Transcript
Page 1: Preskas saraf dopller kranial

STATUS PASIEN RUANGAN

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Zulkarnaini

Umur : 30 tahun

Alamat : Ulhee Kareng

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pekerjaan : PNS

Tanggal pemeriksaan : 30 Maret 2012

II. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Nyeri Pinggang

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Penderita datang dengan keluhan utama nyeri pada pinggang yang

dirasakan memberat selama beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit.

Nyeri pinggang tersebut diakui pasien sudah dialaminya selama 10 tahun

terakhir sejak tahun 2001. Nyeri terasa terasa tumpul atau pegal, hilang

timbul terutama bila bekerja mengangkat barang berat serta banyak berjalan

dan hanya terbatas pada pinggang bagian bawah saja. Sebelumnya pasien

mengaku pernah jatuh di kamar mandi dan dibawa ke panti pijat untuk diurut.

Namun, pasien tidak merasakan adanya perbaikan pada sakitnya. Jenis obat

yang diminum tidak diketahui. Demam (-), batuk-batuk (-), penurunan berat

badan (-).

Pekerjaan penderita sekarang pegawai negeri tapi penderita juga pernah ber

profesi sebagai atlit karate selama 12 tahun yang lalu.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Disangkal

1

Page 2: Preskas saraf dopller kranial

III. PEMERIKSAAN FISIK

- Kesadaran : Compos Mentis

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

- Nadi : 76 x/ menit, reguler

- Pernafasan : 20 x / menit

- Suhu : Afebris

IV. STATUS INTERNUS

a. Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : Cepat kembali

Sianosis : (-)

Ikterus : (-)

Oedema : (-)

Anemia : (-)

b. Kepala

Rambut : Hitam, sukar dicabut

Wajah : Simetris, edema (-), deformitas(-).

Mata : Conjunctiva pucat (-/-), ikterik (-/-), refleks

cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung

(+/+)

pupil isokor 3 mm / 3 mm, diplopia (-)

Telinga : Serumen (-/-)

Hidung : Sekret (-/-)

Mulut

Bibir : Bibir pucat (-), mucosa basah (+), sianosis (-)

Lidah : Tremor (-), hiperemis (-)

Tonsil : Hiperemis (-/-)

Faring : Hiperemis (-)

c. Leher

Inspeksi : Simetris

Palpasi : JVP (N) R-2 cm H2O. Pembesaran KGB (-

2

Page 3: Preskas saraf dopller kranial

d. Thorax

Inspeksi

Statis : kesan normal

Dinamis : kesan normal

Axilla : Pembesaran KGB (-)

Palpasi :

Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Normal Normal

Lapangan Paru Tengah Normal Normal

Lapangan Paru Bawah Normal Normal

Perkusi :

Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Sonor Sonor

Lapangan Paru Tengah Sonor Sonor

Lapangan Paru Bawah Sonor Sonor

Auskultasi :

Suara Nafas Pokok Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Vesikuler Vesikuler

Lapangan Paru Tengah Vesikuler Vesikuler

Lapangan Paru Bawah Vesikuler Vesikuler

Suara Nafas Tambahan Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Lapangan Paru Tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Lapangan Paru Bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Thorak Belakang

- Inspeksi : Kesan normal

Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri

3

Page 4: Preskas saraf dopller kranial

Lapangan Paru Atas Normal Normal

Lapangan Paru Tengah Normal Normal

Lapangan Paru Bawah Normal Normal

Perkusi :

Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Sonor Sonor

Lapangan Paru Tengah Sonor Sonor

Lapangan Paru Bawah Sonor Sonor

Auskultasi

Suara Nafas Pokok Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Vesikuler Vesikuler

Lapangan Paru Tengah Vesikuler Vesikuler

Lapangan Paru Bawah Vesikuler Vesikuler

Suara Nafas Tambahan Paru Kanan Paru Kiri

Lapangan Paru Atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Lapangan Paru Tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Lapangan Paru Bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis di ICS V 1 jari di dalam LMCS.

