PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK UTAMA DALAM KELUARGA MENURUT
PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Oleh
MARIATUN KIBITIA NIM. 15.1.13.1.2.02
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK UTAMA DALAM KELUARGA
MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
MARIATUN KIBITIA NIM. 15.1.13.1.2.02
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
i
Motto:
ر ش ه ف ع أ فص ه ٰ ه ع ه ته أ ه ح س ْ ر ص ص ِ
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman: 14)1
1Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al – Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta:PT Listakwarta Putra, 2003) h.1079
ii
Persembahan:
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Untuk sang Maha dari segala maha Allah SWT yang tiada henti-hentinya melimpahkan rahmat dan karunianya serta nikmat yang begitu luar biasa.
2. Kedua orang tuaku, ayahku tercinta Syarif Nurullah dan almarhumah ibuku Jubaidah, yang selalu melimpahkan kasih dan sayangnya dan tiada henti-hentinya selalu memanjatkan do‘a untuk anak-anaknya.
3. Untuk kakak-kakakku Ifan hud, Judarthadan Mutma‘innah serta kakak iparku aprilia verlita dan alam sukma ria akbar yang selalu ada dikala sedih atau bahagia, serta selalu mendukung dan memberikan motivasi terhadapku.
4. Selanjutnya untuk sepupuku Dewi sartika yang telah banyak membantu dan mendukung diriku dikala jauh dari keluarga.
5. Untuk sahabat-sahabatku Haninaturrahmah, Nurmiati, Haerunisa dan Rita Nur Fitriana, yang selalu mengerti, memahami, mendukung dan membantuku.
6. Terakhir untuk Almamaterku tercinta.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan segala
bentuk kasih sayangnya, sehingga peneliti dapat menyelsaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan manusia
tentang arti kebijakan dan keluhuran dengan selalu berbuat jujur dalam segala bentuk apapun.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah membantu membimbing dan mengarahkan dalam
menyelsaikan skripsi ini. Penulis tujukan kepada yang terhormant :
1. Dr. H. Maimun, M.Pd selaku pembimbing pertama dan Dr. Abdul Fattah, M.Fil.I
selaku pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini.
2. Bapak dan Ibu Dosen beserta Civitas Akademika UIN Mataram yang telah banyak
memberikan bantuan dan Ilmu Pengetahuan selama berada di bangku kuliah.
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pdselaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Dr.
Saparudin, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Dr. H.Mutawalli, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram.
5. Ayahanda, Ibunda dan beserta saudara-saudariku tersayang yang telah memberikan dukungan
dan do‘a dengan penuh keikhlasan, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
iv
6. Teman-teman seperjuangan di Kampus yang selalu memberikan motivasi dan spirit dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
7. Kepada pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan karunianya kepada semua yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis. Akhirnya, apa yang tertera dalam skripsi ini
agar dapat memberikan manfaat dan merupakan dharma bakti penulis pada Agama, Nusa dan Bangsa.
Amin Ya Robbal Alamin.
Mataram,2017
Penulis,
Mariatun Kibitia NIM. 15.1.13.1.2.02
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. v
PENGESAHAN ........................................................................................................ vi
HALAMAN MOTO ................................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Masalah. ................................................................................................ 1
B. Fokus Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan dan manfaat ........................................................................................ 5
D. Telaah pustaka ................................................................................................ 6
E. Kerangka teori ................................................................................................ 13
1. Tinjauan tentang ibu rumah tangga .......................................................... 13
a. Pengertian ibu rumah tangga .............................................................. 13
b. Ayat-ayat al-Qur‘an berbicara tentang ibu ......................................... 14
c. Peran ibu rumah tangga ...................................................................... 17
2. Ibu rumah tangga sebagai pendidik ......................................................... 19
a. Pengertian pendidik............................................................................ 19
b. Peran ibu sebagai pendidik ................................................................ 20
vi
F. Metode kajian ................................................................................................. 25
1. Penelitian dan jenis penelitian ........................................................................ 25
2. Sumber data.................................................................................................... 28
3. Teknik pengumpulan data .............................................................................. 30
4. Teknik analisis data ........................................................................................ 30
BAB II TAFSIR SURAH AL-BAQARAH AYAT 233, TAFSIR SURAH LUQMAN
AYAT 14, TAFSIR SURAH AYAT AL-AHQAF AYAT 15 ................. 33
1. Tafsir surah al-Baqarah ayat 233 ............................................................. 333
2. Tafsir surah Luqman ayat 14. .................................................................. 40
3. Tafsir surah Al-Ahqaf ayat 15 ................................................................. 41
4. Hadist tentang Ibu .................................................................................... 43
BAB III PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK UTAMA DALAM KELUARGA. 44
1. Kehadiran dan Peranan Ibu bagi Anak. ......................................................... 45
a. Ibu yang Menyusui................................................................................... 49
b. Ibu sebagai Pelindung. ............................................................................. 54
c. Ibu sebagai Pendidik. ............................................................................... 56
2. Fungsi keluarga .............................................................................................. 57
3. Peran Seorang Ibu dalam Kisah Orang-Orang Shalih .................................. 59
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 61
A. Kesimpulan .................................................................................................... 61
B. Saran............................................................................................................... 61
DAFTAR RUJUKAN
vii
ABSTRAK
Mariatun Kibitia, NIM 15.1.13.1.2.02. Judul Skripsi : “Peran Ibu Sebagai Pendidik Utama Dalam Keluarga Menurut Perspektif Al-Qur‟an” Kata Kunci: Peran Ibu dan Pendidik
Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang diusahan untuk menciptakan pola
– pola tingkah laku tertentu pada anak – anak atau orang tertentu yang sedang dididik. Pendidikan
manusia dimulai dari keluarga, terutama ibu. Ibu dalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan
dan pendidikan anak. Allah SWT telah memberikan potensi pada diri manusia termasuk ibu rumah
tangga yang memilki peran penting dalam keluarga. Karena itulah penelitian bertujuan untuk
mengetahui bagaimanakah peran ibu rumah tangga sebagai pendidik utama dalam keluarga menurut
perspektif al-Qur‘an
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research), yakni berusaha untuk
menguak secara konseptual tentang berbagai hal yang berkaitan dengan peran ibu rumah tangga
sebagai pendidik utama dalam keluarga. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Tafsir Ibnu Katsir,
karya dari Dr. ‗Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh serta buku – buku yang ada relevansinya dengan
pembahasan.
Hasil penelian menunjukan bahwa peran ibu sebagai pendidik utama dalam keluarga sangat
penting sebab kehadirannya memiliki peran yang sangat penting, yaitu 1) Ibu yang menyusui, 2) Ibu
sebagai pelindung, dan 3) Ibu sebagai pendidik. Keberadaan dan kehadiran ibu pada awal
pertumbuhandan perkembangan anak dibuktikan dari hasil penelitian psikologi bahwa masa anak usia
dini adalah masa kritis, masa pembentukan fisik, pembentukan inteligensi dan pembentukan
kepribadian serta spiritual yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Masalah
Dalam hal apapun pendidikan senantiasa masuk kedalam ranah kehidupan manusia,
mulai dari cara berprilaku, tuturkata dan berinteraksi dengan sesama, semua itu tidak
terlepas dari nilai pendidikan. Semakin bagus nilai pendidikan yang didapatnya, maka
semakin bagus pula cara seseorang dalam bergaul dikesehariannya.
Pendidikan anak tidak hanya terfokus pada pendidikan formal saja, seperti sekolah,
akan tetapi di rumahpun anak senantiasa harus dididik dengan benar dan tepat, agar kelak
menjadi pribadi yang lebih baik atau menjadi manusia yang berakhlak mulia. Karena
begitu pentingnya pendidikan bagi seorang anak, maka harus ditanamkan sejak dini, dan
madrasah pertama bagi anak adalah rumahnya sendiri. Ini berarti bahwa orangtua adalah
guru pertama bagi anak – anaknya. Tugas utama orangtua adalah mengantarkan anak
menjadi manusia yang mengerti tujuan hidupnya, untuk apa ia diciptakan.2
Orientasi hidup inilah yang perlu ditumbuhkan semenjak dini sehingga ia belajar
menimbang dan menilai. Orientasi hidup yang mengakar semenjak dini inilah yang
diharapkan menjadi daya penggerak (driving force) bagi kehidupannya kelak. Jika
orientasinya semenjak awal sudah bagus, Insya Allah masa remaja tidak perlu mereka
lalui dengan krisis identitas dan keguncangan jiwa. Sebab mereka telah menemukan
identitas dirinya dirumah sejak dini, yang telah dibina dan dibimbing oleh orangtuanya
sendiri. Karena itulah peranan orangtua sangatlah besar dalam proses perkembangan
anaknya.
Dalam peranannya, orangtua memiliki tugas yang berbeda satu sama lain, meskipun
tujuannya adalah satu, yaitu untuk kesejahtraan anaknya. Bapak sebagai kepala rumah
2 Muhammad Fauzil Adhim, Segenggam Iman Anak Kita (Yogyakarta: Pro-U Media, 2014), h.40
2
tangga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam kerangka berfikir anak, namun yang
tidak kalah penting adalah peranan ibu sebagai pendidik yang sangat penting dalam
perkembangan anak.
Menjadi orangtua memang tidak ada sekolah formalnya. Padahal, menjadi orangtua
ibarat mengarungi samudra yang sangat luas. Betapa tidak, mulai dari proses kehamilan,
melahirkan, dan tumbuh kembang anak, orangtua telibat langsung.3 Sedangkan
Muhammad Fauzil Adhim Mengungkapkan sebagai berikut ―Maka menjadi orangtua
harus berbekal ilmu yang memadai. Sekedar memberi uang dan memasukan disekolah
unggulan, tak cukup untuk membuat anak – anak itu menjadi manusia unggul. Sebab
sangat banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.‖4 Dari pemaparan tersebut, maka
sangat jelas bahwa orantua terutama ibu, haruslah memiliki kemampuan yang kompleks,
dengan kata lain ibu dituntut untuk tahu banyak hal dalam persoalan rumah tangga.
Karena itulah ibu dalam prespektif al-Qur‘an terutama dalam bidang pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting.
Ibu adalah orang terdekat pertama bagi seorang anak. Sejak awal kehidupannya,
yaitu semenjak terbentuknya konsepsi, lalu berkembang menjadi embrio, dan kemudian
terlahir ke dunia, seorang anak banyak berhubungan baik secara fisik maupun psikis
dengan ibu yang mengandungnya. Sehingga, jika dibandingkan dengan figur ayah, maka
ibu memiliki kedekatan yang pertama dengan seorang anak, dan oleh karenanya,
kehadiran dan peran positif seorang ibu pada awal pertumbuhan dan perkembangan anak
sangat diperlukan.
Al-ummu madrasah (ibu adalah sekolah) adalah sebuah ungkapan yang sangat tepat
dan indah untuk menerangkan betapa penting dan urgennya peran seorang ibu dalam
3 Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, Yuk, Jadi Orangtua Shalih! Sebelum Meminta Anak Shalih (Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2013), h. 15. 4 Muhammad Fauzil Adhim, Positive Paranting (Yogyakarta: Pro-U Media, 2015), h.15
3
mendidik anak. Mulai anak dalam kandungan ibu berupa janin kemudian keluar dari
rahim ibu dalam keadaan lemah tak berdaya serta pada masa awal kehidupannya dalam
keluarga. Keluarga menjadi lingkungan pertama yang dijumpai oleh anak yang akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga menjadi sumber
pendidikan utama bagi anak, sehingga orang tua khususnya ibu menjadi tempat anak
belajar, mengambil contoh dan identifikasi.
Namun dalam era modernisasi5 di mana perubahan-perubahan sosial terjadi sangat
cepat, telah mempengaruhi nilai-nilai kehidupan, termasuk dengan corak kehidupan
keluarga modern. Peran dan fungsi ibu terpengaruh akibat emansipasi wanita, didorong
pula oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ibu modern turut bersama
para bapak memasuki lapangan pekerjaan di luar rumah. Keadaan ini membuat ibu tidak
dapat lagi memusatkan perhatiannya pada pendidikan anak (terutama yang masih kecil).
