17
Bab I Makhluk Manusia A. KONSEP DASAR KAJIAN EVOLUSI Sepanjang sejarah umut manusia, ia selalu bertanya tentang siapa dirinya, dari ia datang, dan dikaitkan dengan kencederungan perilakunya, maka sejumlah pertanyaan tersisa, misalnya, mengapa pada akhirnya ia berperilaku seperti tu. Hingga saat ini asal usul mengenai manusia masih merupakan misteri. Persoalan mendasar adalah apa serta bagaimana wujud sesungguhnya perkembangan makhluk manusia itu secara biologis? Makhluk manusia, menjadi sasaran kajian ilmu antropologi selain perilaku budayanya. Konsep berpikir evolusi masyarakat pada masa fase ke-2 dalam perkembangan ilmu antropologi. Menurut koentjaraningrat(1997), garis besar teori ini menyatakan bahwa: masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat 1 jangka waktu berlibu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi” Pada masa itu antropologi menjadi ilmu yang bersifat akademik, yaitu: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu mengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia” Proses evolusi sebagaimana dikemukakan Ariyono suyono(1985) ada lain: suatu proses perkembangan yang berjalan secara lambat dari bentuk atau wujud yang sederhana menjadi lebih sempurna atau lebih rumit” Harsoyo dengan mengutip morgan(1984) merumuskan batasan tentang evolusi organic sebagai berikut : organic evolution means, that animals and plants at present living on earth have descended from other in the past, and that in the course of time a process of divergence has taken place”

Makhluk Manusia Bab 2

Embed Size (px)

Citation preview

Bab I Makhluk Manusia

A. KONSEP DASAR KAJIAN EVOLUSI Sepanjang sejarah umut manusia, ia selalu bertanya tentang siapa dirinya, dari ia datang, dan dikaitkan dengan kencederungan perilakunya, maka sejumlah pertanyaan tersisa, misalnya, mengapa pada akhirnya ia berperilaku seperti tu. Hingga saat ini asal usul mengenai manusia masih merupakan misteri. Persoalan mendasar adalah apa serta bagaimana wujud sesungguhnya perkembangan makhluk manusia itu secara biologis? Makhluk manusia, menjadi sasaran kajian ilmu antropologi selain perilaku budayanya. Konsep berpikir evolusi masyarakat pada masa fase ke-2 dalam perkembangan ilmu antropologi. Menurut koentjaraningrat(1997), garis besar teori ini menyatakan bahwa: masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat 1 jangka waktu berlibu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi Pada masa itu antropologi menjadi ilmu yang bersifat akademik, yaitu: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu mengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia Proses evolusi sebagaimana dikemukakan Ariyono suyono(1985) ada lain: suatu proses perkembangan yang berjalan secara lambat dari bentuk atau wujud yang sederhana menjadi lebih sempurna atau lebih rumit Harsoyo dengan mengutip morgan(1984) merumuskan batasan tentang evolusi organic sebagai berikut : organic evolution means, that animals and plants at present living on earth have descended from other in the past, and that in the course of time a process of divergence has taken place Grolier Encyclopedia (2000) menyatakan evolusi sebagai suatu proses: Evolution is the process by which all living things have developed from primitive organisms through changes occurring over billions of years, a progression that includes the most advanced animal and plants. Exactly how evolution occurs is still a matter of debate, but that it occurs is a scientific fact. Biologists agree that all living thing arose through a long history of changes shaped by physical and chemical processes that are still taking place. It is plausible. That all organisms can be traced be traced back to be the origin of life from inanimate matter

