Transcript
Page 1: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI

“PROSES KEPERAWATAN KANKER PARU – PARU ”

OLEH : KELOMPOK IVSTEVE ANTOVANI 11.01.201.259

RUDI ASBAKTI 11.01.201.269 \

HAYATUN NUFUS 11.01.201.256

EVY SUSANTI 11.01.201.270

PRIHATIN RUDYANI 11.01.201.745

YASHINTA CONNIE. P 11.01.201.271

REZKY FRISTIAWATI 11.01.201.288

ARNITA ARIFIN 11.01.201.572

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONSIA TIMUR

MAKASAR

2014

Page 2: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat

diselesaikan.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah

PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI

dengan judul “PROSES KEPERAWATAN KANKER PARU – PARU ”

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Dalam penyusunan materi ini , tdak sedikit hambatan yang kami hadapi.

Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak

lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen dan rekan-rekan,

sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami

mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi Biokimia yang telah

memberikan petunjuk, kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas ini.

Makasaar, 30 NOVEMBER 2014

PENYUSUN

Page 3: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di

dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di

dalam paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang

terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.

Pada  awal  Abad  ke-20,  kanker  paru  menjadi  masalah  global.

Kanker paru merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2

juta orang meninggal karena kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian

global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen, 2008).

World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa

insidens penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan

PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian

akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit

kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian

tertinggi di dunia adalah kanker paru.

WHO World Report  2000 melaporkan, PMR kanker paru pada

tahun 1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate 

(CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000

penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).

Page 4: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je nderal PPM

& PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004,

menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru sebesar

30%. (Depkes RI, 2004)

Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan

menjadikan kanker paru sebagai salah  satu masalah kesehatan  di

Indonesia. Kanker  paru  merupakan  salah  satu  jenis  penyakit  paru 

yang  memerlukan penanganan  dan  tindakan  yang  cepat  dan  terarah.

Penegakan diagnosis  penyakit  ini membutuhkan ketrampilan  dan

sarana  yang  tidak  sederhana  dan  memerlukan  pendekatan 

multidisiplin  kedokteran.  Penemuan  kanker  paru  pada  stadium  dini 

akan  sangat membantu penderita (PDPI, 2003).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kanker paru-paru

2. Bagaimana gejala kanker paru-paru

3. Bagaimana penatalaksanan pengobatan kanker paru-paru

4. Apakah penyebab kanker paru-paru

Page 5: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

C. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari kanker paru-paru

2. Untuk mengetahui gejala-gejala kanker paru-paru

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pengobatan kanker paru-paru

4. Untuk mengetahui penyebab kanker paru-paru

Page 6: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian kanker paru-paru

Kanker paru adalah kanker pada lapisan epitel saluran nafas

(karsinoma bronkogenik).

Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel

yang sangat cepat (abnormal) di dalam jaringan paru yang disebabkan

oleh perubahan bentuk jaringan sel.

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami

poliferasi dalam paru.

Menurut beberapa pengertian kanker paru di atas, dapat disimpulkan

bahwa kanker paru adalah keganasan atau abnormalitas dari sel-sel yang

mengalami poliferasi pada jaringan paru, yaitu pada lapisan epitel saluran

nafas.

B. Etiologi (penyebab)

1. Rokok  

Rokok merupakan penyebab 85 – 90% kasus kanker paru,

dimana resiko kanker paru pada perokok 30 kali lebih besar dari yang

bukan perokok. Perokok pasif memiliki resiko 2 kali lipat untuk menjadi

kanker paru, sedangkan perokok aktif 20 kali lipat untuk mengalami

kanker paru. Resiko untuk terjadinya kanker paru berhubungan

Page 7: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

dengan dosis kumulatif  yang pada rokok digunakan isitilah ”Pack-

year” atau pak per tahun dan untuk pencatatan biasanya dipakai

batang per hari. Resiko untuk terjadinya kanker tipe sel besar

meningkat pada perokok sedangkan beberapa adenokarsinoma tidak

berhubungan dengan rokok khususnya pada wanita Ini karena

tembakau pada rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana

50 di antaranya dikenal sebagai karsinogen (yang berarti agen

penyebab kanker) yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel

paru-paru. Sebuah sel yang sudah rusak dapat menjadi kanker dalam

jangka waktu tertentu.

