19
/ 2. LANDASAN TEORI 2.1. Acuan Teori 2.1.1. Perilaku Pembelian Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perilaku pembeli menurut Philip Kotler (1994: 203 - 216) adalab : 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat peranan yang dimainkan oleh kultur, subkultur dan kelas sosial. Kultur adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Subkultur mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif homogen dan tetap dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hirarkis dan anggota-anggotanya memiliki rata nilai, minat dan perilaku yang rnirip. 2. Faktor Sosial Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruli langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku ataupun pendirian seseorang. Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh. Orientasi keluarga terdiri dari orang tua seseorang. Peran dan status adalah dalam mana seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya. 3. Faktor Pribadi Faktor pribadi juga merupakan karakteristik yang mempengaruhi keputusan pembelian seseorang akan barang maupun jasa, yang terdiri dari usia pembeli dan tahap siklus pembeli, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan serta kepribadian dan konsep pribadi. Kebutuhan dan selera seseorang akan sesuatu barang dan jasa berubah sesuai berjalannya usia atau siklus hidupnya Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi, pola konsumsinya, demikian juga S

2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

/ 2. LANDASAN TEORI

2.1. Acuan Teori

2.1.1. Perilaku Pembelian

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perilaku pembeli menurut

Philip Kotler (1994: 203 - 216) adalab :

1. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap

perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat peranan yang

dimainkan oleh kultur, subkultur dan kelas sosial. Kultur adalah determinan

paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Subkultur

mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Kelas

sosial adalah bagian-bagian yang relatif homogen dan tetap dalam suatu

masyarakat, yang tersusun secara hirarkis dan anggota-anggotanya memiliki

rata nilai, minat dan perilaku yang rnirip.

2. Faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti

kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan

seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruli langsung

maupun tidak langsung terhadap perilaku ataupun pendirian seseorang.

Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh.

Orientasi keluarga terdiri dari orang tua seseorang. Peran dan status adalah

dalam mana seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang

hidupnya.

3. Faktor Pribadi

Faktor pribadi juga merupakan karakteristik yang mempengaruhi keputusan

pembelian seseorang akan barang maupun jasa, yang terdiri dari usia pembeli

dan tahap siklus pembeli, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan serta

kepribadian dan konsep pribadi. Kebutuhan dan selera seseorang akan sesuatu

barang dan jasa berubah sesuai berjalannya usia atau siklus hidupnya

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi, pola konsumsinya, demikian juga

S

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

6

keadaan ekonominya. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang

diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Kepribadian

adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan relatif tetap terhadap

lingkungannya.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi lagi oleh empat faktor psikologis

utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan

pendirian. Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang

untuk bertindak. Persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi,

mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk

menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Perubahan menjelaskan

pengetahuan yang berasal dari seseorang yang berasal dari pengalaman.

Kepercayaan adalah pikiran deskriftif yang dianut seseorang mengenai suatu

hal. Pendirian menjelaskan evaluasi kognitif yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan-tindakan

yang mapan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide.

Tabel 2.1.1. Model Perilaku Pembeli

Rangsangan Pemasaran

Produk Harga Tempat Promosi

Rangsangan Lain

Ekononii Tcknologi Politik Budaya

Karakteristik Pembeli

Budaya Sosial Pribadi Psikologis

Proses Keputusan Pembelian

Pengenaian masalah Pencanan informasi Evaluasi Keputusan perilaku pasca-pcmbelian

Sumber: Kotler (1997: 153)

Proses pembuatan keputusan menurut Kotler (1995:228-2350) meliputi tahap-

tahap sebagai berikut:

1. Pengenaian kebutuhan, konsumen berusaha mengetahui apa yang sedang

menjadi kebutuhan dan keinginannya.

2. Pencarian altematif, konsumen mencari informasi mengenai barang atau jasa

apa yang dapat memuaskari kebutuhan dan keinginannya.

3. Evaluasi altematif, konsumen berusalia menentukan altematif yang terbaik

dari semua pilihan yang ada.

Pembeli

Pilihan Produk Pilihan Merek Pilihan Penyalur Wakru Pembelian Jumiah pembelian

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

7

4. Pembelian, pada tahap ini konsumen melakukan pembelian yang

sesungguhnya.