Pada abad ke-18 penyelidikan mengenal evolusi biologi telah menjadi ajang perdebatan para ajaran. Jeans Baptiste Comte de Lamarck dan Bonnet misalnya adalah beberapa nama yang secara tekun mendiskusikan pola evolusi primata ini. Sampai pertengahan abad ke-19 banyak tulisan kemudian lahur dari penekun antropologi, yang khusus mengkaji eksistensi primate di antara makhluk lain di muka bumi, perkembangan secara evolusi. Factor penyebab munculnya spesies baru, dan lain-lain. Salah seorang penekun kajian evolusi adalah Charles Darwin (1802-1889),cucu dari Erasmus Darwin. Meskipun Darwin bukan satu-satunya ahli yang menguraikan tentang proses evolusi,namun tonggak sejarah proses ini dapat dikatakan mulai pada dirinya. Tulisannya tertuang dalam buku On the Origin of Species by means of Natural Selection or the Preservation of favoured Races in the struggle for Life(1859) dan kemudian disusul dengan The Dessent of Man and on the Selection in Relation to Sex(1871). Uraiyan teori bahwa bentuk hidup tertua di muka buki sesungguhnya terdiri atas makhluk-makhluk satu sel yang sangat sederhana, seperti protozoa. Melalui rentang waktu ratusan juta tahun lamanya kemudian timbul, berkembang. Dan berketurunan yang memunculkan jenis makhlukmakhluk baru yang semakin kompleks. Salah satu makhluk tersebut sekarang telah berkembangan primata, seperti kera dan manusia

Gambar 1.1 Charles Darwin dan Perahu Layar HMS Beagle Chaeles Darwin, seorang doctor yang merupakan salah satu pencetus teori evolusi. Melalui studi kedokteran di Universitas Edinburgh.profesi dokter diringgalkan, kemudian beralih menekuni teologi. Sesuai studinya, bersama kapten Fitzroy mengadakan pelyaran keliling dunia dengan mempergunakan kapal HMS Beagle.perjalanan panjangnya hampir selama 5 thaun menyusuri kepulauan Galapagos, melintasi Laut Pasifik hingga Australia , melintasi samudra Hindia, Atlantik, dan kembali ke Amerika Selatan.

Sumbangan Darwin adalah sebuah teori evolusi melalui suatu seleksi alam. Hingga kini pokok gagasannya hampir tidak terbantahkan meskipun di dalamnya masih terdapat beberapa kelemahan mendasar. Secara sistematis, makhluk manusia si antara berbagai makhluk lain dapat digambarkan sebagai berikut.

Klasifikafi Kategori Dunia Hewan Filum Subfilum Kelas/ Golongan Bangsa

Suku/ Keluarga Marga/ Genus Jenis/ Species

Penjelasan Tidak membuat pangannya sendiri, tetapi bergantung pada bahan pangan yang hidup Kordata Pada tahap tertentu mempunyai celah insang dan struktur tulang rawan berbentuk seperti tongkat dan seberkas saraf di sepanjang punggung tubuh Vertebrata Memiliki kerangka tengkorak yang signifikan Mamalia Temperatur tubuhnya konstan dan memberikan anaknya makanan melalui kelejar susu induknya. Primate Kaki dan tangan dapat memegang, cenderung berdiri tegak, kepalanya seimbang di atas tulang punggung, dan memiliki otak yang cenderung berkapasitas besar. Hominidae Tinggal dan menetap di atas tanah, bergerak dengan dua kaki, dan ccenderung analisis perilaku atas pembelajaran. Homo Otak besar,bergantung pada adaptasi cultural Sapiens Otak berukuran modern, muka relatif kecil.

B. EVOLUSI CIRI-CIRI BIOLOGIPemikiran terhadap bagaimana munculnya makhluk baru menyebabkan timbulnya pertanyaan yang sangat mendasar sebab tanpa kita sadari telah muncul beberapa species induknya. Banyak di antara makhluk itu telah hilang dan punah sama sekali. Sebagian lagi makhluk yang bertahan hidup melanjutkan proses perkembangbiakannya. Proses percabangan yang demikian banyak menyebabkan sekarang ini di muka bumi terdapat hampir satu juta macam bentuk makhluk hidup. 1. Sumber ciri-ciri organisme fisik Apabila diamati tambah oleh kita bahwa sumber dari ciri-ciri evolusi biologi suatu makhluk yang dapat menyebabkan perubahan itu terletak pada gen(inggris:gene). Gen mengandung sel dan sel di dalamnya terkandung kromosom (inggris: chromosomes). Dalam kormosom inilah terpusat kekuatan dengan berbagai struktur khas organisme suatu makhluk hidup.

