Akhmad Bashori AlwiMINGGU, 04 MEI 2014
Laporan KKL Pabrik Gula Madukismo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang MasalahIndonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan polusi
terbanyak didunia. Sumber polusi yang upaling tama adalah dari kendaraan bermotor dan limbah industry. Polusi ini terjadi akibat kurangnya penanganan limbah-limbah industry sedangkan semakin hari semakin banyak berdiri pabrik industry. Pencemaran yang disebabkan oleh polusi ini menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap lingkungan. Perubahan yang paling bisadirasakan adalah perubahan suhu udara yang semakin panas dan perubahan pada air sungai.
Kuliah kerja lapangan(KKL) adalah salah satu mata kuliah tambahan yang terkait dengan
mata kuliah Teknik Instrumentasi untuk membekali Mahasiswa tentang pengetahuan tambahan
tentang industri dan teknologi tentang industri dengan mengunjungi beberapa instansi yang
berkaitan dengan hal tersebut.
Allah SWT sudah menjelaskan dalam Al-Qur’an Surat Annisak ayat 190-191 tentang
pentingnya melakukan bepergian, karena dalam bepergian terdapat banyak manfaat, seperti
menambah ilmu pengetahuan, menambah pengalaman, meningkatkan keimanan, meningkatkan
dzikir dan tafakkur, dan lain-lain.
)( اَّل�ِذ�يَن� َّل�َب�اِب�� اَأْل� �وَّل�ي َأْل� �ي�اٍت� َآَل� اِر� و�اَّلَّن�َه� اَّلَّل�ْي�ِل� ِف� ِت�اَل� و�اْخ� ِض� ِر�
� و�اَأْل� او�اٍت� َم� اَّلَّس� َّل�ِق� ْخ� ِف�ي ِإ�َّن�
ا َم� َّب�َّن�ا ِر� ِض� ِر�� و�اَأْل� او�اٍت� َم� اَّلَّس� َّل�ِق� ْخ� ِف�ي وَّن� َّك�ُر� ي�ِت�َف� و� ْم� َّن�وَّب�َه� ُج� و�َع�َّل�ى ُع�وًد/ا و�ُق� ا ْي�اَم/ ُق� اَّلَّل�َه� وَّن� ي�ِذ�ُك�ُر�
اَّلَّن�اِر� َع�ِذ�اِب� َّن�ا ِق� ِف� اَن�َك� َب�َح� ُس� َّب�اِط�اَل/ ِذ�ا َه� َت� َّل�ِق� ْخ�
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka. (Qs.3:190-191)
Permasalahan tentang pencemaran ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan serta penanganan yang lebih terhadap limbah. Meskipun limbah tidak dapat dihilangkan secara total tetapi denga penanganan limbah yang baik dapat mengurangi seminimal mungkin polutan yang mencemari udara, air maupun tanah. Maka dari itu, dilaksanakan kegiatan studi lapang yang bertempat di Pabrik Gula Madukismo, desa , Bantul, Yogyakarta untuk mengetahui lebih dalam dan melihat secara lngsung proses pembuatan gula Kristal serta pengolahan limbah pabriknya, serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bersih. 1.2 Identifikasi Masalah1. Bagaimana proses pembuatan gula di PG. Madukismo?2 .Bagaimana cara mengelola limbah sisa proses pembuatan gula Kristal di PG. Madukismo?
1.3 Maksud danTujuan Laporan KKL1. Untuk mengetahui proses pembuatan gula Kristal putih di PG. Madukismo.2. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah di PG. Madukismo.
1.4 Manfaat Laporan KKL1. Untuk memberikan informasi mengenai pabrik gula Madukismo bahwasannya sebagai penghasil gula, alkohol, spirtus dan cara pembuatannya.2. Untuk memberikan informasi tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang ada di Bantul Yogyakarta.
1.5 Kerangka Pemikiran
KunjunganPG. Madukismo YogyakartaUPT BPPTK LIPI Gunungkidul YogyakartaPembuatan GulaPembuatan BioetanolPemanfaatan Limbah TebuLaboratorium PakanLaboratorium PanganLaboratorium Kimia dan Lingkungan
Pengetahuan tambahan tentang Indistri dan teknologi Industri yang berkaitan dengan Teknik
Instrumentasi
1.6 Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL1. Metode Observasi
Penyusun mengadakan kunjungan langsung ke pabrik gula Madukismo, Yogyakarta. Di sana penyusun mengadakan observasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan gula.2. Metode Wawancara
Penyusun mengadakan wawancara dengan karyawan PG. Madukismo Baru secara langsung proses pembuatan gula.
