11
Danu Dean Asmoro FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 1 Kajian Kritis Pendekatan Marxist Terhadap Peran Greenpeace Dalam Memberikan Kontribusi Terhadap Lingkungan Oleh Danu Dean Asmoro *This paper for discussion in Communication and Environmental classes, Lecturer : Yohanes Widodo, M.Sc. INTRODUCTION The capitalist system degraded workers in all of their relationships. Since they had to fight against others of their own class for bare subsistence, they could never hope to estavlish any short of valid relationships with another person. ( Sargent, 1987 : p. 112 ) Kapitalisme dapat muncul dalam relasi kehidupan manusia. Bukan hanya sistem kapitalisme dalam lingkup yang besar seperti relasi antar negara, korporasi, media, tetapi juga pada lingkup komunikasi yang lebih sempit ( misalnya interpersonal ). Tulisan ini mencoba untuk membongkar sistem kapitalisme yang diterapkan dalam organisasi yang menyuarakan go greenatau save the planetsecara kritis. Obyek dalam tulisan ini adalah Greenpeace. Greenpeace melakukan pendekatan environmental untuk melakukan aksinya. Pada prakteknya, Greenpeace merupakan organisasi profit yang bergerak dalam lingkungan. Organisasi Ini kemudian meluas seperti korporasi korporasi industri dibidang lain. Hanya saja, Greenpeace selalu melakukan campaign untuk go greenatau save the planet. Friedrich Engels pun mengingatkan kita bahwa sistem kapitalisme ini dapat bekerja dalam relasi pernikahan ataupun kerja. Engels selalu menekankan adanya class struggle. Mengapa Greenpeace adalah organisasi profit? Alasannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendaftar, members harus membayar keanggotaan. 2. Dengan dalih menyelamatkan lingkungan. Kita harus menyumbang dana agar Greenpeace dapat beraksi layaknya „hero‟ bagi lingkungan. 3. Greenpeace menggunakan „green‟ sebagai komoditas. Dimana bisnis lingkungan menjadi menarik dan mempunyai peluang pasar yang besar. Tulisan ini secara lebih lanjut mempertanyakan : Apa yang bisa dilakukan untuk berkontribusi terhadap lingkungan, apabila saya tidak mempunyai sepersen pun uang?

Danu dean asmoro studi kritis terhadap environmentalist

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Danu Dean Asmoro ( FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta ) - Kajian Kritis Pendekatan Marxist Terhadap Peran Greenpeace Dalam Memberikan Kontribusi Terhadap Lingkungan

Citation preview

Page 1: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 1

Kajian Kritis Pendekatan Marxist Terhadap Peran Greenpeace Dalam Memberikan Kontribusi Terhadap

Lingkungan

Oleh Danu Dean Asmoro

*This paper for discussion in Communication and Environmental classes, Lecturer :

Yohanes Widodo, M.Sc.

INTRODUCTION

The capitalist system degraded workers in all of their relationships. Since they had to

fight against others of their own class for bare subsistence, they could never hope to

estavlish any short of valid relationships with another person. ( Sargent, 1987 : p. 112 )

Kapitalisme dapat muncul dalam relasi kehidupan manusia. Bukan hanya sistem

kapitalisme dalam lingkup yang besar seperti relasi antar negara, korporasi, media, tetapi

juga pada lingkup komunikasi yang lebih sempit ( misalnya interpersonal ). Tulisan ini

mencoba untuk membongkar sistem kapitalisme yang diterapkan dalam organisasi yang

menyuarakan „go green‟ atau „save the planet‟ secara kritis. Obyek dalam tulisan ini adalah

Greenpeace. Greenpeace melakukan pendekatan environmental untuk melakukan aksinya.

Pada prakteknya, Greenpeace merupakan organisasi profit yang bergerak dalam

lingkungan. Organisasi Ini kemudian meluas seperti korporasi – korporasi industri dibidang

lain. Hanya saja, Greenpeace selalu melakukan campaign untuk ‘go green‟ atau „save the

planet‟. Friedrich Engels – pun mengingatkan kita bahwa sistem kapitalisme ini dapat

bekerja dalam relasi pernikahan ataupun kerja. Engels selalu menekankan adanya class

struggle. Mengapa Greenpeace adalah organisasi profit? Alasannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendaftar, members harus membayar keanggotaan.

