Upload
muhammad-alfiansyah
View
399
Download
27
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS 1
ANALISIS PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM
MEMECAHKAN MASALAH NONRUTIN PADA MATERI SPTLDV
(Disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Problematika Pendidikan Matematika)
MUH. ALFIANSYAH
161050701024
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2016
1
ANALISIS PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA
DALAM MEMECAHKAN MASALAH NONRUTIN PADA MATERI SPTLDV
Muh. Alfiansyah
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar
email: [email protected]
Abstract
The objectives of mathematics learning in school is that the students have the ability to solve
problems. Mathematical problem solving is a process or set of activities that students do to find a solution of
the problem. In solving mathematical problems, differences in the characteristics of the students need to get
the teacher's attention. One characteristic that is important to note is the ability of teachers beginning math
students. This study aimed to describe: (1) the process of reflective thinking graders grade X MIA 5 SMAN
10 Makassar capable of early mathematics high in solving mathematical problems nonroutine, (2) the
process of reflective thinking graders grade X MIA 5 SMAN 10 Makassar capable of early mathematics but
in solving nonroutine math problem and (3) the process of reflective thinking graders grade X MIA 5 SMAN
10 Makassar Bluetooth low in early math solve mathematical problems nonroutine. This research is a
descriptive study using a qualitative approach. The results obtained in this study were students with high
initial ability ini Mathematicaql had reflective thingking process in four steps of problem solving (polya) as
follws (1) understanding problem, (2)devising strategy, (3) conducting strategy and (4) looking back. In the
other hand, students with moderate initial ability ini mathematical had reflective thingking process in threes
teps of problem solving, as follows: 1) understanding problem, (2)devising strategy and (3) conducting
strategy. Meanwhile students with low initial ability ini mathematical only had reflective thingking process
in understanding problem, that retelling the problems and indetifying the given and asked information of the
problems.
Keywords: reflective thinking, problem solving, nonroutine problem.
1. Pendahuluan
Matematika memiliki peranan penting dalam
kehidupan sebagai ilmu yang dapat membantu
manusia untuk dapat berfikir logis, obyektif,
analitis, kritis, kreatif dalam mengatasi perma-
salahan yang dihadapi (Tisngati, 2015). Peranan
matematika tersebut terdapat pada salah satu tujuan
pembelajaran matematika di sekolah yaitu agar
siswa memiliki pemahaman pemecahan masalah,
yakni memahami konsep matematika, mampu
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan menggu-
nakan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
(Permendikbud Nomor 59, 2014).
Namun, menurut Suwasti (2016), pembe-
lajaran matematika di sekolah belum sepenuhnya
memberikan konstribusi kepada siswa untuk
mengembangkan pemecahan masalah. Proses pem-
belajaran matematika masih dipahami sebagai hasil
aktivitas kognitif saja, yakni pemberian rumus dan
mengerjakan soal latihan (latihan penerapan rumus
yang diajarkan). Selama ini kecenderungan para
siswa hanya terfokus pada hafalan rumus untuk
menyelesaikan masalah. Mereka berpikir hanya
dengan menghafalkan rumus bisa menemukan
solusi dari permasalahan. Padahal, hal itu belum
tentu bisa terealisasikan. Oleh sebab itu, perlu
membelajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah
matematika sehingga kemampuan berpikir siswa
perlu dikembangkan (Lutfiananda, 2016).
Menurut Sabandar (2009) dalam mempelajari
matematika siswa harus berpikir agar mampu
memahami konsep-konsep matematika yang telah
dipelajari serta menggunakannya dengan tepat untuk
menyelesaikan permasalahan matematika yang
dihadapi. Proses berpikir dalam menyelesaikan
masalah matematika yang dimaksud terkait dengan
kemampuan mengingat, mengenali hubungan antar
konsep, hubungan sebab akibat, hubungan analogi
atau perbedaan, yang selanjutnya dapat menim-
bulkan gagasan-gagasan original sehingga berpe-
ngaruh dalam penarikan keputusan atau kesimpulan.
Keterampilan berpikir menjadi hal yang
diperlukan siswa dalam mempelajari berbagai hal
khususnya matematika. Melalui keterampilan
berpikir yang baik, siswa dapat memahami masalah
matematika yang dihadapinya untuk selanjutnya
dapat menerapkan konsep yang dimiliki untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Siswa juga
2
diharapkan memperoleh kesimpulan yang baik
sehingga siswa tidak sekadar menguasai apa yang
dilakukannya untuk mendapatkan jawaban dari
masalah yang dihadapi, tetapi juga pengetahuan
baru yang bermanfaat bagi dirinya (Lutfiananda,
2016).
Salah satu kemampuan berpikir yang
mendukung keterampilan pemecahan masalah siswa
dalam pembelajaran matematika adalah berpikir
reflektif. Noer (2008) menjelaskan bahwa teori
tentang berpikir reflektif dimulai dari eksplorasi
John Dewey saat mendiskusikan proses mental
tertentu yaitu memfokuskan dan mengendalikan
pola pikiran. Dewey menamai hal tersebut dengan
istilah "berpikir reflektif". Dalam hal ini proses yang
dilakukan bukan sekadar suatu urutan dari gagasan-
gagasan, tetapi suatu proses yang berurutan
sedemikian sehingga masing-masing ide mengacu
pada ide terdahulu untuk menentukan langkah
berikutnya. Dengan demikian, semua langkah
berurutan, saling terhubung, saling mendukung satu
sama lain dan berperan untuk menuju kesimpulan
yang lebih lanjut.
Gurol (2011) mendefinisikan berpikir
reflektif sebagai proses kegiatan terarah dan tepat
yakni siswa menyadari, menganalisis, mengeva-
luasi, memotivasi, mendapatkan makna yang men-
dalam, menggunakan strategi belajar yang tepat
dalam proses belajarnya sendiri. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Skemp (Nasriadi, 2016) menge-
mukakan bahwa berpikir reflektif dapat digam-
barkan sebagai proses berpikir yang merespon
masalah dengan menggunakan informasi atau data
yang berasal dari dalam diri (internal), dapat
menjelaskan apa yang telah dilakukan, memperbaiki
kesalahan yang ditemukan dalam memecahkan
masalah, serta mengkomunikasikan ide dengan
simbol bukan dengan gambar atau objek langsung.
Dengan demikian melalui proses berpikir
reflektif dapat diketahui proses siswa dalam
memecahkan suatu masalah secara lebih mendalam,
sebab proses berpikir reflektif tidak sekadar
menuntut jawaban dari suatu masalah tetapi juga
konsep, fakta dan alasan yang logis, serta
pengambilan keputusan yang rasional dalam setiap
proses pemecahan masalah yang dilakukan. Berpikir
reflektif sangat penting bagi siswa untuk
mengevaluasi proses belajarnya sendiri khususnya
dalam memecahkan masalah. Sementara itu, guru
perlu mengetahui proses berpikir reflektif siswa
untuk memperoleh informasi tentang kesalahan
yang dihadapi siswa sehingga dapat membantu
dalam perbaikan kualitas pembelajaran (Lutfia-
nanda, 2016).
Gurol (2011) menyatakan bahwa berpikir
reflektif sangat penting bagi siswa dan guru.
Namun, hal ini sangat berbeda dengan fakta di
lapangan, bahwa berpikir reflektif belum menjadi
salah satu tujuan pembelajaran matematika di
sekolah (Lutfiananda, 2016). Hal tersebut sesuai
dengan temuan Sabandar (2009) bahwa kemam-
puan berpikir reflektif masih jarang diperkenalkan
oleh guru atau dikembangkan untuk siswa sekolah
menengah. Lebih lanjut, Suharna, dkk., (2013)
melaporkan bahwa dalam pembelajaran matema-
tika, berpikir reflektif kurang mendapat perhatian
guru. Terkadang guru hanya memperhatikan hasil
akhir dari penyelesaian masalah yang dikerjakan
siswa, tanpa memperhatikan bagaimana siswa
menyelesaian masalah. Jika jawaban siswa berbeda
dengan kunci jawaban, biasanya guru langsung
menyalahkan jawaban siswa tersebut tanpa
menelusuri mengapa siswa menjawab demikian.
Selain itu, rendahnya kemampuan berpikir
reflektif juga tercantum pada studi pendahuluan
yang dilakukan oleh Nindiasari (Nindiasari, dkk.,
2014) terhadap sejumlah siswa SMA di Tanggerang
pada tahun 2010 memperoleh beberapa temuan di
antaranya: 1) guru lebih banyak memberikan rumus,
konsep matematika yang sudah siap digunakan dan
tidak mengajak siswa berpikir untuk menemukan
rumus dan konsep matematika yang dipelajarinya,
2) hampir lebih dari 60% siswa belum mampu
menyelesaikan tugas berpikir reflektif matematis,
misalnya tugas menginterpretasi, mengaitkan, dan
mengevaluasi.
Selain memperhatikan kemampuan berpikir
reflektif, guru juga perlu memperhatikan kemam-
puan awal matematika siswa saat memecahkan
masalah matematika. Sebab menurut Lutfiananda
(2016) perbedaan kemampuan awal matematika
memungkinkan terjadinya perbedaan pemahaman
materi dan berakibat pada keterampilan berpikir dan
pemecahan masalah siswa. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Suharna (2012) yang menyatakan
bahwa siswa yang mempunyai latar belakang dan
kemampuan matematika berbeda, juga mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam pemecahan
masalah. Kemampuan awal matematika siswa
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Lebih
lanjut, Ratnawati (2009) menyatakan bahwa
kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa
akan memberikan sumbangan yang besar dalam
memprediksi keberhasilan belajar siswa pada tahap
selanjutnya dalam mempelajari matematika.
Menurut Marchis (2012) siswa belajar
matematika dengan menyelesaikan soal atau
masalah agar memperoleh pengetahuan dan pema-
3
haman yang lebih mendalam serta mengembangkan
keterampilan matematikanya. Bentuk soal dan
masalah dalam matematika memiliki perbedaan satu
sama lain. Menurut Milgram (Marchis, 2012)
masalah matematika dibedakan dari suatu soal
matematika karena tidak memiliki prosedur yang
pasti/umum diketahui dalam menyelesaikannya.
Menurut Wahyudi dan Budiono (2012) Pada
umumnya masalah matematika dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu masalah rutin dan
masalah nonrutin. Masalah rutin adalah soal latihan
biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang
dipelajari di kelas atau prosedurnya umum dike-
tahui. Masalah jenis ini banyak terdapat dalam buku
ajar dan dimaksudkan hanya untuk melatih siswa
menggunakan prosedur yang sedang dipelajari di
kelas. Sedangkan masalah nonrutin adalah soal yang
dalam proses menyelesaikannya diperlukan pemi-
kiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sama
dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Dengan
kata lain, masalah nonrutin ini menyajikan situasi
baru yang belum pernah dijumpai oleh siswa
sebelumnya. Situasi baru tersebut memuat tujuan
yang jelas yang akan dicapai, tetapi cara
mencapainya tidak segera muncul dalam benak
siswa.
Memberikan masalah nonrutin kepada siswa
berarti melatih mereka menerapkan berbagai konsep
matematika dalam situasi baru sehingga pada
akhirnya mereka mampu menggunakan berbagai
konsep ilmu yang telah mereka pelajari untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi masalah nonrutin inilah yang dapat digunakan
sebagai soal pemecahan masalah. Pemecahan
masalah dalam pengajaran matematika dapat
diartikan sebagai penggunaan berbagai konsep,
prinsip, dan keterampilan matematika yang telah
atau sedang dipelajari untuk menyelesaikan masalah
nonrutin (Wahyudi dan Budiono 2012).
Namun, menurut Suandito, dkk. (2009), pada
kenyataannya yang selama ini diajarkan di sekolah
adalah kebanyakan masalah matematika yang rutin.
Masalah rutin tersebut dapat diselesaikan dengan
menggunakan prosedur yang dapat dikatakan
standar. Akibatnya timbul persepsi yang agak keliru
terhadap matematika. Matematika dianggap sebagai
pengetahuan yang pasti, terurut dan prosedural.
Sebab, siswa cenderung jarang diperkenalkan untuk
menganalisis serta menggunakan matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, tidak sedikit
guru yang masih bergantung pada buku ajar
termasuk dalam pemilihan materi tes untuk evaluasi
siswa.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
topik ―Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa
dalam Memecahkan Masalah Nonrutin pada Materi
SPTLDV‖.
Mengacu pada latar belakang masalah yang
diuraikan pada bagian pendahuluan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1)
bagaimana proses berpikir reflektif siswa kelas X
MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar berkemampuan
awal matematika tinggi dalam memecahkan
masalah matematika nonrutin?, (2) bagaimana pro-
ses berpikir reflektif siswa kelas X MIA 5 SMA
Negeri 10 Makassar berkemampuan awal mate-
matika sedang dalam memecahkan masalah mate-
matika nonrutin? dan (3) bagaimana proses berpikir
reflektif siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri 10
Makassar berkemampuan awal matematika rendah
dalam memecahkan masalah matematika nonrutin?.
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah
mencari jawaban atas masalah penelitian yang telah
dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan: (1) proses berpikir reflektif siswa
kelas X MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar
berkemampuan awal matematika tinggi dalam
memecahkan masalah matematika nonrutin, (2)
proses berpikir reflektif siswa kelas kelas X MIA 5
SMA Negeri 10 Makassar berkemampuan awal
matematika sedang dalam memecahkan masalah
matematika nonrutin dan (3) proses berpikir ref-
lektif siswa kelas kelas X MIA 5 SMA Negeri 10
Makassar berkemampuan awal matematika rendah
dalam memecahkan masalah matematika nonrutin.
2. KAJIAN LITERATUR
Berpikir Reflektif
Menurut John Dewey (1910), definisi
mengenai berpikir reflektif yang selama ini
digunakan adalah: “active, persisten, and careful
consideration of any belief or supposed from of
knowledge in the light of the grounds that support it
and the conclusion to which it tends”. Berpikir
reflektif merupakan pemikiran secara aktif, terus
menerus, gigih, dan mempertimbangkan dengan
saksama tentang segala sesuatu yang dipercaya
kebenarannya atau format yang diharapkan tentang
pengetahuan apabila dipandang dari sudut pandang
yang mendukungnya dan menuju pada suatu
kesimpulan.
Menurut Noer (2008), berpikir reflektif dalam
belajar adalah kemampuan siswa dalam memberi
pertimbangan tentang proses belajarnya. Apa yang
diketahui, apa yang diperlukan untuk mengetahui,
dan bagaimana menjembatani kesenjangan selama
proses belajar. Berpikir reflektif dalam prosesnya
melibatkan pemecahan masalah, perumusan kesim-
4
pulan, memperhitungkan hal-hal yang berkaitan,
dan membuat keputusan. Langkah-langkah yang
dilakukan dapat dibagi dalam 3 fase yaitu:1)
Reactin, 2) Elaborating, 3) Contemplating.
Berpikir reflektif memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memikirkan tentang proses
berpikir mereka. Menurut Kurniawati, dkk. (Masa-
mah, dkk., 2015) bahwa kemampuan berpikir ref-
lektif sangat diperlukan bagi siswa dalam proses
pemecahan masalah, sebab siswa harus mem-
prediksi jawaban benar dengan segera sehingga
dapat mengeksplorasi masalah dengan mengiden-
tifikasi konsep matematika yang terlibat dalam
masalah yang diberikan dan menggunakan berbagai
strategi. Ketika strategi telah dipilih oleh siswa,
mereka perlu membangun ide, menarik kesimpulan,
menentukan validitas argumen, memeriksa kembali
solusi, dan mengembangkan strategi alternatif.