1.7 Lokasi dan Waktu KKL Kegiatan KKL dilaksanakan didua tempat yakni, di PG. Madukismo Bantul Yogyakarta dan LIPI Bantul Yogyakarta. Pelaksanaan KKL di PG. Madukismo dilaksanakan pada hari rabu tanggal 16 april 2014, mulai jam 07.00-10.00 WIB. Sedangkan pelaksanaan KKL di LIPI dilaksanakan pada tanggal 17 april 2014, mulai jam 10.00-13.00 WIB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Gula
Menggunakan penglihatan untuk mempelajari ayat Allah untuk meningkatkan tadzkirah
Dalam berwisata tentu saja akan dapat meilhat berbagai pemandangan, baik peninggalan sejarah
masa silam, maupun kejadian masa kini. Apa yang dapat dilihat tersebut hendaknya dapat
mendorong untuk meningkatkan iman dan amal shalih.
ا َم� َّل�ْياَل/ ُق� يُء� اَّل�َم�َّس� و�اَل� اٍت� اَّل�َح� اَّلَّص� َّل�وا و�َع�َم� َّن�وا َم�َآ� اَّل�ِذ�يَن� و� ْيُر� اَّل�َب�َّص� و� َع�َم�ى
� اَأْل� ِت�و�ي ي�َّس� ا و�َم�
وَّن� َت�ِت�ِذ�ُك�ُر�Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-
orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit
sekali kamu mengambil pelajaran. Qs.40:58
Pada umumnya, pabrik gula tebu di Indonesia merupakan warisan belanda pada
zaman kolonial. Perjalanan proses pengolahannyapun hampir seragam kecuali pada pabrik
yang menerapkan proses karbonatasi. Berikut ini adalah sekilas proses pengolahan gula
tebu dengan prmurnian cara sulfitasi. Secara garis besar, pabrik gula bertujuan untuk
mengambil sukrosa dari tebu semaksimal mungkin dengan menekan kehilangan gula
seoptimal mungkin.
Dalam pabrik gula dikenal section-section yang disebut stasiun, mulai dari emplasement,
stasiun gilingan sampai pengarungan. Emplasement (Halaman Pabrik) Halaman pabrik
berfungsi untuk menimbun tebu yang datang dari kebun. Biasanya di sekitarya terdapat
pohon-pohon besar yang berfungsi untuk menahan panasnya matahari. Suhu halaman
pabrik yang panas akan menyebabkan temperatur tebu naik dan akan barakibat
mempercepat proses tebu menjadi layu (wayu). Layunya tebu akan dibarengi dengan
inversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini disebabkan karena nira dalam tebu
bersifat asam dan proses inversi lebih cepat apabila temperatur tinggi.
Idealnya, halaman pabrik dilengkapi dengan timbangan tebu, baik berupa jembatan
timbang atau crane yang dilengkapi dengan timbangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
bobot tebu yang masuk ke pabrik dan selanjutnya digunakan untuk pengawasan proses.
Halaman pabrik juga harus mempunyai alat untuk bongkar muatan baik dari truk atau dari
lori. Yang terpenting adalah, persediaan tebu di halaman pabrik harus dapat memenuhi
kapasitas giling.
Stasiun gilingan dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Persiapan
Tebu yang dibongkar dari truk atau lori diletakkan diatas meja tebu. Meja tebu dilengkapi
dengan alat yang berfungsi untuk mendorong tebu ke krepyak tebu (carrier). Setelah diatas
carrier, tebu dibawa melewati cutter untuk dipotong menjadi bagian yang lebih kecil.
Selanjutnya tebu terpotong dihancurkan dengan menggunakan shredder atau unigrator.
Setelah itu masuk ke gilingan. Proses persiapan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan
tebu yang akan digiling sehingga proses pemerahan bisa maksimal. Efektifitas dari alat-alat
persiapan ditunjukkan dengan angka preparation index yang besarannya berbeda-beda tiap
pabrik. Pada umumnya angka preparation index lebih kurang sebesar 90
b. Gilingan
Gilingan berfungsi untuk mengambil nira dalam tebu. Optimalnya gilingan dengan cepat
dapat diketahui dengan melihat pol ampas. Semakin kecil pol ampas, akan semakin baik.
