Transcript
Page 1: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN

JAMBAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AEK

PAROMBUNAN KOTA SIBOLGA

SKRIPSI

Oleh

PUTRA WIKA JAYA LAROSA

NIM : 141000167

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN

JAMBAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AEK

PAROMBUNAN KOTA SIBOLGA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

PUTRA WIKA JAYA LAROSA

NIM : 141000167

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

iii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 4 Desember 2018

PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Drs. Tukiman, M.K.M.

Anggota : Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes.

Drs. Eddy Syahrial, M.S.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

iv

Abstrak

Penggunaan jamban sehat yang memenuhi syarat adalah salah satu penerapan

perilaku hidup bersih dan sehat pada bidang penyehatan lingkungan. Jamban

berguna sebagai tempat pembuangan kotoran manusia sehingga bakteri yang ada

dalam kotoran tersebut tidak mencemari lingkungan. Pada wilayah yang

masyarakatnya masih BAB sembarangan, maka wilayah tersebut terancam

beberapa penyakit menular seperti Filariasis, Kolera (Muntaber), Diare, Tipus,

Disentri, Hepatitis B dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaif yang bersifat analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menentukan

faktor-faktor yang terkait dengan penggunaan jamban. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di willayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan. Sampel dalam penelitian ini adalah 85 orang. Data dikumpulkan

menggunakan kuesioner melalui wawancara yang dianalisis secara univariat

dengan menggambarkan variabel univariat dan bivariat menggunakan uji chi-

square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan

signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah

kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga adalah pendidikan (p-value =

0,001), penghasilan (p-value = 0,001), pengetahuan (p-value = 0,001), sikap(p-

value = 0,001), kepemilikan jamban (p-value = 0,001), dukungan petugas

kesehatan (p-value = 0,001), dan dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat

dan tokoh agama (p-value = 0,017). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah

umur (p-value = 0,982) dan pekerjaan (p-value = 0,311). Sesuai dengan hasil

penelitian di atas, disarankan pihak Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga

supaya lebih aktif memberikan informasi kepada masyarakat agar menambah

pengetahuan dan kesadaran dalam menggunakan jamban sehat yang memenuhi

syarat dan kepada pihak aparat keluarahan (Lurah) supaya lebih berkoordinasi lagi

dengan pihak Puskesmas dalam mengatasi permasalahan jamban.

Kata kunci: Penggunaan Jamban, Perilaku Masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

v

Abstract

The use of healthy latrines that meet the requirements is one of the

implementation of clean and healthy living behavior on the field of environmental

sanitation. Latrines are useful as a place to dispose of human excrement, so

bacteria that exist in the feces is not pollute the environment. In the region that

where community still defecate carelessly, the area is threatened by several

infectious diseases like filaryasis, cholera, diarrhea, typus, dysentery, hepatitis B

and exc. The purpose of this research is to know the factors that affect against the

behavior of people in the use of latrines in the workplace of community health

center in Aek Parombunan, Sibolga city. The kind of this study is the research

quantitative that are analytic using approach to cross sectional that which aims to

determine the factors associated with the use of latrines. The population in this

study is the head of the family that living in the workplace of community helath

center in Aek Parombunan. Samples in this study are 85 people. The data

collected using the questionnaire though the interview which are analized

univariately by dascribing univariat and bivariat using chi square test . The

results of this research indicate that the variable who have a significant against

community behavior in the use of latrines in the workplace of community health

center in Aek Parombunan Sibolga city are education (p-value = 0,001), income

(p-value = 0,001), knowledges (p-value = 0,001), attitudes (p-value = 0,001), the

ownership of the latrines (p-value = 0,001), support from health workers (p-value

= 0,001), support from village government, public figures, religious leader (p-

value = 0,017). While that not having significant relation are the age (p-value =

0,982) and work (p-value = 0,311). In accordance with the result of the studies

above, it is recommended that the community health centre to be more active in

provide information to increase their knowladge and awareness in using healthy

latrines and to the village government to coordinate more with the communty

health centre in resolve the latrines problem.

Keywords: Use of latrines, Community behavior

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Masyarakat

dalam Penggunaan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Parombunan

Kota Sibolga” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril

maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani S.K.M., M.Kes. selaku Ketua Departemen Pendidikan

Kesehatandan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara serta selaku penguji I yang telah memberikan bimbingan,

arahan, petunjuk, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

vii

4. Drs. Tukiman, M.K.M. selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Eddy Syahrial, M.S. selaku penguji II yang telah memberikan

bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. dr. Heldy, M.P.H. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan dan arahan kepada penulis selama menjalani kegiatan

perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya di Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku.

8. Kepala Puskesmas Aek Parombunan Kecamatan Sibolga Selatan Kota

Sibolgayang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

9. Ayahanda Wilson Larosa dan Ibunda Kasiria Gulö yang saya kasihi,

senantiasa memberikan dukungan doa, moral, kasih sayang, dan material

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat saya (Randa, Angga, Venny, Khaliza) atas doa serta

dukungan yang diberikan sampai selesainya skripsi ini.

11. Teman istimewa Tata Meru Regita Sindy Simangunsong atas doa, semangat

serta dukungan yang diberikan hingga selesainya skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

ix

Daftar Isi

Halaman

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i

Halaman Pengesahan ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftr Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 8

Tujuan umum 8

Tujuan khusus 8

Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 10

Perilaku 10

Konsep perilaku 10

Perilaku kesehatan 10

Domain perilaku 11

Perilaku Masyarakat 14

Pengertian Masyarakat 14

Teori Perilaku Kesehatan 15

Teori Precede/Proceed 15

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Penggunaan Jamban 19

Faktor Predisposisi 19

Faktor Pemungkin 22

Faktor Penguat 22

Pengertian Jamban 23

Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia 24

Karakteristik Tinja 26

Persyaratan Jamban Sehat 27

Tipe-tipe Jamban 29

Penentuan Letak Jamban 31

Pemeliharaan Jamban 31

Penggunaan Jamban 32

Kerangka Teori 35

Kerangka Konsep 36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

x

Metode Penelitian 37

Jenis Penelitian 37

Lokasi dan Waktu Penelitian 37

Populasi dan Sampel 37

Populasi 37

Sampel 38

Variabel dan Defenisi Operasional 41

Metode Pengumpulan Data 43

Data primer 43

Data sekunder 43

Metode Pengukuran Variabel Penelitian 43

Metode Analisis Data 49

Pengolahan data 49

Teknik analisis data 50

Hasil Penelitian 52

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 52

Letak Geografis 52

Data Demografi 53

Analisis Data 53

Analisis univariat 53

Analisis bivariat 68

Pembahasan 80

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 80

Karakteristik Responden Berdasarkan Pemdidikan 81

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 83

Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan 83

Responden Berdasarkan Pengetahuan 84

Responden Berdasarkan Sikap 85

Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban 87

Responden Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan 88

Responden Berdasarkan Dukungan Aparat Kelurahan,

Tokoh Masyarakat Dan Tokoh Agama 89

Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat

dalam Penggunaan Jamban 91

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Umur) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 92

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Pendidikan) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 94

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Pekerjaan) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 96

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Penghasilan) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 97

Hubungan Antara Faktor Predisposisi (Pengetahuan) dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

xi

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 100

Hubungan Antara Faktor Predisposisi (Sikap) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 102

Hubungan Antara Faktor Pendukung (Kepemilikan Jamban) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 105

Hubungan Antara Faktor Pendorong (Dukungan Petugas Kesehatan)

dengan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 107

Hubungan Antara Faktor Pendorong (Dukungan Aparat Kelurahan,

Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Agama) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 109

Kesimpulan dan Saran 114

Kesimpulan 114

Saran 115

Daftar Pustaka 116

Lampiran 117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

xii

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Perkiraan Komposisi Tinja Tanpa Air Seni 27

2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur 52

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 53

4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 53

5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 54

6. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan 54

7. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang

Pengetahuan 55

8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 58

9. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang Sikap 59

10. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap 62

11. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang

Jenis Jamban 62

12. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban 63

13. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan 63

14. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Aparat Kelurahan, 64

Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama

15. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Aparat

Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama 64

16. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai Dukungan

Aparat Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama 65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

xiii

17. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban 65

18. Tabulasi Silang Umur dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban 66

19. Tabulasi Silang Pendidikan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban 67

20. Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban 69

21. Tabulasi Silang Penghasilan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban 70

22. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban 71

23. Tabulasi Silang Sikap dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban 72

24. Tabulasi Silang Kepemilikan Jamban dengan Perilaku Masyarakat

dalam Penggunaan Jamban 73

25. Tabulasi Silang Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku

Masyarakat dalam Penggunaan Jamban 74

26. Tabulasi Silang Dukungan Aparat Kelurahan,Tokoh Masyarakat,

Tokoh Agama dengan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan

Jamban 75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

xiv

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Penyebaran Penyakit Melalui Tinja 25

2. Skema Jalur Pemindahan Kuman Penyakit dan Tinja ke Pejamu

yang Baru 26

3. Teori Lawrence W. Green 35

4. Kerangka Konsep 36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

xv

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian 117

2. Master Data 124

3. Output SPSS 15 127

4. Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan 137

5. Surat Izin Penelitian 138

6. Surat Permohonan Izin Peneltian dari Kantor Kesbang

Kota Sibolga 139

7. Surat Izin Penelitian dari Kantor Kesbang Kota Sibolga 140

8. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Sibolga 141

9. Surat Penelitian dari Puskesmas Aek Parombunan 142

10. Surat Izin Penelitian dari Bappeda Kota Sibolga 143

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

xvi

Daftar Istilah

STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

BABS Buang Air Besar Sembarangan

PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

Depkes Departemen Kesehatan

SPAL Saluran Pembuangan Akhir Limbah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

xvii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

1

Pendahuluan

Latar belakang

Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus

dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi kehidupan sehari-hari (Kemenkes

RI 2016). Sanitasi dasar terdiri dari : penyediaan air bersih, pembuangan tinja,

pengelolahan sampah, pembuangan air limbah. Berdasarkan Permenkes nomor 3

Tahun 2014 tentang STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) menyatakan

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,

penyebaran penyakit berbasis lingkungan, serta akses air minum dan sanitasi dasar

maka perlu diselenggarakan sanitasi total berbasis masyarakat.

Sanitasi total berbasis masyarakat adalah pendekatan untuk mengubah perilaku

higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.

Pemicuan yang dimaksud adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku

higiene dan sanitasi individu/masyarakat atas kesadaran sendiri dengan

menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu/masyarakat.

Sanitasi total berbasis masyarakat terdiri dari lima pilar, yaitu : Stop buang air

besar sembarangan; Cuci tangan pakai sabun; Pengelolahan air minum dan

makanan rumah tangga; Pengamanan sampah rumah tangga; dan pengamanan

limbah cair. Pilar stop buang air besar sembarangan (Stop BABS) diwujudkan

dalam membudayakan perilaku buang air besar yang sehat yang dapat memutus

alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

2

dan menyediaan serta memelihara sarana buang air besar yang memenuhi

standar dan persyaratan kesehatan.

Kemudian data dari profil nasional STBM awal tahun 2017 menyatakan

bahwa dari 80.314 desa/kelurahan yang ada di Indonesia, sebanyak 42% atau

mencapai 33.927 desa/kelurahan sudah menjalankan program STBM. Kemudian

provinsi Sumatera Utara hanya memiliki 18,45% atau sekitar 1.093

desa/kelurahan yang melaksanakan STBM, dan menjadi urutan 6 terendah secara

nasional provinsi yang melaksanakan STBM. Pilar stop buang air besar

sembarangan berkaitan dengan sanitasi dasar, yaitu pembuangan tinja. Salah satu

fasilitas sanitasi dasar tersebut adalah jamban. Jamban berguna sebagai tempat

pembuangan kotoran manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut

tidak mencemari lingkungan. Pada wilayah yang masyarakatnya masih BAB

sembarangan, maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular seperti

Filariasis, Kolera (Muntaber), Diare, Tipus, Disentri, Hepatitis B dan sebagainya.

Derajat kesehatan suatu keluarga juga sangat ditentukan oleh PHBS keluarga

tersebut. Salah satu penerapan PHBS pada bidang penyehatan lingkungan adalah

menggunakan jamban sehat (Permenkes nomor 39 tahun 2016).

Menurut profil kesehatan RI (2016) secara nasional, rumah tangga yang

memiliki akses sanitasi layak memiliki persentase sebesar 67,80%. Kemudian

provinsi Sumatera Utara memiliki sekitar 72,86% rumah tangga yang memiliki

akses sanitasi layak. Ini menggambar bahwa provinsi Sumatera Utara sudah

berada diatas angka rata-rata nasional rumah tangga yang memiliki akses sanitasi

layak. Rumah tangga memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

3

digunakan memenuhi syarat kesehatan, antara lain dilengkapi dengan jenis kloset

leher angsa, plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat pembuangan akhir

tinja tangki (septic tank) dan merupakan fasilitas buang air besar yang digunakan

sendiri atau bersama.

Kota Sibolga terletak di pantai barat Sumatera Utara, Kota ini berada pada

sisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap ke arah lautan Hindia.Lebar kota yaitu

jarak dari garis pantai ke pegunungan sangat sempit hanya lebih kurang 500 meter

sedangkan panjangnya adalah 10,77 km. Karena sempitnya daratan yang tidak

sebanding dengan jumlah penduduk, akhirnya banyak tepian pantai yang ditimbun

manjadi daratan untuk dijadikan lahan pemukiman.

Wilayah administrasi pemerintahan Kota Sibolga terdiri dari 4 Kecamatan,

16 Kelurahan dan 5 Puskesmas. Keempat kecamatan itu adalah, Kecamatan

Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan

Kecamatan Sibolga Sambas. Sedangkan Kecamatan Sibolga Selatan memiliki 2

Puskesmas, yaitu Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek Parombunan. Hal ini

disebabkan luasnya wilayah geografis Kecamatan Sibolga Selatan yaitu sebesar

3,138 Km2.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Sibolga (2016) diketahui bahwa

rumah tangga yang telah menggunakan sarana pembuangan tinja yang memenuhi

syarat/layak, berupa septic tank sebesar 44,95%, Sedangkan rumah tangga yang

memiliki sarana pembuangan tinja tidak memenuhi syarat/tidak layak terdiri dari :

tanah lapang (lahan kosong)/ kebun sebesar 3,93%, sawah/ laut sebesar 24,80%

dan ke aliran got sebesar 26,32%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

4

Berdasarkan data dari bidang P2P & PL 2016 (Pengendalian Penyakit &

Penyehatan Lingkungan) Kota Sibolga, persentase rumah tangga yang

menggunakan fasilitas sanitasi yang layak (Jamban sehat) Komunal (Umum) 174

penduduk, Leher Angsa 51.328 penduduk, Plengsengan 170 penduduk dan

cemplung 259 penduduk dari total 86.789 jiwa penduduk Kota Sibolga. Hal ini

berarti ada sekitar 34.858 jiwa penduduk di Kota Sibolga yang belum

menggunakan fasilitas sanitasi yang layak. Penggunaan jamban sehat juga sangat

berpengaruh terhadap derajat kesehatan di suatu wilayah. Kondisi tersebut juga

didukung oleh tingginya jumlah kasus diare di Kecamatan Sibolga Selatan pada

tahun 2016, yaitu sebesar 987 kasus. Ini menunjukkan bahwa Kecamatan Sibolga

Selatan sebagai peringkat pertama dalam jumlah kasus diare.Aek Parombunan dan

Aek Muara Pinang adalah kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan. Secara geografis kelurahan Aek Muara Pinang berada di sekitaran

pinggiran laut sedangkan kelurahan Aek Parombunan berada di daerah gunung

dengan ketinggian 25 m – 60 m diatas permukaan laut.

Berdasarkan profil Puskesmas Aek Parombunan tahun 2017 Kelurahan

Aek Parombunan dan Aek Muara Pinang memiliki 100% persentase kualitas

penyelengara air minum yang memenuhi syarat kesehatan dari sampel yang

diperiksa. Sarana air minum berkualitas (layak) tersebut terdiri dari Sumur gali

terlindung, Sumur gali dengan pompa, Sumur bor dengan pompa, Mata air

terlindung, dan Perpipaan (PDAM, BPSPAM). Dalam hal ini kasus diare yang

tinggi tertular melalui lalat (vektor) yang hinggap pada makanan akibat dari aliran

pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

5

Data dari Puskesmas Aek Parombunan pada tahun 2017 terdapat (40,1%)

Kepala keluarga di kelurahan Aek Muara Pinang dan (58,5%) Kepala keluarga di

kelurahan Aek Parombunan yang sudah memiliki jamban sehat atau memenuhi

syarat. Hal ini berarti terdapat 797 atau (59,9%) Kepala keluarga di kelurahan Aek

Muara Pinang dan 700 atau (41,5%) Kepala keluarga di kelurahan Aek

Parombunan yang memiliki jamban tidak sehat/yang tidak memenuhi syarat. Jenis

sarana jamban yang ada di wilayah Puskesmas Aek Parombunan terdiri dari : 40

jamban komunal , 2241 jamban leher angsa, dan 3571 jamban cemplung.

Sedangkan jumlah sarana jamban yang tidak memenuhi syarat/tidak sehat terdiri

dari : 0 jamban komunal, 1018 jamban leher angsa, dan 3326 cemplung. Menurut

penelitian Erlinawati dalam Linda Destiya (2015) adanya fasilitas jamban

memungkinkan tiap anggota keluarga menggunakan jamban sehingga menjadi

kebiasaan setiap anggota keluarga dalam menggunakan jamban. Kondisi tersebut

juga didukung dengan kasus diare yang ditangani di Puskesmas Aek Parombunan

pada tahun 2016 sebesar 498 kasus dari total 16.382 jiwa penduduk. Kasus diare

juga menjadi 10 penyakit terbanyak pada urutan kedelapan (8) yang ada di

Puskesmas Aek Parombunan (Profil Puskesmas 2016)

Menurut penelitian Linda Destiya (2015) menyatakan bahwa ada pengaruh

umur dan pendidikan terhadap perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan

jamban di pemukiman Kampung Nelayan Tambak Lorok Semarang. Dalam

penelitian tersebut menyatakan bahwa kelompok umur dewasa akhir (> 35 tahun)

lebih berpeluang memiliki perilaku pemanfaatan jamban daripada respoden

berusia dewasa awal (≤ 35 tahun). Begitu juga menurut penelitian Eunike dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

6

Linda Destiya (2015) menyatakan bahwa faktor perkembangan usia dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap status kesehatan mereka.

Sedangkan responden yang memiliki pendidikan tinggi berpeluang lebih tinggi

untuk memanfaatkan jamban daripada responden berpendidikan rendah.

Pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak mengetahui fungsi dari

pemanfaatan jamban.

Menurut penelitian Sumarji Amalinda dkk (2016) menyatakan bahwa

masyarakat yang tidak bekerja mengkondisikan dirinya seperti merasa tidak perlu

berpartisipasi dalam mewujudkan derajat kesehatan. Sedangkan menurut

penelitian Linda Destiya (2015) menyatakan bahwa pekerjaan dapat

mempengaruhi waktu seseorang untuk memperoleh informasi, termasuk informasi

kesehatan. Apabila informasi cukup maka seseorang memiliki pengetahuan yang

cukup pula. Ada dalam Soekidjo dalam teori L. Green (2007) menyatakan bahwa

pengetahuan dan sikap merupakan domain yang sangat penting dalam

pembentukan perilaku seseorang.

Berdasarkan wawancara dengan petugas kesehatan Puskesmas Aek

Parombunan, mengatakan bahwa masih ada beberapa warga yang belum

menggunakan jamban serta masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk

memiliki akses sanitasi jamban sehat yang layak, serta kepemilikan rumah/tempat

tinggal yang masih sewa. Kemudian belum dijalankannya program STBM

(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) pilar pertama (Stop buang air besar

sembarangan) oleh pihak Puskesmas Aek Parombunan dikarenakan belum adanya

pemberian anggaran yang diperlukan dalam pelaksanaan program tersebut. .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

7

Program yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan Puskesmas Aek Parombunan

hanya sebatas pendataan atau survey keluarga sehat. Setiap petugas kesehatan

terjun ke lapangan untuk mendata terkait derajat kesehatan masyarakat di

kelurahan Aek Parombunan dan Aek Muara Pinang.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Puskesmas Aek Parombunan,

masalah kesehatan sanitasi yang layak serta beberapa warga yang tidak

menggunakan jamban masih menjadi salah satu masalah utama yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan.Menurut penelitian Andrias Horhouw

(2014) menyatakan bahwa dukungan petugas kesehatan dan dukungan dari tokoh

masyarakat, tokoh agama berpengaruh terhadap perilaku keluarga dalam

menggunakan jamban. Begitu juga menurutteori L.Green dalam buku

Soekidjo(2007) menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi memungkinkan

seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang baik jika dibanding

dengan seseorang berpenghasilan rendah yang cenderung kurang memanfaatkan

pelayanan kesehatan serta pemeliharaan kesehatan. Berdasarkan latar belakang

diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah

kerja Puskesmas Aek Parombunan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu

Apa saja faktor-faktor yang berhubungan terhadap perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

8

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

terhadap perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan faktor karakteristik, yaitu : Umur,

Pendidikan, Pekerjaan, dan Penghasilanterhadap perilaku masyarakat

dalam penggunaan jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan

Kota Sibolga

2. Untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (Predisposing), yaitu

:Pengetahuan dan Sikap terhadap perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga

3. Untuk mengetahui hubungan faktor pendukung (Enabling), yaitu :

Kepemilikan jamban terhadap perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga.

4. Untuk mengetahui hubungan faktor pendorong (Reinforcing), yaitu :

Dukungan petugas kesehatan dan Dukungan aparat kelurahan, tokoh

masyarakat dan tokoh agama terhadap perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota

Sibolga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

9

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi

beberapa pihak :

1. Pihak Puskesmas Aek Parombunan dan Dinas Kesehatan Kota Sibolga

sebagai bahan informasi serta masukan dan sebagai data untuk keperluan

penyuluhan dan perencanaan program dimasa yang akan datang yang

berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban.

2. Sebagai tambahan referensi dan sumbangan ilmiah bagi kalangan

akademis serta institusi pendidikan khususnya Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai sarana dalam menambah pengetahuan penulis tentang faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

10

Tinjauan Pustaka

Perilaku

Konsep perilaku. Menurut Skiner (1938) Perilaku merupakan suatu

reaksi atau respon dari seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dilihat

dari bentuk respons terhadap stimulus, Skiner membagi perilaku menjadi dua

yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behaviour) Bentuk respons ini masih tertutup,

terbatas hanya pada persepsi, perhatian, pengetahuan/kesadaran, dan sikap

yang terjadi pada seseorang dan dapat diamati oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour) Merupakan respon seseorang

terhadaprangsangan berupa tindakan nyata. Dapat dilihat oleh orang lain

dalam bentuk tindakan / praktik. Misalnya seorang ibu yang pergi ke

puskesamas untuk memeriksakan kandungannya.