Perkusi :

Atas : Sela iga III

Kiri : Linea Mid Clavikula Sinistra

Kanan : Linea Para Sternal Dextra

Auskultasi : BJ I > Bj II, regular, bising (-)

e. Abdomen

Inspeksi : Simetris, distensi (-), tumor (-), vena collateral (-)

4

Page 5: Preskas saraf dopller kranial

Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-)

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Ginjal : Ballotement (-)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : Peristaltik usus normal

f. Genitalia : Tidak diperiksa

g. Anus : Tidak diperiksa

h. Tulang Belakang : Kesan normal

i. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)

j. Ekstremitas :

Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianosis - - - -

Oedema - - - -

Fraktur

-

-

- - - -

V. STATUS NEUROLOGIS

A. G C S : E4 M6 V5 = 15

Pupil : isokor 3 mm / 3 mm

Reflek Cahaya Langsung : +/+

Reflek Cahaya Tidak Langsung : +/+

Tanda Rangsang Meningeal

- Laseque : (-)

5

Page 6: Preskas saraf dopller kranial

- Tanda Laseque kontralateral : (-)

- Tanda Laseque terbalik : (-)

- Neri’s sign : (-)

B. Nervi Craniales

Kelompok Optik Kanan Kiri

Nervus II (visual) :

Visus Kesan Normal Kesan Normal

Lapangan Pandang Kesan Normal Kesan Normal

Melihat Warna Kesan Normal Kesan Normal

Nervus III (otonom) :

Ukuran Pupil 3 mm 3 mm

Bentuk Pupil Bulat Bulat

Reflek Cahaya Langsung + +

Reflek Cahaya Tidak Langsung + +

Nistagmus (-) (-)

Strabismus (-) (-)

Nervus III, IV, VI (gerakan okuler)

Pergerakan bola mata :

Lateral dbn dbn

Atas dbn dbn

Bawah dbn dbn

Medial dbn dbn

Diplopia - -

Kelompok Motorik

Nervus V ( fungsi motorik)

Membuka mulut : dalam batas normal

Menggigit dan mengunyah : dalam batas normal

Nervus VII (fungsi motorik)

Mengerutkan dahi : dalam batas normal

Menutup mata : dalam batas normal

Menggembungkan pipi : dalam batas normal

Memperlihatkan gigi : dalam batas normal

6

Page 7: Preskas saraf dopller kranial

Sudut bibir : dalam batas normal

Nervus IX & X (fungsi motorik)

Bicara : dalam batas normal

Reflek menelan : dalam batas normal

Nervus XI (fungsi motorik)

Mengangkat bahu : dalam batas normal

Memutar kepala : dalam batas normal

Nervus XII (fungsi motorik)

Artikulasi lingualis : dalam batas normal

Menjulurkan lidah : dalam batas normal

Kelompok Sensoris

Nervus I (fungsi penciuman) : Kesan normal

Nervus V (fungsi sensasi wajah) : Kesan normal

Nervus VII (fungsi pengecapan) : Kesan normal

Nervus VIII (fungsi pendengaran) : Kesan normal

C. Badan

Motorik

Gerakan respirasi : Abdominothoracal

Bentuk columna vertebralis : Dalam batas normal

Gerakan columna vertebralis : Simetris

Sensibilitas

Rasa suhu : Dalam batas normal

Rasa nyeri : Dalam batas normal

Rasa raba : Dalam batas normal

D. Anggota Gerak Atas

Motorik

Pergerakan : normal/normal

Kekuatan : sdn/sdn

Tonus : dalam batas normal

Atrofi : -/-

Refleks

7

Page 8: Preskas saraf dopller kranial

Biceps : +/+

Triceps : +/+

E. Anggota Gerak Bawah

Motorik

Pergerakan : normal /normal

Kekuatan : 5555 5555

5555 5555

Tonus : dalam batas normal

Atrofi : -/-

Jalan jinjit : dbn

Jalan dengan tumit : dbn

Refleks

Patella : +/+

Achilles : +/+

Babinski : -/-

Chaddok : -/-

Schaeffer : -/-

Gordon : -/-

Oppenheim : -/-

Klonus

Paha : -/-

Kaki : -/-

Tanda Laseque : (-)

