28
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) OLEH NI MADE DESY PARIANI NIM.15.901.1224 HALAMAN JUDUL POGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKAPPNI BALI DENPASAR

laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

OLEH

NI MADE DESY PARIANINIM.15.901.1224

HALAMAN JUDUL

POGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKAPPNI BALI

DENPASAR2015

Page 2: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang usia gestasi (Pudjiaji, 2010). Dahulu neonatus dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961

oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low

Birth Weight Infants ( BBLR).

2. Epidemiologi

Setiap tahun diperkirakan terjadi 4,3 juta kasus kelahiran mati dan 3,3 juta kematian

neonatal pada kematian neonatal seluruh dunia. Meskipun AKB diseluruh dunia telah

mengalami penurunan namun kematian neonatal pada kematian bayi semakin meningkat.

(Prameswari, 2007).

Secara global penyebab langsung kematian neonatal diperkirakan karena kelahiran prematur

(28%), infeksi berat (26%) dan asfiksia (23%) sedangkan tetanus neonatus dengan proporsi

kecil (7%). Menurut Azimul (2008) 50% kematian perinatal secara langsung dan tidak

langsung berkaitan dengan berat lahir rendah

3. Etiologi

a. Faktor Ibu

- Penyakit: Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan

antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

- Usia ibu: Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan

multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara

26 – 35 tahun.

- Keadaan sosial ekonomi: Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya

prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang

Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak

sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang

sah.

- Sebab lain: ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

Page 3: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

b. Faktor plasenta

c. Faktor janin

- Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom

d. Faktor lingkungan

- Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

4. Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan

(prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia

kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa

kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya

gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu

seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang

menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami

hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi

kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan

gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih

sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi

kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang

tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal.

Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama

kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi

kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan

menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester

III.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin

baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam

kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini

Page 4: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun

mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya.

Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi :

a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua

lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8

minggu terakhir kehamilan.

b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan BBLC.

c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap

dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum

berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan

lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya

kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyai lebih sedikit

simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak

dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang

terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose

(enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.

Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang

meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial

untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya

jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan

kalori.

5. Klasisifikasi

Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:

a. Prematuritas murni: Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut

Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).

b. Dismaturitas: Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini

Page 5: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK).

Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-

Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK).

6. Gejala Klinis

a. Fisik: bayi kecil, pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar dari

pada badan berat badan < 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar dada 30

cm, lingkar kepala 33 cm, Masa gestasi 37 minggu

b. Kulit dan kelamin: kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, rambut halus dan tipis,

genitalia belum sempurna

c. Sistem syaraf: refleks moro, refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna

d. Sistem muskuloskeletal: axifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan satura lebar, tulang

rawan elastis kurang otot-otot masih hipotonik, tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki

fleksi

e. Sistem pernafasan: pernafasan belum teratur sering apnea, frekwensi nafas bervariasi

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Lab

1) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,

hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

2) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan

polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal

/perinatal).

3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau

hemolisis berlebihan).

4) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl

pada 3-5 hari.

5) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata

40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

6) Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

Page 6: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

7) Pemeriksaan Analisa gas darah.

b. Pemeriksaan penunjang lain

1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan

gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.

2) Tes kocok(shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan

3) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi

mekonium.

4) Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari 60x/

menit dibuat foto thorax.

5) Pemeriksaan skor Ballard

8. Penatalaksanaan

a. Pemberian Vitamin K: Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau peroral 2 mg 3 kali

pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, umur 4-6 minggu).

b. Mempertahankan suhu tubuh normal: Ukur suhu tubuh sesuai jadwal dan Gunakan salah

satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke

kulit, kangaroo mother care, pamancar panas, incubator, atau ruangan hangat yang

tersedia di fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk

c. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

d. Pemberian minum

1) ASI merupakan pilihan utama

2) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara

apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling

kurang sehari sekali

3) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 gram/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu

4) Pemberian minum minimal 8 x /hari. Apabila bayi masih menginginkan dapat

diberikan lagi

5) Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler dan respirasi yang tidak stabil,

fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomaly mayor saluran cerna, NEC, IUGR

berat dan berat lahir < 1000 gram.

Page 7: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

6) Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan selama

tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa normal.