Sedangkan menurut Soekidjo (2007) perilaku merupakan tindakan atau

semua aktivitas manusia yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak

langsung oleh orang lain.

Perilaku kesehatan. Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner yang

dimaksud perlaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap suatu rangsangan.

Dari batasan ini, perilaku kesehatan di klasifikasikan menjadi 3 kelompok:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

11

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( Health maintanance) Merupakan usaha

atau tindakan yang dilakukan seseorang untuk menjaga kesehatan jika

sakit, serta usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan

Kesehatan ( Health seeking behaviour). Perilaku kesehatan berupa

tindakan yang dilakukan apabila menderita suatu penyakit serta

kecelakaan. Tindakan ini dimulai dari mengobati diri sendiri hingga

mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan Perilaku seseorang untuk menjaga

lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial dan budaya agar tidak

mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat.

Domain perilaku. Perilaku merupakan aktivitas seseorang yang

merupakan bentuk respons terhadap suatu stimulus dari luar, dan berbeda beda

tiap respons yang diberikan tergantung pada faktor faktor darin orang yang

bersangkutan, baik faktor internal ataupun eksternal. Faktor faktor yang

membedakan respons terhadap rangsangan merupakan determinan perilaku.

Menurut Bloom (1908) perilaku manusia terbagi menjadi 3 domain antara lain:

1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupaka hasil dari tahu setelah

terjadi pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengindraan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan

seseorang. Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

12

a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

pernah di pelajari sebelumnya. Mulai dari menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

telah di ketahui. Termasuk di dalamnya menjelaskan,

menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek yang telah

dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau

kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi

kedalam komponen - komponen, sepeti mengelompokkan,

menggambarkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis) Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun

komponen-komponen ke dalam suatu bentuk yang baru.Misalnya

menyusun, meringkas teori yang sudah ada.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan kesiapan untuk betindak terhadap objek di lingkungan

tertentu terhadap suatu objek. Sikap belum tergolong suatu tindakan tetapi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

13

merupakan predisposisi tindakan atau perilaku, karena sikap merupakan

reaksi yang masih tertutup. Pengukuran sikap dapat secara langsung atau

tidak langsung. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a. Menerima ( Receiving)

Menerima artinya seseorang mau menerima stimulus yang diberikan.

b. Merespon ( Responding )

Merespon artinya memberikan jawaban atas pertanyaan, mengerjakan

serta menyelesaikan stimulus (tugas) yang diberikan.

c. Menghargai ( Valving )

Menghargai diartikan bahwa seseorang mampu mengajak orang lain

untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu objek.

d. Bertanggung Jawab ( Responsible )

Bertanggung jawab artinya menerima segala sesuatu yang telah

diplihnya dengan berbagai resiko.

3. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan atau praktik.

Sehingga perlu faktor pendukung atau fasilitas untuk mewujudkan sikap

menjadi suatu tindakan nyata. Pengukuran praktik atau tindakan dapat

dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara, dan secara

langsung dengan observasi kegiatan responden. Praktik atau tindakan

memiliki beberapa tingkatan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

14

a. Persepsi (Perception)

Persepsi diartikan sebagai tindakan mengenal serta memilih objek

sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.

b. Respons terpimping (Guided response)

Merupakan tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar.

c. Mekanisme (Mecanism)

Mekanisme diartikan apabila tindakan yang dilakukan sudah sesuai

dengan urutan yang benar dan sudah menjadi kebiasaan.

d. Adopsi (Adoption)

Adaptasi diartikan sebagai tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

Perilaku Masyarakat

Pengertian masyarakat. Menurut Richard T. Schaefer dan Robert P.

Lamm (1998) Masyarakat adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam

wilayah yang sama, relatif independen dan orang – orang diluar itu, dan memiliki

budaya yang relatif sama. Menurut John J. Macionis (1997) Masyarakat adalah

orang orang yang berinteraksi dalam sebuah wilayah tertentu dan memiliki

budaya bersama. Sedangkan menurut M.J. Heskovits (1997) Masyarakat adalah

sebuah kelompok individu yang mengatur, mengorganisasikan, dan mengikuti

suatu cara hidup tertentu. Menurut S.R. Steinmentz (1998) Masyarakat

didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbesar meliputi pengelompokan-

pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai perhubungan erat dan

teratur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

15

Definisi perilaku masyarakat. Menurut Skiner (1938) Perilaku

merupakan suatu reaksi atau respon dari seseorang terhadap stimulus (rangsang

dari luar). Berdasarkan pendapat para ahli diatas, terdapat kesimpulan bahwa

perilaku masyarakat adalah reaksi atau respon dari kelompok manusia yang

tinggal dalam wilayah yang sama, memiliki budaya yang relatif sama terhadap

suatu stimulus (rangsangan dari luar).

Teori Perilaku Kesehatan

Determinan perilaku manusia atau faktor penentu sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan resultan dari faktor internal maupun eksternal. Secara

garis besar perilaku manusia terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek fisik, aspek

psikis, dan sosial. Perilaku manusia merupakan refleksi terperinci dari

pengetahuan, keinginan, persepsi, kehendak, minat, mpotivasi, sikap dan

sebagainya. Namun pada kenyataannya sulit dibedakan atau di deteksi hal hal

yang menentukan perilaku seseorang (Soekidjo, 2007)

Teori PRECEDE/PROCEED

Teori PRECEDE/PROCEED dikemukakan oleh Lawrence Green dan

Kreuter pada tahun 1991. Teori ini memberikan cara untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang behubungan dengan kesehatan perilaku dan implementasi

program pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah segala tindakan yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik itu individu, keluarga,

kelompok, masyarakat untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Sedangkan hasil yang diharapkan dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

16

pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan masyarakat ( Lawrence Green,2000).

Teori model PRECEDE (Predisposising, Reinforcing, Enabling, Causes,

Educational, Diagnosis and Evaluation) terdiri dari 8 tahapan yaitu diagnosis

sosial, diagnosis epidemiologi, identifikasi faktor non perilaku, identifikasi faktor

yang berhubungan dengan perilaku (predisposisi,enabling,reinforcing), rencana

intervensi, dan diagnosis administrasi untuk pengembangan dan pelaksanaan

program intervensi (Green,2000).

Fase Pertama : Diagnosis sosial merupakan fase penentuan persepsi

individu/ masyarakat dalam penentuan kebutuhan serta kualitas hidupnnya, selain

itu diagnosis sosial merupakan penekanan pada identifikasi masalah sosial di

masyarakat. Penilaian indikator sosial didaarkan data sensus atau dengan

mengumpulkan data langsung dari masyarakat, atau melalui wawancara, survei

atau FGD.

Fase Kedua : Diagnosis epidemiologi merupakan fase untuk

mengidentifikasi siapa dan kelompok mana yang terkena massalah kesehatan

(Umur, jenis kelamin, lokasi, suku, lainnya), bagaimana pengaruh masalah

kesehatan tehadap diri seseorang, bagaimana cara menanggulangi masalah

kesehatan tersebut (imunisasi/perawatan, perubahan lingkungan dan perilaku).

Pada diagnosis sosial digambarkan secara lokal, hingga nasional mengenai faktor

kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

17

Fase Ketiga : Identifikasi faktor faktor perilaku dan lingkungan yang

berhubungan dengan masalah kesehatan yang ada pada fase fase sebelumnya.

Faktor lingkungan di identifikasi sebagai faktor luar yang berhubungan dengan

masalah kesehatan dan kualitas hidup sehingga harus dikontrol untuk dapat

menanggulangi masalah tersebut.

Fase Keempat : Identifikasi faktor faktor yang secara langsung memiliki

dampak terhadap perilaku dan lingkungan yang dapat digambarkan melalui 3

aspek yaitu : faktor predisposisi (terwujud dalam pengetahuan,sikap, kepercayaan,

keyakinan,nilai nilai dan sebagainya), faktor pendukung (meliputi sumber daya),

faktor pendorong( meliputi tokoh masyarakat, petugas kesehatan serta pihak yang

berpengaruh di masyarakat).

Fase kelima : Tahapan penilaian terhadap kebijakan dan administrasi dan

sumberdaya dalam pengembangan program.

Fase Keenam : Merupakan tahapan pengemabngan dan peencanaan

program intervensi.

Fase Ketujuh : Tahap evaluasi yang terdiri dari evaluasi proses, dampak

dan outcome yang dilakukan terhadap intervensi dalam perilaku atau lingkungan.

Fase Kedelapan: Fokus pada evaluasi terakhir sama dengan evaluasi

dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

18

Teori L.W Green dan Marshal W. Kreuter (2000) mengenai masalah

kesehatan dapat diteliti dengan mempertimbangkan faktor perilaku dan non

perilaku yang berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan.

Sedangkan Green menganalisis bahwa perilaku manusia berangkat dari

tingkat kesehatan dimana kesehatan ini dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior

causes).Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor, yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposising factors)

Merupakan faktor dasar yang ada dalam diri individu atau kelompok yang

dapat mempermudah atau menghalangi individu atau kelompok tersebut

untuk berubah, yang masuk dalam faktor ini adalahpengetahuan, sikap,

tradisi, kepercayaan, nilai, persepsi.

2. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin atau faktor pendukung yang meliputi ketersediaan

sumber daya kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan seperti ketersediaan

jamban yang merupakan faktor keberhasilan atau penghalang perubahan

perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang dapat memberikan rangsangan atau dukungan terhadap

terjadianya suatu perubahan perilaku dan faktor ini cukup berperan dalam

masyarakat. Terwujud dalam peran petugas kesehatan, dukungan aparat

desa, tokoh masyarakat yang merupakan referensi dari perilaku

masyarakat (Soekidjo,2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

19

Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penggunaan Jamban

Setiap individu memiliki perilaku dan karakteristik yang berbeda satu

dengan yang lain. Pada Umumnya karakteristik penduduk yang tinggal di

pemukiman pesisir yaitu masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan

rendah dan terbatasnya kondisi sosial ekonominnya

Karakteristik manusia dan sosiodemografi dalam teori Helath Belief

Model (HBM) meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Dalam teori

PRECED/PROCEED faktor sosiodemografi masuk dalam faktor predisposisi.

Menurut Green (2000) perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan

dimana kesehatan itu dipengaruhi dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan

faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu

faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin.

Faktor predisposisi (predisposising factors). Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri individu yang mendorong terjadinya suatu perilaku yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, persepsi, dan motivasi :

a. Umur

Menurut penelitian Linda Destiya (2015) menyatakan bahwa kelompok

umur dewasa akhir (> 35 tahun) lebih berpeluang memiliki perilaku

pemanfaatan jamban daripada respoden berusia dewasa awal (≤ 35

tahun). Menurut penelitian Eunike dalam Linda Destiya (2015)

menyatakan bahwa faktor perkembangan usia dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan terhadap status kesehatan mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

20

b. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa pendidikan adalah

derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasar ijasah

yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan.

Pendidikan merupakan suatu usaha atau pengaruh yang diberikan yang

bertujuan untuk proses pendewasaan. Pendidikan dapat berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang

pentingnya penggunaan jamban keluarga sebagai tempat membuang

tinja dan pemeliharaan jamban dengan baik.

c. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas

atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh

penghasilan.

d. Penghasilan

Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami/istri per bulan yang

dikategorikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara

Tahun 2018 Tentang Penetapan Upah Minimun Kabupaten (UMK)

Kota Sibolga yaitu sebesar Rp. 2.562.000,- per bulan

e. Pengetahuan

Menurut Soekidjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam pembentukan tindakan seseorang. Sejalan dengan Otayya

(2012) menyebutkan pengetahuan merupakan hasil tahu setelah

seseorang melakukan suatu observasi tehadap suatu objek. Maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

21

dikatakan pengetahuan merupakan aspek paling penting sebelum

melakukan sebuah tindakan Tingkat pengetahuan terhadap 107

responden pada penelitian Kamria, dkk (2013) menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan responden mempunyai hubungan dengan

pemanfaatan jamban (ρ=0,006).

f. Sikap

Menurut Soekidjo (2007) sikap merupakan respon yang masih tertutup

setelah adanya rangsang atau stimulus, belum termasuk tindakan karena

massih merupakan faktor predisposisi dari perilaku.Sikap akan

memberikan respon positif atau negatif. Sikap diri seseorang nanti akan

membentuk suatu tindakan yang positif yaitu menerima dan tindakan

negatif yaitu menolak.

Sikap berbeda dengan tindakan, sikap merupakan reaksi tertutup, belum

reaksi terbuka. Karena sikap merupakan kesiapan untuk menghadapi

suatu objek tertentu. Maka dari itu sikap masih merupakan faktor

predisposisi tindakan suatu perilaku. Hasil penelitian Erlinawati (2009)

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan

penggunaan jamban. Artinya sikap ibu yang positif terhadap jamban

mempunyai peluang 8.5 kali menggunakan jamban jika dibandingkan

dengan sikap ibu yang negatif. Suherman menyebutkan bahwa

hubungan sikap kepala keluarga (KK) terhadap ketidakmauan

menggunakan jamban diperoleh hasil yaitu Kepala Keluarga yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

22

memiliki sifat positif menggunakan jamban jauh lebih banyak (57,85%)

dibanding sikap negatif tidak mau menggunakan jamban (37,98%).

Faktor pemungkin (enabling factors). Faktor pemungkinyaitu faktor-

faktor yang memudahkan individu atau populasi untuk merubah perilaku dan

lingkungan mereka tinggal. Dalam penelitian ini faktor pemungkin terwujud

dalam jenis jamban.

Jamban sebagai salah satu fasilitas keluarga memungkinkan tiap anggota

keluarga menggunaan jamban sehingga menjadi kebiasaan. Jenis jamban di lokasi

penelitian terdiri dari jamban sehat/memenuhi syarat dan jamban tidak memenuhi

syarat kesehatan.Banyak ditemui jamban cemplung langsung ke laut ,lantai

jamban licin dan tergenang oleh air, selain itu sebagian jamban tidak memiliki

tempat penampungan air.

Faktor penguat (reinforcing factors). Faktor yang ikut memberikan

kontribusi terhadap terjadinya suatu perilaku yang terwujud dalam kelompok

referensi dari perilaku masyarakat. Perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan

jamban dipengaruhi oleh dukungan tenaga kesehatan dan dukungan aparat

kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

a. Dukungan Petugas Kesehatan

Penyuluhan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan

merupakan salah satu tugass pokok puskesmas. Keluarga merupakan

satuan unit terkecil yang memiliki kewenangan mendapatkan arahan

dari pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas tersebut. Hasil penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

23

Erlinawati (2009) menyebutkan adanya hubungan yang bermakna

antara pembinaan penggunaan jamban oleh petugas puskesmas dengan

perilaku nkeluarga terhadap penggunaan jamban (OR= 4,5). Artinya

keluarga yang telah mendapatkan pembinaan dari petugas kesehatan

memiliki peluang menggunakan jamban sebesar 4,5 kali dibandingkan

dengan keluarga yang tidak mendapatkan pembinaan

b. Dukungan Aparat Kelurahan, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

Menurut Erlinawati (2009) dukungan aparat desa, keder kesehatan,

LSM, serta tokoh masyarakat sangat berpengaruh serta dianggap

penting oleh masyarakat. Hasil penelitiannya menyebutkan adanya

hubungan yang bemakna antara dukungan aparat desa dengan perilaku

keluarga terhadap penggunaan jamban (OR=2,8) yaitu keluarga yang

mendapat dukungan dari aparat desa, kader posyandu, LSM memiliki

peluang menggunakan jamban 2,8 kali dibanding keluarga yang tidak

mendapatkan dukungan.

Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang

dan mengumpulkan kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau WC, dengan

atau tanpa kloset dan dilengkapi sarana penampungan kotoran/tinja sehingga tidak

menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman

(Permenkes RI No 39 Tahun 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

24

Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga

lingkungan menjadi bersih dan sehat dengan cara membangun jamban di setiap

rumah. Karena jamban merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka

diharapkan tiap individu untuk memanfaatkan fasilitas jamban untuk buang air

besar.

Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

Tinja atau feses atau dalam bahasa kasarnya disebut tahi adalah produk

buangan saluran pencernaanyang dikeluarkan melalui anus (Wikipedia).

Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada

individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali

dalam sehari.Tinja manusia adalah buangan atau kotoran manusia yang bau dan

dapat menimbulkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia

digolongkan menjadi :

1. Penyakit enterik atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.

2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis dan infektiosa.

3. Infeksi cacing seperti schitomiasis, ascariasis

Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan bisa langsung

yaitu mengurangi kejadian penyakit yang diakibatkan karena kontaminasi dengan

tinja (kolera, disentri, typus, dll), efek tak langsung biasanya berhubungan dengan

komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene lingkungan..

Menurut Depkes RI (2009) dilihat dari segi kesehatan masyarakat,

masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk sedini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

25

mungkin diatasi, karena kotoran manusia adalah salah satu sumber penularan

penyakit yang multi kompleks. Penyebaran yang bersumber pada feses dapat

melalui berbagai cara, hal ini dapat diilustrasikan seperti skema berikut:

Gambar 1. Penyebaran penyakit melalui tinja

Dari skema tersebut dapat dilihat peranan tinja dalam penyebaran penyakit

sangat jelas. Disamping itu dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman,

sayuran, air, tanah, serangga dan sebagainya.

Perlu diketahui pola penyakit yang bersumber dari tinja guna untuk

memutus rantai penularannya. Lingkungan merupakan komponen utamanya

Proses perpindahan kuman penyakit dari tinja sampai ke inang baru yaitu dari

anus seseorang ke tubuh orang lain melalui perantara air, tanah, tangan, serangga,

makanan minuman dan sayuran. Kurangnya pemanfaatan jamban yang baik serta

laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempercepat penyebaran

penyakit oleh tinja.

Mati

Pejamu

Makanan dan

minuman

- Air

- Tangan

- Lalat

- Tanah

Tinja

Sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

26

Apapun rantai penularan penyakit yang ditempuh hingga mendapatkan

Gambar 2. Skema jalur pemindahan kuman penyakit dan tinja ke pejamu yang baru

Hal yang terpenting yang harus dilakukan adalah tindakan pencegahan

sedini mungkin agar penularan penyakit terhenti. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengisolasi tinja sebagai sumber infeksi, sehingga agent tidak mungkin

menemukan atau mencapai sumber baru ( Sutedjo,2003).

Karakteristik Tinja

Seorang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83

gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram.

Air

Mulut

Manusia Makan

an

Lalat Tinja

Tanah

Jari

Tangan

Jamban Sehat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

27

Tabel 1

Perkiraan Komposisi Tinja Tanpa Air Seni

Komponen Kandungan (%)

Air 66-80

Bahan Organik (dari berat kering) 88-97

Nitrogen (dari berat kering) 5,0-7,0

Fosfor (dari berat kering) 3,0-5,4

Potasium (dari berat kering) 1,0-2,5

Karbon (dari berat kering) 40-55

Kalsium (dari berat kering) 4-5

C/N rasio (dari berat kering) 5-10

Persyaratan Jamban Sehat

Jamban yang sehat adalah salah satu akses sanitasi yang layak. Akses

sanitasi yang layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar adalah

milik sendiri atau milik bersama, kemudian kloset yang digunakan adalah jenis

leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septic/

saluran pembuangan akhir limbah (SPAL). Berikut syarat pembuatan jamban

sehat menurut Depkes RI (2009) :

1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.

2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki

mata air atau sumur.

3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.

4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

28

5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar

diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.

6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Sedangkan syarat-syarat jamban sehat/memenuhi syarat menurut Depkes

RI 2004 dalam Yanny Dewi (2011) adalah :

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-

15 meter dari sumber air minum

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah di sekitarnya

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna

6. Cukup penerangan

7. Lantai kedap air

8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih

Menurut Mubarak (2010) pembuatan kotoran harus disesuaikan dengan

konstruksi jamban, berikut syarat pembuatan jamban yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

29

1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber sumber air minum, dan

permukaan tanah yang ada di sekitar jamban.

2. Menghindarkan berkembang biaknya cacing tambang pad permukaan

tanah

3. Tidakmemungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang

tidak diinginkan.

5. Mengusahakan konstruksi yang sederhana, kuat dan murah.

6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat

setempat

Tipe-tipe jamban. Menurut Mubarak (2010) berdasarkan bentuknya dan

cara mempergunakannya, terdapat beberapa jenis jamban antara lain:

a. Jamban Cemplung (Pit Latrine)

Merupakan kakus paling sederhana yang digunakan masyarakat, namun

kurang sempurna. Dinamakan kakus cemplung karena hanya terdiri dari

galian dan atasnya diberi lantai sehingga kotoran langsung masuk ke

tempat penampungan dan dapat mengotori tanah.

b. Jamban Plengsengan.

Merupakan tempat untuk membuang kotoran dimana terdapat saluran

yg bentuknya miring penghubung antara tempat jongkok ke tempat

pembuangan kotoran. Kakus plengsengan lebih baik jika dibandingkan

dengan kakus cemplung karena baunya lebih berkurang dan lebih aman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

30

bagi pemakai jamban. Namunseharusnya baik kakus cemplung atau

plengsengan ada baiknya tempat jongkok harus dibuatkan tutup.

c. Jamban Bor

Jamban jenis bor mempunyai lubang pembuangan kotoran yang lebih

dalam jika dibandingkan dengan jamban cemplung dan plengsengan.

Jamban ini tidak cocok untuk daaerah dengan kontur tanah

berbatu.Keuntungan dari jamban bor adalah bau yang ditimbulkan

makin berkurang, namun kerugiannya adalah kotoran lebih mencemari

tanah

d. Angsatrine/Leher Angsa ( Water Seal Latrine)

Jamban yang bentuknya leher dengan lubang closet melengkung, lebih

baik jika dibandingkan dengan jamban sebelum sebelumnya karena

kotoran tidak berbau, hal ini dikarenakan selalu ada air pada bagian

yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat

dengan kotoran. Sehingga dianjurkan jamban jenis ini didirikan di

dalam rumah.

e. Jamban Empang (Overhung Latrine)

Jamban yang dibangun diatas sungai, rawa, empang, dan sebagainya.