5. Perilaku setelah pembelian, konsumen akan mengevaluasi bagaimana suatu

barang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Menurut Assael (1992:16) perilaku pembelian dibagi sebagai berikut:

1. Complex Decision Making, jika keterlibatan konsumen terhadap produk yang

dikonsumsi tinggi dan memerlukan proses pembuatan keputusan yang rumit.

2. Brand Loyalty, jika pembuatan keputusan tidak terlalu dipermasalahkan

namun memerlukan keterlibatan yang tinggi pada proses penenruan

keputusannya.

3. Limited Decision Making atau Variety Seeking, jika proses pembelian

memburuhkan pertimbangan dalam pembuatan keputusannya namun tidak

memerlukan keterlibatan yang tinggi dari konsumen.

Tabel 2.1.2. Variasi Dalam Fenomena Perilaku Pembelian Konsumen

Urutan Pembelian

Pemacu proses pembelian

Pencarian informasi

Evaluasi terhadap alternatif

Motto pengambilan keputusan

Low Involvement

Mengetahui-Melakukan-(Merasakan)

Kurangnya stok

Pasif

Terbuka / tidak ada

Membeh yang dikenal

High Involvement

Mengetahui-Merasakan-Melakukan

Aktual versus Keinginan

Aktif

Rasional

Membeli yang terbaik

Hedonic / Ego Expressive Merasakan-Melakukan-(Mengetahui)

Impulse

Tergantung kesukaan

Dirasionalkan

Membeli yang disukai

Sumber: Farnier (1997:9).

\

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

8

Menunit Assael (1992: 630). Model Pemilihan Toko adalah sebagai berikut:

Karakleristik Pembeli

1. Lokasi 2. Demografis 3. Aturan 4. Gaya Hidup 5. Kepribadian 6. Ekonomi

Berbelanja dan membcli kebutuhan

Stralcgi-stralcgi ritcler

Pentingnya alribut-atribul loko

Imej toko

t

Feedback

Sikap terhadap toko

dback

Pemilihan toko

V

Pcmrosesan inforrnasi dalam toko

I Pembeli an produk dan merck

Gambar 2.1.1. Model Pemilihan Toko

Menurut Assael (1992: 632). Kriteria pemilihan toko dapat dibagi menjadi

delapan dimensi dasar, yaitu:

1. Karakteristik-karakteristik umum dari toko (contoh: jumlah toko)

2. Karakteristik fisik dari toko (contoh: dekorasi, tingkat kebersihan)

3. Kenyamanan mencapai toko dari lokasi konsumen (contoh: waktu perialanan,

parkir)

4. Produk-produk yang ditawarkan (contoh: keragaman jenis, kualitas)

5. Harga yang diberikan toko (contoh: nilai, penjualan spesiali)

6. Pramuniaga (contoh: ramah)

7. Iklan toko (contoh: informatif, dapat dipercaya)

8. Persepsi teman terhadap toko (contoh disukai, direkomendasikan)

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

9

2.1.2. Budaya Secara Umum '

Menurut Cateora (1999: 88-94). Budaya dapat dibagi raenjadi 5 macam

elemen budaya, yaitu:

1. Material Culture

Dapat dibagi menjadi dua macam yaitu ekonomi dan teknologi. Teknologi

termasuk teknik yang digunakan di dalam pembuatan material. Yang termasuk

dalam segi ekonomi adalah produksi barang, servis, distribusi, konsumsi. arti

dari pertukaran dan pemasukan yang didapat dari pembuatan utilitas.

2. Social Institutions

Yang termasuk di dalam Institusi Sosial adalah organisasi sosial, pendidikan,

dan struktur politik dimana hal ini mencakup caia berhubungan seseorang

dengan orang lain, mengatur aktivitasnya untuk hidup hannonis bersama

sesamanya, mengerjakan perilaku pada keturunannya dan bagaimana cara

mengatur kelompoknya.

3. Human and The Universe

Yang termasuk di dalam kategori ini adalah agama dan tahayul

(mempercayai sesuatu hal yang berada di luar batas daya pikir manusia).

4. Aesthetics

Astetik dapat diartikan sebagai sebagai seni yang mencakup musik, drama,

tarian, dan grafis.

5. Language

Pentingnya pemahaman bahasa di suatu negara tidak bisa diremehkan.