Selanjutnya, Zehavi dan Mann (Nindiasari,
dkk., 2014) merinci kemampuan berpikir reflektif
meliputi kegiatan: menganalisis penyelesaian
masalah, menyeleksi teknik, memonitor proses
solusi, insight, dan pembentukan konsep. Sejalan
dengan itu Nindiasari (2011) berpendapat bahwa
proses berpikir reflektif diantaranya adalah
kemampuan untuk meninjau kembali, memantau
dan memonitor proses solusi di dalam pemecahan
masalah.
Tisngati (2015) berpendapat bahwa dalam
berpikir reflektif siswa dapat merasakan dan mengi-
dentifikasi masalah, membatasi dan merumuskan
masalah, mengajukan beberapa kemungkinan alter-
natif solusi pemecahan masalah, mengembangkan
ide untuk memecahkan masalah dengan cara
mengumpulkan data yang dibutuhkan, melakukan
tes untuk menguji solusi pemecahan masalah dan
menggunakannya sebagai bahan pertimbangan
membuat kesimpulan.
Berpikir reflektif membantu siswa untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan maupun solusi
pemecahan masalah yang diperoleh dengan infor-
masi awal yang diketahui pada soal. Lochhead
(Lutfiananda, 2016) menyatakan bahwa inti dari
berpikir logis adalah berpikir reflektif sehingga
berpikir reflektif dapat digunakan untuk memeriksa
kembali apa yang telah dilakukan dalam proses
pemecahan masalah. Berpikir reflektif bertujuan
untuk mengetahui alasan atau bukti yang men-
dukung setiap keputusan yang diambil dalam proses
pemecahan masalah. Oleh sebab itu, siswa yang
mampu berpikir reflektif dapat melaksanakan tugas
atau belajar matematika secara mandiri untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini
dikarenakan aktivitas belajar yang dilakukan dapat
direncanakan dengan baik dengan melihat proses
belajar yang telah dilakukan, informasi atau
pengetahuan apa yang diketahui, apa yang masih
perlu diketahui dan bagaimana cara menghu-
bungkan kedua hal tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif
merupakan kegiatan berpikir matematis secara aktif,
terus menerus dan penuh pertimbangan untuk
memahami masalah disertai dengan alasan yang
jelas dan rasional yang bertujuan untuk menarik
suatu kesimpulan atau memecahkan masalah dengan
menghubunkan informasi yang ada dengan penge-
tahuan terdahulu yang dimiliki, merepresentasikan
masalah dengan simbol-simbol, mengkomunika-
sikan secara matematis, menalar dan memecahkan
masalah.
Matematika Nonrutin
Hartatiana dan Darmawijoyo (2011) berpen-
dapat bahwa ada dua jenis masalah dalam mate-
matika yaitu masalah rutin dan masalah nonrutin.
Masalah atau soal rutin biasanya mencakup aplikasi
suatu prosedur matematika yang sama atau mirip
dengan hal yang baru dipelajari. Sedangkan dalam
masalah nonrutin untuk sampai pada prosedur yang
benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam.
Sementara masalah nonrutin sering membutuhkan
pemikiran yang lebih jauh, karena prosedur
matematika untuk menyelesaikannya tidak sejelas
dalam masalah rutin. Soal-soal nonrutin merupakan
soal yang sulit dan rumit, serta tidak ada metode
standar untuk menyelesaikannya. Akibatnya guru
tidak dapat mengajari siswa prosedur-prosedur
khusus untuk menyelesaikan soal-soal tesebut, guru
hanya mengarahkan dan membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan problem solving yang
nantinya mungkin dapat membantu mereka dalam
menciptakan strategi mereka sendiri.
Holmes (Wardhani, 2010) mengungkapkan
perbedaan masalah rutin dan masalah nonrutin
dalam matematika. Masalah rutin dapat dipecahkan
dengan metode yang sudah ada. Masalah rutin
sering disebut sebagai masalah penerjemahan
karena deskripsi situasi dapat diterjemahkan dari
kata-kata menjadi simbol-simbol. Masalah rutin
dapat membutuhkan satu, dua atau lebih langkah
pemecahan. Lebih lanjut, Holmes (Wardhani, 2010)
menguraikan pendapat Charles bahwa masalah rutin
memiliki aspek penting dalam kurikulum, karena
hidup ini penuh dengan masalah rutin. Oleh karena
itu tujuan pembelajaran matematika yang diprio-
ritaskan terlebih dahulu adalah siswa dapat meme-
cahkan masalah rutin.
5
Untuk masalah nonrutin Holmes (Wardhani,
2010) menguraikan pendpat dari Kouba et.al yang
menyatakan bahwa masalah nonrutin kadang
mengarah kepada masalah proses. Masalah nonrutin
membutuhkan lebih dari sekadar penerjemahan
masalah menjadi kalimat matematika dan penggu-
naan prosedur yang sudah diketahui. Masalah
nonrutin mengharuskan siswa untuk membuat
sendiri metode pemecahannya. Harus merencanakan
dengan seksama bagaimana memecahkan masalah
tersebut. Strategi-strategi seperti menggambar,
menebak dan melakukan cek, membuat tabel atau
urutan kadang perlu dilakukan. Holmes (Wardhani,
2010) menyatakan bahwa, masalah nonrutin dapat
berbentuk petanyaan open ended sehingga memiliki
lebih dari satu solusi atau pemecahan. Masalah
tersebut kadang melibatkan situasi kehidupan atau
membuat koneksi dengan subyek lain.
Menueurt Budhayanti, dkk., (2008) masalah
tidak rutin adalah masalah yang disusun dengan
maksud untuk memperluas wawasan sebagai
aplikasi suatu konsep dalam memecahkan masalah
nyata yang dihadapi, baik masalah yang berhu-
bungan secara langsung dengan konsep tertentu
maupun dengan disiplin ilmu yang lain. Selanjutnya
Budhayanti, dkk., (2008) menguraikan pendapat
Polya yang menyatakan bahwa memecahkan
masalah rutin tidak memberikan kontribusi pada
perkembangan mental siswa dan untuk memberikan
kesempatan bagi siswa mengembangkan pemikiran
tingkat tinggi dalam proses pemahaman, analisis
eksploratif, dan penerapan konsep-konsep mate-
matika, masalah nonrutin harus digunakan. Namun,
siswa umumnya takut mengeluarkan ide untuk
memecahkan masalah nonrutin karena masalah ini
biasanya tidak standar (tidak biasa/tidak baku), yang
melibatkan solusi yang tidak biasa dan tak terduga.
Menurut Yeo (Musdhalifah, 2013) masalah
matematika nonrutin adalah masalah kompleks yang
untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih
lanjut karena menyajikan situasi baru yang belum
pernah dijumpai siswa sebelumnya. Masalah non-
rutin merupakan masalah yang kompleks tetapi
dapat dijangkau dan tidak menuntut tingkatan mate-
matika tertentu yang tinggi, mengharuskan siswa
untuk menggunakan strategi heuristik untuk men-
capai masalah, memahami, serta menemukan penye-
lesaiannya.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa masalah matematika nonrutin
merupakan masalah matematika yang tidak dapat
diketahui secara langsung prosedur yang digunakan
dalam menyelesaikannya. Oleh sebab itu, masalah
nonrutin memungkinkan diselesaikan dengan
prosedur-prosedur yang tidak biasa dan tanpa harus
terikat pada aturan-aturan tertentu.
Pemecahan Masalah Matematika
Menurut Turmudi (2009) pemecahan masalah
artinya proses yang melibatkan suatu tugas yang
metode pemecahannya belum diketahui lebih
dahulu. Sementara menurut Woolfolk (Suwasti,
2016) pemecahan masalah didefinisikan sebagai
memformulasikan jawaban baru, yang lebih dari
sekadar penerapan sederhana dari aturan-aturan
yang sudah dipelajari sebelumnya untuk mencapai
suatu tujuan. Sementara pemecahan masalah dalam
matematika, Nasriadi (2016) mendefinisikannnya
sebagai suatu proses atau sekumpulan aktifitas
siswa yang dilakukan untuk menemukan solusi dari
suatu permasalahan. Lebih lanjut Suharna (2013)
mengungkapkan bahwa pemecahan masalah mate-
matika merupakan proses yang meliputi prosedur:
memahami masalah, memikirkan rencana/ meren-
canakan, melaksanakan rencana, dan evaluasi ter-
hadap hasil pemecahan.
Menurut Turmudi (2009) dalam pemecahan
masalah matematika untuk mengetahui penyele-
saiannya siswa hendaknya memetakan pengeta-
huannya dan melalui proses tersebut siswa
cenderung mengembangkan pengetahuan baru
tentang matematika. Melalui pemecahan masalah
dalam matematika siswa diharapkan memperoleh
cara-cara berfikir, kebiasaan untuk tekun dan
menumbuhkan rasa ingin tahu, serta percaya diri
dalam situasi tak dikenal yang akan mereka gunakan
di luar kelas.
Zhu (2007) berpendapat bahwa pemecahan
masalah tidak sekadar membutuhkan pengetahuan
(kemampuan kognitif) untuk merepresentasikan
situasi permasalahan, menyusun prosedur penye-
lesaian masalah, memproses berbagai jenis infor-
masi yang berbeda, dan menjalankan kemampuan
komputasi. Namun, diperlukan kemampuan mengi-
dentifikasi masalah serta pengelolaan berbagai
strategi yang mungkin digunakan. Oleh karena itu,
pemecahan masalah dapat melatih kemampuan
analisis, eksplorasi dan aplikasi dari konsep
matematika serta melatih kemampuan berpikir
siswa.
Pemecahan masalah merupakan komponen
yang sangat penting dalam matematika (Susanto
dalam Ansori dan Aulia, 2015). Secara umum, dapat
dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan
proses menerapkan pengetahuan yang telah dipe-
roleh siswa sebelumnya ke dalam situasi yang baru.
Pemecahan masalah juga merupakan aktivitas yang
sangat penting dalam pembelajaran matematika
6
karena tujuan yang ingin dicapai dalam pemecahan
masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, Wardhani dkk., (2010) menyatakan
bahwa pemecahan masalah adalah pengelolaan
masalah dengan suatu cara sehingga berhasil
menemukan tujuan yang dikehendaki.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika
adalah upaya siswa untuk mengatasi kesulitan
dengan menggunakan konsep dan keterampilan
matematika dengan melibatkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki saat suatu solusi atau
metode belum tampak jelas.
Polya mengajukan empat langkah fase
penyelesaian masalah yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masa-
lah dan melakukan pengecekan kembali semua
langkah yang telah dikerjakan. Selanjutnya Susanto
(Ansori dan Aulia, 2015) menguraikan pendapat
dari Polya yang menyatakan bahwa ada empat
langkah dalam pedekatan pemecahan masalah,
yaitu:
a. Memahami masalah
Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah
diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa
yang diketahui pada permasalahan dan apa yang
ditanyakan. Beberapa pertanyaan perlu dimunculkan
kepada siswa untuk membantunya dalam mema-
hami masalah ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut,
antara lain:
1) Apakah yang diketahui dari soal?
2) Apakah yang ditanyakan soal?
3) Apakah saja informasi yang diperlukan?
b. Merencanakan penyelesaian
Pendekatan pemecahan masalah tidak akan
berhasil tanpa perencanaan yang baik. Pada
perencanaan pemecahan masalah, siswa diarahkan
untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi peme-
cahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan
masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul ke-
pada siswa untuk membantunya dalam merencana-
kan penyelesaian adalah:
1) Pernahkah anda menemukan soal seperti ini
sebelumnya?
2) Rumus mana yang dapat digunakan dalam
masalah ini?
3) Perhatikan apa yang ditanyakan?
4) Apakah strategi tersebut berkaitan dengan
permasalahan yang akan dipecahkan?
c. Melaksanakan rencana
Jika siswa telah memahami permasalahan
dengan baik dan sudah menentukan strategi
pemecahannya maka langkah selanjutnya adalah
melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan yang
telah direncanakan. Kemampuan siswa memahami
substansi materi dan keterampilan siswa melakukan
perhitungan matematika akan sangat membantu
siswa untuk melaksanakan tahap ini.
d. Memeriksa kembali
Langkah memeriksa ulang jawaban yang
diperoleh merupakan langkah terakhir dari
pendekatan pemecahan masalah matematika.
Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek
apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan
ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang
ditanyakan. Langkah penting yang dapat dijadikan
pedoman untuk dalam melaksanakan langkah ini,
yaitu:
1) Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan
hal yang ditanyakan.
2) Dapatkah diperiksa kebenaran solusinya.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika
merupakan upaya siswa untuk menyelesaikan per-
masalahan yang dihadapinya dengan menggunakan
konsep dan keterampilan matematika dengan meli-
batkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang
dimiliki saat solusi atau metode penyelesaiannya
belum tampak jelas.
Karakteristik pemecahan masalah nonrutin
pada penelitian ini diadaptasi dari langkah polya
yang telah dirumuskan oleh Lutfiananda (2016).
Langkah karakteristik pemecahan masalah lebih
diperjelas agar diperoleh informasi yang lebih detail
dan mendalam, agar informasi yang diperoleh tidak
sekadar pada strategi atau solusi namun juga cara
berpikir, kesulitan atau proses lain yang memung-
kinkan terjadi. Kriteria pemecahan masalah mate-
matika nonrutin yang dimaksud ditunjukkan pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kriteria Pemecahan Masalah Matematika Nonrutin
Langkah Uraian Indikator
Memahami
masalah
Membaca masalah
nonrutin yang
diberikan dan
memahami maksudnya
Dapat mengucapkan kembali permasalahan yang diberikan
dengan kalimat sendiri.
7
Langkah Uraian Indikator
Mengidentifikasi
informasi atau syarat
yang sudah terpenuhi
maupun yang belum
terpenuhi dari soal.
a. Dapat menentukan informasi atau syarat yang sudah
terpenuhi dari masalah yang diberikan.
b. Dapat menentukan informasi atau syarat perlu yang masih
belum terpenuhi dari masalah yang diberikan.
c. Dapat menentukan informasi yang tidak diperlukan dari
masalah yang diberikan.
Mengidentifikasi apa
yang ditanyakan dari
masalah yang
diberikan
a. Dapat menentukan tujuan yang ingin dicapai dari masalah
yang diberikan.
b. Dapat menentukan keterkaitan antara informasi yang telah
diketahui dengan tujuan yang ingin dicapai.
Merancang
strategi
Menyusun rencana
atau strategi
pemecahan masalah.
Dapat mengaitkan infromasi yang diperoleh pada tahap
sebelumnya atau dari pengalaman untuk menyusun strategi
pemecahan masalah sebagai pedoman dalam emmecahkan
masalah.
Melaksanakan
strategi.
Melaksanakan strategi
pemecahan masalah
yang telah disusun
untuk mendapatkan
solusi.
a. Dapat menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah
disusun dengan konsep matematika maupun komputasi yang
benar untuk mendapatkan solusi.
b. Dapat menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah
disusun untuk menjawab semua pertanyaan pada masalah
dengan menggunakan semua informasi atau syarat yang ada.