2. Radiasi

Insiden kanker paru yang tinggi pada penambang kobalt dan

radium (lebih dari 50% meninggal akibat kanker paru). Hal itu

dikarenakan bahan-bahan tersebut berkaitan dengan adanya radioaktif

dalam bentuk radon.

3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .

Terdapat  insiden  yang  tinggi  dari  pekerja  yang  terpapar 

dengan  karbonil nikel  (pelebur  nikel)  dan  arsenic  (pembasmi 

rumput).  Pekerja  pemecah hematite  (paru – paru  hematite)  dan 

orang – orang  yang  bekerja  dengan asbestos dan  dengan  kromat 

juga  mengalami  peningkatan  insiden. Contoh  : radon, nikel, radiasi

dan arsen.

Page 8: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

4. Polusi udara.

Orang yang tinggal di kota mempunyai faktor risiko terserang

kanker paru lebih tinggi dari pada orang yang tinggal di desa. Selain

itu, telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel

dalam atmosfer di daerah perkotaan.(Thomson, 1997).

5. Genetik.

Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan, yakni:

a. Proton oncogen.

b. Tumor suppressor gene

c. Gene encoding enzyme

Teori onkogenesis yang berhubungan dengan kanker paru:

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor

tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen

supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau

penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya, Perubahan

tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran (sel paru) berubah

menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan

demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan

terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan

sekitarnya.

6. Diet.

Page 9: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan

vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.

C. Manifestasi klinis

1. Gejala awal

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh

obstruksi bronkus

2. Gejala umum

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.

Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,

tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang

kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Infeksi saluran nafas bawah berulang

c. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan

tumor yang mengalami ulserasi.

d. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

e. Kelelahan

f. Suara serak

g. Nyeri atau disfungsi pada organ yang jauh menandakan

metastasis

Page 10: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Manifestasi kanker paru berdasarkan fase metastase tumor:

a. Lokal (tumor tumbuh setempat)

1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

2)   Hemoptisis

3) Terdengar wheezing, stridor karena adanya obstruksi jalan

nafas

4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

5) Atelektasis

b. invasi Lokal

1) nyeri dada

2) dispnea karena efusi pleura

3) invasi ke perikardium sehingga meyebabkan temponade

atau aritmia

4) suara serak karena adanya penekanan pada nervus

laryngeal recurrent

c. Gejala terjadinya Metastasis

1) Menyebar ke otak, tulang, hati, adrenalin

2) limfadenopati servikal dan supraklavikula

d. Sindrom Paraneoplastik: terdapat pada 10% kanker paru.

1) Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam

2) Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

3)   Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neoropati perifer

Page 11: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

4) Endokrin: sekresi berlebih hormon paratiroid

(hiperkalsemia)

D. Klasifikasi.

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru

(1977) :Karsinoma Bronkogenik.

1. Karsinoma epidermoid (skuamosa)

Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan

epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka

panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral

sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor

jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar

langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan

mediastinum.

2. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama

bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari

epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik

pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan

kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke

organ – organ distal.

3 Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)

Page 12: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan

dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer

segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan

jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.

Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium

dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai

terjadinya metastasis yang jauh. 

4 Karsinoma sel besar.

Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi

sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti

bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada

jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran

ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.

5 Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.

6 Lain – lain.

a. Tumor karsinoid (adenoma bronkus)

b. Tumor kelenjar bronchial

c. Tumor papilaris dari epitel permukaan

d. Tumor campuran dan Karsinosarkoma

e. Sarkoma

f. Tak terklasifikasi.

g. Mesotelioma

Page 13: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

h. Melanoma.

E. DIAGNOSTIK

1. Radiologi.

a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi

adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.

Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,

atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Pemeriksaan Computed Tomography (CT Scan) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan CT scan pada thoraks dapat mendeteksi kelainan atau

nodul dengan diameter minimal 3 mm, serta untuk mengevaluasi

jaringan parenkim paru dan pleura

c. Positron Emission Tomography (PET) untuk dapat membedakan

tumor benigna dan melignant berdasarkan perbedaan biokimia

dalam metabolisme glukosa, protein, dan asam nukleat. Tumor yang

berdiameter kurang dari 1 cm sulit dideteksi dengan PET.

d.  Pemeriksaan Bone Scanning

Dilakukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.

e.  Pemeriksaan Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)

Dilakukan bila klien ada keluhan batuk. Digunakan sebagai skrining

diagnosis dini kanker paru

Page 14: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

f.   Pemeriksaan Histopatologi

1) Bronkoskopi

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus, memungkinkan

visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi lesi

(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)

2) Ultrasound Bronchoscopy untuk mendeteksi tumor perifer,

endobronkial, kelenjar getah bening mediastinum dan lesi daerah

hilus

3) Trans-Bronchial Needle_Aspiration (TBNA) untuk nodul getah

bening dihilus atau mediastinum

g.  Trans Torakal Biopsi

Dilakukan untuk lesi perifer dengan ukuran kurang dari 2 cm. dapat

menyebabkan komplikasi pneumothoraks dan hemoptisi,

sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

h.  Torakoskopi

Dilakukan untuk tumor yang letaknya di permukaan pleura

visceralis. Komplikasi yang terjadi sangat kecil.

i.   Mediastinoskopi

Dilakukan untuk mendapatkan tumor metastasis ke mediastinum

melalui kelenjar getah bening.

j.   Torakotomi

Page 15: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Untuk diagnostik kanker paru yang dilakukan bila prosedur non

invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

k.  Pemeriksaan Serologi atau Tumor Marker

l.   Sinar-X dada dilanjutkan dengan biopsi dugaan lesi

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).Dilakukan untuk

mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi

kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum

pada kanker paru).

3 Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan

sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer

dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

Page 16: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik

dengan cara torakoskopi.

d. Mediastinosopi

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening

yang terlibat.

e. Torakotomi.

Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam

– macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal

mendapatkan sel tumor.

f. Pencitraan.

1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan

pleura.

2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

Page 17: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx
Page 18: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx
Page 19: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

F. Tujuan pengobatan kanker

1. Kuratif. Dimana tenaga kesehatan berupaya memperpanjang masa

bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.

2. Paliatif. Untuk mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas

hidup.

Page 20: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal. Untuk mengurangi

dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun

keluarga.

4. Suportif. Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal

seperti pemberian nutrisi serta obat-obatan

G. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Paru

1. Pengkajian

a. Riwayat

Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan

karsinogen, penyakit paru kronis sebelumnya yang telah

mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada

jaringan paru.

b. Pemeriksaan fisik pada pernapasan

Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea,

hemoptisis karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat

dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di

daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan

berulang, nyeri dada karena penekanan saraf pleural oleh tumor,

efusi pleura bila tumor mengganggu dinding paru, disfagia, edema

daerah muka, leher dan lengan.

c. Nutrisi : Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia

Page 21: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

d. Psikososial : Takut, cemas, tanda –tanda kehilangan.

e. Tanda vital : Peningkatan suhu tubuh, takipnea

f. Pemeriksaan diagnostik.

2. Diagnosa keperawatan

Preoperasi

a. Kerusakan pertukaran gas b/d hipoventilasi

b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret

paru, meningkatnya tahanan jalan napas

c. Ansietas b/d perubahan status kesehatan, takut mati

d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang

informasi

Pascaoperasi

a. Kerusakan pertukaran gas b/d pengangkatan jaringan paru,

gangguan suplai oksigen,

b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d viskositas secret,

keterbatasan gerakan dada, kelemahan

c. Nyeri akut b/d trauma jaringan, insisi bedah

d. Ansietas b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian

3. Rencana Keperawatan

Preoperasi:

DX 1

Kriteria hasil :

