52
BAB1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya tahap-tahap kehidupan manusia dimulai dan bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan tahap terakhir adalah lanjut usia. Dalam hal ini akan membahas mengenai pengertian lanjut usia. Apa pengertian dan lanjut usia? Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai 1

Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gugtuu

Citation preview

Page 1: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya tahap-tahap kehidupan manusia dimulai dan bayi, balita,

anak-anak, remaja, dewasa dan tahap terakhir adalah lanjut usia. Dalam hal ini

akan membahas mengenai pengertian lanjut usia. Apa pengertian dan lanjut usia?

Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami

proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya

tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur

dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia

lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya manusia. Banyak

orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak

manfaat, babkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,

seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri.

Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah

kaum muda. Hal ini dilihat dan keterlibatan mereka terhadap sumber daya

ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial

yang semakin menurun. Akan tetapi di indonesia penduduk lanjut usia menduduki

1

Page 2: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda karena di

indonesia masih memegang kokoh prinsip tata krama.

Dalam keterbatasan fisik yang dimiliki orang tua diperlukanlah peran serta

orang dalam aspek ini keluargalah peran terpenting untuk membantu lansia

melakukan aktifitas sehari-hari karena kekurangan fisiknya. Dan dengan demikian

mereka membutuhkan perhatian yang lebih akan perubahan mereka. Mereka

membutuhkan pihak yang dapat memahami kemauan, kebutuhan, tuntutan akan

fasilitas, sarana dan prasarana yang mereka butuhkan. Karena perubahan usia ini

pula, lansia membutuhkan adanya kebutuhan fisik berupa rumah tempat tinggal

yang layak bagi kehidupan mereka, yang tentunya dapat memenuhi aktivitasnya

sehari-hari. Aspek Fisik Rumah Tempat Tinggal Lansia merupakan faktor-faktor

fisik yang mempengaruhi kenyamanan lansia dalam menempati rumah serta

lingkungan yang ditinggali. Aspek fisik ini antara lain meliputi : Kebutuhan

fasilitas Lansia memiliki banyak kebutuhan dalam hidupnya agar dapat hidup

dengan mandiri. Kebutuhan ini sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara

(1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi : (1) Kebutuhan fisik

(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan,

sandang, papan, dan fasilitas-fasilitas kesehatan. (2) Kebutuhan sosial (social

needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan

manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga,

kesamaan hobby dan sebagainya. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut

setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati, 2000). Kebutuhan

tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya

2

Page 3: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

sendiri, serta rasa nyaman terhadap Iingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan

kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan

lingkungannya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul

masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan

kemandiriannya. Perubahan fasilitas seiring dengan pertambahan umurnya, lansia

memiliki beragam kebutuhan yang tentunya berbeda dengan sebelum memasuki

masa lanjut usia. Banyak terjadi perubahan, baik dan segi fisik maupun sosial.

Dan segi fisik dapat dilihat pada fasilitas-fasilitas yang digunakan. Hal ini

dapat terlihat dan perubahan bentuk ruang kamar atau desain rumah. Seorang

lansia yang masih menempati rumah mereka, ada beberapa yang melakukan

perubahan pada fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalamnya. Menurut konsep

universal design dalam Deutsche Industnie Norm dijelaskan bahwa seorang lansia

memerlukan ruangan yang lapang atau barrier free. Hal mi tentunya sangat

bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas dalam

rumah. Luasan rumah Luasan rumah lansia dapat saja berubah dan luasan rumah

pada awalnya. Hal ini biasa teijadi jika lansia memerlukan ruangan baru atau

ruangan khusus yang diperlukan untuk mengeijakan aktivitasnya, ataupun jika

mengalami pertambahan anggota keluarga yang menempati rumahnya itu. Dengan

kemampuan fisik yang makin menurun maka dibutuhkan alat penunjang, baik

luasan ruang-ruang yang khusus digunakan untuk lansia sampai pada penggunaan

kursi roda. Dengan pengadaan fasilitas-fasilitas ini lanjut usia dapat menjalankan

aktivitasnya dengan mudah dan aman, lanjut usia akan merasa nyaman dan

diperhatikan oleh keluarganya. Umumnya lanjut usia dihadapkan pada masalah

3

Page 4: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

hunian. Human mereka tidak lagi menunjang kegiatan mereka, hal ini terlihat

pada : Luasan ruang, ruang pada hunian (ketika hunian tersebut ditempati

beberapa keluarga), Lokasi kamar yang berjauhan dengan lokasi kamar mandi,

Keadaan kamar mandi yang mempersulit, Peil lantai yang berbeda-beda,

Penggunaan tangga. Alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas-fasilitas di lingkungan

sekitar Telah dikemukan bahwa kelompok lanjut usia mengalami kemunduran

dalam tingkat kemandiriannya, mungkin karena adanya handikap fisik. Oleh

karena itu, perlu ada penyesuaian sarana fisik untuk membantu agar mereka tidak

sangat tergantung pada orang lain. khususnya dalam membantu dirinya

melakukan pekerjaan hidup sehari-hani (makan, minum, ke belakang, dan lain-

lainnya). Di negara-negara maju, pelayanan kelompok lanjut usia dilakukan dalam

ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan perkampungan khusus. Tentunya

hal ini sangat ideal. Adanya fasilitas tersebut di atas, diarahkan untuk memberi

lingkungan kehidupan yang nyaman dan sesuai bagi kelompok lanjut usia.

