44
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL Disusun Oleh: Dzalilah Zharva Livia Asri (13030194004) Nur Mayanti (13030194012) Ia’natusyarifah (13030194049) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial

Citation preview

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Disusun Oleh:Dzalilah Zharva Livia Asri(13030194004)Nur Mayanti(13030194012)Ianatusyarifah(13030194049)

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2014

BAB IPENDAHULUAN

A. PendahuluanManusia adalah makhluk yang paling kompleks dibandingkan makhluk hidup lainnya. Kekompleksan ini tidak hanya menyangkut masalah fisik semata melainkan juag menyangkut kebutuhan hidupnya,pola perilaku, daya nalar, bahkan kehidupan yang dihadapinya. Berdasarkan itu semua manusia merupakan makhluk hidup tertinggi diantara makhluk hidup lainnya. Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebutsebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dankemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksidengan manusia yang lain, selanjutnya interaksi ini berbentuk kelompok. Kemampuan dan kebiasaan manusia berkelompok ini disebut juga dengan zoon politicon.Istilah manusia sebagi zoon politicon pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles yang artinya manusia sebagai binatang politik. Manusia sebagai insan politik atau dalam istilah yang lebih populer manusiasebagi zoon politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis dan memiliki tujuan yang jelas,seperti negara. Sebagai insan politik,manusia memiliki nilai-nilai yang bisa dikembangkan untuk mempertahankan komunitasnya. Argumen yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa manusia sebagaimana binatang, hidupnya suka mengelompok. Hanya saja antara manusia dan binatang berbeda memiliki cara mengelompok yang berbeda, hewan mengandalkan naluri,sedangkan manusia berkelompok dilakukan melalui proses belajar dengan menggunakan akal pikirannya. Sifat berkelompok pada manusia didasari pada kepemilikan kemampuan untuk berkomunikasi, mengungkapkan rasa dan kemampuan untuk saling bekerjasama. Selain itu juga adanya kepemilikan nilai pada manusia untuk hidup bersama dalam kelompok,antara lain: nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan dan nilai berorganisasi. Aktualisasi manusia sebagai makluk sosial, tercermin dalam kehidupan berkelompok. Manusia selalu berkelompok dalam hidupnya. Berkelompok dalam kehidupan manusia adalah suatu kebutuhan, bahkan bertujuan. Tujuan manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya. Melalui kelompok manusia bisamemenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, bahkan bisa dikatakankebahagiaan dan keberdayaan hidup manusia hanya bisa dipenuhidengan cara berkelompok. Tanpa berkelompok tujuan hidup manusia yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan tidak akan bisa tercapai. Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagaimakluk sosial. Sebagai makluk sosial manusia selalu hidup berkelompok dengan manusia yang lain. Perilaku berkelompok (kolektif) pada diri manusia, juga dimiliki oleh makluk hidup yang lain, seperti semut, lebah, burung bangau, rusa, dansebagainya, tetapi terdapat perbedaan yangesensial antara perilaku kolektif pada diri manusia dan perilaku kolektif pada binatang. Kehidupan berkelompok (perilaku kolektif) binatang bersifat naluri, artinya sudah pembawaan dari lahir, dengan demikian sifatnya statis yang terbentuk sebagai bawaan dari lahir. Contoh bentuk rumah lebah, sejak dahulu sampai sekarang tidak ada perubahan, demikian halnya dengan rumah semut dan hewan lainnya. Sebaliknya perilakukolektif manusia bersifat dinamis, berkembang, dan terjadi melalui prosesbelajar (learning process).

BAB IIPEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai IndividuIndividu berasal dari bahasa Latin individium yang berarti sesuatu yang tidak dapat dibagi lagi. Dapat diartikan juga sebagai satu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Manusia sebagai individu, bukan berarti manusia sebagai sesuatu yang keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan ang terbatas yanitu sebagai manusai perseorangan. Oleh karenanya sering ada istilah orang seorang atau manusia perseorangan.Menurut Triconomi, jiwa manusia dapat dibedakan menjadi: 1) cipta yang berarti manusia senantiasa berkreasi (bersifat kreatif) selalu mencari hal-hal yang baru, 2) karsa berarti suatu kehendak kodrat manusia untuk mengabadiakan diri kepada kekuasaan yang tertinggi, 3) rasa berarti adanya dorongan dalam diri manusia untuk mencapai keindahan rasa.Individu adalah seorang manusia yang memiliki peranan yang khas dalam lingkungan sosialnya juga mempunyai kepribadian sera polah tingkah laku yang spesifik. Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualistas yang melekat pada seseorang sampai ia menjadi dirinya sendiri disebut proses individuasi atau aktualisasi diri.Sifat dan fungsi orang-orang disekitar kita adalah makhluk yang berdiri sendiri, dalam berbagai hal bersama-sama satu dengan yang lain tetapi dalam banyak hal menunjukkan banyak perbedaan. Hal ini menunjukkan tingkat peradaban manusai menjadi deferensiasi dengan corak dan tabiat yang semakin beragam. Timbulnya differensiasi bukan hanya disebabkan oleh pembawaan tetapi berkaitan dengan semua peradaban yang terjadi pada manusia seperti adat istiadat, bahasa, agama, hukum, paham, kebiasaan, ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang dari generasi satu ke generasi berikutnya.Menurut pola pribadi, individu dalam bertingkah laku akan menimbulkan beberapa kemungkinan antara lain: (1) menyimpang dari norma kolektif, (2) kehilangan individualitasnya atau takhluk terhadap kolektif, (3) mempengaruhi masyarakat seperti pahlawan.Pengembangan individu menjadi seorang pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya sendiri melainkan juga didukung dan dihambat oleh kelompok yang ada di sekitarnya. Kondisi fisik dan kelengkapan anggota tubuh juga akan berpengaruh besar pada pengembangan pobadi seseorang. Kelengkapan anggota tubuh, ketajaman panca indra dan susunan jaringan syaraf berpengaruh terhadap pengembangan potensi diri seseorang. Hal ini memberikan suatu penjelasan bahwa manusia selain sebagai makhluk individu manusia juga merupakan makhluk sosial dan sekaligus makhluk ber-Ketuhanan. Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai karakter yang khas menurut corak kepribadiannya sehingga antara manusia yang satu dengan manusai yang lain pasti berbeda. Demikian juga sebagai bagian manusia Indonesia tentu mempunyai karakter yang khas sehingga kepribadian manusia Indonesia Indonesia tentu mempunyai karakter yang khas dan berneda dengan bangsa lain. Sebagai makhluk sosial, manusia manusia harus mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan manusia lain. Sebagai makhluk ber-Ketuhanan, setiap individu harus benar-benar menyadari tentang adanya Tuhan, menyadari kebesaran Tuhan dan Kemahakuasaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Usaha untuk menumbuhkankembangkan manusia atau generasi suatu bangsa sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk ber-Ketuhanan penekanan ketiganya harus berjalan seiring, serasi, dan seimbang. Jangan sampai terlepas satu sama lain.B. KeluargaSecara umum keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi. Fungsi keluarga antara lain untuk berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat. Deferensiasi peranan dalam keluarga antara lain fungsi solidaritas, alokasi ekonomi, alokasi kekuasaan, alokasi integrasi, dan ekspresi atau menyatakan diri. Deferensisasi penanan dalam keluarga dilakukan berdasarkan pertimbangan umur, perbedaan sex, generasi, perbedaan posisi ekonomi dan pembagian kekuasaan.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan KeluargaBeberapa faktor yang memegang peranan dalam pembentukan keluarga:a. Pemenuhan Dorongan Kebutuhan BiologisDorongan berhubungan dengan berbagai unsur kebudayaan akan melahirkan usaha untuk memiliki kawan hidup. Selanjutnya kebutuhan memuaskan dorongan biologis dengan pasangan hidup yang dipilihnya secara tetap secara tetap dan tenang tanpa persaingan diri.b. Dorongan untuk Mendapatkan AnakDorongan untuk mendapatkan anak amat kuat pada pihak perempuan sesuai kodratnya. Pada pihak laki-laki dorongan memiliki anak berhubungan dengan pertimbangan sosial seperti kebanggaan akan keturunan dan hasrat untuk mewariskan kekayaan dan status.c. Alasan-alasan Ekonomi Dalam hidupnya manusia selalu berusaha mencari nafkah. Dalam keluarga, suami dan istri melakukan fungsi ekonomi baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Hal ini dilakukan untuk menyempurnakan dan memberi kesenangan pada kehidupan manusia.2. Struktur KeluargaSeperti halnya lembaga, keluarga adalah suatu sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Keluarga yang didasarkan atas pertalian perkawinan atau kehidupan suami istri maka disebut keluarga kehidupan suami istri(conjugal family). Saat ini istilah itu sering diacu pada keluarga batih(nuclear family). Keluarga hubungan kerabat sedarah(consanguine family) tidak didasarkan pada pertalian darah sejumlah orang kerabat. Keluarga hubungan kerabat sedarah adalah suatu klan luas dari saudara-saudara sedarah dengan pasangan dari anak-anak mereka. Istilah keluarga luas(extended family) seringkali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut kerabat lain (Paull B. Horton,1991:267-270).3. Fungsi-fungsi Dalam Keluargaa) Fungsi Pembentukan KepribadianDi dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya. Peletakan kepribadian sudah dilakukan sejak anak-anak masih bayi. Pengalaman interaksi sosial dalam keluarga akan menjadi modal dasar dalam membentuk keribadian seseorang dan akan turut menentukan pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain dalam pergaulannya di luar lingkungan keluarga.b) Fungsi ReproduksiYang dimaksud fungsi reproduksi adalah fungsi untuk menghasilkan keturunan atau generasi penerus. Keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika,estetika, moral kegamaan dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu.c) Fungsi EdukasiKeluarga berfungsi sebagai pusat-pusat pengasuhan dan pendidikan. Dalam keluarga primitif, untuk keperluan pengasuhan dan pendidikan anak-anak dibangun balai pendidikan. Dalam masa pendidikan, tempat anak perempuan terpisah dengan tempat pendidikan anak laki-laki.Pelaksanaan pendidikan anak laki-laki biasanya ditangani oleh ayah atau paman dari pihak laki-laki. Materi pendidikan yang harus dikuasai dalam masa pendidikannya antara lain membuat api, menebang pohon, membuat kapak, membuat peralatan seperti pencari ikan, berdagang bahkan diajarkan untuk mengenal seks. Untuk pendidikan perempuan ditanagani oleh bibi dari pihak ibu. Pendidikan diawali dengan kerohanian, pendidikan anak perempuan lebih dititik beratkan dengan penguasaan tata cara kehidupan dalam rumah tangga, cara mengambil air di