Memeriksa
kembali
Memeriksa kembali
setiap langkah
pemecahan masalah
yang telah
dilaksanakan.
a. Dapat menunjukkan kesesuaian langkah pemecahan masalah
dengan informasi atau syarat yang ada dan strategi yang telah
disusun.
b. Dapat menunjukkan kesesuaian solusi pemecahan masalah
yang diperoleh dengan informasi atau syarat yang diketahui
dan ditanyakan.
c. Dapat menemukan alternatif strategi pemecahan masalah
dengan menggunakan informasi yang ada.
Langkah-Langkah Berpikir Reflektif dalam
Pemecahan Masalah Matematika
Langkah-langkah berpikir reflektif dalam
pemecahan masalah matematika yang digunakan
pada penelitian ini diadaptasi dari delapan langkah
berpikir kreatif yang dirmuskan oleh Primrose
(Kashinath, 2013) sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah
Tahap ini dilakukan untuk memahami tujuan
yang akan dicapai dari pemecahan masalah tersebut.
Jika terdapt istilah dalam soal yang menimbulkan
perbedaan penafsiran maka terlebih dahulu diper-
jelas agar diperoleh pernyataan yang pasti dan dapat
dipahami dengan baik.
2. Menganalisis masalah
Tahap menganalisi masalah dilakukan untuk
memperoleh informasi yang diketahui dan ditanya-
kan dalam soal dan memperjelas interpretasi atau
penafsiran terhadap masalah sehingga memper-
mudah dalam menyusun strategi.
3. Menentukan kriteria
Tahap ini dilaksanakan dengan menggam-
barkan secara ringkas karakteristik kemungkinan
jawaban. Karakteristik tersebut disusun disertai
alasan rasional untuk mengklasifikasikan informasi
yang perlu diperhatikan agar mengarah kepada
solusi yang diharapkan.
4. Menganalisis informasi
Tahap ini dilaksanakan dengan mengiden-
tifikasi informasi yang telah diketahui pada soal dan
yang masih diperlukan untuk mendapatkan solusi.
5. Mengusulkan solusi pemecahan masalah
Tahap ini dilaksanakan dengan mengusulkan
sebanyak mungkin kemungkinan solusi yang
berbeda. Kemungkinan solusi tersebut diperiksa
kesesuaiannya dengan informasi yang telah
dianalisis untuk diperoleh alasan rasional yang
mendukung kemungkinan jawaban tersebut.
6. Menentukan solusi pemecahan masalah
Selanjutnya dengan banyak kemungkinan
solusi yang diperoleh, akan ditentukan solusi
sebenarnya dari masalah tersebut. Pemilihan solusi
tentunya memperhatikan kesesuaian dengan
informasi pada soal dan disertai alasan yang
rasional. Solusi pemecahan yang dimaksud juga
dimungkinkan lebih dari satu jawaban.
7. Menerapkan solusi pemecahan masalah
Setelah menentukan solusi pemecahan masa-
lah, selanjutnya dipilih metode menggunakan ope-
8
rasi matematika untuk memperoleh solusi. Pelak-
sanaan strategi juga disertai analisis agar pene-
rapannya tepat.
8. Menganalisis kembali
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap
solusi yang diperoleh. Hal tersebut dilaksanakan
dengan memeriksa setiap langkah penyelesaian dari
awal hingga diperoleh solusi yang sesuai dengan
ketentuan dari masalah yang diberikan.
Berdasarkan definisi proses berpikir reflektif
dan kriteria pemecahan masalah nonrutin
sebelumnya maka diperoleh karakteristik proses
berpikir reflektif dalam pemecahan masalah. Hal
tersebut dilakukan agar informasi yang diperoleh
dapat diuraikan lebih lengkap dan sistematis.
Karakteristik proses berpikir reflektif pemecahan
masalah matematika nonrutin dalam penelitian ini
ditunjukkan dalam Tabel 2.2 (Lutfiananda, 2016).
Tabel 2.2. Karakteristik Proses Berpikir Reflektif Pemecahan Masalah
Langkah Indikator Pemecahan Masalah Proses Berpikir Reflektif
Memahami
masalah
a. Dapat mengucapkan kembali permasalahan
yang diberikan dengan kalimat sendiri.
b. Dapat menentukan informasi atau syarat
yang sudah terpenuhi dari masalah yang
diberikan.
c. Dapat menentukan informasi atau syarat
perlu yang masih belum terpenuhi dari
masalah yang diberikan.
d. Dapat menentukan informasi yang tidak
diperlukan dari masalah yang diberikan.
e. Dapat menentukan tujuan yang ingin
dicapai dari masalah yang diberikan.
f. Dapat menentukan keterkaitan antara
informasi yang telah diketahui dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Mengidentifikasi Masalah
a. Menyatakan masalah dengan kalimat
sendiri atau melalui representasi
simbol-simbol.
Menganalisis Masalah
b. Menentukan informasi yang
diperlukan dan yang masih belum
terpenuhi disertai alasan yang logis
dan jelas.
c. Menghubungkan informasi yang
diperoleh dengan pengetahuan yang
dimiliki untuk memahami situasi.
Merancang
strategi
Dapat mengetahui informasi yang diperoleh
pada tahap sebelumnya atau dari pengalaman
untuk menyusun strategi pemecaahan
masalah sebagai pedoman dalam
memecahkan masalah
Menentukan Kriteria
a. Mempresentasikan masalah dalam
simbol-simbol.
Menganalisis Informasi
b. Menyusun strategi pemecahan
masalah disertai dengan alasan yang
logis dan jelas.
Mengusulkan Solusi Pemecahan
Masalah
c. Menghubungkan informasi yang
diketahui dengan konsep atau
pengalaman yang dimiliki.
Melaksanakan
strategi.
a. Dapat menerapkan strategi pemecahan
masalah yang telah disusun dengan konsep
matematika maupun komputasi yang benar
untuk mendapatkan solusi.
b. Dapat menerapkan strategi pemecahan
masalah yang telah disusun untuk
menjawab semua pertanyaan pada masalah
dengan menggunakan semua informasi atau
syarat yang ada.
Menentukan Solusi Pemecahan Masalah
a. Menerapkan strategi pemecahan
masalah disertai alasan yang logis dan
jelas.
Menerapkan Solusi Pemecahan Msalah
b. Mengkomunikasikan pelaksanaan
strategi pemecahan masalah dengan
representasi simbol-simbol.
Memeriksa
kembali
a. Dapat menunjukkan kesesuaian langkah
pemecahan masalah dengan informasi atau
syarat yang ada dan strategi yang telah
disusun.
b. Dapat menunjukkan kesesuaian solusi
pemecahan masalah yang diperoleh dengan
Menganalisis Kembali
a. Menghubungkan apa yang telah
dilakukan dan apa yang masih dapat
dilakukan untuk mengembangkan
pemecahan masalah yang telah
dilakukan.
9
Langkah Indikator Pemecahan Masalah Proses Berpikir Reflektif
informasi atau syarat yang diketahui dan
ditanyakan.
c. Dapat menemukan alternatif strategi
pemecahan masalah dengan menggunakan
informasi yang ada.
b. Menyampaikan alternatif strategi atau
solusi dari pemecahan masalah dengan
disertai alasan yang logis dan jelas.
Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Immas Metika
Alfa Lutfiananda (2016) yang berjudul ―Ana-
lisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam
Memecahkan Masalah Non Rutin di Kelas VIII
SMP Islamic International School Pesantren
Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan Ditinjau
dari Kemampuan Awal‖ yang menyelidiki
bagaimana proses berpikir reflektif siswa SMP
dalam memecahkan masalah matematika non-
rutin berdasarkan kemampuan awal matema-
tikanya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
perbedaan proses berpikir reflektif siswa yang
berkemampuan awal tinggi, sedang dan rendah
dalam memecahkan masalah matematika non-
rutin yang diberikan.
Terdapat hubungan dengan penelitian
yang dilakukan yaitu proses berpikir reflektif
siswa menentukan pengambilan strategi dalam
memecahkan masalah matematika nonrutin
ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini
akan meneliti bagaimana berpikir reflektif siswa
SMA dalam memecahkan masalah matematika
nonrutin pada materi SPTLDV ditinjau dari
kemampuan awal. Perbedaan penelitian ini
dengan Immas Metika Alfa Lutfiananda (2016)
yaitu subjek penelitiannya siswa SMP, sedang-
kan penelitian ini subjek penelitiannya adalah
siswa SMA dalam memecahkan masalah non-
rutin pada materi SPTLDV.
Peneliti menggunakan subjek penelitian
siswa SMA karena sejauh ini, berdasarkan
penelusuran peneliti pada jurnal-jurnal pene-
litian mengenai proses berpikir reflektif siswa,
pada umumnya peneliti terdahulu menggunakan
siswa SMP sebagai subjeknya. Beberapa pene-
liti mengungkapan bahwa hal tersebut
disebabkan oleh, teori perkembangan kognitif
dari Piaget yang menyatakan siswa SMP berada
pada tahap operasional formal, sehingga mampu
berpikir lebih abstrak dan mampu untuk
menyatakan hubungan-hubungan yang ada,
seperti menceritakan kembali apa yang telah
dilakukan (dalam pikirannya).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nasriadi
(2016) yang berjudul ―Berpikir Reflektif Siswa
SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif‖.
Bertujuan untuk mengetahui bagaimana berpikir
reflektif siswa SMP dalam memecahkan
masalah matematika ditinjau dari perbedaan
gaya kognitif. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan perbedaan proses berpikir
reflektif siswa yang bergaya kognitif reflektif
dan bergaya kognitif implusif dalam
memecahkan masalah matematika yang
diberikan.
Terdapat hubungan dengan penelitian
yang dilakukan yaitu proses berpikir reflektif
siswa menentukan pengambilan strategi dalam
memecahkan masalah matematika. Penelitian
ini akan meneliti bagaimana berpikir reflektif
siswa SMA dalam memecahkan masalah
matematika nonrutin pada materi SPTLDV
ditinjau dari kemampuan awal. Perbedaan
penelitian ini dengan Ahmad Nasriadi (2016)
yaitu subjek penelitiannya siswa SMP,
sedangkan penelitian ini subjek penelitiannya
adalah siswa SMA, jenis masalah yang
diberikan dalam pemecahan masalah tidak
dijelaskan secara detail sedangkan penelitian ini
memfokuskan pada jenis masalah nonrutin dan
kemapuan proses berpikir refletif siswa ditinjau
dari gaya kognitifnya sedangkan penelitian ini
meninjau dari tingkat kemampuan awal
matematika siswa.
Peneliti menggunakan jenis masalah
nonrutin sebab berdasarkan kajian literatur,
masalah nonrutin dianggap tepat untuk
menggalih kemampuan proses berpikir reflektif
siswa dalam pemecahan masalah matematika.
Melalui masalah nonrutin siswa tidak bisa
menebak langsung prosedur yang digunakan
dalam penyelesaian masalah. Namun, siswa
harus menggunakan kemampuan berpikirnya
untuk menggalih terdahulu informasi yang
diketahui dan yang masih dibutuhkan, menghu-
bungkan informasi tersebut untuk sampai pada
solusi yang diharapkan.
Kerangka Pikir
Pemecahan masalah menjadi salah satu
prinsip dasar dalam pembelajaran matematika bagi
siswa kelas X dikarenakan siswa menjadi lebih
10
aktif, inistif, kreatif dan mandiri dalam proses
belajar. Masalah matematika yang bersifat nonrutin
menjadi salah satu cara untuk mengembangkan
kemampuan matematika siswa. Masalah nonrutin
membuat siswa berpikir lebih mendalam terkait
konsep yang digunakan strategi dan alternatif solusi
terbaik disertai dengan argumen yang rasional.
Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan
matematika siswa, guru sebaiknya membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir yang salah
satunya berpikir reflektif.
Proses berpikir reflektif merupakan kegiatan
berpikir matematis secara aktif, terus menerus dan
penuh pertimbangan untuk memahami masalah
disertai dengan alasan yang jelas dan rasional yang
bertujuan untuk menarik suatu kesimpulan atau
memecahkan masalah dengan menghubunkan infor-
masi yang ada dengan pengetahuan terdahulu yang
dimiliki, merepresentasikan masalah dengan simbol-
simbol, mengkomunikasikan secara matematis,
menalar dan memecahkan masalah. Selain meli-
batkan kemampuan berpikir reflektif, dalam peme-
cahan masalah ikut serta melibatkan kemampuan
awal matematika siswa, sebab berpengaruh pada
pengetahuan konsep matematika. Perbedaan
kemampuan awal matematika siswa memungkinkan
terjadinya pemahaman materi sehingga berimplikasi
pada proses pengolahan informasi dan pengambilan
keputusan untuk memperoleh solusi. Kemampuan
awal siswa merupakan kemampuan matematika
yang telah dimiliki tentang pengetahuan atau
keterampilan baru yang akan dipelajari dan
dikelompokkan menjadi kemampuan awal tinggi,
sedang dan rendah.
Kemampuan berpikir reflektif merupakan hal
yang diperlukaan saat menghadapi masalah karena
siswa dapat memeriksa kembali dan berpikir ulang
tentang pemecahan masalah yang telah dilakukan
dan bagaimana seharusnya strategi yang tepat dan
sesuai untuk mendapatkan solusi. Melalui proses
berpikir reflektif dapat diketahui proses siswa dalam
memecahkan suatu masalah dengan lebih mendalam
karena proses berpikir reflektif tidak hanya
menuntut jawaban namun juga konsep, fakta dan
alasan yang logis, serta pengambilan keputusan
yang rasional dalam setiap langkah yang dilakukan.
Untuk mendapatkan informasi tentang proses
berpikir reflektif siswa dalam memecahkan masalah
matematika nonrutin, dalam penelitian ini diguna-
kan teknik wawancara. Siswa diberikan tugas peme-
cahan masalah matematika nonrutin kemudian
diwawancara terkait proses berpikir reflektif yang
dilakukan saat memecahkan masalah tersebut.
Wawancara dilaksanakan sebanyak dua kali untuk
memperoleh data yang valid. Hasil wawancara yang
diperoleh selanjutnya dianalisis. Analisis hasil
wawancara terkait proses berpikir reflektif dalam
memecahkan masalah dilaksanakan berdasarkan
karakteristik proses berpikir reflektif dalam meme-
cahkan masalah nonrutin yang telah ditentukan.
Dengan adanya pembahasan tentang proses
berpikir reflektif dalam memecahkan masalah
nonrutin pada setiap kategori kemampuan awal,
diharapkan dapat diperoleh informasi tentang
kelebihan dan kekurangan tentang proses berpikir
reflektif maupun keterampilan pemecahan masalah
siswa. Dengan demikian, untuk selanjutnya diha-
rapkan dapat menjadi masukan tersendiri bagi guru,
sekolah dan pihak terkait untuk memaksimalkan
potensi yang ada dan menyelesaikan hal-hal yang
masih perlu diperbaiki.
3. METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas
X MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2016/2017 tepatnya Rabu, 16 Nopember 2016.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini menggambarkan data kualitatif dan
dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran yang
mendalam serta terperinci mengenai berpikir
reflektif siswa SMA dalam memecahkan masalah
matematika nonrutin ditinjau dari kemampuan awal
matematika siswa.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dipilih dari siswa
kelas X MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar pada
semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Pemilihan
siswa kelas X dikarenakan siswa dianggap
mempunyai pengetahuan dan pengalaman pada
materi matematika dasar, selain itu siswa dianggap
mampu mengkomunikasikan pemikiran secara lisan
maupun tulisan dengan baik sehingga upaya
eksplorasi proses berpikir reflektif siswa dapat
dilakukan. Penentuan subjek dalam penelitian
menggunakan teknik purposive sampling yakni
merupakan suatu cara pengambilan subjek dengan
pertimbangan tertentu.