Tanda Laseque kontralateral : (-)

Tanda Laseque terbalik : (-)

Neri’s sign : (-)

Sensibilitas

Rasa suhu : dbn

Rasa nyeri : dbn

Rasa raba : dbn

F. Gerakan Abnormal : (-)

8

Page 9: Preskas saraf dopller kranial

G. Fungsi Vegetatif

Miksi : Inkontinensia Urin (-)

Defekasi : Inkontinensia Alvi (-)

H. Koordinasi, Cara Berjalan dan Keseimbangan

Koordinasi : dalam batas normal

Cara berjalan : dalam batas normal

Keseimbangan : dalam batas normal

A. Fungsi Luhur

Memori : dalam batas normal

Fungsi bahasa : dalam batas normal

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

MRI : Kesan Herniasi Nukleus Pulposus L4-5

VII. RESUME

Tn.Z, seorang laki-laki usia 30 tahun bersuku Aceh datang dengan

keluhan utama nyeri pinggang yang dirasakan memberat selama beberapa

minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri pinggang tersebut diakui pasien

sudah dialaminya selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2001. Nyeri terasa

tumpul atau pegal, hilang timbul terutama bila bekerja mengangkat barang

berat serta banyak berjalan dan hanya terbatas pada pinggang bagian bawah

saja. Sebelumnya pasien mengaku pernah jatuh di kamar mandi dan dibawa

ke panti pijat untuk diurut. Namun, penderita tidak merasakan adanya

perbaikan pada sakitnya. Penderita tidak mengkonsumsi obat untuk mengatasi

rasa nyerinya. Demam (-), batuk-batuk (-), penurunan berat badan (-).

Riwayat penyakit dahulu disangkal. Riwayat penyakit keluarga disangkal.

Pada pemeriksaan umum didapatkan kesadaran composmentis , TD : 130/80

mmHg, frekuensi nadi : 76 x/menit, frekuensi napas : 20 x/menit, suhu :

afebris, keadaan umum : baik, mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

ikterik, jantung : bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal, murmur (-),

gallop (-). Paru : vesikular, rh -/-, wh -/-. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan

(-), defans (-), bising usus (+) normal, ekstremitas : akral hangat, perfusi

9

Page 10: Preskas saraf dopller kranial

perifer baik. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan GCS : E4M6V5, TRM :

kaku kuduk (-); Nn. Craniales : pupil bulat isokor Æ 3 mm/3 mm, RCL +/+,

RCTL +/+, Motorik : ektremitas atas 5555 /5555; ektremitas bawah

5555 /5555, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, sensorik: normal,

fungsi otonom baik.

DiagnosisKlinis : Low Back Pain Topis : Lumbal4-5

Patologis : TraumatikEtiologi : Herniasi Nukleus Pulposus (HNP)

Pemeriksaan Penunjang

MRI : Kesan Hernia Nukleus Pulposus

10

Page 11: Preskas saraf dopller kranial

11

Page 12: Preskas saraf dopller kranial

12

Page 13: Preskas saraf dopller kranial

Penatalaksanaan :Gabexal 2 x 300 mgSohobion 2 x 1

Selama kunjungan ke Poli Saraf pasien difollow up sebagai berikut :

Tanggal

(hari

perawatan

ke-)

Subjektif Pemeriksaan

fisik

Terapi Pemeriksaan

penunjang

1 Desember

2010

Nyeri

Pinggang

Composmentis,

TD : 140/90

mmHg , FN :

78x/mnt, FP :

18 x/mnt, T:

Meloxicam 2x1

Lansoprazole 1x1

MRI

13

Page 14: Preskas saraf dopller kranial

36,5oC, GCS:

E4M6V5,

TRM: Lasegue

>700/>700,

Tanda Laseque

kontralateral (-)

Tanda Laseque

terbalik (-)

Neri’s sign (-)

Nn. Craniales :

pupil bulat

isokor Æ 3

mm/3 mm, RCL

+/+, RCTL +/+,

Motorik :

ekstremitas atas

5555/5555,

ektremitas

bawah

5555/5555 ,

Refleks

fisiologis : +/+,

Refleks

patologis -/-,

sensorik :

normal, fungsi

otonom :

normal.