Kotoran dari jamban ini jatuh ke air dan akan di makan oleh ikan atau

di kumpulkan melalui saluran khusus dari bambu atau kayu dan

ditanam mengelilingi jamban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

31

f. Jamban septic tank

Jamban yang pembuangan kotorannya mengalami proses pembusukan

oleh kuman kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Biasanya jamban

jenis ini menggunakan satu bak atau lebih yang nantinya dipasang sekat

atau tembokpenghalang. Dalam bak pertama akan terjadi proses

penghancuran, pembususkan dan pengendapan.

Penentuan letak jamban. Dalam penentuan letak jamban menurut

Mubarak (2010), ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak jamban dengan

sumber air. Faktor faktor yang mempengaruhi daya resapan tanah:

1. Keadaan daerah datar atau lereng, Bila daerahnya lereng maka jamban

dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air atau jarak tidak boleh kurang

dari 15 meter dan letak jamban agak ke kanan atau kiri sumur. Jika

tanahnya datar sebaiknya lokasi jamban harus diluar daerah rawan banjir.

2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam.

3. Sifat, macam, dan susunan tanah berpori, padat, pasir, tanah liat atau

kapur.

4. Arah aliran air tanah.

Di Indonesia umumnya jarak ideal antara sumber air bersih dengan lokasi

jamban berkisar antara 8 meter sampai 15 meter atau rata rata 10 meter.

Pemeliharaan jamban. Menurut Dedi (2013) pemeliharaan jamban yang

baik dengan cara:

1. Lantai jamban hendaknya selalu kering dan bersih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

32

2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih

3. Tidak ada genangan air di lantai jamban

4. Tidak ada hewan dan serangga dalam rumah jamban.

Penggunaan jamban. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penggunaan

diartikan sebagai sebagai proses, cara perbuatan memakai sesuatu, pemakaian

(KBBI,2018). Penggunaan sebagai aktifitas memakai sesuatu berupa barang atau

jasa. Dalam penelitian ini penggunaan jamban adalah aktifitas pemakaian suatu

bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran

atau najis manusia.

Menurut Hamzah (2012) Penggunaan jamban berarti pemanfaatan atau

memakai jamban dalam hal buang air besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk

memperoleh lingkungan yang sehat. Dimulai dari bagaimana masyarakat

mengetahui pengertian jamban, syarat jamban sehat hingga cara pemeliharaan

jamban serta partisipasi aktif masyarakat untuk memanfaatkannya .

Menurut Tarigan (2008) upaya pemanfaatan jaman yang dilakukan oleh

keluarga akan berdampak besar pada penurunan penyakit, karena setiap anggota

keluarga sudah buang air besar di jamban. Maka dari itu perlu diperhatikan oleh

kepala keluarga dan setiap anggota keluarga yaitu:

1. Jamban keluarga layak digunakan oleh setiap anggota keluarga

2. Membiasakan diri untuk menyiram menggunakan air bersih setelah

menggunakan jamban.

3. Membersihkan jamban dengan alat pembersih minimal 2-3 kali seminggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

33

Tindakan atau praktik merupakan suatu sikap yang sudah terwujud (overt

behaviour). Untuk mewujudkan tindakan nyata dari sebuah sikap maka diperlukan

faktor pendukung yang memungkingkan yaitu fasilitas (Soekidjo,2007).

Pemanfaatan jamban disertai partisipasi keluarga akan lebih baik, jika

didukung oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut (faktor

internal) antara lain pendidikan, pengetahuan, sikap, tindakan, kebiasaan,

pekerjaan, pendapatan, jenis kelamin, umur, suku, dan sebagainya. Kemudian

faktor dari luar individu (faktor eksternal) seperti kondisi jamban, sarana air

bersih, pengaruh lingkungan (peran petugas kesehatan termasuk tokoh adat dan

tokoh agama (Depkes RI, 2005).

Sejalan dengan penelitian Andreas Horhouw (2014) yang menyebutkan

pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan

kebiasaan masyarakat. Pemanfaatan jamban di masyarakat belum sesuai dengan

harapan pemerintah, karena masih ada masyarakat yang buang hajat /air besar di

tempattempat yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan, misalnya di sungai,

kolam, pinngir laut, ladang. Selain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan

kebiasaan masyarakat, fasilitas yang kurang terpenuhi serta sikap dan perilaku

masyarakat sendiri ataupun kurangnya informasi yang mendukung pemanfaatan

jamban dalam keluarga.

Sanitasi serta pemanfaatan jamban yang buruk erat kaitannya dengan

penyakit yang disebabkan oleh kotoran tinja manusia akibat dari perilaku

seseorang dalam memanfaatkan atau tidak memanfaatkan jamban. Menurut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

34

Soemirat (2007) penyakit Cholera, Hepatitis A, Polio adalah satu dari diantara

penyakit menular yang dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat

masuk ke dalam sumber air yang di gunakan setiap keluarga dalam memenuhi

kebutuhan sehari hari. Tinja yang tidak tertampung dapat mengakibatkan penyakit

menular tersebut.

Maka diharapkan masyarakat mengurangi kebiasaan buang air besar

(BAB) di sembarang tempat dengan upaya pemanfaatan jamban, karena menurut

Candra (2007) tinja yang dibuang di sembarang tempat dapat menimbulkan

kontaminasi pada air, tanah, dan mendatangkan penyakit yang mudah terjangkit

seperti waterborne disease antara lain tifoid, diare, paratifoid, disentri, kolera,

penyakit cacing, hepatitis viral, dan sebagainya.

Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan manfaat antara

lain:

1. Lingkungan lebih bersih

2. Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat.

3. Peningkatan martabat dan hak pribadi.

4. Keselamatan pemakai jamban lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di

malam hari).

5. Memutus siklus penyebaran penyakit yang berhubungan dengan sanitasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

35

Kerangka Teori

Gambar 3. Teori Lawrence W. Green

(Sumber : Health Education Planning; Lawrence W. Green 1980)

Phase 1

Social

Assessment

Phase 2

Epidemiologic

Assessment

Phase 3

Behavioral

&Environmenta

l Assessment

Phase 4

Educational

Ecological

Assessment

Phase 5

Administrartive

Policy

Assessment

Predisposing

Factors

Behavioral

& Lifestyle

Health

Services

Health

Education

Health

Promotion

Policy,

Regulations

Health Quality of

Life

Enabling

Factors

Reinforcing

Factors

Environment

Phase 9

Outcome

Evaluation

Phase 8

Impact

Evaluation

Phase 7

Process

Evaluation

Phase 6

Implementation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

36

Kerangka Konsep

Gambar 4. Kerangka konsep

Karakteristik :

- Umur

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Penghasilan

Perilaku Masyarakat

dalam Penggunaan

Jamban :

1. Menggunakan

jamban memenuhi

syarat

2. Menggunakan

jamban tidak

memenuhi syarat

3. Tidak

menggunakan

jamban

Faktor Predisposisi :

- Pengetahuan

- Sikap

Faktor Pemungkin :

- Kepemilikan Jamban

Faktor Pendorong/Penguat :

- Dukungan petugas

kesehatan

- Dukungan aparat

kelurahan/tokoh

masyarakat/tokoh

agama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

37

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analitik

dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan,

sikap, kepemilikan jamban, dukungan petugas kesehatan, dukungan aparat

kelurahan/tokoh masyarakat/ tokoh agama (variabel bebas) terhadapperilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban (variabel terikat) di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan dan dilakukan pada waktu yang bersamaan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Aek Parombunan yaitu : Kelurahan Aek Parombunan dan Kelurahan Aek Muara

Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 –

selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jumlah kepala

keluarga yang tinggal menetap di wilayah Kelurahan Aek Parombunan dan

Kelurahan Aek Muara Pinang. Kelurahan Aek Parombunan memiliki 1969 kepala

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

38

keluarga yang terdiri dari 10.579 jumlah penduduk, sedangkan Kelurahan Aek

Muara Pinang memiliki 1.027 kepala keluarga yang terdiri dari 5.803 jumlah

penduduk. Sehingga total jumlah kepala keluarga yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan adalah 2.996 kepala keluarga.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari kepala keluarga

atau ibu rumah tangga dalam suatu rumah tangga yang dianggap mampu mewakili

dan lebih mengetahui perilaku dan kebiasaan anggota keluarga lainnya dalam

penggunaan jamban sebagai sarana buang air besar.Jumlah responden yang akan

dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus

besar sampel berdasarkan pendekatan cross sectional sebagai berikut

(Lemeshow):

𝑛 =𝑍2. 𝑃 (1 − 𝑃). 𝑁

𝑑2. (𝑁 − 1) + 𝑍2

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

Z = Standar deviasi normal (1,96 dengan C1 95%)

P = Target populasi (0,5)

d = Besar penyimpangan ; 0,01 ; 0,05 dan 0,1

𝑛 =(1,96)2. 0,5 (1 − 0,5). 2996

(0,1)2. (2996 − 1) + (1,96)2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

39

𝑛 =3,8416 . 0,5 . 1498

0,01 . (2995) + 3,8416

𝑛 =2877,3584

33,7916

𝑛 = 85,15

Maka besar sampel minimal yang diperlukan untuk mengetahui proporsi

setiap satu anggota keluarga dalam suatu rumah tangga / kepala keluarga yang

menggunakan jamban sebesar 85 Kepala keluarga/Rumah tangga.

Dikarenakan wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan memiliki dua

kelurahan, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional

sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan memperhatikan proporsi

jumlah sub-sub populasi.Propotional sampling menunjuk pada ukuran jumlah

yang tidak sama, disesuaikan dengan jumlah anggota tiap kelompok yang lebih

besar. Dengan pengertian itu maka dalam menentukan anggota sampel, peneliti

mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang

jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada di dalam masing-

masing kelompok. (Arikunto 2000). Proporsi dari 85 jumlah sampel akan

disesuaikan dengan jumlah populasi antara kelurahan Aek Parombunan dan Aek

Muara Pinang dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑛 =𝑁𝑖

𝑁 𝑛𝑖

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

40

Keterangan :

ni : Sub sampel

Ni : Jumlah populasi sub sampel

N : Jumlah total populasi

n : Jumlah sampel yang diambil

Wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan terdiri dari 2 Kelurahan, yakni

kelurahan Aek Parobunan dan kelurahan Aek Muara Pinang. Jumlah Kepala

keluarga/Rumah tangga yang akan dijadikan sampel penelitian adalah sebagai

berikut :

Kelurahan Aek Muara Pinang :

𝑛 =1027

2996 85

𝑛 =87295

2996

𝑛 = 29,13

Jadi jumlah sampel penelitian di wilayah Kelurahan Aek Muara Pinang

adalah 29 orang.

Kelurahan Aek Parombunan :

𝑛 =1969

2996 85

𝑛 =167365

2996

𝑛 = 55,86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

41

Untuk sampel penelitian di wilayah Kelurahan Aek Parombunan adalah 56

orang.

Pengambilan anggota sampel menggunakan teknik penggundian. Dalam

teknik penggundian sampel, peneliti akan membuat pengurutan pada kertas -

kertas kecil berdasarkan penomoran alamat rumah yang berada di wilayah

Kelurahan Aek Parombunan dan Aek Muara Pinang. Pengundian dibedakan

menjadi dua bagian, Kelurahan Aek Parombunan dan Aek Muara Pinang.

Kemudian penelitimengocok dan mengambil undian secara acak sebanyak 56

kertas pada sampel Kelurahan Aek Parombunan dan 29 kertas pada sampel pada

Kelurahan Aek Muara Pinang.

Pada penelitian ini kriteria responden yang dijadikan sampel penelitian

adalah sebagai berikut :

a. Ayah, sebagai kepala keluarga yang dianggap mengetahui perilaku dan

kebiasaan setiap anggota keluarga lainnya dalam penggunaan jamban (Jika

dalam keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak.)

b. Ibu, sebagai wakil kepala keluarga yang dianggap mengetahui perilaku

dan kebiasaan setiap anggota keluarga lainnya dalam penggunaan jamban

(Jika dalam keluarga tersebut statusnya janda)

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu: variabel bebas

dan variabel terikat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

42

Variabel bebas terdiri dari :Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan,

Pengetahuan, Sikap, Kepemilikan jamban, Dukungan petugas kesehatan,

Dukungan aparat kelurahan/tokoh masyarakat/tokoh agama

Variabel terikat terdiri dari :Perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban

(Menggunakan jamban dan tidak menggunakan jamban).

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Umur adalah usia responden pada saat diwawancara, berdasarkan KTP

atau kartu keluarga.

2. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh

responden berdasarkan wawancara atau ijasah terakhir yang dimiliki.

3. Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden

sehingga memperoleh penghasilan.

4. Penghasilan adalah upah rata-rata tiap bulan yang dihasilkan oleh

responden dengan indikator UMR Kota Sibolga sebesar Rp. 2.562.000.

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai

pemanfaatan jamban yang meliputi: pengertian, syarat jamban sehat

hingga pemeliharaan jamban.

6. Sikap adalah respon tertutup responden terhadap pemanfaatan jamban.

7. Kepemilikan jamban adalah ketersediaan sarana jambanyang dimiliki oleh

responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

43

8. Dukungan petugas kesehatan adalah pernyataan responden mengenai

keterlibatan petugas kesehatan dalam mendorong masyarakat

untukmemanfaatkan jamban sebagai sarana buang air besar.

9. Dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama adalah

pernyataan responden mengenai keterlibatanaparat kelurahan, tokoh

masyarakat dan tokoh agama dalam mendorong masyarakat memanfaatkan

jamban sebagai sarana buang air besar.

10. Perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban adalah tindakan

penggunaan jamban sebagai tempat setiap kali buang air besar.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di

lapangan dan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah

disiapkan.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data yang berada di

Puskesmas Aek Parombunan dan dari Dinas Kesehatan Kota Sibolga serta instansi

lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Pengukuran

Umur. Dalam penelitian ini tingkat umur dikategorikan berdasarkan umur

biologis yaitu perhitungan umur didasari pada kematangan biologis yang dimiliki

oleh seseorang (Departemen kesehatan RI, 2009). Masa dewasa awal yaitu

rentang umur 26-35 tahun dan dewasa akhir yaitu rentang umur 36-45 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

44

Menurut Hurlock, dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri

terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang

dewasa awal diharapkan menjalani peran baru seperti suami/istri, orangtua dan

pencari nafkah, mengembangkan sikap-sikap baru dan nilai-nilai baru sesuai tugas

baru ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini pengkategorian rentang umur

dewasa awal dan dewasa akhir dipisahkan karena pada masa dewasa awal

merupakan masa seseorang individu mendapat tanggung jawab sebagai orang

dewasa, kemudian masa tersebut merupakan usia reproduktif dan masa

penyesuaian diri dengan cara hidup yang baru sebagai orangtua. Sedangkan pada

masa dewsa akhir, seseorang akan mulai mengalami penurunan kemampuan fisik

dan psikologis sebagai transisi ke masa tua dan memiliki kestabilan dalam hal

sikap dan nilai-nilai yang dipahaminya.

Umur diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara mengkategorikan

kelompok umur menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Kelompok umur >35 Tahun

2. Kelompok umur ≤ 35 Tahun

Pendidikan. Pengukuran variabel pendidikan menggunakan skala

nominal.Pendidikan diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara

mengkategorikan pendidikan menjadi 5 kelompok, yaitu :

1. Tidak tamat SD/tidak sekolah

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA/SMK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

45

5. Tamat Perguruan Tinggi

Kemudian tingkat pendidikan akan dibagi menjadi tiga kategorimenurut

UU No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, yaitu

1. Pendidikan Tinggi : Tamat Perguruan Tinggi (D3/S1),

2. Pendidikan Menengah : Tamat SMA/SMK,

3. Pendidikan Rendah : Tamat SMP/MTs, Tamat SD, Tidak tamat SD/tidak

sekolah

Pekerjaan. Pengukuran variabel pekerjaanmenggunakan skala

nominal.Pekerjaan diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara

mengkategorikan pekerjaan responden menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Bekerja (Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, Nelayan, Wiraswasta,

dan lainnya.).

2. Tidak bekerja (termasuk Ibu Rumah Tangga).

Penghasilan. Pengukuran variabel penghasilan menggunakan skala

nominal.Penghasilan diukur melalui jawaban kuesioner responden dengan cara

mengkategorikan menjadi 2 kelompok berdasarkan UMR kota Sibolga 2018

sebesar Rp.2.562.000 yaitu :

1. Penghasilan ≥ UMR Kota Sibolga, apabila penghasilan responden lebih

besar atau sama daripada upah minimum rata-rata Kota Sibolga.

2. Penghasilan < UMR Kota Sibolga, apabila penghasilan responden lebih

kecil daripada upah minimum rata-rata Kota Sibolga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

46

Pengetahuan. Pengukuran variabel pengetahuanmenggunakan skala

ordinal.Pengetahuan diukur berdasarkan jawaban kusioner dengan cara

memberikan skor 1 jika benar dan 0 jika salah pada setiap pertanyaan dari total 10

pertanyaan. Menurut Arikunto (2013)aspek pengukuran pengetahuan dapat

dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu :

1. Pengetahuan tinggi apabila jawaban responden benar ≥75% dari total skor

yang diperoleh. Skor tertinggi pertanyaan adalah 10 maka pengetahuan

dinyatakan tinggi apabila skor ≥ 8.

2. Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 40% - 75% dari

total skor yang diperoleh. Skor pengetahuan dinyatakan sedang apabila

skor 4 - 7.

3. Pengetahuan rendah apabila jawaban responden benar <40% dari total

skor yang diperoleh. Skor pengetahuan dinyatakan rendah apabila skor < 4

(0-3).

Sikap. Pengukuran variabel sikapmenggunakan skala ordinal. Sikap

diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara memberikan skor pada setiap

pertanyaan. Kuesioner sikap terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban

terdiri dari 2pilihan jawaban, yaitu:

a. Setuju,dengan skor 2

b. Tidak setuju,dengan skor 0

Menurut Arikunto, aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada

diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

47

1. Sikap baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu >15

2. Sikap sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu 9-15

3. Sikap kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu <9

Kepemilikan jamban. Pengukuran variabel kepemilikan

jambanmenggunakan skala ordinal. Jenis jamban dikategorikan berdasarkan data

jenis jamban yang tersedia di wilayah kerja PuskesmasAek Parombunan (Profil

Puskesmas Aek Parombunan). Kepemilikanjamban diukur melalui jawaban

kuesioner dengan cara mengkategorikan ketersediaan dan jenis jamban menjadi 3

kelompok, yaitu :

1. Jamban komunal, dengan jumlah skor 1

2. Jamban leher angsa, dengan jumlah skor 1

3. Jamban cemplung, dengan jumlah skor 1

4. Tidak tersedia, dengan jumlah skor 0

Kemudian ketersedian sarana jamban akan dikategorikan menjadi 2 bagian :

1. Memiliki jamban, dengan jumlah skor 1

2. Tidak memiliki jamban dengan jumlah skor 0

Dukungan petugas kesehatan. Pengukuran variabel dukungan petugas

kesehatanmenggunakan skala ordinal. Dukungan petugas kesehatan diukur

berdasarkan jawaban kusioner dengan cara memberikan skor pada setiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

48

pertanyaan. Berdasarkan skor variabel peran petugas kesehatan dikategorikan

menjadi 2 kategori, yaitu :

1. Mendukung apabila jawaban responden memiliki skor ≥ 1 .

2. Tidak mendukung apabila jawaban responden memiliki skor 0.

Dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Pengukuran variabel dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh

agama menggunakan skala ordinal. Dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat

dan tokoh agama diukur berdasarkan jawaban kusioner dengan cara memberikan

skor pada setiap pertanyaan. Pertanyaan terdiri dari dua pertanyaan yang sama

pada masing masing aparat kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama.

Berdasarkan skor variabel dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan

tokoh agama dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu :

Total keseluruhan skor adalah 12 dengan 4 skor pada masing-masing

aparat kelurahan, tokoh masyaraat, tokoh agama. Setiap satu pertanyaan dengan

jawaban “Ya” padaaparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama terdiri

dari 2 skor&setiap pertanyaan dengan jawaban “Tidak” padaaparat kelurahan,

tokoh masyarakat dan tokoh agama terdiri dari 1 skor.

1. Dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama

dikategorikan mendukung apabila jawaban responden memiliki skor >50

% dengan jumlah skor > 6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

49

2. Dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama

dikategorikan tidak mendukung apabila jawaban responden memiliki skor

≤ 50% dengan jumlah skor ≤ 6.

Perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban. Pengukuran variabel

dukungan perilaku masyarakat dalam penggunaan jambanmenggunakan skala

ordinal. Kuesioner terdiri dari 1 pertanyaan dengan total skor 2. Perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban diukur berdasarkan jawaban kusioner

dengan cara mengkategorikan jawaban serta pengamatan langsung terhadap

kondisi jamban. Perilaku masyarakat dalam menggunakan jamban dikategorikan

menjadi 3 kategori, yaitu :

1. Menggunakan jamban memenuhi syarat memiliki skor 2

2. Menggunakan jamban tidak memenuhi syarat memiliki skor 1

3. Tidak menggunakan jamban memiliki skor 0

Metode Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data. Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap

berikut:

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Data yang telah terkumpul dalam isian kuesioner diperiksa apakah

jawaban semua pertanyaan sudah terisi, tulisannya cukup jelas, relevan

dengan pertanyaan dan konsisten dengan jawabannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

50

2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksud untuk mempermudah pada saat analisa

data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan

kode pada pertanyaan penelitian kuesioner.

3. Pemasukan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer

untuk diolah dan dianalisis melalui program SPSS for windows.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Adalah pengecekan data yang telah dientry, apakah ada kesalahan atau

tidak.

Analisa data. Analisa data dilakukan dalam dua tahap, yaitu :

1. Dengan Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari masing masing

variabel yaitu umur,pendidikan, pekerjaan,pengetahuan, sikap,

penghasilan, kepemilikan jamban, dukungan petugas kesehatan, dan

dukungan aparat desa dan perilaku kepala masyarakat dalam

menggunakan jamban.

2. Dengan Analisa Bivariat

Penelitian ini menggunakan uji chi squareuntuk menguji pengaruh atau

hubungan variabel terikat dan variabel bebas dan mengukur kuatnya

hubungan atau pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

51

lainnya.Uji ini menggunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 dengan taraf

signifikan 95%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

52

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak geografis. Kota Sibolga terletak di pantai barat Sumatera Utara.

Kota ini berada pada sisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap ke arah lautan

Hindia. Lebar kota yaitu jarak dari garis pantai ke pegunungan sangat sempit

hanya lebih kurang 500 meter sedangkan panjangnya adalah 10,77 km2. Karena

sempitnya daratan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, sehingga

banyak tepian pantai yang ditimbun manjadi daratan untuk dijadikan lahan

pemukiman.