Informasi mengenai kemampuan awal siswa
kelas X MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar tahun
ajaran 2016/2017 diperoleh dari nilai ulangan harian
11
pada materi sebelumnya yang dikategorikan dalam
tiga kategori yakni tinggi, sedang dan rendah berda-
sarkan rumus acuan normal dari Budiyono (2015)
yang disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rumus Acuan Normal
Skor Kemampuan Awal
Skor > µ + 0.5 σ Tinggi
µ - 0.5 σ ≤ Skor ≤ µ + 0.5 σ Sedang
Skor < µ - 0.5 σ Rendah
Keterangan:
µ: rata-rata nilai matematika siswa
σ: standar deviasi nilai matematika siswa.
Subjek dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan pertimbangan guru matematika kelas X
MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar yang mengacu
pada kriteria pemilihan subjek dalam penelitian ini
yakni mampu mengkomunikasikan pemikiran
secara lisan dan tulisan dengan baik, mampu
menunjukkan ekspresi verbal ketika mengerjakan
soal, serta mempunyai cukup pengetahuan dan
pengalaman tentang materi matematika dasar.
Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
berupa data hasil tes tertulis siswa dalam
memecahkan masalah matematika nonrutin yang
diberikan serta data hasil wawancara berdasarkan
jawaban tertulis siswa. Sumber data utama dalam
penelitian ini adalah subjek penelitian yakni siswa
kelas X MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar Tahun
Ajaran 2016/2017.
Subjek penelitian diwawancarai berdasarkan
jawaban tertulis dari masalah matematika non rutin
yang diberikan. Sumber data lain dalam penelitian
ini adalah guru matematika sebagai informan awal,
hasil atau transkrip wawancara subjek penelitian,
atau catatan observasi. Dokumen tetang kemampuan
matematika siswa juga digunakan untuk menen-
tukan subjek penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang diperlukan dalam
penelitian maka teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa wawancara langsung kepada
siswa yang memenuhi kriteria sebagai subjek.
Waktu wawancara ditentukan dengan menyesuaikan
jadwal belajar siswa melalui informasi atau saran
guru.
Wawancara dilaksanakan untuk mengum-
pulkan informasi tentang proses berpikir reflektif
siswa dalam memecahkan masalah matematika
nonrutin. Teknik wawancara dalam penelitian ini
adalah adalah teknik wawancara mendalam yakni
bersifat terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam
suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada
ojek yang sama. wawancara dalam penelitian ini
bersifat semi terstruktur yakni wawancara dengan
garis besar pertanyaan yang telah disiapkan peneliti.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari:
a. instrumen utama
Dalam penelitian ini, instrumen utama dalam
pengumpulan data adalah peneliti sendiri. Karena
pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
untuk menggali lebih mendalam tentang berpikir
reflektif siswa dalam memecahkan masalah ditinjau
dari kemampuan awal matematika siswa. Jadi hanya
penelitilah yang berhubungan langsung dengan
subjek penelitian, dan hanya peneliti yang mampu
memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan
melalui observasi dan wawancara. Sehingga tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain.
b. Instrumen pendukung
1) Tes pemecahan masalah
Tes pemecahan masalah berupa soal cerita.
Tes pemecahan masalah diberikan kepada subjek
penelitian yang bertujuan untuk menilai berpikir
reflektif siswa dalam penyelesaian masalah. Tes
pemecahan masalah yang diberikan kepada subjek
penelitian ada dua, yaitu berupa masalah 1 dan
masalah 2. Kedua masalah tersebut adalah masalah
yang setara.
2) Pedoman wawancara
Secara garis besar pertanyaan yang ingin
disampaikan dalam kegiatan wawan cara ini tidak
disusun secara terstruktur. Pertanyaan yang diajukan
disesuaikan dengan kondisi hasil kerja subjek didik
setelah mengerjakan soal yang diberikan. Pedoman
wawancara merujuk pada deskriptor dari berpikir
reflektif.
Untuk mengetahui proses berpikir reflektif
siswa dalam memecahkan masalah, maka dilakukan
tes tertulis (tugas pemecahan masalah) dan
wawancara. Tes tertulis adalah pemberian tugas
pemecahan masalah matematika, sedangkan
wawancara yang dilakukan mengacu pada langkah-
langkah Polya yaitu:
a) Memahami masalah
b) Membuat rencana
c) Melaksanakan rencana
d) Memeriksa kembali
Wawancara tidak hanya dilakukan untuk
memverifikasi data hasil tes tulis, termasuk juga di
dalamnya menggali informasi baru yang mungkin
12
tidak diperoleh pada tes tertulis, bisa saja yang
dipikirkan siswa tidak dituliskannya, hal ini
mungkin bisa terungkap pada wawancara. Agar
tidak ada informasi yang terlewatkan dan data yang
diperoleh terjamin keabsahannya, maka dilakukan
perekaman suara saat wawancara.
Validasi Data
Untuk menguji kreadibilitas data (keper-
cayaan terhadap data), peneliti melakukan triangu-
lasi. Dalam penelitian ini, triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi metode. Untuk
triangulasi metode, informasi yang diperoleh dicek
kembali derajat kepercayaannya melalui metode
yang berbeda dalam suatu penelitian kualitatif. Data
yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah data
hasil tes tertulis dengan hasil wawancara. Data
dikatakan valid jika data yang diperoleh dari metode
tes sama dengan data yang diperoleh dari metode
wawancara. Data dari hasil tes tertulis yang berbeda
dengan data dari hasil wawancara kemudian
dikatakan sebagai data yang tidak valid dan akan
direduksi dalam penelitian.
Teknik Analisis Data
Selanjutnya Data yang diperoleh diperoleh
dari hasil kerja siswa dianalisis dengan
menggunakan tahap-tahap kegiatan dalam menga-
nalisis data kualitatif yaitu tahap reduksi data, tahap
penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini analisis secara keseluruhan
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
bertujuan untuk menajamkan, menyeleksi, memfo-
kuskan, mengabstaksikan, dan mentransformasikan
data mentah yang diperoleh di lapangan menjadi
data bermakna. Dalam penelitian ini data mentah
yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan
direduksi untuk mendapatkan data yang benar-benar
dibutuhkan dalam mendeskripsikan berpikir reflek-
tif siswa dalam memecahkan masalah matematika
ditinjau dari perbedaan kemampuan awal.
b. Tahap penyajian data
Kumpulan data setelah direduksi diorganisir
dan dikategorikan. Pada tahap ini data lebih
sederhana disajikan dalam bentuk naratif yang lebih
ringkas, sehingga memungkinkan untuk ditarik
kesimpulan dari data tersebut.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah kegiatan
merangkum data serta memeriksa kebenaran data
yang telah dikumpulkan tentang bagaimana berpikir
reflektif siswa dalam memecahkan masalah mete-
matika ditinjau dari perbedaan kemampuan awal.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri X
Makassar pada semester ganjil tahun pelajaran
2016/2017. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga
orang siswa kelas X MIA 5 berdasarkan
kemampuan awal matematika tinggi, sedang, dan
rendah. Penentuan tingkat kemampuan awal mate-
matika dilakukan berdasarkan nilai matematika
ulangan harian siswa dan dikelompokkan dalam tiga
kategori berdasarkan pengkategorian yang digu-
nakan. Nilai ulangan harian siswa disajikan pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa
Kelas X MIA 5 SMA Negeri 10 Makassar
No. NISN Nama (Inisial) Jenis Kelamin Nilai Kategori Kemampuan Awal
1 0013734037 AAA L 94 Tinggi
2 0004456922 AHT P 73 Sedang
3 0019486781 AM L 70 Sedang
4 0014422670 AFA P 78 Sedang
5 0019775020 AFS P 62 Rendah
6 0018625636 ANF P 77 Sedang
7 0018374385 ADPMW P 88 Sedang
8 0013734059 ANM P 79 Sedang
9 0011995559 AP L 85 Sedang
10 0019892017 AR P 67 Sedang
11 0008927060 ARA P 84 Sedang
12 003223387 DL P 93 Tinggi
13 0017236711 EMPMP P 72 Sedang
13
No. NISN Nama (Inisial) Jenis Kelamin Nilai Kategori Kemampuan Awal
14 0011623554 FAE L 95 Tinggi
15 0018988760 FJS L 84 Sedang
16 0017733347 FHS L 62 Rendah
17 - HD P 84 Sedang
18 0012278509 K P 62 Rendah
19 0014035310 MANF P 60 Rendah
20 - MK L 86 Sedang
21 0014164671 MNR L 86 Sedang
22 0008830599 MR L 58 Rendah
23 0004740282 M P 75 Sedang
24 0013830166 NIAF P 78 Sedang
25 0013719292 NJAP P 76 Sedang
26 0017670910 NR P 89 Tinggi
27 004401943 NS P 66 Sedang
28 0013634456 N P 73 Sedang
29 0012278513 R P 93 Tinggi
30 0012571015 RAHAML L 75 Sedang
31 00122254640 RM P 67 Sedang
32 0010635769 RNS P 53 Rendah
33 0013095790 SA P 85 Sedang
34 0011723349 SMA P 86 Sedang
35 0013776588 SN P 78 Sedang
36 0011995883 T P 82 Sedang
37 0013716415 WDNR P 63 Rendah
38 0013095819 WNA P 87 Sedang
Berdasarkan nilai ulangan harian siswa kelas
X MIA 5 SMA Negeri 10 makassar pada tabel 4.1
diperoleh rata-rata 76.97 dengan standar deviasi
11.12. Terdapat 5 orang siswa yang berada pada
kategori kemampuan awal matematika tinggi
dengan nilai ulangan harian lebih dari 88.09 (Rata-
rata dijumlahkan dengan standar deviasi), 7 orang
siswa berada pada kategori kemampuan awal
matematika rendah dengan nilai ulangan harian
kurang dari 65.85 (Rata-rata dikurangi standar
deviasi) dan 26 orang siswa berada pada kategori
kemampuan awal matematika sedang dengan nilai
ulangan harian berada pada interval 65.85 s.d.
88.09.
Selanjutnya subjek penelitian juga dipilih
berdasarkan rekomendasi guru dengan kriteria
mampu mengungkapkan pendapat dan cara
berpikirnya secara lisan maupun tulisan dengan
jelas, serta berpotensi memenuhi karakteristik
proses berpikir reflektif. Berdasarkan beberapa
kriteria pemilihan subjek tersebut, selanjutnya
dipilih masing-masing satu orang dari kategori
kemampuan awal matematika tinggi, sedang dan
rendah. Berikut disajikan data subjek penelitian
yang dipilih pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Subjek Penelitian yang Dipilih
Inisial
Nama
Jenis
Kelamin
Nilai
Ulangan
Harian
Kategori
Kemampuan
Awal
R P 93 Tinggi
ARA P 84 Sedang
FHS L 62 Rendah
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dengan
Kemampuan Awal Matematika Tinggi Subjek
ST
Analisis proses berpikir reflektif siswa
dengan kemampuan awal matematika tinggi subjek
ST dalam memecahkan masalah matematika non-
rutin menurut tahap pemecahan masalah Polya
ditunjukkan berikut.
a. Analisis proses berpikir reflektif subjek ST
dalam memahami masalah
1) Data Tes Tertulis
Lembar jawaban tes tertulis subjek ST:
Pertama, subjek ST menuliskan di lembar
jawaban bahwa masalah yang diberikan tergolong
14
jarang ia temukan di dalam dan di luar
pembelajaran. Hal ini berarti permasalahan yang
diberikan merupakan masalah nonrutin bagi subjek
ST.
Kedua, subjek ST dapat menuliskan hal yang
diketahui pada masalah yang diberikan. Hal ini
berarti bahwa subjek ST mampu memahami
permasalah yang diberikan Namun, informasi yang
diberikan masih kurang jelas sebab subjek ST tidak
merincikan berapa luas tanah yang diketahui, luas
tanah yang diperlukan untuk membangun rumah
tipe A dan tipe B serta jumlah rumah yang
direncanakan akan dibangun.
Ketiga, subjek ST dapat menuliskan hal yang
ditanyakan pada masalah yang diberikan. Informasi
yang diberikan jelas, tepat, teliti dan relevan dengan
masalah. Hal ini berarti bahwa subjek ST mema-
hami tujuan yang akan dicapai dari permasalah yang
diberikan.
Keempat, subjek ST dapat menuliskan
dengan tepat pengetahuan matematika yang dimili-
kinya untuk membantu memahami dan menyelesai-
kan masalah yang diberikan. Hal ini berarti bahwa
subjek ST mampu mengaitkan informasi yang
diketahui dan ditanyakan dengan pengetahuan yang
dimiliki berdasarkan pengalaman belajarnya guna
mencari solusi permasalah yang diberikan.
Kelima, subjek ST dapat menuliskan solusi
dari masalah yang diberikan dengan langkah-
langkah yang jelas. Konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah adalah jelas, tepat dan
relevan. Selain itu, subjek ST sudah merasa yakin
dengan jawabannya sebab terdapat tanda √ diakhir
(artinya sudah mengecek kembali jawababnnya).
Berdasarkan lembar jawaban, subjek ST sudah
mampu menyelesaikan permasalahan yang diberi-
kan menggunakan konsep yang sesuai serta setiap
langkah disertai alasan yang jelas dan logis.
2) Data Hasil Wawancara
Langkah memahami masalah satu oleh subjek
ST ditunjukkan dalam hasil wawancara berikut.
ST01P : Apakah kamu pernah menemui
masalah seperti ini sebelumnya?
ST01S : Jarang kak.
ST02P : Jarang, berati pernah mengerjakan
atau melihat soal yang mirip dengan
ini sebelumnya?
ST02S : Kalau sampai mengerjakan tidak
pernah kak, cuman saya lihat soalnya
mirip dengan soal latihan di buku
yang digunakan di kelas.
ST03P : Bisa diceritakan masalah pada soal
dengan bahasa sendiri?, kemudian
sebutkan yang diketahui.
ST03S : (Menceritakan kembali permasa-
lahan dengan bahasa sendiri dengan
benar dan menyebutkan yang
diketahui pada soal namun belum
secara rinci).
ST04P Apakah ada informasi lain yang
masih dibutuhkan untuk menger-
jakan soal ini, tetapi belum
disebutkan di soal?
ST04S : Tidak ada kak, itu saja kayaknya.
ST05P : Selanjutnya, apa yang ditanyakan?
ST05S : (Menyebutkan dengan benar yang
ditanyakan pada soal).
ST06P : Dari data yang diketahui dan dita-
nyakan pada soal tersebut, selan-
jutnya bagaimana?
ST06S : Selanjutnya mencari banyaknya
rumah tipe A dan tipe B yang akan
dibangun, kan data luas tanah yang
diperlukan masing-masing tipe ru-
mah dan banyak semua rumah yang
akan dibangun sudah diketahui.
ST07P : Coba sebutkan pengetahuan mate-
matika yang kamu miliki untuk dapat
membantu menyelesaikan soal ini!,
Misalnya materi yang sudah
diajarkan atau rumus-rumus yang
dgunakan.
ST07S : Kalau soal ini sih kak, bisa diker-
jakan pakai metode eliminasi, sub-
titusi atau gabungan. Tergantung
yang mana memudahkan sih.