ladang. Pendidikan di balai pengasuahan dan pendidikan sebagai fungsi edukasi ditemukan di pedalaman sampai tahun 1960-an. Namun sekarang fungsinya sudah tergantikan dengan pendidikan formal seperti Sekolah Dasar(SD) hingga sekolah sekolah menengah(seperti SMP,SMA)d) Fungsi EkonomiSetiap keluarga apapun bentuknya selalu mempunyai pembagian tugas diantara anggota-anggota keluarga agar dapat mempertahankan hidup. Pada saat sekarang, bentuk kegiatan ekonomi keluarga sudah mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan emansipasi wanita. Kaum wanita tidak melulu tinggal di rumah saja, banyak juga kaum wanita memberikan sumbangan pendapatan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa peran masing-masing anggota keluarga merupakan kesatuan ekonomik yang menunjukkan keluarga mempunyai fungsi pencari nafkah dan mengaturnya dalam pengelolaan keluarga.e) Fungsi AfeksiFungsi afeksi yang diemban oleh keluarga dimaksudkan sebagai perwujudan salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kasih sayang atau rasa untuk dicintai. Sebagian besar masyarakat bertumpu pada keluarga untuk mendapatkan kasih sayang. Banyak data menunjukan bahwa kenakalan anak remaja yang serius sering kali disebabkan oleh tidak adanya kasih sayang orang tuanya. f) Fungsi PerlindunganKeluarga merupakan tempat yang aman bagi para anggotanya. Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik,ekonomi, dan psikologis bagi seluruh anggotanya. Bebrapa kelompok masyarakat memandang bahwa ancaman dan serangan terhadap seorang anggota keluarga akan berarti ancaman dan serangan seluruh anggota keluarga, dan semua anggota wajib membela.g) Fungsi Penentu StatusOrang tua dalam suatu keluarga ikut menentukan status anaknya kelak di kemudian hari. Orang pasti ingin anaknya kelak menjadi manusia yang berguna bagi keluarga dan lingkungannya, mendapatkan pekerjaan, dan jabatan yang tinggi. Tentu untuk mewujudkan keinginan itu orang tua sudah mempersiapkan anaknya untuk bisa memperoleh status pekerjaan yang dikehendaki. 4. Perubahan Fungsi Keluargaa. Fungsi Ekonomis MenurunBeberapa puluh tahun yang lalu,keluarga merupakan satu unit produksi ekonomis yng disatukan ole tugas dari pekerjaan yang sama di dalam pertanian. Namun sekarang telah terjadi perubahan struktur mata pencaharian masyarakat terutama yang berkaitan dengan bidang pertanian. Proporsi penduduk dan juga keluarga petani menurun dari tahun ke tahun dan cenderung berubah ke arah non pertanian seperti perdagangan, jasa, industry, dan lain-lain.b. Fungsi Pengaturan Sexual telah MenurunWalaupun sebagian besar hubungan sexual terjadi di dalam perkawinan, namun pada saat ini telah terjadi penurunan proporsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Zelnik and Kantner (1978) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan proporsi keluarga yang telah melakukan hubungan sex sebelum melakukan pernikahan. Peningkatan hubungan sex pranikah menunjukkan bahwa perkawinan perawan relative sudah menjadi tidak umum dan mungkin akan menghilang dalam waktu dekat.(Paul B. hoeton,1991 : 291)c. Fungsi Reproduksi menjadi Kurang PentingSaat ini terjadi perubahan jumlah anak dalam keluarga. Ada kecenderungan bahwa setiap keluarga hanya mempunyai keluarga kecil dengan sedikit anak. Mengecilnya jumlah keluarga, terlepas dari implikasi ekologis, mungkin diharapkan untuk meningkatkan keharmonisan keluarga. Ada bukti penelitian yang menyakinkan bahwa keluarga yang lebih kecil kurang mengalami stress, lebih sejahtera, dan paling memuaskan bagi suami-istri, orang tua dan anak. Anak-anak dalam keluarga kecil jauh lebih sehat, kreatif dan cerdas.d. Fungsi Sosialisasi semakin PentingKeluarga tetap merupakan agen persosialisasian yang utama, meskipun tidak dapat disangkal behwa sekolah dan kelompo (peer-group) juga memenuhi fungsi sosialisasi yang penting. Saat ini perubahan pokok terdapat dalam atensi (perhatian) terhadap fungsi sosialisasi. Pada saat ini fungsi sosialisasi semakin penting, namun perubahan struktur keluarga, angka perceraian yang meningkat, perkawinan tidak sah, orang tua tunggal, kedua orang berkarier tampaknya akan mempersulit pelaksanaan fungsi sosialisasi.e. Fungsi Kasih Sayang dan Keakraban semakin PentingPada saat ini, sifat kegotongroyongan diantara keluarga-keluarga dengan para tetangga sudah semakin menipis dan tidak saling kenal. Keluarga dekat menjadi benteng pendukung emosi karena dalam keluarga kita dapat mengharap simpati bila tertimpa kesusahan, atau kegembiraan yang tulus bila mencapai keberhasilan.f. Fungsi Penentuan Status terus BerlanjutPara orang tua terus mempersiapkan anak-anak mereka dengan berusaha menanamkan ambisi sikap dan kebiasaan yang mendorong anak-anak mereka memperjuangkan status yang lebih tinggi. Hal ini dinamakan sosialisasi yang bersifat antisipatif (anticipatory socialization) karena merupakan suatu usaha untuk mensosialisasikan anak-anak ke arah status yang diharapkan akan dicapai oleh anak di kemudian hari.g. Fungsi Perlindungan telah MerosotKeluarga tradisional dalam masyarakat melakukan sebagian besar fungsi pekerjaan social yang terorganisasi seperti merawat orang cacat, jompo. Namun dewasa ini, ada teknologi medis yang menggantikan peran perlindungan tersebut. Oleh karena itu, karena berbagai alasan, sebagian besar dari mereka karena tidak mau direpotkan atau bertanggung jawab antara satu dengan yang lain. Hal ini kemudian menyebabkan fungsi perlindungan keluarga telah bergeser ke lembaga lain.

