BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan
kepada Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara yang
memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, cenderung kondisinya
semakin menurun. Hutan juga merupakan salah satu sumber daya alam yang
berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air
dan kesuburan tanah. Ketersediaan air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi
kehidupan manusia.
Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan
keaneka-ragaman hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia
setelah Brazillia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Planologi
Kehutanan RI tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia adalah 120,3 juta hektar
atau 3,1% dari luas hutan dunia (Suhendang, 2002). Seiring dengan berjalannya
waktu dan tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong
masyarakat baik secara individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil
hutan dengan tidak memperhatikan kelestariannya. Eksploitasi hasil hutan
tersebut biasanya dilakukan secara ilegal seperti melakukan pembalakan liar,
perambahan, pencurian yang mengakibatkan kerusakan hutan di Indonesia tidak
terkendali (laju kerusakan hutan Indonesia 2,8 juta hektar per tahun). Akibatnya,
kerusakan hutan atau lingkungan tak terkendali tersebut mengakibatkan luas
hutan semakin menurun, lahan kritis semakin bertambah, dan sering terjadi
bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.
1
Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan alam tetapi
juga telah terjadi pada hutan lindung. Padahal, hutan lindung memiliki fungsi
yang spesifik terutama berkaitan dengan ketersediaan air. Air merupakan
sumber kehidupan yang sangat penting terhadap keberlanjutan kehidupan bagi
semua mahluk hidup. Hal ini seperti telah tertuang dalam Undang-undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan yang menjelaskan
bahwa hutan lindung merupakan kawasan hutan karena keadaan sifat alamnya
diperuntukkan guna pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah. Oleh karena itu, hutan lindung perlu perhatian
yang serius dari semua pihak agar kelestariannya tetap terjamin.
Kerusakan hutan yang terus terjadi telah mengakibatkan malapetaka dan
bencana yang menelan korban harta dan jiwa yang tidak sedikit, seperti musibah
kebakaran dan kekeringan pada musim kemarau, banjir dan tanah longsor pada
musim hujan dan lain sebagainya. Hal ini tertentu merupakan tantangan bagi
semua pihak untuk mencari akar permasalahan dan solusi pemecahannya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut :
(1) Apakah kerusakan hutan berpengaruh besar terhadap lingkungan di sekitar
kawasan hutan ?
(2) Bagaimana cara melibatkan masyarakat dalam proses pemberdayaan
kawasan sekitar hutan ?
(3) Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian hutan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang telah ditentukan oleh
pemerintah untuk dilindungi dari segala macam aktivitas manusia yang
mengakibatkan kerusakan hutan atau kehilangan fungsi hutan, seperti mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
B. Peran Hutan Terhadap Lingkungan
a. Peran Hutan
Hutan bukanlah warisan nenek moyang, tetapi pinjaman anak cucu
kita yang harus dilestarikan. Jika terjadi bencana, maka dipastikan, biaya
'recovery' jauh lebih besar ketimbang melakukan pencegahan secara dini.
Begitu pentingnya fungsi hutan sehingga pada 21 Januari 2004 Presiden
3
Megawati merasa perlu mencanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (GN-RHL) yaitu gerakan moral yang melibatkan semua
komponen masyarakat bangsa untuk memperbaiki kondisi hutan dan lahan
kritis. Dengan harapan, agar lahan kritis itu dapat berfungsi optimal, yang
juga pada gilirannya bermanfaat bagi masyarakat sendiri. Tujuan melibatkan
komponen masyarakat, tentu saja, agar mereka menyadari bahwa hutan dan
lingkungan itu sangat penting dijaga kelestariannya.
Hutan memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan manusia
diantaranya sebagai berikut :
1. Pelestarian Plasma Nutfah
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan
di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan
dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi
Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus
dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan
keanekaragaman hayati.
2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan
oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan,
partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat
dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan.
Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan
terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang
4
mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke
dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit
pohon, cabang dan ranting. Dengan demikian hutan menyaring udara
menjadi lebih bersih dan sehat.
3. Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari
udara di daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel
timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Hutan
dengan kanekaragaman tumbuhan yang terkandung di dalamnya
mempunyai kemampuan menurunkan kandungan timbal dari udara.
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan,
karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu
semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
4. Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95%
dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan
ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah
yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang. Berbagai
jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan
dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang
sumbernya berasal dari bawah.
5
5. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam
melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses
gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg,
K dan bahan organik seperti glumatin dan gula. Bahan an-organik yang
diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses through fall dengan
urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun
dari daun jarum.
Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan
daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi,
maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada
daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian
adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat
membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak
begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati
tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang
tidak melewati tajuk pohon.
6. Penyerap Karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang
baik dalam menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat
menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120
ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam
waktu 3 jam saja.
6
7. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari
fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Cahaya matahari
akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik di hutan kota, hutan
alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang
berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan
oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia,
karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan
beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah
kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat
diperlukan oleh manusia dan hewan.