15
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
ST pada masalah yang diberikan, diperoleh
informasi memahami masalah sebagai berikut:
a) Subjek ST belum pernah menemukan sebelum-
nya masalah yang diberikan (ST01S dan
ST02S).
b) Subjek ST menyatakan masalah yang diberikan
dengan kalimat sendiri dan menentukan infor-
masi yang diketahui serta ditanyakan (ST03S
dan ST05S).
c) Subjek ST tidak menggunakan informasi lain
untuk memecahkan masalah (ST04S).
d) Subjek ST menyebutkan hubungan antara
informasi yang diketahui dan ditanyakan
(ST06S).
e) Subjek ST menyebutkan pengetahuan matema-
tika yang dimilikinya berdasarkan hasil pema-
hamannya terhadap masalah yang diberikan
dengan tepat (ST07S).
Langkah merencanakan strategi pemecahan
masalah oleh subjek ST ditunjukkan dalam hasil
wawancara berikut.
ST08P : Bagaimana rencana kamu mene-
mukan banyaknya rumah tipe A dan
tipe B yang akan dibangun?
ST08S : Pertama misalkan jumlah rumah tipe
A yang akan dibangun dengan x dan
untuk tipe B misalkan dengan y.
Selanjutnya buat bentuk (model)
matematikanya untuk banyaknya luas
tanah yang dibutuhkan dan
banyaknya semua rumah yang akan
dibangun.
ST09P : Jadi, seperti apa?
ST09S : (menunjukkan pertidaksamaan hasil
pemodelan matematika dari data
yang diketahui dengan tepat) setelah
itu (menunjuk kedua perti-
daksamaan yang diperoleh) ini
dieliminasi.
ST10P : Kenapa kamu rencanakan seperti itu?
ST10S : Karena nilai x dan y harus memenuhi
kedua bentuk (model) matematika
yang diperoleh dari data diketahui.
Nah untuk mencarinya pakai
eliminasi atau subtitusi.
ST11P : Jadi, kamu memikirkan cara itu,
sudah yakin?
ST11S : Iya yakin kak (ketawa).
ST12P : Caranya bagaimana?
ST12S : Kan ini pertidaksamaan pertama kak
masih pakai angka besar saya
sederhanakan dulu . kemudian saya
eliminasi x setelah itu saya subtitusi x
ke persamaan yang sederhana untuk
mendapatkan y.
ST13P : Kamu yakin dengan cara yang kamu
gunakan?
ST13S : Iya yakin kak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
ST pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi merencanakan strategi pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek ST dapat menyusun strategi pemecahan
masalah disertai dengan alasan yang logis dan
jelas (ST08S s.d. ST10S dan ST12S).
b) Subjek ST mampu menghubungkan informasi
yang diperoleh (ST11S).
c) Subjek ST merasa yakin dengan rencana yang
disusun (ST11S dan ST13S).
Langkah melaksanakan strategi pemecahan
masalah pertama oleh subjek ST ditunjukkan dalam
hasil wawancara berikut.
ST14P : Kemudian, bagaimana cara kamu
menjawabnya?
ST14S : itu tadi kak. (menjelaskan langkah-
langkah penyelesaiannya masalah-
nya dengan tepat).
ST15P : Berarti sesuai dengan yang kamu
rencanakan tadi ya?
ST15S : Iya kak begitu.
ST16P : Setelah itu langkah selanjutnya,
bagaimana?
ST16S : Terakhir buat kesimpulannya (me-
nyebut kesimpulan dari masalah
yang diberikan dengan tepat).
ST17P : Sudah yakin dengan jawabannya?
ST17S : Yakin kak, sudah begitu saja.
ST18P : Kalau misalkan nilai x atau y yang
diperoleh negatif?
ST18S : Tidak mungkin kak. Tidak bisa
jumlah rumah yang akan dibangun
negatif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
ST pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi melaksanakan strategi pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek ST dapat menjelaskan pemecahan
masalah sesuai dengan strategi yang telah
disusun dengan lancar (ST14S s.d. ST16S)
b) Subjek ST merasa yakin bahwa jawaban yang
diperoleh sudah benar (ST17S).
c) Subjek ST dapat mengidentifikasi jawaban lain
yang bukan termasuk solusi pemecahan masalah
(ST118S).
Langkah memeriksa kembali pemecahan
masalah oleh subjek ST ditunjukkan dalam hasil
wawancara berikut.
ST19P : Sudah yakin dan sudah diperiksa
16
kembali jawabannya?
ST19S : Iya yakin kak, sudah saya periksa.
(menyebut solusi yang diperoleh
dengan tepat).
ST20P : Bagaimana cara kamu memerik-
sanya?
ST20S : Saya baca kembali semua dari
diketahui sampai kesimpulannya.
Saya juga sudah subtitusikan nilai x
dan y yang diperoleh ke pertidak-
samannya dan sudah tepat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
ST pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi memeriksa kembali pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek ST merasa yakin terhadap jawabannya
melalui pengecekan solusi dilakukan (ST19S
dan ST20S).
b) Subjek ST menyampaikan alternatif solusi
pemecahan masalah (ST19S).
c) Subjek ST menunjukkan kesesuain solusi
dengan informasi yang diperoleh (ST20S).
3) Tringulasi
Setelah diperoleh hasil analisis tes tertulis dan
analisis data hasil wawancara, selanjutnya dilakukan
triangulasi untuk mengetahui valid atau tidaknya
data yang diperoleh. Data subjek ST yang valid
adalah sebagai berikut:
Memahami masalah
a) Subjek ST belum pernah menemui masalah
yang diberikan sebelumnya. Soal yang
diberikan merupakan masalah yang tidak biasa
ditemukan subjek baik di dalam atau di luar
pembelajaran sehingga bersifat nonrutin bagi
subjek ST.
b) Subjek ST menceritakan kembali masalah yang
diberikan dengan kalimat sendiri dengan
menggunakan informasi yang diketahui dan
ditanyakan. Subjek ST telah melakukan
pertimbangan dalam menyeleksi informasi yang
diperoleh untuk dikomunikasikan kembali.
c) Subjek ST menghubungkan informasi yang
diperoleh dari soal untuk menyelesaikan
masalah. Subjek ST telah melakukan refleksi
terhadap informasi yang diperoleh.
Merencanakan strategi pemecahan masalah
a) Subjek ST menyusun strategi pemecahan
masalah disertai dengan alasan yang logis dan
jelas. Subjek telah melakukan pertimbangan
dalam menyusun strategi dan diyakini dapat
digunakan menjawab pertanyaan disertai alasan
yang jelas.
b) Subjek ST menghubungkan informasi yang
diketahui diperoleh dengan konsep atau
pengalaman yang dimiliki untuk menyusun
strategi. Subjek telah melakukan refleksi
terhadap informasi yang diperoleh untuk
menyusun rencana melalui konsep atau
pengalaman pemecahan masalah yang dimiliki
sebelumnya.
c) Subjek ST merasa yakin dengan rencana yang
telah disusun dapat digunakan untuk
memecahkan masalah. Subjek telah melakukan
pertimbangan yang matang dalam menyusun
strategi tersebut sehingga berkeyakinan dapat
menjawab soal.
Melaksanakan strategi pemecahan masalah
a) Subjek ST dapat menjelaskan pemecahan
masalah sesuai dengan strategi yang telah
disusun. Subjek telah melakukan pertimbangan
yang matang dalam penyusunan rencana
sehingga merasa yakin untuk melaksanakan
rencana tersebut.
b) Subjek ST dapat menjelaskan pemecahan
masalah sesuai dengan strategi yang disusun
dengan lancar. Subjek memiliki alasan yang
jelas sehingga pelaksanaan strategi dapat
dijelaskan sesuai dengan yang direncanakan.
c) Subjek ST meyakini jawaban yang diperoleh
sudah tepat dan lengkap. Subjek melakukan
refleksi terhadap solusi yang diperoleh sehingga
merasa yakin dengan solusi yang diperoleh.
Memeriksa kembali pemecahan masalah
a) Subjek ST merasa yakin terhadap jawaban yang
diperoleh melalui pengecekan solusi yang telah
dilakukan. Subjek telah melakukan pertim-
bangan yang matang sehingga merasa yakin
dengan jawabannya.
b) Subjek ST menyampaikan alternatif strategi
atau solusi pemecahan masalah yang diberikan
disertai dengan alasan yang jelas. Subjek
menghubungkan apa yang telah dilakukan dan
apa yang masih bisa dilakukan sehingga
diperoleh alternatif solusi atau strategi dari
masalah yang diberikan.
4) Analisis
Memahami masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa saat memahami masalah, subjek ST dapat
menceritakan kembali masalah yang diberikan
dengan kalimat sendiri disertai dengan informasi
yang diketahui dan ditanyakan. Subjek ST menye-
butkan informasi luas tanah yang tersedia, luas
tanah yang diperlukan untuk masng-masing tipe
rumah dan menyebutkan jumlah rumah yang akan
dibangun. Dengan kata lain Subjek ST memahami
dengan jelas apa yang diinginkan dari soal,
17
informasi yang dimiliki dan langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk menjawab pertanyaan. Selain
itu, diketahui bahwa masalah yang diberikan
bersifat nonrutin bagi subjek sehingga subjek tidak
langsung mengenali atau menyadari maksud soal
sehingga perlu pemahaman lebih mendalam.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
subjek ST yang berkemampuan awal matematika
tinggi mampu mengidentifikasi informasi yang
diketahui dan ditanyakan dari masalah yang dibe-
rikan. Subjek dapat memahami proses berpikirnya
sendiri dalam menggali informasi yang terlihat saat
menjawab pertanyaan peneliti. Subjek juga men-
jelaskan alasan dari setiap langkah dalam proses
berpikirnya sehingga terdapat pertimbangan yang
matang sebelum meyakini apa yang dipahami. Oleh
karena itu, subjek ST mengindikasikan telah mela-
kukan refleksi terhadap apa yang dilakukannya
dalam memahami masalah.
Merencanakan strategi pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa saat menyusun strategi pemecahan masalah,
subjek ST dapat menjelaskan rencana yang disusun
untuk memecahkan masalah. Subjek menghubung-
kan informasi yang diketahui dengan konsep atau
pengalaman yang dimiliki sehingga penyusunan
rencana disertai alasan yang jelas. Dalam peme-
cahan masalah subjek mengungkapkan keterkaitan
antara informasi yang diketahui dengan pengeta-
huan relevan yang dimilikinya untuk menyelesaikan
masalah. Subjek ST merencanakan menggunakan
sistem pertidaksamaan hasil pemodelan matematika
dari data yang diketahui untuk menemukan solusi.
Selanjutnya untuk menentukan nilai x dan y yang
memenuhi sptldv tersebut subjek ST merencanakan
menggunakan metode eliminasi atau subtitusi.
Berdasarkan pemahaman masalah pada langkah
sebelumnya dan rencana yang telah disusun dengan
baik, subjek berkeyakinan dapat memecahkan
masalah disertai alasan yang jelas dan sesuai
informasi yang diketahui sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, subjek ST
dengan kemampuan matematika tinggi dapat
menyusun strategi dengan disertai alasan yang jelas.
Subjek melakukan refleksi terhadap informasi yang
diperoleh kemudian dihubungkan untuk menyusun
strategi. Selain itu dengan pertimbangan yang telah
dilakukan, subjek menjelaskan bagamana rencana
tersebut disusun dengan yakin dan nampak saat
menjawab pertanyaan peneliti. Oleh karena itu,
subjek ST mengindikasikan telah melakukan
refleksi terhadap apa yang dilakukannya dalam
menyusun strategi pemecahan masalah.
Melaksanakan strategi pemecahan masalah
Berdasarkan hasil pemecahan masalah dan
wawancara yangdisampaikan sebelumnya, diketahui
bahwa subjek ST melaksanakan strategi pemecahan
masalah sebagaimana yang telah disusun. Subjek ST
terlebih dahulu mentransformasikan data yang dike-
tahui dalam bahasa (model) matematika sehingga
diperoleh sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
Untuk memudahkan perhitungan yang dilakukan,
subjek ST menjelaskan terlebih dahulu dilakukan
penyederhanaan pada pertidaksamaan pertama yang
ditulisnya. Selanjutnya menulis kembali pertidaksa-
maan pertama yang telah disederhanakan dan
persamaan kedua pada baris baru dan mengubah
tanda pertidaksamaan ke tanda persamaan untuk
melakukan metode eliminasi dan subtitusi. Subjek
ST menyadari bahwa mengubah tanda pertidak-
samaan ke tanda persamaan dilakukan karena yang
dicari adalah titik x dan y bukan daerah yang meme-
nuhi. Subjek ST telah melakukan pertimbangan
yang matang dalam penyusunan rencana sehingga
merasa yakin untuk melaksanakan rencana tersebut.
Subjek menjelaskan pelaksanaan strategi sesuai
yang direncanakan dengan lancar dan disertai alasan
yang jelas. Oleh sebab itu, subjek ST yakin dengan
solusi yang diperoleh serta Subjek ST dapat
mengidentifikasi jawaban lain yang bukan termasuk
solusi pemecahan masalah. Hal ini terlihat saat
peneliti menanyakan apa kibatnya jika solusi yang
diperoleh bernilai negatif.
Berdasarkan uraian tersebut, subjek ST
dengan kemampuan matematika tinggi dapat
melaksanakan strategi pemecahan masalah dengan
menerapkan strategi yang telah direncanakan
disertai keyakinan dan pemikiran yang jelas hingga
diperoleh solusi. Oleh karena itu, subjek ST
mengindikasikan telah melakukan refleksi terhadap
apa yang dilakukannya dalam melaksanakan strategi
pemecahan masalah matematika nonrutin yang telah
direncanakan.
Memeriksa kembali pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa subjek ST telah memeriksa kembali langkah-
langkah penyelesaian masalahnya dan mengakui
tidak menemukan kekeliruan, hal tersebut disebab-
kan karena subjek ST telah melakukan pertimba-
ngan yang matang sehingga merasa yakin dengan
jawabannya. Selain itu Subjek ST menyampaikan
alternatif strategi atau solusi pemecahan masalah
yang diberikan disertai dengan alasan yang jelas.
Subjek menghubungkan apa yang telah dilakukan
dan apa yang masih bisa dilakukan sehingga
diperoleh alternatif solusi atau strategi dari masalah
yang diberikan. Dengan kata lain, subjek melakukan
refleksi terhadap solusi yang diperoleh sehingga
18
mampu mengidentifikasi hal yang masih belum
tepat atau belum lengkap dari jawabannya. Subjek
ST juga menggunakan informasi yang diperoleh
untuk menentukan alternatif strategi dan solusi
dengan menghubungkan apa yang telah dilakukan
dan yang masih bisa dilakukan dari informasi yang
diperoleh. Subjek juga merasa yakin terhadap
jawabannya melalui pengecekan komputasi.
Berdasarkan uraian tersebut, subjek ST
memeriksa kembali pemecahan masalah yang
dilakukan dan meyakini solusi yang diperolehnya
sudah teppat. Subjek menunjukkan kesesuain
jawabannya dengan menjelaskan hubungan
informasi yang diperoleh dengan yang ditanyakan
pada soal. Oleh karena itu, subjek ST telah
menunjukkan ptoses berpikir reflektif saat langkah
memeriksa kembali.
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dengan
Kemampuan Awal Matematika Sedang Subjek
SS
Analisis proses berpikir reflektif siswa
dengan kemampuan awal matematika sedang subjek
SS dalam memecahkan masalah matematika non-
rutin menurut tahap pemecahan masalah Polya
ditunjukkan berikut.
a. Analisis proses berpikir reflektif subjek SS
dalam memahami masalah
1) Data Tes Tertulis
Lembar jawaban tes tertulis subjek SS:
Pertama, subjek SS menuliskan di lembar
jawaban bahwa masalah yang diberikan tergolong
jarang ia temukan dalam dan di luar pembelajaran.