C. Manusia sebagai Makhluk Sosial, Society dan SosialisasiSociety atau masyarakat yang ebrasal dari kata Latin socius, yang artinya kawan. Istilah masyrakat dari bahasa Arab syaraka yang artinya ikut serta, berpartisipasi. Koentjaraningrat (2002:146) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurit suatu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan ynag terikat oleh suatu rasa identitas bersama.Kesatuan sosial yang tidak mempunyai syarat-syarat pengikat sehingga sehingga serupa dengan kerumunan atau crowd, tidak mempunyai sifat-sifat masyarakat. Kesatuan social seperti itu disebut kategori social atau social category. Keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia dibidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik dan sebagainya harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang disebut sosialisasi (socialization)Berger (1978:116) dalam Sunarto (2004:21) mendefinisikan sosialisasi sebagai a pocess by which a child learns to be a participant member of society- proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.1. Faktor-faktor yang Mendorong untuk Hidup BermasyarakatMenurut Bouman dalam diri setiap manusia itu terdapat hasrat-hasrat dan kecenderungan bernaluri, dimana dalam hal ini dikatakan sebagai faktor-faktor yang mendorong untuk hidup bermasyrakat, yaitu: Kecenderungan social yaitu kecenderungan untuk menggabungkan dirinya dengan individu lain dalam bentuk kelompok. Harga diri tidak hanya tampak sebagai keinginan untuk berharga melainkan juga supaya kelihatan berharga menurut pendapat orang lain. Kecenderungan untuk patuh, yaitu ada rasa untuk menurut dan ada hasrat untuk tunduk dengan sukarela, terpaksa atau ada motif lainnya. Kecendrungan meniru adlah kecenderungan untuk menyatakan secara diam-diam atau terang-terangan. Kecenderungan bergaul yaitu kecenderungan untuk bergabung dengan orang-orang tertentu dan kelompok tertentu. Hasrat tolong menolong dan simpatik yaitu kesanggupan untuk dengan langsung turut merasakan sesuatu dengan orang lain atau meringankan beban orang lain. Hasrat berjuang yaitu adanya persaingan mengalahkan lawan. Hasrat memberitahukan dan sifat mudah menerima kesan dari orang lain. Hasrat untuk mendapatkan kebebasan yaitu hasrat yaitu hasrat untuk menghindari diri dari kekangan atau pembatasan. Hasrat seksual yaitu hasrat untuk mengembangkan keturunan. Hasrat bersatu yaitu adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah makhluk lemah oleh karena itu mereka harus mencari kekuatan bersama sehingga mereka dapat berlindung bersama-sama. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan keyakinan dan sebagainya.2. Faktor-faktor Penghambat Hidup Bermasyarakat: Kemajuan ilmu pengetahuan dan penyebaran terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan, misalnya dibidang politik, social, ekonomi, psikologi dan lainnya dimana kemajuan ilmu pengetahuan tersebut mempunyai sumber tambahan pengetahuan tentang diri manusia baik secara individu maupun kolektif. Lingkungan masyarakat modern justru eksitensi kehidupan pribadinya besar sekali, terlebih rintangan dengan ide hak azasi manusia terutama hidup sebagai pribadi manusia yang mendapat penghormatan di masyarakat yang dalam pelaksanaan hidup pribadi seseorang keamanannya dilindungi hukum. Alat-alat komunikasi modern membuka luas untuk mengadakan hubungan dengan banyak orang tanpa berkumpul.3. Pranata SosialMenutut Koentjaraningrat (2002:163) pranata atau institution adalah system-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi. Jumlah pranata yang ada sangat tergantung kepada sifat sederhana atau sifat kompleksnya kebudayaan yang hidup dalam masyarakat bersangkutan. Pranata dapat diklasifikasikan menjadi: Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan, yaitu yang sering disebut kinship atau domestic institutions. Contoh: perkawinan, tolong menolong antar kerabat, pengasuhan kanak-kanak, sopan santun pergaulan antar kerabat, pengasuhan kanak-kanak, opan santun pergaulan antar kerabat, sitem istilah kekekrabatan, dan lainnya. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi halsil produksi dan harta adalah economic institutions. Contoh: pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industry, barter, koperasi penjualan, penggundangan, perbankan dan sebagainya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna adalah educational institutions. Contoh: pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keamanan, pers, perpustakaan umum, dan sebagainya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami alam semesta adalah scientific institutions. Contoh: metode ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah, dan sebagainya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk menghayatkan rasa keindahannya dan untuk rekreasi adalah aesthetic and recreational institutions. Contoh: seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusastraan, olahraga, dan sebagainya. Prananata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan berbakti kepada Tuhan atau dengan alam gaib adalah religious institutions. Contoh: doa, kenduri, upacara, semedi, bertapa, penyiaran agama, pantangan, dan sebagainya. Pranata yang berfungsi mememnuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyakat adalah political institutions. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, dan sebagainya. Pranata yang berfungsi mememnuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia adalah somatic institutions. Contoh: pemeliharaan, kecantikan , pemeliharaan kesehatan, dan sebagainya.D. Jenis- jenis tatanan hidup berkelompokManusia sebagai individu dalam masyarakat memiliki ciri-ciri tertentu yang berhubungan dengan kanggotaannya sebagai warga masyarakat. Ciri-ciri tertentu adalah ciri-ciri yang menerangkan hal-hal penting pada diri seseorang yang menunjukkan kegiatannya sehari-hari dalam masyarakat yang disebut identitas social.Wujud identitas social: Ciri fisik dan lainnya yang mudah dikenal oleh masyarakat antara lain tempat tingggal, asal suku bangsa dan agama Ciri identitas social yang paling menonjol dan mudah dikenal oleh masyarakat adalah pekerjaan atau fungsi seseorang dalam masyarakat, missal: lurah, pemilik took