2. Dengan dalih menyelamatkan lingkungan. Kita harus menyumbang dana agar

Greenpeace dapat beraksi layaknya „hero‟ bagi lingkungan.

3. Greenpeace menggunakan „green‟ sebagai komoditas. Dimana bisnis lingkungan

menjadi menarik dan mempunyai peluang pasar yang besar.

Tulisan ini secara lebih lanjut mempertanyakan : “ Apa yang bisa dilakukan untuk

berkontribusi terhadap lingkungan, apabila saya tidak mempunyai sepersen – pun uang? “

Page 2: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 2

ENVIRONMENTALIST : Pendekatan Lingkungan, Politik, Ekonomi, dan Sosial

In diverse array of issues and campaigns, environmentalists critize rising social and

economic inequalities, the proliferation of environmental risk and global consumerism,

and limited acess to political participation. ( Harper, 2006 : p.2 )

Para lembaga environmentalists selalu memberikan masukan dan mengkritisi

bagaimana pertumbuhan yang tidak seimbang antara sektor sosial dan sektor eknomomi.

Munculnya berbagai industri yang ada sebagai dampak dari modernisasi, menciptakan

munculnya resiko lingkungan dan tingkat konsumsi masyarakat dalam konteks global serta

keterbatasan dalam akses politik. Environmentalists selalu menyuarakan bahwa bumi harus

diselamatkan. Penyelamatan ini dengan berupa aksi yang dilakukan dan mengajak manusia

untuk terlibat masuk ke dalam gerakan tersebut.

Kesukesan Greenpeace dikarenakan terdapat mitos dalam masyarakat mengenai

lingkungan. Orang kemungkinan akan berfikir bahwa menjadi „green‟ adalah opsi untuk

memberikan solusi terhadap permasalahan – permasalahan lingkungan. Greenpeace

berhasil memenangkan mitos tersebut. Watson yang meninggalkan Greenpeace pada tahun

1977, menyatakan Greenpeace mempunyai 5 juta anggota di dunia dan berkantor di 24

negara.

Dalam tulisan ini penekanannya adalah : Pertama, kenapa solusinya harus uang?

Kedua, mengapa semakin banyak uang yang diseumbangkan semakin banyak

membantu? Ketiga, lalu apa kontribusi masyarakat yang tidak mempunyai uang

terhadap lingkungan?

Under its recently departed guru, David McTaggart, 59, the $157 million (1990

revenues) Greenpeace became a skillfully managed business, mastering the tools of

direct mail and image manipulation - and indulging in forms of lobbying that would

bring instant condemnation if practiced by a for-profit corporation. Ironical, this,

considering that McTaggart marketed Greenpeace as very much the nemesis of the

powerful multinational corporation.( Spencer, Bolwlrek & Morais. 1991 in Forbes )

David McTaggart adalah orang yang mempunyai peran penting dalam Greenpeace

dan pendiri organisasi tersebut. Penghasilan David McTaggart juga mencapai angka yang

Page 3: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 3

fantastis yaitu $157 juta pada tahun 1990. Greenpeace menjadi pusat bisnis yang

mempunyai ketrampilan manajemen yang baik, menguasai peralatan pengiriman pesan/

laporan dan manipulasi gambar dan juga dapat melakukan loby secara instan yang

dipraktekkan oleh perusahaan – perusahaan profit. Ironisnya, Greenpeace menjadi

perusahaan multinasional yang sangat powerfull. Sekali lagi, bahwa ada kesamaan antara

Greenpeace dengan korporasi bisnis lain yaitu dalam pengembangan market secara lebih

luas. Analisis pendekatan yang akan dilakukan adalah berdasarkan pendekatan Marxisme

yang dijelaskan dalam referensi ( Storey, John. 1993. An Introduction Guide to Cultural

Theory and Popular Culture. New York : Harvester Whatsheaf. ( p. 97 – 124 ) )