Hal ini berarti permasalahan yang diberikan
merupakan masalah nonrutin bagi subjek SS.
Kedua, subjek SS dapat menuliskan hal yang
diketahui pada masalah yang diberikan. Namun,
informasi yang diberikan masih kurang lengkap
sebab subjek SS tidak merincikan berapa jumlah
rumah yang direncanakan akan dibangun.
Ketiga, subjek SS dapat menuliskan hal yang
ditanyakan pada masalah yang diberikan. Namun,
informasi yang diberikan belum jelas sesuai dengan
yang diinginkan pada soal.
Keempat, subjek SS tidak dapat menuliskan
dengan tepat pengetahuan matematika yang dimili-
kinya untuk membantu memahami dan menyelesai-
kan masalah yang diberikan.
Kelima, subjek SS dapat menuliskan solusi
dari masalah dengan langkah-langkah yang jelas.
Konsep yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah adalah jelas, relevan. Namun, berdasarkan
lembar jawaban subjek SS kelihat bingung
menghubungkan informasi yang diketahui untuk
menemukan solusi dari masalah yang diberikan, hal
tersebut terlihat dari banyaknya coretan pada lembar
jawaban. Selain itu, kesimpulan solusi yang
dirumuskan kurang tepat tidak sesuai dengan
pemisalan yang subjek SS lakukan serta subjek SS
tidak melakukan pemeriksaan kembali pada proses
penyelesaian masalahnya, sebab tidak ada tanda √
diakhir (sesuai instruksi pada lembar jawaban).
2) Data Hasil Wawancara
Langkah memahami masalah satu oleh subjek
SS ditunjukkan dalam hasil wawancara berikut.
SS01P : Sudah pernah menemukan masalah
seperti ini?
SS01S : Belum kak?
SS02P : Disini (lembar jawaban) kamu tulis
jarang. Jadi, jarang atau belum
pernah?
19
SS02S : Belum pernah sih kak (ketawa).
SS03P : Ok. Coba ceriitakan bagaimana
masalahnya dalam soal ini!
SS03S : (Menceritakan kembali permasa-
lahan dengan bahasa sendiri dengan
benar dan menyebutkan yang
diketahui pada soal namun belum
secara lengkap).
SS04P : Coba lihat kembali soalnya masih
ada yang belum kamu sebutkan?
SS04S : Oh iya kak, jumlah rumah tipe A dan
tipe B yang akan dibangun secara
keseluruhan 125.
SS05P : Ok, menurut kamu masih ada
informasi lain yang dibutuhkan untuk
menye-lesaikan soal ini, tetapi belum
dise-butkan di soal?
SS05S : Tidak ada kak sudah cukup.
SS06P : Selanjutnya, apa yang ditanyakan?
SS06S : (Menyebutkan dengan benar yang
ditanyakan pada soal, namun masih
belum lengkap).
SS07P : Sudah yakin itu yang ditanyakan?
SS07S : Salah kak, seharusnya jumlah
masing-masing rumah tipe A dan tipe
B yang akan dibangun, itu kak yang
ditanyakan.
SS08P : Kan kamu sudah tahu apa yang
diketahui dan ditanyakan, selanjut-
nya bagaimana?
SS08S : Selanjutnya memisalkan rumah tipe
A dan tipe B yang akan dibangun
sebagai x dan y, terus membuat
bahasa (model) matematika data
yang diketahui baru selesaikan.
SS09P : Coba sebutkan pengetahuan mate-
matika yang kamu miliki untuk dapat
membantu menyelesaikan soal ini!,
Misalnya materi yang sudah
diajarkan atau rumus-rumus yang
dgunakan.
SS09S : Eliminasi dan penggabungan kak.
SS10S : Oh iya, ini saya lihat lembar jawa-
bannya yang ditulis luas tanah yang
akan digunakan dan luas masing-
masing tipe rumah?
SS10S : Iya kak, tadi itu saya bingung mau
diapakan ini, sempat juga tadi saya
berpikir pakai cara coba-coba, mak-
sudnya pilih x dan y sembarang.
Kemudian lama baru kepikiran pakai
eliminasi dan penggabungan. Saya
juga lupa mengganti yang itu kak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SS pada masalah yang diberikan, diperoleh
informasi memahami masalah sebagai berikut:
a) Subjek SS belum pernah menemukan sebelum-
nya masalah yang diberikan (SS01S dan SS02S).
b) Subjek SS menyatakan masalah yang diberikan
dengan kalimat sendiri dan menentukan infor-
masi yang diketahui serta ditanyakan, walaupun
informasi diketahui dan ditanyakan pada soal
yang disampaikan belum lengkap dan tepat
(SS03S, SS04S, SS06S dan SS07S).
c) Subjek SS tidak menggunakan informasi lain
untuk memecahkan masalah (SS05S).
d) Subjek SS menyebutkan hubungan antara
informasi yang diketahui dan ditanyakan
(SS08S).
e) Subjek SS menyebutkan pengetahuan matema-
tika yang dimilikinya berdasarkan hasil pema-
hamannya terhadap masalah yang diberikan,
meskipun pada awalnya sempat merasa bingung
mengenai pengetahuan matematika yang
digunakan dalam penyelesaian masalah yang
diberikan (SS09S dan SS10S).
Langkah merencanakan Strategi pemecahan
masalah oleh subjek SS ditunjukkan dalam hasil
wawancara berikut.
SS11P : Bagaimana rencana kamu mene-
mukan banyaknya rumah tipe A dan
tipe B yang akan dibangun?
SS11S : Itu tadi kak, awalnya saya kira harus
pakai coba-coba ternyata bisa dengan
eliminasi.
SS12P : Jadi, seperti apa?
SS12S : Ini kan ada data yang diketahui,
pertama misalkan yang ditanyakan
jumlah rumah tipe A yang akan
dibangun dengan x dan untuk tipe B
misalkan sebagai y. Setelah itu yang
diketahui diubah dalam kalimat
matematimka sehingga nanti dipero-
leh dua pertidaksamaan.
SS13P : Kenapa kamu rencanakan seperti itu?
SS13S : Iya karena begitu kak (ketawa), mak-
sudnya saya ubah dulu dalam bahasa
matematika supaya lebih mudah
menemukan jawabannya, terus x dan
y yang diperoleh nanti harus meme-
nuhi kedua pertidaksamaan itu.
SS14P : Jadi, kamu memikirkan cara itu,
sudah yakin?
SS14S : Iya yakin kak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SS pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
20
masi merencanakan Strategi pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek SS dapat menyusun Strategi pemecahan
masalah disertai dengan alasan yang logis dan
jelas (SS11S s.d. SS13S).
b) Subjek SS merasa yakin dengan rencana yang
disusun (SS14S).
Langkah melaksanakan Strategi pemecahan
masalah pertama oleh subjek SS ditunjukkan dalam
hasil wawancara berikut.
SS15P : Kemudian, bagaimana cara kamu
menjawabnya?
SS15S : (menjelaskan langkah-langkah pe-
nyelesaiannya masalahnya dengan
tepat).
SS16P : Berarti sesuai dengan yang kamu
rencanakan tadi ya?
SS16S : Iya kak begitu.
SS17P : Setelah itu langkah selanjutnya,
bagaimana?
SS17S : Terakhir buat kesimpulannya.
SS18P Boleh dibaca kesimpulannya?
SS18S (membaca kesimpulan yang dibuat)
SS19P Apakah kamu memahami kesimpu-
lan tersebut?
SS19S Oh iya. Salah kak. (menyebutkan
kesimpulan yang benar).
SS20P : Sudah yakin dengan jawabannya?
SS20S : Yakin kak tapi masih banyak yang
salah-salah.
SS21P : Kalau misalkan nilai x atau y yang
diperoleh negatif?
SS21S : Bisa kak berarti x atau y nilainya
negatif, sudah begitu aja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SS pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi melaksanakan Strategi pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek SS dapat menjelaskan pemecahan
masalah dengan jelas (SS15S).
b) Subjek SS melaksanakan Strategi pemecahan
masalah sesuai yang direncanakan (SS16S).
c) Subjek SS menyadari kesalahan yang dilakukan
dalam proses pemecahan masalah dan dapat
memperbaikinya (SS17S s.d. SS19S)
d) Subjek SS merasa yakin bahwa jawaban yang
diperoleh sudah benar (SS20S).
e) Subjek SS belum dapat mengidentifikasi
jawaban lain yang bukan termasuk solusi
pemecahan masalah (SS121S).
Langkah memeriksa kembali pemecahan
masalah oleh subjek SS ditunjukkan dalam hasil
wawancara berikut.
SS22P : Sudah yakin dan sudah diperiksa
kembali jawabannya?
SS22S : Belum sih kak, masih banyak yang
salah—salah. Belum saya periksa,
saya lupa.
SS23P : Coba kamu pikirkan memungkinkan
tidak diperoleh nilai negatif?
SS23S : (berpikir) bisa saja sih kak.
SS24P : Coba sebutkan kembali kesimpulan
yang sudah kamu perbaiki sebelum-
nya!
SS24S : (menyebutkan kesimpulan yang su-
dah diperbaikinya dengan tepat).
SS25P : Kalau misalnya x = -2, kesimpulan-
nya bagaimana?
SS25S : Jadi jumlah rumah tipe A yang
dibangun adalah negatif 2.
SS26P : Bisa kamu terima tidak kesimpulan
itu?
SS26S : Bisa kak.
SS27P : Sudah yakin dengan jawaban kamu?
SS27S : Belum Kak.
SS28P : Kenapa belum?
SS28S : Sempat negatif memang jawabannya
kak. Saya yang salah hitung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SS pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi memeriksa kembali pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek SS merasa kurang yakin terhadap
jawabannya (SS22S, SS23S, SS27S dan
SS28S).
b) Subjek SS belum mampu mengidentifikasi
jawaban lain yang bukan bagian dari solusi
(SS23S s.d. SS26S).
c) Subjek SS menyimpulkan jawaban yang tidak
mungkin termasuk bagian dari solusi (SS25S).
3) Triangulasi
Setelah diperoleh hasil analisis tes tertulis dan
analisis data hasil wawancara, selanjutnya dilakukan
triangulasi untuk mengetahui valid atau tidaknya
data yang diperoleh. Data subjek SS yang valid
adalah sebagai berikut:
Memahami masalah
a) Subjek SS belum pernah menemui masalah
yang diberikan sebelumnya. Soal yang dibe-
rikan merupakan masalah yang tidak biasa
ditemukan subjek baik di dalam atau di luar
pembelajaran sehingga bersifat nonrutin bagi
subjek SS.
b) Subjek SS menceritakan kembali masalah yang
diberikan dengan kalimat sendiri dengan
menggunakan informasi yang diketahui dan
ditanyakan. Subjek SS telah melakukan pertim-
bangan dalam menyeleksi informasi yang
21
diperoleh untuk dikomunikasikan kembali.
Walaupun informasi diketahui dan ditanyakan
pada soal yang disampaikan belum lengkap dan
tepat.
c) Subjek SS menghubungkan informasi yang
diperoleh dari soal untuk menyelesaikan
masalah. Subjek SS telah melakukan refleksi
terhadap informasi yang diperoleh.
Merencanakan strategi pemecahan masalah
a) Subjek SS menyusun strategi pemecahan
masalah disertai dengan alasan yang logis dan
jelas. Subjek telah melakukan pertimbangan
dalam menyusun strategi dan diyakini dapat
digunakan menjawab pertanyaan disertai alasan
yang jelas.
b) Subjek SS merasa yakin dengan rencana yang
telah disusun dapat digunakan untuk
memecahkan masalah. Subjek telah melakukan
pertimbangan yang matang dalam menyusun
strategi tersebut sehingga berkeyakinan dapat
menjawab soal.
Melaksanakan strategi pemecahan
a) Subjek SS dapat menjelaskan pemecahan
masalah sesuai dengan strategi yang telah
disusun. Subjek mempunyai pertimbangan
tertentu terkait informasi yang diketahui
sehingga merasa yakin melaksanakan rencana
yang disusun.
b) Subjek SS dapat menjelaskan pemecahan
masalah sesuai dengan strategi yang disusun
dengan lancar. Subjek memiliki alasan terkait
strategi yang disusun sehingga dapat
menjelaskan pelaksanaan strategi sesuai yang
direncanakan.
Memeriksa kembali pemecahan masalah
a) Subjek SS belum merasa yakin terhadap
jawaban yang diperoleh dikarenakan subjek
belum memeriksa kembali jawabannya. Subjek
belum melakukan pertimbangan secara
menyeluruh terhadap pelaksanaan pemecahan
masalah sehingga masih memunculkan
keraguan bagi subjek.
b) Subjek SS menunjukkan ketidaksesuaian bagian
yang belum tepat dengan informasi yang
diperoleh. Subjek belum menyadari adanya
jawaban yang kurang tepat saat mengerjakan.
c) Subjek SS belum menunjukkan adanya
alternatif strategi atau solusi pemecahan
masalah yang diberikan. Subjek kesulitan dalam
mengembangkan informasi maupun jawabannya
sehingga belum diperoleh suatu alternatif
strategi atau solusi.
4) Analisis
Memahami masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa saat memahami masalah, subjek SS mampu
menceritakan kembali masalah yang diberikan
dengan kalimat sendiri dengan menyebutkan infor-
masi yang diketahui dan ditanyakan. Subjek menye-
butkan informasi seperti luas tanah yang tersedia
dan luas yang dibutuhkan untuk membangun
masing-masing rumah tipe A dan tipe B. Namun,
informasi yang disampaikan subjek SS belum
lengkap sebab belum menyampaikan informasi
jumlah rumah tipe A dan tipe B yang akan dibangun
secara keseluruhan. Subjek SS menjelaskan hal-hal
yang ditanyakan, namun belum tepat. Subjek SS
hanya menyampaikan jumlah rumah yang akan
dibangun, seharusnya jumlah rumah tipe A dan
jumlah rumah tipe B yang akan dibangun, namun
subjek SS kemudian menyadari dan melengkapi
jawabannya dengan jumlah rumah tipe A yang akan
dibangun dan jumlah rumah tipe B yang akan
dibangun. Hubungan dari yang diketahui dan yang
ditanyakan melalui Subjek SS dapat mengiden-
tifikasi informasi yang diberikan dan langkah yang
harus dilakukan. Meskipun dalam memahami
maksud masalah subjek SS tidak dapat langsung
menyadarinya karena sifatnya nonrutin untuk
subjek.
Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa
subjek SS dengan matematika kemampuan sedang
mampu menggali informasi dalam masalah
matematika non rutin yang diberikan. Subjek
mampu memahami proses berpikirnya sendiri dalam
mengidentifikasi informasi yang diberikan serta
menghubungkan keduanya sehingga diperoleh
gambaran yang lebih mudah dipahami. Subjek juga
memberikan penjelasan terkait alasan yang dimiliki
dan telah melakukan pertimbangan sebelum
meyakini apa yang diketahui dan ditanyakan
sehingga gambaran dari masalah tersebut membantu
subjek pada langkah berikutnya. Oleh karena itu,
subjek SS telah mengindikasikan melakukan
refleksi terhadap apa yang dilakukan dalam langkah
memahami masalah.