Keadaan im masih sulit dikembangkan saat mi, oleh karena itu perlu

dipikirkan cara lain yakni mempersiapkan SDM untuk lebih siap menenima

kelompok lanjut usia sebagaimana adanya. Ada beberapa standard untuk

penggunaan kursi roda yang dapat diaplikasikan bagi lansia memudahkan

aktivitas mereka di dalam rumah maupun Iingkungan tempat tinggalnya.

Penggunaan standard-standard mi memang tidak diharuskan di dalam sebuah

rnmah tinggal (seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang RI No.28 Tahun

2002 Pasal 31 ayat 1). Hanya saja penggunaan fasilitas tersebut tentunya

bermanfaat, terutama bagi lansia yang memiliki keterbatasan fisik (diffable).

4

Page 5: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

Kondisi kehidupan lansia banyak sekali faktor yang mempengaruhi kondisi

kehidupan lansia, yaitu kondisi fisik serta kondisi sosial. Kondisi fisik merupakan

suatu keadaan yang dimiliki lansia dan berkaitan dengan fisik tubuhnya seperti

kesehatan lansia, sedangkan kondisi sosial adalah kondisi lansia yang berkaitan

dengan kehidupan sosialnya, baik dengan keluarganya sendiri maupun dengan

masyarakat di sekitarnya, seperti pekerjaan, family size atau jumlah anggota

keluarga, lama tinggal lansia pada rumah yang ditempati, dan lain sebagainya.

Beberapa kondisi kehidupan lansia adalah sebagai berikut Usia lansia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, manusia yang berumur 60 tahun ke atas

dikatakan sebagai lansia. Dalam usia yang demikian, lansia mengalami perubahan

atau kemunduran dalam berbagai aspek kehidupannya, baik secara fisik maupun

psikis. Dalam usianya yang lanjut, lansia memerlukan banyak penunjang dalam

hidupnya, sehingga dapat menjalanican aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman.

Kesehatan lansia Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis

lanjut usia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dan kegelisahan manusia.

Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun

pada tahap-tahap tertentu (Prasetyo, 1998). Dengan demikian orang lanjut usia

harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya.

Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti

gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik,

metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah

mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencenaan, saluran kencing, fungsi

indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J.

5

Page 6: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

Gallo (1998) mengatakan untuk menkaji fisik pada orang lanjut usia harus

dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan,

gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban. Pada umumnya pada masa

lanjut usia orang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik.

Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan

perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-

hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan. Seseorang yang

berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat penurunan fungsi

sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah pembahan kejiwaan dan fisik.

Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan proses

pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga, dan gangguan

perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh, tersinggung,

sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan

dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan berhubungan dengan

orang lain, dan ketidak mampuan merawat diri sendiri. Lama tinggal lansia pada

rumah yang ditempati Banyak diantara lansia yang lebih memilih untuk tetap

tinggal pada rumah yang mereka tempati. Ada kalanya rumah tersebut merupakan

rumah yang sudah mereka tempati sejak kecil atau setelah menikah dan

membangun keluarga. Alasan tinggal lansia di rumah dan lingkungan yang

ditempati Lansia memiliki beberapa alasan untuk tetap tinggal di rumah yang

mereka tempati sekarang ini. Faktor utama yang mendasari alasan tinggal lansia

6

Page 7: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

adalah dan segi kenyamanan terhadap lingkungannya. Pekerjaan lansia Dalam

usianya yang lanjut, para lansia cenderung berhenti bekerja, baik karena sudah

pensiun, atau karena fisiknya sudah tidak memungkinkan untuk melakukan

aktivitas tersebut secara nitin seperti biasanya. Namun ada pula beberapa lansia

yang masih dengan aktif melakukan pekerjaannya. Mereka bisa berhenti dan

pekerjaan lama dan memulai pekerjaan baru, atau memperdalam hobi yang

mereka sukai agar dapat mengisi waktu luang mereka. Jadi faktor yang

menentukan keaktifan lansia dalam bekerja adalah kesehatan dan juga

pertimbangan pertimbangan finansial. Lansia yang berumur 65 hingga 70 tahun

yang masih berkerja cenderung melakukan pekerjaan tersebut karena mereka

menyukainya dan mereka merasa cukup nyaman dengan pekerjaan tersebut, dan

karena mereka masih memiliki keinginan yang besar untuk dapat membiayai

kehidupan mereka dalam usia lanjut mereka. Bekerja adalah suatu kegiatan

jasmani atau rohani yang menghasilkan sesuatu (Sumarjo, 1997). Bekerja sering

dikaitkan dengan penghasilan dan penghasilan sering dikaitkan dengan kebutuhan

manusia. Untuk itu agar dapat tetap hidup manusia harus bekerja. Dengan bekerja

orang akan dapat memberi makan dirinya dan keluarganya, dapat membeli

sesuatu, dapat memenuhi kebutuharmya yang lain. Rencana tinggal lansia di panti

jompo Di jaman seperti sekarang dimana aktivitas manusia sangat padat dan

persaingan hidup cukup berat, manusia cenderung menginginkan hal-hal yang

praktis dan cenderung tidak merepotkan. Sikap ini terkadang merambat ke

hubungan keluarga, khususnya hubungan dengan orang tua. Banyak keluarga

yang karena kesibukannya terkesan melalaikan orang tua, dan pada akhimya

7

Page 8: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

memasukkan orang tuanya itu ke panti jompo. Kesan yang tertangkap di sini

adalah keluarga sudah tidak peduli lagi dengan orang tuanya. Kesan ini diperoleh

karena kondisi nyata rumah pantijompo yang ada di Indonesia yang tidak

memadai. Panti jompo seakan menjadi tempat pembuangan orang tua. Panti

jompo yang selama ini terdapat di Indonesia memang merupakan tempat yang

tidak nyaman, dengan fasilitas yang sangat minim dan bangunan yang sudah tidak

layak pakai. Karena itu terkesan dalam pikiran masyarakat bahwa panti jompo

merupakan tempat pembuangan orang tua yang sudah tidak dipedulikan lagi oleh

keluarganya.

Namun di luar negeri, pemikiran ini terbalik. Keluarga tidak memasukkan

orang tuanya ke panti jompo karena sudah tidak peduli melainkan karena mereka

sangat peduli terhadap orang tuanya, dan tidak menginginkan mereka hidup

kesepian di rumah. Di sana orang tua akan mendapatkan perawatan serta perhatian

dan mereka yang sudah berpengalaman. Jumlah anggota keluarga lansia Keluarga

merupakan masyarakat terkecil dimana lansia berada. Perubahan kejiwaan pada

lansia akan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Oleh karena itu keluarga

dan lansia perlu mengetahui perubahan kejiwaan para lansia. Keterlibatan

keluarga akan menentukan kesehatan lansia.

B. Rumusan Penelitian

Apa pengaruh peran serta keluarga terhadap kesehatan lansia

8

Page 9: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan latar belakang masalah dan ramusan masalah di atas

maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh peran serta keluarga terhadap kesehatan lansia.

2. TujuanKhusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pemenuhan kebutuhan materi terhadap

kesehatan lansia.

b. Untuk mengetahui pengaruh perhatian kesehatan terhadap kesehatan

lansia.

c. Untuk mengetahui pengaruh pemenuhan kebutuhan spiritual terhadap

kesehatan lansia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini peneliti akan mendapatkan sejumlah data

atau infornasi yang menjadi awal penelitian terkait untuk diadakannya

penelitian lanjutan yang lebih mendalam tentang pengaruh dan peran serta

keluarga terhadap lansia.

2. Masyarakat

Memberikan masukan aplikatif bagi masyarakat khususnya untuk keluarga

agar lebih memperhatikan lansia karena lansia memiliki banyak

9

Page 10: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

kekurangan secara fisik. Oleh karena itu peranan keluarga sangat penting

bagi kehidupan para lansia agar mereka dapat hidup secara normal.

10

Page 11: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dan proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek

biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis

penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara

terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin

rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini

disebabkan teijadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta

sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai

beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa

kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang

sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara

negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat dan aspek sosial, penduduk lanjut

usia merupakan satu kelompok sosial sendiri.

Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah

kaum muda. Hal ini dilihat dan keterlibatan mereka terhadap sumber daya

ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial

yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki

11

Page 12: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara

Pembaharuan 14 Maret 1997).

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua

adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.

Tetapi bagi orang lain, periode mi adalah permulaan kemunduran. Usia tua

dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial

sangat tersebar luas dewasa mi. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa

kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Ada orang

berusia lanjut yang mampu melibat arti penting usia dalam konteks eksistensi

manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-

kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti.

Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang

berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan

keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan

demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.

Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan

knonologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang

ditinjau dani hitungan umur dalam angka. Dan berbagai aspek pengelompokan

lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia knonologis, karena batasan

usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir

selalu tersedia pada berbagai sumben data kependudukan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4

yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74

12

Page 13: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

tahun, lanjut usia Wa (old) 75 - 90 tahun dan usia sangat tua (vety old) diatas 90

tahun. Sedangkan menurut Pnayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap

orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang benusia 56 tahun

ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk

keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat

bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai

tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan

tubuh,kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul

perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang

tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan

penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah

mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang

tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.

Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan

usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam

penelitan ini digunakan batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut

usia.

2. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki

kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang

lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan

kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram

13

Page 14: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang

dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak

berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan

yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara

(1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik

(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan,

sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs)

adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun

batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan

sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk

bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,

organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4).

Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga din

untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diti (self

actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik,

rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat

untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai

berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati, 2000).

Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa

nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada.

Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia,

keluarga dan lingkungannya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi

14

Page 15: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan

menurunkan kemandiriannya.

a) Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia.

Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik

terhadap serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian

terhadap kondisi lanjut usia.

1. Kesehatan Fisik

Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia.

Keadaan fisik merupakan faktor utama dan kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,

pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap

tertentu ( Prasetyo, 1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan

diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai dengan

beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah, persendian,

sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga

keluhan yang sering tenjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran

pencemaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk mengkaji fisik

pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya

pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.

15

Page 16: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) flingsi kognitif

meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain

yang menyebabkan reaksi dan penilaku lanjut usia menjadi semakin lambat.

Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan

kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia

kurang cekatan.

2. Kesehatan Psikis

Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara

otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab

menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran.Dengan

menurunnya fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka

banyak dan mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain

sehingga mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang

percaya diri, Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi

kognitif. Zainudin (2002).

Lebih larut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko

motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa kepribadian lanjut

usia sebagai berikut (1) Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak

mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua (2) Tipe Kepribadian

Mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrom, apabila

pada masa lanjut usia tidak diisi dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada

16

Page 17: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

dirinya (3) Tipe Kepribadian Tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi

kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada masa lanjut

usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan hidup meninggal maka

pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana apalagi jika terus terbawa arus

kedukaan (4) Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuk masa

lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak keinginan yang

kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonomi rusak (5) Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat

sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung

membuat susah dirinya.

b) Faktor Ekonomi

Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang

produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3

(tiga) yaitu golongan mantap, kurang mantap dan rawan (Trimarjono, 1997).

(lolongan mantap adalah para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat

menikmati kedudukan/jabatan baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada

usia lanjut dapat mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Pada golongan

kurang mantap lanjut usia kurang berhasil mencapal kedudukan yang tinggi, tetapi

sempat mengadakan investasi pada anak-anaknya, misalnya mengantar anak-

anaknya ke jenjang pendidikan tinggi, sehingga kelak akan dibantu oleh anak-

anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu lanjut usia yang tidak mampu

memberikan bekal yang cukup kepada anaknya sehingga ketika purna tugas

17

Page 18: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

datang akan mendatangkan kecemasan karena terancam kesejahteraan Pemenuhan

kebutuhan ekonomi dapat ditinjau dari pendapatan lanjut usia dan kesempatan

kerja.

1. Pendapatan

Pendapatan orang lanjut usia berasal dan berbagai sumber. Bagi mereka

yang dulunya bekerja , mendapat penghasilan dan dana pensiun. Bagi lanjut usia

yang sampai saat ini bekerja mendapat penghasilan dan gaji atau upah. Selain itu

sumber keuangan yang lain adalah keuntungan, bisnis, sewa, investasi, sokongan

dan pemerintah atau swasta, atau dan anak, kawan dan keluarga (Kartani, 1993 ;

Yulmardi, 1995). Upah/gaji sebagai imbalan dan hasil kerja para lanjut usia

tidaklah tinggi. Data hasil Sensus Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) tahun 1996

memperlihatkan bahwa upah yang diterima orang lanjut usia antara Rp.50.000,-

sampai dengan Rp. 300.000,- per bulan (Winakartakusuma,2000). Di perkotaan

upah/gaji para lanjut usia yang bekerja relatif lebih tinggi daripada di pedesaan.

Namun hal ini tidak berarti lanjut usia perkotaan lebih sejahtera daripada

lanjut usia pedesaan. Adanya upah lanjut usia yang sangat minim jika tidak

ditunjang dengan dukungan finansial dan pihak lain baik anggota keluarga

maupun orang lain tidak dapat benharap bahwa lanjut usia tersebut akan hidup

dalam kondisi yang menguntungkan. Tingkat pendidikan lanjut usia pada

umumnya sangat rendah. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja

sehingga pendapatan yang diperoleh juga semakin kecil. Menurut Sedarmayanti

(2001) pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan

18

Page 19: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

mendorong kemajuan setiap usaha. Dengan kemajuan maka akan meningkatkan

pendapatan, baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan Nasional.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang

mempengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis,

kelemahan fisik. Jadi jika lanjut usia dengan kondisi yang serba menurun bekerja

sudah tidak efektif lagi ditinjau dan proses dan hasilnya.