Kesibukan orang tua bekerja di luar rumah dan kurangnya pemahaman kaum
perempuan terhadap peran dan fungsinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak,
menyebabkan pendidikan anak tidak optimal diberikan oleh orang tua. Sebagaimana
dijelaskan oleh Zakiah Daradjat bahwa dalam fenomena sehari-hari, pendidikan anak di
keluarga lebih sering terjadi secara alamiah, tanpa kesadaran dan perencanaan orang tua,
padahal pengaruh dan akibatnya sangat besar.6
Muhammad Fauzil Adhim, seorang psikolog yang juga penulis buku-buku keluarga
menerangkan juga bahwa
Masih banyak kaum perempuan yang menjalani peran keibuannya berdasarkan insting dan pola turun-temurun semata bukan sebagai sebuah pilihan sadar yang diiringi kesungguhan dan kemauan untuk meningkatkan terus-menerus kualitas peran
5 Terma modern, modernisme, modernisasi, seperti terma-terma lainnya yang berasal dari Barat, telah
dipakai dalam bahasa Indonesia. Dalam masyarakat Barat modernisme berarti pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, agar semua itu menjadi sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaankeadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Lihat : Harun Nasution, Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran (Bandung : Mizan, 1995), Cet. ke-3, 181.
6Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama,1995), h.74.
4
keibuan. Peran ibu dijadikan sebagai urutan kedua setelah berumah tangga, mereka tidak memiliki konsep tentang anak.7 Berangkat dari realitas di atas, menarik untuk dikaji bagaimana ayat-ayat Al-Qur`an
yang diyakini oleh pemeluknya sebagai pedoman hidup (manhāj al-hayāh) berbicara
mengenai wanita sebagai ibu dikaitkan dengan peranannya dalam pendidikan anak yang
kelak akan menjadi generasi penerus, terlepas dari diskursus tentang peran ganda kaum
perempuan dan kesetaraan gender. Kajian tentang peran tersebut akan semakin menarik
bila dihubungkan dengan tinjauan psikologi yang membahas tentang persoalan tersebut.
Dimana berguna dalam mendapatkan makna yang sesungguhnya tentang peranan ibu
dalam pendidikan anak, sehingga para ibu dapat menjadikannya sebagai dasar, petunjuk
dalam mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur`an. Dengan demikian
diharapkan para ibu dapat mendidik putra - putrinya menjadi anak - anak berkepribadian
yang baik, berbudi pekerti luhur, ilmuwan muslim sejati sehingga menjadi pemimpin yang
bertakwa dan tangguh di masa depan, di mana tantangan yang akan dihadapi sangat besar
dan para ibu dapat membuat skala prioritas terhadap peran yang harus dilakukan
sehubungan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Oleh karena demikian peneliti ingin
meneliti tentang ―Peran Ibu Sebagai Pendidik Utama Dalam Keluarga‖
B. Fokus Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
―Bagaimanakah Peran Ibu Sebagai Pendidik Utama dalam Keluarga Menurut
Perspektif Al-Qur‘an?‖
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
7Muhammad Fauzil Adhim, ―Bangga Menjadi Ibu‖, Ummi, edisi 8/XII/2001, h.8.
5
―Untuk menganalisis Peran Ibu Sebagai Pendidik Utama dalam Keluarga Menurut
Perspektif Al-Qur‘an.‖
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti dibagi menjadi dua yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan kepustakaan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Orangtua
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan tambahan
wawasan bagi orangtua terutama wanita dalam melakukan perannya sebagai
Ibu terutama dalam hal pendidikan anaknya.
2) Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai acuan, masukan atau tambahan pengetahuan
bagi peneliti pada khususnya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi atau karya terdahulu yang terkait
untuk menghindari duplikasi, dan menjamin keaslian serta keabsahan penelitian yang
dilakukan. Untuk mendapatkan gambaran umum secara jelas tentang data-data yang
berkaitan dengan judul penelitian ini, maka peneliti mengumpulkan, mengkaji,
6
menganalisis, dan mendalami buku-buku yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan
yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya:
1. Penelitian dari Dewi Fibriyanti yang berjudul Peranan Ibu Rumah Tangga dalam
Pembentukan Sikap Keberagaman Anak Di Desa Langko Kecamatan Janapria
Kabupaten Lombok Tengah Dari Institute Agama Islam Negeri Mataram8. Salah satu
tugas utama seorang ibu adalah memberikan tarbiyah bagi anak-anaknya. Tugas ini
sangat berat dan harus dipertanggung jawabkan oleh ibu kelak dihadapan Allah SWT.
Aspek utama dari pendidikan atau tarbiyah yang harus diperhatikan oleh seorang ibu
tidak lain adalah pembentukan sikap keberagaman seorang anak, karena hanya
dengan sikap yang hanif akan menyelamatkan seseorang dari siksa api neraka. Islam
membebankan ibu dengan tugas dan tanggung jawab demikian bukanlah tanpa
alasan. Disamping secara interaksi fisik, hubungan antara anak dan ibu sangat dekat
secara psiko-emosional. Hubungan kedekatan inilah yang merupakan modal
elementer ibu dalam proses pembentukan sikap keberagaman anak. Setidak-tidaknya
ada 3 tugas atau tuntutan yang harus dilakukan oleh seeorang ibu sehingga perannya
maksimal, yaitu membina iman dan tauhid, membina akhlak dan membina ibadah
anak-anaknya. Berdasarkan pemaparan konteks penelitian tersebut, maka fokus
penelitian yang diajukan adalah apa saja peran ibu rumah tangga dalam pembentukan
sikap keberagaman anak di Desa Langko Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok
Tengah dan bagaimanakah sikap keberagaman anak-anak di Desa Langko Kecamatan
Janapria Kabupaten Lombok Tengah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menggambarkan dan
fakta apa adanya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
dengan para responden dan dari hasil observasi peneliti selama berada dilokasi
8Dewi Fibriyanti, ―Peranan Ibu Rumah Tangga dalam Pembentukan Sikap Keberagaman Anak Di Desa
Langko Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah‖ (skripsi, IAIN, Mataram, 2009), h.
7
penelitian. Dan sekundernya diperoleh dari berbagai pustaka referensi. Pengumpulan
data dalam penelitian dilakukan melalui penggabungan dua tehnik sekaligus, yaitu
dengan riset lapangan melalui observasi dan dengan wawancara mendalam. Data
yang diperoleh dianalisi menggunakan metode analisa kualitatif. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di Desa Langko berperan dalam membentuk
sikap keberagaman anak-anak mereka. Peran para ibu rumah tangga tersebut dapat
dicermati dalam mendidik aqidah, ibadah dan akhlak anak. Dalam bidang aqidah, ada
bebrapa hal yang ditanamkan oleh para ibu rumah tangga terhadap anak-anak mereka
sejak dini, yaitu ke-Esaan Allah, eksistensi surga-neraka dan para rasul utusan Allah.
Dalam bidang ibadah, ada tiga hal utama yang ditanamkan oleh para ibu rumah
tangga terhadap anak-anak mereka sejak dini, yaitu puasa, shalat dan mengaji al-
Qur‘an. Dalam bidang akhlak, beberapa hal yang ditanamkan dan dianjurkan oleh
para ibu rumah tangga terhadap anak-anak mereka sejak dini, antara lain akhlak
terhadap orang tua, sesame dan binatang. Dalam memberikan tersebut, para ibu
rumah tangga menerapkan metode yang berbeda-beda. Sikap keberagaman yang
diperlihatkan oleh anak-anak di Desa Langko tidak terlepas dari peran yang telah
dimainkan oleh orang tua khususnya ibu mereka. Sikap keberagaman mereka dalam
bidang aqidah, ibadah, dan akhlak merupakan konkritisasi nilai-nilai yang telah
ditanamkan oleh orang tua khususnya ibu mereka.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada metode
penelitian yang digunakan, dimana metode yang digunakan penelitian di atas adalah
penelitian kualitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan (research library). Selain jenis penelitian yang berbeda metode
kajiannya pun memiliki perbedaan dimana penelitian di atas menggunakan metode
kajian yang berfokus pada suatu tempat atau daerah tertentu. Kemudian persamaan
8
penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang peranan
ibu rumah tangga dalam pembentukan sikap keberagaman.
2. Penelitian dari Imam Muhammad Syahid yang berjudul Peran Ibu Sebagai Pendidik
Anak dalam Keluarga Menurut Syekh Sofiudin Bin Fadli Zain dari Universitas Islam
Negeri Walisongo.9Penelitian ini berlatar belakang atas banyaknya ibu yang tidak
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik di dalam keluarga,
karena ibu tidak pernah tahu bagaimana cara mendidik anaknya dengan baik, seperti
sibuk dengan karirnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan
dan mendeklarasikan: corak pemikiran Syekh Sofiudin bin Fadli Zain tentang peran
ibu sebagai pendidik anak dalam keluarga. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif literer. Namun, penulis memadukannya dengan wawancara (penelitian
lapangan), dengan alasan tokoh yang diteliti masih hidup. Maka, jenis penelitian ini
adalah kualitatif studi pemikiran tokoh. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan penelitian yaitu pendekatan historis-sosiologis. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah; metode dokumentasi dan wawancara, dengan teknik
analisis deskriptif, sintesis dan komparatif yang difokuskan pada categorical analysis
(suatu analisis untuk menentukan kategori pemikiran seseorang). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peran ibu sebagai pendidik anak dalam keluarga menurut Syekh
Sofiudin bin Fadli Zain yaitu ibu berperan sebagai pendidik ketauhidan, ibu berperan
sebagai teladan, ibu berperan sebagai pengawas.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada metode
penelitian yang digunakan, dimana metode yang digunakan penelitian di atas atas
adalah penelitian kualitatif literer sedangkan penelitian ini menggunakan metode
penelitian kepustakaan (research library). Selain jenis penelitian yang berbeda
9 Imam Muhammad syahid, ―Peran Ibu Sebagai Pendidik Anak dalam Keluarga Menurut Syekh Sofiudin
Bin Fadli Zain‖ (skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2015), h. vi.
9
metode kajiannya pun memiliki perbedaan dimana penelitian di atas menggunakan
metode kajian terhadap studi pemikiran tokoh yang dimana peneliti bertujuan untuk
mengetahui dan menjelaskan bagaimana corak pemikiran tokoh terhadap peran ibu
sebagai pendidik anak dalam keluarga. Kemudian persamaan penelitian di atas
dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang peran ibu sebagai
pendidik anak dalam keluarga.
3. Penelitian dari Dewi Nur Halimah, Peran Seorang Ibu Rumah Tangga Dalam
Mendidik Anak (Studi Terhadap Novel ibuk, Karya Iwan Setyawan). Skripsi. Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.10 Peneliti mengambil tema skripsi ini karena peneliti sangat
menghormati dan mengagumi sosok seorang ibu dalam kehidupan. Kemudian
penetili membaca sebuah novel ibuk, yang sangat menginspirasi bagi kehidupan
penetili. Dimana Ibuk dalam novel ibuk¸dalam keterbatasan ekonomi dan pendidikan
bisa mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang yang sukses. Semua masalah yang
muncul dalam keluarganya Ibuk atasi sendiri. Sehingga bisa sangat menginspirasi
bagi konselor keluarga dalam mengatasi masalah yang timbul dalam keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan gambaran tentang
bagaimana peran seorang ibu rumah tangga dalam mendidik anakanaknya yang
tertuang dalan sebuah novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Objek penelitian ini adalah
peran seorang ibu rumah tangga (Tinah) dalam mendidik anak. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode dokumentasi. Analisis menggunakan analisis konten
(content analysis). Dalam bidang sastra tergolong upaya pemahaman karya sastra dari
segi ekstrinsik. Membahas secara mendalam dan dihayati setiap teks untuk
mengungkap pesan dari karya sastra tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
10 Dewi Nur Halimah, ―Peran Seorang Ibu Rumah Tangga Dalam Mendidik Anak (Studi Terhadap Novel
ibuk, Karya Iwan Setyawan‖ (Skripsi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015), h. xi.
10
peran yang dijalankan Ibuk sebagai ibu rumah tangga dalam mendidik anak-anaknya
adalah (1) sebagai teladan untuk selalu gemar menabung, (2) sebagai pemenuh
kebutuhan anak akan kebutuhan fisik seperti sandang, pangan dan papan. Serta
kebutuhan spiritual berupa pentingnya berdoa dan salat, (3) sebagai pemberi stimulus
bagi perkembangan anak dalam bidang pemeliharaan kesehatan anak, (4) sebagai
orang tua untuk selalu memberikan kesempatan berkembang dalam pekerjaannya, (5)
sebagai guru yang menerangkan tata cara atau peraturan dalam keluarga, dan (6)
sebagai pengawas yang selalu memberitahu untuk selalu mematuhi peraturan di
sekolah.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada metode
penelitian yang digunakan, dimana metode yang digunakan penelitian di atas adalah
penelitian analisis konten (content analysis) yang dimana dalam metode ini peneliti
membahas secara mendalam terhadap karya sastra yang menjadi fokus penelitian.
Sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (research
library). Selain jenis penelitian yang berbeda metode kajiannya pun memiliki
perbedaan dimana penelitian di atas lebih fokus meneliti pada 1 novel saja,
sedangkan penelitian ini tidak terbatas dengan I referensi saja. Kemudian persamaan
penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada tema yang diambil
dimana sama-sama membahas tentang peran seorang ibu rumah tangga dalam
mendidik anak.
E. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Ibu Rumah Tangga
a. Pengertian Ibu Rumah Tangga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan
sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan
11
rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri
(ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di
kantor).11 Peranan ibu rumah tangga dalam keluarga sangat berpengaruh besar bagi
proses tumbuh kembang anak-anaknya. Maka dari itu peranan setiap wanita sebagai
ibu bagi anak-anak hendaklah didasari, bahwa anak-anak itu telah dekat hubungannya
dalam pergaulan sehari-hari dengan ibunya dari pada kepada ayahnya. Oleh karena itu,
setiap kali ia melahirkan anak-anaknya terpikullah pada pundak setiap ibu kewajiban
untuk mendidik serta mengasuh mereka sehingga menjadi anak-anak yang sholeh12.
Pengertian ibu secara menyeluruh dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah
wanita yang telah melahirkan seseorang; Sebutan untuk wanita yang sudah bersuami;
Panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum;
Bagian pokok (besar, asal, dsb); Yang utama diantara beberapa hal lain; Yang
terpenting.13
b. Ayat – ayat al-Qur‘an Berbicara tentang Ibu
M. Quraish Shihab menjelaskan sebagai berikut :
Adapun dalam bahasa Arab kata al-umm ( أ ) dan al-wālidah ( ) adalah dua kata yang menunjukkan pengertian ibu. Al-umm ( أ ) berasal dari kata amma-yaummu-umūmah-umman ( أ - أ ,berarti bermaksud ( أ - أ - menuju, bergerak. Bentuk jamaknya al-ummahāt ( أ ) dan ummāt ( أ ), al-ummahāt digunakan gunakan untuk yang berakal (manusia) dan ummāt digunakan untuk yang tidak berakal (binatang). Menurut bahasa kata al-umm berarti segala sesuatu yang menjadi sumber terwujudnya sesuatu, mendidik, memperbaiki dan memulainya. Al-wālidah ( ) berasal dari kata - -
ا berarti lahir atau melahirkan, jamaknya al-wālidāt ( ). Mengenai penggunaan dua kata ini, bahwa kata al-umm (أ ) menunjukkan pengertian yang mencakup ibu kandung dan bukan ibu kandung, sedangkan kata al-wālidah ( ) menerangkan bahwa yang dimaksud adalah ibu kandung. Menurutnya, kata al-umm ( أ ) yang berarti ibu, dari kata yang sama dibentuk
11 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h.416 12 Sabil Huda, Pedoman Berumah Tangga dalam Islam (Surabaya : al-ikhlas, 1994), h.238 13Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), h.416
12
kata imam (pemimpin) dan umat. Kesemuanya bermuara pada makna yang dituju atau yang diteladani dalam arti pandangan harus tertuju pada umat, pemimpin dan ibu menjadi teladan. Umm atau ibu melalui perhatian serta keteladanan yang diberikan pada anaknya dapat menciptakan pemimpin-pemimpin, bahkan dapat membina umat. Sebaliknya, jika yang melahirkan seorang anak tidak berfungsi sebagai umm, maka umat akan hancur dan pemimpin yang patut diteladani pun tidak akan lahir.14 Dalam Al-Qur`an, kata al-umm ( أ ) terulang sebanyak 35 kali dalam berbagai bentuknya pada 22 surah dalam 31 ayat, 24 kali dalam bentuk mufrad dan 11 kali dalam bentuk jamak.11 Sedang kata al-wālidah ) terulang 4 kali, pada 3 surah dalam 3 ayat, 3 kali dalam bentuk mufrad dan 1 kali dalam bentuk jamak.12 Dalam bentuk mufrad kata umm tidak hanya berarti ibu, tetapi mencakup beberapa arti, antara lain umm al-kitāb ( ت -berarti al-lauh al ( أmahfūz karena semua ilmu dinisbahkan dan berasal darinya (QS. 13: 39), umm al-qura ( ر ,bermakna penduduk, komunitas suatu daerah (QS. 7: 42) ( أfaummuhu hāwiyah ( فأ ) bermakna tempat tinggal atau tempat kembali (QS. 101: 9), umm digunakan untuk menekankan sesuatu yang dianggap inti.13 Dari 35 kata umm dengan berbagai derivasinya, terdapat 7 kata yang bermakna bukan sebagai ibu yang menjadi pokok bahasan, yaitu kata 10 dalam tiga ayat (QS. 28: 59, 42: 7, 6: 92) dan umm yang berarti tempat kembali pada ayat QS. 101 : 9. Adapun dari 28 kata umm yang lain, lima kata berarti ibu Musa (QS. 20: 38,40, 28: 7, 10, 13) empat kata bermakna Maryam (QS. 23: 50, 5: 17, 50,116), satu kata berarti ibu Maryam (QS. 19: 28), satu kata yang menunjukkan pengertian umm al-mukminin (ibu-ibu orang mukmin/istri-istri Rasulullah), dua kata yang bermakna ibu susuan (QS. 4: 23), dan lima belas kata yang lain mengandung pengertian ibu sebagai seorang yang mengandung, melahirkan dan menyusui. (QS. 53: 32, 80: 35, 20: 94, 31: 14, 39: 6, 46: 15, 16: 78, 7: 150, 33: 6, 4 : 23, 24: 61, 58: 2). Setelah melakukan analisis terhadap 28 kata umm yang mengandung makna ibu (dalam arti sesungguhnya) dalam beberapa kitab tafsir, penulis menemukan penjelasan para mufassir yang relatif mendetail tentang peranan ibu dalam pendidikan anak dari QS. 2: 233, 31: 14 dan 46: 15.15 Sebagaimana ayat-ayat berikut:
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan sesuai dengan kadar kemampuannya. Seorang ibu tidak boleh disengsarakan lantaran anaknya dan begitu juga seorang ayah janganlah disengsarakan lantaran anaknya dan ahli waris pun mempunyai kewajiban seperti itu. Kemudian apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan dengan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anak-anakmu (kepada orang lain), maka tidak ada dosa bagimu apabila sanggup memberi bayaran dengan cara yang patut. Bertaqwalah
14M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi : Hidup Bersama Al-Qur`an (Bandung: Mizan, 2000), h.88.
Lihat M.Quraish Shihab, Lentera Hati (Bandung : Mizan, 2000), Cet. ke-20, h. 258. 15M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya , h. 258
13
kepada Allah dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan». (QS. al-Baqarah : 233)
Dari ayat tersebut di atas, menurut analisis penulis yang menjadi topik
pembahasan para ulama tafsir berkisar pada siapa yang dimaksud al-wālidāt
( ), bagaimana hukum memberikan ASI, berapa lama masa memberikan ASI,
serta hikmah yang terkandung dari pemberian ASI pada anak. Berikut ini uraian
pembahasan topik-topik tersebut. Lebih lanjut Aliyah Rasyid menjelaskan bahwa:
Dalam konsep ibu juga mengandung muatan sosial, karena ia mengacu pada pelestarian lembaga keluarga. Dalam konsep ibu tercakup konsep bapak dan mencakup konsep anak, sebab tidak ada ibu kalau tidak ada bapak dan mencakup pula masa depan anak, oleh karena seorang menjadi ibu sebab ada anak. Konsep ibu mempunyai pengertian kelompok (team) serta berorientasi ke masa depan.16
Jadi konsep ibu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan konsep
wanita yang hanya mencakup jenis kelamin bukan laki-laki. Sudut pandangnya
hanya dari diri wanita itu sendiri (individual), tidak tersirat pengertian kelompok
dan hanya berorientasi pada masa kini, masa sang wanita itu sendiri. Konsep ibu
memotivasi kaum wanita untuk maju dan berkembang, oleh karena perannya yang
besar dalam menentukan kesejahteraan generasi mendatang dan masa depan
bangsa.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ibu sebagai
seorang perempuan yang diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk mengandung
dan melahirkan anak, mempunyai tanggung jawab secara aktif dalam mengasuh,
memelihara, mendidik dan menjadi panutan atau teladan yang baik bagi anak-
anaknya agar dapat menciptakan pemimpin-pemimpin yang mampu membina
umat.
c. Peran Ibu Rumah Tangga dalam Keluarga
16Aliyah Rasyid Baswedan,‖Wanita dalam Perspektif Agama Islam dan Pembangunan‖, dalam Wanita
dalam percakapan antar Agama (Yogyakarta : LKPSM NU DIY, 1992), h.12-14.
14
Peran ibu dalam rumah tangga sangatlah besar peranannya, sebab seorang
ibu harus banyak mengurusi banyak hal, mulai dari kebutuhan dapur hingga
kebutuhan anak – anak. Karena itulah seorang ibu harus memiliki kepiawan
tersendiri. Tidak ada yang meragukan betapa pentingnya peran ibu sebagai
pendidik anak seperti kasih sayang dan perhatian dari seorang ibu. Karena
perhatian dan kasih sayang tersebut akan menimbulkan perasaan di terima dalam
diri anak-anak dan membangkitkan rasa percaya diri di masa-masa pertumbuhan
mereka.. Karena itu, hal ini dipertegas oleh Lidia Yurita dalam bukunya Mukjizat
Doa Ibu! Yang menyatakan bahwa ― ibu muncul sebagai sosok yang siap siaga dan
serba bisa. Kasih sayang, kelembutan dan perhatiannya menempatkan ibu menjadi
sosok yang dibutuhkan seluruh anggota keluarga‖.17 Ibu yang ideal adalah ibu
yang berhasil dalam menjalankan peranannya secara maksimal sebagai seorang
ibu. Ia harus dapat membaca pribadi anak-anaknya, persoalan dan problem yang
dihadapi, bagaimana berinteraksi dengan mereka, bagaimana cara mendidik,
bagaimana mengajarkan al-Qur‘an, dan bagaimana mengajarkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan agama dan pendidikan, serta memiliki pengetahuan tentang
sarana pendidikan modern dan cara penggunaannya.18
Sungguh ternyata seorang ibu mempunyai peran yang sangat penting
sebagai pendidik dalam keluarga, ini terbukti bagaimana seorang ibu
mempersiapkan dan membekali dirinya baik lahir maupun batin dengan nilai-nilai
kebaikan semenjak masih gadis kemudian bagaimana seorang ibu mengajarkan
nilainilai tentang ketauhidan kepada anak-anaknya yang masih dalam kandungan
walaupun hanya dengan belaian-belaian kasih sayang. Dengan demikian, wanita
17 Ya‘qub Chamidi, Menjadi Wanita Shalihah dan Mempesona, (Jakarta: Mitra Press Studio, 2011), h.190 18 Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal, (Jakarta: Al-Kautsar, 2005), h.121
15
yang memahami ajaran Islam dan peran pendidikannya sendiri dalam
kehidupannya tahu betul tanggung jawab pengasuhan anak-anak mereka.