Merencanakan strategi pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa saat subjek SS menyusun strategi pemecahan
masalah, subjek menjelaskan rencana yang disusun
yakni dengan menghubungkan informasi yang
diketahui dan ditanyakan. Penyusunan strategi
dilakukan dengan menghubungkannya dengan
konteks masalah yang sebenarnya. Subjek SS juga
melakukan penyederhanaan bentuk matematika
yang diperoleh untuk memudahkan perhitungan.
22
Subjek berkeyakinan dapat memecahkan masalah
tersebut dengan pemahaman yang dimiliki sehingga
subjek dapat menjelaskan alasan dari setiap
pengambilan keputusan yang dilakukan saat
menyusun strategi.
Berdasarkan uraian tersebut, subjek SS
dengan kemampuan matematika sedang menyusun
strategi dengan menghubungkan informasi yang
diketahui dan ditanyakan serta dengan pengalaman
sebelumnya. Subjek SS telah melakukan refleksi
terhadap informasi yang diperoleh sehingga
penyusunan rencana disertai alasan jelas. Subjek
juga menjelaskan dengan baik bagaimana rencana
tersebut disusun sehingga merasa yakin untuk
digunakan dalam menjawab pertanyaan. Oleh
karena itu, subjek SS telah mengindikasikan
melakukan refleksi dalam menyusun strategi
pemecahan masalah matematika nonrutin yang
diberikan.
Melaksanakan strategi pemecahan masalah
Berdasarkan hasil pemecahan masalah dan
wawancara yangdisampaikan sebelumnya, diketahui
bahwa subjek SS melaksanakan strategi pemecahan
masalah sebagaimana yang telah disusun. Subjek SS
terlebih dahulu mentransformasikan data yang dike-
tahui dalam bahasa (model) matematika sehingga
diperoleh sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
Untuk memudahkan perhitungan yang dilakukan,
subjek SS menjelaskan, terlebih dahulu dilakukan
penyederhanaan pada pertidaksamaan kedua yang
ditulisnya. Setelah itu, melakukan metode eliminasi
dan subtitusi (penggabungan). Subjek SS menyadari
kekeliruan yang dilakukan dalam membuat
kesimpulan solusi yang diperoleh serta mampu
memperbaikinya. Subjek SS telah melakukan
pertimbangan dalam penyusunan rencana sehingga
merasa yakin untuk melaksanakan rencana tersebut.
Subjek menjelaskan pelaksanaan strategi sesuai
yang direncanakan dan disertai alasan yang jelas.
Oleh sebab itu, subjek SS yakin dengan solusi yang
diperoleh serta Subjek SS dapat mengidentifikasi
jawaban lain yang bukan termasuk solusi
pemecahan masalah. Hal ini terlihat saat peneliti
menanyakan apa kibatnya jika solusi yang diperoleh
bernilai negatif.
Berdasarkan uraian tersebut, subjek SS
dengan kemampuan matematika sedang dapat
melaksanakan strategi pemecahan masalah dengan
menerapkan strategi yang telah direncanakan
disertai keyakinan dan pemikiran yang jelas hingga
diperoleh solusi. Selain itu, subjek SS dapat
menyadari kesalahan yang dilakukan dalam proses
penyelesaian masalah dan dapat memperbaikinya,
meskipun melalui proses pemikiran yang lumayan
lama. Oleh karena itu, subjek SS mengindikasikan
telah melakukan refleksi terhadap apa yang
dilakukannya dalam melaksanakan strategi pemeca-
han masalah matematika nonrutin yang telah
direncanakan.
Memeriksa kembali pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa subjek SS belum merasa yakin dengan
jawabannya karena tidak melakukan pengecekan
kembali setelah mengerjakan. Meskipun demikian,
subjek dapat menemukan jawaban yang masih
belum tepat dengan memperhatikan kembali
informasi yang diketahui dan yang ditanyakan. Hal
tersebut ditunjukkan saat subjek menjelaskan
pelaksanaan strategi disertai jawaban yang dianggap
subjek masih belum tepat. Subjek juga
mengungkapkan bagian yang belum diperiksa
kembali dan nampak menghapus jawabannya karena
merasa belum yakin. Subjek SS belum mampu
mengambil kesimpulan dari proses yang dilakukan
sehingga subjek belum melakukan refleksi terhadap
jawaban yang diperoleh. Akibatnya terdapat
kesalahan yang belum disadari dan subjek belum
maksimal dalam mengembangkan alternatif strategi
maupun informasi yang ada untuk memperoleh
solusi.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
subjek SS belum secara keseluruhan memeriksa
kembali pemecahan masalah yang dilaksanakan
karena masih terdapat jawaban yang belum
diperiksa karena telah dianggap benar terlebih
dahulu. Subjek merasa telah memeriksa kembali
jawabannya serta komputasi tanpa melihat kembali
kesesuaian jawaban dengan ketentuan yang
diketahui. Oleh karena itu, subjek SS tidak
menunjukkan proses berpikir reflektif saat
memeriksa kembali.
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dengan
Kemampuan Awal Matematika Rendah Subjek
SR
Analisis proses berpikir reflektif siswa
dengan kemampuan awal matematika rendah subjek
SR dalam memecahkan masalah matematika non-
rutin menurut tahap pemecahan masalah Polya
ditunjukkan berikut.
a. Analisis proses berpikir reflektif subjek SR
dalam memahami masalah
1) Data Tes Tertulis
Lembar jawaban tes tertulis subjek SR:
Pertama, subjek SR menuliskan di lembar
jawaban bahwa masalah yang diberikan tidak
23
pernah ia temukan dalam dan di luar pembelajaran.
Hal ini berarti permasalahan yang diberikan
merupakan masalah nonrutin bagi subjek SR.
Kedua, subjek SR dapat menuliskan hal yang
diketahui pada masalah yang diberikan. Namun,
informasi yang diberikan masih kurang lengkap
sebab subjek SR tidak merincikan berapa jumlah
rumah yang direncanakan akan dibangun.
Ketiga, subjek SR dapat menuliskan hal yang
ditanyakan pada masalah yang diberikan. Namun,
informasi yang diberikan belum jelas sesuai dengan
yang diinginkan pada soal.
Keempat, subjek SR tidak dapat menuliskan
dengan tepat pengetahuan matematika yang dimili-
kinya untuk membantu memahami dan menyelesai-
kan masalah yang diberikan. Hal ini menandakan
bahwa subjek SR tidak dapat menghubungkan
antara data yang diketahui di soal dengan
pengetahuan awalnya.
Kelima, subjek SR itdak dapat menuliskan
solusi dari masalah dengan langkah-langkah yang
jelas. Konsep yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah tidak tertera jelas pada proses penyelesaian
masalah yang dilakukan. Berdasarkan lembar
jawabannya subjek SR kelihat bingung menghu-
bungkan informasi yang diketahui untuk mene-
mukan solusi dari masalah yang diberikan, hal
tersebut terlihat dari banyaknya coretan pada lembar
jawaban. Selain itu, proses aljabar yang dilakukan
dalam penyelesaian masalah terdapat banyak
kekeliruan dan tidak disadari oleh subjek SR. Lebih
lanjut, subjek SR tidak melakukan pemeriksaan
kembali pada proses penyelesaian masalahnya,
sebab tidak ada tanda √ diakhir (sesuai instruksi
pada lembar jawaban).
2) Data Hasil Wawancara
Langkah memahami masalah satu oleh subjek
SS ditunjukkan dalam hasil wawancara berikut.
SR01P : Sudah pernah menemukan masalah
seperti ini?
SR01S : Tidak pernah kak.
SR02P : Dari masalah ini bagaimana kamu
memahaminya bisa diceritakan?
SR02S : Kalau masalah ini disuruh menghi-
tung jumlah rumah yang akan
dibangun Pak Rendi.
SR03P : Kalau yang diketahui di soal apa?
SR03S : Sebidang tanah 10.000 m2, luas tipe
A dan luas tipe B.
SR04P : Ok, menurut kamu masih ada infor-
masi lain yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan soal ini, tetapi belum
disebutkan di soal?
SR04S : Tidak ada kak sudah cukup.
SR05P : Kemudian yang ditanyakan?
SR05S : Berapa banyak jumlah tipe A dan
tipe B yang akan dibangun sesuai
kondisi luas tanah dan jumlah rumah
yang akan dibangun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SS pada masalah yang diberikan, diperoleh
informasi memahami masalah sebagai berikut:
a) Subjek SR belum pernah menemukan sebelum-
nya masalah yang diberikan (SR01S).
b) Subjek SR menentukan informasi yang diketahui
dan ditanyakan (SR02S, SR03S dan SR05S).
c) Subjek SR tidak menggunakan informasi lain
untuk memecahkan masalah (SR04S).
Langkah merencanakan Strategi pemecahan
masalah oleh subjek SR ditunjukkan dalam hasil
wawancara berikut.
SR06P : Pemahaman kamu tadi kan ingin
mencari jumlah rumah tipe A dan
tipe B yang akan dibangun, selanjut-
nya, bagaimana ide awal kamu
lakukan untuk menemukan itu?
SR06S : Itu kak, misalkan tipe A sebagai x
dan tipe B sebagai y.
24
SR07P : apanya itu tipe A sebagai x?
SR07S : Tidak tahu kak. Intinya misalkan saja
SR08P : Selanjutnya, ini kamu tulis ada
persamaan x+y=125, dari mana itu?
SR08S : (Berpikir)... dari soal.
SR09P : Bisa ditunjukkan yang kamu mak-
sud?
SR09S : (Berpikir) tidak saya tahu kak yang
mana.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SR pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi merencanakan Strategi pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek SR dapat menyusun strategi pemecahan
masalah belum disertai dengan alasan yang
logis dan jelas (SR06S s.d. SR09S).
b) Subjek SR kesulitan menghubungkan informasi
dalam menyusun strategi (SR07S, SR08S dan
SR09S).
c) Subjek SR merasa belum yakin dengan rencana
yang telah disusun (SR09S).
Langkah melaksanakan strategi pemecahan
masalah pertama oleh subjek SR ditunjukkan dalam
hasil wawancara berikut.
SR10P : Kemudian bagaimana cara kamu
mengerjakannya?
SR10S : cari x dan y dari sini kak (menunjuk
sistem persamaan yang ditulisnya).
SR11P : Bisa dijelaskan alasannya, kenapa x
dan y didapatkan dari sistem persa-
maan itu?
SR11S : Yah karena dari sini bisa dieliminasi
terus dapat x dan y.
SR12P : Kenapa pakai eliminasi?
SR12S : Biasanya begitu sih kak.
SR13P : Sudah yakin dengan jawabanmu?
SR13S : Tidak tahu kak.
SR14P : Kenapa tidak tahu?
SR14S : Iya saya tebak-tebak saja pakai
eliminasi.
SR15P : Kalau ini proses eliminasinya, sudah
yakin?
SR15S : Mungkin kak.
SR16P : Maksudnya mungkin?, coba lihat ini
–y=100 terus diperoleh y=100
SR16S : Jadi, y= -100 kak.
SR17P : Menurut kamu bisa hasilnya negatif?,
coba ingat kembali apa yang
diketahui!
SR17S : Bisa saja kak x dan y diperoleh
negatif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SR pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi melaksanakan strategi pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek SR menjelaskan pelaksanaan strategi
meski belum keseluruhan (SR10S s.d. SR12S,
SR14S dan SR16S).
b) Subjek SR belum mampu menunjukkan
kesesuaian jawaban dengan yang diketahui
(SR16S dan SR17S).
c) Subjek SR merasa belum yakin dengan rencana
yang telah disusun (SR13S dan SR15S).
Langkah memeriksa kembali strategi
pemecahan masalah pertama oleh subjek SR
ditunjukkan dalam hasil wawancara berikut.
SR18P : Jadi, kesimpulan yang ku dapatkan
apa?
SR18S : Y=-100 dan x=225
SR19P : Sudah diperiksa semua langkah-
langkah penyelesaiannya.
SR19S : Belum kak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
SR pada masalah yang diberikan, diperoleh infor-
masi memeriksa kembali pemecahan masalah
berikut:
a) Subjek SR merasa kurang yakin terhadap
jawabannya karena belum diperiksa kembali
(SR19S).
b) Subjek SR tidak menyadari terdapat jawaban
yang belum tepat, sebab maksud soal belum
sepenuhnya dipahami (SR18S).
3) Triangulasi
Memahami masalah
a) Subjek SR belum pernah menemui masalah
yang diberikan sebelumnya. Soal yang dibe-
rikan merupakan masalah yang tidak biasa
ditemukan subjek baik di dalam atau di luar
pembelajaran sehingga bersifat nonrutin bagi
subjek SR.
b) Subjek SR menentukan informasi yang
diketahui dan ditanyakan eski kesulitan dalam
menghubungkan keduanya. Subjek belum
melakukan refleksi informasi secara
keseluruhan sehingga kesulitan menyimpulkan
saat memahami masalah.
c) Subjek SR mengalami kesulitan untuk
menyatakan masalah dengan kalimat sendiri
karena belum bisa menyampaikan hubungan
dari informasi yang diperoleh. Subjek belum
melaakukan pertimbangan untuk menyeleksi
informasi guna dikomunikasikan kembali.
Merencanakan strategi pemecahan masalah
a) Subjek SR menyusun strategi belum disertai
alasan yang logis dan jelas. Subjek belum
melakukan pertimbangan sehingga kurang
memperhatikan alasan saat menyusun strategi.
25
b) Subjek SR masih belum secara spesifik dalam
merencanakan strategi sehingga terdapat bagian
yang belum jelas dan sesuai dengan informasi
yang diperoleh. Subjek belum melakukan
refleksi informasi guna menyusun rencana
sehingga belum dapat menghubungkan
informasi tersebut dengan konsep atau
pengalaman pemecahan masalah sebelumnya.
Melaksanakan strategi pemecahan masalah
a) Subjek SR menjelaskan pelaksanaan strategi
pemecahan masalah meskipun belum disertai
dengan alasan yang jelas. Subjek belum
melakukan pertimbangan menyeluruh terkait
strategi serta informasi yang diperoleh.
b) Subjek SR melaksanakan strategi yang kurang
sesuai dengan yang telah direncanakan. Subjek
belum konsisten dalam melaksanakan strategi
sehingga dalam proses penyelesaiannya terdapat
langkah yang tidak disertai dengan alasan yang
jelas.
c) Subjek SR tidak menyadari adanya jawaban
yang belum tepat atau belum lengkap
dikarenakan kesulitan menyimpulkan jawaban
yang sesuai. Subjek belum melakukan refleksi
terhadap solusi yang diperoleh sehingga
disadari terdapat hal yang masih belum tepat
atau belum lengkap dari jawabannya.
Memeriksa kembali pemecahan masalah
a) Subjek SR belum merasa yakin dengan jawaban
yang diperoleh karena tidak melakukan
pengecekan kembali setelah mengerjakan.
Subjek menjelaskan pelaksanaan strategi meski
belum disertai alasan yang jelas dan belum
menyadari terdapat hal yang belum tepat dalam
jawaban yang diperoleh.
b) Subjek SR merasa tidak yakin dengan
jawabannya sendiri serta mengganti solusi yang
diperoleh. Subjek belum melakukan pengecekan
kembali serta belum konsisten melaksanakan
strategi yang telah direncanakan.
c) Subjek SR belum menunjukikan adanya
alternatif strategi atau solusi pemecahan
masalah. Subjek kesulitan mengembangkan
informasi maupun solusi. Subjek belum
menunjukkan yang masih mungkin
dikembangkan guna mendapatkan alternatif
strategi atau solusi.