2. Kesempatan Kerja

Bekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau rohani yang menghasilkan

sesuatu (Sumaijo, 1997). Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan dan

penghasilan sering dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Untuk itu agar dapat

tetap hidup manusia harus bekerja. Dengan bekerja orang akan dapat memberi

makan dirinya dan keluarganya, dapat membeli sesuatu, dapat memenuhi

kebutuhannya yang lain. Saat ini ternyata diantara lanjut usia banyak yang tidak

bekerja. Tingkat pengangguran lanjut usia relatif tinggi di daerah perkotaan, yaitu

2,2%. Dengan makin sempitnya kesempatan kerja maka kecenderungan

pengangguran lanjut usia akan semakin banyak.

Partisipasi angkatan kerja makin tinggi di pendesaan daripada di kota.

Lanjut usia yang masih bekerja sebagian besar terserap dalam bidang pertanian.

Di perkotaan lebih banyak yang bekerja di sektor perdagangan yaitu 38,4%

sedangkan yang bekerja disektor pertanian 27,0% , sisanya berada disektor jasa

17,3%, industni 9,3% angkutan 3,3%, bangunan 2,8% dan sektor lainnya relatif

kecil 1%. Seringkali mereka menemukan kenyataan bahwa sangat sedikit

19

Page 20: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka, walaupun mereka ingin bekerja dan

sanggup untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena pendidikan yang dimiliki

lanjut usia tidak lagi terarah pada pasar tenaga kerja tidak dimasukkan dalam

kebijakan-kebijakan pendidikan yang berkelanjutan.

Pembinaan ketrampilan dan pelatihan yang dilakukan terus-menerus hanya

berlaku bagi orang-orang muda. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya lanjut usia

bersaing di pasaran kerja, sehingga banyak orang lanjut usia yang tidak bekerja

meskipun tenaganya masih kuat dan mereka masih berkeinginan untuk bekerja.

Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan kerja bagi pekerja lanjut usia

(Hurlock, 1994) : (1) Wajib Pensiun, pemerintah dan sebagian besar

industri/perusahaan mewajibkan pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka

tidak mau lag merekrut pekerja yang mendekati usia wajib pensiun, karena waktu,

tenaga dan biaya untuk melatih mereka sebelum bekerja relatif mahal (2) Jika

personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka pada lanjut usia sulit

mendapatkan pekerjaan (3) Sikap sosial . Kepercayaan bahwa pekerja yang sudah

tua mudah kena kecelakaan, karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan

teknik-teknik moderm merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk

mempekerjakan orang lanjut usia (4) Fluktuasi dalam Daur Usaha. Jika kondisi

usaha suram maka lanjut usia yang pertama kali harus diberhentikan dan

kemudian digantikan orang yang lebih muda apabila kondisi usaha sudah

membaik.

20

Page 21: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

c) Fakior Hubungan Sosial

Faktor hubungan sosial meliputi hubungan sosial antara orang lanjut usia

dengan keluarga, teman sebaya usia lebih muda, dan masyarakat. Dalam

hubungan ini dikaji berbagai bentuk kegiatan yang diikuti lanjut usia dalam

kehidupan sehari-hari.

1. Sosialisasi Pada Masa Lanjut Usia

Sosialisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya

pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Teman-teman sekerja yang

biasanya menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari.

Lebih-lebih lagi ketika teman sebaya sekampung sudah lebih dahulu

meninggalkannya. Sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan keluarga dan

masyarakat yang relatif benusia muda . Pada umumnya hubungan sosial yang

dilakukan para lanjut usia adalah karena mereka mengacu pada teori pertukaran

sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya

berasal dad hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul

dari perilaku orang lain.

Pekerjaan yang dilakukan seorang diripun dapat menimbulkan

kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya,

karena pengalaman-pengalaman tadi dapat dikomunikasikan dengan orang lain.

Menurut Sri Tresnaningtyas Gulardi (1999) ada dua syarat yang harus dipenuhi

bagi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial:

(1) Perilaku tersebut berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai

melalui interaksi dengan orang lain (2) Perilaku harus bertujuan untuk

21

Page 22: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan. Tujuan yang hendak dicapai dapat

berupa imbalan intrinsik, yaitu imbalan dan hubungan itu sendiri, atau dapat

berupa imbalan ekstrinsik, yang berfungsi sebagai alat bagi suatu imbalan lain dan

tidak merupakan imbalan bagi hubungan itu sendiri,

Jadi pada umumnya kebahagiaan dan penderitaan manusia ditentukan oleh

perilaku orang lain. Sama halnya pada tindakan manusia yang mendatangkan

kesenangan disatu pihak dan ketidaksenangan di pihak lain. Lebih lanjut

dikatakan oleh Soerjono Soekamto (1997) bahwa interaksi sosial tidak akan

mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

(1) Adanya kontak sosial. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini kontak

sosial dapat dilakukan melalui, surat, telepon radio dan sebagainya.