Mode Of Production

Satu konsep yang ditekankan Marxis, bahwa sistem kapitalisme itu diciptakan

dimana ada kebutuhan – kebutuhan tertentu yang harus dicukupi oleh manusia dalam

hidupnya. Pendekatan Marxis selalu mengaitkan bagaimana relasi antara pekerja dan non

pekerja dalam suatu institusi. Pertama, Greenpeace memroduksi relasi antara manusia

dalam konteks menyelamatkan lingkungan. Relasi ini apabila dilihat lebih mendalam, akan

memperlihatkan members Greenpeace seperti ‘mesin uang’ dan uang digunakan sebagai

satu – satunya solusi yang dapat menyelamatkan lingkungan. ‘Workers‟ dan „non –

workers‟ yang dilakukan oleh para Marxis selalu mendekatkan pada bagaimana masyarakat

diproduksi oleh sistem politik, sosial, dan budaya. „Go green‟ misalnya, bukan hanya

menjadi view dalam lingkungan. Kita melihat „go green‟ ini menjadi politik, ‘lahan’ untuk

orang mencari uang dan penghasilan serta memperkaya diri, dan budaya yang dimaknai

bahwa dengan hal itu kita menciptakan lingkungan yang lebih baik. Penghasilan David

McTaggart yang dilaporkan, adalah salah satu penguat argumen ini.

Base dan Superstructure

Superstructure merupakan institusi ( politik, legal, edukasi, budaya, dan lain

sebagainya ) dan mendefinisikan pada suatu kesadaran, kita juga dapat menemukan dalam

politik, religi, etika, filosofi, seni, budaya, dan lain sebagainya ) yang merupakan basis dari

mode of production. Dalam hal ini Greenepeace juga dapat menjadi superstructure, karena

Greenpeace sendirilah yang memunculkan dan menggerakkan orang untuk sadar terhadap

Page 4: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 4

lingkungan. Sedangkan base mengarah pada kondisi antara konten dan bentuk dari mode of

production. Kita melihat bahwa aksi lingkungan ini dimaknai dalam relasi ekonomi.

Relations Of Production dan Forces Of Production

Dalam pendekatan Marxis, terdapat relations of production. Forces of production di

Greenpeace ini dapat dilihat pada material, alat, teknologi, pekerja, dan keterampilan dalam

proses produksi. Kita menemukan hal ini pada bagaimana hal ini membantu Greenpeace

untuk memproduksi pesan – pesan mengenai lingkungan. Selain itu, ada pula relations of

production yang mengarahkan Greenpeace pada relasi kelas dalam proses produksi. Relasi

kelas ini juga muncul pada Greenpeace, karena mereka juga merupakan organisasi yang

mempunyai struktur.

False Consciousness

False consciousness yang merupakan kesadaran palsu yang legal dilakukan sebagai

jalan hidup, terjadi. Bahwa kita didoktrin mengenai lingkungan dan para activist

lingkungan juga menggunakan langkah propaganda dan manipulasi untuk tujuan tertentu.

Lalu yang paling mengerikan adalah bahwa uang merupakan jalan solusi bagi

permasalahan lingkungan, lalu masyarakat percaya dengan cerita tersebut.

Hegemony dan Counter Hegemony

Hegemony is used to refer to a condition in process in which a dominant class(es)

doesn‟t merely rule but leads a society through the exertion of moral and intellectual

leaderships. ( Storey. 1993. P : 119 )

Hegemoni merupakan kondisi dalam proses dimana kelas dominan memenangkan

interaksi yang dilakukan. Hal ini bukan hanya mengarah dalam peran sebagai sang

dominan, tetapi sampai pada kepemimpinan dengan adanya kekuasaan moral dan

intelektual. Hal ini mengarahkan kita bahwa hegemoni adalah kondisi dimana ada kelas

dominan yang memimpin dan mempunyai power. Untuk memeranginya, maka diperlukan

Page 5: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 5

counter – hegemony, yaitu kelas yang memperjuangkan untuk melawan kuasa sang kelas

dominan.

