Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
•
169
PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU RUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4/1982
'---_________ Oleh: Soetrisno Hadi __________ _
PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan hidup se
benarnya telah ada dan berkembang semenjak manusia ada di bumi ini. Akan tetapi perhatian terhadap dan kegiatan dalam bidang lingkungan hidup ini meningkat pada dasawarsa 1950-an, I 960-an, dan memuncak pada dasawarsa 1970-an, ketika Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tanggalS Juni 1972 di Stockholm menyelenggarakan konferensi ten tang Lingkungan Hidup, yang dihadiri oleh banyak utusan dari berbagai negara di dunia termasuk Indonesia_
Studi kepustakaan menunjukkan bahw~ tercatat sejak enam puluh Juta tahun yang lalu telah terjadi kepunahan makhluk pemula seperti; Australopithecus africanus , Australopithecus robustus di Afrika. Homo Erectus di Afrika, Jawa dan Cina serta manusia Nederthal di Eropa dan Timur Tengah. Kitab suci agama Islam, Kristen dan Yahudi juga telah mengisyaratkan adanya masalah lingkungan yang dihadapi manu sia , seperti air bah yang dialami pada masa Nabi Nuh, kesulitan yang diderita Nabi Musa ketika dalam pengembaraannya dari Mesir ke Kanaan.
Dalam perkembangannya pada abad ke-14 di Eropa dilanda oleh wabah 'pes' yang menewaskan beribu-ribu manusia , serta pada abad ke-19 kotakota industri di sana diselimuti oleh kabut berjelaga (smog) yang menye-
.
sakkan sebagai akibat dari pembakaran batubara untuk pemanas rumah dan proses industri. Di sam ping itu kepunahan yang menimpa makhluk lain seperti hewan, tumbuh-tumbuhan dan lainnyapun dialami sebagai akibat dari berbagai peristiwa alam seperti; meletusnya Gunung Tambora (1815), Gunung Krakatau di Selat Sunda (1883), Gunung Agung di Bali (1962) dan Gunung Galunggung di Jawa Barat (1982) yang baru lalu.
Hal yang amat memprihatinkan adalah pencemaran yang diakibatkan oleh lim bah industri, limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, di mana setiap tahl:utnya tercatat lebih dari lima juta orang menderita sakit "muntah berak," karena tercemarnya air dan makanan oleh kotoran manu-
. sia . Sementara itu lebih dari lima puluh persen penduduk Indonesia menderita penyakit cacing yang disebabkan oleh tercemarnya tanah , air dan makanan oleh tinja.1)
Terwujudnya suatu lingkungan yang bermutu , merupakan dambaan setiap insan. Karenanya segenap pihak berkepentingan untuk turut-serta menjadikan lingkungannya sehat, baik dan menyebabkan ia "kerasan," merasa betah tinggal di dalamnya . Para pen- .
lOtto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Penerbit Jambatan, Cetakan Kesatu, Tahun 1983). hIm. 7.
April 1986
•
170
. didik sebagai bagian dari masyarakatpunberkepentingan akan hal itu bahkan mempunyai peran dan tanggung jawab yang tidak keeil artinya _ Tulisan ini akan mengungkapkan peranan di~ maksud menurut UU No_ 4 Tahun 1982, dengan perluasan arti pendidik tidak sekedar pendidik karena jabatan.
Ruang Lingkup
Kedudukan seseorang dalam masyarakat amat erat kaitannya dengan peranan yang dapat dimainkannya, sebagai aspek dinamis dari kedudukannya dalam masyarakat di mana ia berada.
•
Begitu pula halnya dengan seorang pendidik, di mana sedikitnya ada tiga hal yang akan dieakup melalui statusnya itu, yaitu 2) :
a) Peranan yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempatnya dalam masyarakat. Dalam arti peranan merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidup.an kemasyarakatan,
b) Peranan sebagai konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi,
c) Peranan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur so sial masyarakat.
Menurut Crijns dan Reksosiswojo ,3) Pendidik adalah mereka yang bertanggung jawab atas pertumbuhan seseorang anak untuk membawanya ke tingkat -dewasa. Kedewasaan yang hen-
2 Soerjono Soekanto . Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, 1982, hIm. 238-239.
3 C" d rl)ns an Reksosiswojo, Pengan tar di dalam Prak tek Pengajaran dttn Pendidikan Jilid IV, Noordhoff-KoIff NV, 1952, Cetak: an Kesatu, hIm. 6 . '
Hukum dan Pembanllunan
dak dieapai dalam suatu pendidikan meneakup kedewasaan jasmani dan rohani , dengan penekanan pada rohani sebagai sa saran utama, yaitu kemampuan manusia untuk berusaha 'mandiri' dalam meneapai tujuan hidup, meme gang teguh dan bertindak menuruL pendirian-pendirian yang telah ditetapkan sendiri.