(2) Adanya komunikasi. Berkomunikasi adalah suatu proses yang setiap hari

dilakukan akan tetapi komunikasi bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai

contoh salah paham merupakan hasil dan komunikasi yang tidak efektif dan

sering terjadi. Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal lebih

sulit lagi. Hal ini disebabkan lanjut usia memiliki ciri yang khusus dalam

perkembangan usianya. Ada dua sumber utama yang menyebabkan kesulitan

berkomunikasi dengan lanjut usia, yaitu penyebab fisik dan penyebab psikis.

Penyebab fisik, pendengaran lanjut usia menjadi berkurang sehingga orang

lanjut usia sering tidak mendengarkan apa yang dibicarakan. Secara psikis,

orang lanjut usia merasa mulai kehilangan kekuasaan sehingga ia menjadi

seorang yang Iebih sensitif, mudah tersinggung sehingga sering

menimbulkan kesalah pahaman. Simulasi yang bersifat simultif/merangsang

22

Page 23: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

lanjut usia untuk berpikir, dan kemampuan berpikir lanjut usia akan tetap

aktif dan terarah.

2) Tradisi di Indonesia

Di Indonesia umumnya memasuki usia lanjut tidak perlu dirisaukan.

Mereka cukup aman karena anak atau saudara-saudara yang lainnya masih

merupakan jaminan yang baik bagi orang tuanya. Anak berkewajiban menyantuni

orang tua yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Nilai ini masih

berlaku, memang anak wajib memberikan kasih sayangnya kepada orang tua

sebagaimana mereka dapatkan ketika mereka masih kecil.. Para usia lanjut

mempunyai peranan yang menonjol sebagai seorang yang “dituakan”, bijak dan

berpengalaman, pembuat keputusan, dan kaya pengetahuan. Mereka sering

berperan sebagai model bagi generasi muda, walaupun sebetulnya banyak diantara

mereka tidak mempunyai pendidikan formal. Pengalaman hidup lanjut usia

merupakan pewaris nilai-nilai sosal budaya sehingga dapat menjadi panutan bagi

kesinanibungan kehidupan bermasyarakat dan berbudaya. Walaupun sangat sulit

untuk mengukur berapa besar produktivitas budaya yang dimiliki orang lanjut

usia, tetapi produktivitas tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh para generasi

penerus mereka (Yasa, 1999). Salah satu produktivitas budaya yang dimiliki

lanjut usia adalah sikap suka memberi . Memberi adalah suatu bentuk kotnunikasi

manusia. Dengan hubungan itu manusia memberikan arti kepada dirinya, dan juga

kepada sesamanya (Sumarjo, 1997). Dasar perbuatan memberi adalah cinta kasih ,

perhatian, pengenalan, dan simpati terhadap sesama. Itu berarti seseorang perduli

23

Page 24: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

kepada orang lain dan ingin menolong orang lain untuk mengembangkan dirinya.

Lanjut usia dapat memberi kepada orang lain/generasi muda dalam wujud

pengetahuan, pikiran, tenaga perbuatan, selain memberikan apa yang dimiliki

12. Pola Tempat Tngga1

Secara umum lanjut usia cenderung tinggal bersama dengan anaknya yang

telah menikah (Rudkin, 1993). Tingginya penduduk lanjut usia yang tinggal

dengan anaknya menunjukican masih kuatnya norma bahwa kehidupan orang tua

merupakan tanggungjawab anak-anaknya. Survey yang dilakukan oleh Lembaga

Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LD FEUI, 1993) terhadap

400 penduduk usia 60-69 tahun, yang terdiri dan 329 pria dan 71 wanita,

menunjukkan bahwa hanya sedikit penduduk lanjut usia yang tinggal sendini

(1,5%), diikuti oleh yang tinggal dengan anak (3,3%), tinggal dengan menantu

(5,0%), tinggal dengan suam/istri dan anak (29,8%), tinggal dengan suami, istri

dan menantu (19,5%), dan penduduk lanjut usia yang tinggal dengan pasangannya

ada 18,8%. Hasil temuan Yulmardi (1995) juga menunjukkan bahwa masyarakat

lanjut usia di Sumatera , khususnya di pinggiran kota Jambi sebagian besar tinggal

dalam keluarga luas. Menurut Rudkin (1993) penduduk lanjut usia yang hidup

sendiri secara umum memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dibanding

dengan lanjut usia yang tinggal dengan keluarganya.