1. Status (Kedudukan)Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial adalah sosisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige, hak-hak, dan kewajibannya. Secara abstrak, status/kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola tertentu. Bahkan seseorang bisa mempunyai beberapa status/kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan.Menurut Ralph Linton, ada tiga macam cara memperoleh status, yaitu :1.) Ascribed status, merupakan ststus seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir. Contoh, anak yang lahir dari keluarga bangsawan dengan sendirinya langsung memperoleh status bangsawan.2.) Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini diperoleh atas dasar kemampuan individu dalam mencapai tujuan-tujuannya. Status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contoh, setiap orang bisa menjadi pengusaha sukses asalkan mempunyai kemampuan untuk mencapainya.3.) Assigned status, merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned status mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contohnya, gelar pahlawan, siswa teladan, penghargaan kalpataru dan pemberian jasa lainnya.Beragam status yang dimiliki seseorang bisa mempunyai pertentangan atau konflik (status conflict). Konflik status adalah konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat aadnya beberapa status yang dimilikinya yang saling bertentangan.2. Status Simbol (Symbol Status)Simbol status merupakan istilah sosiologis - sebagai bagian dari interaksionisme simbolis sosial dan sosiologis - berkaitan dengan bagaimana individu dan kelompok berinteraksi dan menafsirkan berbagai simbol budaya.Terdapat pada sekelompok masyarakat atau pada seseorang yang memiliki kedudukan tertentu. Kelompok itu melakukan kegiatan dan menampakkan ciri ciri kehidupan yang berbeda dengan kelompok lainnya dalam masyarakat. Perbedaan menyolok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam masyarakat tampak dalam berbagai hal, seperti fashion, tempat tinggal dan hobi.3. Peranan Sosial (Social Role)Peranan sosial merupakan aspek yang timbul dari status/kedudukan. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena peranan selalu melekat sesuai dengan status yang diembannya. Dalam kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena berfungsi untuk mengatur perilaku seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang disekitarnya.Jika seseorang dalam waktu bersamaan mempunyai status yang harus dipilih sehingga mengakibatkan konflik status, maka dalam peranan pun demikian. Konfilk peranan adalah suatu peranan yang harus dilakukan seseorang dalam waktu bersamaan, dalam hal ini peranan-peranan yang terdapat dalam satu status. Contoh, Pak Lurah sedang menghadiri rapat penting dengan perangkat desa, pada waktu bersamaan di ujung desa ada konflik antar warga. Saat itu terjadi konflik peranan yang dialami pak lurah, apakah ia melanjutkan rapat penting tersebut ataukah melerai warga yang bertikai.4. Kepemimpinan (Leadership)Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi. Sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas. Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan bagi masyarakat.Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan kepemimpinan) yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan resmi yang menjadi landasanya, akan tetapi dapat melakukan kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin. Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan di dalam memilih waktu untuk melaksanakan peraturan-peraturan atau memilih orang-orang yang langsung berhubungan dengan masyarakat untuk melaksanakan peraturan dan seterusnya.Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang belum dipungut peraturan-peraturan resmi. Dalam bidang terakhir tadi, seorang pemimpin dapat menggerakan kekuatan-kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, agak sulit bagi warga kelompok menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuannya dengan begitu kebutuhan warga tidak terpenuhi.Syarat-syarat kepemimpinan:a. Memberi kesenangan dalam jasmani,b. Menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum,c. Menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja persuasion,d. Memberi kesenangan rohaniah,e. Menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran kepada para pengikut-pengikutnya,f. Menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati,g. Menunjukkan kelebihan didalam ilmu pengetahuan,kepandaian dan ketrampilan,h. Sifat memberikan semangat kepada anak buah.Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar dari pemerintah boneka belaka.Kepemimpinan didalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat tersebut yang masih tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan pribadi antara pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak resmi informal leaders yang mendapat dukungan tradisi atau karena sifat-sifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih menaruh kepercayaan terhadapa para pemimpin-pemimpin tersebut, beserta peraturan-peraturan yang dikeluarkan.Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang atau ditengah. Jarang sekali yang menjadi pemimpin dimuka umum. Sebaliknya, apabila ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikota-kota besar, maka susunan masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan pada masyarakat tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat diperlukan. Tugas-tugas pokok seorang pemimpin yaitu :1. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi para pengikut-pengikutnya,2. Mengawasi dan mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang dipimpinnya, dan3. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia luar kelompok yang dipimpin.Macam-macam gaya kepemimpinan yaitu :1. Gaya kepemimpinan yang otoriterCiri-cirinya sebagai berikut :a. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak,b. Pengikut sama sekali tidak dapat diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai suatu tujuan, danc. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi didalam kelompok tersebut.2. Gaya Kepemimpinan yang demokratisCiri-cirinya sebagai berikut :a. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga anggota kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,b. Pemimpin secara aktif memberikan saran bagi para pengikutnya,c. Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun dari para pengikutnya, d. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.3. Gaya Kepemimpinan yang BebasCiri-cirinya sebagai berikut : a. Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif,b. Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya dan diserahkan kepada kelompok, c. Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan bagi para kelompoknya, dand. Pemimpin berada pada ditengah-tengah kelompok, namun dia hanya beperan sebagai penonton.Sebenarnya ketiga kategori yang diatas dapat berlangsung bersamaan, karena metode mana yang terbaik dan senantiasa tergantung pada situasi yang dihadapinya. Cara-cara demokratis mungkin dapat diterapkan didalam suatu masyarakat yang warganya mempunyai taraf pendidikan yang cukup. Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan didalam masyarakat yang sangat homogen, sedangkan cara-cara yang bebas mungkin lebih cocok kepada masyarakat yang relatif homogen.5. Group (Kelompok)Sebenarnya kelompok merupakan kumpulan manusia yang memiliki syarat-syarat tertentu, dengan kata lain tidak semua pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok. Robert Biersted menyebut adanya tiga kriteria kelompok, yaitu: (1) ada atau tidaknya organisasi, (2) ada atau tidaknya hubungan sosial di antara warga kelompok, dan (3) ada atau tidaknya kesadaran jenis di antara orang-orang yang ada dalam kelompok dimaksud.Berdasarkan analisis menggunakan tiga kriteria tersebut dalam masyarakat dikenal beberapa jenis atau macam kelompok:a. AsosiasiAsosiasi merupakan kelompok yang memenuhi tiga kriteria Biersted tersebut. Suatu asosiasi atau organisasi formal terdiri atas orang-orang yang memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, ada hubungan sosial di antara warga kelompok dan organisasi.b. Kelompok sosial (Social Groups)Kelompok yang para anggotanya memiliki kesadaran akan kesamaan jenis serta hubungan sosial di antara warganya, tetapi tidak mengenal organisasi, oleh Biersted disebut sebagai kelompok sosial. c. Kelompok kemasyarakatan (Societal Groups)Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang berisi orang-orang yang memiliki kesadaran jenis saja, tidak ada hubungan sosial di antara orang-orang tersebut maupun organisasi, disebut sebagai kelompok kemasyarakatan (societal groups).d. Kelompok statistikBentuk terakhir dari kelompok adalah kategori atau kelompok statistik, yaitu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kesamaan jenis (misalnya jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan sebagainya), tetapi tidak memiliki satu pun dari tiga kriteria kelompok menurut Biersted.Berdasarkan sifat keanggotaannya, kelompok dibagi menjadi 2, yaitu:a. Kelompok sukarela : suatu kelompok dimana anggotanya tidak dipaksakanb. Kelompok terpaksa: suatu kelompok dimana anggotanya dipaksakanBerdasarkan cara bekerjanya, kelompok dibagi menjadi:a. Kelompok legal: kelompok yang bekerjanya secara terang-teranganb. Kelompok illegal: gerakan bawah tanah yang bekerja secara sembunyi sembunyi

6. Perubahan dan stratifikasi sosiala. Perubahan SosialPerubahan sosialsecara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.Setelah mempelajarai definisi perubahan sosial dalam masyarakat, tentunya kita juga harus mengetahui cirinya. Berikut merupakan ciri-ciri perubahan sosial dalam masyarakat :a. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang artinya masyarakat itu selalu berkembang dan berubah.b. Perubahan yang terjadi pada satu lembaga sosial pasti akan diikuti perubahan pada lembaga lainnya.c. Perubahan sosial yang berlangsung cepat nanmengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena masyarakat sedang dalam proses penyesuaian.d. Perubahan sosial tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja tetapi pada kedua bidang tersebut karena keduanya memiliki hubungan timbal balik.Secara tipologis, perubahan sosial dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:a. Proses sosial, yaitu pergantian beragam pengahargaan, fasilitas, dan anggota dari suatu struktur.b. Segmentasi atau pembagian, yaitu pemekaran unit-unit struktural yang tidak terlalu berbeda dengan unit-unit yang telah ada.c. Perubahan struktur, yaitu timbulnya peran dan organisasi yang baru.d. Perubahan struktur kelompok, yaitu pergantian komposisi kelompok, tingkat kesadaran kelompok, dan hubungan antarkelompok dalam masyarakat.Soerjono Soekanto menyebutkan adanya faktor-faktor intern dan ekstern yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat,1. Faktor InternAda beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang menye-babkan terjadinya perubahan sosial, yaitu perubahan penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan.a. Perubahan PendudukPerubahan penduduk berarti bertambah atau berkurangnya penduduk dalam suatu masyarakat. Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan kematian, namun juga bisa karena adanya perpindahan penduduk, baik transmigrasi maupun urbanisasi. Transmigrasi dan urbanisasi dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk daerah yang dituju, serta berkurangnya jumlah penduduk daerah yang ditinggalkan. Akibatnya terjadi perubahan dalam struktur masyarakat, seperti munculnya berbagai profesi dan kelas sosial.b. Penemuan-Penemuan BaruSeiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan barang dan jasa semakin bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai penemuan baru diciptakan oleh manusia untuk membantu atau memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi proses discovery, invention, dan inovasi.1) Discovery , yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-alat baru ataupun ideide baru.2) Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru ini dalam kehidupan nyata di masyarakat.3) Inovasi atau proses pembaruan, yaitu proses panjang yang meliputi suatu penemuan unsur baru serta jalannya unsur baru dari diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai oleh sebagian besar warga masyarakat.c. Konflik dalam MasyarakatSuatu konflik yang kemudian disadari dapat memecahkan ikatan sosial biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan sosial tersebut. Apabila demikian, maka biasanya terbentuk keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik. Contohnya konflik antarteman di sekolah. Konflik dapat merubah kepribadian orang-orang yang terlibat di dalamnya, misalnya jadi murung, pendiam, tidak mau bergaul, dan lain-lain. Namun apabila orang-orang yang terlibat konflik sadar akan hal itu, maka mereka akan berusaha untuk memperbaiki keadaan itu agar lebih baik dari sebelumnya.d. Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh MasyarakatRevolusi di Indonesia pada 17 Agustus 1945 mengubah struktur pemerintahan kolonial menjadi pemerintahan nasional. Hal itu diikuti dengan berbagai perubahan mulai dari lembaga keluarga, sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor EksternDengan melakukan interaksi sosial, banyak pengaruhpengaruh dari luar masyarakat kita yang mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor ekstern yang menyebabkan perubahan sosial adalah sebagai berikut.a. Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat BerubahBagi manusia, alam mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupannya. Misalnya alam mempunyai nilai estetika yang mendorong manusia untuk cinta pada alam, alam sebagai sumber penyediaan bahan-bahan makanan dan pakaian, serta alam menjadi sumber kesehatan, keindahan, dan hiburan atau rekreasi.Mengingat pentingnya alam bagi kehidupan manusia, maka sudah seharusnyalah kita menjalin keserasian hubungan dengan alam yang ada di sekitar kita agar tetap terjaga kelestariannya. Namun apa yang terjadi? Tidak jarang tindakan manusia justru mengakibatkan munculnya kerusakan alam. Misalnya tindakan manusia menebang hutan secara liar. Tindakan tersebut dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor pada musim penghujan karena terjadinya pengikisan tanah oleh air hujan (erosi). Akibatnya banyak masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, keluarga, dan sarana umum lainnya.b. PeperanganPeperangan yang terjadi antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar, baik seluruh wujud budaya (sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun seluruh unsur budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem religi, dan kemasyarakatan). Perubahan-perubahan itu umumnya terjadi pada negara yang kalah perang karena biasanya negara yang menang cenderung untuk memaksakan nilai-nilai, budaya, cara-cara, dan lembaga kemasyarakatannya kepada negara tersebut.c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat LainTerjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain adalah sebagai berikut.1) Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal balik. Di samping dipengaruhi, suatu masyarakat akan memengaruhi masyarakat lain.2) Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini pengaruh kebudayaan hanya terjadi sepihak, yaitu pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.3) Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun berkebudayaan berbeda dan saling hidup berdampingan itu saling menolak pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik ataupun nonfisik.4) Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang masih rendah.Dalam dinamika masyarakat, selain terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong bagi berlangsungnya proses perubahan sosial, juga terdapat faktor-faktor yang dapat menghalangi atau menghambatnya. Adapun faktor-faktor yang diperkirakan dapat menghambat atau menghalangi bagi terjadinya proses perubahan sosial tersebut antara lain:1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambatSalah satu aspek pendorong terjadinya perubahan sosial budaya adalah majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Majunya perkembangan iptek menjadi indikator pula majunya taraf perkembangan budaya suatu masyarakat. Sementara maju dan tingginya taraf peradaban suatu masyarakat menyebabkan masyarakat tersebut akan cepat atau mudah mengadakan adaptasi (penyesuaian) terhadap munculnya perubahan-perubahan yang datang dari luar masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu masyarakat terjadi hal yang sebaliknya, yakni mengalami kelambanan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, maka akan menyebabkan terhambatnya laju perubahan-perubahan sosial budaya pada masyarakat yang bersangkutan.2. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lainAdanya kehidupan masyarakat yang tertutup, hingga menyebabkan setiap warganya sulit untuk melakukan kontak atau hubungan dengan masyarakat lain, menyebabkan warga masyarakat tersebut terasing dari dunia luar. Akibatnya, bahwa masyarakat tersebut tidak dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain di luarnya. Jika hal tersebut tetap berlangsung, atau bahkan tidak sepanjang masa maka akan menyebabkan kemunduran bagi masyarakat yang bersangkutan, sebab mereka tidak memperoleh masukan-masukan misalnya saja pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat memperkaya bagi kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor ketertutupan atau kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain, menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat atau menghalangi bagi proses perubahan sosial dan budaya di dalam masyarakat.3. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaanAdanya kekhawatiran di kalangan masyarakat akan terjadinya kegoyahan seandainya terjadi integrasi di antara berbagai unsur-unsur kebudayaan, juga menjadi salah satu faktor lain terhambatnya suatu proses perubahan sosial budaya. Memang harus diakui bahwa tidak mungkin suatu proses integrasi di antara unsur-unsur kebudayaan itu akan berlangsung secara damai dan sempurna, sebab biasanya unsur-unsur dari luar dapat menggoyahkan proses integrasi tersebut, serta dapat menyebabkan pula terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.4. Adat dan kebiasaanSetiap masyarakat di manapun tempatnya, pasti memiliki adat serta kebiasaan tertentu yang harus ditaati dan diikuti oleh seluruh anggotamasyarakat. Adat dan kebiasaan adalah seperangkat norma-norma (aturan tidak tertulis) yang berfungsi sebagai pedo-man bertingkah laku bagi seluruh anggota masyarakat. Adat biasanya berisi pola-pola perilaku yang telah diyakini dan diterima oleh masyarakat secara turun-temurun, bersifat kekal (abadi), dan oleh karena itu harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat, serta bersifat mengikat. Artinya, apabila ada sebagian anggota masyarakat yang tidak mengindahkan aturan adat maka akan mendapat sanksi yang berat baik sanksi moral maupun sosial dari masyarakat. Sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang pantas dikerjakan maka diterima oleh masyarakat. Karena pantas dikerjakan dan telah diterima oleh masyarakat, maka kebiasaan menjadi perilaku yang diulang-ulang dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya (secara turun-temurun) sehingga menjadi semacam aturan (norma) yang harus diikuti oleh setiap anggota masyarakat. Meskipun tidak sekuat adat, norma kebiasaan juga memiliki daya pengikat tertentu yang dapat menyebabkan setiap anggota berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. 5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat (vested interests)Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-lapisan, pasti akan ada sekelompok orang-orang yang menikmati kedudukan dalam suatu proses perubahan. Pada masyarakat-masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, misalnya saja dari otoritarianisme ke sistem demokrasi biasanya terdapat segolongan orang-orang yang merasa dirinya berjasa atas terjadinya perubahan-perubahan. Pada segolongan masyarakat yang berjasa itu biasanya akan selalu mengidentifikasikan diri dengan usaha serta jasa-jasanya tersebut, sehingga sulit sekali bagi mereka untuk melepaskan kedudukan yang baru diperolehnya itu dalam suatu proses perubahan. Hal inilah yang juga dirasa menjadi salah satu faktor penghalang berikutnya bagi jalannya suatu proses perubahan.6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutupAdanya sikap semacam itu, misalnya dapat saja dialami oleh suatu masyarakat (bangsa) yang pada masa lalunya pernah mengalami pengalaman pahit selama berinteraksi dengan masyarakat (bangsa) lainnya di dunia. Sebut saja misalnya pada masyarakat-masyarakat yang dahulunya pernah mengalami proses penjajahan oleh bangsa lain, seperti bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika oleh penjajahan bangsa Barat. Mereka tidak akan melupakan begitu saja atas berbagai pengalaman pahit yang pernah diterimanya pada masa lalu, dan hal tersebut ternyata berdampak pada munculnya kecurigaan di kalangan bangsa-bangsa yang pernah dijajah itu terhadap sesuatu atau apa-apa yang datang dari barat. Selanjutnya, karena secara kebetulan unsur-unsur baru yang masuk itu juga kebanyakan berasal dari negara-negara barat, maka prasangka-prasangka (negatif) juga tetap ada, terutama akibat rasa kekawatiran mereka akan munculnya penjajahan kembali yang masuk melalui unsur-unsur budaya tersebut. Dengan demikian munculnya prasangka serta adanya sikap menolak terhadap kebudayaan asing juga akan menjadi salah satu faktor penghambat lain bagi jalannya proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat.7. Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaikiDi kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa hidup di dunia itu tidak perlu ngoyo (terlalu berambisi) sebab baik buruknya suatu kehidupan (nasib/takdir) itu sudah ada yang mengatur, oleh karena itu harus dijalaninya secara wajar. Sementara jika manusia diberikan kehidupan yang jelek, maka harus diterimanya pula apa adanya (nrimo ing pandum) serta dengan penuh kepasrahan karena memang nasib yang harus diterimanya demikian. Dengan demikian manusia tidak perlu repot-repot berusaha, apalagi sampai ngoyo, karena tidak ada gunanya sebab hasilnya pasti akan jelek, sebab sudah ditakdirkan jelek. Adanya keyakinan dari masyarakat untuk selalu menerima setiap nasib yang diberikan Tuhan kepada manusia dengan penuh kepasrahan, termasuk bila harus menerima nasib (takdir) buruk, menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi bersifat pesimistis dan statis, atau bahkan fatalistik. Adanya pemahaman yang keliru tentang nasib manusia itulah, sehingga di dalam masyarakat tidak muncul dinamisasi, yang berarti tidak ada perubahan, atau jika ada perubahan maka hal tersebut akan berjalan secara lambat.8. Hambatan yang bersifat ideologisAdanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena biasanya setiap usaha mengadakan perubahan-perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, akan diartikan sebagai suatu usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang merupakan dasar bagi terciptanya integrasi dari masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu faktor-faktor yang bersifat ideologis akan tetap menjadi perintang bagi jalannya perubahan-perubahan.9. Sikap masyarakat yang sangat tradisionalApabila di dalam masyarakat muncul suatu sikap mengagung-agungkan akan tradisi masa lampau serta menganggap bahwa tradisi tersebut secara mutlak tak dapat dirubah, maka sudah dapat dipastikan bahwa pada masya-rakat tersebut akan mengalami hambatan-hambatan dalam proses perubahan sosial budayanya. Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah lagi apabila golongan yang berkuasa dalam masyarakat juga berasal dari golongan yang bersifat konservatif, yakni suatu golongan yang notabenenya adalah penentang atau anti terhadap perubahan-perubahan. Selain yang sudah disebutkan di atas, dilihat dari segi intern (dari dalam masyarakat yang mengalami perubahan), terjadinya proses perubahan sosial juga dapat terhambat oleh karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:a. Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap sesuatu yang baru yang dianggap dapat berdampak negatif.b. Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai dan mempertahankan sesuatu hal yang lama.c. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap sesuatu yang baru.b. Stratifikasi SosialPelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Beberapa pengertian dari stratifikasi sosial menurut para ahli: Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Misalnya seorang yang berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan dapat menjadi tokoh agama jika ia mampu meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya. Seorang anak buruh tani dapat mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi presiden sekalipun, apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu. Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai status presiden. Dengan demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:1. Ukuran KekayaanBarang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya., kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.2. Ukuran KekuasaanBarang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.3. Ukuran KehormatanUkuran kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.4. Ukuran Ilmu PengetahuanIlmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.7. Saingan dan LawanPersaingan terjadi antara individu dan individu, kelompok dengan kelompok, untuk memperebutkan sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya atau kelompoknya. Tujuannya adalah untuk mamperoleh uang, kekayaan, kekuasaan, ketenaran, harga diri dan sebagainya. Bentuk persaingan adalah persaingan yang terjadi dibidang ekonomi, kebudayaan, ras, dan persaingan kedudukan.Lawan atau musuh adalah orang yang terlibat dalam benturan-benturan yang disertai usaha saling menjatuhkan atau mencelakakan yang dapat disebabkan oleh kepentingan ekonomi, politik maupun idiologi8. Pertentangan (conflict)Pertentangan terjadi sebagai akibat dari persaingan yang semakin tajam dan masing masing pihak tidak mau mengalah, sehingga terjadi benturan fisik maupun nonfisik. Bentuk-bentuk pertentangan, misalnya: pertentangan pribadi, sosial, politik dan internasional.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanTanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.Dapat disimpulkan, bahwamanusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.c. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.d. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang laine. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, Umi.2011.Ciri-ciri Perubahan Sosial.(online).(http://umiamanah.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-perubahan-sosial.html). (Diakses pada 26 September 2014)Anonim.2014.Stratifikasi Sosial.(online).(http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial). (Diakses pada 25 September 2014)Farisi, Galang.2013.Manusia Sebagai Makhluk Sosial.(online).(http://galangalfarisi22.blogspot.com/2013/11/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html). (Diakses pada 26 September 2014)Tim ISBD Unesa. 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya: Unesa University Press

Kelompok 2| Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial20