Upload
amalianda
View
594
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dewasanya belakangan ini, jihad menjadi topik yang banyak
diperbincangkan oleh beberapa kalangan masyarakat di dunia, termasuk seperti
halnya akademisi dan intelektual. Kemudian pasca peristiwa 9-11 yang ditandai
dengan runtuhnya gedung WTC di New York dan hancurnya sebagian pusat
militer Amerika Serikat (AS) di Pentagon, Jihad kembali diperbincangkan
hampir di semua kalangan masyarakat dunia. Terbongkarnya para pelaku 9-11
yang diidentifikasikan sebagai kelompok Islam garis keras/radikal yang
merupakan bagian dari organisasi Al Qaeda, menjadikan citra Islam sebagai
ajaran yang membawa kedamaian ternodai dalam pandangan masyarakat dunia.
Ketika AS sedang gencar melakukan Global War on Terrorism, Indonesia
dikejutkan oleh peristiwa Bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002. Peristiwa
pengeboman tersebut diidentifikasi sebagai kelompok Islam garis keras di
Indonesia yang memiliki motif melakukan pembunuhan terhadap orang asing
khususnya AS, Israel dan sekutunya yang berada di Indonesia sebagai
perwujudan dari Jihad dan berdasarkan hasil penyelidikan pihak berwajib para
pelaku tersebut merupakan jaringan dari Jamah Islamiah (JI). Selain merusak
citra Islam, Tindakan teror tersebut membawa stigma negatif terhadap pondok-
pondok pesantren yang ada di Indonesia sebagai sarang teroris, hal tersebut
muncul karena para pelaku merupakan alumni pesantren yang berhaluan radikal
Dalam tulisan singkat ini akan membahas dan mendiskusikan tentang hubungan
Jihad dan radikalisme dengan harapan dapat memahami kedua termino logi
yang banyak di bicarakan dalam dasawarsa sekarang ini sebagai bagian dari
kasus-kasus terorisme yang terjadi khususnya di Indonesia.
Tema tentang jihad agaknya selalu tak henti menjadi topic hangat. Lebih-
lebih bila dihungkan dengan interplay antar cara pandang baik di kalangan
muslim sendiri maupun di luar muslim dalam memahami semesta ajarn Islam.
Kata jihad seolah dipahami agker, sarat dengan bentuk-bentuk physical dan tak
rentan dari sikap insinuative. Kata-kata jihad ini pula yang akhir-akhir ini
2
melambungkan nama Islam di pentas mondial, walau lebih banyak sisi
penyoratifnya disbanding positifnya. Lagi-lagi, hal ini dikarenakan kerancuan
tafsir yang dilakukan, misalnya dengan hanya mempersempit makna dari segi
lateral dengan memfokuskan pada balas dendam dan kekerasan. Setiap agama
selalu saja terdapat kelompok fundamentalis, minoritas, militant, ekstrim dan
radikal. Menurut penelitian Karen Amstrong (2001), fundamentalisme tidak
hanya terdapat pada agama yang monoteistik saja. Ada juga fundamental isme
Budha, Hindu dan bahkan Kong Hu Cu yang sama-sama menolak butir-butir
nilai budaya liberal dan saling berperang atas nama agama serta berusaha
membawa hal-hal yang sacral ke dalam urusan politik dan Negara. Dengan
demikian, secara global, fundamentalisme dan radikalisme ini merupakan
masalah masalah dan tantangan bagi semua agama. Pemahaman islam perlu
dikembalikan pada penilaian yang substantive. Paparan dan ulasan mengena i
jihad, radikalime umat beragama dan muslim moderat inilah yang dijelaskan
dalam makalah ini. Kami berharap makalah ini bisa mengungkap pemikiran
Islam yang benar mengenai berbagai tema penting yang tengah mengalami
kebuntuan ilmiah, dan kami berusaha menempatkan itu semua sesuai dengan
sumber dasarnya yang paling hakiki yaitu Al-Qur’an Al-Karim.
B. Masalah atau Topik Bahasan
1. Apa pengertian Jihad dan Radikalisme Umat beragama ?
2. Apa landasan dan Macam –macam Jihad ?
3. Bagaimana Latar belakang Radikalisme Agama?
4. Bagaimana bentuk dan Dampak Radikalisme Umat beragama ?
5. Bagaimana upaya menanggulangi Radikalisme Umat Beragama ?
6. Apa muslim Moderat itu ?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian secara luas Jihad dan Radikalisme Umat
Beragama.
2. Untuk mengetahui landasan dan Macam – macam Jihad.
3. Untuk mengetahui Latar belakang Radikalisme Agama itu seperti apa.
4. Untuk mengetahui bentuk dan Dampak Radikalisme Umat beragama itu
bagaimana.
5. Untuk mengetahui upaya menanggulangi Radikalisme Umat Beragama.
6. Untuk mengetahui muslim Moderat itu seperti apa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JIHAD DAN RADIKALISME UMAT BERAGAMA
1. Jihad
Kata jihad mengandung beberapa pengertian, baik pengertian literal
maupun pengertian konstektual. Di dalam kamus al-Mawrid karya Albaki
(1973:491), jihad berati perang di jalan akidah (keimanan). Sedangkan menurut
Galsse(1998:194-195), jihad berasal dari kata jahada yang artinya upaya
sungguh-sungguh, dan mempertahankan islam dari serangan pihak lawan. Di
dalam kamus al-Munawwir (1984:217), jihad berasal dari kata jahada-yujahidu
yang berati mencurahkan segala kemampuan yang di miliki. Sementara iu,
menurut al- Raghib dan al-Banna (2006), kata jihad adalah bentuk infinit ive
dari kata jahada, yang artinya menggunakan atau mengeluarkan tenaga, daya,
usaha, kekuatan untuk melawan suatu objek yang tercela. Selanjutnya, Salim
(2002:619) memberikan pengertian jihad secara konstektual: jihad adalah usaha
semaksimal mungkin untuk mencapai cita-cita, dan upaya untuk membela
agama islam dengan harta, benda, jiwa, dan raga.
Dengan demikian, jihad dalam pengertian konstektual ini adalah perjuangan
yang dilakukan oleh individu muslim maupun kelompok islam dalam
menyiarkan agama Islam, dan perjuangan – perjuangan lain yang lebih luas
seperti : perjuangan di bidang pendidikan, kesehatan, moral ekonomi, sosial,
budaya, politik, keamanan, hak dan kewajiban, lapangan pekerjaan, dan lain-
lain dengan segenap kemampuan yang dimiliki.
Seperti yang telah dikemukakan diatas, jihad berbeda dengan perang
meskipun sebagian orang Barat mengidentikkan jihad sebagai perang (war)
untuk menyiarkan islam. Jihad yang diartikan perang, menurut Ali (1996:638),
sebenarnya tidak dikenal dalam ajaran islam. Jihad dalam arti “Perang Suci”,
seperti yang di kemukakan oleh Klein dalam Ali (1996), di pandang sebagai
suatu pemaknaan yang di pengaruhi oleh konsep Kristen (Perang Salib), di
mana pandangan tersebut keliru sekaligus menyesatkan.
5
Selaras dengan hal tersebut, maka jihad berbeda dengan perang(qital dan
hard). Jihad dalam Al-Qur’an seperti dalam Q.S. Al- Ankabut:6, Q.S Al-
Hajj:78, Q.S AL-Taubah:73, Q.S Al-Tahrim:9, Q.S Al-Baqarah:218, dan lain-
lain berati “berjuang”. Sementara itu, qital dan hard yang bermakna “perang”
di dalam Al-Qur;an di kemukakan dengan sangat hati-hati . kalaupun ada ayat
yang memerintahkan untuk perang, hal tersebut dalam rangka mempertahankan
diri dari gangguan dan penganiyayaan dari pihak luar islam atau musuh-musuh
islam, tidak boleh melampaui batas, dan untuk menghindari fitnah. Hal ini
sesuai firman Allah sebagai berikut :
(Q.S Al-baqarah:190)
(Q.S Al-baqarah:193)
(Q.S Al-baqarah:194)
6
Misi di turunkannya islam kea lam semesta ini adalah rahmatan lil alamin,
dan sebgai pedoman manusia dalam mengemban misi utamanya, yaitu sebagai
khalifah Allah SWT di muka bumi. Dengan demikian, uamat islam dtuntut
untuk selalu menjaga harmoni kehidupan di tengah dua karakter yang ada dalam
dirinya “ifsad fi al- ard”(kecendurangan untuk membuat kerusakan di muka
bumi), dan “safka al-dima”(potensi konflik antar sesame manusia).
Wajah islam yang toleran tampak jelas dalam peritiwa Fath Makkah
(pembebasan kota Makkah) yang dilakukan oleh umat Islam. Makkah perlu di
bebaskan setelah 21 tahun dijadikan sebgai pusat komunitas musyrikin. Saat
umat islam mengalami kegembiraan atas keberhasilannya, ada sekelompok
kecil sahabat Nabi Muhammad SAW berpawai dengan memekikkan slogan
“al-yaum yaum al-malhamah”(hari ini adalah hari pertumpahan darah). Slogan
ini di maksudkan sebagai upaya balas dendam terhadap kekejaman kaum
musyrik Makkah terhadap umat islam di masa silam. Gejala radikalisme ini
dengan cepat diantisipasi oleh Nabi Muhammad SAW dengan melarang
beredarnya slogan tersebut dan menggantinya dengan slogan” al yaum yaum al-
marhamah” (hari ini adalah hari kasih sayang). Akhirnya, peristiwa
pembebasan kota Makkah dapat berhasil tana terjadinya pertumpahan darah
(Umar,2006).
2. Radikalisme Umat Beragama
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tampil dengan wajah yang sarat
kasih sayang, toleran, dan penuh percaya diri. Islam tidak mengajarka n
kekerasan apalagi radikalisme.
Kata radikalisme berasal dari kata radical yang berarti “dasar” atau sesuatu
yang fundamental. Menurut istilah, radikalisme berati pembaruan atau
perubahan sosial dan politik yang drastis, atau sikap ekstrem dari kelompok
tertentu agar terjadi pembaruan atau perubahan sosial secara
drastic(Salim,t.t:1220). Menurut Gove (1968:1873):
Radical: relating to the root, original, fundamental, radicalis:tending or dispose
to make extreme, conditions, or institutions in politic and conservative in
religion. Radicalism: the will or the effort to uproot and reform that wich is
7
established (radikal:berhubungan dengan akar,asal-usul, dan fundamenta l.
Radikalis:cenderung atau kecenderungan untuk menjadi ekstrem, merubah cara
pandang, kebiasaan, kondisi, atau institusi politik dan konservatif dalam agama.
Radikalisme: kemauan atau usaha untuk mengubah apa yang ada).
Dengan demikian, radikalisme umat beragama adalah paham yang
menginginkan pembaruan atau perubahan sosial, dan politik secara drastic
dengan menggunakan sikap yang ekstrem. Radikalisme bukan ciri ajaran islam
karena islam dalam menyiarkan agama menggunakan cara bil hikmah (
bijaksana), tutur kata yang santun, dan menggunakan cara berdebat yang
dilandasi saling hormat-menghormati.
B. LANDASAN DAN MACAM – MACAM JIHAD
1. Landasan Jihad
Landasan jihad dalam islam terdapat dalam kitab suci Al-qur’an, hadist,
dan itjihad. Dalam Al-Qur’an, landasan-landasan tersebut, antara lain, terdapat
dalam ayat-ayat sebagai berikut.
Q.S Al-Ankabut:6
Q.S Al-Ankabut:8
8
Q.S Al-Hajj:78
Q.S Al-Baqarah:218
Hukum jihad adalah fardhu kifayah. Artinya,jika jihad telah dilakukan oleh
orang yang memenuhi persyaratan, maka gugurlah kewajiban orang yang
menunaikan dan segenap muslimin lainnya. Jihad menurut status hokum ini
meliputi penegakan hukum islam, belajar ilmu tafsir, hadis, fikih, dan ilmu – ilmu
pelengkap lainnya. Termasuk dalam hukum jihad ini ialah menghindarkan diri dari
kemudharatan dan menghindarkan diri dari kekurangan makan. Perlu ditegaskan di
sini bahwa jihad bukan merupakan rukun islam, karena rukun islam sudah jelas
aspek, yakni:syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
Landasan jihad yang berstatus hukum fardhu kifayah, antara lain, terdapat
dalam antara lain :
9
Q.S Al-fath:17
Q.S Al-Taubah:91
Jihad hukumnya fardhu ain’, jika pemimpin umat islam telah memaklumkan
mobilisasi umum bagi kaum muslimin yang memiliki kemampuan untuk
melaksanakan jihad dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Misalnya, pada
saat umat islam merasa terhalangi untuk melaksanakan rukun islam, dan terusik
kedaulatan bangsa dan negaranya, maka mereka di perintahkan untuk berjihad (
berjuang sungguh-sungguh di jalan Allah SWT).