• Social Class

Social class atau kelas sosial, didefinisikan sebagai pembagian dari anggota

sosial ke dalam status sosial tertentu, jadi anggota dari tiap kelas tersebut

memiliki status yang sama, dan anggota dari kelas lainnya memiliki status

yang lebih tinggi atau lebih rendah (Schiffman, 2000: 297). Para peneliti

sering mengukur kelas sosial seorang individu dari 3 hal , yaitu kekayaan

(jumlah asset ekonomi), kekuasaan (tingkat pengaruh terhadap cang lain),

dan prestise (tingkat seseorang diakui oleh orang lain). Referensi kelompok

\

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

10

sosial ini mempengaruhi perilaku seorang individu dalam mengkonsumsi atau

menggunakan suatu produk (Schiffinan, 2000: 319).

• Selected Subculture

Subculture, didefinisikan sebagai kelompok budaya yang berbeda, yang

timbul sebagai segmen teridenufikasi di dalam kelompok sosial yang lebih

besar dan kompleks (Schiffinan, 2000: 346). Jadi selected subculture ialah

kelompok khusus dari kelompok sosial yang terpilih dari berbagai kesamaan,

yaitu agama, emis, wilayah, ras, dan kelompok ekonomi (Schiffinan, 2000:

347).

• One's Own Culture

Shciffinan (2000: 322) mendefinisikan budaya atau culture sebagai gabungan

dari kepercayaan, nilai-nilai, dan adat-adat yang dipakai untuk mengarahkan

perilaku konsumen dalam suatu kelompok masyarakat. Saat ini, banyak warga

negara Indonesia Keturunan Tiongkok kembali mempelajari bahasa dan adat

budaya Tionghoa yang merupakan adat-istiadat leluhumya, proses

mempelajari budaya sendiri ini disebut juga enculturation (Schiffinan, 2000:

326).

2.1.3. Budaya Khusus Emis Tionghoa

Menurut Suryanto (1996: 1-93), yang termasuk dalam adat istiadat

Tionghoa adalah:

1. Perayaan orang Tionghoa, antara lain:

• Perayaan Ceng Beng. Dalam perayaan ini orang Tionghoa biasanya akan

mengunjungi makam keluarga, memberi korban persembahan, membakar

hio dan penghargaan lain pada roh nenek moyang.

• Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan selama 22 hari yang dibagj menjadi

tujuh hari sebelum tahun baru imlek, dalam sembahyang Toa Pe Kong dan

15 hari sesudahnya. Pada malam tahun baru biasanya diadakan tukar

menukar kado, dan pada keesokan harinya digunakan untuk mengunjungi

keluarga dan teman-teman dengan upacara Sin Cia atau Tiong Hi atau juga

Gong Xi Fat Choy. Kekhasan hari raya ini ditandai oleh adanya kue

ranjang.

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

II

• Hari Raya Pertengahan Musim Rontok (Tiong Jiu Ciek). Jatuh pdda

tanggal 15 bulan delapan untuk menyambut datangnya bulan purnama.

Sesuai dengan tujuannya, di altar sembahyang keluarga diletakkan kue

Bulan (Tiong Jiu Pia) yang berbentuk bundar dan gepeng seperti bulan.

2.1.4. Uji Kualitas Data

Menurut Indriantoro (1999:179-184). Kesimpulan penelitian yang berupa

jawaban atau pemecahan masalah penelitian, dibuat berdasarkan hasil proses

pengujian data yang meliputi: pemilihan, pengumpulan dan analisis data.

Kesimpulan, oleh karena itu, tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan

intrumenyang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Ada dua konsep

untuk mengukur kualitas data, yaitu: Reliabilitas dan Validitas. Artinya, suatu

penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliable

dan kurang valid. Sedang, kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas

instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data.

