BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena
itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila
anaknya mengalami kejang demam.
Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6
bulan hingga 5 Tahun (ME. Sumijati 2000 :72-73) dengan durasi kejang selama
beberapa menit. Namun begitu, walaupun terjadi hanya beberapa menit, bagi orang
tua rasanya sangat mencemaskan, menakutkan dan terasa berlangsung sangat lama,
jauh lebih lama disbanding yang sebenarnya.
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang
demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan
tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang
demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas
menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan
segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.
Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan
penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara
terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang
utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
B. Tujuan penyusunan Askep
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada Klien dengan Masalah kejang Demam.
1
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui tentang definisi dari kejang demam.
Mahasiswa mengetahui penyebab dari kejang demam.
Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari kejang demam.
Mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan kejang demam.
Mahasiswa mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Fokus intervesi,
dan Evaluasi klien kejang demam.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASKEP KEJANG DEMAM
1. Pengertian
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakronial atau penyebab tertentu (Mansjoer Arief, 2000)
Kejang demam adalah kejang yang terjadi padausia antara 3 bulan hingga 5 tahun
yang berkaitan dengan demam, namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intracranial
atau penyebab yang jelas. (Roy, Meadow, 2005)
Jadi kejang demam merupakan akibat dari pembebasanlistrik yang tidak
terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba,
terjadi gangguan kesadaran ringan, aktifitas motorik atau gangguan fenomena
sensori. (Doenges, 2000)
2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui secara pasti demam kejang disebabkan infeksi
saluran nafas atas, otitis fedia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak
selalu tmbul pada suhu tinggi dapat menyebabkan kejang. (Mansjoer Arief, 2000)
Kejang ini ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul saat awal-awal
demam. Penyabab ini yang paling sering adalah infeksi saluran nafas atas. (Roy,
Meadow, 2005 : 113)
Kejang demam biasanya dicetuskan oleh infeksi serupa, infeksi virus pada
telinga, faring atau saluran cerna. (Merenstein Gerald, 2001: 638)
3. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme, bahan baku penting untuk metabolisme otak adalah
glukosa, sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Dalam keadaan normal membran sel neoron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion natrium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel
neuron sangat tinggi dan natrium rendah, sedangkan diluar sel terjadi sebaliknya.
3
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na – K ATP – Ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi membran ion diruang ekstra seluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20 %.
Peningkatan O2 dan energy kontraksi otot skelet oleh karena metabolism
anhipotensi arterial dengan disertai denyut yang meningkat yang selanjutnya akan
meningkatkan metabolism otak. Rangkaian ini merupakan suatu factor penyebab
hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama terjadi kejang lama, factor
terpenting adalah gangguan peredaran darah otak sehingga menyebabkan hipoksia,
meningkatkan permeabilitas kapiler otak. Oedem otak mengakibatkan kerusakan
neuron otak. Dengan demikian kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga menyebabkan epilepsi. (Ngastiyah,
2005)
Patways:
4
4. Manifestasi Klinis
Umumnya kejang demam berlangsungnya tingkat berupa serangan kejang
klinik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti
mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan
berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 18%
berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi adapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa
detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang
dapat diikuti hemiparisis sementara tanpa (Heiparesis Todd) yang berlangsung
beberapa jam sampai beberapa kali kejang unilateral yang lama, dapat diikuti oleh
hemiparesis yang mantap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering
terjadi pada kejang demam yang pertama. (Mansjoer Arief, 2000)
5. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan cairan serebrospinal
2. Elektroesenfalografi (CEG) tetapi kurang mempunyai nilai prognostik, tidak
dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana
3. Pemeriksaan lab rutin, untuk mengetahui sumber infeksi. (Mansjoer Arief,
2000)
6. Komplikasi
1. Terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis.
2. Akan didapat IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya.
3. Lebid besar mengalami epilepsi. (M.Rudholph. A.,2006 : 161)
7. Penatalaksanaan
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan :
1) Pengobatan fase akut : pada waktu kejang pasien dimiringkan, dan dipasang
tong spatel.
Untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.
Jalan nafas harus bebas, agar oksigenasi terjamin.
Diazepam diberikan melalui intravena.
2) Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
5
3) Pengobatan Profilaksis
Profilaksis intermitem diberikan
Diazepam oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg BB
Hari dibagi 3 dosis saat pasien demam (Mansjoer, Arief, 2000)
8. Terapi Medis
1) Aktivitas Latihan
An.O beraktivitas berkurang karena merasa lemas dan demam.
2) Tidur dan istirahat
Klien tidur malam dengan frekuensi 7 jam setiap hari dan tidur siang 1 jam .
3) Kenyamanan dan nyeri
P : Klien mengatakan nyeri pada kepala seperti diremas-remas.
Q : Klien mengatakan nyeri sekali dan bisa beraktivitas tapi dikurangi.
R : Nyeri klien berada dikepala.
S : Skala nyeri antara 1-10 klien mengatakan skala nyerinya diangka 7
T : Klien merasa nyeri saat pagi.
4) Nutrisi
Klien makan 3x sehari dengan nutrisi yang cukup dan porsi yang di
berikan tiadak selalu habis.
5) Cairan Elektrolit dan Asam Basa
Klien minum 8 gelas standar 250 cc , sebelum sakit klien minum 8 gelas
standar 250cc perhari.
6) Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan klien tidak terpasang
alat bantu pernafasan
7) Eliminasi bowel
Klien BAB normal yaitu 3 kali sehari.
8) Eliminasi urin
Setelah sakit klien bisa BAK 6x sehari dengan konsistensi warna urin kuning
pekat.klien juga tidak terpasang kateter.
9) Sensori persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada Sensori,
persepsi dan kognitif.
6
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Bayi Kasmiati
Jenis kelamin : Perempuan
Suhu : 36 OC
DX : Demam
Dokter : Hanafiah, SP.OG
Alamat : Blang Jruen
2. Keluhan utama
Perasaan tidak enak pada badan, lesu, nyeri kepala, nafsu makan kurang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Panas lebih dari 3 hari, menurun di pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah / tidak terinfeksi salmonela typhosa
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh salah satu anggota
keluarga yang meliputi penyakit menular atau menurun.
6. Riwayat neonatus
a. Prenatal
Riwayat yang menyatakan sejak dalam kandungan.
b. Natal
Riwayat dimana kandungan telah berakhir / pada waktu persalinan.
c. Post natal
Riwayat dimana sesudah masa kandungan berakhir (setelah persalinan).
7. Riwayat imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang sudah didapat oleh pasien.
8. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien
a. Pola nutrisi
Variasi (berbagai bentuk) makanan apa saja yang dikonsumsi, frekuensi,
komposisi dan porsi yang dikonsumsi oleh pasien.
7
b. Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas apa saja yang bisa dilakukan oleh pasien.
c. Pola istirahat tidur
Untuk mengetahui berapa lama waktu istirahat anak terganggu atau tenang.
d. Pola eliminasi
BAB : Frekuensi, konsistensi ® konstipasi.
BAK : Hematuria, anuria
B. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.
TTV : T : Umumnya normal.
N : Nadi bisa kecil cepat dan dangkal tergantung berat ringannya
penyakit, kadang terjadi bradikardi.
S : Umumnya terjadi demam tapi tidak tinggi sekali, terutama pada
malam / sore hari dan menurun pada pagi hari.
RR : Umumnya normal.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bagaimana bentuk, keadaan kulit kepala, bagaimana warna
rambut.
Muka : Bagaimana ekspresi wajah, oedem atau tidak, pucat atau tidak.
Mata : Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau tidak, warna sklera
ikterus atau tidak.
Hidung : Ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada sekret / tidak, ada
polip / tidak.
Gigi & Mulut : Bibir kering atau tidak, gigi dan mulut bersih atau tidak, ada
stomatitis / tidak, lidah kotor / tidak.
Telinga : Simetris / tidak, ada serumen / tidak, bersih atau tidak.