Panduan pemberian minum berdasarkan BB:

a) Berat lahir < 1000 gram

- Minum melalui pipa lambung

- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari

- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :

tambahan 0,5 -1 ml, interval 1 jam , setiap ≥ 24 jam

- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-strength

preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.

b) Berat lahir 1000-1500 gram

- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)

- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari

- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :

tambahan 1-2 ml, interval 2 jam , setiap ≥ 24 jam

- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-strength

preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.

c) Berat lahir 1500-2000 gram

- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)

- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari

- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :

tambahan 2-4 ml, interval 3 jam , setiap ≥ 24 jam

- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-strength

preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.

d) Berat lahir 2000-2500 gram

- Apabila mampu sebaliknya diberikan minum peroral

- ASI perah/term formula

e) Bayi sakit

Page 8: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :

tambahan 3-5 ml, interval 3 jam, setiap ≥ 8 jam

e. Suportif

1) Jaga dan pantau kehangatan

2) Jaga dan pantau patensi jalan napas

3) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

4) Bila terjadi penyulit segera kelola dengan penyulit yang timbul (misalnya hipotermi,

kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dll)

5) Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya

6) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan biarkan ia

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui

7) Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila dimungkinkan

8) Bila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterapi

9) Pada umur 4 minggu atau selambat-lambatnya usia koreksi 34 minggu konsultasi ke

dokter spesialis mata untuk evaluasi kemungkinan retinopathy of prematurity (ROP)

9. THT : skrining pendengaran dilakukan pada semua BBLR, dimulai usia 3 bulan sehingga

apabila terdapat kelainan dapat dikoreksi sebelum usia 6 bulan

10. Periksa alkaline phospatase (ALP), P, Ca, saat usia kronologis ≥ 4 minggu dan 2 minggu

setelah bayi minum secara penuh sebanyak 24 kalori/oz. jika ALP > 500 U/L berikan

fosfat 2-3 mmol/kg/hari dibagi 3 dosis.

11. Imunisasi yang diberikan sama seperti bayi normal kecuali hepatitis B

12. Bila perlu siapkan transportasi dan atau rujukan.

Pemantauan

f. Pantau berat bayi secara periodic

1) Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan

berat lahir ≥ 1500 gram dan 15 % untuk bayi berat lahir < 1500 gram). Berat lahir

biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecualiapabila terjadi komplikasi.

2) Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah

berusia lebih dari 7 hari :

Page 9: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

3) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian

ASI tetap 180 ml/kg/hari

4) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai

200ml/kg/hari

5) Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu

g. Pemantauan setelah pulang

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul

- Gangguan perkembangan

- Gangguan pertumbuhan

- Retinopati karena prematuritas

- Gangguan pendengaran

- Penyakit paru kronik

- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebagai berikut :

- Kunjungan ke dokter hari ke-2, 10, 20, 30, setelah pulang, dilanjutkan setiap bulan

- Hitung umur koreksi

- Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar kepala

- Tes perkembangan : Denver Development Screening Test (DDST)

- Awasi adanya kelainan bawaan

9. Komplikasi

a. Hipotermia

b. Hipoglikemia

c. Hiperbilirubinemia

d. Respiratory distress syndrome (RDS)

e. Intracerebral and Intraventricular Haemoragge (IVH)

f. Periventrikuler Leucomalasia (PVL)

g. Infeksi bakteri

h. Kesulitan minum

Page 10: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

i. Penyakit paru kronis (chronic lung disease)

j. NEC (necrotizing enterocolitis)

k. AOP (apnea of prematurity) terutama terjadi pada bayi <1000gram

l. PDA (patent ductus arteriosus) pada bayi dengan berat <1000 gram

m. Disabilitas mental dan fisik

- Keterlambatan perkembangan

- CP (Cerebral Palsy)

- Gangguan pendengaran

- Gangguan penglihatan seperti ROP (Retinopathy of prematurity)

Page 11: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Keadaan Umum:

1) Tingkat kesadaran/keaktifan bayi

2) BB < 2500 gr

3) PB < 45 cm

4) LK < 33 cm

5) LD < 30 cm

6) TD : 80/46 mmHg

7) Nadi : 120-160 x/menit

8) Pernafasan : 40 –60 x / menit

9) Suhu : 36,5-37 °C

10) Posture cenderung ekstensi

Catatan :

Untuk bayi normal :

1) PB : 48 – 55 cm

2) LK : 33-35 cm

3) LD : kurang dari 2-3 cm dari LK

4) Setelah beberapa hari LD=LK karena ada ekspansi paru

5) Ubun-ubun besar : 2-3 cm

6) Ubun-ubun kecil 0,5 – 1 cm

7) Ubun-ubun berbentuk khas ‘Diamon’

8) Posture fleksi

b. Pengkajian umum

1) Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau lebih sering

apabila diinstruksikan.

2) Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.

3) Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat, kemudahan

bernafas, adanya edema, dan lokasinya.

4) Gambarkan adanya deformitas yang nyata.

Page 12: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

5) Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala terangguk-

angguk, meringis, alis berkerut.

c. Pengkajian pernafasan

1) Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada,

atau penyimpangan lain.

2) Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial, interkostal, atau

retraksi subklavikular.

3) Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.

4) Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki basah, area

yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk, keseimbangan bunyi

nafas.

5) Tentukan apakah penghisapan diperlukan.

6) Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.

7) Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi gambarkan ukuran

selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode pengamanan selang.

8) Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen dan

karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida transkutan.

d. Pengkajian kardiovaskular

1) Tentukan frekuensi dan irama jantung.

2) Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.

3) Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut jantung

yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat menunjukkan

pergeseran mediastinal).

4) Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.

5) Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.

6) Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukutan manset,

periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.

7) Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 – 3 detik), perfusi perifer mottling.

8) Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi “on”.

Page 13: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

e. Pengkajian gastrointestinal

1) Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat, tanda-tanda

eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu yang dapat

dilihat, status umbilikus.

2) Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan dengan

pemberian makan.

3) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.

4) Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah samar dan atau

penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan dengan tampilan feses.

5) Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.

f. Pengkajian genitourinaria

1) Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.

2) Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).

3) Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).

g. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal

1) Gambarkan gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan, menonjol, tingkat

aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia gestasi.

2) Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.

3) Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski, reflek plantar, dan reflek

yang diharapkan.

4) Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan).

h. Pengkajian suhu: Tentukan suhu kulit dan aksila. Tentukan dengan suhu lingkungan.

i. Pengkajian kulit

1) Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi atau

area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain lontak dengan

kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang digunakan (misal plester,,

providin-iodin).

2) Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas, dll.

3) Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

4) Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya dan amati

adanya tanda-tanda infiltrasi.

Page 14: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

5) Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena, perifer,

umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin, dekstrosa, elektrolit,

lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan frekuensi aliran, jenis jarum

(kupu=kupu, kateter), tampilan area insersi.

j. Tanda stres atau keletihan pada neonatus

1) Stres otonomik: Akrosianosis, Pernafasan dalam dan cepat, Frekuensi jantung reguler

dan cepat.

2) Perubahan pada status: Status tidur atau dangkal. Menangis atau rewel.Mata berkaca-

kaca atau kewaspadaan tegang.

3) Perubahan perilaku

a. Mata tidak berfokus atau tidak terkoordinasi.

b. Lengan dan kaki lemas.

c. Bahu flaksid turun ke belakang.

d. Cegukan.

e. Bersin.

f. Menguap.

g. Mengejan, buang air besar.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek

batuk

c. Thermoregulasi tidak efektif b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan

dingin/panas.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan

ingest/digest/absorb

e. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin

f. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

Page 15: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1 Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan

maturitas pusat pernafasan,

keterbatasan perkembangan

otot, penurunan

energi/kelelahan,

ketidakseimbangan

metabolik.

Tujuan:

Kebutuhan O2 bayi terpenuhi

Kriteria:

1. Pernafasan normal 40-60 kali

permenit.

2. Pernafasan teratur.

3. Tidak cyanosis.

4. Wajah dan seluruh tubuh

Berwarna kemerahan (pink

variable).

5. Gas darah normal

      PH = 7,35 – 7,45

      PCO2 = 35 mm Hg

      PO2 = 50 – 90 mmHg     

1. Letakkan bayi terlentang dengan alas

yang data, kepala lurus, dan leher

sedikit tengadah/ekstensi dengan

meletakkan bantal atau selimut diatas

bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-

3 cm

1. Memberi rasa nyaman dan

mengantisipasi flexi leher yang dapat

mengurangi  kelancaran jalan nafas.

2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung

bila perlu.

2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan

bebas dari lendir untuk menjamin

pertukaran gas yang sempurna.

3. Observasi gejala kardinal dan tanda-

tanda cyanosis tiap 4 jam

3. Deteksi dini adanya kelainan.

4. Kolaborasi dengan team medis

dalam pemberian O2 dan

pemeriksaan kadar gas darah arteri

4. Mencegah terjadinya hipoglikemia

2. Thermoregulasi tidak efektif

berhubungan dengan kontrol

suhu yang imatur dan

penurunan lemak tubuh

subkutan.