1. Reliabilitas (reliability)

Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu

konsistensi. Peneliti dapat mengevaluasi intrumne penehtian berdasarkan

perspektif dan teknik yang berbeda, tetapi pertanyaan mendasar untuk

mengukur reliabilitas data adalah" Bagaimana konsistensi data yang

dikumpulkan?". Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numerik yang

disebut dengan koefisien. Konsep rehabilitas dapat diukur melalui tiga

pendekatan, yaitu:

a Koefisien Stabilitas (Coefficient of Stability)

Suatu penelitian yang menggunakan data primer, setidaknya berkaitan

dengan empat hal: (1) subyek yang diteliti, (2) construct yang diukur, (3)

intrumen pengukur dan (4) saat pengukuran. Peneliti kemungkinan

bermaksud untuk menggunakan instrumen pengukur construct yang sama

terhadap subyek penelitian tertentu sebanyak dua kah pada saat yang

berbeda. Perbedaan waktu antara pengukuran yang satu dengan

pengukuran yang lain dapat berupa bilangan hari, minggu, bulan atau

bahkan tahun. Peneliti dalam hal ini bermaksud untuk menguji stabilitas \

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

12

jawaban responden dari waktu ke waktu berikutnya dengan cara

menghitung koefisien korelasi dari skor jawaban responden yang diukur

dengan intrumen yang sama pada saat yang berbeda. Proses pengujian

stabilitas yang dikenal juga dengan test-retest reablility pada dasamya

untuk mengetahui reliabilitas data berdasarkan stabilitas atau konsistensi

jawaban responden. Salah satu metode statistik yang uinunya digunakan

untuk mengukur koefisien stabilitas atau teknik test-retest ini adalali

Pearson correlation.

b. Koefisien Ekuivalensi (Coefficient of Equivalence)

Pengukuran reliabilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan

intrumen pengukur yang berbeda untuk mengukur suatu construct terhadap

subyek penelitian tertentu pada saat yang sama. Pendekatan yang juga

disebut dengan alternate forms reliability ini lebih menekankan pada

perbedaan bentuk intrumen, sedang subyek penelitian, construct dan saat

pengukurannya adalah sama. Peneliti melalui pendekatan ini menguji

korelasi skor jawaban responden untuk mengetahui koefisien ekuivalensi

antara skor jawaban dengan menggunakan intrumen pengukuran yang

berbeda.

c. Reliabilitas Konsistensi Internal (Internal Consistency Reliability)

Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrumen

merupakan alternatif lain yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk menuji

reliabilitas, disamping pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi.

Konsep reliabilitas menurut pendekatan ini adalah konsistensi diantara

butir-butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen. Tingkat

keterkaitan antar butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen

untuk mengukur construct tertentu menunjukkan tingkat reliabilitas

konsistensi internal instrumen yang bersangkutan. Untuk mengukur

konsistensi internal, pen^iti hanya memerlukan sekali pengujian dengan

menggunakan teknik statistik tertentu terhadap skor jawaban responden

yang dihasilkan dari penggunaan instrumen instrumen yang bersangkutan.

Ada tiga macam teknik yang dapat digunakan untuk mengukur konsistensi

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

13

internal, yaitu: (1) Split-half reliability coefficient, (2) Kuder-Richardson

ii20, dan (3) Cronbach 's alpha.

2. Validitas (Validity)

Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat.

Oleh karena itu, jika kata sinonim dari reliabilitas yang paling tepat adalah

konsistensi, maka esensi dari validitas adalah Akurasi. Suatu instrumen

pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang

seharusnya diukur. Dengan perkataan lain instrumen tersebut dapat mengukur

construct sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Ada kemungkinan data

penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, tetapi kurang valid. Suatu

data penelitian yang valid, bagaimana pun harus reliable karena akurasi

memerlukan konsistensi. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk

mengukur validitas:

a. Content (Face) Validity

Merupakan salah satu konsep pengukuran validitas dimana suatu

instrumen dinilai memiliki content validity jika mengandung butir-butir

pertanyaan yang memadai dan representatif untuk mengukur construct

sesuai dengan yang dinginkan peneliti. Suatu instrumen dinilai memiliki

face validity jika menurut penilaian subyektif diantara para professional

bahwa instrumen tersbut menunjukkan secara jelas apa yang ingin diukur,

maka instrumen tersebut memiliki content (face) validity yang tinggi.

b. Criterion-related Validity

Adalah konsep pengukuran validitas yang menguji tingkat akurasi dari

instrumen yang baru dikembangkan. Uji criterion-related validity

dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor yang

diperoleh dari penggunaan instrumen baru yang memiliki criteria relevan.