Demikian, ibu merupakan orang pertama yang menjadi contoh dalam
pendidikan bagi keluarga serta melindungi anakanaknya dari kobaran api neraka.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At-Tahrim: 6 yang berbunyi :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S. At-Tahrim: 6)19
Karena itu memang sangat jelas bahwa ibu adalah madrasah pertama yang
akan memberikan qudwah (keteladanan) bagi sikap, perilaku dan kepribadian
anak. Hal ini pun dipertegas dalam bukunya Ummu Syafa Suryani Arfah dalam
bukunya Menjadi Wanita Shalihah, bahwa: ―ibu adalah shibgah (pencelupan)
pertama bagi watak dan kepribadian anak. Ia merupakan bayangan yang paling
mendekati dengan kepribadian anak, jika ia baik maka akan baik lah anak-
anaknya.‖20
2. Ibu Rumah Tangga sebagai Pendidik
a. Pengertian Pendidik
Pendidik berasal dari kata didik, didik berarti memlihara dan memberi latihan
(ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.21
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
19 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Jakarta: PT.Bumi Restu), hlm.951 20 Ummu Syafa Suryani Arfah, Menjadi Wanita Shalihah, (Jakarta: Eska Media, 2010), hlm.272 21 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 263
16
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.22
Muhammad Athiyah al-Abarasy menyebut pendidik adalah sebagai spiritual
father, bapak rohani dari seorang peserta didik dialah yang memberi santapan jiwa
dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya atau meluruskan prilaku
peserta didik yang buruk.23
Jadi, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan
perkembangan anak didik secara jasmani dan rohani agar memenuhi tugasnya
sebagai hamba dan khalifah dibumi, selain itu pendidik juga berperan sangat
penting untuk membina akhlak anak didik.
b. Peran Ibu sebagai Pendidik
Sejatinya, ibu dikatakan ideal dalam Islam yaitu mampu mendidik anak dengan
nilai ke-Islaman sejak masih dini, memiliki budi pekerti yang baik (akhlakul
karimah), selalu menjaga perilakunya agar menjadi teladan bagi anaknya,
memiliki sikap penyabar, sopan serta lembut dalam berbicara agar kelak sang anak
dapat memiliki kepribadian yang tangguh dan baik. Tidak ada yang meragukan
betapa pentingnya ibu dalam pendidikan anak seperti kasih sayang dan perhatian
dari seorang ibu. Karena perhatian dan kasih sayang tersebut akan menimbulkan
perasaan di terima dalam diri anak-anak dan membangkitkan rasa percaya diri di
masa-masa pertumbuhan mereka. Karena itu, hal ini dipertegas oleh Lidya Yurita
dalam bukunya Mukjizat Doa Ibu! Yang mengatakan bahwa ― ibu muncul sebagai
sosok yang siap siaga dan serba bisa. Kasih sayang, kelembutan dan perhatiannya
22 Undang-Undang R.I Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Wajib Belajar, (Citra Umbara-Bandung, 2010), h 3 23 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm.88
17
menempatkan ibu menjadi sosok yang dibutuhkan seluruh anggota keluarga‖.24
Begitu juga, dalam bukunya Khairiyah Husain Thaha yang berjudul Konsep Ibu
Teladan yang menyatakan bahwa: Orang tua terutama ibu yang banyak bergulat
dengan anak, mempunyai tugas yang amat besar untuk mendidik anak baik
pendidikan jasmani, intelektual dan mental spiritual, sehingga melalui teladan
yang baik atau pelajaran yang berupa nasehat-nasehat, kelak ia dapat memetik
tradisi-tradisi yang benar dan pijakan moral yang sempurna dari masa kanak-
kanaknya.25
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkapkata peran berarti Pemain sandiwara
(film), Tukang lawak pada permainan makyong dan Perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat‖. Adapun di
dalam buku Kamus Bahasa Indonesia Lengkapkata ―peran berarti yang diperbuat,
tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa.‖26
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap kedudukan dalam peristiwa. Dan peristiwa membutuhkan sentuhan atau
tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah dan memperbaiki
suatu peristiwa. Dengan ini, sebuah peristiwa membutuhkan peran dari seseorang
yang mana, peran juga dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar yang bersifat stabil.
Jika dikaitkan dengan pengertian ibu dengan perannya, pada umumnya ibu
yang memegang peran penting terhadap pendidikan anak-anaknya sejak anak itu
dilahirkan. Ibu yang selalu di samping anak, itulah sebabnya kebanyakan anak
lebih dekat dan sayang kepada ibu. Tugas seorang ibu sungguh berat dan mulia,
24Lidia Yunita, Mukjizat Doa Ibu!, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hlm.190. 25Khairiyah Hasain Thaha, Konsep Ibu Teladan, (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), hlm.5. 26Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo, 1997), hlm.487.
18
ibu sebagai pendidik dan sebagai pengatur rumah tangga. Hal ini amatlah penting
bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan
bahagia, karena dibawah perannya lah yang membuat rumah tangga menjadi surga
bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi
suaminya. Sehingga untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga
dibutuhkan ibu sholehah, yang dapat mengatur keadaan rumah menjadi tempat
yang menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga. Hal ini pun
dipertegas oleh pendapat Norma Tarazi dalam bukunya Wahai Ibu Kenali Anakmu
yang mengatakan bahwa: ―peran seorang ibu yang bijaksana akan mengevaluasi
keadaanya dengan seksama, menimbang usaha dan keuntungan dalam mengasuh
anak dan merawat rumah. Keadaanya yang terdahulu harus menjadi dasar, ukuran
dan landasan bagi tanggung jawabnya memenuhi hak-hak setiap anggota
keluarga‖.27 Sedangkan, Khabib Ahmad Shanthut dalam bukunya Menumbuhkan
Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim yang mengatakan
bahwa: ―peran seorang ibu itu senantiasa mempersiapkan diri untuk mengasuh
anak dan rela berkorban untuknya baik di waktu istirahat atau sibuk. Dia akan
tetap sabar. Sikap pengasih inilah yang sering membuat ibu tidak dapat tidur
meskipun anaknya terlelap.‖28
Jadi, ibu dan perannya terhadap anak adalah sebagai pembimbing
kehidupan di dunia ini, seorang Ibu merupakan salah satu dari kedudukan sosial
yang mempunyai banyak peran, peran sebagai istri dari suaminya, sebagai ibu dari
anak-anaknya. Ibu juga berfungsi sebagai benteng keluarga yang menguatkan
anggota-anggota keluarganya, serta mempunyai peran dalam proses sosialisasi
27 Norma Tarazi, Wahai Ibu Kenali Anakmu, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), hlm.83 28 Khabib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga
Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hlm.18
19
dalam keluarga. Jadi peran ibu adalah tingkah laku yang dilakukan seorang ibu
terhadap keluarganya untuk merawat suami dan anak-anaknya.
1) Ibu Sebagai Pendidik Anak dalam Keluarga
Keluarga adalah merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk
memperoleh pendidikan. Ayah dan ibu sebagai pendidiknya dan anak sebagai
peserta didiknya. Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan
lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama. Ini artinya bahwa
keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab untuk
mendidik anakanak. Mendidik anak pada hakekatnya merupakan usaha riil
orang tua untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak.29
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat
kodrati, orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan
mendidik agar tumbuh dan berkembang dengan baik.30 Proses pendidikan
dalam keluarga dilakukan dengan cara memberikan pengarahan baik dalam
bentuk nasihat, perintah, larangan, pembiasaan, pengawasan, dan pemberian
ilmu pengetahuan.31 Anak mendapat bimbingan dan perawatan dalam rangka
membentuk perwatakan dan kepribadian anak.
2) Ibu Sebagai Teladan Anak dalam Keluarga
Dalam menyikapi dan mengarahkan anak, seorang ibu sebagai teladan
harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mengingat bahwa perilaku
ibu akan ditiru dan akan dijadikan panduan anak, maka ibu harus mampu
menjadi teladan yang baik bagi anak, dengan begitu terbentuklah kepribadian
29 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: DivaPres, 2010), hlm.24 30 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet.I, hlm.178 31 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam:Rancang Bangun Konsep Pendidikan
Monokotomik-Holistik, hlm.56
20
anak yang baik. Hal ini pun dipertegas Charles Schaefer dalam bukunya
Bagaimana Mempengaruhi Anak yang mengatakan bahwa ―perilaku yang kuat
dalam memberikan pendidikan terhadap anak adalah teladan orang tua‖32
F. Metode Kajian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research Library
atau penelitian kepustakaan. Kajian Literatur atau Research Library merupakan
salah satu kegiatan yang penting dan membutuhkan konsentrasi tersendiri dimana
peneliti akan mencari, menelaah, dan menggunakan sumber-sumber pustaka yang
relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun tujuan Research Library antara
lain :
1) untuk mencari dan mengkaji informasiyang lebih relevan. 2) Memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti. 3) Mengkaji hasil penelitian sebelumnya tentang masalah yang sama. 4) Mencari informasi aspek-aspek dari masalah, mana yang sudah diteliti dan
mana yang belum diteliti sehingga dapat mengurangi duplikasi.33
Muhajir dalam bukunya membedakan Studi Pustaka menjadi dua, yaitu:
Pertama, Studi Pustaka yang memerlukan olahan uji kebermaknaan empiric
dilapangan; Kedua, adalah Kajian Kepustakaan yang lebih memerlukan olahan
filosofik dan teoritik dari pada uji empiric.34
b. Jenis Penelitian
Setiap penelitian memiliki pendekatan yang berbeda, tergantung dengan
metode masing-masing. Pendekatan penelitian kualitatif ditentukan oleh karakter
penelitian kualitatif, yang tentu berbeda dengan karakter penelitian kuantitatif.
Menurut Creswel sebagaimana dikutip Mukhtar, bahwa karakter utama dalam
32 Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, (Semarang: Dahara Prize, 1994),hlm.16 33 Muhammad Kasiram, Metodologi penelitian. (UIN Malang Press: 2010), h. 25. 34 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, EdisiIV (Yogyakarta: Rake Sarasin,2000), h. 296.
21
penelitian kualaitatif adalah: Pertama, penelusuran problem dan
pengembangannya secara detail terpusat pada satu fenomena tertentu. Kedua,
literatur atau teori dan peraturan yang digunakan menjadi sandaran dalam
merumuskan problem. Ketiga, dalam merumuskan masalah dan pertanyaan
penelitian serta tercapainya tujuan penelitian secara umum, ditentukan oleh
pengalaman langsung peneliti berpartisipasi dalam sosial setting pada studi
pendahuluan ―grand tour‖ hingga proses penelitian yang dilaksanakan ―mini
tour‖. Keempat, pengumpulan data bertolak dari pilihan kata yang sederhana atau
khusus hingga yang lebih luas atau lebih umum. Kelima, analisis data yang
dideskripsikan dan tema-tema yang ditampilkan dalam analisis diinterpretasikan
menjadi makna. Keenam, penulisan laporan penelitian, baik menyangkut struktur
dan berbagai bentuk penyajian data sangat fleksibel dan ditentukan oleh refleksi
subjektivitas peneliti.35
Penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan penelitian kualitatif deskriftif. Bodgan dan Taylor, sebagaimana
dikutip oleh moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.36
Menurut Imron Arifin, penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya.37
35Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi,2013), h. 4 36 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), h. 4. 37Imron Arifin, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada,
1996), h. 22.
22
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan
mereka yang diteliti yang rinci. Dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik
dan rumit. Definisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu
memandang sesuatu upaya membangun pandangan subjek penelitian yang rinci,
dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik, dan rumit. 38
Dilihat dari sudut kawasannya, penelitian kualitatif dibagi ke dalam dua
hal. Pertama, penelitian kepustakaan (research library). Kedua, penelitian
lapangan (field research). Penelitian kepustakaan mengandalkan data-datanya
hampir sepenuhnya dari perpustakaan sehingga penelitian ini lebih popular
dikenal dengan penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan atau penelitian
bibliografis dan ada juga yang mengistilahkan dengan penelitian non reaktif,
karena ia sepenuhnya mengandalkan data-data yang bersifat teoritis dan
dokumentasi yang ada di perpustakaan. Sedangkan penelitian lapangan
mengandalkan data-datanya di lapangan (sosial setting) yang diperoleh melalui
informan dan data-data dokumentasi yang berkaitan dengan subjek penelitian
(emik).39
Adapun pengertian penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, atau kelompok
tertentu.40
Jadi penelitian kualitatif deskriptif ialah penelitian yang tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan ‖apa
adanya‖ tentang sesuatu variabel atau keadaan umum yang sepenuhnya
38Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta : Logos Wacana, 1999), h. 147. 39Mukhtar, Metode Praktis, h. 6. 40 Mudji Santoso, Hakik`at, Peran, Dan Jenis-Jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke-Iv,
Dalam Imron Arifin, penelitian kualitatif dalam ilmu-ilmu sosial dan keagamaan (Malang: Kalimasahada, 1996), h. 13.
23
mengandalkan data-data yang bersifat teoritis dan dokumentasi yang ada di
perpustakaan.
2. Sumber Data
Dalam setiap penelitian, sumber data merupakan komponen yang
sangat penting, sebab tanpa adanya sumber data, maka penelitian tidak akan berjalan.
Sumber data adalah subjek dari mana data itu bisa diperoleh. Untuk itu,
dalam penelitian ini penulis menggunakan personal document sebagai sumber data
dalam penelitian kualitatif ini. Personal document adalah dokumen pribadi, disini
adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis mengenai
tindakan, pengalaman dan kepercayaannya.41 Selain itu sumber data pada penelitian
ini juga ada yang berasal dari primer dan sekunder.
a. Data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung berkaitan
dengan tema yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini. Adapun
sumber data primer dalam pembahasan ini adalah dari Tafsir Ibnu Katsir, karya
dari Dr. ‗Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, kemudian buku yang berjudul
Prophetic Parenting, Cara Nabi Saw Mendidik Anak, karya Dr. Muhammad Nur
Abdul Hafizh Suwaid
b. Data sekunder
Sementara sumber data sekunder adalah informasi yang secara tidak
langsung berkaitan dengan persoalan yang menjadi pokok pembahasan dalam
41 Ahmad Sonhaji, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data dalam Penelitian kualitatif, Dalam
Imron Arifin), Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada, 2000), h. 82.