Masing-masing struktur akan menjadikan pola tersendiri tentang bagaimanakah cirri luar (phenotype) ataupun ciri dalam (genotype) suatu organisasi. Setelah melalui proses kontrasepsi, sel telur bertemu dengan sel buah. Dalam proses mitosis terjadi pembelahan (meiosis) yang secara periodic berulang sampai akhirnya menghasilkan makhluk baru. Hanya saja khusus sel penentu kelamin (sex) dengan demikian senantiasa adalah tetap 46. 2. Perubahan dalam Proses Keturunan Dari analisis yang dilakukan para ahli, munculnya bentuk makhluk baru adalah akibat percabangan dari bentuk makhluk sebelumnya. Percabangan ini secara khusus menampilkan bentuk baru dari organisme sebelimnya. Bahkan, tidak jarang muncul suatu makhluk suatu makhluk baru yang secar fisik berdesa dari makhluk sebelumnya. a. Proses mutasi Proses mutasi adalah proses yang berasal dari dalam tubuh organisme suatu kondisi penerusan keturunannya yang telah berabad-abad lamanya dalam penerusan keturunannya berbentuk penyimpangan genetis dalam zygote-nya. Lahirnya muncul dengan cirri tubuh yang berbeda dengan induknya. b. Proses seleksi alamiah dan adaptasi Seleksi dan adaptasi dalam berbagai tulisan populer disetarakan dengan the survival of the fittest. Proses ini sebagaimana diuraikan dalam teori Charles Darwin, the struggle for the life memilih individu yang dapat bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. populasi yang tidak punah biasanya menjadi lebih cocok dengan lingkungannya. Makhluk yang dapat bertahan hidup akibat seleksi, dialah yang mampu melahirkan keturunan dan memperkembangkan jenisnya. c. Proses menghilangnya gen secara kebetulan Proses menghilangnya gen secara kebetulan juga dikenal dengan proses penyimpangan genetis. Proses ini terjadi pada suatu makhluk dan memang benar-benar secara kebetulan balaka(random genetic drift). Misalnya, berkumpulan orang-orang berambut lurus, tetapi pembawa sifat rambut keriting. Dalam perkembangan selanjutnya akibat sebagian anggota masyarakat tercerai-berai, tidak ada kelompok berambut keriting atau pembawa sifat keriting, akibatnya penerusan keturunan hanya berlangsung dalam kelompok manusia berambut lurus.

Gambar 1.2. Gregor Johann Mendel dan Teori Hereditas dalam Proses Penerusan Keturunan

Pada manusia dapat dikemukakan, misalnya, berbagaimana gen rambut keriting dan lurus ini terjadi pada suatu proses penerusan keturunan dalam bagan 2.1 berikut.

Ayah (lurus/lurus)

Ibu (keriting/keriting)

Anak I

Anak II

Anak III

Anak IV

Bagan 1.1 Penerusan keturunan dalam gen

Pada pasangan keluarga di atas seorang ayah dengan rambut lurus pembawa sifat lurus kawin dengan seorang ibu berambut keriting pembawa sifat keriting akan melahirkan anak-anak dengan struktur sebagai berikut: 1, anak 1, rambut lurus pembawa sifat keriting 2, anak 2, rambut lurus pembawa sifat lurus. 3, anak 3, rambut keriting pembawa sifat lurus. 4, anak 4, rambut keriting pembawa sifat keriting.

C. EVOLUSI PRIMATA MANUSIAIlmu yang secara khusus mempelajari proses evolusi makhluk manusia adalah subilmu antropologi, yaitu paleoantropologi. Bahan dasar penelitiannya adalah bekas-bekas tubuh manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang telah menjadi batu atau membantu( fosil). Bahan ini dapat ditemukan dalam lapisan bumi tertentu. Oleh karena itu, dalam kajian evolusi ini antropologi sangat membutuhkan bantuan ilmu geologi, yaitu ilmu secara terus-menerus menekuni kajian tentang bebatuan. Akhir-akhir ini , untuk uji analisis ketepatan usia kandungan bumi telah dilakukan uji potasium argon yang relatif lebih tepat hasilnya dibandingkan dengan uji bebatuan yang selama ini di kembangkan. Disinilah letak pentingnya ilmu arkeologi dalam membantu pengelolaan penggalian bebatuan bagi ilmu antropologi. 1. Bentuk-bentuk Manusia Tertentu Pengkajian tentang bentuk-bentuk manusia tertua di muka bumi jadikan topic kajian yang berkepanjangan dan menarik. Penyebabnya adalah hampir pasif pasti tidak diketahui siapa sebenarnya makhluk pendahuluan itu.