Page 22: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan

GDA dalam rentang normaldan bebas gejala distress pernapasan.

b. Klien berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :

a. Kaji status pernapasan, catat peningkatan

frekwensi. Rasionalnya dispneu merupakan kompensasi adanya

tahan jalan napas

b. Catat ada tidaknya bunyi tambahan. Rasionalnya bunyi napas

dapat menurun. Krekles adalah bukti peningkatan cairan dalam

area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas

membrane  alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan

atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mucus atau

edema serta tumor.

c. Kaji adanya sianosis. Rasionalnya penurunan oksigenasi

bermakna terjadi sebelum sianosis.

d. Kolaborasi pemberian oksigen. Rasionalnya memaksimalkan

sediaan oksigen sesuai kebutuhan tubuh.

Dx.2

Kriteria hasil :

a. Hilangnya dispneu

b. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih

c. Mengeluarkan secret tanpa kesulitan

Page 23: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

d. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan

jalan napas

Intervensi :

a. Catat perubahan dan upaya pola napas. Rasionalnya penggunaan

otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan

peningkatan upaya bernapas.

b. Observasi penurunan ekspansi dinding

dada. Rasionalnya ekspansiadada sehubungan dengan akumulasi

cairan, edema dan secret pada lobus.

c. Catat karakteristik batuk juga produksi dan karakteristik

sputum. Rasionalnya karakteristik batuk dapat berubah tergantung

pada penyebebnya, sputum bila ada mungkin banyak, merah atau

purulen.

d. Pertahankan posisi tubuh atau kepala dan gunakan alat bantu

napas sesuai kebutuhan.Rasionalnya menudahkan memelihara

jalan napas atas paten.

e. Kolaborasi pemberian bronkodilator (aminofilin, albuterol dll). Awasi

untuk efek samping merugikan dari obat (takikardi, hipertensi,

insommnia dan tremor). Rasionalnya obat diberkan untuk

menghialngkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret,

memperbaiki venrilasi dan memudahkan pengeluaran secret.

DX. 3

Page 24: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Kriteria Hasil :

a. Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya

b. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun

c. Menunjukkan pemecahan masalah

Intervensi

a. Obserfasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional memburuknya

penyakit dapat menyebabkan / meningkatkan ansietas.

b. Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.

Rasionalnya menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi

dan penghematan energy.

c. Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi . rasionalnya memberikan

kesempatan bagi pasien untuk menangani ansietasnya sendir idan

merasa terkontrol.

d. Identifikasi presepsi klien terhadap ancaman yang ada.

Rasionalnya membantu pengenalan ansietas/takut dan

mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu klien.

e. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.

Rasionalnya merupakan langkah awal dalam mengatasi perasaan.

Dx. 4

Kriteria hasil :

a. Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi

b. Menggambarkan/ menyatakan diet, obat dan program aktifitas

Page 25: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

c. Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan

perhatian medic.

Intervensi :

a. Bantu klien untuk belajar memenuhi kebutuhannya. Berikan

informasi yang jelas dan ringkas pada klien. Rasionalnya untuk

meningkatkan konsentrasi dan energy untuk penerimaan tugas

baru.

b. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat. Rasionalnya

pemberian instruksi penggunaan obat yang aman membantu

pasien untuk mengikuti dengan tepet program pengobatan.

c. Kaji konseling nutrisi tentang kebutuhan makanan dan kalori klien.

Rasionalnya pasien dengan pernapasan berat biasanya mengalami

penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan

peningkatan nutrisis untuk proses penyembuhan.

d. Berikan pedoman untuk aktifitas. Rasionalnya pasien tidak boleh

terlalau lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktifitas untuk

meningkatkan stamina  dan menjegak kebutuhan oksigen yang

berlebihan.

Pasca operasi

Dx. 1

Kriteria hasil :

Page 26: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhan adekuat

degan gda dlam rentang normal

b. Bebas gejala distress pernapasan

Intervensi :

a. Catat frekwensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan.

Obserfasi penggunaan otot bantu napas dan perubahan kulit.