4) Analisis
Memahami masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa saat memahami masalah, subjek SR kesulitan
untuk menyatakan kembali masalah dengan kalimat
sendiri karena belum bisa menyampaikan hubungan
dari informasi yang diperoleh. Meskipun demikian
subjek dapat menentukan informasi yang diketahui
dan ditanyakan dari masalah tersebut. Subjek
menyebutkan informasi yang diketahui seperti luas
tanah yang tersedia, dan luas yang dibutuhkan
masing-masing tipe rumah. Namun, subjek SR
kesulitan untuk menentukan hubungan dari
keseluruhan informasi yang diperoleh. Subjek masih
berada pada tahap mengidentifikasi informasi yang
diberikan tetapi belum secara keseluruhan
memahami maksud soal.
Berdasarkan uraian terseut, subjek SR dengan
kemampuan matematika rendah mengidentifikasi
informasi yang diketahui dan ditanyakan, namun
belum bisa menarik kesimpulan. Subjek SR belum
menyelekasi informasi yang diperoleh secara
maksimal guna dikomunikasikan kembali dengan
kalimat sendiri. Selain itu, masalah yang diberikan
bersifat nonrutin bagi subjek sehingga subjek tidak
langsung mengenali atau menyadari maksud dari
soal sehingga terdapat kesulitan dalam memahami.
Meskpun subjek SR masih mengalami
kesulitan dalam menghubungkan informasi yang
diperoleh namun subjek SR mampu mengiden-
tifikasi informasi yang diketahui dan ditanyakan.
Penjelasan subjek SR terkait pemahaman masalah
memang belum lengkap, namun sudah cukup
menggambarkan ketentuan yang diketahui maupun
yang ditanyakan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
subjek SR telah mengindikasikan melakukan
refleksi terhadap apa yang dilakukannya dalam
memahami masalah.
Merencanakan strategi pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa subjek SR menyusun strategi belum secara
spesifik sehingga terdapat bagian yang belum jelas
dan sesuai dengan informasi yang diperoleh. Subjek
SR tidak mengungkapkan keterkaitan jumlah rumah
tipe A dan tipe B yang akan dibangun dengan luas
lahan yang tersedia serta jumlah maksimum rumah
tipe A dan tipe B yang akan dibangun. Akibatnya
subjek hanya mencoba kemungkinan yang terlintas
saja tanpa memiliki pertimbangan yang jelas. Saat
menyusun strategi, subjek SR belum menyertakan
alasan yang logis dan jelas.
Berdasarkan uraian tersebut, subjek SR
dengan kemampuan matematika rendah belum
mampu menyusun strategi karena pemahaman
masalah yang kurang. Subjek belum melakukan
pertimbangan yang matang sehingga penyususnan
strategi tanpa disertai alasan yang jelas. Oleh
karena itu, subejk SR tidak mengindikasikan
melakukan refleksi saat menyusun strategi.
26
Melaksanakan strategi pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa subjek SR melaksanakan strategi yang
kurang sesuai dengan yang telah direncanakan.
Subjek belum konsisten dalam melaksanakan
strategi sehingga dalam proses penyelesaiannya
terdapat langkah yang belum disertai dengan alasan
yang jelas. Akibatnya subjek belum yakin dengan
jawaban yang diperoleh. Subjek belum
menyampaikan alasan yang jelas terkait langkah
penyelesaiannya maupun jawabannya karena subjek
belum melakukan pertimbangan yang matang dalam
mengambil keputusan.
Selain itu, subjek SR juga belum melakukan
pengecekan kembali secara menyeluruh sehingga
pelaksanaan strategi belum konsisten dilakukan
sesuai yang direncanakan. Subjek SR belum
menunjukkan refleksi terhadap langkah pemecahan
masalah yang dilakukan karena terdapat bagian dari
proses pelaksanaan maupun jawaban yang belum
disertai alasan yang mendukung. Subjek masih
terkesan ragu karena masih diyakini solusi yang
diberikannya keliru. Oleh karena itu, subjek SR
tidak menunjukkan proses berpikir reflektif saat
melaksanakan strategi.
Memeriksa kembali pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa subjek SR merasa belum yakin dengan
jawaban yang diperoleh karena tidak melakukan
pemeriksaan kembali setelah mengerjakan. Subjek
menjelaskan pelaksanaan strategi yang belum
disertai alasan yang jelas dan tidak menyadari
terdapat hal yang belum tepat. Selain itu, karena
subjek SR merasa belum yakin dengan jawabannya
sehingga subjek menghapus beberapa solusi lain
yang diperoleh. Pelaksanakan strategi oleh subjek
belum secara konsisten dilakukan sesuai yang
direncanakan. Dengan kata lain, subjek SR belum
menunjukkan pelaksanaan refleksi terhadap langkah
pemecahan masalah karena banyak bagian dari
proses pelaksanaan maupun jawaban subjek yang
belum disertai alasan yang mendukung serta
terkesan ragu-ragu. Subjek hanya berpendapat
masih dapat menemukan jawaban lain meski belum
dilaksanakan.
Selain itu, subjek SR juga belum menun-
jukkan adanya alternatif yang dihadapi strategi
subjek atau solusi dalam pemecahan mengem-
bangkan masalah informasi karena kesulitan
maupun hasil pemecahan masalah. Subjek belum
menunjukkan hubungan yang masih mungkin
dikembangkan guna memperoleh alternatif strategi
atau solusi. Oleh karena itu, subjek SR tidak
menunjukkan proses berpikir reflektif saat
memeriksa kembali.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Siswa kelas X MIA 5 SMAN 10 makassar
dengan kemampuan awal matematika tinggi
menunjukkan proses berpikir reflektif pada
empat langkah pemecahan masalah menurut
polya dalam masalah matematika nonrutin
yaitu: 1) langkah memahami masalah: menya-
takan kembali masalah dengan kalimat sendiri,
mengidentifikasi informasi atau ketentuan yang
diketahui dan yang ditanyakan, dan menghu-
bungkan informasi tersebut untuk memahami
situasi, 2) langkah merencanakan strategi:
menghubungkan informasi yang diketahui dan
ditanyakan, menunjukkan pertimbangan yang
jelas terkait strategi yang disusun, serta
meyakininya guna mendapatkan solusi peme-
cahan masalah, 3) langkah melaksanakan stra-
tegi, menyampaikan pelaksanaan strategi de-
ngan jelas dan sesuai yang direncanakan,
menunjukkan pertimbangan yang baik terkait
langkah penyelesaian seperti penggunaan kon-
sep atau komputasi yang disertai alasan yang
jelas, menyadari kesalahan dan memperbai-
kinya, serta meyakini kebenaran solusi peme-
cahan masalah yang diperoleh, dan 4) langkah
memeriksa kembali, memeriksa kembali
langkah-langkah penyelesaian serta jawaban
yang diperoleh, memeriksa kesesuaian antara
solusi dengan informasi atau ketentuan yang
diketahui, memperbaiki kesalahan yang
dilakukan, serta menyampaikan alternatif
strategi maupun solusi pemecahan masalah.
b. Siswa kelas X MIA 5 SMAN 10 Makassar
dengan kemampuan awal matematika sedang
menunjukkan proses berpikir reflektif pada tiga
langkah pemecahan masalah menurut Polya
dalam masalah matematika nonrutin, yaitu: 1)
langkah memahami masalah, menyatakan kem-
bali masalah dengan kalimat sendiri, mengiden-
tifikasi informasi atau ketentuan yang diketahui
dan ditanyakan, dan menghubungkan informasi
tersebut untuk memahami situasi, 2) langkah
merencanakan strategi, menghubungkan infor-
masi yang diketahui dan ditanyakan serta
menunjukkan pertimbangan yang jelas terkait
strategi yang disusun, 3) langkah melaksanakan
strategi, menyampaikan pelaksanaan strategi
dengan jelas dan sesuai yang direncanakan serta
menyadari kesalahan dan memperbaikinya, dan
27
4) langkah memeriksa kembali tidak menun-
jukkan proses berpikir reflektif.
c. Siswa kelas X MIA 5 SMAN 10 Makassar
dengan kemampuan awal matematika rendah
hanya menunjukkan proses berpikir reflektif
pada satu langkah pemecahan masalah menurut
Polya dalam masalah matematika non rutin
yang diberikan, yaitu langkah memahami
masalah dengan menyatakan kembali masalah
dengan kalimat sendiri serta mengidentifikasi
informasi atau ketentuan yang diketahui dan
ditanyakan.
6. REFERENSI
Budhayanti, Clara Ika Sari, Josef Tjahjo Baskoro,
Edy Ambar Roostanto dan Bitman Simanu-
llang. 2008. Bahan Ajar Cetak, Pemecahan
Masalah Matematika. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Dapartemen Pendidikan
nasional.
Budiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian.
Surakarta: UNS Press.
Dewey, John. 1910. ―How We Think‖. Boston: D.C.
Heath & Co.; selections from Part One, “The
Problem of Training Thought,”spelling and
grammar modestly modernized, (Online),
(http://rci.rutgers.edu/~tripmcc/phil/dewey-hwt
-pt1-selections.pdf, diakses 6 November 2016).
Gurol. Aysun. 2011. Determining the reflective
thinking skills of pre-service teachers in
learning and teaching process. Energy
Education Science and Technology Part B:
Social and Educational Studies, (Online),
Vol.3, No.3, (http://www.yarbis1.yildiz.edu,
diakses 29 Oktober 2016).
Lutfiananda, Immas Metika Alfa. 2016. Analisis
Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika Non Rutin
di Kelas VIII SMP Islamic International
School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM)
Magetan Ditinjau dari Kemampuan Awal.
Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: PPs
Universitas Sebelas Maret.
Marchis, I. 2012. ―Non-Routine Problems in
Primary Mathematics Workbooks from Roma-
nia‖. Acta Didactica Napocensia, (Online),
Vol.5, No.3, (http://dppd.ubbcluj.ro , diakses 5
November 2016).
Masamah, Ulfa, Imam Sujadi dan Riyadi. 2015.
Proses Berpikir Reflektif Siswa Kelas X MAN
Ngawi dalam Pemecahan Masalah Berdasarkan
Langkah Krulik dan Rudnick Ditinjau dari
Kemampuan Awal Matematika. JMEE, (Onli-
ne), Vol.5, No.1 (https://eprints.uns.ac.id, diak-
ses 4 November 2016).
Musdhalifah, Umi, Sutinah dan Ika Kurniasari.
2013. Analisis Kesalahan Siswa Kelas VII
dalam Memecahkan Masalah Non Rutin yang
Terkait Dengan Bilangan Bulat Berdasarkan
Tingkat Kemampuan Matematika di SMPN 31
Surabaya. Universitas Negeri Surabaya,
(Online), (http://ejournal.unesa.ac.id/article/62
82/30/article.pdf, diakses 6 November 2016).
Nasriadi, Ahmad. 2016. Berpikir Reflektif Siswa
dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif. Prodi
Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa
Getsempena, (Online), Vol.3, No.1, (http://
numeracy.stkipgetsempena.ac.id, diakses 17
Oktober 2016).
Nindiasari, Hepsi, Yaya Kusumah, Utari Sumarmo
dan Jozua Subandar. 2014. Pendekatan
Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemam-
puan Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMA.
Edusentris Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pengajaran, (Online), Vol.1, No.1 (http://ejour
nal.sps.upi.edu, diakses 4 November 2016).
Nindiasari. 2011. Pengembangan Bahan Ajar dan
Instrumen untuk Meningkatkan Berpikir
Reflektif Matematis Berbasis Pendekatan
Metakognitif pada Siswa Sekolah Menengah
Atas (SMA). Makalah dipresentasikan dalam
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, (Online), (http://eprints.uny.ac.id7
3781p-23.pdf, diakses 6 November 20016).
Noer, Sri Hastuti. 2008. Problem-Based Learning
dan Kemampuan Berpikir Reflektif dalam
Pembelajaran Matematika. Semnas Matematika
dan Pendidikan Matematika, (Online), (http://
eprints.uny.ac.id , diakses 17 Oktober 2016).
Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014.
Ratnawati, Heri. 2009. Pengaruh kemampuan Awal
dan Kemampuan Berpkir Logis/Penalaran
terhadap Kemampuan Matematika (Studi
Komparasi Sensitivitas Program Lisrel 8.51
dan Amos 6.0). Makalah, (Online), (http://
staff.uny.ac.id, diakses 5 November 2016).
Sabandar, Jozua. 2009. Berpikir Reflektif dalam
pembelajaran Matematika. Prodi Pendidikan
Matematika Sekolah Pascasarjana UPI,
28
(Online), (http://file.upi.edu, diakses 31 Agus-
tus 2016).
Suandito, Billy, Darmawijoyo dan Purwoko. 2009.
Pengembangan Soal Matematika Non Rutin di
SMA Xaverius 4 Palembang. Jurnal Pendi-
dikan Matematika, (Online), Vol.3, No.2,
(http://ejournal.unsri.ac.id, diakses 17 Oktober
2016).
Suharna, Hery, Toto Nusantara, Subanji dan Santi
Irawati. 2013. Berpikir Reflektif Mahasiswa
dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.
KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia,
(Online), Vol.1, No.1 (http://fmipa.um.ac.id,
diakses 31 Agustus 2016).
Suharna, Hery. 2012. Berpkir Reflektif (Reflective
Thinking) Siswa SD Berkemampuan Mate-
matika Tinggi dalam Pemahaman Masalah
Pecahan. Makalah Dipresentasikan dalam
Seminar Nasional matematika dan Pendidikan
Matematika. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Suwasti, Petra. 2016. Aktivitas Metakognisis Siswa
SMA dalam Memecahkan Masalah Program
Linear Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif-
Implusif dan Jenis Kelamin. Tesis tidak
diterbitkan. Surakarta: PPs Universitas Sebelas
Maret.
Tisngati, Urip. 2015. Proses Berpikir Reflektif
Mahasiswa dalam Pemecahan Masalah pada
Materi Himpunan Ditinjau dari Gaya Kognitif
Berdasarkan Langkah Polya. Jurnal Pendidi-
kan Matematika, (Online), Vol.8, No.2, (http://
ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/beta, diak-
ses 17 Oktober 2016).
Turmudi. 2009. Pemecahan Masalah Matematika.
Materi Disampaikan dalam Rangka Pengem-
bangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
di IAIN Arraniri Banda Aceh, (Online), (http://
file.upi.edu, diakses 7 November 2016).
Wahyudi dan Inawati Budiono. 2012. Pemecahan
Masalah Matematika. Salatiga: Widya Sari
Press.
Wardhani, Sri, Sapon Suryo Purnomo dan Endah
Wahyuningsih. 2010. Modul Matematika SD
Program Bermutu, Pembelajaran Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika di SD. Yog-
yakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Pusat Pengem-
bangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.
Zhu, Zheng. 2007. ―Gender Differencen in Mathe-
matical Problem Solving, Patterns: A Review
of Literature. International Education Jurnal,
(Online), Vol.8, No.2, (http://iej.com.au,
diakses 7 November 2016).
7. LAMPIRAN
Hasil perhitungan data deskriptif nilai ulangan
harian siswa kelas X MIA 5 SMAN 10 Makassar
menggunakan Microsoft Excel, sebagai berikut:
X MIA 5
Mean 76,97368
Standard Error 1,803461
Median 78
Mode 78
Standard Deviation 11,11728
Sample Variance 123,5939
Kurtosis -0,81799
Skewness -0,30471
Range 42
Minimum 53
Maximum 95
Sum 2925
Count 38
Dokumentasi