Paleoantropologi adalah ilmu bagian dari antropologi yang mempelajari tentang sejarah asal mula terjadinya makhluk/manusia yang hidup di muka bumi dengan mempergunakan alat bantu bahan penelitian berupa bekas-bekas tubuh manusia yang berupa fosil yang terkandung dalam lapisan perut bumi. Dalam arti lebih luar fosil juga diartikan sebagai setiap jejek atau cetakan organisme atau sisa organisme (tulang,gigi,kulit,tanduk) dari zaman geologi masa lampau yang tersimpan dalam perut bumi. Untuk menganalisis siapakah sebetulnya makhluk pendahulu/ nenek moyang manusia, sebetulnya yang harus ditemukan terlebih dahulu adalah sejenis makhluk yang telah kandas, yang menjadi makhluk berhubungan yang mengjembatani manusia dan makhluk sejenis yang sebelumnya ada. Dalam konsep antropologi makhluk demikian disebut missing link. Ada sekurang-kurangnya dua aliran yang mempertentangkan keberadaan missing link ini, yaitu: a. Konsep lama Konsep lama mengenai missing link adalah anggapan seolah-olah bahwa missing link berada di antara kera dan manusia b. Konsep baru Konsep baru yang menganggap bukan lagi makhluk perataan yang hilang, melainkan ia merupakan suatu mata rantai percabangan dengan asal mula makhluk induk yang sejenis. Perbedaan cara pandang di atas, keduanya dapat kita gambarkan sebagai berikut: Manusia

Kera-kera besar Manusia

Missing link

Mahluk induk Mahluk induk

Kera

Mahluk induk1.2.a. Konsepsi lama 1.2.b. Konsepsi baru Bagan 1.2. Konsepsi lama mengenai missing link dan konsepsi baru mengenai mahluk hidup (Koentjaraningrat;1987)

Hingga beberapa dekade terakhir, bukti-bukti berupa fosil yang dapat mempertegas sejarah asal usul manusia melalui tahap-tahapan revolusinya masih merupakan misteri dan sesuatu hal yang sangat jarang kita temukan. Meskipun demikian, di bawah ini akan dikemukan beberapa fosil yang sempat ditemukan dalam berbagai ekspedisi dan penggalian oleh para antropolog, baik yang berlokasi di luar maupun di wilayah Indonesia.

a.

Eoanthropus Dawsoni

Pada tahun 1910 di lingkungan tambang batu di Piltdown, Sussex, Inggris, ditemukan bagian-bagian di tempurung dan rahang bawah manusia yang hampir lengkap. Akan tetapi, bagian rahang fosil ini sangat mirip dengan kera. Sesuai dengan nama penemunya, yaitu Charles Dawson, mahluk ini dinamai Eoanthropus Dawsoni (manusia fajar). b. Australopithecus Africanus

Tahun 1942 Profesor Raymond Dart dari Universitas Witwatersrand di Johanesburg menemukan sebuah tempurung tengkorak binatang yang berbeda dengan beberapa desain fosil yang selama ini ditemukan. Diduga bentuk fosil ini adalah campuran antara ciri-ciri kera dan Hominidae. Temuan ini diberi nama Australopithecus Africanus atau kera Afrika Selatan dan dipastikan telah berjalan secara tegak di atas dua kaki. Jenis lain yang juga ditemukan diwilayah ini adalahHomo Rhodesiensis dan Africanthopus Njarasiensis. c. Sinanthropus Pekinensis