8. Penahan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang
berupa hutan kota.
9. Penyerap dan Penapis Bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau
permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap
bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang
bergerak dari sumber bau.
10. Mengatasi Penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis
tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi.
Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang
7
mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata
yang banyak pula.
11. Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa
tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman
dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah
intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan. Upaya untuk mengatasi
masalah ini yakni membangun hutan lindung kota pada daerah resapan
air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang
rendah.
Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran
ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai.
Dengan demikian hutan selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai,
juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan.
12. Produksi Terbatas
Hutan memiliki fungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon
mahoni di hutan kota Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang
dengan harga Rp. 74 juta. Penanaman dengan tanaman yang
menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai
macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi dan
penghasilan masyarakat.
13. Ameliorasi Iklim
8
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan
adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya
suhu udara di perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola
lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas,
sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan
layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-
lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk
pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi.
14. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus
akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih
higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar maka kadar air
tanah hutan akan meningkat.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke
lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah dan
hanya sedikit yang menjadi air limpasan. Dengan demikian pelestarian
hutan pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat
membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.
15. Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan
cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan
yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa
sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang
pengendara.
9
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut
bergantung pada ukuran dan kerapatannya.
16. Mengurangi Stress, Meningkatkan Pariwisata dan Pencinta Alam
Kehidupan masyarakat di lingkungan hidup kota mempunyai
kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan
bermotor maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak
serta pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering mempunyai
temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-
monoksida. Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan
tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat
yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk
memenuhi keperluannya saja di kota. Hutan kota juga dapat mengurangi
kekakuan dan monotonitas.
b. Kerusakan Hutan dan Lingkungan
Ternyata dengan semakin tidak harmonisnya hubungan manusia
dengan alam tumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan di perkotaan
menjadi hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal
kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai
kestabilannya secara ekonomi. Oleh karena terganggunya kestabilan
ekosistem perkotaan, maka alam menunjukkan reaksinya berupa:
meningkatnya suhu udara, penurunan air tanah, banjir, penurunan
permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai, pencemaran air berupa air
minum berbau, mengandung logam berat, pencemaran udara seperti
meningkatnya kadar CO2, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan
belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor.
10
Dalam waktu dua tahun terakhir kita merasakan peristiwa alam,
seperti bencana banjir dan longsor. Diawali banjir bandang di Pacet,
Mojokerto, Jawa Timur, pada 11 Desember 2002. Tak kurang dari 26 orang
meninggal dunia dengan tragis. Di awal tahun 2003, banjir bandang Jakarta
mengakibatkan beberapa penduduk tewas, puluhan ribu masyarakat harus
mengungsi di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Akibat ikutan lain, adanya
banjir di Jakarta ini melumpuhkan kegiatan sektor swasta, termasuk
pengiriman barang-barang ekspor mereka.
Di Mandalawangi, Garut, Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 2003
telah terjadi tanah longsor dengan jumlah korban meninggal 21 orang.
Memasuki akhir musim penghujan tahun 2002/2003 dikejutkan dengan
peristiwa hujan lebat dan longsor di Flores, yang kemudian disusul peristiwa
alam yang didominasi oleh kekeringan di Pantura Pulau Jawa. Pada akhir
2003 terjadi bencana banjir bandang yang sangat dahsyat di Bukit Lawang;
Bahorok, Sumatera Utara pada tanggal 2 November 2003 yang membawa
korban tidak kurang dari 134 orang meninggal serta ratusan lainnya hilang.
Pada Desember 2003 beberapa wilayah Jambi terendam banjir sampai
sekitar seminggu. Yang terakhir adalah peristiwa banjir besar di kota
Mojokerto 4-5 Februari 2004.
Peristiwa alam dan lingkungan tersebut sebenarnya menunjukkan
bahwa alam sedang bergolak menuju keseimbangan baru. Kondisi ini akan
terus bergerak menyesuaikan diri terhadap intervensi manusia yang tidak
pernah berhenti mempengaruhinya, serta kemungkinan perubahan alam itu
sendiri yang perlu dicermati. Proses alam dalam menuju keseimbangan baru
ini sering kurang bisa ditangkap maknanya oleh manusia, sebaliknya
manusia seringkali saling menyalahkan bukannya mencari solusi yang arif.
Bencana alam, seperti banjir, yang terjadi pada tahun 2003 dan yang
berlanjut sampai awal tahun 2004 kalau ditelusuri disebabkan oleh dua
11
kelompok faktor yakni faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia dan
faktor yang dapat dikendalikan manusia. Curah hujan kecepatan angin, dan
geologi merupakan contoh faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
manusia.