24
penelitian yang menggunakan rujukan, literatur dari buku lain yang mendukung
dari sumber pertama (primer).42 Sumber data sekunder ini adalah sumber data
penunjang. Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah data-data tertulis berupa buku, artikel, majalah, jurnal dan data tertulis
lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
maka teknik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian Research Library ini
adalah dengan mengumpulkan buku-buku, makalah, artikel, majalah, jurnal, dan lain
sebagainya, yang berhubungan dengan topik dan tokoh yang dikaji. Langkah
ini biasanya dikenal dengan metode dokumentasi. Suharsimi berpendapat bahwa
metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger,
agenda dan lain-lain.43
Teknik ini digunakan oleh penulis dalam rangka mengumpulkan data
yang berhubungan peran ibu rumah tangga ini adalah dari al-Qur‘an dan pendapat
para pemikirn. Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data tersebut.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap terpenting dari sbuah penulisan. Sebab pada
tahap ini dapat dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan
sebuah penyampaian yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab persoalan-
persoalan yang telah dirumuskan. secara definitif, analisis data merupakan proses
pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola kategori dan suatu uraian dasar,
42 Winarno Surachmad, Dasar Dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung:
CV.Tarsito, 1972), h.125 43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 206.
25
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
dirumuskan oleh data.44
a. Metode Analisis Deskriftif
Metode analisis deskriftif adalah usaha untuk mengumpulkan dan
menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut.45
Pendapat tersebut diperkuat oleh Lexy J. Moleong, analisis deskriftif tersebut
adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar bukan dalam bentuk
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain
itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci apa yang sudah
diteliti.46 dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambaran penyajian data tersebut.
b. Content Analysis atau Analisis Isi
Content Analysis atau analisis isi, yakni pengolahan data dengan cara
pemilihan tersendiri berkaitan dengan pembahasan dari beberapa gagasan atau
pemikiran para tokoh pendidikan yang kemudian dideskripsikan, dibahasa dan
dikritik. Selanjutnya dikategorisasikan (dikelompokkan) dengan data yang
sejenis, dan dianalisis isinya secara kritis guna mndapatkan formulasi yang
kongkrit dan memadai, sehingga pada akirnya dijadikan sebagai langkah dalam
mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang ada.47
Secara keseluruhan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian
analisis isi yaitu; pertama, menentukan permasalahan, karena permasalahan
merupakan titik tolak dari keseluruhan penelitian. kedua, menyusun kerangka
pemikiran (conseptual atau framework), dan penelitian deskriptif cukup hanya
44 Moleong, Penelitian Kualitatif, h. 103. 45 Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), h. 139. 46 Moleong, Penelitian Kualitatif, h. 6. 47Ibid, h. 163.
26
mngemukakan conseptual definition dengan dilengkapi dimensi-dimensi dan
subdimensi yang akan diteliti. ketiga, menyusun perangkat metodologi, keempat,
analisi data yaitu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti
melalui perangkat metodologi tertentu. kelima, interpretasi terhadap hasil analisis
data.48
48 Burhan Bungin, Meteodologi Penelitian Kualitatif ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 193-197.
33
BAB II
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 233, SURAH LUQMAN AYAT 14 DAN
SURAH AL-AHQAF AYAT 15
1. Tafsir surah al-Baqarah ayat 233
Surah ini tergolong surah madaniyah yang berjumlah 286 ayat. Begitu banyak hal
yang dibicarakan dalm surah ini.
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan49.
Ini adalah bimbingan dari Alla Ta‘ala bagi para ibu supaya mereka menyusui anak-
anaknya dengan sempurna, yaitu dua tahun penuh. Dan setelah itu tidak ada lagi
penyususan.Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqarah: 233) Kebanyakan para imam berpendapat
bahwa masa penyusuan tidak dapat menjadikan mahram kecuali bila si bayi yang disusui
berusia di bawah dua tahun. Untuk itu seandainya ada anak yang menyusu kepada seorang
49 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Jakarta: PT.Bumi Restu), h
34
wanita, sedangkan usianya di atas dua tahun, maka penyusuan itu tidak menjadikan
mahram baginya.Di dalam bab hadis yang mengatakan bahwa penyusuan tidak
menjadikan mahram pada diri seorang anak kecuali bila usianya di bawah dua tahun,
Imam Turmuzi mengatakan:
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abu
Uwwanah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari Fatimah bintil Munzir, dari Ummu Salamah
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Persusuan tidak menjadikan
mahram kecuali susuan yang dilakukan langsung pada tetek lagi mengenyangkan perut
dan terjadi sebelum masa penyapihan.
Hadis ini hasan sahih. Hal inilah yang diamalkan di kalangan kebanyakan ahlul ilmi dari
kalangan sahabat Rasulullah Saw. dan lain-lainnya. Yaitu bahwa penyusuan tidak menjadi
mahram kecuali bila dilakukan dalam usia di bawah dua tahun, sedangkan penyusuan
yang dilakukan sesudah usia genap dua tahun, hal ini tidak menjadikan mahram sama
sekali. Fatimah bintil Munzir ibnuz Zubair ibnul Awwam adalah istri Hisyam ibnu
Urwah.
Menurut kami, hanya Imam Turmuzi sendiri yang mengetengahkan riwayat hadis
ini, sedangkan para rawinya bersyaratkan Sahihain. Makna sabda Nabi Saw. yang
mengatakan, "Illa ma kana fis sadyi,'" ialah kecuali susuan yang dilakukan pada tetek
sebelum usia dua tahun. Seperti yang terdapat di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, dari Waki' dan Gundar, dari Syu'bah, dari Addi ibnu Sabit, dari Al-
Barra ibnu Azib yang menceritakan bahwa ketika Ibrahim ibnu Nabi Saw. meninggal
dunia, Nabi Saw. bersabda: sesungguhnya dia mempunyai orang yang menyusukannya di
dalam surga.
Hal yang sama diketengahkan oleh Imam Bukhari melalui hadis Syu'bah.
Sesungguhnya Nabi Saw. bersabda demikian tiada lain karena putra beliau yang bernama
35
Ibrahim a.s. wafat dalam usia dua puluh dua bulan. Karena itulah beliau Saw. bersabda:
sesungguhnya dia mempunyai orang yang menyusukannya di dalam surga.
Yakni yang akan menggenapkan masa persusuannya. Pengertian ini diperkuat oleh
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Daruqutni melalui jalur Al-Haisam ibnu
Jamil, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Ibnu Abbas yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada yang menjadikan mahram
karena persusuan kecuali yang dilakukan sebelum usia dua tahun.
Kemudian Imam Daruqutni mengatakan, tiada yang menyandarkannya kepada Ibnu
Uyaynah selain Al-Haisam ibnu Jamil, tetapi Al-Haisam orangnya siqah lagi hafiz (hafal
hadis). Menurut kami, hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Malik di dalam kitab
Muwatta', dari Saur ibnu Yazid, dari Ibnu Abbas secara marfu'. Imam Darawardi
meriwayatkannya pula dari Saur, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, yang di dalam riwayatnya
ditambahkan seperti berikut: Dan persusuan yang terjadi sesudah usia dua tahun tidak
mempunyai pengaruh apa pun. Riwayat ini lebih sahih.
Abu Daud At-Tayalisi meriwayatkan melalui Jabir yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada penyusuan lagi sesudah masa penyapihan, dan
tiada status yatim sesudah usia balig.Penunjukan makna yang diketengahkan oleh hadis
ini menjadi lebih sempurna dengan adanya firman Allah Swt. yang mengatakan: dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku. (Luqman: 14) Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15) Pendapat yang mengatakan
bahwa persusuan sesudah usia dua tahun tidak menjadikan mahram diriwayatkan dari Ali,
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Jabir, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ummu Salamah, Sa'id ib-nul
Musayyab, dan Ata serta jumhur ulama. Pendapat inilah yang dipegang oleh mazhab
Syafii, Imam Ahmad, Ishaq, AS-Sauri, Abu Yusuf, Muhammad, dan Malik dalam salah
satu riwayatnya. Menurut riwayat yang lain dari Imam Malik juga disebutkan bahwa masa
36
persusuan itu adalah dua tahun dua bulan, dan menurut riwayat yang lainnya lagi yaitu
dua tahun tiga bulan.
Imam Abu Hanifah mengatakan, masa penyusuan adalah dua setengah tahun. Zufar
ibnul Huzail mengatakan bahwa selagi si anak masih mau tetap menyusu, maka batas
maksimalnya adalah tiga tahun; pendapat ini merupakan salah satu riwayat dari Al-Auza'i.
Imam Malik mengatakan, "Seandainya seorang anak telah disapih dari penyusuan
sebelum usia dua tahun, lalu ada seorang wanita menyusukannya setelah disapih, maka
penyusuan kali ini tidak menjadikan mahram, karena persusuan saat itu disamakan
kedudukannya dengan makanan." Pendapat ini pun merupakan suatu riwayat lain dari Al-
Auza'i.
Telah diriwayatkan dari Umar r.a. dan Ali r.a., bahwa keduanya pernah
mengatakan, "Tiada persusuan sesudah penyapihan." Maka kalimat ini diinterpretasikan
bahwa keduanya bermaksud usia dua tahun, sama halnya dengan pendapat jumhur ulama,
yakni baik telah disapih ataupun belum. Akan tetapi, dapat pula diinterpretasikan bahwa
keduanya bermaksud kenyataannya. Dengan demikian, berarti sama dengan apa yang
dikatakan oleh Imam Malik.
Telah diriwayatkan di dalam kitab Sahihain, dari Siti Aisyah r.a.; ia berpendapat
bahwa penyusuan anak yang sudah besar mempunyai pengaruh pula dalam kemahraman.
Pendapat inilah yang dipegang oleh Ata ibnu Abu Rabah dan Al-Lais ibnu Sa'd.
Tersebutlah bahwa Siti Aisyah r.a. selalu memerintahkan kepada orang yang ia pilih boleh
masuk ke dalam rumahnya untuk menemui wanita-wanita yang ada di dalam asuhannya,
untuk menyusu kepadanya terlebih dahulu. Siti Aisyah r.a. berpendapat demikian karena
berdasarkan kepada hadis yang mengisahkan masalah Salim maula Abu Huzaifah. Nabi
Saw memerintahkan kepada istri Abu Huzaifah untuk menyusukan Salim, sedangkan
Salim ketika itu sudah besar. Setelah itu Salim bebas menemui istri Abu Huzaifah berkat
37
penyusuan tersebut. Akan tetapi istri-istri Nabi Saw. yang lainnya (selain Siti Aisyah r.a.)
tidak mau melakukan hal tersebut, mereka berpendapat bahwa peristiwa Salim tersebut
termasuk hal yang khusus. Pendapat inilah yang dianut oleh jumhur ulama.
Hujah yang dipegang oleh jumhur ulama —mereka terdiri atas para imam yang
empat orang, ulama ahli fiqih yang tujuh orang, para sesepuh sahabat, dan istri-istri Nabi
Saw. selain Siti Aisyah r.a.— ialah sebuah hadis yang ditetapkan di dalam kitab Sahihain
dari Siti Aisyah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perhatikanlah oleh kalian
(kaum wanita) siapakah saudara-saudara kalian, karena sesungguhnya persusuan itu
hanyalah karena kelaparan.
Mengenai masalah persusuan dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah anak
yang sudah besar menyusu, akan dibahas dalam tafsir firman-Nya: dan ibu-ibu kalian
yang menyusukan kalian. (An-Nisa: 23) Firman Allah Swt.: Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. (Al-Baqarah: 233) Yakni
diwajibkan atas orang tua si anak memberi nafkah dan sandang ibu anaknya dengan cara
yang makruf, yakni menurut tradisi yang berlaku bagi semisal mereka di negeri yang
bersangkutan tanpa berlebih-lebihan, juga tidak terlalu minim. Hal ini disesuaikan dengan
kemampuan pihak suami dalam hal kemampuan ekonominya, karena ada yang kaya, ada
yang pertengahan, ada pula yang miskin. Seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan. (At-Talaq: 7) Ad-Dahhak mengatakan, "Apabila seseorang menceraikan
istrinya, sedangkan ia telah punya anak dari istrinya itu yang masih dalam masa
penyusuan, maka ia wajib memberi nafkah dan sandang kepada istrinya yang telah
38
diceraikan itu dengan cara yang makruf (selama bekas istrinya itu masih menyusukan
anaknya)." Firman Allah Swt.: Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya. (Al-Baqarah: 233) Yakni misalnya pihak si ibu menyerahkan bayi itu kepada
pihak ayah si bayi untuk menimpakan kemudaratan terhadap pihak ayah si bayi karena
diharuskan memeliharanya. Pihak ibu tidak boleh menyerahkan si bayi yang telah
dilahirkannya (kepada suaminya) sebelum menyusukannya yang pada kebanyakan si bayi
tidak dapat hidup melainkan dengan susu ibunya. Setelah masa penyusuan telah habis,
maka pihak ibu si bayi baru diperbolehkan menyerahkan bayinya itu kepada ayah si bayi
jika pihak ibu berkenan. Sekalipun demikian, jika hal tersebut mengakibatkan pihak ayah
si bayi menderita kesengsaraan karena harus memelihara bayinya, maka pihak ibu tidak
boleh menyerahkan bayinya itu kepada ayah si bayi. Sebagaimana tidak dihalalkan bagi
pihak ayah si bayi merampas bayi dari tangan ibunya hanya semata-mata untuk
menimpakan kesengsaraan kepada pihak ibu si bayi. Karena itu, maka Allah Swt.
berfirman: dan (janganlah menderita kesengsaraan) seorang ayah karena anaknya. (Al-
Baqarah: 233) Yaitu misalnya ayah si anak (bayi) ingin merampas anak dari tangan
ibunya dengan tujuan menyengsarakan ibunya.