Tujuan

Tidak terjadi hipotermia

Kriteria

1. Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C

2. Akral hangat

3. Warna seluruh tubuh

kemerahan

1. Letakkan bayi terlentang diatas

pemancar panas (infant warmer)

1. Mengurangi kehilangan panas pada

suhu lingkungan sehingga

meletakkan bayi menjadi hangat

2. Singkirkan kain yang sudah dipakai

untuk mengeringkan tubuh, letakkan

bayi diatas tubuh, letakkan bayi

diatas handuk / kain yang kering dan

hangat.

2. Mencegah kehilangan tubuh melalui

konduksi.

3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam. 3. Perubahan suhu tubuh bayi dapat 

menentukan tingkat hipotermia

Page 16: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

4. Kolaborasi dengan team medis

untuk pemberian Infus Glukosa 5%

bila ASI tidak mungkin diberikan.

4. Mencegah terjadinya hipoglikemia

3. Gangguan kebutuhan nutrisi :

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidak

mampuan mencerna nutrisi

karena imaturitas.

Tujuan:Kebutuhan nutrisi

terpenuhi

Kriteria

1. Bayi dapat minum pespeen /

personde dengan baik.

2. Berat badan tidak turun lebih

dari 10%.

3. Retensi tidak ada.

1. Lakukan observasi BAB dan  BAK

jumlah dan frekuensi serta

konsistensi.

1. Deteksi adanya kelainan pada 

eliminasi bayi dan segera mendapat

tindakan / perawatan yang tepat.

2. Monitor turgor dan mukosa mulut. 2. Menentukan derajat dehidrasi dari

turgor dan mukosa mulut.

3. Monitor intake dan out put. 3. Mengetahui keseimbangan cairan

tubuh (balance)

4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. 4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara

adekuat.

5. Lakukan control berat badan setiap

hari.

5. Penambahan dan penurunan berat

badan dapat di  monito

6. Lakukan control berat badan setiap

hari.

6. Penambahan dan penurunan berat

badan dapat di  monitor

4 Resiko infeksi berhubungan

dengan pertahanan

imunologis yang kurang.

Tujuan:

Selama perawatan tidak terjadi

komplikasi (infeksi)

Kriteria

1. Tidak ada tanda-tanda

infeksi.

2. Tidak ada gangguan fungsi

tubuh.

1. Lakukan teknik aseptik dan

antiseptik dalam memberikan asuhan

keperawatan

1. Pada bayi baru lahir daya tahan

tubuhnya kurang / rendah.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan.

2. Mencegah penyebaran infeksi

nosokomial.

3. Pakai baju khusus/ short waktu

masuk ruang isolasi (kamar bayi)

3. Mencegah masuknya bakteri dari

baju petugas ke bayi

4. Lakukan perawatan  tali pusat

dengan triple dye 2 kali sehari.

4. Mencegah terjadinya infeksi dan

memper-cepat pengeringan tali pusat

karena  mengan-dung anti biotik, anti

jamur, desinfektan.

Page 17: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

.5. Jaga  kebersihan (badan, pakaian)

dan  lingkungan bayi.

5. Mengurangi media untuk

pertumbuhan kuman.

6. Observasi tanda-tanda infeksi dan

gejala kardinal

6. Deteksi dini adanya kelainan

7. Hindarkan bayi kontak dengan sakit. 7. Mencegah terjadinya penularan

infeksi.

8. Kolaborasi dengan team medis untuk

pemberian antibiotik.

8. Mencegah infeksi dari pneumonia

9. Siapkan pemeriksaan laboratorat 

sesuai advis dokter yaitu

pemeriksaan DL, CRP.

9. Sebagai pemeriksaan penunjang

Page 18: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

4. Implementasi:

Dilakukan sesuai intervensi

5. Evaluasi

a. Kebutuhan O2 bayi terpenuhi b. Tidak terjadi hipotermia c. Kebutuhan nutrisi terpenuhid. Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi

Page 19: laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR

DAFTAR PUSTAKA

Cicilia, S.B. 2002. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Doenges M.E. at al. 2000. Nursing Care Plans. Philadelphia : F.A. Davis Company.

Donna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta :EGC.

Hudak C.M. 2000. Critical Care Nursing. Philadelphia: Lippincort Company.

Kuncara, H.Y, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis : Mosby Year-Book.

Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcome Classifications (NOC. St. Louis: Mosby Year-Book.

Marjory Gordon, dkk. 2005. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006 NANDA. Philadelphia

Pudjiaji, A. dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jogjakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.