Landasan jihad yang berstatus hukum fardhu ain’ ini adalah firman Allah
dalam surah sebagai berikut :
10
Q.S Al-Anfal:15
Q.S Al-Anfal:16
Q.S Al-Anfal:39
2. Macam – macam Jihad
Jihad di tinjau dari macamnya dapat dipilah menjadi dua, yaitu jihad
universal dan jihad konstektual. Jihad universal di dalam Al-Qur’an di sebutkan
di dalam surah sebagai berikut :
11
Q.S Al-Nahl:110
Sedangkan jihad konstekstual, menurut al Raghib dalam al-Banna(2006),
ada tiga macam: berjuang melawan musuh yang kelihatan, berjuang melawan
setan, dan berjuang melawan hawa nafsu. Sementara itu, macam-macam jihad
secara konstektual di era modern, menurut Sabirin (2004), terindentifikasi ada
tiga: jihad memerangi musuh secara nyata, jihad melawan setan, dan jihad
mengendalikan diri sendiri. Jihad dalam pengertian universal di atas juga
mencakup seluruh ragam jihad ynag bersifat lahir dan batin, sebagaimana di
contohkan dalam perjuangan Nabi Muhammad Saw selama di Makkah dan
Madinah.
Jihad memerangi musuh secara nyata dapat di temukan dalam firman Allah
berikut:
Q.S Al-furqan:52
Sedangkan jihad melawan setan akan terus berlangsung sepanjang hidup.
Selama manusia hidup di dunia, setan selalu melakukan tipu daya, baik melalui
harta, tahta, wanita, nafsu, kekuasaan, dan kesombongan. Di dalam Al-quran
terdapat pada surah sebagai berikut :
12
Q.S Al-Isra:64
Meskipun Allah SWT memberikan kesempatan kepada iblis (setan) untuk
menyesatkan manusia dengan segala kemampuannya, tetapi segala tipu daya
setan itu tidak akan mampu menyesatkan manusia yang benar-benar beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Manusia selain dibekali agama dan akal, juga diberi nafsu oleh Allah SWT.
Nafsu manusia pada dasarnya meliputi nafsu baik dan nafsu buruk. Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia jika di beri kesenangan maupun cobaan sering
memiliki sikap yang berbeda. Pada saat manusia senang, mendapat nikmat dari
Allah SWT, mereka seharusnya bersyukur, dan memperbanyak amal
ibadahnya. Tetapi tidak sedikit manusia yang diberi kesenangan dan
kenikmatan, justru kufur kepada-Nya. Begitu pula pada saat memperoleh
cobaan, orang beriman seharusnya menyikapinya dengan sabar dan tawakal
serta lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun tidak sedikit orang
mendapat cobaan justru semakin menjauhkan diri dari Allah SWT. Sikap kufur,
sombong, dan menjauhkan diri dari Allah tersebut di karenakan manusia di
pengaruhi oleh nafsu buruk yang ada pada dirinya. Allah SWT berfirman pada
surah sebagai berikut :
13
Q.S Al-fajr:15-16
Allah SWT menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan
itu adalah suatu kemuliaan, dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti
dikemukakan dalam dua ayat di atas. Karena sebenarnya kekayaan dan
kemiskinan adalah ujian Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya.\
Dengan demikian, jihad melawan musuh yang kelihatan , melawan setan,
dan melawan hawa nafsu yang ada pada diri merupakan jihad yang sifatnya
konstektual. Lebih lanjut, Sabirin(2004) mengemukakan, jihad zaman modern
lebih bersifat konstektual, yakni meliputi jihad di bidang ekonomi, sosial, dan
ilmu pengetahuan.
Jihad ekonomi adalah upaya membebaskan diri dari kemiskinan sehingga
umat islam menjadi umat yang kaya. Era modern di tandai dengan tingkat
kemakmuran suatu Negara. Fenomena itulah yang perlu kita jihadkan, sebab
islam bukan identik dengan agama orang miskin dan kaum papa. Karenanya,
membebaskan diri dari kemiskinan merupakan jihad ekonomi.
Berikutnya adalah jihad ilmu. Jihad di bidang ini sangat perlu di
priotitaskan. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sejalan
dengan jihad untuk kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Termasuk dalam
kelompok ini, berjihad dalam mengatasi pengangguran. Hal itu merupakan
suatu langkah penyelamatan dari ancaman kefakiran, kiriminalitas, dan
degradasi moral.
14
Lebih lanjut, jihad dalam konsteks berperang sangat terbatas dan harus
memenuhi kriteria yang sangat ketat. Ketika umat Islam terancam oleh
kekuatan nyata dari orang-orang kafir, pada saat itulah jihad dalam arti
berperang baru di wajibkan. Jihad dalam bentuk perang fisik harus dipersiapkan
secara matang, baik sumber daya manusia (SDM), mental, taktik, strategi
maupun peralatannya. Di jelaskan dalam surah sebgai berikut :
Q.S Al Shaff:4
C. LATAR BELAKANG RADIKALISME UMAT BERAGAMA
Terdapat beragam faktpr yang menyebabkan terjadinya radikalisme di
kalangan umat beragama. Bila diklasifikasi berdasarkan jenisnya, setidaknya
ada dua macam faktor latar belakang radikalisme umat beragama, yakni yang
bersifat umum dan yang bersifat khusus. Latar belakang yang bersifat umum
adalah bahwa di lingkungan umat beragama apapun jenis agamanya selalu
terdapat kelompok fundamentalis, minoritas, militan, ekstrem, dan radikal.
Menurut penelitian Amstrong (dalam Umar, 2006), fundamentalis tidak hanya
terdapat dalam pemeluk agama yang monoteistik saja, akan tetapi
fundamentalis juga bersemai dalam komunitas pemeluk agama Budha, Hindu,
dan Kong HuChu, yang sama-sama menolak butir-butir nilai budaya liberal dan
saling berperang atas nama agama, serta membawa hal-hal yang saklar ke dalam
persoalan politik dan negara. Dengan demikian, fundamentalisme dan
radikalisme ini merupakan masalah dan tantangan bagi semua umat beragama.
Dalam islam, menurut Umar (2006), gejala fundamentalisme dan
radikalisme sebenarnya telah disinyalir sejak Rasul Allah SAW masih hidup.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim dikisahkan:
15
Ketika Rasul Allah SAW membagi fa’i (harta rampasan perang) di daerah
Thaaif dan sekitarnya, tiba-tiba salah seorang sahabat yang bernama Dzul
Khuwaishirah dari Bani Tamim mengajukan protes kepada Nabi SAW
dengan mengatakan, “Bersikaplah adil, wahai Muhammad!” Nabi SAW
merespon, “Celaka kamu, tidak ada orang yang lebih adil dari aku! Karena
apa yang kulakukan itu berdasarkan petunjuk Allah SWT.” Setelah Dzul
Khuwaishirah pergi, Nabi SAW bersabda, “Suatu saat nanti akan muncul
sekelompok kecil dari umatku yang membaca al-Qur’an, namun tidak
mendapatkan makna yang sebenarnya” (HR. Muslim).
Terbukti setelah kemangkatan Nabi Muhammad SAW, pada tahun 35
Hijriyah, Usman RA terbunuh secara mengenaskan oleh sekelompok umat
Islam yang radikal. Peristiwa ini kemudian terulang lagi pada masa khalifah Ali
bin Abi Tholib yang juga terbunuh oleh kalangan radikal dari umat Islam.
Tindakan komunitas radikal tersebut lazimnya bernuansa politis.
Sementara itu latar belakang yang bersifat khusus, antara lain:
1. Pengertian seseorang terhadap agama yang tidak tepat, penyalahgunaan
agama untuk kepentingan sektarian, pemehaman agama yang tekstual,
rigrid(kaku), sempit, dan penyalahgunaan simbol agama.
2. Agama digunakan sebagai pembenar tanpa mengakui eksistensi agama
lain. Kelompok radikal agama ini mengklaim agama dan kelompoknya
sebagai yang paling benar.
3. Adanya penindasan, ketidakadilan, dan marginalisasi, sehingga
melahirkan gerakan perlawanan, contohnya kondisi menyedihkan di
Palestina, Afghanistan, dan Irak serta beberapa negara yang lain.
4. Adanya tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Jika tekanan itu
melampaui batas ambang kesabaran, maka muncul gerkan perlawanan
dengan menggunakan segala cara untuk meraih kemerdekaan. Tanpa
ragu, nyawapun dipertaruhkan, seperti bangsa Indonesia pada saat
melawan penjajah Belanda dan Jepang, Vietnam pada waktu diduduki
Amerika Serikat, Aljazair pada saat dijajah Perncis, dan sebagainya.