Demikianlah menurut penafsiran Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, Az-Zuhri,As-
Saddi, As-Sauri, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya.50
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma‘ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
50Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir jilid 1, (Pustaka imam asy-syafi‘I,2008),
h.594
39
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.51
2. Tafsir surah luqman ayat 14
Surat luqman terdiri dari 34 ayat, termasuk golongan surat-surat makkiyah, pokok-pokok
isi didalam surat ini adalah tentang keimanan, hokum-hukum, kisah-kisah, dll.
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.52
Mujahid berkata: ―Beratnya kesulitan mengandung anak.‖ Qatadah berkata:
―Keberatan demi keberatan.‖ Sedangkan ‗Atha‘ al-Khurasani: ―Kelemahan demi
kelemahan.‖
Dan firman-Nya: “Dan menyapihnya dalam dua tahun,” yaitu mengasuh dan
menyusuinya setelah melahirkannya selama dua tahun, sebagaimana Dia berfirman:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS.Al-Baqarah: 233). Dan dari sini, Ibnu
Abbas dan imam-imam yang lain ber-istinbath bahwa minimal masa hamil adalah 6
bulan, karena di ayat lain Allah berfirman: “Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan.” (QS.Al-Ahqaaf: 15). Allah SWT menyebutkan pengasuhan
seorang ibu, kelelahan dan kesulitannya saat begadang siang dan malam, agar seorang
anak dapat mengingat kebaikan yang diberikan ibunya. Sebagaimana firman-Nya:”Dan
51Shihab, Tafsir Al-Misbah,h. 52 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Jakarta: PT.Bumi Restu), h
40
ucapkanlah: „Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik (memelihara)ku waktu kecil.‟” (QS.Al-Israa‘: 24)53
3. Tafsir surah Al-Ahqaf ayat 15
Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri"54.
Surah Al-Ahqaf terdiri dari 35 ayat dan tergolong surah makkiyah.Setelah ayat
pertama Allah Swt menyinggung masalah tauhid dan pemurnian ibadah serta istiqamah
kepada-Nya, Dia menyambungnya dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua,
sebagaimana hal itu telah disebutkan secara bersamaan dalam beberapa ayat lainnya di
dalam al-Qur‘an, misalnya firman Allah ini: ―Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya.‖ (QS.Al-Isra‘: 23)
Dalam surah al-Ahqaf ini, Allah Swt berfirman: ―Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu dan bapak),‖ yakni, Kami
perintahkan ia supaya berbuat baik serta berlemah lembut kepada keduanya.55
53Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir jilid 7, (Pustaka imam asy-syafi‘I,2008),
h.253 54 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Jakarta: PT.Bumi Restu), h 55Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, (Pustaka imam asy-syafi‘I,2008),
h.500
41
Ayat ini adalah diantara bentuk kasih Allah swt kepada para hambanya dan
balasan baikNya terhadap para orang tua. Allah swt berwasiat dan memerintahkan para
anak untuk berbuat baik terhadap orang tua dengan berkata yang lemah lembut,
memberikan nafkah dan uang serta perbuatan baik lainnya, selanjutnya Allah swt
menjelaskan sebab mengapakah berbuat baik terhadap orang tua diwajibkan, Allah swt
menyebutkan beban mengandung yang ditanggung oleh seorang ibu serta berbagai rasa
sakit yang dihadapi pada saat mengadung, selanjutnya beban berat pada saat melahirkan
merupakan beban yang teramat besar, dilanjutkan lagi dengan beban menyusui dan
merawat.56
4. Hadist Tentang Ibu
س حق س ف رس ه ه ء رج رس ه ص ه ع ه ق ج ر رض ه ع ع هر: ث ق ؟ ق : ث : ق ؟ ق ت خرجه حس صح ؟ ق : ث ( : ث ؟ ق :ث ق : ث
( ر
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “ Bapakmu!”(H.R.Bukhari).
صَ ع : ح ه ق ع س ه سع ق س ص ه ع ع ه ( س ر خرجه ج ف س ه ( : : ث ق ر ق :ث : ث ق قت ق
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas‟ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta‟ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
56Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‘di, Tafsir al-Qur‟an, (Jakarta-Darul Haq,2015), h.507
45
BAB III
PERAN IBU RUMAH TANGGA SEBAGAI PENDIDIK UTAMA DALAM
KELUARGA MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Islam telah mendudukkan ibu dalam posisi yang mulia dalam struktur keluarga. Perintah
untuk menghormati kedua orang tua, Allah kaitkan dengan perjuangan seorang ibu yang
dengan segenap kasih sayang dan kekuatannya melahirkan dan mendidik anak. Setelah
menggambarkan perjuangan seorang ibu, kemudian Allah memerintahkan manusia untuk
bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orang tua.
Kemudian keluarga adalah sendi masyarakat yang paling mendasar. Keluarga muslim
adalah institusi yang dibangun di atas aturan- aturan Allah, sehingga asas utama aturan
keluarga adalah keimanan. Keimanan seseorang berdampak pada sikap yakin akan kebenaran
aturan Allah dan sikap yakin bahwa aturannya sesuai dengan fitrah manusia serta
menimbulkan kemaslahatan.57 Untuk itu, setiap kali ada permasalahan keluarga, seorang
muslim akan mencari jalan keluarnya di dalam ajaran Islam.58
Menjadi seorang ibu adalah sebuah kehormatan, oleh karena Islam memandang posisi
keibuan sebagai posisi paling penting, kedudukan yang mulia, sumber kejayaan dan
kebahagiaan umat manusia, jalur yang menentukan suatu perjalanan ke surga atau neraka,
tiang negara bila ia baik maka negara akan menjadi baik dan bila ia rusak maka negara pun
akan hancur.
Dengan demikian, ibu harus dihormati, segala perintahnya harus ditaati, segala
pimpinanya yang benar harus ditunduki dan dimuliakan selama sejalan dengan syariat-Nya.
Allah menghargai kaum ibu dengan penghargaan yang besar sebagai imbalan atas kesulitan
mereka dalam membawa misi kemanusiaan seperti mengandung, melahirkan dan menyusui.
57Hal ini sebagaimana hadist dalam kitab Ar-Ba‘in An-Nawawi nomor 41 ه ت ج ع هت حتى آ أح ؤ salah seorang dari kalian tidak beriman sampai keinginannya mengikuti apa) ا
yang aku bawa) 58 Fa‘iz, Ahmad,Cita Keluarga Islam, (Jakarta: Serambi, cetakan pertama,2001)h,23
46
Semua itu merupakan tugas-tugas yang yang tidak dapat digantikan oleh pria. Jadi amat wajar
jika tugas berat serupa itu diimbangi dengan memberikan kehidupan yang layak dalam
keluarga mulai dari makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak sesuai kondisi dan
kemampuan suami. Ini berarti kaum wanita mendapat tugas yang mulia dan strategis yakni
untuk menciptakan suatu generasi bangsa yang mempunyai integritas kepribadian yang utuh
demi melanjutkan cita-cita dan perjuangan agama, bangsa dan negara.
Syaikh Muhammad Abu Zuhrah mengatakan bahwa ―pekerjaan yang sesungguhnya bagi
wanita adalah mengurus rumah tangganya. Pengaturan kerjasama antara pria dan wanita harus
sejalan; pria mencari nafkah untuk penghidupan dan wanita berada di rumah untuk mengurus
rumah tangga.‖59
1. Kehadiran dan Peranan Ibu bagi Anak
Tugas utama seorang wanita adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga
(Ummu Wa Rabbatul Bait). Tugas utama ini tidak bisa tergantikan, karena Allah SWT
telah menetapkan bahwa wanitalah tempat ―persemaian‖ generasi manusia dan tempat
menghasilkan ASI (Air Susu Ibu) sebagai makanan terbaik awal kehidupan. Hal ini harus
kita pahami sebagai fungsi utama wanita dalam kehidupan. Sebab, kondisi tersebut tidak
bisa diperankan oleh laki-laki.
Islam telah menempatkan wanita pada posisi yang mulia dengan tugasnya sebagai
ibu. Tanpa keikhlasan dan kerelaan seorang ibu memelihara janin yang dikandungnya
selama 9 bulan, tidak akan lahir anak manusia ke bumi. Demikian pula dengan kerelaan
dan kesabarannya ketika menyusui dan mengasuh bayinya. Hal ini akan berperan besar
terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak. Sungguh, posisi seorang
59Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), cet pertama, h.25.
47
wanita yang ridho terhadap kehamilannya sebanding (dari segi pahala) dengan seorang
prajurit yang berperang di jalan Allah dan ia sedang berpuasa.60
Jadi, kepribadian anak sangat ditentukan dari proses pendidikan yang dilakukan
oleh seorang ibu, karena ibulah yang bertugas untuk mencetak generasi-generasi yang
berkualitas di masa yang akan datang. Peran ibu sangat stragetis dalam pendidikan anak,
sebab ibulah orang yang pertama kali disebutkan namanya oleh anak, bahasaibulah yang
pertama kali mereka pelajari, serta orang pertama yang mereka teladani sebelum bapak.
Sebagaimana Lidia Yurita mengatakan bahwa, ―Ibu adalah pendidik yang paling utama
bagi setiap anak. Selain itu, ibuialah sosok yang paling dicintai oleh semua orang dan
menjadi panutan mereka, serta pribadi inspiratif bagi anak‖61
Dalam hal mendidik anak, pertama kali yang harus dilakukan oleh seorang ibu
adalah memperbaiki diri dengan cara mengevaluasi diri dengan melihat kekurangan-
kekurangan yang ada pada diri sendiri agar anak dapat dengan mudah meneladani sikap-
sikap mulia yang terdapat pada seorang ibu. Sebagaimana Dr. Jalali mengatakan bahwa,
―siapapun yang memiliki tanggungjawab mengasuh anak mesti melakukan introspeksi
pada karakter dan perilaku dirinya sendiri, menyadari tanggungjawabnya, dan berupaya
terus mengoreksi kegagalannya.‖62
Seorang ibu akan mengasihi dan menyayangi anaknya secara murni dan tanpa
pamrih. Ia mencintai anak-anaknya dari lubuk hatinya yang paling dalam dan benar-benar
bersedia mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan anak-anaknya. Ibu
adalah orang yang dapat menjadi penopang hidup anak-anaknya sekalipun ketika ayahnya
sudah tiada. Ibu adalah wanita terkuat yang dimiliki oleh anak.Ibu memiliki hubungan
yang teramat dekat dengan anak, baik secara fisik maupun secara psikis.Secara fisik
60Lidia Yurita, Ibu yang Hebat (Jogjakarta: DIVA Press, 2010), h.25. 61Ibid, h. 19 62 Ibrahim Amini, Anakmu AmanatNya (Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 18.
48
hubungan ibu dan anak dimulai dari anak berada dalam kandungannya, kemudian lahir
lalu menyusukannya dan sampai membesarkannya.Selama itu pula sesungguhnya kontak
psikologi terjadi.Maka tidak heran seorang ibu jauh merasa lebih dekat dengan anaknya
dibandingkan seorang ayah dengan ananknya.Ali Qaimi mengatakan bahwa,
Perlu kita perhatikan bahwa secara ilmiah, memenuhi kebutuhan emosional anak oleh ibunya adalah sesuatu yang dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tidak seorangpun yang lebih berpengaruh ketimbang ibunya. Dengan demikian, si anak tidak akan begitu merasa kehilangan kasih sayang atas kepergian ayahnya. Sebab, si ibu selalu berada di sampingnya dan memenuhi kebutuhan emosionalnya serta melenyapkan berbagai kesulitan yang ada.63 Dari pendapat di atas, sangat jelas bahwa peran ibu dalam proses pendidikan anak
sangat penting. Proses pendidikan anak sangat ditentukan dari perilaku ibunya sebagai
orang pertama yang diteladani oleh anak. Dengan tugas ibu yang sangat strategis, maka
harusnya ibu dapat dengan mudah mengarahkan anak pada kegiatan dan perilaku-
perilaku positif serta intens mengawasi setiap tingkah laku anak serta perubahan yang
terjadi pada diri anak.