8 Desember

2010

Kontrol

Ulang, Nyeri

Pinggang

Composmentis,

TD : 130/90

mmHg , FN :

Amitriptilin

1x2,5 mg

Sohobion 1x1

Hasil MRI,

Kesan: HNP

L4-5

14

Page 15: Preskas saraf dopller kranial

80x/mnt, FP :

18 x/mnt, T:

36,5oC, GCS:

E4M6V5,

TRM: Lasegue

>700/>700,

Tanda Laseque

kontralateral (-)

Tanda Laseque

terbalik (-),

Neri’s sign (-)

Nn. Craniales :

pupil bulat

isokor Æ 3

mm/3 mm, RCL

+/+, RCTL +/+,

Motorik:

ekstremitas atas

5555/5555,

ektremitas

bawah

5555/5555,

Refleks

fisiologis : +/+,

Refleks

patologis -/-,

sensorik :

normal, fungsi

otonom normal.

8 Februari

2012

Kontrol

Ulang, Nyeri

Pinggang

Composmentis,

TD : 130/90

mmHg , FN :

Metylprednisolon

2x1

Lansoprazole 1x1

15

Page 16: Preskas saraf dopller kranial

86x/mnt, FP :

18 x/mnt, T:

36,5oC, GCS:

E4M6V5,

TRM: Lasegue

>700/>700,

Tanda Laseque

kontralateral (-)

Tanda Laseque

terbalik: (-),

Neri’s sign (-).

Nn. Craniales :

pupil bulat

isokor Æ 3

mm/3 mm, RCL

+/+, RCTL +/+,

Motorik :

ekstremitas atas

5555/5555,

ektremitas

bawah

5555/5555 ,

Refleks

fisiologis : +/+,

Refleks

patologis -/-,

sensorik :

normal, fungsi

otonom normal.

Sohobion 1x1

Planning :

Fisioterapi

22 Februari

2012

Kontrol

ulang, Nyeri

Pinggang

Composmentis,

TD : 130/90

mmHg , FN :

Metylprednisolon

2x1

Lansoprazole 1x1

16

Page 17: Preskas saraf dopller kranial

86x/mnt, FP :

18 x/mnt, T:

36,5oC, GCS:

E4M6V5,

TRM: Lasegue

>700/>700,

Tanda Laseque

kontralateral (-)

Tanda Laseque

terbalik (-),

Neri’s Sign (-)

Nn. Craniales :

pupil bulat

isokor Æ 3

mm/3 mm, RCL

+/+, RCTL +/+,

Motorik :

ekstremitas atas

5555/5555,

ektremitas

bawah

5555/5555 ,

Refleks

fisiologis : +/+,

Refleks

patologis -/-,

sensorik :

normal, fungsi

otonom normal.

Sohobion 1x1

Planning:

Fisioterapi

1 Maret

2012

Kelemahan

anggota

gerak

Composmentis,

TD : 140/90

mmHg , FN :

Amitriptilin ¼

tablet (malam)

Fitbon 1x1

17

Page 18: Preskas saraf dopller kranial

berkurang 78x/mnt, FP :

18 x/mnt, T:

36,5oC, GCS:

E4M6V5,

TRM: Laseque

>700/>700,

Tanda Laseque

kontralateral (-)

Tanda Laseque

terbalik (-),

Neri’s sign (-).

Nn. Craniales :

pupil bulat

isokor Æ 3

mm/3 mm, RCL

+/+, RCTL +/+,

Motorik :

ekstremitas atas

5555/5555,

ektremitas

bawah

5555/5555 ,

Refleks

fisiologis : +/+,

Refleks

patologis -/-,

sensorik :

normal, fungsi

otonom normal.