Penelusuran faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa alam yang
menimbulkan bencana dua tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ada faktor
alamiah yang tidak bisa dikendalikan manusia, tetapi juga banyak faktor
yang sebetulnya berasal dari intervensi manusia, termasuk arah kebijakan
yang tidak tepat. Curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, angin
kencang, gempa bumi, dan letusan gunung berapi merupakan contoh-contoh
faktor alam yang tidak bisa dikendalikan manusia. Sedangkan masalah
invasi spesies eksotik, illegal logging di kawasan hutan, pemukiman, dan
budidaya pertanian di lereng gunung merupakan bentuk intervensi yang
sebetulnya dapat dikendalikan manusia. Semua itu berpengaruh besar
terhadap peristiwa banjir bandang dan tanah longsor. Antara faktor alam dan
faktor manusia sangat sulit dipisahkan karena adanya interaksi timbal
balik dalam suatu ekosistem .
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hutan lindung sebagai salah satu sumber daya alam yang berperan
menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan
tanah merupakan urat nadi kehidupan manusia yang saat ini cenderung menurun
keberadaannya. Perambahan dan pembalakan liar (illegal logging) terjadi di
mana-mana dan menyebabkan kerusakan hutan yang tidak terkendali. Akibatnya
bencana alam seperti banjir, tanah longsor sudah menjadi langganan pada
musim hujan tiba yang tidak jarang menelan korban ratusan jiwa masyarakat
yang tidak berdosa. Ironisnya, banyak pihak termasuk pemerintah selalu
menyalahkan dan bahkan menuduh masyarakat sekitar kawasan hutan sebagai
penyebab utama kerusakan hutan.
Tuduhan ini sangat tidak beralasan, apalagi jika dilihat secara dekat
kondisi kehidupan masyarakat sekitar kawasan hutan, seperti kehidupan
masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Rogo Jampi yang sebagian besar
(78%) dalam kondisi miskin dan tidak berdaya. Kondisi inilah perlu dipahami
dan dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan
perencanaan penyusunan program, agar setiap kebijakan dan program tentang
pengaturan pengelolaan hutan yang diambil tetap memperhatikan kondisi sosial
budaya dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan lindung.
Paradigma perencanaan pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat
yang sentralistik yaitu program dirancang dari atas tanpa melibatkan masyarakat
harus diubah kearah peningkatan partisipasi masyarakat lokal secara optimal.
13
Anggapan sebagian elit bahwa untuk mencapai efisiensi pembangunan,
masyarakat tidak mempunyai kemampuan menganalisis kondisi dan
merumuskan permasalahan, serta solusi pemecahannya, harus diubah bahwa
setiap individu memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan masyarakatlah
yang paling mengetahui dan mengenal potensi dan permasalahan yang mereka
hadapi.
Perencanaan sentralistik dan anggapan bahwa masyarakat tidak mampu
menganalisis dan merumuskan permasalahannya, disinyalir merupakan salah
satu penyebab kegagalan program pengelolaan hutan dan pemberdayaan
masyarakat secara berkelanjutan.
B. Saran
Dari penjelasan yang disampaikan pada bab-bab terdahulu maka dapat
disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat sekitar
kawasan hutan lindung dapat segera diidentifikasi oleh pemerintah dan
masyarakat sehingga dapat segera dicarikan solusi untuk proses
pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung .
2. Kepada masyarakat luas agar lebih memperhatikan kelestarian kawasan
hutan lindung agar terhindar dari segala dampak buruk kerusakan hutan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Membicarakan Alam Tropika
Afrika, Asia, Pasifik dan Dunia Baru. Penerbit ITB, Bandung.
Kusmana C. dan Istomo, 1995. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
www.id.wikipedia.org./wiki/berkas/kerusakan_hutan. Kerusakan Hutan
Mempengaruhi Lingkungan. diakses Pebruari 2008.
15
KERUSAKAN HUTANMEMPENGARUHI LINGKUNGAN
Untuk memenuhi tugas
Disusun Oleh :
SEKOLAH
16
MOTTO :
Lihatlah!!! Puncak prestasi gemilang pada
umumnya diraih oleh orang-orang kreatif
yang berani mencari tahu hal-hal baru, berani
memikul resiko dan selalu bersemangat untuk
membuat hal yang baru.
17
KATA PENGANTAR
Tiada untaian kata yang patut penulis haturkan kepada Illahi Robbi, kecuali
maqolah Alhamdulillah. Karena berkat rahmat, karunia serta kekuatan-Nya lah,
yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang ikhlas
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis. Maka pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Didalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Mira Kusumasari, S.Pd. selaku guru dan pembimbing kami beserta
semua pihak yang telah membantu didalam proses penyusunan makalah ini.
Meski penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
makalah ini agar bisa mendapatkan yang terbaik. Namun penulis sadar bahwa
makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga pihak-pihak
yang telah membantu penulis dibalas Allah dengan balasan yang setimpal. Amiin.
Sidoarjo, Maret 2008
Penyusun
18
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
MOTTO............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 4
B. Pengertian Hutan....................................................................... 4
C. Peran Hutan Terhadap Lingkungan........................................... 4
a. Peran Hutan ..............................................................4
b. Kerusakan Hutan dan Lingkungan..................................... 11
BAB III PENUTUP...................................................................................... 14
A. Kesimpulan............................................................................... 14
B. Saran......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16
19