Dalam kehidupan seorang anak, orang tua mempunyai arti yang sangat penting. Pada
awal kehidupannya, hubungan antara anak dan ibu sangat menentukan perkembangan
selanjutnya. Terutama untuk kesehatan mental, anak kecil harus mendapatkan hubungan
langsung yang berkesinambungan, hangat dan erat dengan ibu atau orang lain sebagai
pengganti ibu yang permananen (tetap). Hubungan yang demikian akan menimbulkan
kepuasan dan kebahagiaan bagi kedua belah pihak.
Senada dengan pendapat di atas, Fadhil al-Djamali, peran utama para ibu adalah
membina warga negara yang shaleh dengan mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dalam
63Moh. Haitami Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 157.
49
diri mereka sehingga orang lain (khususnya anak) dapat melihat kemuliaan, keindahan
Islam.64 Dengan kata lain ibu menjadi teladan atau model bagi anak.
Ibu berperan sebagai mekanisator kehidupan yang sangat berperan dalam proses
regenerasi. Ibu berperan dalam proses reproduksi (bapak pun berperan dalam waktu yang
singkat). Allah menitipkan janin yang lembut dan lemah pada saat-saat pengembangannya
pada rahim wanita selama sembilan bulan. Maka dari itu, berbagai penelitian
membuktikan bahwa terpisahnya ibu dari anaknya pada tahap perkembangan awal akan
merusak anak baik secara intelektual, emosional, sosial serta fisik.
Pemeliharaan ibu terhadap anaknya merupakan pekerjaan berat yang tidak bisa
disamakan dengan pekerjaan lain yang dikerjakan oleh kaum wanita. Pekerjaan ini harus
dilakukan oleh ibu, tidak bisa digantikan oleh panti asuhan, baby siter atau pembantu.
Wanita shalih bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan buah hatinya.
Mengenai hal ini tidak dapat dipindah tangankan kepada orang lain. Sebagaimana
ungkapan yang sering kita dengar bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak.
Sebagaimana Nabi saw bersabda:
Dan wanita adalah pengembala, dan bertanggung jawab terhadap pengembalannya‖. (Muttafaq‘alaih) Demikian penting peranan seorang ibu dalam pendidikan anaknya ini. Dikatakan oleh Ustadz Hasan al-Banna bahwa wanitalah (ibu) yang membangun pertumbuhan anak dan menjadi panutan yang diteladani sang bayi, wanitalah yang pertama kali menandai kehidupan remaja untuk menjadi dewasa diatas jalan yang lurus. Corak ibulah yang akan mulai mewarnai anaknya, karena dialah yang selalu berada didekatnya.65 Peran ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak- anaknya,
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya. Peran ibu didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengasuh, mendidik
64 al-Djamali, Fadhil. 1993. Menerabas Krisis Pendidikan Islam, terj. Muzayin Arifin, Jakarta : PT
Golden Terayon Press. 65Supriyanto Abdullah, Agar Keluarga Seindah Surga-Ramuan Keluarga Bahagia Ala Rasulullah,
(Yogyakarta-jannah, 2014), h.182-183.
50
dan menentukan nilai kepribadian. Peran pengasuh adalah peran dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya terpelihara sehingga
diharapkan mereka menjadi anak – anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Selain itu peran pengasuh adalah peran dalam memberikan kasih sayang, perhatian, rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
Dari pemaparan diatas yang menjadi peran seorang ibu adalah, sebagai berikut:
a. Ibu yang menyusui
Islam menggariskan hak dan kewajiban bagi masing-masing suami istri. Suami wajib
memberikan nafkah. Sementara istri wajib menyusui bayinya yang membutuhkan
sentuhan didadanya, agar bayi menemukan kebahagiaan, ketentraman dan gizi yang
cukup dari air susu ibunya yang disertai kasih sayang. Sang bayi minum susu dari
kedua payudara ibunya yang sengaja disiapkan oelh Sang Maha Pencipta untuk
aktivitas tersebut. Tuhan juga menyiapkan laboratorium penghasil susu ini di dada
sang ibu bayi, baik berstatus miskin ataupun kaya. Itu semua untuk menjaga
pertumbuhan si jabang bayi dan makhluk baru di alam yang asing ini.66
Dilihat dari segi kemanfaatannya, ASI banyak memberikan manfaat,tidak saja
bagi bayi tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara. Bagiseorang bayi ASI
mengandung nutrisi yang lengkap dengan komposisiyang sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayiyang menyebabkan kenaikan berat badan dengan
baik dan mengurangikemungkinan kegemukan (obesitas), mudah dicerna
sehinggapenyerapannya sempurna dan mengandung berbagai zat protektifsehingga
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Hasil penelitianyang dilakukan oleh
Sakti membuktikan bahwa gizi yang terkandungdalam ASI lebih baik bagi
66Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting Cara Nabi Saw Mendidik Anak,
(Yogyakarta-Pro-U Media, 2010), H. 128
51
perkembangan mental dan psikomotor bayidaripada gizi yang diperoleh bayi dari
pengganti air susu ibu (PASI).67
Pemberian ASI akan memberikan efek psikologis yangmenguntungkan. Waktu
menyusui, kulit bayi menempel pada kulitibu. Kontak kulit yang dini ini akan sangat
besar pengaruhnya bagiperkembangan bayi nantinya. Interaksi yang timbul waktu
menyusuiantara ibu dan bayi akan menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi(basic
sense of trust).68 Anak mulai percaya pada orang lain (pertamadan tentunya adalah
ibu) dan akhirnya percaya pada diri sendiri.
Bagi ibu yang menyusui, ditinjau dari segi kesehatan, isapan bayipada puting
susu akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjarhipofisis. Oksitosin
membantu mengecilkan rahim (mengembalikanrahim pada kesempurnaan letak
semula) dan mencegah pendarahanpasca persalinan. Menyusui secara murni dapat
menjarangkan kehamilan,mencegah ibu dari penyakit, seperti anemia, kanker
payudara dan secarapsikologis ibu merasa senang, merasa diperlukan dan terpenuhi
panggilanhati untuk mengasihi dan menyayangi si buah hati.
Islam memberikan perhatian pada ibu yang mengandung dan anakyang berada
dalam kandungan. Pada waktu masa kehamilan terjadi,pendidikan Islam terhadap
janin dapat terealisasi dalam beberapabentuk, yang paling penting antara lain:
Pertama, perawatan ataupendidikan ibu baik secara fisik maupun psikis. Hal itu dapat
diwujudkandengan pemberian makanan yang halal, baik dan memenuhi
kebutuhannutrisi bagi ibu, istirahat yang cukup, pengobatan dari berbagai
penyakit,pemenuhan kebutuhan psikis dan menjauhi keterpukulan jiwa atau
halhalyang dapat meningkatkan emosi ibu yang dapat mempengaruhi janin.Di antara
67 Lihat Sakti H., Perbedaan Tingkat Perkembangan Mental dan Motorik pada Bayi yang minum Air Susu Ibu (ASI) dan yang minum Pengganti Air Susu Ibu (PASI), Skripsi, UGM : Fakultas
Psikologi, 1989 68 L.J.Yarrow, et al., Developmental Course of Parental Stimulation and its Relationship to Mastery Motivation During Infancy, Journal of Developmental Psychology, 1984, Vol. 20, No. 3, 492.
52
pesan-pesan agama terhadap ibu hamil adalah pembolehanberbuka puasa di bulan
Ramadhan apabila ibu merasa khawatir puasaitu akan mengganggu diri dan janin yang
dikandungnya. Kedua, menjagahak-hak janin dalam masalah warisan, jika orang yang
mewariskanmeninggal sebelum ia lahir dan larangan membelanjakan harta untuksang
janin apabila membawa dampak negatif atau madharat. Ketiga,Islam mengharamkan
seorang ibu melakukan pengguguran kandungan(aborsi) dengan cara atau alasan
apapun, kecuali jika kandungan akanmengancam jiwa ibu. Keempat, Islam
menetapkan agar pelaksanaanhukum had terhadap perempuan yang sedang hamil
ditunda sampai iamelahirkan untuk keselamatan janin.
Selanjutnya, Allah menekankan dengan sangat agar seorang ibu dapat
memberikan air susu ibu (ASI) kepada anaknya maksimal selama dua tahun, karena
Allah mengetahui bahwa pada masa-masa itu, bayi membutuhkan kasih sayang
seorang ibu yang darah dagingnya seluruhnya berasal dari ibu. Pada saat itu bayi
masih berada dalam masa pembentukan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Sehingga
apabila orang tua mampu amanah Allah ini, pasti bayi akan tumbuh dan berkembang
dengan kondisi yang sehat secara fisik, psikis/emosional dan spiritual.
Maka, sangat pantaslah jika seorang ibu derajatnya lebih tinggi dibanding ayah
dan dikatakan bahwa surga dibawah telapak kaki ibu. Sebab ibu telah besusah payah
dari dia mengandung, melahirkan sampai membesarkan.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahqaf ayat 15:
Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah
53
tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri"69
Ibu Sebagai Pelindung
Umumnya sebagai orang tua harus bisa mengarahkan keluarganya untuk nanti
pada akhirnya terbebas dari api neraka.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.70
Ibu adalah pelindung bagi anak-anaknya. Sejak lahir, anak sudah merasakan
kehadiran ibu, sentuhan ibu, dan suara ibu yang semuanya membuat anak merasa
aman. Saat anak menangis biasanya yang dicari anak adalah ibunya, ini merupakan
reaksi pertama dari segala sesuatu yang mengganggunya karena ibu merupakan tempat
anak untuk merasa aman dan nyaman. Anak merasa terlindungi bila di dekat ibunya.
Ibu melindungi anak dari bahaya lingkungan, dari orang asing, dan dari diri mereka
sendiri.
Saat anak mulai tumbuh dewasa, ibu tetap menjadi pelindungnya, lebih dari
pelindung dalam segi emosional. Ibu selalu mendengarkan keluhan anaknya dan selalu
ada untuk memberikan kenyamanan saat anak membutuhkannya. Ibu selalu ingin
anaknya merasa aman. Jika anak dapat mempercayai ibu, anak akan percaya diri dan
69 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Jakarta: PT.Bumi Restu), h 70 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Jakarta: PT.Bumi Restu, 2003),
h. 951
54
memiliki keamanan emosional. Jika anak tidak dapat menemukan keamanan, biasanya
dapat menyebabkan anak mempunyai banyak masalah emosional dan psikologis.71
Seorang ibu harus memperhatikan berbagai hal yang dapat mengancam diri
seorang anak, sebab hal ini adalah sebagai bagian dari peran yang dimainkan oleh
seorang ibu. Seorang ibu harus bisa memberikan rasa aman dan kenyamanan terhadap
anak-anaknya. Selain itu juga ibu berperan melindungi anak –anaknya baik secara
fisik, mental maupun emosionalnya. Ibu sebagai pelindung mental dan emosi adalah
seorang ibu harus siap mendengarkan cerita atau curhatan seorang anak, hal ini agar
anak merasa dirinya dihargai.
b. Ibu Sebagai Pendidik
Tugas utama orang tua adalah mengantarkan anak menjadi manusia yang
mengerti tujuan hidupnya, untuk apa ia diciptakan. kita bekerja keras agar bisa
member pendidikan yang terbaik, bukan dengan memasukkan mereka kesekolah-
sekolah unggulan yang kita inginkan, tetapi memasukan landasan hidup yang penting
kedalam jiwa mereka sehingga kemanapun mereka pergi, ridha Allah juga yang
mereka cari.72
Ibu merupakan penanggung jawab utama terhadap pendidikan baik mendidik
akhlak maupun kepribadian anak, dan harus bekerja keras dalam mengawasi tingkah
laku mereka dengan menanamkan perilaku terpuji, serta tujuan-tujuan yang mulia.
Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surah Al-Isra ayat 23-24:
71https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/perbedaan-peran-ayah-dan-peran-ibu-bagi-anak/, diakses
tanggal 27 oktober 2017, pukul 10.00. 72Mohammad Fauzil Adhim, Segenggam Iman Anak kita,(Yogyakarta-Pro-U Media, 2013), h.40
55
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Dalam memberikan pendidikan, seorang ibu harus memperhatikan banyak hal,
baik dalam berprilaku, bertutur kata atau sebagainya, sebab hal itu dapat berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak. Ibu merupakan seorang figur yang akan menjadi
contoh bagi anak-anaknya. Perilaku orang tua, terutama ibu, akan ditiru yang
kemudian akan menjadi panduan perilaku sang anak. Dengan kedekatan fisik dan
emosionalnya dengan anak-anaknya yang sudah terjalin secara alamiah dari sejak
mengandung, ibu akan menjadi faktor utama yang akan menentukan kepribadian dan
karakter anaknya. Oleh sebab itu, hendaknya orang tua harus memberikan kasih
sayang kepada anaknya dan menjadi contoh yang positif bagi anak-anaknya dengan
menunjukkan akhlak yang mulia dan menjadi perisai bagi anaknya dari pengaruh
lingkungan yang buruk.
2. Fungsi keluarga
Pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan yang dikelola, dilaksanakan, dan
diperuntukkan bagi umat Islam. Oleh sebab itu, lembaga pendidkan Islam menurut
bentuknya dapat dibedakan dalam dua, yaitu lembaga pendidkan Islam di luar sekolah dan
lembaga pendidkan Islam di dalam sekolah. Keluarga secara normatif termasuk ke dalam
kelompok lembaga pendidikan di luar sekolah. Islam memandang keluarga sebagai salah
satu bentuk lembaga pendidikan karena di dalam keluarga berlangsung pula proses
kependidkan. Anak berperan sebagai peserta didik, orang tua sebagai pendidik. Hubungan
interaksi anak dan orang tua inilah proses kependidikan Islam berlangsung. Perlakuan
56
orangtua terhadap anak-anaknya ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian maupun
kecerdasan anak.73
Keluarga sebagai wadah kehidupan individu mempunyai peran pentingdalam
membina dan mengembangkan individu yang bernaung di dalamnya.Selain itu, keluarga
sebagai tempat proses sosialisasi paling dini bagi tiapanggotanya untuk menuju pergaulan
masyarakat yang lebih kompleks danlebih luas. Kebutuhan fisik seperti kasih sayang dan
pendidikan dari anggota-anggotanya dapat dipenuhi oleh keluarga. Untuk memenuhi
kebutuhan ituwalaupun tidak secara tegas dan formal, anggota keluarga telah
memainkanperan dan fungsi masing-masing.
Keluarga menjadi lingkungan pertama yang dijumpai oleh anak. Keluarga menjadi
sumber pendidikan utama bagi anak, sehingga orang tua khususnya ibu menjadi tempat
anak belajar dan mengambil contoh hingga akhirnya kepribadian dan karakter anak akan
terbentuk. Pendidikan anak merupakan hal yang sangat penting, sebab anak adalah
generasi penerus masa depan dari keluarga dan cikal bakal masyarakat.
Maka dari itu peran keluarga tak bisa juga dikesampingkan, sebab keluarga juga
menjadi awal pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Keluarga jugalah
lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang anak, maka dari itu keluarga harus dapat
memberikan contoh yang terbaik bagi anak. Walau peran orang tua yang lebih besar
pengaruhnya terutama seorang ibu, namun peran keluarga juga ikut andil dalam proses
tumbuh kembang seorang anak.
3. Peran Seorang Ibu dalam Kisah Orang-Orang Shalih
a. Imam Asy-Syafi’i
Imam Syafi‘i adalah seorang imam mujtahid yang terkenal didalam Islam. Ia
adalah seorang ahli ilmu pengetahuan agama yang memiliki kepandaian dalam segala
73Hairudin, ―Pendidikan Itu Berawal Dari Rumah‖, Jurnal Irfani No. 1, Vol. 10 (Juni, 2014)
57
aspek agama. Imam Syafi‘i dilahirkan pada bualn rajab tahun 150 hijriyah bertepatan
dengan 267 M di kampong Ghuzah. Namun sayang sekali, ayahnya tak sempat
berjumpa dengannya karena semasa Imam Asy-Syafi‘I berada dalam kandungan
ibunya, ayahnya telah meninggal dunia. Ibunda Imam Syafi‘I termasuk orang yang
rajin beribadah dan beramal shalih. Terlebih ketika mengandung calon buah hatinya,
ibunda lebih rajin lagi melakukan segala perbuatan baik.
Sejak lahir, Imam Syafi‘I mendapatkan didikan langsung dari ibunda yang
shalihah ini. Hingga usia dua tahun, Imam Syafi‘I dalam asuhan ibundanya dan
tinggal Ghuzah.74
b. Imam Ahmad bin Hanbal
Muhammad bin Hanbal, bapak Imam Ahmad meninggal dunia ketika putranya
masih kecil. Sehingga ibunda Imam Ahmad sangat memperhatikan putranya ini. Ia
senantiasa membangunkan putranya sebelum fajar, padahal ia masih kecil. Lalu
keduanya shalat malam bersama-sama. Ketia adzan subuh sudah berkumandang, si ibu
pergi ke masjid bersama putranya, dan menanti hingga shalat selesei. Kemudian
setelah itu kembali kerumah.
Ini adalah upaya keras seorang ibu agar anaknya menyaksikan kebaikan, dan
terbiasa dengannya. Kita semua tahu bahwa seorang anak suka tidur dan main, tetapi
ibunda Imam Ahmad berusaha dengan segenap cara agar ia sukses melaksanakan
misinya, dengan nilai sempurna. 75
Dari kedua kisah diatas kita bisa menarik kesimpulan betapa peran seorang ibu
memang sangat luar biasa, dan begitu besar pengaruhnya terhadap masa depan
seorang anak.
74Supriyanto Abdullah, Agar Keluarga Seindah Surge-Ramuan Keluarga Bahagia Ala Rasulullah,
(Yogyakarta-jannah,2014), h.146-147 75Jumuah Saad, Ibunda Tokoh-Tokoh Teladan-kisah Inspiratif dibalik lahirnya orang hebat, (Solo-
Aqwam,2016), h.93.
61
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di bab – bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa peran
ibu rumah tangga sebagai pendidik utama dalam keluarga menurut perspektif Al-Qur‘an
sangat penting sebab kehadiran dan memiliki peran yang sangat penting, yaitu 1) Ibu
yang menyusui, 2) Ibu sebagai pelindung, dan 3) Ibu sebagai pendidik.. Keberadaan dan
kehadiran ibu pada awal pertumbuhandan perkembangan anak dibuktikan dari hasil
penelitian psikologi bahwa masa anak usia dini adalah masa kritis, masa pembentukan
fisik, pembentukan inteligensi dan pembentukan kepribadian serta spiritual yang akan
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
B. Saran
Diharapakan kepada setiap ibu, agar senantiasa melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan sepenuh hati dan dalam melaksanakan itu semua disertai dengan ilmu, agar tidak
salah dalam mendidik anak – anaknya dan memberikan yang terbaik kepada anaknya.
Selain itu juga setiap orang tua hendaknya menguasai setiap yang dibutuhkan oleh anak –
anaknya, agar anak – anak yang dilahirkan tidak hanya menjadi anak yang dapat
dibanggakan, jauh daripada itu anak yang dilahirkan menjadi penoloang atau penyelamat
kelak di hari akhir.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2006.
Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir jilid 1. Pustaka imam asy-syafi‘I, 2008.
_________, Tafsir Ibnu Katsir jilid 7. Pustaka imam asy-syafi‘I, 2008.
_________, Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, (Pustaka imam asy-syafi‘I, 2008.
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal. Jakarta: Al-Kautsar, 2005.
Ahmad Sonhaji, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data dalam Penelitian kualitatif, Dalam Imron Arifin), Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada, 2000.
Aliyah Rasyid Baswedan,‖Wanita dalam Perspektif Agama Islam dan Pembangunan‖, dalam Wanita dalam percakapan antar Agama. Yogyakarta : LKPSM NU DIY, 1992.
Binti Maunah, Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2009.
Burhan Bungin, Meteodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak. Semarang: Dahara Prize, 1994.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan. Jakarta: PT.Bumi Restu, 2003.
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Dewi Fibriyanti, ―Peranan Ibu Rumah Tangga dalam Pembentukan Sikap Keberagaman Anak Di Desa Langko Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah‖ (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2009).
Dewi Nur Halimah, ―Peran Seorang Ibu Rumah Tangga Dalam Mendidik Anak (Studi Terhadap Novel ibuk, Karya Iwan Setyawan‖ (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015).
Fa‘iz, Ahmad, Cita Keluarga Islam. Jakarta: Serambi, 2001.
Fadhil al-Djamali. Menerabas Krisis Pendidikan Islam, terj. Muzayin Arifin, Jakarta : PT Golden Terayon Press. 1993.
Hairudin, ―Pendidikan Itu Berawal Dari Rumah‖, Jurnal Irfani No. 1, Vol. 10 (Juni, 2014).
https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/perbedaan-peran-ayah-dan-peran-ibu-bagi-anak/, diakses tanggal 27 oktober 2017, pukul 10.00.
Ibrahim Amini, Anakmu AmanatNya. Jakarta: Al-Huda, 2006.
63
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, Yuk, Jadi Orangtua Shalih! Sebelum Meminta Anak Shalih. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013.
Imam Muhammad syahid, ―Peran Ibu Sebagai Pendidik Anak dalam Keluarga Menurut Syekh Sofiudin Bin Fadli Zain‖ (Skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2015).
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada, 1996.
Jumuah Saad, Ibunda Tokoh-Tokoh Teladan-kisah Inspiratif dibalik lahirnya orang hebat. Solo-Aqwam,2016.
Khabib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Khairiyah Hasain Thaha, Konsep Ibu Teladan. Surabaya: Risalah Gusti, 1992.
L.J.Yarrow, et al., Developmental Course of Parental Stimulation and its Relationship to Mastery Motivation During Infancy, Journal of Developmental Psychology, 1984, Vol. 20, No. 3, 492.
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998.
Lidia Yunita, Mukjizat Doa Ibu!. Jogjakarta: Diva Press, 2009.
___________, Ibu yang Hebat. Jogjakarta: DIVA Press, 2010.
Sakti H, ―Perbedaan Tingkat Perkembangan Mental dan Motorik pada Bayi yang minum Air Susu Ibu (ASI) dan yang minum Pengganti Air Susu Ibu (PASI), Skripsi, UGM : Fakultas Psikologi, 1989.
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi : Hidup Bersama Al-Qur`an. Bandung: Mizan, 2000.
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: DivaPres, 2010.
Moh. Haitami Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Mudji Santoso, Hakik`at, Peran, Dan Jenis-Jenis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke-Iv, Dalam Imron Arifin, penelitian kualitatif dalam ilmu-ilmu sosial dan keagamaan. Malang: Kalimasahada, 1996.
Muhammad Fauzil Adhim, Segenggam Iman Anak kita. Yogyakarta-Pro-U Media, 2013.
_________, Positive Paranting. Yogyakarta: Pro-U Media, 2015.
_________, ―Bangga Menjadi Ibu‖, Ummi, edisi 8/XII/2001.
_________, Segenggam Iman Anak Kita. Yogyakarta: Pro-U Media, 2014.
Muhammad Kasiram, Metodologi Penelitian. UIN Malang Press: 2010.
64
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting Cara Nabi Saw Mendidik Anak. Yogyakarta-Pro-U Media, 2010.
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi, 2013.
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, EdisiIV. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000.
Norma Tarazi, Wahai Ibu Kenali Anakmu. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam:Rancang Bangun Konsep Pendidikan Monokotomik-Holistik.
Sabil Huda, Pedoman Berumah Tangga dalam Islam. Surabaya : al-ikhlas, 1994.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Supriyanto Abdullah, Agar Keluarga Seindah Surga-Ramuan Keluarga Bahagia Ala Rasulullah. Yogyakarta-jannah, 2014.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‘di, Tafsir al-Qur‟an. Jakarta-Darul Haq, 2015.
Terma modern, modernisme, modernisasi, seperti terma-terma lainnya yang berasal dari Barat, telah dipakai dalam bahasa Indonesia. Dalam masyarakat Barat modernisme berarti pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, agar semua itu menjadi sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaankeadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Lihat : Harun Nasution, Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran. Bandung : Mizan, 1995.
Ummu Syafa Suryani Arfah, Menjadi Wanita Shalihah. Jakarta: Eska Media, 2010.
Undang-Undang R.I Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Wajib Belajar. Citra Umbara-Bandung, 2010.
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Dakwah. Jakarta : Logos Wacana, 1999.
Ya‘qub Chamidi, Menjadi Wanita Shalihah dan Mempesona. Jakarta: Mitra Press Studio, 2011.
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama,1995.