Awalnya kita dapat menganalisis bahwa aktivis lingkungan ( seperti Greenpeace )

adalah counter – hegemony dari koporasi – korporasi bisnis yang merusak lingkungan. Kita

memahami pada awalnya, bahwa Greenpeace ingin menyelamatkan lingkungan. Tetapi apa

yang terjadi? Greenpeace justru menjadi hegemony pada saat ini. Greenpeace menjadi kelas

dominan dengan alasan moral dan intelektual yang dimiliki.

GREENPEACE DAN EKONOMI POLITIK

Greenpeace Germany, for instance, second-largest branch operation after Greenpeace

U.S.A., had revenues last year of $36 million and 700,000 members, of whom 320,000

permit Greenpeace to automatically debit their bank accounts annually for the dues of

50 deutsche marks ($30). ( Spencer, Bolwlrek & Morais. 1991 in Forbes )

Greenpeace Jerman misalnya yang merupakan Greenpeace terbesar setelah yang berada

di Amerika Serikat, dimana penghasilan pada tahun terakhir berjumlah $36 juta dan

mempunyai 700.000 anggota dimana 320.000 anggota secara setuju dan otomatis

mendaftarkan diri melalui bank agar mempunyai keanggotaan di Greenpeace dengan

membayar 50 deutschemarks atau sekitar $30 pada keanggotaannya. Bukti tersebut, dapat

kita lakukan analisis menggunakan pendekatan eknonomi politik.

Commertialization

Komersialisasi ini muncul ketika dijelaskan sebelumnya, bahwa akhirnya

Greenpeace menerapkan uang sebagai alat untuk memperluas lahan gerakannya. Kita tidak

dapat melihat lagi tujuan mulia hanya untuk lingkungan, tetapi kita akhirnya menemukan

berbagai motif ekonomi yang dilakukan oleh Greenpeace.

Commodification

Commodification is the process of transformation use values into exchange values. (

Mosco, 1996 : p. 141 )

Page 6: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 6

Komodifikasi merupakan proses tranasformasi atau perubahan dimana nilai guna

berubah menjadi nilai tukar. Berikut penjelasannya :

a) Use value dalam Greenpeace adalah bagaimana lingkungan seharusnya dijaga dan

manusia harus menjaga lingkungan agar meminimalisir dampak – dampak

lingkungan yang akan terjadi. Nilai dalam Greenpeace kemudian berubah ke

exchange values.

b) Exchange value dalam Greenpeace adalah bagaimana kemudian nilai guna untuk

lingkungan tersebut, kemudian berganti ke nilai tukar. Dalam tahapan ini, harus ada

materi yang dikeluarkan. Jadi lingkungan dikomodifikasi dalam bentuk kampanye –

kampanye atau program lingkungan, kemudian hal tersebut mendatangkan uang.

Spatialization

….. Henri Lefebvre ( 1979 ) to denote the process of overcoming the constraints of space

and time in social life. ( Mosco, 1996 : p. 173 )

Dalam konteks ekonomi politik, kemudian kita mengenal bahwa ekspansi

multinasional yang dilakukan oleh Greenpeace merupakan bentuk spatialization. Orang

kemudian semakin mudah untuk melakukan aksi peduli lingkungan dengan Greenpeace di

negara – negara tertentu, tanpa khawatir adanya perbedaan jarak dan waktu.

Structuration

Structuration therefore describes a process by which structures are constituted out of

human agency, even as they provide they very „medium‟ of that constitution. ( Mosco, 1996

: p.212 )

Dalam hal ini, kemudian terjadi proses pengonstitusian/ pelegalan struktur dalam

kehidupan. Hal ini misalnya dalam pendekatan Ekonomi Politik membuat media menjadi

konstitusi. Dalam Greenpeace, kita menemukan bahwa Greenpeace juga akhirnya menjadi

konstitusi. Kita dapat melihat bagaimana organisasi tersebut menciptakan power dalam

kehidupan masyarakat. Human agency pastinya adalah manusia yang diajak untuk peduli

terhadap lingkungan.