5. Lingkungan masyarakat yang tidakkondusif terkait dengan
kemakmuran, pemerataan, dan keadilan.
16
6. Menolak modernitas dan lebih melakukan peran formal agama. Pada
saat eksistensi umat bergama dilanda krisis modernisasi, maka mereka
mempertahankan diri dengan memunculkan reaksi atas krisis yang
mengancam mereka. Sebab modernisasi merupakan sebuah fase sejarah
yang mengelilingi kehidupan umat manusia, di mana terdapat sisi
positif dan juga sisi negatif.
7. Pandangan dunia (wordl view) dari umat beragama yang berupaya
memperjuangkan keyakinan yang merka anggap benar dengan sikap-
sikap emosional yang menjurus pada kekerasan. Secara empirik,
radikalisme agama di belahan dunia muncul dalam bentuknya yang
paling konkrit di Bosnia di mana kaum Ortodok, Katolik, dan Islam
saling membunuh. Di Irlandia Utara umat katolik dan Protestan juga
saling bermusuhan.
8. Kurangnya kesadaran bermasyarakat dan berbangsa secara pluralist ik
sehingga menyebabkan hilangnya rasa toleran, dan sebaliknya timbul
fanatisme atas kebenaran agamanya sendiri. Seharusnya sebuah
masyarakat atau bangsa yang plural memiliki kesadaran setuju untuk
tidak setuju dalam menyikapi pluralisme sosial, budayaa, dan agama
yng ada di tengah-tengah masyarakat maupun bangsa tersebut.
D. BENTUK DAN DAMPAK RADIKALISME UMAT BERAGAMA
1. Bentuk-Bentuk Radikalisme Umat Beragama
Bentuk-bentuk radikalisme umat beragama ada beberapa jenis, yaitu:
aksi teror, bom bunuh diri, saling menyerang, aksi kekerasan, intimidas i
perlawanan terhadap pemerintahnya, dan lain-lain. Aksi radikalisme umat
beragamayang terjadi belum lama diantara lain:
a. Timbulnya aksi kekerasan, seperti tragedi Black Tuesday World
Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001 di Amerika Serikat.
b. Tragedi bom di Legian Bali dan pengeboman Hotel JW Marriot di
Jakarta, yang mengakibatkan ratusan nyaawa melayang sebagai
akibat dari aksi terorisme tersebut.
17
c. Aksi teror di Thailand Selatan, khususnya di Propinsi Pattani,
Narathiwat, Yalla, dan Songkla. Teror tersebut secara misterius
berkecamuk di daerah tersebut yang mayoritas penduduknya
Muslim dan Budha. Latar belakang aksi terorisme tersebut
dilatarbelakangi oleh kesenjangan sosial, ekonimi, politik,
pendidikan, dan kebudayaan.
d. Perlawanan yang terjadi di Philipina selatan. Karena tekanan rezim
politik yang berkuasa di Philipina terhadap kelompok minor itas
Muslim sehingga mereka tidak mendapat hak kebebasan beragama
dan berpendapat. Karenanya, mereka melakukan perlawanan dengan
cara radikal.
2. Dampak Radikalisme Umat Beragama
Secara umum, radikalisme umat agama mengakibatkan erjadinya
teror dan kekerasan bahkan menimbulkan konflik dan peperangan secara
horisontal dan vertikal, apalagi jika yang terlibat berasal kelompok agama
yang berbeda. Sudah banyak darah yang mengalir akibat aksi radikalisme
tersebut, begitu juga korban harta benda bahkan nyawa. Di samping itu,
radikalisme melahirkan beragam penderitaan dan nestapa. Tidak sedikit
wanita yang kehilangan suami, anak yang kehilangan orang tua, serta ribuan
orang kehilangan tempat tinggal.
Dari sisi psikis, radikalism e agama menimbulkan keresahan dan
ketakutan pada masyarakat, dan kurang adanya sikap saling percaya antara
rakyat dan penguasa. Secara internasional, aksi-aksi radikalisme tersebut
mengakibatkan urunnya citra bangsa, negara, bahkan agama yang dipeluk
oleh bangsa tersebut. Penyebabnya tidak lain karena banyak orang yang
menyamaratakan antara agama dan praktik-praktik yang dilakukan oleh
umat beragama tersebut.