Instrumen baru memiliki validitas yang tinggi jika koefisien korelasinya

tinggi. Ada dua jenis criterion-related validity, yaitu: (1) Concurrent

Validity, jika pengujian korelasi dilakukan terhadap skor instrumen baru

dengan instrumen yang mempunyai kriteria yang relevan, dimana

penggunaan keduanya dilakukan pada saat bersamaan, dan Predictive

Validity, jika korelasi skor kedua instrumen merupakan hasil pengukuran

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

I I

pada saat' yang berbeda, dimana pengukuran instrumen yang baru

dilakukan sebelum pengukuran instuinen lain yang memiliki criteria

relevan.

c. Construct Validity

Suatu instrumen dirancang untuk mengukur construct tertentu. Construct

validity merupakan konsep pengukuran validitas dengan cara menguji

apakali suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang

diharapkan. Ada dua cara pengujian construct validity, yaitu (1)

Convergent Validity, dimana validitas suatu instrumen ditentukan

berdasarkan konvergensinya dengan instrumen lain yang sejenis dalam

mengukur construct dan (2) Discriminant Validity, dimana validitas suatu

instrumen ditentukan berdasarkan rendahnya korelasi dengan instrumen

lain yang digunakan untuk mengukur construct lain.

2.1.5. AlatStatistik

Menurut Cooper (1998:74-75) Uji Nonparametrik terdiri salah satu

diantaranya adalah:

1. Uji Chi-square ( x 2 )

Merupakan uji paling luas yang dipergunakan dalam uji nonparametric.

Uji ini khusus berguna dalam uji yang melibatkan data nominal, tetapi dapat

juga digunakan untuk skala pengukuran yang lebili tinggi. Uji ini khususnya

digunakan untuk masalah yang menyangkut manusia, kejadian atau objek-

objek yang dikelompokan dalam dua atau lebih kategori misalnya"Ya atau

Tidak", "setuju atau ragu-ragu, menolak" atau kelas "A, B, C, D".

Dengan menggunakan teknik ini kita menguji perbedaan signifikansi

antara distribusi data sample dan distribusi yang diharapkan yang didasarkan

pada hipotesis nol. Chi-square sangat bermanfaat dalam kasus satu sampel,

dua sampel bebas, atau k sampel bebas. Chi-square harus dihitung dengan

hitungan actual dan bukan dengan persentase.

Dengan tabel contingency chi-square dari variasi du^ atau k sample, kita

mempunyai baris dan kolom dalam tabel klasifikasi silang. Derajat bebas

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

15

(degrees of freedom-df.) didefinisikan sebagai bans minus (r-1) kolom minus

(o-l).

d.f. = (r-l)(c-l)

Dalam sebuah tabel 2x2 terdapat satu derajat bebas dan dalam sebuali

tabel 3x2 ada 2 derajat bebas. Tergantung pada jumlah derajat bebas yang kita

harus pastikan banyaknya pada setiap sel cukup besar untuk membuat tes

^sesuai. Jika d.f. = 1, maka frekuensi yang diharapkan sekurang-kurangnya

haruslah berukuran 5. jika d.f. > 1, maka test j2seharusnya tidak digunakan

jika lebih dari 20% frekuensi yang diharapkan mempunyai ukuran kurang dari

5, atau beberapa frekuensi yang diharapkan kurang dari 1. Frekuensi yang

diharapkan sering kali dapat dinaikkan dengan mengkombinasikan kategori

yang berdekatan. Jika hanya terdapat dua kategori dan masih tampak terlalu

sedikit dalam suatu kelas tertentu, maka lebih baik menggunakan uji binomial.

Uji chi-square sangat sesuai juga untuk situasi-situasi yang memerlukan

pengujian perbedaan di antara sampel-sampel. Uji sangat berguna untuk data

nominal tetapi dapat juga untuk data yang dengan skala ordinal. Jika data

parametric telah direduksi menjadi data kategori, data tersebut seringkali

ditangani oleh chi-square meskipun hal tersebut menyebabkan hilangnya

sejumlah informasi.

Untuk penggunaan uji chi-square yang tepat, data harus berasal dari

sampel acak distribusi multinomial dan frekuensi yang diharapkan harus tidak

terlalu kecil. Sebelumnya telah kita catat peringatan tradisional bahwa

frekuensi diharapkan di bawah 5 seharusnya tidak terdiri lebih dari 20 persen

dari semua sel dan tidak ada Ei kurang dari satu. Suatu penelitian

mengemukakan bahwa pembatasan-pembatasan tersebut terlalu kejam.