Page 7: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 7

KONTEKS MATERIAL HISTORIS DAN SOSIAL

Dalam tulisan Milja Kurki : “ Menurut Marx, yang terpenting adalah jika kita

menganalisis orang dalam hubungan dengan konteks material historis dan sosial mereka,

maka kita dapat melihat peran berbagai kekuatan structural dan penindasan struktural yang

terkandung dalam sistem modern ekonomi kapitalis dan dalam pemerintahan “ borjuis

demokratis “ yang melekat padanya. “

Who is this somewhat mysterious David McTaggart, regarded by many as a near

saintly figure? McTaggart's skillful image manipulation begins with his own life story.

There is the official version, as told in the 1989 book, The Greenpeace Story, and

repeated over the years in many newspaper and magazine stories about the

organization. According to this official version, McTaggart was once a successful real

estate executive who saw the light at age 39 and decided to save the planet. ( Spencer,

Bolwlrek & Morais. 1991 in Forbes )

David McTaggart mempunyai image orang yang ‘canggih’ dalam memanipulasi dalam

ksiah hidupnya. Dia juga sukses dalam masa muda, dengan politik “ save the planet”. Kita

pastinya juga menjadi ragu, apakah Greenpeace juga menerapkan manipulasi terhadap

image mengenai lingkungan. Sejarah David McTaggart mengarahkan kita untuk

memikirkan pada hal tersebut. Kemudian dikarenakan kita mengetahui bagaimana

keuntungan yang didapatkan oleh Greenpeace, kita juga dapat melakukan berbagai

pendekatan lain. Greenpeace kemudian menjadi korporasi modern yang mempunyai

kewenangan, pengawasan dengan pemerintahan. Greenpeace melaporkan laporan mengenai

kasus tertentu dengan adanya advertorial press dan dapat diketahui oleh para shareholders.

Baik media maupun Greenpeace, pada akhirnya mengambil keuntungan dari hal tersebut.

McTaggart juga mendapatkan penghasilan yang luar biasa yaitu $60,000.

How has Greenpeace used this power? Ruthlessly. There is a kind of ends-justify-the-

means mentality at work here. Greenpeace pressured the University of Florida into

firing marine biologist Richard Lambertsen in 1986. Lambertsen's offense: doing

research that required tissue samples from whale organs, research that Greenpeace

had decided wasn't scientifically useful. Greenpeace made the preposterous claim that

Lambertsen was just a front for commercial whalers. Lambertsen, now at the Woods

Hole Oceanographic Institution, says his research was aimed at identifying whale

diseases. Greenpeace's tactics, he says, included trucking protesters to the campus and

Page 8: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 8

flying over football games with banners that said "U of F stop killing whales." (

Spencer, Bolwlrek & Morais. 1991 in Forbes )

Power dan Control

Greenpeace juga melegitimasi power sebagai kekuatan yang sah, dimana misalnya

Greenpeace juga memanfaatkan riset – riset untuk ‘proyek politik – ya’. Dari contoh

tersebut, Greenpeace memohon periset Universitas Florida untuk mengadakan riset

mengenai sampel tissue dari organ ikan paus, dan Richard Lambertsen mengatakan bahwa

riset tersebut tidak hanya bertujuan untuk keilmuwan. Riset tersebut pada akhirnya

digunakan untuk mengidentifikasi ancaman terhadap ikan paus. Kemudian, Greenpeace

mengadakan taktik untuk berkampanye. Dari contoh tersebut, kita menjadi bertanya : “

Apakah lingkungan kemudian menjadi asset untuk diperbaiki, atau lahan memperoleh

keuntungan? “ Dan ada kecenderungan bahwa riset dimanfaatkan oleh Greenpeace sebagai

alat untuk memperkuat data dan fakta yang ditemukan.

Kembali kita memikirkan mengenai manipulasi image. Jika kita kembali memikirkan

bagaimana kedekatan antara Greenpeace dengan pemerintahan dan media massa menjadi

sangat dekat. Pemerintah selalu mengira bahwa Greenpeace merupakan pahlawan,

sedangkan media juga menganggap bahwa temuan – temuan Greenpeace adalah hal yang

menarik dan dapat dijadikan lahan bisnis yang besar. Dari sini, kita mengetahui bahwa

permasalahannya menjadi sistemik. Tidak hanya lagi berbicara pada Greenpeace, akan

tetapi sampai pada stakeholder ( bahkan di level multinasional ).

