Workplan
GANGGUAN PANIK
Oleh:
FARADILA AFRIANTI0807101010197
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA/BLUD RSU dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH2013
GANGGUAN PANIK
Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak
diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative
singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu
seperti palpitasi dan takipnea.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Faktor Biologis
Gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam struktur otak
dan fungsi otak. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan panik telah dilaporkan
menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang
berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang. Sistem neurotransmiter
utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
Faktor Genetika
Bahwa gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas. Angka prevalensi
tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik. Berbagai penelitian telah
menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara
derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara
derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar
monozigot.
Faktor Psikososial
Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan
patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau
melalui proses pembiasan klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak
berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya
merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda,
lengkap dengan gejala somatik.
GEJALA KLINIK
Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat
dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4
dari gejala-gejala somatik berikut:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Sesak napas
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual dan gangguan perut
8. Fusing, bergoyang. melayang. atau pingsan
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parastesi atau mati rasa
13. Menggigil atau perasaan panas. Serangan panik pertama seringkali sama sekali spontan,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,
aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan bahwa sekurangnya
serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak memiliki tanda) untuk memenuhi criteria
diagnostik untuk gangguan panik.
Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10
menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman kematian
dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien
mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda
fisik adalah takikardia. palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat.
Gejala Penyerta
Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan agoraphobia, dan pada
beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik.
Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan
panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostic untuk Gangguan Panik
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.
Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih) gejala
berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:
(1) Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat.
(2) Berkeringat.
(3) Gemetar atau berguncang
(4) Rasa nafas sesak atau tertahan
(5) Perasaan tercekik
(6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
(7) Mual atau gangguan perut
(8) Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang.
(9) Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri).
(10) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
(11) Rasa takut mati.
(12) Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)
(13) Menggigil atau perasaan panas.
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :
1. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-
serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas antipsikotik”
yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan
terjadi.
PENATALAKSANAAN
Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika penderita memahami bahwa
penyakit panik melibatkan proses biologis dan psikis. Obat-obatan dan terapi perilaku biasanya
bisa mengendalikan gejala-gejalanya. Selain itu, Psikoterapi bisa membantu menyelesaikan
berbagai pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi perasaan dan perilaku cemas.
Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat anti-depresi
dan anti-cemas :
Golongan Trisiklik ( Misalnya clomipramine dan imipramin)
Monoamin Oxidase Inhibitors ( Misalnya fenelzin)
Beberapa penelitian menyatakan MAOI lebih efektif dibandingkan obat trisiklik.
Selective Seratonin Reuptake Inhibitors/SSRIs ( Misalnya fluoksetin)
Digunakan terutama pada pasien gangguan panic yang disertai dengan depresi.
SSRIs lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu menyebabkan
ketergantungan fisik.
Benzodiazepin
Bekerja lebih cepat daripada anti-depresi, tetapi bisa menyebabkan ketergantungan fisik
dan menimbulkan beberapa efek samping (Misalnya rasa mengantuk. gangguan
koordinasi dan perlambatan waktu reaksi).
Terapi Kognitif dan Perilaku
Adalah terapi yang efektif untuk gangguan panik. Dua pusat utama terapi kogmitif untuk
gangguan panik adalah instruksi tentang kepercayaan salah dari pasien dan informasi tentang
serangan panic. Instruksi tentang kepercayaan yang salah berpusat pada kecenderungan pasien
untuk keliru menginterpretasikan sensasi tubuh yang ringan sebagai tanda untuk ancaman
serangan panic, kiamat atau kematian. Informasi tentang serangan panik adalah termasuk
penjelasan bahwa serangan panik jika terjadi tidak mengancam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoeksema, Susan nolen. Abnormal psycology fourth edition. 2007. McGraw-Hill
International editions.
2. Nevid, S. Jeffrey; Spencer A Rathus; Beverley Greene. Abnormal psycology in a
changing world : fifth edition. 2003. Pearson education, inc. New Jersey.
3. Wells, Andrian. Cognitive therapy of anxiety disoder.1997. John wiley & Sons Ltd.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Anxiety Disorder. In : Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 7th ed. 2000. hal.1465-95.
5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-TR, 4th ed, American
Psychiatric Ass, 2000.