Dalam jenis lain/2 , tabel 2x2, sebuah koreksi yang dikenal sebagai "

Yates' correction for continuity" sering digunakan ketika ukuran sampel lebih

besar dari 40 atau ukuran sample antara 20-40 dan Ei sama dengan 5 atau

lebih. Namun pada kenyataan masih ada konflik mengenai koreksi ini.

Menurut Cooper (1998:126-135). Adanya ukuran asosiasi nonparametrik

yang terbagi dalam:

a. Ukuran Bagi Data Nominal

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

16

Umuran nominal dipakai untuk ir/enilai kekuatan hubungan pada table

klasifikasi silang. Ukuran ini sering dipakai denga chi-square atau dapat

dipakai secara terpisah. Pada bagian ini, ada tiga statistik chi-square dan

dua yang mengikuti penurunan proporsional dalam pendekatan kesalahan.

Tidak ada ukuran statistik yang benar-benar memuaskan semua tujuan

untuk data kategori. Beberapa diantaranya dipengaruhi oleh bentuk tabel

dan banyaknya sel, sementara yang lainnya sensitif terhadap ukuran

sampel dan marjinal. Sulit untuk menemukan statistik yang yang mirip,

yang melaporkan koefisien yang berbeda bagi data yang sama. Ini terjadi

karena kepekaan tertentu sebuah statistik atau cara memperolehnya.

Ukuran berbasis chi-square , ukuran ini disebut Phi. Kisaran phi

adalah antara 0 hingga 1,0 dan berusaha memperbaiki x1 secara

proporsional terhadap N. phi baik sekali di terapkan untuk table 2x2,

karena koefisiennya dapat melewati +1,0 ketika diterapkan pada pada

ukuran tabel yang lebih besar. Phi dihitung dengan:

Cramer 's V adalah modifikasi dari phi untuk ukuran tabel. Yang lebih

besar dan memiliki kisaran nilai sampai dengan +1,0 untuk sembarang

bentuk tabel. Cremer's dihitung dengan:

\N(k~\)

Dimana:

k = angka terkecil dari banyaknya baris atau kolom

Pada tabel ini, koefisiennya sama dengan Phi.

Koefisien Kontingensi C dilaporkan paling akhir. Koefisien ini tidak

dapat dibandingkan dengan ukuran yang lainnya dan memiliki batas atas

yang berbeda untuk berbagai ukuran tabel. Batas atas ditentukan sebagai:

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

17

f¥ Dimana:

k = banyaknya kolom

Walaupun statistik ini bekerja baik untuk tabel yang banyaknya bans

dan kolomnya sama, tetapi Kendala batas atasnya tidak konsisten dengan

criteria pengukxiran asosiasi yang baik. Statistik C dihitung sebagai:

U' + N

Keunggulan utama C adalah kemampuannya mengakomodasikan data

Dada hampir setiap bentuk: menceng atau normal, diskret atau kontinu, dan

nominal atau ordinal.

Penurunan Kesalahan Proporsional (PKP) Statistik PKP adalah tipe

kedua yang digunakan dengan tabel kontingensi. Lambda dan Tau adalah

contohnya. Koefisien Lambda (k) didasarkan pada sebaik apa frekuensi

suatu data nominal memberikan bukti tentang frekuensi variabel lainnya.

Lambda bersifat tidak simetris - memungkinkan perhitungan bagi

pendugaan arah - dan simetris, memprediksi variabel bans dan kolom

secara sama. Lambda dihitung dengan:

X_PQ)-P(2)

PQ)

Tau dari Goodman dan Kruskal menggunakan marjinal tabel untuk

mengurangi kesalahan prediksi. Tau dihitung dengan:

T _/>(!)-P(2)

P{\)

tabel juga berisi informasi tentang uji hipotesis nol bahwa Tau = 0, dengan

tingkat signifikansi teramati dan kesalahan bersifat asimtotik (untuk

mengerabangkan interval kepeicayaan).