Secara demografi wilayah administrasi pemerintahan Kota Sibolga terdiri

dari 4 Kecamatan, 16 Kelurahan dan 5 Puskesmas. Keempat kecamatan itu

adalah, Kecamatan Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga

Selatan, dan Kecamatan Sibolga Sambas. Sedangkan Kecamatan Sibolga Selatan

memiliki 2 Puskesmas, yaitu Puskesmas Aek Habil dan Puskesmas Aek

Parombunan. Hal ini disebabkan luasnya wilayah geografis Kecamatan Sibolga

Selatan yaitu sebesar 3,138 km2.

Secara geografis Kecamatan Sibolga Selatan berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Tengah

2. Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Tengah

3. Sebelah Selatan : Teluk Tapian Nauli

4. Sebelah Barat : Kecamatan Sibolga Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

53

Kelurahan Aek Parombunan memiliki luas wilayah sebesar 0,989 km2 dan

Kelurahan Aek Muara Pinang memiliki luas wilayah sebesar 0,392 km2.

Data demografi. Secara administratif, jumlah penduduk di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga memiliki total 16.382 jiwa

dengan rincian :

1. Kelurahan Aek Parombunan : 10.579 Jiwa

2. Kelurahan Aek Muara Pinang : 5.803 Jiwa

Dengan pengelompokan berdasarkan jenis kelamin :

1. Laki-laki : 8.369 Jiwa

2. Perempuan : 8.013 Jiwa

Analisis Data

Analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui

gambaran distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

Hasil analisis univariat berdasarkan hasil penelitian terhadap 85 responden dapat

dilihat pada uraian berikut :

a. Umur.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

umur pada kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik Responden Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

>35 tahun 59 69,4

≤35 tahun 26 30,6

Jumlah 85 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

54

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa responden yang berusia lebih dari 35 tahun

(> 35 tahun) sebanyak 59 orang (69,4%) dan responden yang berusia dibawah

atau sama dengan 35 tahun (≤ 35 tahun) sebanyak 26 orang (30,6%).

b. Pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

pendidikan pada kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tingkat Pendidikan Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Perguruan Tinggi 11 12,9

SMA 40 47,2

SMP 20 23,5

SD 10 11,7

Tidak Sekolah 4 4,7

Total 85 100

Dari total 85 responden, terdapat lebih dominan responden memiliki

pendidikan terakhir SMA, yaitu sebanyak 40 responden (47,2%) dan sebanyak

20 responden (23,5%) berpendidikan terakhir SMP, sedangkan responden yang

tidak sekolah hanya 4 responden (4,7%).

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik Responden Frekuesi

(n)

Persentase

(%)

Pendidikan Tinggi 11 12,9

Pendidikan Menengah 40 47,1

Pendidikan Rendah 34 40,0

Jumlah 85 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

55

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa terdapat responden yang pendidikan

tinggi sebanyak 11 Orang dengan persentase 12,9%, sedangkan responden dengan

pendidikan menengah sebanyak 40 responden dengan persentase 47,1%,

kemudian responden dengan pendidikan rendah sebanyak 34 responden dengan

persentase 40,0%.

c. Pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

pekerjaan pada kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik Responden Frekuensi

(n)

Peresentase

(%)

Bekerja 69 81,2

Tidak Bekerja 16 18,8

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden yang bekerja sebanyak 69

orang (81,2%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 16 orang (18,8%).

d. Penghasilan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

penghasilan pada kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan Kota Sibolga :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

56

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

(n) (%)

≥ UMR Kota Sibolga 44 51,8

< UMR Kota Sibolga 41 48,2

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden yang memiliki

penghasilan diatas atau sama dengan UMR Kota Sibolga sebesar Rp. 2.562.000

adalah sebanyak 44 orang (51,8%) dan responden yang memiliki penghasilan

dibawah UMR Kota Sibolga sebanyak 41 orang (48,2%).

e. Pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

pengetahuan pada kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang Pengetahuan

Pengetahuan Responden Jawaban Total

N % n %

Sebaiknya, ventilasi/lubang angin pada bangunan

jamban

Ditutup rapat

Dibuka sedikit

Dibuka sesuai ukuran 10% dari lantai

Dibuka selebar-lebarnya

10

25

49

1

11.76

29.41

57.65

1.18

8

5 100

Setelah buang air besar pada jamban, sebaiknya

kotoran disiram

Tidak usah disiram

Disiram hingga tidak tercium bau

Ditutup menggunakan pasir

-

83

2

0,00

97.65

2.35

8

5 100

(Bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

57

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang Pengetahuan

Syarat-syarat dari jamban sehat

Tidak berbau, tersedia air, ventilasi, dinding

dan atap pelindung, dan lantai kedap air.

Jarak septic tank dari sumber air < 10 m

Saluran pembuangan tinja/kotoran harus

terbuka

Pembuangan tinja/kotoran langsung ke laut

55

28

1

1

64.71

32.94

1.18

1.18

85 100

Jika anda mempunyai jamban cemplung, sebaiknya

lubang tempat masuknya tinja/kotoran

Dibiarkan terbuka

Didekatkan dengan sumber air

Dibiarkan terbuka asal disiram setiap saat

Ditutup rapat setiap setelah menggunakan

jamban

15

-

22

48

17.65

0.00

25.88

56.47

85

100

Setelah selesai menggunakan jamban sebaiknya

tangan dicuci pakai

Dicuci didalam gayung (air tidak mengalir)

Dicuci didalam bak mandi dan disabun

Dicuci dengan gayung, menggunakan air

mengalir tanpa sabun

Dicuci dengan gayung, menggunakan air

mengalir menggunakan sabun

7

-

11

67

8.24

0.00

12.94

78.82

85 100

Jika anda mempunyai septic tank, sebaiknya jarak

septic tank yang dianjurkan dengan sumber air

adalah minimal berapa meter

(Kurang dari) < 10 m

(Lebih dari) > 10 m

(Kurang dari) < 3 m

Minimal 5 m

16

42

7

20

18.82

49.41

8.24

23.53

85 100

Jenis jenis jamban yang sehat/memenuhi syarat

Jamban cemplung tertutup, jamban leher

angsa, jamban komunal

Jamban cemplung terbuka

Jamban plengsengan terbuka

Jamban yang tidak memiliki saluran

Pembuangan

61

17

7

-

71.76

20.00

8.24

0.00

85 100

Dampak dari tidak menggunakan jamban sebagai

sarana untuk membuang tinja/kotoran

Lingkungan jadi bersih dan sehat

Menyebabkan banjir

Air parit menjadi hitam

Keluarga menjadi mudah terkena penyakit

yang ditularkan melalui vektor

-

12

24

49

0.00

14.12

28.24

57.65

85 100

(Bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

58

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang Pengetahuan

Sebaiknya membersihkan jamban adalah

Minimal 1 kali dalam sebulan

Minimal 2-3 kali dalam seminggu

Maksimal 1 kali dalam 3 minggu

Kapan ada waktu saja

6

44

35

-

7.06

51.76

41.18

0.00

85 100

Tujuan utama dari penggunaan jamban adalah

Agar tidak jauh ke semak-semak untuk buang

air besar

Memutus siklus penyebaran penyakit yang

disebabkan dari perlaku buang air besar

sembarangan

Agar tidak diperingati pihak Puskesmas/petugas

kesehatan

Agar menghilangkan bau jika buang air besar di

semak-semak

-

64

19

2

0.00

75.29

22.35

2.35

85 100

Pengetahuan responden pada pertanyaan nomor satu “Sebaiknya,

ventilasi/lubang angin pada bangunan jamban.” diketahui lebih dominan

masyarakat memilih jawaban dibuka sesuai ukuran 10% dari lantai, yaitu

sebanyak 49 orang (57,65%),

Kemudian pengetahuan responden pada pertanyaan nomor dua “Setelah

buang air besar pada jamban, sebaiknya kotoran disiram.” diketahui sebanyak 83

orang (97,65%) lebih dominan memilih jawaban disiram hingga tidak tercium

bau.

Selanjutnya pengetahuan responden pada pertanyaan nomor tiga “Syarat-

syarat dari jamban sehat.” diketahui lebih dominan responden memilih

jawabantidak berbau, tersedia air, ventilasi, dinding dan atap pelindung, dan lantai

kedap air. Responden, yaitu sebanyak 55 orang (64,71%).

Setelah itu pengetahuan responden pada pertanyaan nomor empat “Jika

anda mempunyai jamban cemplung, sebaiknya lubang tempat masuknya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

59

tinja/kotoran.” diketahui lebih dominan responden memilih jawaban ditutup rapat

setiap setelah menggunakan jamban, yaitu sebanyak 48 orang (56,47%).

Seterusnya pada pengetahuan responden pertanyaan nomor lima “Setelah

selesai menggunakan jamban sebaiknya tangan dicuci pakai.” diketahui lebih

dominan responden memilih jawaban dicuci dengan gayung, menggunakan air

mengalir menggunakan sabun, yaitu sebanyak 67 orang (78.82%).

Selanjutnya pengetahuan responden pada pertanyaan nomor enam “Jika

anda mempunyai septic tank, sebaiknya jarak septic tank yang dianjurkan dengan

sumber airadalah minimal berapa meter” diketahui lebih dominan responden

memilih jawaban (Lebih dari) > 10 m, yaitu sebanyak 42 orang (49,41%).

Pengetahuan responden pada pertanyaan nomor tujuh “Jenis jenis jamban

yang sehat/memenuhi syarat.” diketahui lebih dominan responden memilih

jawabanjamban cemplung tertutup, jamban leher angsa, jamban komunal, yaitu

sebanyak 61 orang (71,76%).

Kemudian pengetahuan responden pada pertanyaan nomor delapan

“Dampak dari tidak menggunakan jamban sebagai sarana untuk membuang

tinja/kotoran.” diketahui lebih dominan responden memilih jawaban keluarga

menjadi mudah terkena penyakit yang ditularkan melalui vektor, yaitu sebanyak

49 orang (57,65%).

Sesuai tabel 7, bahwa pengetahuan responden pada pertanyaan nomor

sembilan “Sebaiknya membersihkan jamban adalah.” diketahui memilih jawaban

minimal 2-3 kali dalam seminggu, yaitu sebanyak 44 orang (51,76%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

60

Berdasarkan jawaban responden diketahui pengetahuan responden pada

pertanyaan nomor sepuluh “Tujuan utama dari penggunaan jamban adalah.”

Diketahui lebih dominan responden memilih jawaban memutus siklus penyebaran

penyakit yang disebabkan dari perlaku buang air besar sembarangan, yaitu

sebanyak 64 orang (75,29%).

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

(n) (%)

Pengetahuan Tinggi 37 43,5

Pengetahuan Sedang 26 30,6

Pengetahuan Rendah 22 25,9

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa terdapat responden yang memiliki

kategori pengetahuan tinggi sebanyak 37 Orang dengan persentase 43,5%,

responden dengan persentase 30,6%, kemudian responden dengan kategori

pengetahuanrendah sebanyak 22 responden dengan persentase 25,9%.

f. Sikap.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi sikap

pada kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota

Sibolga :

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Sikap

Pertanyaan Jawaban

Setuju % Tidak

Setuju

%

Setiap rumah tangga

wajib memiliki jamban

85

100 - 0,00

(Bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

61

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Sikap

Kebersihan jamban bukan

tanggung jawab semua anggota

keluarga.

40 47.06 45 52.94

Menegur dan manasehati

anggota keluarga jika masih

buang air besar di sembarang

tempat.

84 98,82 1 1.18

Membiarkan dan tak perduli jika

tetangga anda belum mau

menggunakan jamban sebagai

sarana untuk buang air besar.

27 31.76

58 68.24

Tidak buang air besar di sungai,

walaupun kesulitan air bersih /

sedang dalam musim kemarau.

29 34.12

56 65.88

Perilaku buang air besar

sembarangan tidak akan

berdampak buruk pada kondisi

kesehatan keluarga.

19 22.35

66 77.65

Ketika sedang berada di luar

rumah walau dalam kondisi

tersesak, tidak akan melakukan

aktifitas buang air besar di

laut/sungai/semak-semak dan

lebih memilih untuk pergi ke

pemberhentian umum

yangmemiliki WC seperti,

SPBU.

27 31.76

58 68.24

Merasa tidak ikut berpartisipasi

jika ada petugas kesehatan yang

sedang memberikan penyuluhan

dan dorongan tentang

penggunaan jamban.

11 12.94

74 87.06

Berpartisipasi dan saling gotong

royong dengan tetangga untuk

membangun jamban umum yang

digunakan bersama jika sama-

sama tidak memiliki jamban.

75 88.24

10 11.76

Tidak memelihara bangunan

jamban yang sudah tersedia.

- 0,00 85 100

Diketahui sikap responden pada pernyataan sikap nomor satu “Setiap

rumah tangga wajib memiliki jamban.” sebanyak 85 orang (100%) memilih sikap

setuju, Sedangkan 10 responden memilih sikap tidak setuju.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

62

Kemudian sikap responden pada pernyataan sikap nomor dua “Kebersihan

jamban bukan tanggung jawab semua anggota keluarga.” sebanyak 40 orang

(47,06%) memilih sikap setuju, Sedangkan 45 responden (52,94%) memilih sikap

tidak setuju.

Selanjutnya sikap responden pada pernyataan sikap nomor tiga “Menegur

dan menasehati anggota keluarga jika masih buang air besar di sembarang

tempat.” sebanyak 84 orang (98,82%) memilih sikap setuju, Sedangkan 1

responden (1,18%) memilih sikap tidak setuju.

Kemudian sikap responden pada pernyataan sikap nomor empat

“Membiarkan dan tak perduli jika tetangga anda belum mau menggunakan

jamban sebagai sarana untuk buang air besar.” sebanyak 27 orang (31,76%)

memilih sikap setuju, Sedangkan 58 responden (68,2%) memilih sikap tidak

setuju.

Selanjutnya sikap responden pada pernyataan sikap nomor lima “Tidak

buang air besar di sungai, walaupun kesulitan air bersih / sedang dalam musim

kemarau.” sebanyak 29 orang (34,12%) memilih sikap setuju, Sedangkan 56

responden (65.88%) memilih sikap tidak setuju.

Diketahui sikap responden pada pernyataan sikap nomor enam “Perilaku

buang air besar sembarangan tidak akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan

keluarga.” sebanyak 19 orang (22,35%) memilih sikap setuju, Sedangkan 66

responden (77.65%) memilih sikap tidak setuju.

Kemudian sikap responden pada pernyataan sikap nomor tujuh “Ketika

sedang berada di luar rumah walau dalam kondisi tersesak, tidak akan melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

63

aktifitas buang air besar di laut/sungai/semak-semak dan lebih memilih untuk

pergi ke pemberhentian umum yang memiliki WC seperti, SPBU.” sebanyak 27

orang (31,76%) memilih sikap setuju, Sedangkan 58 responden (68,2%) memilih

sikap tidak setuju.

Selanjutnya sikap responden pada pernyataan sikap nomor delapan

“Merasa tidak ikut berpartisipasi jika ada petugas kesehatan yang sedang

memberikan penyuluhan dan dorongan tentang penggunaan jamban.” sebanyak 11

orang (12,94%) memilih sikap setuju, Sedangkan 74 responden (87,06%) memilih

sikap tidak setuju.

Kemudian sikap responden pada pernyataan sikap nomor sembilan

“Berpartisipasi dan saling gotong royong dengan tetangga untuk membangun

jamban umum yang digunakan bersama jika sama-sama tidak memiliki jamban.”

sebanyak 75 orang (88.24%) memilih sikap setuju, Sedangkan 10 responden

(11.76%) memilih sikap tidak setuju.

Selanjutnya sikap responden pada pernyataan sikap nomor sepuluh “Tidak

memelihara bangunan jamban yang sudah tersedia.” sebanyak 0 orang memilih

sikap setuju, Sedangkan 85 responden (100%) memilih sikap tidak setuju.

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

(n) (%)

Sikap Baik 30 35.3

Sikap Sedang 36 42,4

Sikap Kurang 19 22,4

Jumlah 85 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

64

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa terdapat responden yangmemiliki

kategorisikap baik sebanyak 30 Orang dengan persentase 35.3%, sedangkan

responden dengan kategori sikap sedang sebanyak 36 responden dengan

persentase 42,4%, kemudian responden dengan kategorisikap kurang sebanyak 19

responden dengan persentase (22,4%).

g. Kepemilikan jamban.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

kepemilikan jamban pada kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 11

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang Jenis Jamban

Jenis Jamban Frekuensi Persentase

(n) (%)

Jamban Komunal 8 10.53

Jamban Leher Angsa

menggunakan Septic tank.

25 32.89

Jamban Leher Angsa tidak

menggunakan Septic tank.

29 38.16

Total 76 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui sebanyak 8 responden (10.53%)

menggunakan jamban komunal kemudian sebanyak 25 responden (32,89%)

responden menggunakan jamban leher angsa septic tank. Selanjutnya sebanyak 29

responden (38,16%) menggunakan jamban leher angsa tidak berseptic tank dan 14

responden (18,42%) menggunakan jamban cemplung.

Tabel 12

Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

65

(n) (%)

Memiliki Jamban 76 89,4

Tidak Memiliki Jamban 9 10,6

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa responden yang memiliki jamban

sebanyak 76 responden (89,4%) dan responden yang tidak memiliki jamban

sebanyak 9 responden dengan prosentase 10,6%.

h. Dukungan petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

dukungan petugas kesehatan pada kepala keluarga di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 13

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan

Karakteristik Responden Frekuensi

(n)

Peresentase

(%)

Mendukung 53 62,4

Tidak Mendukung 32 37,6

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 13 diketahui sebanyak 53 responden (62,4%)

mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan untuk menggunakan jamban pada

setiap kali buang air besar sedangkan responden yang tidak mendapat dukungan

dari petugas kesehatan sebanyak 32 orang (37,6%).

i. Dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama pada kepala

keluarga di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 14

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Aparat Kelurahan,

Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

66

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

(n) (%)

Mendukung 42 49,4

Tidak Mendukung 43 50,6

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 14 diketahui sebanyak 42 responden (49,4%)

mendapatkan dukungan dari aparat kelurahan, tokoh masyarakat, dan tokoh

agama untuk menggunakan jamban pada setiap kali buang air besar sedangkan

responden yang tidak mendapat dukungan dari aparat kelurahan, tokoh

masyarakat, dan tokoh agama sebanyak 43 orang (50,6%).

Tabel 15

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Aparat Kelurahan,

Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama

Dukungan

Aparat

Kelurahan,

Tomasy,

Toga

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak Sehat Total

n % n % n % n %

Mendukung 1 2,38 21 50,00 20 47,62 42 100

Tidak

Mendukung

8 18,60 12 27,91 23 53,49 43 100

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,6 85 100

Tabel 16

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai Dukungan Aparat

Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama

Pertanyaan Aparat Kelurahan Tokoh Masyarakat Tokoh Agama

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Pernahkah aparat

kelurahan

(Lurah/Kepling),

tokoh masyarakat

11

74

2

83

-

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

67

dan tokoh agama

ikut berperan

dalam penyuluhan

mengenai

penggunaan

jamban.

12,94 % 87,06 % 2,35% 97,65% 0,00% 100%

Apakah aparat

kelurahan

(Lurah/Kepling),

tokoh masyarakat

dan tokoh agama

berkoordinasi

dengan tiap kepala

keluarga untuk

mau berpartisipasi

menggunakan

jamban.

37

43,53%

48

56,47%

8

9,41%

77

90,59%

2

2,35%

83

97,65

j. Perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat distribusi

perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban pada kepala keluarga di

wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga :

Tabel 17

Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan

Jamban

Karakteristik Responden Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Menggunakan jamban

memenuhi syarat

33 38,8

Menggunakan jamban tidak 43 50,6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

68

memenuhi syarat

Tidak menggunakan jamban 9 10.6

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 17 diketahui sebanyak 9 responden (10.6%) tidak

menggunakan jamban pada setiap kali buang air besar sedangkan responden yang

menggunakan jamban sehat / memenuhi syarat pada setiap kali buang air besar

sebanyak 33 orang (38,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan

jamban sehat / tidak memenuhi syarat pada setiap kali buang air besar sebanyak

43 orang (50,6%)

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan satu variabel bebas

dengan satu variabel terikat. Berdasarkan uji Chi-Square hasil analisis bivariat

adalah sebagai berikut:

a. Uji chi square antara umur dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara umur dengan perilaku masyarakat

dalam penggunaan jamban menggunakan uji chi-square diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 18

Tabel Tabulasi Silang Umur dengan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan

Jamban

Umur

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

69

n % n % n %

>35

tahun

6 7,1 23 27,1 30 35,3

0,982

≤35

tahun

3 3,5 10 11,8 13 15,3

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,6

Berdasarkan tabel 18 diketahui sebanyak 59 responden yang berumur lebih

dari 35 tahun terdapat 6 responden (7,1% ) yang tidak menggunakan jamban dan

23 responden (27,1%) yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 30

responden (35,3%) yang menggunakan jamban tidak sehat.

Kemudian sebanyak 26 responden berusia kurang dari atau sama dengan

35 tahun terdiri dari 3 responden yang tidak menggunakan jamban dengan

persentase 3,5% kemudian 10 responden menggunakan jamban sehat dengan

persentase 11,8% dan sebanyak 13 responden menggunakan jamban tidak sehat

dengan persentase 15,3%.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,982) > (0,05)

sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban.

b. Uji chi square antara pendidikan dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara pendidikan dengan perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban menggunakan uji chi-square

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 19

Tabel Tabulasi Silang Pendidikan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

70

Pendidikan

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

n % n % n %

Pend.

Tinggi

0 0 9 10,6 2 2,4

0,0001

Pend.

Menegah

0 0 22 25,9 18 21,2

Pend.

Rendah

9 10,6 2 2,4 23 27,1

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,63

Berdasarkan tabel 19 diketahui sebanyak 11 responden yang memiliki

pendidikan tinggi terdapat tidak ada responden yang tidak menggunakan jamban

dan 9 responden (10,6%) yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 2

responden (2,4%) yang menggunakan jamban tidak sehat.

Kemudian sebanyak 40 responden yang memiliki pendidikan menengah

terdiri dari tidak ada responden yang tidak menggunakan jamban, kemudian 22

responden menggunakan jamban sehat dengan persentase 25,9 % dan sebanyak

18 responden menggunakan jamban tidak sehat dengan persentase 21,2%.