Dalam stasiun gilingan diberikan air panas (added water) yang biasa disebut imbibisi (dari
bahasa belanda imbibitie). Fungsinya untuk membilas ampas gilingan antara agar fungsi
pemerahan gula bisa maksimal. Umumnya pabrik gula menerapkan sistem imbibisi
majemuk yaitu menggunakan air panas dan nira gilingan berikutnya. Dari stasiun gilingan
dihasilkan nira mentah yaitu nira yang keluar dari gilingan 1 dan 2.
b.1 Stasiun Pemurnian
Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan kotoran-kotoran bukan gula
yang terdapat dalam nira mentah. Proses yang dilakukan baik berupa proses fisik ataupun
kimia. Proses dalam stasiun pemurnian dilakukan sedemikian rupa sehingga kerusakan
sukrosa dapat
ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama dilakukan dalam stasiun pemurnian adalah
menyaringan dengan menggunakan saringan parabolis (DSM). Setelah itu nira mentah
dipanasi sampai suhu 75 C. Nira mentah yang telah dipanasi ditambahkan Ca(OH)2
sampai pH tertentu. Setelah itu pada nira ditambahkan SO2 sampai pH netral. Nira
dipanaskan kembali sampai suhu 105 C, ditambahkan flokulan dan diendapkan di clarifier.
Setelah mengendap, nira jernih disaring lagi dan menghasilkan nira encer, setelah itu,
dipanaskan sampai suhu 115 C dan selanjutnya diproses ke tehap evaporasi. Nira kotor
yang ada di clarifier selanjutnya disaring menggunakan vacuum filter. Proses filtrasi ini
menghasilkan filtrat dan blotong. Filtrat akan dikembalikan lagi ke awal proses pemurnian
dan blotong diangkut truk menuju tempat penimbunan. Fungsi dari stasiun penguapan
adalah meningkatkan konsentrasi larutan gula dalam nira. Nira encer dari stasuin
pemurnian diuapkan dengan menggunakan evaporator multi effect. Nira dipanaskan
dengan menggunakan uap panas yang berasal dari uap bekas penggerak turbin gilingan.
Nira encer yang mempunyai brix 15 diuapkan airnya sampai mencapai brix 60. setelah itu
akan dihasilkan material yang dinamakan nira pekat. Selanjutnya nira pekat ditambah SO2
sehingga dicapai pH tertentu.
b.2 Stasiun Kristalisasi
Sistem kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem kristalisasi bertingkat, baik
berupa A-D, A-C-D, A-B-D, atau A-B-C-D, dengan ketentuan A dan B adalah produk
(berlaku untuk abrik gula tebu di jawa). Nira pekat hasil dari stasiun penguapan diuapkan
lagi airnya sehingga akan terbentuk kristal dengan sendirinya. Metode lain kristalisasi
adalah dengan menggunakan bibit gula berupa fondan yang selanjutnya kristal bibit itu
dibesarkan.
Proses kristalisasi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kristal yang terbentuk
mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya ukuran kristal gula akan dicapai apabila
konsentrasi larutan dalam bejana kristalisasi dijaga pada konsentrasi tertentu. Setelah
ukuran kristal yang
diinginkan tercapai, maka kristal yang masih bercampur dengan larutan (masakan
/massecuit) diturunkan ke bejana penampung.
b.3 Stasiun Pemutaran
Untuk memisahkan kristal dan larutan setelah proses kristalisasi dilakukan langkah
pemutaran. Dengan gaya centrifugal, kristal akan tertahan di saringan (basket) dan larutan
akan melewati saringan tersebut. Langkah proses pemutaran yang baik akan menghasilkan
gula yang putih dan mempunyai kadar air yang kecil.
Di stasiun putaran terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan continue. Putaran continue disebut
low grade centrifugal dan putaran batch biasa disebut hi grade centrifugal (putaran untuk
produk). Selanjutnya gula produk hasil pemutaran di angkut dengan talang goyang
(grasshopper) menuju pengering.
b.4 Stasiun Pengeringan dan Pendinginan
Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam gula sehingga meningkatkan
ketahanan dalam penyimpanan. Cara pengeringan dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan udara kering dan dikontakkan dengan gula. Alat yang digunakan bermacam
macam ada yang berupa talang getar atau rotary dryer.