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

18

b. Ukuran Bagi Data Ordinal '

Ada beberapa alternatif statistik, jika data membutuhkan ukuran

ordinal. Diantaranya adalah gamma, tau b dan tau c dari Kendall, d dari

Somer dan Rho dari Spearman. Dalam hal ini didasarkan atas konsep

pasangan concordant/P dan discordant/Q (searah atau berlawanan arah).

Tidak satu pun dari statistik-statistik tadi membutuhkan asumsi distribusi

normal bivariat meski dengan memasukkan order, kebanyakkan

menghasilkan jangkauan dari -1 (hubungan negatif sempuraa) sampai +1

(hubungan positif sempurna). Dalam jangkauan ini. koefisien yang

angkanya lebih besar (nilai ukuran) ditafsirkan sebagai memiliki hubungan

yang lebih kuat. Karakteristik-karakteristik tersebut memungkinkan

analisis untuk menafsirkan baik arali maupun kekuatan hubungan.

Informasi dari tabel sebaiknya diurutkan sehingga banyaknya

pasangan yang concordant dan discordant dapat dOiitung. Jika pasangan

concordant lebih besar dari pasangan discordant yang dinyatakan P - Q

maka diperoleh statistik untuk asosiasi positif antara kedua variabel yang

ditelaah. Bilamana pasangan discordant lebih banyak dari pasangan

concordant, maka asosiasi menjadi negatif. Jumlah yang sama P dan Q,

menyatakan tidak ada hubungan antara kedua variabel.

Gamma dari Goodman dan Kruskal ialah statistik yang

membandingkan pasangan concordant dan discordant dan kemudian

membakukan hasilnya dengan memaksimumkan nilai penyebutnya.

Gamma mempunyai interpretasi Penurunan Kesalahan Proporsional (PKP

- proportional reduction of error - PRE) yang hubungannya erat dengan

apa yang sudah kita ketahui tentang ukuran nominal PKP. Gamma

didefinisikan sebagai:

P-Q P + O

Pada situasi dimana data berbentuk 2x2, modifikasi yang sesuai bagi

gamma adalah Q Yule.

\

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

19

Stalislik Tau b Kendall adalab perbaikan gamma yang

mempertimbangkan pasangan senilai. Suatu pasangan senilai terjadi ketika

observasi memiliki nilai yang sama untuk variabel X dan variabel Y.

Untuk ukuran sampel tertentu, terdapat n(n-l)/2 pasangan. Setelah

menghilangkan pasangan concordant dan discordant, sisanya adalah

pasangan senilai. Statistik Tau b tidak memiliki interpretasi PKP, tetapi

menyajikan jangkauan nilai dari - 1,0 hingga +1,0 untuk tabel persegi.

Tau b dapat dihitung dengan:

P-Q n{n-\) _ Y » ( n - l )

-T, \ 2 —r.

Statistik Tau c Kendall adalali penyesuaian lainnya untuk hubungan P

- Q dari statistik gamma Pendekatan ini terhadap asosiasi ordinal adalali

cocok untuk tabel sembarang ukuran. Tau c dapat dihitung dengan:

_ 2m(P-Q) Tc N2{m-\)

Dimana: m adalah angka terkecil dari baris dan kolom.

Statistik d Somer, kegunaannya statistik ini berasal dari

kemampuannya mengkompensasikan nilai rangking yang sama dan

menyesuaikan arah variabel terikat. Untuk menghitung d yang simetris dan

tidak simetris, dapat menggunakan:

Usvm »{n-l)-TT/2

dy-x T ^ i r — T

x

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

20

2

Korelasi rho Spearman adalah ukuran ordinal yang paling terkenal.

Bersama-sama statistik tau Kendall, rho Spearman adalah alat teknik

ordinal yang digunakan paling luas. Rho menghubungkan rangking antara

dua variabel yang sudah diurutkan. Kadang-kadang, peneliti menemukan

begitu banyak ketidaknormalan yang harus diperbaiki dalam variabel

kontinu. Kemudian skor diubah ke dalam rangking dan dihitung dengan

rho Spearman.

Sebagai bentuk khusus dari korelasi product moment Pearson,

kekuatan rho lebih penting daripada kelemahannya. Bila data

ditranformasi dengan logaritma atau kuadrat, rho tetap tidak berpengaruli.