Selanjutnya sebanyak 34 responden yang memiliki pendidikan rendah

terdiri dari 9 responden yang tidak menggunakan jamban dengan persentase

10,6% kemudian 2 responden menggunakan jamban sehat dengan persentase

2,4% dan sebanyak 23 responden menggunakan jamban tidak sehat dengan

persentase 27,1 %.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,0001) <

(0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

71

c. Uji chi square antara pekerjaan dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara pekerjaan dengan perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban menggunakan uji chi-square

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 20

Tabel Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Pekerjaan

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

n % n % n %

Bekerja 6 7,1 29 34,1 34 40,0

0,311 Tidak

Bekerja

3 3,5 4 4,7 9 10,6

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,6

Berdasarkan tabel 20 diketahui sebanyak 69 responden yang bekerja

terdapat 6 responden (7,1% ) yang tidak menggunakan jamban dan 29 responden

(34,1%) yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 34 responden (40,0%)

yang menggunakan jamban tidak sehat.

Kemudian sebanyak 16 responden yang tidak bekerja terdiri dari 3

responden yang tidak menggunakan jamban dengan persentase 3,5% kemudian 4

responden menggunakan jamban sehat dengan persentase 4,7 % dan sebanyak 9

responden menggunakan jamban tidak sehat dengan persentase 10,6 %.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,311) > (0,05)

sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

72

signifikan antara pekerjaan dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

d. Uji chi square antara penghasilan dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara penghasilan dengan perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban menggunakan uji chi-square

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 21

Tabel Tabulasi Silang Penghasilan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Penghasilan

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

n % N % n %

≥ UMR

Kota

Sibolga

0 0 25 29,4 19 22,4

0,0001

<UMR

Kota

Sibolga

9 10,6 8 9,4 24 28,2

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,65

Berdasarkan tabel 21 diketahui sebanyak 44 responden yang memiliki

penghasilan diatas atau sama dengan UMR Kota Sibolga sebesar Rp.2.562.000,

tidak ada responden yang tidak menggunakan jamban dan 25 responden (29,4%)

yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 19 responden (22,4%) yang

menggunakan jamban tidak sehat.

Kemudian sebanyak 41 respondenyang memiliki penghasilan dibawah

UMR Kota Sibolga sebesar Rp.2.562.000 terdiri dari 9 responden yang tidak

menggunakan jamban dengan persentase 10,6% kemudian 8 responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

73

menggunakan jamban sehat dengan persentase 9,4% dan sebanyak 24 responden

menggunakan jamban tidak sehat dengan persentase 28,2%.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,0001) <

(0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara penghasilan dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

e. Uji chi square antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara pengetahuan dengan perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban menggunakan uji chi-square

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 22

Tabel Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Pengetahuan

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

N % N % n %

Pengetahuan

Tinggi

0 0 24 28,2 13 15,3

0,0001 Pengetahuan

Sedang

0 0 8 9,4 18 21,2

Tabel 22

Tabel Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Pengetahuan

Rendah

9 10,6 1 1,2 12 14,1

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,6

Berdasarkan tabel 22 diketahui sebanyak 37 responden yang memiliki

pengetahuan tinggi terdapat tidak ada responden yang tidak menggunakan jamban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

74

dan 24 responden (28,2%) yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 13

responden (15,3%) yang menggunakan jamban tidak sehat.

Kemudian sebanyak 26 responden yang memiliki pengetahuan sedang,

tidak ada responden yang tidak menggunakan jamban kemudian 8 responden

menggunakan jamban sehat dengan persentase 9,4% dan sebanyak 18 responden

menggunakan jamban tidak sehat dengan persentase 21,2%.

Selanjutnya sebanyak 22 responden yang memiliki pengetahuan rendah

terdiri dari 9 responden yang tidak menggunakan jamban dengan persentase

10,6% kemudian 1 responden menggunakan jamban sehat dengan persentase

1,2% dan sebanyak 12 responden menggunakan jamban tidak sehat dengan

persentase 14,1%.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,0001) <

(0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

f. Uji chi square antara sikap dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara sikap dengan perilaku masyarakat

dalam penggunaan jamban menggunakan uji chi-square diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 23

Tabel Tabulasi Silang Sikap dengan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan

Jamban

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

75

Sikap

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

N % n % n %

0,0001 Baik 0 0 21 24,7 9 10,6

Sedang 3 3,5 12 14,1 21 24,7

Kurang 6 7,1 0 0 13 15,3

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,6

Berdasarkan tabel 23 diketahui sebanyak 30 responden yang memiliki

sikap baik diketahuitidak ada responden yang tidak menggunakan jamban dan 21

responden (24,7%) yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 9 responden

(10,6%) yang menggunakan jamban tidak sehat.

Kemudian sebanyak 36 responden yang memiliki sikap sedang terdiri dari

3 responden yang tidak menggunakan jamban dengan persentase 3,5% kemudian

12 responden menggunakan jamban sehat dengan persentase14,1% dan sebanyak

21 responden menggunakan jamban tidak sehat dengan persentase 24,7%.

Selanjutnya sebanyak 19 responden yang memiliki sikap kurang terdiri

dari 6 responden yang tidak menggunakan jamban dengan persentase 7,1%

kemudian tidak ada responden yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 13

responden menggunakan jamban tidak sehat dengan persentase 15,3%.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,0001) <

(0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sikap dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban.

g. Uji chi square antara kepemilikan jamban dengan perilaku masyarakat

dalam penggunaan jamban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

76

Berdasarkan pengujian pengaruh antara kepemilikan jamban dengan

perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban menggunakan uji chi-

square diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 24

Tabel Tabulasi Silang Kepemilikan Jamban dengan Perilaku

Kepemilikan

Jamban

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

n % n % n %

Memiliki

Jamban

0 0 33 38,8 43 50,6

0,0001

Tidak

Memiliki

Jamban

9 10,6 0 0 0 0

Total 9 10,6 33 38,9 43 50,6

Berdasarkan tabel 24 diketahui sebanyak 76 responden yang memiliki

jamban terdapat tidak ada respondenyang tidak menggunakan jamban dan 33

responden (38,8%) yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 43 responden

(50,6%) yang menggunakan jamban tidak sehat.

Kemudian sebanyak 9 respondenyang tidak memiliki jamban terdiri dari 9

responden yang tidak menggunakan jamban dengan persentase 10,6% kemudian

tidak ada responden menggunakan jamban sehat dan tidak ada responden

menggunakan jamban tidak sehat.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,0001) <

(0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kepemilikan jamban dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

77

h. Uji chi square antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara dukungan petugas kesehatan

dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban menggunakan uji

chi-square diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 25

Tabel Tabulasi Silang Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku

Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Dukungan

Petugas

Kesehatan

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

n % n % n %

Mendukung 1 1,2 31 36,5 21 24,7

0,0001 Tidak

Mendukung

8 9,4 2 2,4 22 25,9

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,6

Berdasarkan tabel 25 diketahui sebanyak 53 responden yang menyatakan

bahwa terdapat dukungan petugas kesehatan terdapat 1 responden (1,2% ) yang

tidak menggunakan jamban dan 31 responden (36,5%) yang menggunakan

jamban sehat dan sebanyak 21 responden (24,7%) yang menggunakan jamban

tidak sehat.

Kemudian sebanyak 32 respondenyang menyatakan bahwa tidak ada

dukungan petugas kesehatan terdiri dari 8 responden yang tidak menggunakan

jamban dengan persentase 9,4% kemudian 2 responden menggunakan jamban

sehat dengan persentase 2,4% dan sebanyak 22 responden menggunakan jamban

tidak sehat dengan persentase 25,9 %.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

78

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,0001) <

(0,05) sehingga Ho ditolak,maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

i. Uji chi square antara dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh

agama dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban.

Berdasarkan pengujian pengaruh antara dukungan aparat kelurahan, tokoh

masyarakat dan tokoh agama dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban menggunakan uji chi-square diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 26

Tabel Tabulasi Silang Dukungan Aparat Kelurahan, Tokoh Maysarakat, Tokoh

Agama dengan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Dukungan

Aparat

Kelurahan,

Tomasy,

Toga

Perilaku Masy. dalam Pengggunaan Jamban

Tidak

Menggunakan

Jamban

Menggunakan

Jamban Sehat

Menggunakan

Jamban Tidak

Sehat

P

n % n % n %

Mendukung 1 1,2 21 24,7 20 23,5

0,017 Tidak

Mendukung

8 9,4 12 14,1 23 27,1

Total 9 10,6 33 38,8 43 50,6

Berdasarkan tabel 26 diketahui sebanyak 42 responden yang menyatakan

bahwa terdapat dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama

terdapat 1 responden (1,2% ) yang tidak menggunakan jamban dan 21 responden

(24,7%) yang menggunakan jamban sehat dan sebanyak 20 responden (23,5%)

yang menggunakan jamban tidak sehat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

79

Kemudian sebanyak 43 responden yang menyatakan bahwa tidak ada

dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama terdiri dari 8

responden yang tidak menggunakan jamban dengan persentase 9,4% kemudian 12

responden menggunakan jamban sehat dengan persentase 14,1% dan sebanyak 23

responden menggunakan jamban tidak sehat dengan persentase 27,1 %.

Hasil analisis menggunakan chi square diperoleh p-value (0,017)< (0,05)

sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama

dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

80

Pembahasan

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan

seseorang berdasarkan hari kelahiran seseorang tersebut. Umur seseorang dapat

terbagi dua jenis, yaitu : Usia biologis dan usia mental. Usia biologis adalah

perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki seseorang.

Sedangkan usia mental adalah perhitungan usia yang didapat dari taraf

kemampuan mental seseorang, misalnya seorang anak secara biologis memiliki

usia empat tahun akan tetapi belum dapat merangkak dan belum memiliki

kemampuan yang setara dengan anak yang seusia dengannya.

Hasil uji statistik distribusi frekuensi seperti terlihat pada tabel 3, analisis

univariat diketahui sebanyak 59 reponden atau sebesar (69,4%) berada pada

rentang usia diatas 35 tahun dan sebanyak 26 responden berada pada rentang usia

dibawah atau sama dengan 35 tahun. Dalam Depkes RI 2009 usia diatas 35 tahun

adalah usia dewasa akhir dan dibawah 35 tahun adalah usia dewasa awal. Dari sini

diketahui bahwa lebih dominan usia penduduk yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan berada pada rentang usia dewasa akhir yaitu, diatas

35 tahun. Masa umur ini merupakan masa dewasa akhir dimana para responden

akan mulai mengalami penurunan kemampuan fisik dan psikologis sebagai

transisi ke masa tua dan memiliki kestabilan dalam hal sikap dan nilai-nilai yang

dipahaminya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

81

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan proses mendidik atau melakukan suatu kegiatan

yang mengandung proses komunikasi pendidikan antara yang mendidik dan yang

dididik. Melalui masukan-masukan kepada peserta didik yang secara sadar akan

dicerna oleh jiwa, akal maupun raganya sehingga pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif) sesuai dengan yang dituju oleh

pendidikan tersebut. Di dalam nuansa kependidikan, manusia adalah sasaran

pendidikan sekaligus subjek pendidikan. Pendidikan membantu manusia dalam

menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang ada dalam dirinya.

Potensi kemanusiaan merupakan benih untuk mengembangkan seseorang menjadi

manusia seutuhnya. Pemahaman dari pendidik terhadap potensi-potensi dan sifat

hakikat manusia sangat penting agar pendidikan mencapai tujuan yang diharap.

Pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan itu melalui perumusan dan

penerapan konsep pendidikan.

Dalam penelitian ini pengukuran tingkat pendidikan dilakukan

berdasarkan tinggi rendahnya pendidikan yang ditempuh oleh responden, seperti

yang kita ketahui bahwa di Indonesia tingkat pendidikan rendah di mulai dari

tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA). Diploma (D3) dan Sarjana (S1). Pendidikan merupakan

kebutuhan dasar manusia yang sangat berguna untuk pengembangan diri, karena

dengan pendidikan yang semakin tinggi seseorang akan memiliki pengetahuan

yang lebih baik. Pada tabel 3, menggunakan analisis univariat diketahui bahwa

dari total 85 responden, terdapat 11 responden dengan persentase (12,9%) yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

82

berpendidikan terakhir perguruan tinggi, kemudian terdapat 40 responden (47,2%)

yang berpendidikan terakhir SMA, kemudian sebanyak 20 responden (23,5%)

berpendidikan terakhir SMP, selanjutnya 10 responden (11,7%) yang

berpendidikan terakhir SD dan 4 orang responden (4,7%) yang tidak sekolah dan

tidak tamat SD. Diketahui lebih dominan masyarakat yang tinggal di wilayah

kerja Puskesmas Aek Parombunan memiliki pendidikan SMA/SMK. Pendidikan

SMA ditempuh selama 3 tahun setelah menampatkan pendidikan SMP. Pada

responden yang memiliki pendidikan SMA cenderung memiliki pemikiran yang

lebih rasional daripada responden yang memiliki pendidikan SMP. Hal ini

dikarenakan pembelajaran dalam tingkat pendidikan SMA/SMK lebih tinggi

dalam pengembangan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan

sikap (afektif).

Kemudian pada tabel 4, sebanyak 11 responden atau (12,9%) memiliki

pendidikan tinggi kemudian sebanyak 40 responden atau (47,1%) memiliki

pendidikan menengah dan sebanyak 34 responden atau (40%) memiliki

pendidikan rendah.

Diketahui lebih dominan masyarakat yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan memiliki pendidikan menengah. Dari hal ini dapat

disimpulkan bahwa dengan tingkat pendidikan masyarakat tersebut diketahui

masyarakat kelurahan Aek Parombunan dan Aek Muara Pinang akan memiliki

suatu respon yang rasional dalam menerima sebuah gagasan tentang perilaku

kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

83

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan ialah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan

kewajiban atau tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu

pekerjaan dapat diduduki oleh satu orang, atau beberapa orang yang tersebar di

berbagai tempat.Dalam arti luas pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan

oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas

atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan adalah aktifitas

sehari-hari yang dilakukan oleh ibu menyusui untuk mendapatkan nafkah.

Pada analisis univariat diketahui bahwa sebanyak 69 responden atau

(81,2%) memiliki status bekerja kemudian sebanyak 16 responden atau (18,8%)

memiliki status tidak bekerja. Dari hal tersebut diketahui masyarakat yang tinggal

di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan dominan sudah memiliki status

bekerja. Kebanyakan pekerjaan masyarakat yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan adalah sebagai pedagang, nelayan, dan aparatur sipil

negara. Kemudian responden dengan status tidak bekerja tersebut rata-rata adalah

ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga yang memiliki masalah terkait kondisi

fisik sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan mencari nafkah.

Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan adalah kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

yang dapat digunakan untuk konsumsi dan memenuhi kebutuhan

responden.perilaku manusia mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan hidup,

dalam hal ini responden harus memiliki penghasilan yang cukup baik berupa uang

atau barang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

84

Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang memiliki

penghasilan diatas atau sama dengan UMR Kota Sibolga sebesar Rp. 2.562.000

adalah sebanyak 44 orang (51,8%) dan responden yang memiliki penghasilan

dibawah UMR Kota Sibolga sebanyak 41 orang (48,2%).Dari hal ini dapat

disimpulkan bahwa penghasilan masyarakat yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan lebih dominan masyarakatnya berpengasilan yang

cukup. Walaupun sebagaian ada responden yang hanya bekerja sebagai ibu rumah

tangga, tetapi penghasilan ini termasuk penghasilan yang diterima responden dari

suami.

Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan tabel 7 diketahui pengetahuan responden pada pertanyaan

nomor 3 tentang syarat-syarat dari jamban sehat, lebih dominan responden

memilih jawaban tidak berbau, tersedia air, ventilasi, dinding dan atap pelindung,

dan lantai kedap air, yaitu sebanyak 55 responden (64,71%). Dari pertanyaan ini

diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan sudah memiliki pengetahuan yang baik terkait

syarat-syarat jamban sehat atau jamban memenuhi syarat. Kemudian pengetahuan

responden pada pertanyaan nomor 6 tentang jarak septic tank terhadap sumber air

minum yang dianjurkan, lebih dominan responden memilih jawaban (Lebih dari)

> 10 m, yaitu sebanyak 42 orang (49,41%).Dari pertanyaan ini diketahui bahwa

sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang baik terkait jarak

septic tank terhadap sumber air minum. Selanjutnya pengetahuan responden pada

pertanyaan nomor 10 tentang tujuan utama dari penggunaan jamban, lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

85

dominan responden memilih jawaban memutus siklus penyebaran penyakit yang

disebabkan dari perlaku buang air besar sembarangan, yaitu sebanyak 64 orang

(75,29%). Dari pertanyaan ini diketahui bahwa sebagian besar responden sudah

memiliki pengetahuan yang baik terkait tujuan utama dari penggunaan jamban itu

sendiri.

Pada tabel 8diketahui bahwaterdapat responden yang memiliki kategori

pengetahuan tinggi sebanyak 37responden dengan persentase 43,5%, sedangkan

responden dengan kategori pengetahuan sedang sebanyak 26 responden dengan

persentase 30,6%, kemudian responden dengan kategori pengetahuan rendah

sebanyak 22 responden dengan persentase 25,9%. Berdasarkan data-data diatas,

sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan dominan memiliki pengetahuan yang tinggi terkait masalah

penggunaan jamban. Hal ini dikarenakan adanya kemamuan dari kepala keluarga

untuk mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas khususnya

masalah penggunaan jamban , sehingga mereka mendapat informasi yang belum

diketahui seperti fungsi pemanfaatan jamban, jenis-jenis jamban dan dampak

kesehatan dari perilaku tidak menggunakan jamban.

Responden Berdasarkan Sikap

Menurut Sokidjo (2007) diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan

seseorang dapat menerapkan apa yang sudah diketahui, artinya pengetahuan dan

sikap yang baik belum tentu mewujudkan suatu tindakan yang baik. Karena

perubahan sikap ke arah yang lebih baik akan mempengaruhi terjadinya peran

serta masyarakat yang merupakan modal utama keberhasilaln suatu program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

86

kesehatan. Pada tabel 9 diketahui sikap responden pada pertanyaan nomor 1

tentang setiap rumah tangga wajib memiliki dan menggunakan jamban, lebih

dominan responden atau sebanyak 85 orang (100%) memilih sikap setuju. Dari

pertanyaan ini kita ketahui bahwa sikap responden baik dikarenakan semua

responden setuju memiliki dan menggunakan jamban adalah sebuah kebutuhan

bagi mereka. Kemudian sikap responden pada pertanyaan nomor 3 tentang

menegur dan menasehati anggota keluarga jika masih buang air besar di

sembarang tempat, lebih dominan responden atau sebanyak sebanyak 84 orang

(98,82%) memilih sikap setuju, Sedangkan 1 responden (1,18%) memilih sikap

tidak setuju. Responden yang memilih jawaban sikap tidak setuju disebabkan

merasa anggota keluarganya sangat sulit diberikan nasehat akan pentingnya

memiliki jamban karena keputusan dalam setiap kebijakan dalam rumah tangga

akan ditentukan oleh suami sebagai kepala rumah tangga. Selanjutnya sikap

responden pada pertanyaan nomor 5 tentang sikap tidak buang air besar

sembarangan besar di sungai, walaupun kesulitan air bersih / sedang dalam musim

kemarau. Diketahui sebanyak sebanyak 29 orang (34,12%) memilih sikap setuju,

Sedangkan 56 responden (65.88%) memilih sikap tidak setuju. Hal ini disebabkan

karena responden merasa bahwa air adalah kebutuhan utama yang penting

sehingga ketidaktersediaan air akan membuat mereka lebih memilih buang air di

sungai sebagai jalan darurat. Kemudian kondisi air bersih yang ada pada

responden kebanyakan terdiri dari selang-selang kecil yang disambungkan dari

mata air pegunungan yang jaraknya jauh hingga kurang lebih 200 meter. Sebagian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

87

lagi responden mendapatkan sumber air bersih melalui PDAM yang terkadang

tidak lancar saat musim kemarau.

Pada hasil analisis univariattabel 10 diketahui bahwaterdapat responden

yang memiliki kategorisikap baik sebanyak 30 Orang dengan persentase (35.3%),

sedangkan responden dengan kategori sikap sedang sebanyak 36 responden

dengan persentase (42,4%), kemudian responden dengan kategorisikap kurang

sebanyak 19 responden dengan persentase (22,4%). Berdasarkan data-data diatas

diketahui bahwa lebih dominan sikap masyarakat yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan memiliki sikap sedang dan sebagian besar lainnya

memiliki sikap baik.

Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban

Pada hasil analisis univariat diketahui bahwasebanyak 8 responden

(10.53%) menggunakan jamban komunal kemudian sebanyak 25 responden

(32,89%) responden menggunakan jamban leher angsa septic tank. Selanjutnya

sebanyak 29 responden (38,16%) menggunakan jamban leher angsa tidak

berseptic tank dan 14 responden (18,42%) menggunakan jamban cemplung dan

sebanyak 9 responden (10,6%) tidak memiliki jamban. Dari data-data tersebut

dapat disimpulkan bahwa kepemilikan jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan banyak diantaranya sudah memiliki jamban dan hanya 9 responden

dari 85 responden yang diteliti belum memiliki jamban. Kebanyakan dari 9

responden yang belum memiliki jamban tersebut melakukan buang air besar

sembarangan pada aliran sungai dan semak-semak sekitaran rumah. Hal ini dapat

disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kondisi ekonomi masyarakat yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

88

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan serta kepemilikan rumah

yang sebagian besar adalah rumah sewa. Hal ini mengakibatkan munculnya rasa

ketidakpedulian untuk memiliki jamban karena merasa bahwa rumah yang tinggal

selama masa penyewaan tersebut bukan miliki pribadi.

Kemudian dari 76 responden yang sudah memiliki jamban terdapat hanya

33 responden yang menggunakan jamban memenuhi syarat yaitu, jamban

komunal dan jamban leher angsa menggunakan septic tank. Kemudian 43

responden masih menggunakan jamban tidak memenuhi syarat yaitu, jamban

cemplung dan jamban leher angsa tidak menggunakan septic tank. Hal ini

disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya sebuah jamban

dapat dikatakan memenuhi syarat kesehatan. Masyarakat yang tinggal di wilayah

kerja Puskesmas Aek Parombunan masih mengangap bahwa sebatas hanya

memiliki jamban adalah sudah dapat dikategorikan perlaku hidup bersih dan

sehat. Hal ini sejalan dengan berdasarkan data profil Puskesmas Aek Parombunan

pada tahun 2016 yang menunjukkan bahwa penyakit diare termasuk 10 penyakit

dengan kasus terbanyak pada urutan kedelapan (8) di wilayah kerja Puskesmas

Aaek Parombunan.