Gula yang dikeringkan dalam keadaan panas, untuk itu perlu didinginkan agar tidak terjadi
proses kimiawi yaitu browning pada saat penyimpanan. Pendinginan dilakukan dengan
menghembuskan udara dingin baik dari udara sekitar ataupun udara dingin dari alat
pendingin udara.
b.5 Stasiun Pengarungan
Gula yang sudah dingin selanjutnya ditampung di sugar bin. Setelah itu dilakukan
pengarungan atau pengemasan dengan berat 50 Kg. Untuk suplai langsung ke konsumen,
pabrik biasanya juga membuat kemasan 1 Kg.
b.6 Gudang Gula
Gudang gula berfungsi untuk menimbun gula yang telah dikemas. selanjutnya gula siap
untuk didistribusikan ke penyalur atau konsumen.
2.2 Tinjauan limbah cair industri gula
Untuk mengontrol dan mengawasi kualitas lingkungan, khususnya air sungai di Indonesia,
pemerintah melalui KEPMENKLH No. 4 Thn 2002 telah mengeluarkan keputusan bahwa
kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sungai harus memenuhi standar tertentu.
Adapun parameter yang harus diukur kadarnya untuk limbah cair pabrik tekstil adalah:
-Zat organik terlarut (yang menyebabkan turunnya harga DO)
-Padatan tersuspensi (TSS/TS)
-Zat organik trace (contoh fenol)
-Logam berat, ( contoh Cr) dan sianida
-Warna dan turbiditas
-Floating material (oil dan grease)
Polutan yang ada pada limbah cair pabrik tekstil biasanya berupa koloid dan zat
terlarut. Namun akibat berbagai proses pada produksi tekstil, hampir kebanyakan polutan
berada dalam bentuk koloid. Cara yang umum digunakan untuk mengatasi partikel limbah
dalam bentuk koloid adalah proses destabilasi koloid, sehingga partikel -partikel tersebut
dapat dipisahkan dari badan air. Pada dasarnya jenis koloid dapat dikategorikan sebagai
koloid hidrofob dan koloid hidrofil. Koloid hidrofob berperan dalam penampakan warna pada
permukaan air, hal ini disebabkan oleh bagian R -NH2 atau R-OH dari partikel koloid
tersebut.
Bagian-bagian yang elektronegatif mengakibatkan terjadinya ikatan hydrogen
dengan molekul air. Permukaan yang elektronegatif tersebut saling menolak dan
menghalangi terjadinya pembentukan agregat. Sedangkan koloid hidrofil berasal dari
adanya partikel -partikel mineral yang terhidrolisis, sehingga pada permukaan koloid
terkonsentrasi muatan negatif yang saling menolak dan mencegah terjadinya agregat. Pada
dasarnya koloid tidak pernah 100% hidrofob dan tidak pula 100% hidrofil.
Salah satu cara destabilisasi koloid adalah pentralan muatan listrik melalui
penambahan suatu koagulan sehingga terjadi penggabungan partikel -partikel koloid
menjadi agregat-agregat yang lebih besar. Koagulasi merupakan proses agregasi yang
terjadi akibat adanya gaya elektrostatik antara partikel -partikel
koloid yang memiliki muatan yang berlawanan. Adapun tujuan dari proses koagulasi adalah
untuk memisahkan partikel-partikel koloidal yang melayang- layang dalam air sehingga
membentuk agregat yang dapat mengendap. Beberapa koagulan yang sering digunakan
dalam pengolahan limbah cair adalah tawas, garam besi dan kapur yang amat efektif untuk
mengendapkan partikel koloidal yang berasal dari logam berat; Besi(III) klorida yang dapat
terhidrolisis menjadi Fe(OH)3 dapat mengikat 92% koloidal arsen, seng, nikel, mangan dan
raksa Proses detabilasisasi partikel koloid dilanjutkan dengan pembentukan agregat
dengan cara mengumpulkan polimer yang telah destabil dengan suatu polimer. Polimer
merupakan molekul besar yang dibentuk oleh monomer-monomer. Sebenarnya istilah
flokulasi digunakan untuk menjelaskan aksi material polimerik yang membentuk jembatan-
jembatan antar partikel individual koloid. Ada empat jenis mekanisme flokulasi yang
diakibatkan oleh polimer )Moudgil dan Somasundaran, 1985(, (i) polymer bridging, (ii)
netralisasi, (iii) pembentukan polimer kompleks, (iv) flokulasi dengan polimer bebas.