Davidson Black, seorang ahli anatomi dari Kanada yang mengajar di Union Medical College, di Peking, tahun 1927 dan 1936 dalam suatu gua yang dikenal Bukit Tulang Naga dekat Choukoutien di sebelah barat Peking menemukan beberapa buah fosil. Fosil tersebut diberi nama Sinanthropus Pekinensis yang bearti Orang Cina Peking. Dalam perkembangannya kemudian lebih di kenal Homo Erectus Cina. Meskipun tidak di tempat yang sama, dalam lapisan bumi yang sama, penerus Black, yaitu Franz Wedenreich, seorang Yahudi pelarian dari Nazi Jerman, selama 7 tahun penelitiannya secara lengkap kemudian berhasil menemukan 14 tulang tengkorak dan 147 gigi, dari dugaan 32 individu mahluk manusia purba. Selain itu, ditemukan juga beberapa bekas alat-alat batu, tulang, serta bekas-bekas

api. Dengan mengamati hasil temuan ini maka dapat diduga bahwa mahluk manusia masa lalu ini telah memiliki dan mengembangkan unsur kebudayaannya.d. Homo Heidelberg Dr. Otto Schoetensach ahli ilmu geologi Universitas Heidelberg dalam penggaliannya pada tahun 1907 menemukan sebuah tulang geraham di dekat kota kecil Mauer. Meskipun rahangnya relatif lebih besar, berdasarkan anatomi rahang yang dimilikinya, giginya mirip gigi manusia. Homo Neanderthalensis Prof.Sollas dari Universitas Oxford di daerah Gibraltar pada tahun 1848 menemukan sebuah tengkorak, yakni tengkorak atas, tulang lengan, dan tulang kaki sejenis yang ditemukan di sebuah gua dekat Dusseldori di lembah Neanderthal. Berdasarkan struktur fisiknya, temuan ini diberi nama Homo Neanderthalensis dan mahluk ini diduga memiliki proes evolusi yang sangat dekat dengan keluarga manusia modern (Homo Sapiens)

e.

1) Pithecanthropus Erecterus Du Bois memberikan nama Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak) serta dianggap contoh dari nenek moyang manusia zaman sekarang. Dalam penggalian selanjutnya dia juga menemukan beberapa tengkorak di sekitar wilayah Mojokerto. Karena relatif masih mendekati struktur Pithecantropus, fosil itu diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis.

Gambar 1.3.a

Gambar 1.3.b

Gambar 1.3.a. Tempurung batok kepala manusia purba dan penggalan tulang pangkal paha Homo Erectus yang ditemukan oleh Du Boisdi Trinil. Gambar 1.3.b. Tengkorak kepala dan paha Homo Neanderthalensis di temukan di La-Chepell-aux-Saints Prancis tahun 1909

Pada kurun waktu yang sama (1936), Du Bois di Desa Perning dekat Mojokerto dan di Desa Sangiran dekat Surakarta menemukan juga fosil yang diperkirakan berumur 2.000.000 tahun. Sesuai dengan tempat penemuannya, maka fosil ini dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis. 2) Homo Soloensis dan Homo Wajakensis Di dekat Desa Ngandong (lembah Bengawan Solo, sebelah utara Trinil) antara 1931-1934 GHR Von Konigswald menemukan 14 fosil Pithecantropus. Telaah terhadap fosil ini dilakukan dengan mempergunakan analisis potasium argon dan fluorin berusia lebih tua dari temuan Du Bois dan diperkirakan 500.000 700.000 tahun lalu. Oleh Teuku Jacob yang meneliti secara cermat dan mendalam kemudian memberikan nama temuan ini Pithecantropus Soloensis. Meski temuan fosil itu tidak pada tempat yang sama, tetapi ditemukan dalam lapisan yang sama, maka para ahli sepakat menyatakan bahwa umur manusia tertua yang ditemukan itu sekitar 800.000 hingga 200.000 tahun. Oppenoorth seorang ahli Geologi juga menemukan fosil manusia purba. Melihat perkembangan struktur tubuh dan volume otaknya sehingga diduga memiliki tingkat yang lebih tinggi dari struktur Pithecantropus, maka dinamakan Homo Soloensis.