Responden Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan

Pada hasil analisis univariat diketahui bahwasebanyak 53 responden

(62,4%) mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan untuk menggunakan

jamban pada setiap kali buang air besar sedangkan responden yang tidak

mendapat dukungan dari petugas kesehatan sebanyak 32 orang (37,6%). Dari data

diatas diketahui bahwa petugas kesehatan telah melakukan dukungan kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

89

sebagaian besar masyarakat yang tinggal di wilayah Puskesmas Aek Parombunan.

Dukungan tersebut masih dalam bentuk pendataan rumah dan kepemilikan jamban

yang didata langsung oleh petugas kesehatan bagian kesehatan lingkungan.

Berdasarkan informasi dari petugas kesehatan di Puskesmas Aek Parombunan,

program kesehatan yang telah dilaksanakan adalah pendataan rumah dan

kepemilikan jamban. Petugas kesehatan menyatakan sudah memberikan

penyuluhan, serta informasi terkait penggunaan jamban pada saat pendataan

rumah. Namun kegiatan ini tidak berlangsung secara terus menerus akibat dari

keterbatasan kemampuan petugas kesehatan serta luasnya jangkauan rumah

penduduk yang akan di data oleh petugas kesehatan. Pada Puskesmas Aek

Parombunan hanya terdapat 1 petugas kesling (kesehatan lingkungan) sebagai

petugas lapangan yang akan mendata setiap kondisi terkait kepemilikan jamban di

wilayah kerja Puskesmas tersebut.

Responden Berdasarkan Dukungan Aparat Kelurahan, Tokoh Masyarakat,

dan Tokoh Agama

Pada hasil analisis univariat diketahui bahwasebanyak 42 responden

(49,4%) mendapatkan dukungan dari aparat kelurahan, tokoh masyarakat, dan

tokoh agama untuk menggunakan jamban pada setiap kali buang air besar

sedangkan responden yang tidak mendapat dukungan dari aparat kelurahan, tokoh

masyarakat, dan tokoh agama sebanyak 43 orang (50,6%). Dari data tersebut

dapat diketahui masih kurangnya dukungan yang diberikan oleh aparat kelurahan,

tokoh masyarakat dan tokoh agama kepada responden terkait penggunaan jamban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

90

Bentuk dukungan mereka diketahui, pada pertanyaan no 1 tentang

keikutsertaan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama berperan

dalam penyuluhan menggenai penggunaan jamban. sebanyak 74 (87%) responden

menyatakan bahwa aparat keluarahan tidak pernah ikut serta dalam penyuluhan

menggenai penggunaan jamban. Kemudian sebanyak 83 (97%) responden

menyatakan bahwa tokoh masyarakat tidak pernah ikut serta dalam penyuluhan

menggenai penggunaan jamban dan sebanyak 85 (100%) responden menyatakan

bahwa tokoh agama tidak pernah ikut serta dalam penyuluhan menggenai

penggunaan jamban. Hal ini disebabkan kurangnya kerjasama antara petugas

kesehatan dan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta

ketidakmampuan petugas kesehatan dalam melibatkan tokoh agama dan tokoh

masyarakat tersebut untuk mengatasi masalah kesehatan. Selanjutnya bentuk

dukungan mereka, pada pertanyaan no 2 tentang koordinasi yang dilakukan aparat

kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama kepada setiap kepala rumah tangga

diketahui 48 (56,47%) responden menyatakan bahwa aparat keluarahan tidak

berkoordinasi dengan kepala keluarga untuk mau berpartisipasi dalam

menggunakan jamban. Sebanyak 77 (90,59%) responden menyatakan bahwa

tokoh masyarakat tidak berkoordinasi dengan kepala keluarga untuk mau

berpartisipasi dalam menggunakan jamban dan sebanyak 83 (97,65%) responden

menyatakan bahwa tokoh agama tidak berkoordinasi dengan kepala keluarga

untuk mau berpartisipasi dalam menggunakan jamban. Hal ini kemungkinan

disebabkan aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama merasa bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

91

permasalahan terkait penggunaan jamban adalah masalah kesehatan yang hanya

bisa ditangani oleh petugas kesehatan tersebut.

Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Berdasarkan tabel 17 diketahui sebanyak 9 responden (10.6%) tidak

menggunakan jamban pada setiap kali buang air besar sedangkan responden yang

menggunakan jamban sehat / memenuhi syarat pada setiap kali buang air besar

sebanyak 33 orang (38,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan

jamban sehat / tidak memenuhi syarat pada setiap kali buang air besar sebanyak

43 orang (50,6%). Dari data tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagaian besar

responden yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan

menggunakan jamban yang tidak memenuhi syarat. Sebuah jamban dapat

dikategorikan memenuhi syarat apabila memiliki lubang penampung septic tank

lebih dari 10 meter dari sumber air minum, tidak berbau dan tinja tidak dapat

dijamah oleh serangga maupun tikus, lantai landai ke arah lubang jongkok

sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman

digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan yang cukup, lantai

kedap air, ventilasi cukup baik (minimal 10% dari luas lantai), tersedia air dan alat

pembersih.

Perilaku penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat pada responden

kebanyakan memiliki jamban leher angsa tetapi tidak memiliki septic tank.

Responden merasa bahwa jika mereka sudah memiliki jamban dirumahnya

masing-masing, sudah dapat dikatakan baik walaupun jamban yang dimilikinya

tidak memiliki septic tank. Responden merasa tidak perlu menyediakan septic

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

92

tank karena pembuangan kotoran sudah langsung jatuh ke aliran parit atau aliran

sungai. Bagi responden apabila sudah tidak tercium bau dari kotoran maka jamban

tersebut dapat dikategorikan sehat/memenuhi syarat. Kemudian 9 responden yang

tidak menggunakan jamban dikarenakan belum memiliki jamban yang disebabkan

masih terkendala secara ekonomi serta rumah yang mereka tempatin adalah rumah

sewa (bukan miliki sendiri) sehingga mereka merasa rugi andai membangun

sebuah jamban yang memenuhi syarat di rumah yang mereka sewa tersebut.

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Umur) dengan Perilaku

Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Pada penelitian ini analisis bivariat menggunakan uji chi square, hingga

diperoleh p-value (0,982) > (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban. Sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada pengaruh antara umur dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Linda Destiya (2015) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur terhadap perilaku

kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban di pemukiman Kampung Nelayan

Tambak Lorok Semarang. Linda menyebutkan bahwa responden yang berusia ≥

35 tahun lebih berpeluang 3,9 kali untuk memiliki perilaku pemanfaatan jamban

dibanding responden yang berusia < 35 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan penelitian Sutedjo (2003)

yang menyebutkan bahwa persentase responden umur tua dan muda tidak berbeda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

93

partisipasinya dalam program kesehatan (p>0,005). Sehingga tidak perlu adanya

penggolongan umur untuk peningkatan partisipasi masyarakat. Dalam jurnal

kesehatan Amalinda dkk (2016) menyatakan bahwa dalam teori L.Green umur

termasuk salah satu faktor predisposing, namun jika tidak diikuti oleh beberapa

faktor lain, kemungkinan tidak akan menimbulkan terjadinya perilaku kesehatan.

Partisipasi responden dalam penggunaan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan tidak ada kaitannya dengan penggolongan umur.

Responden berusia diatas 35 tahun dan dibawah atau sama dengan 35 tahun

disana cenderung memiliki perilaku yang sama dalam menggunakan jamban.

Dalam mencari informasi, khususnya masalah kesehatan kurang lebih sama antara

berbagai tingkatan umur. Umur biologis seseorang tidak menjamin seseorang

tersebut dapat memiliki mental yang sesuai dengan umur biologis tersebut.

Karena walaupun memiliki kelompok umur yang sama, belum tentu masyarakat

yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek parombunan memiliki usia mental

yang sama. Usia mental berbeda perkembangannya pada tiap orang. Ada faktor-

faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan usia mental seseorang

seperti kemapuan berfikir dan pola asuh seseorang tersebut.

Disamping itu kemungkinan masyarakat kelurahan Aek Parombunan dan

Aek Muara Pinang sudah memahami bahwaterjadinya penyakit diare disebabkan

perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk tanpa mengenal rentang usia

masyarakat tersebut, seperti perilaku buang air besar sembarangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

94

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Pendidikan) dengan Perilaku

Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Hasil analisis bivariat menggunakan chi square diperoleh p-value (0,0001)

< (0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan

jamban.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Linda Destiya (2015) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan terhadap

perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban di pemukiman Kampung

Nelayan Tambak Lorok Semarang. Linda menyatakan bahwa responden yang

berpendidikan tinggi berpeluang 3,6 kali untuk memanfaatkan jamban daripada

responden yang berpendidikan rendah.

Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pendidikanyang rendah akan

menyebabkan masyarakat susah mencerna pesan atau informasi yang

disampaikan. Sehingga pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam

pengembangan daya nalar serta sarana untuk menerima pengetahuan. Dengan

demikian pendidikan pada dasarnya merupakan usaha dan tindakan yang

bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan manusia.

Kemampuan menerima seseorang akan lebih cepat jika orang tersebut memiliki

latar belakang pendidikan yang cukup.

Sejalan dengan penelitian Erlinawati (2009) menyatakan bahwa

pendidikan ibu memiliki hubungan erat dengan perilaku keluarga terhadap

penggunaan jamban, dimana ibu dengan pendidikan tinggi memiliki peluang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

95

menggunakan jamban 17,4 kali dibandingakan dengan ibu yang berpendidikan

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka

semakin tinggi pula kesadarannya untuk tetap menjaga kebersihan lingkungannya.

Begitu juga dalam jurnal Maria Fransiska (2011) menyatakan bahwa

berdasarkan hasil uji Chai Square, p-value=0,022 <0,05 maka H0 ditolak dan Ha

diterima, dengan dengan tingkat keeratan hubungan r= 0,253 yang menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan

praktek penggunaan jamban.

Masyarakat Aek Parombunan dan Aek Muara Pinang yang berpendidikan

rendah lebih banyak tidak menggunakan jamban dan hanya sedikit kelurga yang

menggunakan jamban, dalam hal ini tingkat pendidikan mempunyai hubungan

bagi seseorang dalam mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pendidikan

yang semakin tinggi akan berdampak pada respon masyarakat kelurahan Aek

Parombunan dan Aek Muara Pinang. Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi

akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap setiap informasi yang

diterimanya dan berpikir untuk mempertimbangkan seberapa besar keuntungan

yang akan diperoleh dari perilaku tidak buang air besar sembarangan.

Perilaku dipengaruhi oleh pendidikan yang ditempuh oleh responden,

semakin tinggi pendidikan yang ditempuh responden maka semakin baik perilaku

dan etika yang diperbuat oleh responden. Hal ini disebabkan dalam dunia

pendidikan responden akan ditempah menjadi individu yang memiliki

pengetahuan, beretika dan berbudi luhur mulai dari cara berpakaian, berbicara dan

berperilaku. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

96

maka responden yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan

memiliki perilaku cenderung melaksanakan penggunaan jamban memenuhi

syarat.

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Pekerjaan) dengan Perilaku

Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Pada hasil analisis bivariat penelitian ini menggunakan chi square

diperoleh p-value (0,311) > (0,05) sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amalinda dkk (2016)

menyatakan bahwa masyarakat yang tidak bekerja mengkondisikan dirinya seperti

merasa tidak perlu berpartisipasi dalam mewujudkan derajat kesehatan. Tetapi

pada penelitian Yanny Dewi (2011) menyatakan bahwa masyarakat dengan status

bekerja mempunyai tindakan yang cenderung sama dengan tindakan masyarakat

yang memiliki status tidak bekerja.

Berdasarkan tabel 18 diketahui sebanyak 6 responden yang bekerja dan

sebanyak 3 responden yang tidak bekerja memiliki perilaku tidak menggunakan

jamban. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki status bekerja di

wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan memiliki tindakan yang cenderung

sama dengan masyarakat dengan status tidak bekerja.Hal ini disebabkan karena

responden yang bekerja ataupun yang tidak bekerja memiliki kesempatan yang

sama untuk menggunakan jamban sesuai dengan kebutuhannya. Pengunaan

jamban tidak dibatasi hanya dengan status bekerjanya setiap orang. Karena setiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

97

orang memiliki kewajiban yang sama untuk menggunakan jamban yang

memenuhi syarat untuk meningkatkan derajat kesehatannya dan penggunaan

jamban adalah kebutuhan mendasar bagi setiap orang tanpa melihat status bekerja.

Dalam menentukan partisipasi seseorang dalam mewujudkan derajat

kesehatan dibutuhkan kesadaran penuh dalam melakukannya. Seseorang harus

tahu, mau, dan mampu agar tercapai perilaku penggunaan jamban yang memenuhi

syarat. Masyarakat yang mengkondisikan dirinya merasa tidak perlu berpartisipasi

dalam menggunakan jamban sehat sebaiknya lebih mendapat dukungan yang lebih

dari pihak Puskesmas Aek Parombunan.

Menurut peneliti bahwa apapun pekerjaan responden, tetap bisa

menggunakan jamban memenuhi syarat.Status bekerja tidak akan menghambat

responden dan tidak mengganggu kondisi responden pada saat menggunakan

jamban memenuhi syarat. Karena memang pada dasarnya seorang akan tetap

membutuhkan jamban memnuhi syarat walaupun tidak semua responden

menggunakan jamban memenuhi syarat.

Hubungan Antara Faktor Karakteristik (Penghasilan) dengan Perilaku

Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Hasil analisis penelitian ini menggunakan chi square diperoleh p-value

(0,0001) < (0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

Pada buku Soekidjo dalam teori L.Green (2007) menyatakan bahwa

pendapatan yang tinggi memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

98

kesehatan yang baik jika dibanding dengan seseorang berpenghasilan rendah yang

cenderung kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan serta pemeliharaan

kesehatan.

Dalam pendapat Soemardji (1999) dalam jurnal Amalinda dkk (2016)

menyatakan bahwa perbedaan tingkat partisipasi responden yang tidak bekerja

mengkondisikan dirinya seperti merasa tidak perlu berpartisipasi. Dalam jurnal

Amalinda dkk (2016) menyatakan bahwa perilaku kurang baik terdapat pada

kepala keluarga yang berpenghasilan <UMR dibandingkan dengan kepala

keluarga yang berpenghasilan ≥ UMR. Kemudian pada penelitian Khairurahmi

dalam Amalinda dkk, menyatakan bahwa dalam pendekatan partispatif melalui

kelompok sasaran diklarifikasi atas dasar karakteristik masig-masing kelompok

masyarakat, salah satunya berdasarkan kelompok ekonomi. Dengan

pengembangan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

program jamban keluarga didukung oleh masyarakat yang mempunyai

penghasilan cukup atau mampu secara ekonomi.

Dalam jurnal Maria Fransiska (2011) menyatakan bahwa adanya

hubungan yang sedang antara tingkat pendapatan masyarakat dengan praktek

penggunaan jamban. Kecenderungan ini disebabkan masyarakat pesisir pantai

Oesapa sebagian besar menggantungkan hidupnya pada hasil laut sehingga

pendapatan yang diperoleh setiap bulannya tidak tetap dan hanya berkisar antara

Rp. 400.000- Rp. 600.000.Jumlah pendapatan yang rendah ini menyebabkan

masyarakat pesisir pantai kurang memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat

termasuk membangun sarana jamban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

99

Sebagian besar pendapatan masyarakat yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan berada diatas UMR kota Sibolga. Hal ini ditetapkan

pemerintah agar masyarakatnya bisa lebih sejahtera dalam kehidupan

ekonominya. Kondisi ekonomi yang mencukupi membuat masyarakat mampu

untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Karena pengetahuan dan sikap saja

tidak cukup untuk meningkatkan derajat kesehatan seseorang tanpa dibarengi

dengan kemampuan secara ekonomi.

Penghasilan yang tinggi memungkinkan keluarga untuk memperoleh hal

yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Demikian

sebaliknya jika penghasilan rendah maka akan ada hambatan dalam pemenuhan

kebutuhan sehari – hari. Dalam membuat sebuah jamban memenuhi syarat

diperlukan biaya yang lumayan besar untuk membangun jamban tersebut. Sebab

sebuah jamban yang memenuhi syarat harus memiliki sebuah penampungan

tinja/kotoran seperti septic tank. Konstruksi sebuah septic tank mempunyai

dinding bata dan diatasnya diberi penutup dengan pelat beton dilengkapi penutup

control dan diberi pipa hawa T sebagai hubungan agar udara ke dalam septic tank.

Oleh karena itu menurut peneliti bahwa penghasilan responden yang

cukup akan memberikan kemudahan bagi responden untuk memenuhi

kebutuhannya yaitu menggunakan jamban memenuhi syarat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

100

Hubungan Antara Faktor Predisposisi (Pengetahuan) dengan Perilaku

Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Hasil analisis bivariat penelitian ini menggunakan chi square, diperoleh p-

value (0,0001) < (0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

Sejalan dengan penelitian Nevdi Chandra (2012) menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui dalam

menggunakan jamban. Jika seorang memiliki pengetahuan yang baik tentang

kegunaan jamban maka tindakan untuk menggunakan jamban akan berjalan

dengan baik. Akan tetapi, apabila seorang tidak memiliki pengetahuan yang baik

tentang arti, manfaat, dan jenis-jenis jamban maka tindakan untuk menggunakan

jamban tidak akan berjalan dengan baik. pengetahuan merupakan unsur

yangmemegang peranan paling penting yang menilai kemampuan seseorangdalam

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari utamanya dalam menerimaberbagai hal

yang diterimanya baik melalui media maupun tatap langsungdengan petugas

kesehatan.

Pada penelitian Linda Destiya (2015) menyatakan bahwa responden

dengan pengetahuan baik akan memeiliki perilaku pemanfaatan jamban 3,9 kali

lebih besar daripada responden yang memiliki pengetahuan buruk.

Menurut Soekidjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah

terjadi pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan seseorang. Apabila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

101

pengetahuan yang terbentuk adalah pengetahuan yang cukup untuk kesehatan

maka hal tersebut akan tercermin pada perilaku masyarakatnya.

Dalam Erlinawati (2009) menyatakan bahwa variabel pengetahuan ibu

tentang jamban merupakanvariabel confounder terhadap hubungan pendidikanibu

dengan perilaku keluarga terhadap penggunaanjamban. Kondisi ini dapat

dijelaskan bahwa ibuyang mempunyai pengetahuan tinggi tentang jamban

padaumumnya adalah ibu berpendidikan tinggi. Hal ini kemungkinandisebabkan

karena ibu yang berpendidikantinggi lebih mudah memahami (comprehension)

danmampu menginterpretasikan secara benar objek yang diketahuiyang diikuti

dengan proses aplikasi (application)dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, semakin

tinggi pendidikanibu maka semakin tinggi pula pengetahuannyayang dapat

mempengaruhi perilaku keluarga terhadappenggunaan jamban.

Dalam penelitian Indra Agusamad (2017) Pengetahuan kepala keluarga

juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih

dan sehat. Pengetahuan kepala keluarga yang kurang akan mempengaruhi

keluarga dalam memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian

menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Asumsi peneliti bahwa

pemanfaatan jamban di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk

menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk

hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan

agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan

mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-

masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

102

ada.Begitu juga pada penelitian Yanny Dewi (2012) yang menyatakan bahwa Hal

ini berarti semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya pun akan

semakin baik pula. Pengetahuan masyarakat tentang perilaku BAB perlu

ditingkatkan antara lain melalui kegiatan penyuluhan/pendidikan oleh petugas

kesehatan, kader, tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta melalui media

promosi kesehatan yakni leaflet, booklet, poster dan sebagainya.

Menurut peneliti, pengetahuan masyarakat kelurahan Aek Parombunan

dan Aek Muara Pinang mempengaruhi dalam memutuskan tindakan mana yang

akan mereka lakukan. Jika seseorang yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Aek parombunan memiliki pengetahuan yang baik tentang arti, kegunaan, manfaat

dan jenis-jenis jamban, maka tindakan untuk menggunakan jamban yang

memenuhi syarat akan berjalan dengan baik, begitu juga sebaliknya. karena pada

dasarnya penggunaan jamban memenuhi syarat tidak akan terlaksana tanpa

pengetahuan dan informasi yang diterima oleh responden.

Hubungan Antara Faktor Predisposisi (Sikap) dengan Perilaku Masyarakat

dalam Penggunaan Jamban

Hasil analisis bivariat penelitian ini menggunakan chi square, diperoleh p-

value (0,0001) < (0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Amalinda dkk (2016) yang menyatakan

bahwa sikap berkaitan erat dengan pengetahuan. Jika seseorang memiliki

pengetahuan yangbaik tentang sesuatu maka sikap yang dimilikinya pun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

103

cenderung positif. Dalam penelitiannya diketahui nilai p sebesar 0,019 yang

menunjukkanada hubungan antara sikap denganperilaku buang air besar di

jamban. Dapatdiketahui bahwa responden yang memilikiperilaku kurang baik

lebih banyak terdapatpada kepala keluarga dengan sikap yangtidak mendukung

terhadap buang air besardi jamban (51,9) dibandingkan pada kepalakeluarga

dengan sikap yang mendukungterhadap buang air besar di jamban

(24,7).Sebaliknya kepala keluarga yangberperilaku baik lebih banyak

terdapatpada kepala keluarga dengan sikap yangmendukung terhadap buang air

besar dijamban (75,3) dibandingkan pada kepalakeluarga dengan sikap yang

tidakmendukung tehadap buang air besar dijamban (48,1).Sikap belum

merupakansuatu tindakan atau aktifitas, akan tetapimerupakan predisposisi

tindakan atauperilaku (Notoatmodjo).

Dalam Yenny Dewi (2012) menyatakan bahwa sikap yang kurang baik

dari masyarakat tentang perilaku BAB ini juga dapat disebabkan oleh karena

kurangnya pengetahuan dan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

mayarakat di Desa Sibuntuon Partur. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi

dan membantu meningkatkan keadaan dan kondisi sikap masyarakat tentang

perilaku BAB adalah melaksanakan sosialisasi tentang perilaku BAB yang

dilakukan oleh semua pihak yang terkait.

Dalam penelitian Indra Agusamad (2017) menyatakan bahwa perilaku

buang air besar (BAB) di sembarang tempat dan cenderung tidak memanfaatkan

jamban tersebut merupakan salah satu kebiasaan yang dimiliki individu akibat

dari meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Menurut Andreas (2014), peran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

104

yang paling dominan dalam sebuah keluarga adalah kepala keluarga. Kepala

keluarga memiliki peran dalam sebuah keluarga dan masyarakat, karena dianggap

dapat mempengaruhi individu dalam sebuah keluarga yang bermasalah, selain itu

kepala keluarga merupakan angota dari kelompok sosialnya dan anggota

masyarakat dari lingkungannya yang diakui keberadaannya.