24

Page 25: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

3. Dukungan Keluarga dan Masyarakat

Bagi lanjut usia, keluarga merupakan sumber kepuasaan. Data awal yang

diambil oleh peneliti terhadap lanjut usia berusia 50, 60 dan 70 tahun di kelurahan

Jambangan menyatakan bahwa mereka ingin tinggal di tengah-tengah keluarga.

Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para lanjut usia merasa bahwa

kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai kakek,

dan nenek. Mereka dapat berperan dengan berbagai gaya, yaitu gaya fonnal, gaya

bermain, gaya pengganti orang tua, gaya bijak, gaya orang luar, dimana setiap

gaya membawa keuntungan dan kerugian masing-masing. Akan tetapi keluarga

dapat menjadi frustasi bagi orang lanjut usia.

Hal ini terjadi jika ada hambatan komunikasi antara lanjut usia dengan

anak atau cucu dimana perbedaan faktor generasi memegang peranan Sistem

pendukung lanjut usia ada tiga komponen menurut Joseph. J Gallo ( 1998 ), yaitu

jaringan-jaringan informal, system pendukung formal dan dukungan-dukungan

semiformal. Jaringan pendukung informal meliputi keluarga dan kawan-kawan.

Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat, program-

program medikasi dan kesejahteraan sosial. Dukungan-dukungan semi formal

meliputi bantuan-bantuan dan interaksi yang disediakan oleh organisasi

lingkungan sekitar seperti perkumpulan pengajian, gereja, atau perkumpulan

warga lansia setempat. Sumber-sumber dukungan-dukungan informal biasanya

dipilih oleh lanjut usia sendiri.

Seringkali berdasar pada hubungan yang telah terjalin sekian lama. Sistem

pendukung formal terdiri dan program Keamanan Sosial, badan medis, dan

25

Page 26: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

Yayasan Sosial. Program mi berperan penting dalam ekonomi serta kesejahteraan

sosial lanjut usia, khususnya dalam gerakan masyarakat industri, dimana anak-

anak bergerak menjauh dan orangtua mereka. Kelompok-kelompok pendukung

semiformal, seperti kelompok-kelompok pengajian, kelompokkelompok gereja,

organisasi lingkungan sekitar, klub-klub dan pusat perkumpulan warga senior

setempat merupakan sumber-sumber dukungan sosial yang penting bagi lanjut

usia. Lanjut usia hams mengambil langkah awal untuk mengikuti sumber-sumber

dukungan di atas. Dorongan, semangat atau bantuan dati anggota-anggota

keluarga, masyarakat, sangat dibutuhkan oleh lanjut usia. Jenis-jenis bantuan

informal, formal, dan semiformal apa sajakah yang tersedia bagi lanjut usia yang

terkait pada masa lampaunya.

4. Kemandirian

Ketergantungan lanjut usia terjadi ketika mereka mengalami menurmmya

fungsi luhur !pikun atau mengidap berbagai penyakit . Ketergantungan lanjut usia

yang tinggal di perkotaan akan dibebankan kepada anak, terutama anak wanita

(Herwanto 2002). Anak wanita pada umumnya sangat diharapkan untuk dapat

membantu atau merawat mereka ketika orang sudah lanjut usia. Anak wanita

sesuai dengan citra dirinya yang memiliki sikap kelembutan, ketelatenan dan tidak

adanya unsur “sungkan” untuk minta dilayani. Tekanan terjadi apabila lanjut usia

tidak memiliki anak atau anak pergi urbanisasi ke kota. Mereka mengharapkan

bantuan dan kerabat dekat, kerabat jauh, dan kemudian yang terakhir adalah panti

werdha Lanjut usia yang mempunyai tingkat kemandinian tertinggi adalah

26

Page 27: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

pasangan lanjut usia yang secara fisik kesehatamiya cukup prima. Dan aspek

sosial ekonomi dapat dikatakan jika cukup memadai dalam memenuhi segala

macam kebutuhan hidup, baik lanjut usia yang memiliki anak maupun yang tidak

memiliki anak. Tingginya tingkat kemandini an mereka diantaranya karena orang

lanjut usia telah terbiasa menyelesaikan pekerjaan di rumah tangga yang berkaitan

dengan pemenuhan hayat hidupnya Kemandirian orang lanjut usia dapat dilihat

dan kualitas kesehatan mental. Ditinjau dari kualitas kesehatan mental, dapat

dikeniukakan hasil kelompok ahli dan WHO pada tahun 1959

( Hardywinoto :1999) yang menyatakan bahwa mental yang sehat/ mental health

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Dapat menyesuaikan diri dengan secara konstruktif dengan

kenyataan/realitas, walau realitas tadi buruk

(2) Memperoleh kepuasan dari perjuangannya

(3) Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima

(4) Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas

(5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling

memuaskan

(6) Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran untuk hari depan

(7) Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif

(8) Mempunyai daya kasih sayang yang besar.