Proses flokulasi dengan mekanisme bridging biasanya terjadi dengan cara
menambahkan polimer bermassa molekul tinggi ke dalam suatu dispersi partikel koloid.
Permukaan polimer tersebut akan mengadsorpsi lebih dari satu partikel koloid, sehingga
terjadi kelompok koloid yang terhubungkan. Mekanisme ini merupakan mekanisme yang
dominan. Mekanisme netralisasi muatan terjadi apabila jumlah polimer yang diperlukan
untuk terjadinya flokulasi sesuai dengan jumlah polimer yang dibutuhkan untuk memberikan
mobilitas elektroforetik koloid menjadi nol. Hal ini dapat terjadi jika spesi polimer memiliki
muatan yang berlawanan dengan muatan permukaan koloid sehingga muatannya menjadi
netral.
Pembentukan polimer kompleks terjadi jika polimer yang ditambahkan berinteraksi
dengan komponen-komponen yang ada dalam system sekaligus dengan bahan kimia lain
yang ditambahkan ke dalam system. Mekanisme ini paling mungkin terjadi pada dual
system polimer atau pada system yang telah ditambahkan garam kalsium, besi, atau
alumunium. Sedangkan mekanisme flokulasi dengan polimer bebas dapat terjadi melalui
efek defletion flocculation. Pada dasarnya mekanisme ini merupakan efek dengan prinsip
tekanan osmotik.
Untuk terjadinya mekanisme ini diperlukan konsentrasi polimer yang cukup tinggi. Pada
dasarnya sangat sulit mengkategorikan proses flokulasi hanya sesuai untuk mekanisme
tertentu saja. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa proses flokulasi merupakan fungsi
dari konsentrasi polimer, massa dan muatan molekul, muatan dan konsentrasi partikel,
kondisi s aat proses pencampuran, serta waktu yang diperlukan agar polimer berelaksasi
terhadap permukaan koloid.
2.2.1. Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan
Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping, antara lain
ampas, blotong dan tetes. Ampas berasal dari tebu yang digiling dan digunakan sebagai
bahan bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan dari nira kotor yang di tapis
di rotary vacuum filter, sedangkan tetes merupakan sisa sirup terakhir dari masakan yang
telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi berulangkali sehingga tak mungkin lagi
menghasilkan kristal.
a. Limbah Bagasse
Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah
lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah pertanian (biomassa) yang
mengandung banyak lignocellulose seperti bagas (limbah padat industri gula). Indonesia
memiliki potensi limbah biomassa yang sangat melimpah seperti bagas. Industri gula khususnya
di luar jawa menghasilkan bagas yang cukup melimpah.
Kompos adalah hasil dekomposisi biologi dari bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba (bakteria, actinomycetes dan fungi) dalam
kondisi lingkungan aerobik atau anaerobic. Hasil pengomposan campuran blotong, ampas
(bagasse) dan abu ketel diinkubasi dengan bioaktivator mikroba selulolitik selama 1 dan 2
minggu, kemudian diaplikasikan ke lahan tebu. Pemberian kompos 10 ton/ha mampu
meningkatkan bobot tebu sebanyak 16,8 ton/ha. Bioaktivator adalah inokulum campuran
berbagai jenis mikroorganisme (mikroba lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, amilolitik,
dan mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik) untuk mempercepat laju pengomposan bahan
organik .
b. Limbah Blotong
Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong, limbah ini
keluar dari proses dalam bentuk padat mengandung air dan masih ber temperatur cukup tinggi <
panas >, berbentuk seperti tanah, sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang
dipisahkan dari nira. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula,
total abu,SiO2, CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini berbeda prosentasenya dari satu PG dengan
PG lainnya, bergantung pada pola prodkasi dan asal tebu.
Selama ini pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik, dibeberapa PG
daur ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan untuk produksi tebu di
wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit,
setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka,
dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan.
Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk
organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat.
c. Limbah Tetes
Tetes atau molasses merupakan produk sisa (by product) pada proses pembuatan gula.
Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam sirop tersebut
tidak dapat dikristalkan lagi. Pada pemrosesan gula tetes yang dihasilkan sekitar 5 – 6 %
tebu, sehingga untuk pabrik dengan kapasitas 6000 ton tebu per hari menghasilkan tetes
sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari. Walaupun masih mengandung gula, tetes
sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang
membahayakan kesehatan. Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi
seperti alcohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dll.
2.2.2. Baku mutu limbah cair industri gula
Dalam Keputusan menteri NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU
LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI pasal 1 menyebutkan:
1. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri;
2. baku Mutu Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan;
3. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan;
4. Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan
beban pencemaran;
5. Debit Maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
6. Kadar Maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan;
7. Beban Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke lingkungan;
8. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;
9. Bapedal adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
10. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur kepala Daerah Khusus
Ibukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.
BAB III
OBYEK KKL
3.1 PG. Madukismo
PG Madukismo adalah salah satu pabrik gula dan pabrik alkohol atau spirtus di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mengsukseskan program pengadaan pangan
Nasional, khususnya gula pasir. Sebagai Perusahaan padat karya banyak menampung tenaga
kerja dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dibangun : Tahun 1955
Atas Prakarsa : Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Diresmikan : Tanggal 29 Mei 1958
Oleh Presiden RI Pertama Ir.Soekarno
Mulai Produksi : Pabrik Gula : Tahun 1958
Pabrik Spiritus : Tahun 1959
PG Madukismo berlokasi diatas Bangunan Pabrik Gula Padokan (satu diantara 17 Pabrik
Gula di DIY yang di bangun pada pemerintahan Belanda tetapi dibumihanguskan pada masa
pemerintahan Jepang) yang terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Krontaktor utama yang digunakan untuk proses pembuatan gula adalah Machine Fabriek
Sangerhausen yang berasal dari Jerman Timur.
Saat ini perusahaan ini berstatus Perseroan Terbatas atau PT yang diberi nama Pabrik-pabrik
Gula Madubaru PT. PG Madubaru PT ini memiliki dua pabrik yaitu Pabrik Gula Madukismo dan
Pabrik Alkohol atau Spiritus Madukismo.
Perusahaan ini didirikan dengan mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Mendirikan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Argo Industri yang unggul di
Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati.
Misi :
- Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat
industri di Indonesia.
- Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola
secara professional dan inovatif, memberikan pelayanan prima kepada pelanggan serta
mengutamakan kemitraan dengan petani
- Mengembangkan produk atau baru yang mendukung bisnis inti
- Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses
penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaiaan share holders values.
3.2 UPT BPPTK LIPI
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor
1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta
merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia
(BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari
UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara
ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama
satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada
pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung
merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya
merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang
berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja
yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT
BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1. kepada dunia ilmu pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan
pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan
kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT
BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh
karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan.
Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun
Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program
selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan
mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam
maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen,
Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambar Alat-alat
Gambar Nama Alat Fungsi
Alat Pengilingan Tebu
Untuk mengiling dan memeras tebu agar terpisah dari ampasnya
Tangki serfobalance
Sebagai timbangan yangmengunakan sistem kontrol otomatis dengan kapasitas 4,3
ton dalam sekali timbang,
Alat Pemanas (Raw Juice Heating)
(RawJuice Heating) membantu untuk membunuh mikroba yang ada dalam nira untuk mempercepat reaksi proses sulfitasi dandefikasi serta mencegahterjadinya hidrolisis sukrosa. Pengunaan panas yang diberikan tidak boleh terlalu
Turbin - Kecepatan putaran : 5800 rpm- Tekanan masuk : 18 kg/cm2
- Daya : 3600 KWUniversitas Sumatera Utara- Jumlah : 2 unit
Tangki Defikator Sebagai tempat proses pencampuransusu kapur, agar pencampuran susu kapur dengan nira menjadi merata, nira yang telahditampung direaktor dan sudah dicampur dengan susu kapur diaduk dengan alatpengaduk yang telah diatur kecepatannya. Tujuan dari pengadukan ini supaya susukapur akan menyebar.
Bejana pengendapan (door clarifier)
bejana pengendapan (door clarifier) prinsip kerja dari
pengendapan adalah
memisahkan nira dengan kotoran
yang terkandung didalam nira
dengan tidak
merusak nira itu sendiri.Rotary Vacum Filtrasion
Sebagai alat pembantu dalam proses penyaringan.