Menurut Green dan Marshall (1991) dalam penelitian Saut Simatupang

(2013) sikap merupakan presdisposing factor yaitu mempermudah perubahan

perilaku dan menurut Budiono sikap merupakan tanggapan diri sendiri dari hasil

rangsangan orang lain yang menyaakan tepat atau tidak tepat, dimana yang

bersifat lebih baik, yaitu tepat atau setuju akan lebih mudah untuk merubah

perilaku untuk menggunakan jamban keluarga, sehingga responden yang

mempunyai sikap lebih tepat akan mempunyai kemungkinan yang lebih banyak

untuk menggunakan jamban keluarga dari pada responden yang bersikap kurang

tepat.Menurut Sunaryo (2004) dalam penelitian Saut Simatupang (2013) Sikap

tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman

individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Manusia sebagai makhluk

sosial, pembentukan sikap tidak terlepas dari pengaruh interaksi manusia satu

dengan yang lainnya (eksternal). Manusia juga sebagai makhluk individual

sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal), juga akan mempengaruhi

pembentukan sikap.

Menurut peneliti tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini

terhadap penggunaan jamban mayoritas tinggi, hal ini mempengaruhi sikap

responden dalam penggunaan jamban dengan baik. Masyarakat kelurahan Aek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

105

Parombunan dan Aek Muara Pinang yang mempunyai sikap lebih baik akan

mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk menggunakan jamban yang

memenuhi syarat. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sikap yang baik

masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan akan

berpengaruh terhadap terjadinya peran masyarakat tersebut dalam menunjang

keberhasilan sebuah program kesehatan. karena pada dasarnya penggunaan

jamban memenuhi syarat tidak akan terlaksana tanpa pengetahuan dan informasi

yang diterima oleh responden. Kemudian sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi

dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman seseorang sepanjang

perkembangan selama hidupnya.Bila seseorang mempunyai sikap

mendukung/setujuterhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap

objek tersebut.Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap

berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap penggunaan jamban.

Hubungan Antara Faktor Pendukung (Kepemilikan Jamban) dengan

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Hasil analisis bivariat peneltiian ini menggunakan chi square, diperoleh p-

value (0,0001) < (0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kepemilikan jamban dengan perilaku masyarakat

dalam penggunaan jamban.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Linda Destiya (2015) bahwa ada

hubungan antara kepemilikan jamban dengan perilaku Kepala Keluarga dalam

Pemanfaatan Jamban. Kemudian responden yang memiliki jamban akan memiliki

perilaku memanfaatkan jamban sebesar 5,6 kali dibanding dengan responden yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

106

tidak memiliki jamban. Linda mengindikasikan bahwa perlu adanya upaya

pemberian informasi tentang jamban yang memenuhi syarat kesehatan serta

ajakan untuk menggunakan dan pemanfaatan jamban sehingga masyarakat

Tambak Lorok yang tidak memanfaatkan jamban sebagai tempat untuk

membuang kotoran menjadi tertarik untuk ikut berperan aktif dalam pemanfaatan

jamban.

Menurut peneliti, kepemilikan jamban sangat berhubungan dengan

perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban. Karena pada dasarnya setiap

orang akan membutuhkan jamban sebagai tempat setiap kali melakukan buang air

besar. Kemudian kebutuhan akan jamban yang memenuhi syarat sangat penting,

hal ini dikarenakan penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat walaupun

memiliki jamban akan berdampak kepada kesehatan lingkungan dan kesehatan

dari keluarga yang tinggal disekitar tempat pembuangan kotoran tersebut. Jamban

yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan penularan penyakit seperti diare,

cholera, tifus dan lainnya. Misalnya kasus diare yang menjadi penyakit kedelapan

dengan kasus terbanyak di Puskesmas Aek Parombunan pada tahun 2016.

Kepemilikan jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan

sebagian besar saluran pembuangan kotoran warganya langsung ke sungai

ataupun ke parit walaupun mereka menggunakan jamban leher angsa. Kemudian

sebagian masyarakat yang rumahnya adalah rumah sewa, merasa kurang peduli

akan pentingnya memiliki jamban sehat, dikarenakan rumah yang mereka tempati

tersebut adalah bukan milik mereka sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

107

Hubungan Antara Faktor Pendorong (Dukungan Petugas Kesehatan)

dengan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Hasil analisis bivariat penelitian ini menggunakan uji chi square, diperoleh

p-value (0,0001) < (0,05) sehingga Ho ditolak,maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku

masyarakat dalam penggunaan jamban.

Sejalan dengan penelitian Erlinawati (2009) menyatakan bahwa keluarga

yangmendapatpembinaan penggunaan jamban oleh petugas puskesmasmempunyai

peluang untuk menggunakan jamban 4,5 kalidibandingkan dengan keluarga yang

tidak mendapatpembinaan.

Pada penelitian Andrias (2014) menyatakan bahwa faktor yang

menentukan terjadinya perubahan perilaku adalah factor reinforcing atau factor

penguat. Dimana yang termasuk dalam faktor tersebut salah satunya adalah

dukungan tenaga kesehatan. Dukungan tenaga kesehatan dalam melakukan suatu

tindakan akan memperkuat terjadinya seseorang untuk melakukan sebagaimana

yang diinginkan oleh petugas kesehatan. Terjadinya perubahan perilaku tersebut

juga bisa terjadi karena adanyadukungan masyarakat, dukungan praktisi promosi

kesehatan dan pendidik kesehatan (Green).

Menurut peneliti, petugas kesehatan merupakan orangyang sangat

berpengaruh dalam pembentukan persepsi seseorang. Petugas kesehatan dapat

membentuk persepsi seseorang dalam hal ini membentuk persepsi kepala keluarga

tentang penggunaan jamban menuju perdepsi yang positif lewat pendidikan

kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

108

Hal ini menunjukkan bahwa petugas kesehatan Puskesmas Aek

Parombunan memiliki peran penting dalam mengubah pengetahuan, sikap dan

perilaku dari masyarakat terkait dengan penggunaan jamban sehat yang memenuhi

syarat. Kemudian petugas kesehatan adalah sebagai ujung tombak dalam

mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat. Dalam hal ini

diharapkan pihak petugas kesehatan seharusnya lebih menjangkau lagi masyarakat

agar dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka, khususnya dalam hal

penggunaan jamban sehat memenuhi syarat.

Berdasarkan informasi dari petugas kesehatan di Puskesmas Aek

Parombunan, program kesehatan yang telah dilaksanakan adalah pendataan rumah

dan kepemilikan jamban. Petugas kesehatan menyatakan sudah memberikan

penyuluhan, serta informasi terkait penggunaan jamban pada saat pendataan

rumah. Namun kegiatan ini tidak berlangsung secara terus menerus akibat dari

keterbatasan kemampuan petugas kesehatan serta luasnya jangkauan rumah

penduduk yang akan di data oleh petugas kesehatan. Pada Puskesmas Aek

Parombunan hanya terdapat 1 petugas kesling (kesehatan lingkungan) sebagai

petugas lapangan yang akan mendata setiap kondisi terkait kepemilikan jamban di

wilayah kerja Puskesmas tersebut. Sehingga petugas kesehatan lingkungan

membentuk kader kesehatan di tiap wilayah lingkungan di kelurahan Aek

Parombunan dan Aek Muara Pinang, yang diharapkan kader-kader kesehatan

tersebut akan mampu mengajak dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

109

Begitu juga sebaiknnya petugas kesehatan lebih bekerja sama dengan

melibatkan aparat kelurahan yang terkait serta tokoh masyarakat yang tinggal di

lingkungan masing-masing dan keterlibatan tokoh agama sebagai tokoh yang

akan di ikuti perkataan nya oleh masyarakat dengan cara menjaga kebersihan

lingkungan adalah sebagian dari iman. Selain program program diatas , petugas

kesehatan berupaya meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang lingkungan

khusunya tentang pentingnya kepemilikan jamban bagi setiap masyarakat. Akan

tetapi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kepemilikan

jamban harus disesuaikan dengan pentingnya syarat syarat agar sebuah jamban itu

dapat dikategorikan memenuhi syarat.

Hubungan Antara Faktor Pendorong (Dukungan Aparat Kelurahan, Tokoh

Masyarakat dan Tokoh Agama) dengan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Hasil analisisbivariat penelitian ini menggunakan chi square, diperoleh p-

value (0,017)< (0,05) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara dukungan aparat kelurahan, tokoh masyarakat,

dan tokoh agama dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban.

Penilitian ini sejalan dengan Soekidjo (2007) dalam penelitian Linda

Destiya (2015) yang mengungkapkan bahwa perilaku kesehatan bertitik tolak

pada ada atau tidaknya dukungan sosial dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan

dan ada tidaknya informasi kesehatan. Artinya masyarakat yang mendapat

dukungan dari tokoh masyarakat berpeluang untuk memiliki perilaku kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

110

yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapat dukungan

dari tokoh masyarakat dan petugas.

Sejalan dengan pendapat Amalinda dkk (2016) yang menyatakan okoh

masyarakat adalahseseorang yang berpengaruh danditokohkan oleh

lingkungannya.Penokohantersebut karena pengaruh posisi,kedudukan,

kemampuan, dankepiawaiannya. Oleh karena itu, segalatindakan, ucapan, dan

perbuatannya akandiikuti oleh masyarakat di sekitarnya.

Pada penelitian Andrias (2014) mengemukakan bahwa faktor penting

dalam proses penerimaan masyarakat terhadap unsur baru adalah prestise

innovator, atau perubahan yang dianjurkan oleh atau didukung oleh pimpinan

politik atau pimpinan agama yang disegani lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Atas dasar hal tersebut maka cara pemberdayaan masyarakat yang digerakan oleh

tokoh –tokoh masyarakat, tokoh agama dan didukung oleh kebijakan politis dari

unsur pimpinan mulai dari tingkat Desa sampai Kabupaten dalam bentuk Surat

Keputusan maupun Peraturan Daerah tentang upaya peningkatan kualitas

lingkungan hidup khususnya dalam penggunaan jamban keluarga dipandang

sangat relvan untuk direkomendasikan. Mengingat tokoh masyarakat dan tokoh

agama di Desa sebagai factor pendorong terjadinya perubahan perilaku

masyarakat dalam menggunakan jamban, maka inilah salah satu potensi yang

harus diintervensi oleh pengelola program untuk ikut memberdayakan masyarakat

dalam menggunakan jamban. Peran serta masyarakat/tokoh agama dalam proses

pembangunan khususnya dalam membentuk perilaku penggunaan jamban dapat

dibuat model sebagai “sharing of power” atau kesediaan masyarakat untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

111

berbagi kekuasaan. Peran serta pada hakekatnya mulai dari tahap awal mengetahui

adanya masalah perilaku masyarakat dalam menggunakan jamban baik pada

dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Tetapi dapat pula mulai menaruh

perhatian pada kegiatan kegiatan yang telah ada, misalnya mulai memanfaatkan

sarana pelayanan kesehatan yang telah disediakan dalam bentuk menggunakan

dan memelihara bahkan sampai pada tahap pengembangan terhadap sarana

jamban yang telah dibangun oleh pemerintah.

Keterlibatan para aparat kelurahan dinilai sangat penting oleh masyarakat

Aek Parombunan dan Aek Muara Pinang. Maka dari itu diperlukan adanya

pendekatan dari aparat kelurahan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama, salah satu

contohnya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Dalam membangun

kesehatan di wilayah kelurahan, sangat diperlukan adanya dukungan dari aparat

kelurahan tokoh masyarakat, dan tokoh agama dikarenakan segala tindakan dan

ucapannya akan mendapat perhatian lebih dan diikuti oleh masyarakatnya.

Keterlibatan aparat kelurahan dapat dikatakan cukup baik dengan

mendukung program kepemilikan jamban yang dimana bagi setiap masyarakat

yang belum memilki jamban maka akan segala sesuatu yang terkait pengurusan

administrasi pada bagian kelurahan maka tidak akan dilakukan. Begitu juga pihak

aparat kelurahan sebaiknya lebih berkoordinir dengan pihak Puskesmas Aek

Parombunan yang dimana dalam menunjang keberhasilan program kepemilikan

jamban ini diperlukan bantuan dari setiap kepala lingkungan bekerjasama

menjangkau masyarakat yang belum terdata memiliki jamban serta pemberian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

112

bantuan-bantuan terkait pembangunan jamban baik itu jamban leher angsa

menggunakan septic tank ataupun jamban komunal.

Sejauh ini kepemilikan jamban yang memenuhi syarat masih rendah

dikalangan masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek

Parombunan. Hal ini sesuai dengan data profil Puskesmas tahun 2016 yang

menyatakan bahwa kasus diare termasuk 10 penyakit terbesar pada urutan

kedelapan (8) yang berada di Puskesmas Aek Parombunan. Dari data tersebut

disimpulkan bahwa dampak dari tidak menggunakan jamban yang memenuhi

syarat akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan didaerah tersebut, seperti

pencemaran air dan pencemaran tanah. Dampak dari pencemaran tersebut akan

menimbulkan penularan penyakit seperti kolera, diare, disentri dan tifus (demam

tifoid). Maka dari hal tersebut sangat dibutuhkan kerjasama yang lebih lagi antara

petugas kesehatan sebagai ujung tombak peningkatan derajat kesehatan

masyarakat dan aparat kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama sebagai

pendorong terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan.

Tokoh masyarakat sebagai seseorang yang tingkah lakunya akan

mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat sebaiknya mampu bekerjasama

dengan dengan pihak Puskesmas dengan cara memberikan pembinaan bagi

masyarakat di lingkungannya untuk mengunakan jamban yang memenuhi syarat.

Begitu juga dengan tokoh agama yang berperan sebagai seseorang yang

ucapannya akan menjadi panutan bagi masyarakat yang mendengarkannya,

sebaiknya memberikan pemahaman di setiap ceramah dan khotbahnya kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

113

masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan bahwa

kesehatan lingkungan itu adalah tanggung jawab sebagai orang yang beriman.

Karena pada dasarnya kebersihan lingkungan adalah sebagian dari iman dan

dampak dari kebersihan lingkungan akan berpengaruh terhaadap kesehatan

jasmani dan rohani seseorang. Karena pada lingkungan yang bersih akan terdapat

tubuh yang kuat serta jiwa yang sehat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

114

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan

tentangfaktor-faktor yang berhubungan terhadap perilaku masyarakat dalam

penggunaan jamban di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor karakteristik yang menunjukkan adanya hubungan yang siginifikan

dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga adalah pendidikan (p-value =

0,001), dan penghasilan (p-value = 0,001). Sedangkan faktor karakteristik

yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dengan

perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga adalah umur (p-value = 0,982),

dan pekerjaan (p-value = 0,311).

2. Faktor predisposisi yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolgaadalah pengetahuan (p-value =

0,001), dan sikap (p-value = 0,001).

3. Faktor pendukung yang menunjukkan adanya hubungan yang siginifikan

dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga adalah kepemilikan jamban (p-

value = 0,001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

115

4. Faktor pendorong menunjukkan adanya hubungan yang siginifikan

dengan perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban di wilayah kerja

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolgaadalah dukungan petugas

kesehatan (p-value = 0,001), dan dukungan aparatkelurahan, tokoh

masyarakat, tokoh agama (p-value = 0,017).

Saran

1. Kepadapetugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Aek Parombunan

Kota Sibolga diharapkan lebih meningkatkan peran dan kerja samanya

dalam mendorong masyarakat serta melibatkan pihak-pihak yang dianggap

mampu untuk membantupeningkatan program kesehatan terkait

penggunaan jamban yang memenuhi syarat.

2. Kepada aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan

lebih meningkatkan perannyasebagai panutan dalam mendorong dan

berpartisipasi pada masyarakat untuk membantupeningkatan program

kesehatan terkait penggunaan jamban yang memenuhi syarat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

116

Daftar Pustaka

Agusamad, I. (2017). Perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban di

Desa Meudang Ara Kecamatan Darul Ikshan Kabupaten Aceh Timur.

(Skripsi). Fakultas Keperawatan. STIKes Bina Nusantara, Aceh.

Amalinda, dkk. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan buang air besar

sembaranagan di Desa Gunung Sari kecamatan Pulosari Kabupaten

Pemalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1), 1-5. http://e-journal-

s1.undip.ac.id/index.php/jkm.

Andrias, H. (2014). Perilaku kepala keluarga dalam menggunakan jamban di Desa

Tawiri Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia, 9(2), 1-8.http://e-journal-

undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/12737.

Arikunto, S. (2012). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Chandra, N. D. D. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

masyarakat tentang penggunaan jamban di Desa Madelamo Kecamatan

Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango (Skripsi). Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Dedi, A & Ratna, M. (2013). Pilar dasar ilmu kesehatan masyarakat. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Dinas Kesehatan Kota Sibolga. (2016). Profil pengendalian penyakit dan

penyehatan lingkungan tahun 2016. Sibolga: Anonim

Dinas Kesehatan Kota Sibolga. (2016). Profil kesehatan Kota Sibolga tahun 2016.

Sibolga: Anonim.

Dwi. (2016 Mei). Pengertian masyarakat secara umum. Diakses pada 27 April

2018 dari http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-

masyarakat-secara umum.html?m=1.

Green, dkk. (1980). Health education planning a diagnostic approach. California:

Mayfield Publishing Company.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

117

Hamzah, B. (2012). Gambaran pemanfaatan sarana air bersih dan jamban

keluarga yang dilakukan melalui proyek PAB-PLP (Skripsi). Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

KBBI. (2010, Juli) Kamus besar bahasa Indonesia. Diakses pada 22 April 2018

dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penggunaan.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Peraturan menteri kesehatan republik

Indonesia No 3 tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat.

Jakarta: Anonim.

Kementerian Kesehatan RI.(2016). Profil kesehatan Indonesia 2016. Jakarta:

Anonim.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Peraturan menteri kesehatan republik

Indonesia No 39 tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program

kesehatan Indonesia sehat. Jakarta: Anonim.

Kementerian Kesehatan RI.(2009). Profil kesehatan Indonesia 2009. Jakarta:

Anonim.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2003). Undang-undang

kementerian pendidikan dan kebudayaan No 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional. Jakarta: Anonim.

Linda,D. (2015). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kepala

keluarga dalam pemanfaatan jamban di pemukiman Kampung Nelayan

Tambak Lorok Semarang (Skripsi). Fakultas Keolahragaan, Universitas

Negeri Semarang, Semarang.

Nevdi, C. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang

penggunaan jamban di Desa Modelomo Kecamatan Tilang Kabila

Kabupaten Bone Bolango tahun 2012 (Skripsi). Fakultas Ilmu – Ilmu

Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Mubarak, W.I & Chayatin, N. (2010). Ilmu kesehatan masyarakat: Teori dan

aplikasinya. Jakarta: Salemba Medika.

Maria, F. dkk (2011). hubungan antara faktor predisposisi dan faktor pemungkin

dengan praktek penggunaan jamban pada masyarakat pesisir pantai

Kelurahan Oesapa. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6(1), 1-12

https://mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

118

Pane, E. (2009). Pengaruh perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. 3(5), 1-8.

https://journal.fkm.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/215.

Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga. (2017). Profil Puskesmas Aek

Parombunan tahun 2017. Sibolga : Anonim.

Simatupang, S (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertisipasi

masyarakat dalam pengadaan jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah

Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang (Skripsi). Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sugiyono. (2003). Metode penelitian bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sutedjo. (2003). Analisis perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban

keluarga pada dua desa di Kabupaten Rembang (Tesis). Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.

Soekidjo,N. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, E. (2008), Faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi keluarga dalam

penggunaan jamban di Kota Kabanjahe tahun 2007 (Tesis). Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wikipedia Bahasa Indonesia (2012, Mei). Tinja. Diakses pada 30 April 2018 dari

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tinja.

Yanny. 2012. Pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong terhadap

perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta

Kabupaten Humbahas tahun 2011(Skripsi). Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

119

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN JAMBAN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS AEK PAROMBUNAN KOTA SIBOLGA

I. Keterangan Wawancara

a. No Urut Responden :

II. Identitas Responden

a. Nama :

b. Umur :

III. Pendidikan Terakhir :

a) Tidak Tamat SD/ Tidak Sekolah b.) Tamat SD c.) Tamat SMP

d.) Tamat SMA/SMK e.) Tamat Perguruan Tinggi

IV. Pekerjaan :

a.) Bekerja, ............................. b.) Tidak bekerja / Pengangguran

V. Penghasilan rata-rata tiap bulan :

Rp...............................

VI. Pengetahuan

1. Sebaiknya, ventilasi/lubang angin pada bangunan jamban ?

a. Ditutup rapat c. Dibuka sesuai ukuran 10% dari lantai

b. Dibuka sedikit d. Dibuka selebar-lebarnya

2. Setelah buang ai besar pada jamban, sebaiknya kotoran disiram ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

120

a. Tidak usah disiram c. Disiram sedikit, masih tercium bau

b. Disiram hingga tidak tercium bau d. Ditutup menggunakan pasir

3. Syarat-syarat dari jamban sehat ?

a. Tidak berbau, tersedia air, ventilasi, dinding dan atap pelindung, dan lantai

kedap air.

b. Jarak septic tank dari sumber air < 10 m

c. Saluran pembuangan tinja/kotoran harus terbuka

d. Pembuangan tinja/kotoran langsung ke laut

4. Jika anda mempunyai jamban cemplung, sebaiknya lubang tempat masuknya

tinja/kotoran ?

a. Dibiarkan terbuka

b. Didekatkan dengan sumber air

c. Dibiarkan terbuka asal disiram setiap saat

d. Ditutup rapat setiap setelah menggunakan jamban

5. Setelah selesai menggunakan jamban sebaiknya tangan dicuci pakai ?

a. Dicuci didalam gayung (air tidak mengalir)

b. Dicuci didalam bak mandi dan disabun

c. Dicuci dengan gayung, menggunakan air mengalir tanpa sabun

d. Dicuci dengan gayung, menggunakan air mengalir menggunakan sabun

6. Jika anda mempunyai septic tank, sebaiknya jarak septic tank yang dianjurkan

dengan sumber air adalah minimal berapa meter ?

a. (Kurang dari) < 10 m

b. (Lebih dari) > 10 m

c. (Kurang dari) < 3 m

d. Minimal 5 m

7. Jenis jenis jamban yang sehat/memenuhi syarat ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

121

a. jamban cemplung tertutup, jamban leher angsa, jamban komunal

b. jamban cemplung terbuka

c. jamban plengsengan terbuka

d. jamban yang tidak memiliki saluran pembuangan

8. Dampak dari tidak menggunakan jamban sebagai sarana untuk membuang

tinja/kotoran ?

a. Lingkungan jadi bersih dan sehat

b. Menyebabkan banjir

c. Air parit menjadi hitam

d. Keluarga menjadi mudah terkena penyakit yang ditularkan melalui vektor

9. Sebaiknya membersihkan jamban adalah ?

a. Minimal 1 kali dalam sebulan

b. Minimal 2-3 kali dalam seminggu

c. Maksimal 1 kali dalam 3 minggu

d. Kapan ada waktu saja

10. Tujuan utama dari penggunaan jamban adalah ?

a. Agar tidak jauh ke semak-semak untuk buang air besar

b. Memutus siklus penyebaran penyakit yang disebabkan dari perlaku buang

air besar sembarangan

c. Agar tidak diperingati pihak Puskesmas/petugas kesehatan

d. Agar menghilangkan bau jika buang air besar di semak-semak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

122

VII. Sikap

No Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

1 Setiap rumah tangga wajib memiliki jamban.

2 Kebersihan jamban bukan tanggung jawab semua

anggota keluarga.