Selain itu kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dani kualitas

hidup. Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dani kemampuan melakukan

27

Page 28: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (Al(S) menurut

Setiati (2000) ada 2 yaitu AKS standar dan AKS instrumental. AKS standar

meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air

besar/kecil,dan mandi. Sedangkan AKS instrumental meliputi aktivitas yang

komplek seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan

uang. Salah satu kniteria orang mandiri adalah dapat mengaktualisasikan dininya

(selfactualized) tidak menggantungkan kepuasan-kepuasan utama pada

lingkungan dan kepada orang lain. Mereka lebih tergantung pada potensipotensi

mereka sendiri bagi perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya. Adapun

kriteria orang yang mandiri menurut Koswara (1991) adalah mempunyai:

(1) kemantapan relatif terhadap pukulan-pukulan, goncangan-goncangan atau

frustasi

(2) kemampuan mempertahankan ketenanganjiwa

(3) kadar arah yang tinggi

(4) agen yang merdeka

(6) aktif

(5) bertanggung jawab.

Lanjut usia yang mandiri dapat menghindari din dani penghormatan,

status, prestise dan populanitas kepuasan yang berasal dan luar diri mereka

anggap kurang penting dibandingkan dengan pertumbuhan din. Poerwadi

mengartikan mandini adalah dimana seseorang dapat mengurusi dirinya sendini

(2001: 34). ini berarti bahwa jika seseorang sudah menyatakan dirinya siap

mandiri berarti dirinya ingin sesedikit mungkin minta pertolongan atau tergantung

28

Page 29: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

kepada orang lain. Mandiri bagi orang lanjut usia berarti jika mereka menyatakan

hidupnya nyaman-nyaman saja walaupun jauh dari anak cucu.

29

Page 30: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

30

Peran Serta Keluarga

1. Pemenuhan kebutuhan materiil, makan, minum dll.

2. Perhatian terhadap kesehatan

3. Kebutuhan spiritual

Kesehatan Lansia

Page 31: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

BAB IV

METODE PENELITLAN

A. Jenis Sumber Data

Desain atau raneangan dalam penelitian ini berdasarkan penyuluhan

kepada masyarakat terutama para lansia karena penelitian ini bermaksud untuk

mengetahui betapa pentingnya keluarga bagi para lansia dan untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kehidupan para lansia.

Berdasarkan sumbernya data di kelompokkan menjadi data primer dan data

sekunder.

(1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dan sumbernya, yang

diamati dan dicatat secara langsung, Pengambilan data primer diperoleh

dengan wawaneara kepada masyarakat Desa Terung Kulon terutama

keluarga atau para lansia untuk kepentingan penelitian ini.

(2) Data sekunder adalah jenis data yang ada kaitannya dengan masalah yang

diteliti yang diperoleh melalui literature-literatur, jurnal-jumal penelitian

terdahulu, majalah maupun data dokunien yang sekiranya diperlukan untuk

penelitian ini.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian di Desa Terung Kulon. Agar pembahasan penelitian

tidak mengarah pada hal yang lebih luas, dan diharapkan sesuai dengan maksud

dan tujuan penulisan:

31

Page 32: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

1. Karena jumlah para lansia dan keluarga sangat banyak dan tidak terukur, maka

pengumpulan sampel penelitian dilakukan pada bulan September – Oktober.

Dan penelitian tersebut dengan jumlah responden sebanyak 35 orang.

2. Peribahasan dibatasi pada lingkup tertentu yaitu pada keluarga bukan pada

suatu organisasi tertentu.

32

Page 33: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : http://id.shovoong.com/social-sciences/sociology/21847452-pengertian-

lanjut-usia/#ixzz28mx4DXQH

Arfene Supraja , A.Aziz Alimul Hidayat , Siti Aisyah. 2010, Hubungan Antara Peran Keluarga

Dengan Kemampuan Adl (Activity Daily Living) Pada Lansia Di Kelurahan Mojo Kecamatan

Gubeng Surabaya. Mahasiswa S1 Keperawatan,fakultas ilmu kesehatan UM surabaya

http://apps.um-surabaya.ac.id/jurnal/files/disk1/1/umsurabaya-1912-arfenesupr-21-1-

hubungan-a.pdf

Andi Mahardika Putra, A.Aziz Alimul Hidayat, Siti Aisyah. 2010. Hubungan Peran Keluarga

Dalam Perawatan Kesehatan Terhadap Status Kesehatan Lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya. Mahasiswa SI Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan UMSurabaya.

http://apps.um-surabaya.ac.id/jurnal/files/disk1/1/umsurabaya-1912-andimahard-20-1-

hubungan-a.pdf

33

Page 34: Hendra- Pengaruh Peran Serta Keluarga

PENGARUH PERAN SERTA KELUARGA

TERHADAP KESEHATAN LANSIA

Oleh :

Nama : Hendra A.R

NPM : 10700014

Kelas : 2010 B

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SURABAYA

2013

34