Rasionalnya pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau

sebagai akibat mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya

jaringan paru.

b. Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal.

Rasionalnya konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi

yang dioperasi noemal pada pasien pneumonoktomi. Namun

pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada

lobus yang masih ada.

c. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan

posisi, pengisapan dan penggunaan alat bantu pernapasan.

Rasionalnya obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi yang

dapat mengganggu pertukaran gas.

d. Bantu dengan latihan napas dalam dan napas mulut dengan tepat.

Rasionalnya meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi serta

mencegah atelektasis.

Dx. 2

Page 27: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan patensi napas dengan cairan secret mudah

dikeluarkan, bunyi napas jelas dan pernapasan tidak bising.

Intervensi :

a. Auskultasi dada untuk karakterisitik bunyi napas dan adanya

secret. Rasionalnya pernapasan bising, rinki dan mengi

menunjukkan tertahannya secret dan obstruksi jalan napas.

b. Bantu pasien /instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk

dengan posisi duduk dan menekan daerah insisi. Rasionalnya

posisis duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan

penekanan menguatkan upaya batuk untuk mobilisasi dan

pembuangan secret.

c. Obserfasi jumlah dan karakteristik sputum. Rasionalnya

peningkatan jumalah secret tidak berwarna/berair awalnya normal

dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.

d. Dorong masikan cairan peroral (2500 ml/hari). Rasionalnya hidrasi

adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan

pengeluaran.

e. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan analgetik

sesuai indikasi. Rasionalnya menghilangkan spasme bronkus

untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan

viskositas secret.

Page 28: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Dx. 3

Kriteria hasil :

a. Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol

b. Tampak rileks dan istirahat dengan baik

c. Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan

Intervensi :

a. Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri (skala

0-10). Rasionalnya membantu evaluasi gejala nyeri karana kanker.

Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji

tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaliasi keefektifan

analgesic dan meningkatkan control nyeri.

b. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. Rasionalnya

ketidaksesuaian antara petunjuk verbal /nonverbal dapat

memberikan pentunjuk derajat nyeri, kebutuhan/kekefektifan

intervensi.

c. Catat kemungkinan penyebab nyeri. Rasionalnya insisi

posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi

anterolateral.

d. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya tentang nyeri.

Rasionalnya takut dapat meningkatkan tegangan otot dan

meningkatkan ambang presepsi nyeri

Dx.4

Page 29: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Kriteria hasil :

a. Mengakui dan mendiskusikan masalah

b. Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan

tampak rileks

Intervensi :

a. Evaluasi tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang

penyakit klien. Rasionalnya pasien dan orang terdekat mendengar

dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi adanya perubahan

pola hidup

b. Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasionalnya

bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan

penyembuhan

c. Berikan kesempatan untuk bertanya da jawab dengan jujur.

Rasionalnya menurunkan presepsi kesalahan interpretasi terhadap

informasi.

Page 30: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di

dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-

sel di dalam paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian

tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.

2. Gejala penyakit kanker paru-paru

a. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.

b. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.

c. Napas sesak dan pendek-pendek.

d. akit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.

Page 31: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

e. Kelelahan kronis

f. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab

yang jelas.

g. Suara serak/parau.

h. Pembengkakan di wajah atau leher.

3. Penyebab kanker paru-paru

a. Merokok

b. Radiasi

c. Zat-zat yang terhirup di tempat kerja

d. Diet

4. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, dan

rencana keperawatan.

B. Saran

Sebagai mahasiswa kita harus memahami dan bisa membuat konsep

dasar dan asuhan keperawatan dari berbagai macam penyakit agar pada

waktu pelaksanaan nanti di rumah sakit kita  bisa melaksanakan asuhan

keperawatan kepada pasien dengan baik dan benar.

Page 32: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical

Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC,

Jakarta

Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC,  Jakarta

Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin

Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta

Page 33: MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOTERAPI RESPIRASI.docx

Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga

University Press, Surabaya.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD

Dokter Soetomo, Surabaya

Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby

Year Book, Toronto.