3 Menegur dan menasehati anggota keluarga jika masih

buang air besar di sembarang tempat.

4 Membiarkan dan tak perduli jika tetangga anda belum

mau menggunakan jamban sebagai sarana untuk buang

air besar.

5 Tidak buang air besar di sungai, walaupun kesulitan air

bersih / sedang dalam musim kemarau.

6 Perilaku buang air besar sembarangan tidak akan

berdampak buruk pada kondisi kesehatan keluarga.

7 Ketika sedang berada di luar rumah walau dalam

kondisi tersesak, tidak akan melakukan aktifitas buang

air besar di laut/sungai/semak-semak dan lebih

memilih untuk pergi ke pemberhentian umum yang

memiliki WC seperti, SPBU.

8 Merasa tidak ikut berpartisipasi jika ada petugas

kesehatan yang sedang memberikan penyuluhan dan

dorongan tentang penggunaan jamban.

9 Berpartisipasi dan saling gotong royong dengan

tetangga untuk membangun jamban umum yang

digunakan bersama jika sama-sama tidak memiliki

jamban.

10 Tidak memelihara bangunan jamban yang sudah

tersedia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

123

VIII. Kepimilikan Jamban :

Apakah Bapak/Ibu Memiliki Jamban ?

- Ya,……….

- Tidak

Jenis Jamban Jamban

Komunal

Jamban

Leher Angsa

Jamban

Cemplung

Jenis jamban

yang digunakan

oleh keluarga

Bapak/Ibu

IX. Dukungan Petugas Kesehatan

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah petugas kesehatan pernah melakukan

penyuluhan mengenai pemanfaatan jamban ?

2 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan

mengenai penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari

perilaku penggunaan jamban yang tidak sehat/tidak

memenuhi syarat ?

X. Dukungan Aparat kelurahan, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

No. Pertanyaan Aparat

Keluraha

n

Tokoh

Masy.

Tokoh

Agama

Y T Y T Y T

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

124

1 Pernahkah aparat kelurahan

(Lurah/Kepling), tokoh masyarakat dan

tokoh agama ikut berperan dalam

penyuluhan mengenai penggunaan

jamban ?

2 Apakah aparat kelurahan

(Lurah/Kepling), tokoh masyarakat dan

tokoh agama berkoordinasi dengan tiap

kepala keluarga untuk mau

berpartisipasi menggunakan jamban ?

XI. Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

No Pertanyaan Menggunakan Tidak

Menggunakan

Memenuhi

Syarat

Tidak

Memenuhi

Syarat

1 Apakah Bapak/Ibu

menggunakan jamban

sebagai sarana untuk setiap

kali buang air besar ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

125

Lembar Observasi :

Tanggal Observasi :

Jenis jamban yang digunakan :

Jamban Cemplung Jamban Leher Angsa Jamban Komunal

No. Syarat Jamban

Sehat/Memenuhi Syarat

Ya Tidak

1 Letak lubang penampung berjarak

lebih dari 10 meter dari sumber

air minum dan tidak mencemari

sumber air minum.

2 Tidak berbau & tinja tidak dapat

dijamah oleh serangga maupun

tikus.

3 Cukup luas dan landai/miring ke

arah lubang jongkok sehingga

tidak mencemari tanah di

sekitarnya.

4 Mudah dibersihkan dan aman

penggunaannya (bahan kuat).

5 Dilengkapi dinding dan atap

pelindung, dinding kedap air.

6 Cukup penerangan

7 Lantai kedap air

8 Ventilasi cukup baik

9 Tersedia air dan alat pembersih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 145: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

126

Lampiran 2. Master Data

No Kode responden

Perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban

Umur Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

pengetahuan

sikap Kepemilikan jamban

Dukungan petugas kesehatan

Dukungan aparat kelurahan toga toma

1 R-1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2

2 R-2 3 1 2 1 1 2 1 1 1 2

3 R-3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2

4 R-4 3 1 3 1 1 3 2 1 2 2

5 R-5 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1

6 R-6 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2

7 R-7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2

8 R-8 1 2 3 1 2 3 3 2 1 1

9 R-9 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1

10 R-10 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2

11 R-11 2 2 2 1 1 3 2 1 2 2

12 R-12 3 2 2 1 2 3 2 1 2 2

13 R-13 3 1 2 1 1 1 2 1 1 2

14 R-14 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

15 R-15 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2

16 R-16 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1

17 R-17 3 2 1 1 2 3 2 1 2 2

18 R-18 3 1 3 2 2 3 3 1 2 2

19 R-19 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1

20 R-20 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2

21 R-21 3 1 3 1 2 3 2 1 2 2

22 R-22 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1

23 R-23 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1

24 R-24 1 2 3 1 2 3 3 2 2 2

25 R-25 1 1 3 1 2 3 2 2 2 2

26 R-26 3 2 2 2 2 2 3 1 2 1

27 R-27 3 2 3 1 2 2 2 1 1 1

28 R-28 1 2 3 1 2 3 2 2 2 2

29 R-29 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1

30 R-30 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1

31 R-31 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1

32 R-32 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1

33 R-33 3 1 2 2 2 3 2 1 2 1

34 R-34 3 2 3 1 2 2 2 1 1 1

35 R-35 3 1 3 1 2 2 3 1 2 2

36 R-36 3 1 3 1 2 3 3 1 2 1

37 R-37 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2

38 R-38 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2

39 R-39 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1

40 R-40 3 1 3 1 2 2 3 1 2 2

41 R-41 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1

42 R-42 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2

43 R-43 3 2 3 1 1 1 2 1 2 2

44 R-44 3 1 3 2 2 2 2 1 1 1

45 R-45 3 1 3 2 2 3 3 1 2 2

46 R-46 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2

47 R-47 3 1 3 1 1 2 3 1 1 2

48 R-48 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1

49 R-49 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1

50 R-50 3 1 3 2 2 3 2 1 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 146: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

127

51 R-51 3 1 3 1 2 1 1 1 1 2

52 R-52 2 1 3 2 2 1 1 1 1 2

53 R-53 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2

54 R-54 1 1 3 1 2 3 3 2 2 2

55 R-55 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1

56 R-56 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2

57 R-57 1 1 3 1 2 3 2 2 2 2

58 R-58 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2

59 R-59 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1

60 R-60 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1

61 R-61 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1

62 R-62 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2

63 R-63 3 2 3 1 2 3 2 1 2 1

64 R-64 3 1 2 1 1 1 1 1 2 2

65 R-65 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

66 R-66 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1

67 R-67 3 1 3 2 2 2 3 1 2 1

68 R-68 3 2 3 1 2 3 2 1 1 2

69 R-69 3 1 3 1 2 3 3 1 1 1

70 R-70 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1

71 R-71 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1

72 R-72 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2

73 R-73 3 1 2 1 1 1 2 1 2 1

74 R-74 3 2 2 1 2 2 3 1 1 2

75 R-75 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

76 R-76 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1

77 R-77 3 1 3 1 2 1 2 1 2 1

78 R-78 3 1 3 2 2 2 2 1 1 2

79 R-79 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2

80 R-80 3 1 2 1 1 1 2 1 2 1

81 R-81 3 1 3 1 1 2 3 1 2 2

82 R-82 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

83 R-83 3 1 2 1 2 2 3 1 1 1

84 R-84 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1

85 R-85 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2

No Kode responden

Perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban

Umur Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

pengetahuan

sikap Kepemilikan jamban

Dukungan petugas kesehatan

Dukungan aparat kelurahan toga toma

1 R-1 3 33 th SMA Bekerja >UMR Sedang Sedang Ada Mendukung T. Mendkn

2 R-2 3 40 th SMA Bekerja >UMR Sedang Baik Ada Mendukung T. Mend

3 R-3 2 35 th S1 Bekerja >UMR Tinggi sedang Ada Mendukung T. Mend

4 R-4 3 49 th SMP Bekerja >UMR buruk sedang Ada T.mend T.Mend

5 R-5 2 56 th S2 Bekerja >UMR Sedang Baik Ada Mendukung Mendukung

6 R-6 3 28 th SMA Bekerja <UMR Sedang buruk Ada T.Mend T.Mend

7 R-7 2 42 th S1 Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung T.Mend

8 R-8 1 30 th SMP Bekerja <UMR buruk buruk Tdk Ada Mendukung Mendukung

9 R-9 2 60 th SMA Bekerja >UMR Sedang Sedang Ada Mendukung Mendukung

10 R-10 2 53 th SMA Bekerja >UMR Sedang Baik Ada Mendukung T.Mend

11 R-11 2 35 th SMA Bekerja >UMR Buruk Sedang Ada T.mend T.Mend

12 R-12 3 32 th SMA Bekerja <UMR Buruk Sedang Ada T.Mend T.Mend

13 R-13 3 55 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung T.Mend

14 R-14 2 36 th S1 Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

15 R-15 2 31 th D3 Bekerja <UMR Sedang Baik Ada Mendukung T. Mend

16 R-16 3 42 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung Mendukung

17 R-17 3 29 th D3 Bekerja <UMR Buruk Sedang Ada T.Mend T.Mend

18 R-18 3 50 th SMP Tdk Bekerja

<UMR Buruk Buruk Ada T.Mend T.Mend

19 R-19 2 31 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 147: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

128

20 R-20 2 43 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung T.Mend

21 R-21 3 55 th SMP Bekerja <UMR Buruk Sedang Ada T.Mend T.Mend

22 R-22 2 68 th SMA Tdk Bekerja

<UMR Sedang Sedang Ada Mendukung Mendukung

23 R-23 2 54 th SMA Bekerja >UMR Sedang Baik Ada Mendukung Mendukung

24 R-24 1 37 th SMP Bekerja <UMR Buruk Buruk Tdk Ada T.Mend T.Mend

25 R-25 1 49 th SD Bekerja <UMR Buruk Sedang Tdk Ada T.Mend T.Mend

26 R-26 3 57 th SMA Tdk Bekerja

<UMR Sedang Buruk Ada T.Mend Mendukung

27 R-27 3 29 th SMP Bekerja <UMR Sedang Sedang Ada Mendukung Mendukung

28 R-28 1 33 th SD Bekerja <UMR Buruk Sedang Tdk Ada T.Mend T.Mend

29 R-29 2 69 th S2 Tdk Bekerja

<UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

30 R-30 3 35 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung Mendukung

31 R-31 3 41 th SMP Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukunng Mendukung

32 R-32 2 28 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukunng Mendukung

33 R-33 3 38 th SMA Tdk Bekerja

<UMR Rendah Sedang Ada T.Mend Mendukung

34 R-34 3 34 th SMP Bekerja <UMR Sedang Sedang Ada Mendukunng Mendukung

35 R-35 3 39 th SMP Bekerja <UMR Sedang Buruk Ada T.Mend T.Mend

36 R-36 3 62 th SD Bekerja <UMR Rendah Buruk Ada T.Mend Mendukung

37 R-37 2 30 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukunng T.Mend

38 R-38 2 28 th SMA Bekerja <UMR Tinggi Sedang Ada Mendukunng T.Mend

39 R-39 3 46 th SMA Bekerja >UMR Sedang Baik Ada Mendukunng Mendukung

40 R-40 3 57 th SD Bekerja <UMR Sedang Buruk Ada T.Mend T.Mend

41 R-41 3 35 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukunng Mendukung

42 R-42 2 32 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada T.Mend T.Mend

43 R-43 3 31 th SMP Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada T.Mend T.Mend

44 R-44 3 44 th SD Tdk Bekerja

<UMR Sedang Sedang Ada Mendukunng Mendukung

45 R-45 3 55 th SD Tdk Bekerja

<UMR Rendah Rendah Ada T.Mend T.Mend

46 R-46 3 59 th SMA Tdk Bekerja

>UMR Sedang Sedang Ada Mendukunng T.Mend

47 R-47 3 40 th SMP Bekerja >UMR Sedang Buruk Ada Mendukunng T.Mend

48 R-48 2 44 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukunng Mendukung

49 R-49 2 39 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukunng Mendukung

50 R-50 3 60 th SMP Tdk Bekerja

<UMR Rendah Sedang Ada T.Mend Mendukung

51 R-51 3 42 th SMP Bekerja <UMR Tinggi Baik Ada Mendukunng T.Mend

52 R-52 2 47 th SMP Tdk Bekerja

<UMR Tinggi Baik Ada Mendukunng T.Mend

53 R-53 1 58 th SD Tdk Bekerja

<UMR Rendah Buruk Tdk Ada T.Mend T.Mend

54 R-54 1 61 th Tdk Sekolah

Bekerja <UMR Rendah Buruk Tdk Ada T.Mend T.Mend

55 R-55 2 46 th SMA Bekerja <UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung Mendukung

56 R-56 2 45 th SMA Tdk Bekeja

<UMR Tinggi Baik Ada Mendukung T.mend

57 R-57 1 56 th Tdk Sekolah

Bekerja <UMR Rendah Sedang Tdk Ada T.Mend T.Mend

58 R-58 1 60 th Tdk Sekolah

Tdk Bekerja

<UMR Rendah Buruk Tdk ada T.Mend T.Mend

59 R-59 2 48 th SMP Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung Mendukung

60 R-60 2 52 th SMA Bekerja >UMR Sedang Sedang Ada Mendukung Mendukung

61 R-61 2 52 th SMA Bekerja <UMR Sedang Baik Ada Mendukung Mendukung

62 R-62 3 51 th SMP Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung T.Mend

63 R-63 3 35 th SMP Bekerja <UMR Rendah Sedang Ada T.Mend Mendukung

64 R-64 3 40 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada T.Mend T.Mend

65 R-65 2 48 th S1 Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 148: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

129

66 R-66 2 56 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung Mendukung

67 R-67 3 63 th SD Tdk Bekerja

<UMR Sedang Buruk Ada T.Mend Mendukung

68 R-68 3 30 th SMP Bekerja <UMR Rendah Sedang Ada Mendukung T.Mend

69 R-69 3 42 th SMP Bekerja <UMR Rendah Buruk Ada Mendukung Mendukung

70 R-70 2 61 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

71 R-71 3 52 th SMA Bekerja >UMR Sedang Baik Ada Mendukung Mendukung

72 R-72 3 49 th S1 Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada T.Mend T.Mend

73 R-73 3 63 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada T.Mend Mendukung

74 R-74 3 33 th SMA Bekerja <UMR Sedang Buruk Ada Mendukung T.Mend

75 R-75 2 48 th S1 Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

76 R-76 2 35 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

77 R-77 3 45 th SMP Bekerja <UMR Tinggi Sedang Ada T.Mend Mendukung

78 R-78 3 36 th SD Tdk Bekerja

<UMR Sedang Sedang Ada Mendukung T.Mend

79 R-79 1 57 th Tdk Sekolah

Tdk Bekerja

<UMR Rendah Rendah Tdk Ada T.Mend T.Mend

80 R-80 3 44 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada T.Mend Mendukung

81 R-81 3 52 th SD Bekerja >UMR Sedang Rendah Ada T.Mend T.Mend

82 R-82 2 48 th S1 Bekerja >UMR Tinggi Baik Ada Mendukung Mendukung

83 R-83 3 39 th SMA Bekerja <UMR Sedang Rendah Ada Mendukung Mendukung

84 R-84 2 40 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung Mendukung

85 R-85 2 43 th SMA Bekerja >UMR Tinggi Sedang Ada Mendukung T.Mend

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 149: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

130

Lampiran 3. Outputs SPSS 15

Statistics

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

N Valid 85

Missing 0

Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Menggunakan Jamban 9 10.6 10.6 10.6

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

33 38.8 38.8 49.4

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

43 50.6 50.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >35 tahun 59 69.4 69.4 69.4

? 35 tahun 26 30.6 30.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 150: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

131

Pendidikan Terakhir Responden

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Pendidikan Tinggi 11 12.9 12.9 12.9

Pendidikan

Menengah

40 47.1 47.1 60.0

Pendidikan Rendah 34 40.0 40.0 100.0

Total 85 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Bekerja 69 81.2 81.2 81.2

Tidak Bekerja 16 18.8 18.8 100.0

Total 85 100.0 100.0

Penghasilan

Frequenc

y Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid DIatas atau sama

dengan UMR kota

Sibolga

44 51.8 51.8 51.8

Dibawah UMR Kota

Sibolga

41 48.2 48.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ

e Percent

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 151: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

132

Kepemilikan Jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memiliki Jamban 76 89.4 89.4 89.4

Tidak Memiliki

Jamban

9 10.6 10.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Dukungan Petugas Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Mendukung 53 62.4 62.4 62.4

Tidak Mendukung 32 37.6 37.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Dukungan Aparat Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama

Valid Pendidikan Tinggi 37 43.5 43.5 43.5

Peendidiakn Menengah 26 30.6 30.6 74.1

Pendidikan Rendah 22 25.9 25.9 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sikap Baik 30 35.3 35.3 35.3

Sikap Sedang 36 42.4 42.4 77.6

Sikap Kurang 19 22.4 22.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 152: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

133

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Mendukung 42 49.4 49.4 49.4

Tidak

Mendukung

43 50.6 50.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Crosstab

Count

Umur Responden

Total >35 tahun ? 35 tahun

Perilaku Masyarakat

dalam Penggunaan

Jamban

Tidak Menggunakan

Jamban

6 3 9

Menggunakan Jamban

Sehat atau Memenuhi

Syarat

23 10 33

Menggunakan Jamban

Tidak Sehat atau Tidak

Memenuhi Syarat

30 13 43

Total 59 26 85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .036a 2 .982

Likelihood Ratio .035 2 .983

Linear-by-Linear Association .019 1 .889

N of Valid Cases 85

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2.75.

Crosstab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 153: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

134

Count

Pendidikan Terakhir Responden

Total

Pendidikan

Tinggi

Pendidikan

Menengah

Pendidikan

Rendah

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 0 0 9 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

9 22 2 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

2 18 23 43

Total 11 40 34 85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 35.423a 4 .000

Likelihood Ratio 42.749 4 .000

Linear-by-Linear Association .442 1 .506

N of Valid Cases 85

a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.16.

Crosstab

Count

Pekerjaan

Total Bekerja Tidak Bekerja

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 6 3 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

29 4 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

34 9 43

Total 69 16 85

Chi-Square Tests

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 154: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

135

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.335a 2 .311

Likelihood Ratio 2.267 2 .322

Linear-by-Linear Association .027 1 .870

N of Valid Cases 85

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.69.

Crosstab

Count

Penghasilan

Total

DIatas atau

sama dengan

UMR kota

Sibolga

Dibawah UMR

Kota Sibolga

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 0 9 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

25 8 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

19 24 43

Total 44 41 85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 18.256a 2 .000

Likelihood Ratio 22.147 2 .000

Linear-by-Linear Association .202 1 .653

N of Valid Cases 85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 155: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

136

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 18.256a 2 .000

Likelihood Ratio 22.147 2 .000

Linear-by-Linear Association .202 1 .653

N of Valid Cases 85

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4.34.

Crosstab

Count

Pengetahuan

Total

Pendidikan

Tinggi

Peendidiakn

Menengah

Pendidikan

Rendah

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 0 0 9 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

24 8 1 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

13 18 12 43

Total 37 26 22 85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 42.929a 4 .000

Likelihood Ratio 44.581 4 .000

Linear-by-Linear Association .621 1 .431

N of Valid Cases 85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 156: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

137

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 42.929a 4 .000

Likelihood Ratio 44.581 4 .000

Linear-by-Linear Association .621 1 .431

N of Valid Cases 85

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2.33.

Crosstab

Count

Sikap

Total Sikap Baik Sikap Sedang Sikap Kurang

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 0 3 6 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

21 12 0 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

9 21 13 43

Total 30 36 19 85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 30.557a 4 .000

Likelihood Ratio 37.203 4 .000

Linear-by-Linear Association .265 1 .607

N of Valid Cases 85

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2.01.

Crosstab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 157: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

138

Count

Kepemilikan Jamban

Total

Memiliki Jamban

Tidak Memiliki

Jamban

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 0 9 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

33 0 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

43 0 43

Total 76 9 85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 85.000a 2 .000

Likelihood Ratio 57.429 2 .000

Linear-by-Linear Association 43.157 1 .000

N of Valid Cases 85

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .95.

Crosstab

Count

Dukungan Petugas Kesehatan

Total

Mendukung

Tidak

Mendukung

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 1 8 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

31 2 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

21 22 43

Total 53 32 85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 158: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

139

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 27.439a 2 .000

Likelihood Ratio 31.637 2 .000

Linear-by-Linear Association .158 1 .691

N of Valid Cases 85

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3.39.

Crosstab

Count

Dukungan Aparat Kelurahan, Tokoh

Masyarakat, Tokoh Agama

Total

Mendukung

Tidak

Mendukung

Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Jamban

Tidak Menggunakan Jamban 1 8 9

Menggunakan Jamban Sehat

atau Memenuhi Syarat

21 12 33

Menggunakan Jamban Tidak

Sehat atau Tidak Memenuhi

Syarat

20 23 43

Total 42 43 85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 8.098a 2 .017

Likelihood Ratio 8.881 2 .012

Linear-by-Linear Association .498 1 .480

N of Valid Cases 85

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4.45.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 159: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

140

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Survey Pendahuluan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 160: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

141

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 161: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

142

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Peneltian dari Kantor Kesbang Kota Sibolga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 162: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

143

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Kantor Kesbang Kota Sibolga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 163: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

144

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Sibolga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 164: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

145

Lampiran 9. Surat Penelitian dari Puskesmas Aek Parombunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 165: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

146

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Bappeda Kota Sibolga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 166: FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

147

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Recommended