If Greenpeace's ends justify such means, what are these noble ends? It's impossible to

say precisely, though unmistakable is a hatred of business and free markets.

Greenpeace U.S.A. Executive Director Peter Bahouth told the newspaper In These

Times in April 1990: "I don't believe in the market approach.... It results in treating

toxics or pollution as a commodity.... When companies have a bottom line of profit you

won't have them thinking about the environment." ( Spencer, Bolwlrek & Morais. 1991

in Forbes )

Executive Director Greenpeace Amerika Serikat juga menegaskan bahwa Greenpeace

tidak melakukan pendekatan pasar. Karena pendekatan tersebut, dirasakan sebagai racun

Page 9: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 9

atau membuat polusi sebagai komoditas. Ia menegaskan bahwa ketika korporasi bergerak

dengan kuasa profit, pastinya akan melupakan lingkungannya. Mendekatkan diri kita pada

membongkar discourse yang dilakukan oleh Greenpeace. Rasanya dari pendapat tersebut

muncul power, dimana bukan hanya lagi membela Greenpeace ( tetapi lebih ke – adanya

justifikasi bahwa Greenpeace tidaklah sama dengan korporasi bisnis yang lain.

German environmental consultant Joseph Huber, talking about militant elements in

Greenpeace Germany, sums up an informed outsider's view: "These Greenpeacers do

not know what they are longing for. But they do feel the strong need to protest the

perceived destruction of the earth by industrialism and capitalism. The Marxist

elements are interspersed with a new kind of romanticism and anarchism." ( Spencer,

Bolwlrek & Morais. 1991 in Forbes )

Konsultan lingkungan dari Jerman yang bernama Joseph Huber, mengatakan terdapat

elemen militant dalam Greenpeace di Jerman. Para pengikut Greenpeace tidak mengetahui,

untuk apa mereka mengikuti aksi – aksi yang dilakukan. Tetapi mereka merasakan perlu

menghujat, merotes, mengenai kerusakan lingkungan akibat individualism ataupun

kapitalisme. Hubler menyatakan bahwa pada akhirnya terdapat bentuk baru yaitu

Romantism dan Anarchism yang berada pada elemen dari pendekatan Marxist.

Kutipan menarik dari The Bozeman, Mont.-based Political Economy Research Center,

yang menyatakan : “Its philosophy is that pollution is a sin, not a cost, and should be

outlawed, not taxed - even if that means shutting down industry.”

Hal tersebut mengingatkan pada kita bahwa kita harus berfikir secara filosofis

terhadap polusi lingkungan. Polusi merupakan suatu tindakan yang salah/ dosa, dan bukan

merupakan permasalahan harga/ ongkos, dan harusnya diluar perlindungan hukum ( dalam

artian tidak mempunyai kuasa untuk masuk dalam sitem hitung untung – rugi ), tidak

mengenakan pajak, dan itu berarti menutup adanya industri. Greenpeace juga selalu

mengadakan investigasi rahasia, yang pada akhirnya mengeluarkan biaya yang sangat

mahal sekali. Misalnya kasus investigasi rahasia yang kemudian dipublikasikan, banyak

negara yang harus mendapatkan laporan tersebut dengan cara membayar mahal.

Page 10: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 10

Ada satu konsep menarik mengenai wild capitalism dari penelitian Krista Harper yang

dilakukannya di Hongaria, adapun beberapa link yang dapat ditarik dalam konsep wild

capitalism tersebut, adalah :

1. Bahwa para environmentalist menggunakan pendekatan environmentalism untuk

mengadakan gerakan lingkungan yang lebih besar dan menciptakan suatu identitas

aktivias. Implikasinya adalah gerakan tersebut tidak dapat dilihat secara tunggal

sebagai kegiatan untuk menyelamatkan lingkungan. Gerakan itu kemudian

bersinggungan misalnya dengan motif eknomi, politik, sosial, budaya, dan lainnya.