Tugas mendidik tidak hanya tertumpu pada mereka yang karena jabatannya disebut sebagai pendidik, akan tetapi adalah semua orang tua, ibu bapak, anggota masyarakatnya dalam lingkungan di mana individu itu berada serta lingkungan kemasyarakatan keagamaan. Peranan orang tua dalam mendidik terutima dimaksudkan agar sang anak dapat 'hid up' dengan baik , bahkan lebih dari itu agar ia tumbuh dan berkembang ke tingkat "dewasa." Lingkungan masyarakat kenegaraan berkewajiban untuk memberi ,ertolongan agar anak itu bahkan tiap-tiap individu yang bertempat tinggal di dalam lingkungannya menjadi warga negara yang baik. Se· meiltara lingkungan masyarakat keaga· maan berkewajiban memberi pertolongan agar setiap individu pemeluk agama menjadi orang yang taat kepada agamanya.
•
Konsepsi
Bumi sebagai produk eiptaan Tuhan, ditempati oleh berbagai ragam makhluk ciptaan lainnya, seperti: manusia, flora, fauna, jasad renik. Di sam
ping makhluk hidup yang menempati ruang yang terdapat di atasnya, ada pula renda-benda tak hidup, seperti: udara, yang terdiri atas bermaeam-macam gas, air dalam bentuk uap eair . dan · padat, tanah dan batu. Ruang yang dipergunakan sebagai temp at
•
•
Pendldik Linllkunllan Hidup
makhluk hid up bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya dikenal sebagai "lingkungan hidup."
Pengertian lingkungan hidup menu · rut perumusan pasal dalam UU No.4 · Tahun 1982, pada Pasal 1 ayat 1 dise· butkan bahwa lingkungan hidup ada lah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hi· dul', termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hi dup lainnya. Membicarakan lingkungan pada dasarnya membicarakan tentang mutu lingkungan tersebut , di mana pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi optimum yang didasarkan pada pertimbangan untung rugi. Rezeki udara yang sejuk, segar, dan kontak so sial yang baik merupakan kebutuhan manusia hidup . Optimasi kebutuhan hidup manusia itu sebagai faktor yang saling berkaitan secara terintegrasi akan menciptakan suatu perasaan 'kerasan,' merasa betah dalam lingkungan terse but. Sehingga semakin tinggi derajat mutu hidup dalam suatu lingkungan tertentu makin pula derajat mutu lingkungan terse but dan sebaliknya. Karena mutu hidup tergimtung dari derajat pemenuhan kebutuhan dasar , di mana mutu lingkungan dapat diartikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan dasar dalam kondisi lingkungan tersebut , maka makin tinggi derajat pemenuhan kebutuhan dasar itu, makin tinggi pula mutu lingkungan itu dan sebaliknya.
Tujuan
derajat atau optimasi pemenuhan kebutuhan dasar manusia
, merupakan tujuan yang hendak dica-
•
171
pai dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 3 UU No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pada pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manu~a, h
•
Pengelolaan lingkungan hidup seba-gai upaya terpadu dalam pemanfaatan penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup (pasal 1 ayat 2 UU No.4 Tahun 1982), diarahkan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut: a) Tercapainya keselarasan hubungan
antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun
, manusia Indonesia seutuhnya (pasal 4 sub a).
b) Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana (pasal 4 sub b).
c) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup (pasal4 sub c).
d) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang (pasal 4 sub d).
e) Terlindunginya negara terhadap aspek dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan(pasal4 sub e).
Melihat asas dan tujuan pengelolaan lingkungan hidup menurut UU No. 4 Tahun 1982 di atas, maka setiap orang yang mendiami ruang lingkup, tempat negara Republik Indonesia melaksanakan kedaulatannya, mempunyai hak dan kewajiban dalam upaya dimaksud.
April 1986
•
172 •
Demikian pula halnya dengan pendidik sebagai bagian dari masyarakat tidak terkecuali mempunyai hak atas lingkungan yang baik dan sehat sekaligus berkewajiban pula untuk memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya, sejalan dengan perumusan Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1982.