3) Meganthrophus Valeo Javanicus Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran, lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-941. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan kuat. Mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering) makanan mereka utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar. Dari deskripsi sejumlah temuan fosil-fosil tersebut di atas, para ahli belum sepakat apakah mahluk Pithecantropus ini sudah berkebudayaan Teuku Jacob, salah satu antara ahli peneliti antropologi ragawi, juga meragukan kemungkinan penggunaan fungsi dan peranan pengembangan akal dan bahasa, keragu-raguan bahwa mahluk Pithecantropus itu memiliki suatu kebudayaan lebih didasarkan pada: a) Adalah suatu kenyataan bahwa selama temuan fosil-fosil itu dalam berbagai penggalian belum pernah ditemukan bekas alat-alat lainnya bersama dengan fosil tersebut. b) Adalah suatu fakta bahwa volume otak Pithecantropus masih terlampau kecil dibandingkan manusia sekarang. Minimnya kapasitas volume otak ini memengaruhi proses pengembangan fungsional akalnya. c) Bahwa struktur rongga mulut dari tengkorak Pithecantropus itu diyakini belum dapat menggunakan bahasa.

Gambar 1.4. Beberapa tipe manusia purba

(a)

(b) Gambar 1.5.

(c)

(d)

Bentuk jemari primata: (a) Tarsier (b) Kera Gibon

(c) Simpanse (d) Manusia

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 1.6. Perbedaan Tengkorak: (a) Australophitecus (d) Manusia sekarang (b) Homo Erectus (e) Tengkorak Australopithecus (c) Homo Sapiens

Kebudayaan manusia ternyata muncul di kalangan penekun antropologi adalah bilamana dan bagaimana suatu kebudayaan manusia itu berkembang? Kebudayaan manusia ternyata muncul dan berkembang bersamaan dengan mulainya populasi manusia purba khususnya Hominidae menggunakan berupa peralatan dari batu untuk kepentingan berburu dan memanfaatkan buruannya sekitar 2.500.000 tahun silam. Dalam perkembangannya kemudian keterbatasan alat bantu ini memunculkan berbagai variasi sesuai dengan kebutuhan nyata dalam tatanan kehidupan. Kondisi ini kemudian dikembangkan dengan bertambah besarnya volume otak yang oleh para ahli disepakati memiliki korelasi yang sangat jelas berkitan dengan bertambahnya tingkat kecerdasan.

(b)

(b)

(c)

Gambar 1.7 Tarsier, Loris dan Lemur, Contoh dari Primata Modern

Bagan berikut menunjukkan tingkat evolusi Homo Sapiens dan kebudayaan.

KebudayaanMahluk Manusia

Otak

Akal

Organisme untuk BicaraPrimata Lain

Bahasa

Pembagian Kerja

Kehidupan Kolektif Bagan 1.3 Evolusi Homo Sapiens (Manusia), Primata Lain, dan Kebudayaannya Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan dengan menggunakan berbagai model pendekatan ilmiah, antropologi berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang bermakna tentang mahluk manusia dan perilakunya, dan untuk mendapatkan pengertian yang tidak berprasangka tentang keanekaragaman manusia.

2. Organisasi ManusiaDalam perjalanan evolusinya, dalam kerangka mempertahankan kehidupannya, manusia juga cenderung lebih mengandalkan adaptasi cultural daripada hanya semata-mata adaptasi biologis. Telah dikemukakan di atas bahwa secara biologis dalam kecenderungannya hidup secara berkelompok maka makhluk manusia dengan pemiliknya alat biologisnya yang terbatas, terbantu oleh kemampuan akal dan daya ciptanya. Otak manusia khususnya ternyata telah berevolusi paling jauh dibandingkan dengan primate lain. Jadi, dengan kemampuan akalnya dia dapat mengatasi berbagai keterbatasan alat biologisnya. Kemampuan mengembangkan daya cipta menghasilkan berbagai system yang dapat membantu dan menyambung keterbatasan kemampuannya itu. Kebanyakan sikap dan perilaku cultural itu adalah hasil belajar atau merupakan sesuatu yang diperolehnya selama proses kehidupannya. Keseluruhan system yang dikembangkan dan disebut kebudayaan itu meliputi: a. System perlambangan vocal atau bahasa b. System pengetahuan

c. d. e. f. g.