Alat pemasakan Sebagai alat pemasakan yang bertujuan untuk
mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat terlarut dalam nira menjadi padat berbentuk kristal gula
Evaporator- Type : Calandria/ KHI Japan- Volume : 1500 m2
- Jumlah : 5 unit- Diameter pipa : 36 mm- Tebal pipa : 1,5 mm- Jumlah pipa : 5790 batang- Fungsi : Tanki pengupan nira
Tangki sulfitase Peti Sulfitasi Nira Mentah- Kapasitas : 18 m3/jam- Diameter tangki : 2700 mm- Tinggi tangki : 6000 mm- Type : Cylindrial- Produksi : KHI, Japan- Fungsi : Tangki pencampuran nira mentah denganbelerang
CondensatCondensat Receiver- Merk/Type : Little King/ TF-70-NNR// Ebara Japan- Kapasitas : 2 m2/jam
- Temperatur : 1000C- Fungsi : Tempat penampung air kondensat
4.2 PG. Madukismo
Alam merupakan tempat yang Allah ciptakan sebagai tempat untuk menambah ilmu.
Memperhatikan alam semesta, diharapkan semakin sadar bahwa dirinya diciptakan Allah
yang mendapat rizqi. Allah juga yang menghidupkan dan mematikan makhluq-Nya.
�ِه� () �َّل ِل ُق�ْل� ْر�ِض�� َو�اَأْل� َم�اَو�اِت� اِلَّس� ِف�ي َم�ا �َم�ْن� ِل ُق�ْل� �يْن� �ِّذ�ِب �َم�َك اِل �ُة� َع�اُق�َب �اَن� َك �َف� �ي َك َوا �ُظ�ُر� اْن �َّم� ُث ْر�ِض�
� اَأْل� ِف�ي َوا يُر� ِس� ُق�ْل��وَن� �ْؤ�َم�ُن ُي اَل� ِف�ُه�َّم� ُه�َّم� �ُف�َّس� ْن
� َأ َوا ُر� َخ�َّس� �ِّذ�ُيْن� اِل ِف�يِه� �َب� ُي ْر� اَل� �اَم�ُة� �ِق�ي اِل � �و�ِم ُي �ى �ِل ِإ �َّم� �َك �ْج�َم�َع�ُن �ي ِل ْح�َم�ُة� اِلُر� ِه� �ُف�َّس� ْن َع�َّل�ى �َب� �َت () َكKatakanlah: "Bepergianlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan itu". Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di
langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya
kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak
ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.
Qs.6:11-12
Perintah bepergian pada ayat 11 dirangkainkan dengan perintah meneliti akibat yang
dipikul oleh para pendusta. Kemudian pada ayt 12 diperintahkan agar setiap umat lebih
mayakini yang ada dilangit dan di bumi adalah milik Allah. Allah SWT juga telah
mewajibkan pada diri-Nya untuk mencurahkan kasih saying, serta mengumpulkan manusia
di hari kiamat. Dengan demikian bepergian di muka bumi berfungsi sebagai usaha
mempertebal iman.
PG Madukismo adalah pabrik gula terbesar yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kami sampai di PG Madukismo sekitar pukul 08.00 WIB langsung memasuki aula
pertemuan. Di aula pertemuan kami disambut oleh pemandu kunjungan industri yang termasuk
salah satu pegawai PG Madukismo. Dengan jelas dan lengkap mereka menerangkan kegiatan-
kegiatan yang biasa dilakukan di PG Madukismo. Dalam kegiatan ini kami diberi kesempatan
untuk bertanya, salah satu teman kami menanyakan tentang kualitas gula menurut warna yang
biasa ada di pasaran. Warna yang dihasilkan oleh gula yang ada di pasaran tersebut bisa
disebabkan oleh filtrasi atau proses penyaringan yang lebih banyak atau lebih sedikit misalnya
gula tersebut berwarna cokelat hal itu karena poses filtrasi yang sedikit dan sebaliknya, ujar
pemandu PG Madukismo.
Selanjutnya, kami diajak melihat proses pembuatan gula Madukismo secara langsung ke
pabriknya. Yang asyiknya perjalanan dari aula pertemuan ke pabrik gula Madukismo kami
diantar oleh kereta wisata yang memang biasanya digunakan untuk mengantar para pengunjung
yang ingin mengetahui cara membuat gula secara langung.