21 Maret

2012

Kontrol

Ulang, nyeri

pinggang

Composmentis,

TD : 140/90

mmHg , FN :

Gabexal 2 x

300mg

Sohobion 1x1

18

Page 19: Preskas saraf dopller kranial

78x/mnt, FP :

18 x/mnt, T:

36,5oC, GCS:

E4M6V5,

TRM: Lasegue

>700/>700,

Tanda Laseque

kontralateral (-)

Tanda Laseque

terbalik (-),

Neri’s sign (-).

Nn. Craniales :

pupil bulat

isokor Æ 3

mm/3 mm, RCL

+/+, RCTL +/+,

Motorik :

ekstremitas atas

5555/5555,

ektremitas

bawah

5555/5555 ,

Refleks

fisiologis : +/+,

Refleks

patologis -/-,

sensorik :

normal, fungsi

otonom normal.

Prognosa :

Quo ad vitam : dubia ad bonam

19

Page 20: Preskas saraf dopller kranial

Quo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanactionam : dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

20

Page 21: Preskas saraf dopller kranial

2.1 Definisi

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat

merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa

diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau

lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.

LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.1

2.2 Insidensi

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini

selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point

prevalencerata-rata 30%.  Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling

sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk  dengan usia <45 tahun, urutan ke 2

untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di

rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.2

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun

diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah

menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.

Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar

antara 3-17%.1

2.3 Etiologi

Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:

1.      Diskogenik (sindroma spinal radikuler).

2.      Non-diskogenik

1.      Diskogenik

Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang

merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu

protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan

kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal

dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul

proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai

dekade ke tiga, gel dari  nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan

21

Page 22: Preskas saraf dopller kranial

menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari

anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul

kecil  yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang

menerima suplai darah dari ruang epidural.  Pada trauma yang berulang

menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial.

Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan,  yang

menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan

secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari

anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan  iritasi ataupun kompresi

akar saraf.3

2.   Non-diskogenik

Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik

saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma,

infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam

perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi

pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).4

2.4 Faktor Resiko

Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,

masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok,  skoliosis mayor

(kurvatura  >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan

pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri

berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,

menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. 1,5

2.5 Diagnosa

A. Anamnesis

Harus dilakukan anamnesis yang teliti yang biasanya nantinya akan dilengkapi

oleh pemeriksaan fisik, disertai pemeriksaan radiologis dan elektrodiagnosis.

Nyeri  pinggang bawah  dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:6

1.   Nyeri pinggang lokal

22

Page 23: Preskas saraf dopller kranial

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan

radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di

bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

2.   Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom

yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai

hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh

proses desak ruang pada foramen  vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

3.   Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada

dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat

dirasakan di bagian lebih superfisial.

4.   Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam

ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

5.   Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang

dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat

disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka

komunis.

6.   Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan

dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan

intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.

Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20%

menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi.

Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan

adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.

Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala

merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.

B. Pemeriksaan Fisik

23

Page 24: Preskas saraf dopller kranial

1. Inspeksi

Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan

menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.

Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat

nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta  adanya

skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh

spasme otot paravertebral.

Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

Ekstensi ke belakang (back extension)  seringkali menyebabkan nyeri pada

tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,

karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga

menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada

tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi

diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal

tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di

sebelahnya (jackhammer effect).

Lokasi dari HNP  biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke

depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang

meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada

sisi yang sama.

Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan

kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak

patognomonik.

2. Palpasi

Pemeriksaan motoris

Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk

menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan

miotom yang mempersarafinya.

Pemeriksaan sensorik

24

Page 25: Preskas saraf dopller kranial

Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian

dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam

membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan

sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding

motoris.5

Tanda-tanda perangsangan meningeal

Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya

ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque

dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900  lalu

dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan

menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri

akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan

mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising).

Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila

menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan  nyeri pada

tungkai kontra lateral merupakan tanda  kemungkinan herniasi diskus.3

Tanda Neri (Neri’s sign) : bisa ditimbulkan bila pasien membungkuk ke

depan dan dikatakan positif bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi yang terkena.

