14
Pengasuhan dan Pekerjaan Oleh : Yolanda Nur Laili Agustian D.M.

PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Pengasuhan dan Pekerjaan

Oleh :YolandaNur Laili

Agustian D.M.

Page 2: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

1. Tipe-tipe pola asuh yang diterapkan orang tua/pengasuh pengganti ibu yang bekerja.

2. Factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua/pengasuh pengganti ibu yang bekerja

3. Kelebihan dan kekurangan tipe-tipe pola asuh yang diterapkan orang tua/pengasuh pengganti ibu yang bekerja.

4. Tipe pola asuh yang banyak diterapkan oleh orang tua/pengasuh pengganti ibu yang bekerja serta perkembangannya bagi tumbuh kembang anak.

Rumusan Masalah

Page 3: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

1. Pola asuh bisa diandalkan (demokratis)Orang tua yang bisa diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anak-anak mereka. Pada pola asuh demokratis ini menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman dan kooperatif terhadap orang lain.

Tipe-tipe Pola Asuh Yang Diterapkan Orang Tua Yang Bekerja

Page 4: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

2. Pola asuh otoriter Pola asuh anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku dimana orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Anak yang dibesarkan dengan teknik pola asuh seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang tua dan lain-lain. Namun dibalik itu biasanya anak yang diasuh oleh orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter lebih bisa mandiri, tumbuh sesuai dengan harapan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

Page 5: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

3. Pola asuh permisif Jenis pola asuh anak tidak mempedulikan pertumbuhan dan perkembangan terhadap anak. Anak yang diasuh oleh orangtua dengan pola semacam ini anak berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

4. Pola asuh penelantarOrangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Pada tipe pola asuh ini orangtua hanya memberikan waktu, perhatian dan biaya yang sangat sedikit pada anak-anaknya. Anak yang diasuh oleh orangtua dengan pola semacam ini akan memiliki harga diri yang rendah, cenderung tidak kompeten secara sosial, kurang mandiri dan terasing dari keluarga.

Page 6: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

5. Pola Asuh Campuran Orangtua tidak konsisten dalam mengasuh anak. Orangtua terombang-ambing antara tipe bisa diandalkan, otoriter, atau permisif. Pada pola asuh ini orangtua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh bisa diandalkan, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif.

Page 7: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Pendidikan Status ekonomi Lingkungan sosial Usia orangtua

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Yang Diterapkan Orang Tua

Yang Bekerja

Page 8: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Menurut Dewi (2008), anak yang diasuh secara demokratis cenderung aktif, berinisiatif, tidak takut gagal karena anak diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam pengambilan keputusan di keluarga. Orangtua memberikan pengawasan dan dorongan yang positif. Namun tidak menutup kemungkinan hal ini akan menyebabkan berkembangnya sifat menentang dan ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Kelebihan Dan Kekurangan Tipe-tipe Pola Asuh Yang Diterapkan Orang TuaYang Bekerja

Page 9: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Menurut Lutvita (2008 dalam Tejalaksana, 2011), pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang tidak peduli terhadap anak. Orangtua memperbolehkan semua keinginan anak baik dalam hal positif ataupun negatif. Anak yang diasuh secara permisif mempunyai kecenderungan kurang berorientasi pada prestasi, egois, senang memaksakan keinginannya, kemandirian yang rendah, serta kurang bertanggungg jawab. Anak juga akan berperilaku agresif dan anti sosial, karena sejak awal tidak diajarkan untuk mematuhi peraturan sosial, dan tidak pernah diberikan hukuman ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orangtua.

Page 10: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Pola asuh campuran antara demokratis, permisif, dan otoriter. Sehingga pada pola asuh campuran orangtua tidak konsisten dalam mengasuh anak. Pada pola asuh campuran ini orangtua akan memberikan larangan jika tindakan anak menurut orangtua membahayakan, membiarkan saja jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan.

Dalam penerapan pola asuh campuran maka menghasilkan anak dengan perkembangan inisiatif. Perkembangan inisiatif yang diperoleh anak dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan inderanya. Dengan anak mendapatkan kebebasan dalam arti bebas tanpa aturan akan tetapi kebebasan yang diperoleh anak ada batasan dan peraturan antara anak dengan orangtua. Dengan demikian anak mampu mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak dicapai.

Page 11: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu pola asuh yang diterapkan lebih menggunakan tipe pola asuh permisif menjadi yang cukup besar ditetapkan setelah pola asuh demokratis. Hal ini disebabkan sebagian besar pengasuh adalah nenek, nenek lebih banyak memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan apa yang dikehendaki dan mendapatkan yang diinginkan, tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit memberikan bimbingan.

Tipe Pola Asuh Yang Banyak Diterapkan Oleh Orang Yang Bekerja Serta Perkembangannya Bagi Tumbuh Kembang Anak

Page 12: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Pola asuh permisif yang diberikan oleh orangtua pengganti ibu seperti itu akan menghasilkan anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. Selain itu ada dampak yang dihasilkan pada penerapan tipe pola asuh permisif yang cenderung memberikan kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi perkembangan psikososial anak pada usia prasekolah. Karena anak masih tetap membutuhkan arahan dari orangtua untuk mengenal mana yang benar dan mana yang salah, dengan memberikan kebebasan yang berlebihan akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah sehingga menimbulkan perasaan salah pada anak usia prasekolah.

Page 13: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Pengasuhan yang terbaik tetap dilakukan sendiri oleh ibu, karena kelekatan dan kedekatan secara psikologis antara ibu dan anak sudah terjalin selama anak masih dalam kandungan. Hal ini selaras dalam jurnal yang berjudul the effects of maltreatment on children’s moral development dalam menjalin hubungan dengan anak melalui kelekatan dan keterlibatan orangtua dalam membangun komunikasi, kedisplinan, memodifikasi perilaku dan gaya pengasuhan (Jennifer dan Teresa, 2010).

Page 14: PENGASUHAN DAN PEKERJAAN

Hal yang perlu diterapkan pada kondisi orang tua bekerja pada anak adalah memberi pengertian kepada anak tentang keadaan orangtua dan mendidiknya jauh lebih dewasa dan mandiri dari usia anak, hal ini diterapkan sesuai tahap pertumbuhan anak. Artinya dalam hal ini orangtua mengajak anak ikut berfikir, memahami dan bernegosiasi. Bukan berarti orangtua lepas tangan kepada anak, bukan pula anak tidak peduli dan tumbuh sebebasnya, namun keduanya ada timbal balik.

Setiap pola asuh memang memiliki sisi positif dan negatif, hal ini tergantung dengan bagaimana seorang anak (objek) atau orang tua (pelaku pola asuh) memahami dan mengerti tujuan penerapan.

Ex : membebaskan artinya dapat berbuat seenaknya dll. Kesalahan yang sering dilakukan pada kondisi orangtua bekerja adalah

orangtua selalu memberikan apa yang anak butuhkan dalam hal materil, namun dalam hal kasihsayang selalu kurang dengan alasan orangtua sudah lelah dengan pekerjaannya, maka disinilah nampak ketimpangan keduanya, anak mencari ilmu, bersenang-senang, orangtua mencari uang, dan keduanya hanya memiliki relasi dalam hal materil.