Terwujudnya suasana yang baik dan sehat seperti diinginkan dalarn upaya
•
pengelolaan lingkungan hidup ini men-jadi pula tujuan pembangunan, sebagai upaya pengarnalan Pancasila dan Undang-Un dang Dasar 1945, seperti tertera dalarn Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/ 1983, tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Bab II huruf A. Tujuan Pembangunan Nasional yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang arnan, tenteram , tertib dan dinarnis serta dalam lingkungan pergaulatan dunia yang merdeka, bersahabat , tertib dan darnai.4 )
Lingkungan Keluarga
Peranan orang tua sebagai pendidik langsung terhadap anak dan keluarganya arnat besar , terutarna dalam meningkatkan pertumbuhan dan hubungannya dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Jika kita lihat peranan orang tua sebagai pendidik dalam arti yang pertarna menurut pengertian sosiologis, maka setiap orang tua (bapak
4 Ketetapan MPR Rr Tahun 1983. BP7 Pusat. 1983. hIm. 53.
•
Hukum dan Pembanl1unan
dan ibu), secara yuridispun mempunyai kewajiban (pasal 5 UUD No.4 Tahun 1982) untuk memelihara lingkungan dan mencegah timbulnya keru-
. sakan, berupa pemaharnan secara baik akan nonna-norma yang terkandung dalam masyarakat.
Norma-norma yang tersebar dalarn setiap masyarakat amat beragarn, meliputi norma adat, kebiasaan, sopansan tun termasuk di dalamnya ten tang pengelolaan llingkungan dalam arti mikro yaitu mengendalikan dan menekan sekecil mungkin darnpak negatif dari limbah domestik yang dihasilkan oleh karen a proses kehidupan mereka dalarn berkeluarga.
Pemahaman orang tua terhadap norma kemasyarakatan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup arnat penting artinya, sehingga melalui interaksi dengan anggota keluarganya yang didasarkan pada faktor-faktor imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati akan diharapkan terjadinya proses sosialisasi, institusionalisasi dan internalisasi norma-norma tersebut. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya pandangan masyarakat Jawa ten tang pemanfaatan sumberdaya alam (natural resources), yang terkenal sebagai " 5 S" , yaitu sabutuhe , sacukupe , saperlune , samestine, dan .sabenere.
Air sebagai salah satu sumberdaya alam yang arnat berguna dan menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, apabila dalarn hal pemanfaatannya memperhatikan prinsip 5S itu, diharapkan akan tercipta suatu keseimbangan dan keserasian dalarn hubungan timbal-balik antara manusia dengan lingkungannnya. Keseimbangan
dan keserasian seperti itulah yang menjadi tujuan dari pengelolaan lingkung- '
•
Pendldik Lingkungan Hidup
an hidup. Pernanfaatan surnberdaya aIarn berupa air secara "sa-butuhe", didasarkan pada kebutuhan yang nyata (real), sehingga akan terhindar penggunaan yang bersifat 'pernborosan dan mubazir'. Dalam pemanfaatan air secara "sa-cukupe", menghendaki setiap individu untuk berlaku efektif, berhasil guna. Pernanfaatan air secara "saperlune", rnengajarkan setiap individu untuk berbuat hemat, efisien, tepat guna, tidak berlebihan dan tidak pula kurang. Pemanfaatan air untuk keperluan hidup pribadi dan berkelompok hendaklah ' pula dilakukan secara "samestine", artinya didasarkan pada norma-norma yang berlaku daIam masyarakat. Sernentara itu dalarn hal lingkungan keluarga rnelakukan hubungan sosial antara satu dengan lainnya hendaknya dilakukan dengan "sa-benere", artinya dapat digali dan menggall kebenaran sekaIigus menyampai: kan kebenaran yang ada.
Keluarga sebagai suatu lembaga daIam masyarakat yang melangsungkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan hidup hayati, hidup manusiawi serta hidup selektif, dalam praktek sehari-hari arnat banyak menghasilk an limbah. Di antara kebutuhan dasar itu, kebutuhan dasar akan hidup hayati rnenduduki posisi dominan. Karenanya peranan orang tua dalam memberikan contoh teladan serta bimbingan daIam pemenuhan kebutuhan dasar, pernanfaatannya serta pembuangannya berupa limbah kepada anggota keluarganya amatlah dituntut. Keteladanan itu akan membawa suasana hidup yang haik dan sehat sehingga mernenuhi persyaratan lingkungan.
Lingkungan Masyarakat
Yang dirnaksud dengan lingkungan
173
masyarakat yaitu rnereka yang bertanggung jawab terhadap perturnbuhan seseorang sehingga mencapai tingkat "kedewasaan" di luar rumah. Amat banyak orang atau lembaga kernasyarakatan yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok pendidik inL Akan halnya daIam tulisan ini, hanya akan dibatasi pada tiga kelompok yaitu; pendidik karena jabatan, lingkungan masyarakat sekitar rumah dan pemerintah.
Pendidik karena "jabatan" lazim dikenaI sebagai guru, staf pengajar, dosen dan teQnasuk guru besar. Mereka yang karen a jabatannya menjaIankan fungsi pendidikan terhadap anggota masyarakat, amat besar peranannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan pada anak didiknya. Melalui pendidikan sebagai medium dapat dimasukkan unsur-unsur pengetahu an , norma-norma tentang pengelolaan lingkungan hidup yang didukung oleh faktor keteladanan sebagai motivator bagi anak didiknya.