Kami pikir pabrik gula Madukismo tersebut rapi, bersih, dan steril (melihat dari aula
pertemuan tadi dan penjelasan lewat media visual) namun ketika kami mengunjunginya ternyata
berbanding terbalik dari yang kami fikirkan. Pabrik gula Madukismo terlihat kotor mulai dari
jalan yang berserakan batang-batang tebu yang berjatuhan, mesin-mesin yang terlihat sangat
kotor dan tidak steril, bau yang tercium ketika memasuki pabrik yang sangat menyengat.
Tidak hanya diajak ke pabrik proses pembuatan gula, kamipun diajak ke tempat packing
gula dan gudang penyimpanan gula. Gula-gula yang sudah diolah di packing ditempat ini dengan
mesin-mesin modern kemudian disimpan di gudang. Penyimpanan gula tidak menyentuh tanah
yang artinya penyimpanan gula disimpan dengan dialaskan kayu-kayu yang di jajar-jajarkan.
Berikut adalah struktur organisasi yang ada:
4.3 LIPI Gunung Kidul
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Jakarta, disingkat UUPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan
surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1022/M/2002, tanggal 12
Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen,
Kabupaten Gunung Kidul yang berjarak 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonimolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Banyak riset yang dilakukan oleh LIPI Gunung Kidul
diantaranya adalah, membuat kalengan gudeg, membuat Biogas, membuat pakan ternak,
membuat the, dan masih banyak lagi.
Kita semua pasti tak asing dengan Gudeg sebuah makanan tradisional khas Yogyakarta.
Makanan yang terbuat dari nangka muda ini kebanyakan tersaji di warung, rumah makan,
maupun tempat lainnya. Sayang, kenikmatan Gudeg tidak bisa disajikan dalam waktu lama.
Gudeg hanya bisa bertahan tidak lebih dari tiga hari saja.
Kebutuhan produk hasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil
ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam
lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk
meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach). Untuk
menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap
kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu
keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan
pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung
dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan
adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui
pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian
aditif pakan (feed additive). Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk
mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan
keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup
tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat
sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah
tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi
keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan
senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat
tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan
dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi
teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa
unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced
nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses
absorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan,
pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat
meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan
penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor)
dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed)
untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat.
Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan
kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan
menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi
produkbioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan
kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan
menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem
budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup
pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya
diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi
terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit tertentu. Fortifikasi pupuk dengan
bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam
program diseminasi dan implementasi IPTEK.
Pembuatan Biogas dengan Memanfaatkan Kotoran Sapi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah:
1. P.G. Madukismo didirikan pada tahun 1955 atas persetujuan dari Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Sementara itu BPPTK LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta dibentuk
dengang keputusan dari LIPI nomor 1022/M/2002,12 Juni 2002.
2. PG Madukismo memproduksi Gula Unggul dan bahan sampinganny
dimanfaatkan untuk produksi Pabrik Spirtus/Alkohol
3. BPPTK LIPI mengembangkan variasi temuan produk unggul khususnya dalam
bidang Peternakan, Pangan dengan memberikan inovasi atas produknya tersebut.
5.2 Saran
Saran dari laporan ini adalah :
Kegiatan KKL ini saya rasa cukup bermanfaat, selain kita bisa menambah berbagai ilmu
dengan terjun langsung di lapangan kita juga bisa sejenak melepas kejenuhan atas rutinitas
akademika sehari-hari. Saya rasa kegiatan KKL ini bisa dilakukan lagi pada lain waktu.
LAMPIRANFOTO KELOMPOK
Diposkan oleh Akhmad Bashori Alwi di 15.38 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
TANGGAL PIRO GAES...??
Powered by Printable Calendar
I'M MANCHUNIAN OR RED ARMY
Akhmad Bashori Alwi Lihat profil lengkapku
JAM PIRO GAES..??
ARSIP BLOG
► 2015 (2)
▼ 2014 (6)
o ► Desember (1)
o ► November (2)
o ► Oktober (1)
o ▼ Mei (2)
Laporan KKL Pabrik Gula Madukismo
Khalifah Al-Makmun
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
Ads by Plus-HD-V1.8X | i
Ads By findopolis ×
Recommended