Kedua, nilai pencilan (outlier) atau ekstrim yang bermasalah sebelum

dirangking, tidak menjadi ancaman lagi, karena angka terbesar dalam

distribusinya sama dengan ukuran sampelnya Ketiga, rho merupakan

statistik yang mudah dihitung. Kekurangan utamanya adalah kepekaannya

terhadap rangking-rangking yang senilai. Terlalu banyak rangking yang

senilai akan menggangu ukuran koefisien. Akan tetapi, jarang terjadi

begitu banyak rangking senilai. Untuk menyesuaikan tersedia rumus untuk

memperbaikinya.

Subtitusi ke dalam persamaannya:

6Yd2

r = 1 *=L l s l 3

n —n

Dimana: n adalah banyaknya observasi yang dirangking.

Rumusnya:

\N-2

2. Regresi dengan Dummy Variabel

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

21

Menurut Aaker (1995:447) Dummy variabel biasanya secara ekstensif

digunakan untuk menspesiflkasi ulang variabel-bariabel berkategori. Dapat

disebut juga dengan variabel binaer, dichotomous, instrumental, atau kualitatif.

Menurut Levine (1999:893). Kegunaan Dummy variabel merupakan suatu

alat yang mengijinkan untuk mempertimbangkan variabel-variabel berkategori

eksplanatif sebagai bagian dari model regresi. Jika sebuali variabel berkategori

ekplanatif memiliki dua kategori, maka cukup satu dummy variable yang

dibutuhkan untuk menunjukan menggambarkan dua kategori tersebut. Jenis

Dummy variabel X<i biasa didefinisikan sebagai:

Xd= 0, jika hasil observasi masuk dalam kategori 1

Xa= 1, jika hasil observasi masuk dalam kategori 2

Regresi dengan Dummy variabel. Menurut Aaker (1995:563-564).

Variabel nominal atau kategorikal dapat digunakan sebagai prediktor jika

dikodekan sebagai dummy variabel. Regresi dengan Dummy variabel dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

Y; = a + biDi + b2D2 + ...+ bxDx + error

Pengertian Intensitas

Menurut Van Nostrand's (1983:753). Intensitas adalah konsentrasi dari

beberapa faktor dalam jangka waktu tertentu. Intensitas pembelian adalah

konsentrasi dari pembelian dalam jangka waktu yang ditentukan.

\

/

Page 18: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

22

2.2. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Fakta yang ada mengatakan bahwa konsumen memberikan persepsi

negatif terhadap pasar tradisional Pabean tetapi masih banyak orang yang

berbelanja di pasar tersebut. Apakah hal ini berhubungan dengan barang-barang

yang mengandung unsur budaya Tionghoa yang dijual di pasar Pabean. Dari

fenomena ini penulis merasa tertarik meneliti pengaruh perayaan dalam Budaya i

Etnis Tionghoa melalui elemennya yaitu: 1. Perayaan-perayaan yang terdiri dari:

. • Ceng Beng

Page 19: 2. LANDASAN TEORI 1. Faktor Kebudayaan · 1. Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan berpengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pada kebudayaan kita akan melihat

23

• Imlek

• Tiong Jiu Ciek

Yang ditambah dengan dengan faktor yang lainnya yaitu:

1. Kenyamanan mencapai toko dari lokasi konsumen

2. Produk-produk yang ditawarkan

3. Harga yang diberikan toko

Terhadap intensitas pembelian konsumen yang dilihat dari:

• Frekuensi kunjungan ke Pabean (per bulan)

• Jumlah Pembelian (per bulan)

2.3. Hipotesis

Menurut Kotler (1995: 203-216), faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan perilaku pembeli adalah:

1. Faktor Budaya

2. Faktor Sosial

3. Faktor Pribadi

4. Faktor Psikologis

Menurut Suryanto (1996: 1-93), perayaan-perayaan adalah salah satu

elemen budaya etnis Tionghoa.

Berdasarkan teori-teori dan kerangka pemikiran diatas maka diduga

intensitas Pembelian secara individual di Pasar Pabean dipengaruhi oleh perayaan

dalam unsur budaya etnis Tionghoa dan faktor -faktor, yaitu:

i. Kenyamanan mencapai toko dari lokasi konsumen

2. Produk-produk yang ditawarkan

3. Harga yang diberikan toko

\

.'