Kemudian, karena gerakan tersebut adalah identitas. Maka akan terjadi pertarungan

antara identitas korporasi dan aktivis. Mencoba dengan pendekatan dekonstruksi

Derrida, bahwa dikotomi antara merusak dan memperbaiki yang diciptakan

tersebut, sangat problematis.

2. Knowledge dan power saling bertempur dalam environmental struggles. Kita

melihat bahwa para environmentalist menggunakan kedua hal tersebut dalam

beraksi. Greenpeace juga melakukan hal yang sama. Tanpa adanya knowledge dan

power, pasti apa yang dilakukan tidaklah digubris oleh publik.

3. Aktivis melakukan propaganda. Misalnya Greenpeace yang memanfaatkan iklan

sebagai alat untuk kampanye. Permasalahannya, tidak sedikit propaganda yang

dilakukan ternyata justru salah.

4. Eco – colonialism, kita melakukan pendekatan ini ketika Greenpeace menjadi

multinasional. Kita mengetahui bahwa ada ‘penjajahan baru’ dalam hal ini antara

East dan West. Apa implikasinya? Barat dianggap lebih maju dan Timur adalah

lahan untuk memperluas jaringan bisnis para environmentalist.

5. Issue mengenai degradasi lingkungan menjadi konsesus bagi semua kalangan.

Seolah hal ini sangat penting. Dan mengapa juga gerakan ini harus sangat berpaku

pada uang. Apakah tidak lebih baik, membangun kesadaran diri pada masing –

masing orang?

The editorial compares Eastern Europe's command economies to the West's "savage

capitalism." Mindless of the environmental devastation caused by socialism, the

editorial concludes: "From a purely ecological perspective, the two competing

Page 11: Danu dean asmoro   studi kritis terhadap environmentalist

Danu Dean Asmoro – FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2012 | 11

ideologies were barely distinguishable." That outrageous statement would hardly sell in

the newly freed countries of Eastern Europe, although Greenpeace has recently opened

two offices there, but in the pampered West it apparently finds believers. ( Spencer,

Bolwlrek & Morais.1991 in Forbes )

Tulisan ini menyatakan bahwa pendekatan lingkungan berbeda dengan permasalahan

ideologi kapitalisme ataupun sosialisme. Kedua ideologi tersebut justru dapat mengancam

lingkungan itu sendiri. Pendekatan mendasar adalah bagaimana lingkungan dapat dilakukan

pendekatan melalui perspektif ekologi. Dimana lingkungan benar – benar menjadi concern

utama. Saat ini, relasi berdasarkan uang juga menghantui kehidupan kita dalam hal apapun.

Mirisnya adalah ketika tujuan mulia yaitu ‘menyelamatkan lingkungan’ menjadi tujuan

untuk ‘mencari lahan uang layaknya emas’. Greenpeace memang mempunyai tujuan baik.

Tetapi bukankah sulit untuk mendapatkan seseorang/ organisasi yang benar – benar tulus

pada saat ini? Tidak ada yang benar – benar ‘gratis’ di dunia ini.

REFERENSI

Buku

-----------Edkins, Jenny & Williams, Nick Vaughan. 2009. Teori – Teori Kritis Menantang

Pandangan Utama Studi Politik Internasional. Yogyakarta : Baca Publisher ( licence

Routledge ).

-----------Harper, Krista. 2006. Wild Capitalism : Environmental Activism and Postsocialist

Political Ecology in Hungary. Amherst : University of Massachusetts.

-----------Sargent, Lyman Tower. 1987. Contemporary Political Ideologies A Comparative

Analysis. California : Brooks/ Cole Publishing Company.

-----------Storey, John. 1993. An Introduction Guide to Cultural Theory and Popular

Culture. New York : Harvester Wheatsheaf.

Lain – Lain

-----------Spencer, Leslie ; Bollwerk, Jan & Morais, Richard C. The Not So Peaceful World

Of Greenpeace. ( November, 11, 1991 : Forbes )