11
BAB 2 MANUSIA MAKLHLUK MULTIDIMENSI Perlunya pemahaman terhadap manusia Titik tolak pemahaman terhadap manusia Gambaran paradoksal tentang manusia Multidimensionalitas kebudayaan Kelompok 1: 1. Diru Pangestu 115130117 2. Awal Rachmansyah 115130440 3. Pithaloka Yanu Andrina 125130584 4. Raja Debby 115110533 5. Andrew yapvito 125140097 6. Febrian sena 115130080

Manusia Makhluk Multidimensi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 2 MANUSIA MAKLHLUK

MULTIDIMENSIPerlunya pemahaman terhadap manusiaTitik tolak pemahaman terhadap manusiaGambaran paradoksal tentang manusiaMultidimensionalitas kebudayaan

Kelompok 1:1. Diru Pangestu

1151301172. Awal

Rachmansyah 115130440

3. Pithaloka Yanu Andrina 125130584

4. Raja Debby 115110533

5. Andrew yapvito 125140097

6. Febrian sena 115130080

Manusia adalah makhluk yang

berhadapan dengan dirinya sendiri. Tidak hanya berhadapan,

tetapi juga menghadapi, dalam

arti mirip dengan menghadapi soal,

menghadapi kesukaran dsb

Hidup manusia merupakan sumber gerak dan dinamika kebudayaan. Maka

mencermati kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari refleksi terhadap

eksistensi dan kehidupan manusia. Hidup manusia harus menjadi pokok refleksi

tentang kebudayaan . Karena kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari manusia.

Socretes mengatakan, ‘hidup yang tidak pernah dikaji adalah hidup yang tidak

layak untuk dihidupi’. Refleksi atau pemahaman terhadap hidup mulai dari bertanya: mengapa aku hidup? Apa arti hidup ini ? dan bagaimana hidup yang bernilai ?. Kebudayaan lahir sebagai

usaha manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam hidupnya.

“man can be either more or less an animal, but never an animal” - Max Sheller

Perlunya pemahaman terhadap manusiaBahwa

manusia mempunyai kemampuan dan potensi

untuk berkembang

Memiliki rasa ingin tahu akan apa

yang ada di sekitarnya

Bahwa manusia

mempunyai keyakinan

akan adanya sesuatu yang

absolut

Tiap tindakan atau aktivitas yang manusia lakukan dapat menghasilkan kebudayaan

Dimensi dalam kehidupan manusia

Dimensi kesosialan• Hanya dalam berinteraksi dengan sesamanya, manusia saling

menerima dan memberi seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaannya.

Dimensi kesejarahan• manusia adalah makhluk historis, makhluk yang mampu menghayati

hidup di masa lampau, masa kini, dan mampu membuat rencana-rencana kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang.

Dimensi kesusilaan • bahwa dalam diri manusia ada kemampuan untuk berbuat kebaikan

dalam arti susila atau moral, seperti bersikap jujur, dan bersikap/berlaku adil.

Dimensi keindividuan• Setiap anak manusia sebagai individu ketika dilahirkan telah dikaruniai

potensi untuk menjadi diri sendiri yang berbeda dari yang lain. Karena adanya individualitas ini maka setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan yang berbedaDimensi keberagaman

• sebagai orang yang beragama, manusia meyakini bahwa Tuhan telah mewahyukan kepada manusia pilihan yang disebut rasul yang dengan wahyu Tuhan tersebut, manusia dibimbing ke arah yang lebih baik, lebih sempurna dan lebih bertaqwa.

Titik tolak pemahaman terhadap manusia

Aristoteles, manusia adalah anime rationale

manusia

Ia (manusia) adalah makhluk yang terbuka pada dunia (openness to the world), makhluk yang bebas dan rasional . Ia adalah makhluk yang dapat mengobjektivisikan diri, ia mampu mengambil jarak terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Ia adalah makhluk dengan struktut dan organ tubuh kompleks, fungsional, dan sempura. Tetapi dinamika tanpa henti pada manusia menunjukkan bahwa ia adalah makhluk yang ‘belum’ sempurna. Ia tidak pernah merupakan makhluk yang ‘sudah selesai’. Ia harus menyempurnakan diri. Penyempurnaan diri manusia tidak hanya dengan beradaptasi dengan lingkungan alam melainkan juga dengan menciptakan dan menyerap kebudayaan.