Radikalisme yang terjadi di Timur Tengah dan Asia Tenggara
(Indonesia, Thailand, Malayasia, Singapura, dan Filipina) mengakiba tkan
daerah-daerah yang menjadi objek pariwisata bagi turis asingmapun
domestik (termasuk di dalamnya tempat-tempat bisnis dan lembaga-
lembaga pendidikan), yang mendatangkan devisa bagi negara, akhirnya
18
kehilangan pemasukan strategis. Sebab turis mancanegara tidak mau datang
ke wilayah-wilayah yang tidak aman dan nyaman itu. Kondisi ini
diperburuk dengan adanya travel warning dari negara-negara tertentu agar
tidak mendatangi daerah atau negara yang rawan dari gangguan teror atau
ancaman dari radikalisme.
Menurut Tahir (2004), kini radikalisme, terutama yang
bermotifkan agama, menjadi perhatian kaum agamawan dan para pemerhati
sosisial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan pertahanan,
baik di dalam maupun luar negeri.dengan merebaknya aksi kekerasan di
luar negeri (tragedi WTC pada 11 September 2001) dan salam negeri
(tragedi Legian Bali, penegeboman Hotel J.W. Marriot, dan lainnya),
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam turut merasakan
efek buruk itu. Padahal aktor intelektual dibalik teror tersebut berasal dari
luar negeri (bukan umat Islam Indonesia), dan hanya dilakukan oleh
sekelompok “kecil” dari umat Islam Indonesia.
E. UPAYA MENANGGULANGI RADIKALISME UMAT BERAGAMA
Upaya – upaya untuk menaggulangi eskalasi radikalisme umat
beragama di Indonesia khususnya, dan di negara-negara lain pada umumnya,
dapat di lakukan dengan mengetahui secara tepat akar permasalahannya.
Selanjutnya, di cari solusi yang tepat dan bijak dengan melibatkan pihak-pihak
terkait. Khususnya para pelaku radikalisme agama. Diantara upaya-upaya yang
dapat di lakukan untuk menanggulangi radikalisme umat beragama adalah:
1. Perubahan sikap dan pandangan dari negara-negara Barat terhadap negara-
negara Muslim di dunia. Sudah saatnya dan sudah semestinya umat islam
di dunia tidak di posisikan sebgai lawan Barat Pasca berakhirnya era perang
dingin. Namun, sebaliknya, umat islam di dunia harus di perlakukan sebagai
sahabat dan partner dalam bidang kehidupan secra bermatabat dan tidak
diskriminatif.
2. Mengurangi dan menghapuskan kesenjangan sosia, ekonomi, politik,
pendidikan, dan kebudayaan di tingkat nasional, regional, dan internasiona l.
19
3. Reorientasi pemahaman agama yang tekstual, rigid, dan sempit menjadi
pemahaman yang konstektual, fleksibel, dan terbuka.
4. Melakukan modernisasi kehidupan umat secara selektif, dengan
mengakomodir sisi positifnya dan mengeliminir sisi negatifnya.
5. Menanamkan kesadaran “setuju untuk tidak setuju” dalam menyikap i
pluralism sosial, budaya, dan agama yang berkembang di tengah – tengah
masyarakat dan bangsa. Perlu disemaikan pula kesadaran umat beragama di
era globalisasi ini untuk dapat hidup bersatu di tengah- tengah masyarakat,
bangsa, dan negara meski tidak harus melebur menjadi satu.
F. MUSLIM MODERAT
Kini sudah saatnya umat Islam menumbuhkan karakter
keberagaman yang moderat, dan memahami dinamika kehidupan secra
lebih terbuka dalam konteks pluralitas kehidupan dari pihak lain yang
berada di luar kelompoknya. Keberagaman yang moderat akan mengurangi
polarisasi antara fundamentalisme dan sekularisme dalam menyikap i
modernitas dan perubahan. Islam yang di tengah-tengah akan membentuk
karakter islam yang terbuka, rasional, dan demokratis. Islam hadir di muka
bumi untuk memahami panggilan kemanusiaan, keadilan, kasih sayang, dan
perdamaian. Tugas seluruh umat islam adalah memberikan citra positif bagi
islam yang memang berwajah humanis, anti kekerasan, sarat cinta kasih,
dan moderat.
Kata moderat merupakan sikap yang selalu menghindari perilaku
yang berlebih- lebihan. Moderat merupakan pandangan atau sikap seseorang
yang cenderung kearah pengambilan sikap dengan menggunakan jalan
tengah(Salim,2002). Dengan demikian muslim moderat dapat di definis ikan
sebagai pandangan seorang muslim atau umat islam terhadap suatu
persoalan dengan selalu menghindarkan praktik-praktik yang radikal dan
cenderung menyikapi segala sesuatu dengan mengambil jalan tengah (
moderat).
