku Ajar Kardiologi. 2003. Jakarta:FKUI.

"Your Guide To Lowering Your Blood Pressure With DASH" (PDF). Diakses pada 24 november 2012

Klarenbach, SW (2010 May). "Identification of factors driving differences in cost effectiveness of first-line pharmacological therapy for uncomplicated hypertension.". The Canadian journal of cardiology 26 (5): e158-63.

Sever PS, Messerli FH (October 2011). "Hypertension management 2011: optimal combination therapy". Eur. Heart J. 32 (20): 2499–506.