Lingkungan masyarakat sekitar rumah, seperti; dalam lingkungan RI, RW, Desa atauDukuh serta ternan sepergaulan sehari-hari (peer group) juga merupakan pendidik tidak langsung
terhadap seseorang. Karena melaIui kontak-kontak sosial yang mereka lakukan seringkaIi secara tidak disadari berlangsung proses pemindahan norma-norma tersebut. DaIam hubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup, peranan merekapun dapat diharapkan setelah mereka memahami seca:ra baik pengertian-pengertian ten tang dan sekitar pengelolaan lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan adanya mobili-
•
sasi umum terhadap mereka yang da-pat dilakukan oleh mereka sebagai pendidik daIam kategori ketiga yaitu pemerintah.
April 1986
174
Pemerintah sebagai unsur ketiga da· lam suatu negara setelah wilayah dan rakyat, amat banyak menentukan arah dan warn a budaya masyarakat dan rakyatnya. Sehingga karena pemerintah pun merupakan unsur pendidik masyarakat yang baik. Melalui kekuasaan yang dimilikinya pemerintah dapat memanfaatkan ialur-ialur penerangan , media massa untuk mempenga-
rum dan mendidik masyarakat dalam mengenal , memahami, dan menghayati pengelolaan lingkungan hidup sebagai bagian dari pembangunan nasional .
Lingkungan Keagamaan ,
Bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara, di mana sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan inti asas yang telah lama dipegang teguh dan berurat berakar dalam masyarakat. Dalam sistem ketatanegaraan yang demikian kehidupan beragama warga masyarakatnya amatlah mewarnai gerak budaya bangsa, di mana peranan masyarakat keagamaan sangatlah besar. Tokoh-tokoh keagamaan seperti; Ulama, Muballigh, Pendeta, Pastor, Seminari , Bhiksu dan lain-Iainnya dikenal dekat dengan anggota jemaahnya, sehingga karenanya peranan mereka dalam membimbing dan mengarahkan gerak kehidupan anggotanya amat pula menentukan.
Melalui media resmi keagamaan yang tersedia, dalam kegiatan ritus mereka sehari-hari, seperti; khutbahkhutb'ah, ceramah-ceramah, bimbingan-bimbingan rohani dapat dimasukkan unsur-unsur pengetahuan dan pe-
Hukum dan Pembangunan
mahaman tentang pengelolaan lingkungan hidup. Asas dan tujuan pengelolaan lingkungan hidup seperti tertera dalam Pasal 3 UU No.4 Tahun 1982, berupa pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan dari peningkatan kesejahteraan manusia, merupakan unsur yang " universal", sehingga dapat diterima oleh semua agama yang ada.
PENUTUP
Terciptanya lingkungan hidup yang baik dan sehat menjadi hak sekaligus kewajiban setiap orang yang mendiami ruang, tempat Negara Republik Indonesia melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat serta yurisdiksinya (pasal 2 dan 5 UU No.4 Tahun 1982). Karenanya setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 6 UU No . 4 Tahun 1982).
Para pendidik yang melipu ti tiga lapisan masyarakat, yaitu orang tua (lingkungan keluarga), lingkungan masyarakat kenegaraan , termasuk pemerintah dan lingkungan masyarakat ke· agamaan amat besar peranannya dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan yaitu tercapainya keselarasan hubungan an tara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seu tuhnya (pasal 3 dan 4 UU No.4 Tahun 1982) .
***
,
•
•
Pendidik Llngkungan Hldup 175
•
Oaf tar Pustaka
BP 7 Pusat, Ketetapan Ma/elis Permusyawaratan Rakyat 1985, (Jakarta: BP 7 Pusat, 1983). Crijns dan Reksosiswojo, Pengantar di dalam Praktek Penga/aran dan Pendidikan, Jilid IV,
(Jakarta: Noordhoff Kolff NV, Cetakan Kesatu, 1952). Djohan Effendi, Agama dalam Pembangunan Nasional, Himpunan Sambutan Presiden Soe
harta, (Jakarta: Pustaka Biru, Cetakan Pertama, 1979). Lembaran Negara Republik Indonesia 1982 Nomor 12, Undang-undang Nomor 4 Tahun
1982 ten tang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, (LN RI Th . 1982 No. 12).
Soemarwoto, Otto. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Penerbit Jambatan, Cetakan Kesatu, 1983).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, Edisi Baru, 1982). Wojowasito, Kamus Umum Inggris-Indonesia, (Jakarta: Penerbit Tiara, Cetakan Kedua,
1967). •
* * *
•
•
•
•
April 1986