Muslim di Indonesia pada dasarnya adalah moderat dan toleran,
karena latar belakang masuknya islam ke Indonesia yang damai lewat para
20
pedagang Gujarat dan Arab. Padahal, saat itu penduduk Indonesia sudah
memiliki kejayaan dan kepercayaan tertentu , seperti: Hindu, Budha,
Animisme, dan dinamisme. Secara sosial-budaya, muslim Indonesia
berbeda dengan muslim belahan dunia lain. Meski demikian. Umat islam di
Indonesia dapat dikatakan kurang kental keislamannya disbanding di
negara-negara lain.
Dengan demikian, radikalisme umat islam di Indonesia bukan
bersumber dari budaya asli umat islam di Indonesia, sebab pada dasarnya
mereka adalah komunitas yang moderat. Hal itu terjadi lebih karena
pengaruh asing. Maraknya konspirasi politik dan kepentingan pragmatis
dari pihak tertentu, baik dari dalam maupun dari luar negeri, berpotensi
untuk merusak citra Isalam dan citra umat Islam di Indonesia yang gemah
ripah loh jinawi, yang dalam terminologi Al-Qur’an sering diistilahkan
dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang sejahtera dan
di rahmati Tuhannya)
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jihad hari ini tidaklah mengharuskan kita untuk mati di Jalan Allah, akan
tetapi bagaimana supaya kita bisa tetap hidup di Jalan Allah.
2. Radikalisme umat beragama adalah paham yang menginginkan pembaruan
atau perubahan social, dan politik secara drastic dengan menggunakan sikap
yang ekstrem.
3. Muslim Moderat adalah pandangan seorang muslim atau umat islam
terhadap suatu persoalan dengan selalu menghindarkan praktik-praktik
yang radikal dan cenderung menyikapi segala sesuatu dengan mengambil
jalan tengah (moderat).
B. Saran
1. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam
memaknai arti dan makna jihad, radikalisme umat beragama dan muslim
moderat.
2. Jangan sampai kita manyalah artikan jihad.
3. Sebagai generasi penerus bangsa berjihad lah kita di jalan yang benar yang
sesuai di zaman kita dengan pendidikan yaitu menuntut ilmu untuk
membangun negara yang lebih baik. Untuk dapat menjadikan islam lebih
maju dan tidak mudah dimasuki oleh ajaran-ajaran yang menyimpang.
22
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malibari,Zainuddin Abdul Aziz.1993.fath al-Mu’in. Surabaya: Nurul Huda
Al- Banna,Gamal.2006.al-Jihad.Terj. Jakarta: Tim Mata Air Publishing
Al-Munawwir,Ahmad Warson.1984.Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progresif
Albaki. Munir.1973. al-Mawrid: A Modern English-Arabic Dictionary. Beirut:
dar al-Islam li al-Malayin
Ali, Maulana Muhammad.1996. Din al-Islam. Lahore: Ahmadiyah Building.
Azra. Azyurmardi.2006. Moderate Islam and Democracy in Indonesia.
Bangkok: The Embassy of the Republic of Indonesia.
Bahreisj, Salim.1997. Riyadh al-Shalihin. Terj. Bandung: PT Ma’arif.
Baqi,Fuad Abdul. Al-Lu’lu’ wa al-Marjan. Bairut: Darul Fikr.
Glasse. Cyril. 1998. The Concise Encyclopaedia of Islam. New York: Columbia
University .
Gove, Philip Babcock. 1968. Webster’s Third New International Dictionary.
Massachusetts: G&C Merriam Company Springfield.
Kementrian Urusan Agama Islam. Wakaf, Dakwah, dan Irsyad Kerajaan Saudi
Arabia. 1990. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Madinah: Majma’Malik Fahd
li Thiba’ah al- Mushaf al-Syarif.
Sabirin,Rahimi. 2004. Jihad Akbar di Dunia Modern. Jakarta:Teras.
Salim, Peter, et. al. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press.
Tahir.2004. Meredam Gelombang Radikalisme. Jakarta:CMM press dan Karsa
Rezeki
Umar, Nasaruddin. 2006. Jihad. Jakarta: Mata Air Publishing.