F. Hegel, manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan tak terbatas

F. Nietzsche, manusia ‘dapat membuat janji masa depan’

E. Cassirer, manusia sebagai makhluk simbolik

Gambaran paradoksal tentang manusia

Aku/subyek

• Bukan aku/obyek

Tubuh

• Jiwa

Individual

• Sosial

Imanen

• Transenden

Fisik

• Psikis

Jasmani

• Rohani

Duniawi

• Ilahi

Heidegger memahami manusia sebagai makhluk yang “mengada dalam dunia” (being in the world). Keberadaannya dicirikan sebagai “being there” (ada disana) karena meskipun mampu bertransendensi dan bebas ia tetap mengalami keterbatasan seperti kelaparan, penderitaan,penyakit, bahkan kematian yang sana sekali tak bisa dihindari. Ia adalah “ada” yang “Mengada” (transendensi) tetapi sekaligus juga “mengada” yang “ada” (imanensi). Ia “berada dalam dunia” dan menghadapi dunia sebagai realitas system instrumental yang membuat dunia tidak hanya “ada begitu saja” melainkan siap untuk digunakan (“read to hand”).

Subyek dan antar subyektivitasManusia adalah subjek tetapi subjek yang selalu berada dalam relasi dengan subjek-subjek lain (dimensi antar subjektif). Hubungannya dengan orang lain merupakan sesuatu yang konstitutif bagi manusia.

Hubungan antar subyektivitas

menurut

Levinas, “orang lain”

Heidegger, “makhluk yang berada di dunia”

Buber, “makhluk dialogal”

Sartre, “manusia berada yang bebas”

Gabriel Marcel, “ada yang menjelma”

Manusia itu makhluk bertubuhManusia tidak hanya subjek melainkan juga objek,objektivitas manusia tampak pada unsur tubuh yang dimilikinya. Manusia adalah makhluk bertubuh. Sebagai makhluk bertubuh manusia tidak berbeda dengan makhluk lain. Tetapi unsur kebertubuhannya itu membuat manusia mampu menciptakan kebudayaannya.

Maka bagi manusia,tubuh memiliki beberapa makna hakiki seperti (Satrapratedja 2010: 96-100) :

1. Tubuh sebagai kancah ekspresi manusia,2. Tubuh sebagai kehadiran,3. Tubuh sebagai bahasa,4. Tubuh sebagai prinsip instrimentalitas,5. Tubuh sebagai keterbatasan dan6. Tubuh sebagai media kesadaran.

Namun manusia tidak identik dengan tubuh (Satrapratedja 2010:94-95). Karena kita mampu menilai hidup dan berbagai ekspresi badani kita (Marcel).

“Bahwa tubuh merupakan medium yang memungkinkan manusia terlibat dalam kegiatan sosial sehari-hari” – Erwin Goffman

“Aku adalah tubuhku” – Merleau Ponty

Transendensi (trans-scendere) berarti mengatasi batas,going beyond.istilah itu menunjuk pada gerak dan selalu melewati batas yang mengelilingi manusia : tempat,ruang,waktu ia adalah makhluk `roh` dan spiritual yakni subjek yang dapat ada dan bertindak tanpa ketergantungan intrinsik pada suatu organism atau hal-hal yang material Pribadi/Person menunjuk pada status manusia sebagai `subjek` yakni sebagai pelaku yang bebas dan rasional, yang tak dapat direduksi menjadi objek dan juga menunjukkan sifat keutuhan,keunikan dan kerohanian manusia` Humanisasi, manusia bukan sekedar “ada” melainkan menentukan cara mengadanya sendiri dengan menciptakan kebudayaan. Kebudayaan merupakan cara humanisasi manusia. Dengan kebudayaan manusia membudidayakan dirinya dengan membudidayakan alam atau dengan menghumanisasikan alam,manusia menghumanisasikan dirinya. Dengan demikian manusia menyempurnakan dirinya (kebudayaan subjektif) dan alam (kebudayaan subjektif) melalui kebudayaan.

Manusia sebagai makhluk sejarahSejarahlah yang mengajarkan kepada manusia bagaimana

manusia harus hidup. “Manusia adalah pengada pedarah,emigran substansial ia tidak memiliki batas

mengenai apa yang dibuatnya. Manusia tidak memiliki kodrat (natura) tetapi sejarah (historia). Yang merupakan

kodrat ada pada benda,yang merupakan sejarah ada pada manusia. Manusia pun tidak memiliki kodrat lain,selain

yang dibuatnyaKehidupan masa kini tak bisa dipisahkan

dari kehidupan antarpersonal. Karena kebertubuhan dan temporalitas

merupakan realitas yang secara esensial antarpersonal dan social

Multidimensionalitas kebudayaan

Culture

Kebudayaan hadir karena manusia terus menerus bertanya dalam perjungannya untuk menjawab dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya.

Kebutuhan akan memaksa manusia mengatur hubungan antar sesama atau antar pribadi dengan melembagakannya sebagai organisasi sosial,merumuskan regulasi-regulasi (misalnya hukum) dalam seluruh bidang kehidupannya.Manusia merupakan bagian dari alam semesta tetapi berkat rasionalitas dan kehendak bebas yang ia miliki,ia mampu mengubah dunianya dalam dan melalui kebudayaan.