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah

(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal. 

2. Pungsi Lumbal (LP) :

LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan

terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat

albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.

3. Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang

dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan

degeneratif,  dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-

25

Page 26: Preskas saraf dopller kranial

kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan

suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif  bila vertebra dan level neurologis

telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan

lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang

menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi

terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.

MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan

menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah

ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang

paling terkena.

MRI  sangat berguna bila:

vertebra dan level neurologis belum jelas

kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

untuk menentukan  kemungkinan herniasi diskus post operasi

kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.

Elektromiografi (EMG) adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif. Dalam

bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat

berguna pada diagnosis sindroma radiks.

Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :

·         Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks

·         Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer

·         Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks

2.6 Penatalaksanaan

Konservatif

Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan

melakukan restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan yang jelas tentang

perjalanan penyakitnya, tes-tes diagnostik, cara-cara pencegahan, peran pembedahan

sehingga pasien dapat menilai keadaan dirinya dan mengerti tindakan yang diambil

oleh dokter dengan konsekuensi dari terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum

penderita diberikan informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah

26

Page 27: Preskas saraf dopller kranial

baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri

yaitu dengan analgetika.  Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk

tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering obat yang sesuai untuk penanganan

dimulai dengan asetaminofen dan/ataunonsteroidal anti-inflammatory

drug (NSAID). Untuk LBP akut secara fakta didapatkan bahwa tidak

terdapat  NSAID spesifik yang lebih efektif terhadap yang lainnya.8 Medikasi lain

yang dapat diberikan sebagai tambahan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik,

dan antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.

Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung dari stadium

dampak dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:9

§         Stadium impairment; fisioterapi

§         Stadium disabilitas; latihan penguatan otot

§         Stadium handicap; analisa sifat pekerjaan dan diikuti penyesuaian cara

bekerja/alih pekerjaan.

Modalitas yang dapat diberikan pada HNP seperti:

-          Traksi lumbal

-          Terapi termal (panas dan dingin)

-          Hidroterapi

-          Masase

-          TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulaton)

-          Latihan

-          Korset (Back braces/Corset)

Operatif

Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa: 7

Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri

berat/intractable/ menetap/ progresif.

Defisit neurologik memburuk

Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak

berhasil.

Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik

dan radiologik.

27

Page 28: Preskas saraf dopller kranial

 2.7 Prognosis

Menurut Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi

penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri

pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial.  Sebagian besar pasien sembuh

secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6

minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat

lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita

nyeri pinggang bawah dengan iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding

dengan tanpa iskialgia.2 Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan

secara signifikan pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun

kedua kelompok baik dioperasi maupun tidak, pada observasi  tahun ke 4-10 terlihat

perbaikan yang ada tidak berbeda secara signifikan.3

28

Page 29: Preskas saraf dopller kranial

DAFTAR PUSTAKA

1.  Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,

patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba

JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.

2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet

1999; 354:581-5.

3. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited

March 2012) Available from:

URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .

4. Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit

pinggang. In: Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka

universitas, 1980: 64-75.

5. Feske SK, Greenberg SA. Degenerative and compressive structural disorders.

In: Textbook of Clinical Neurology. 2nd Ed., Ed. Goetz CG. Philadelphia:

Saunders 2003; 583-600.

6. Rumawas RT.   Nyeri pinggang bawah (Pandangan umum). Kumpulan

makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia

(PERDOSSI). Palembang, 8-12 Desember 1996.

7. Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Anggraini H. Penuntun praktis

penanganan nyeri neuropatik. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI  2000.

8. Cohen RI, Chopra P, Uphshur C. Low back pain, part 2: Guide to

conservative, medical, and procedural therapies. Geriatrics 2001; 11: 38-47.

9. Widjaja S. Aspek rehabilitasi low back pain. Kumpulan makalah lengkap

Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI).

Palembang, 8-12 Desember 1996.

29