System organisasi social System peralatan hidup dan teknologi System mata pencaharian hidup System religi System kesenian

D. ANEKA WARNA MANUSIATelah kita maklumi bahwa di muka bumi ini terbesar demikian banyak makhluk manusia. Apabila kita amati, akan tambah sejumlah persamaan tertentu, baik dari cirri penotife ( tambak rambut) maupun apabila kita menlihat dari cirri genotife (terhadap dalam tubuh, seperti indeks tengkorak(cephalo torax index)). Karakteristik fisik, baik dari populasi maupun individu sesungguhnya adalah hasil interaksi antara gen dan lingkungannya. Dari kesamaan dan perbedaan ini muncullah konsep tentang ras, yaitu suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai cirri tubuh yang tertentu dan mendekati kesamaan dengan suatu frekuensi yang besar tanda-tanda fisik yang digunakan untuk mengadakan klasifikasi ras ialah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bentuk badan Bentuk badan Bentuk air muka dan tulang rahang Bentuk hidung Warna kulit dan warna mata serta Bentuk rambut

Dalam perkembangannya lebih lanjut, konsep tentang ras ini dikondisikan dengan cara pandang yang sangat lain, yaitu mengarah pada ego serta superioritas dari golongan tertentu yang membawa konsekuensi kelompok lain lebih rendah, dan sebagainya. Konsep ini berkembang di eropa yang menanggap kelompok ras kulit putih lebih berkuasa, sedangkan kulit berwarna rendah statusnya . di jerman pada masa hitler ada anggapan bahw bangsa jerman adalah keturunan bangsa arya, yang telah ditakdirkan menjadi penguasa seluruh dunia. Di Australia, misalnya juga ada anggapan suku yang berwarna gelap (aborigin dengan senjatanya boomerang) adalah lebuh rendah kedudukannya jika dibandingkan dengan suku kulit putih. Karenanya, mereka tidak berhak duduk dalam perlemen.

E. METODE KLASIFIKASI RAS MANUSIAIlmu antropologi fisik mengkaji konsep bagaimanakah menghasilkan dan menggolongkan aneka warna manusia (ras). Dasar klasifikasi ini adalah: 1. Cirri-ciri kualitatif Ciri-ciri kualitatif, misalnya, warna kulit, bentuk rambut, hidung, dan lain-lainnya. 2. Ciri-ciri kuantitatif Cirri-ciri kuantitatif, misalnya, berat badan, ukuran badan, indeks tengkorak, dan lain-lainya.

Akhir-akhir init telah berkembang kajian klasifikasi secara filogenetik, yaitu klasifikasi yang kecuali hanya mengambarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara berbagai ras, juga memcoba menggambarkan hubungan asal usul antara ras-ras serta percabangannya. Meskipun secara teoretis kategorisasi ras ini dapat dilakukan, pada kenyataannya ada perbedaan yang mendasarkan antara ras yang akhirnya dapat saja memngarugi struktur pengelompokan ini, di antaranya, hal-hal sebagai berikut: 1. Definisi itu tidaklah pasti Tidak/belum terdapat suatu kesepatan berapa jumlah yang tepat untuk menyatakan perbedaan genetis yang diperlukan untuk membentuk sebuah ras. 2. Varlen khas yang saling berbeda Tidak selalu suatu ras secara eksklusif mengandung varian yang khas dari sebuah atau beberpa gen. perbedaan secara kulaitatif, tetapi mungkin hanya merupakan jenis spesifikasi yang secara stimulant memiliki prinsip dasar yang sama. Karena itu, kondisi demikian tidak dapat dikatakan sebagi ras mandiri, tetapi masih masuk dalam kategori jenis semata. 3. Sulitnya membedakan antarras Individu dari salah satu ras belum tentu secara pasti dapat dibedakan dari individu-individu ras lain.pada dasarnya pengaruh factor keterbukaan genetic ras yang diakibatkan oleh hubungan antarmanusia, perkawinan silang antarsuku bangsa, dan sebainya mempersulit secara praktik pengelompokan abtarras secara baku.