Leher : Ada / tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada / tidak pelebaran
vena jugularis.
Dada : Thorax ® ada retraksi interkosta, ada wheezing dan ronchi /
tidak.
Perut : Perut sering kembung / meteorismus, kadang hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan.
Genetalia : Kelaminnya apa, bersih / tidak, ada kelainan / tidak.
8
Ekstremitas : Akral hangat atau dingin, oedem / tidak.
c. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahuio adanya typhoid, yaitu :
- Darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofil pada
permulaan sakit, mungkin terdapat anemia dan trombositopeni ringan.
- Widal
§ Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer, zat anti terhadap
antigen ”O” yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang
progresif digunakan untuk kebutuhan diagnosis.
§ Titer terhadap antigen ”H” tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat
tetap tinggi setelah mendapat imunisasi / bila pasien lelah sembuh lama.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat integrasi
utama untuk memelihara keseimbangan energy dan suhu tubuh. Hipotalamus
berfungsi sebagai thermostat tubuh, dengan menerima informasi dari berbagai bagian
tubuh dikulit. Penyesuaian dikoordinasi dengan sangat rumit dalam mekanisme
penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan u tuk mengoreksi setiap
penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal. Hipotalamus mampu berespon
terhadap perubahan suhu darah sekecil 0.01°C.
Hipotalamus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan
suhu inti mengelalui reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut
termoreseptor (reseptor hangat, dingin dan nyeri diperifer). Reseptor suhu sangat
aktif selama perubahan temperature. Sensasi suhu primer diadaptasi dengan sangat
cepat. Suhu ini dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus serta
disusunan syaraf pusat dan organ abdomen.
Di hipotalamus diketahui terdapat 2 ousat pengaturan suhu, yaitu diregio
posterior diaktifkan oleh suhu dingin, dan kemudian memicu reflek yang
memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Sedang regio anterior yang
diaktifkan oleh rasa hangat, memicu reflex yang memperentarai pengurangan panas.
B. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu dapat di bagi, antara lain:
1. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam
(kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C.
2. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh,
jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
3. Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata
gabungan suhu inti dan suhu kulit.
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:
1. The mercury-in-glass thermometer
2. The electrical digital reading thermometer
10
3. A radiometer attached to an auriscope-like head (untuk pengukuran suhu
timfani)
C. Fungsi dari Reseptor Suhu
Etimulus dapat datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara,
kelembapan,cahaya. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat
penghasil tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang paling sederhana hanya
berupa ujung denrit dari suatu sel syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung / selaput
myelin dan dapat di temukan pada reseptor rasa nyeri (free nerve ending) atau
nociresetor. Berdasarkan Lokasi Sumber Rangsang :
1. INTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang
dari dalam tubuh.
2. KHEMORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi memantau pH,kadar gula
dalam darah dan kadar kalsium dalam cairan tubuh atau darah.
3. EKSTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari
lingkungan di luar tubuh Reseptor penerima gelombang suara (pada alat
pendengaran) dan cahaya (dalam alat pengelihatan).
4. HUBUNGAN ANTARA RESEPTOR DENGAN EFEKTOR Dalam system
syaraf,reseptor biasanya berhubungan dengan syaraf sensorik (AFFERENT)
sedang efektor erat dengan syaraf motorik(EFERENT). Reseptor berfungsi
sebagaipengubah energy, mengubah bentuk suatu energy menjadi bentuk tertentu.
dan di dalam reseptor semua energy di ubah menjadi energy listrik dan
selanjutnya akan membawa ke perubahan elektrolit sehingga timbul potensial
aksi. Apabila suatu resektor menerima rangsangan yang sesuai maka membrane
reseptor akan mengalami peritiwa potensial aksi. Jika rangsangan yang diterima
reseptor cukup kuat potensial reseptor yang timbul akan lebih kuat. Makin besar
rangsangan yang di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan
sehingga dapat melampoi batas ambang perangsangan pada membrane potensial
generator.
D. Macam-macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37.5°C
3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37.5-40°C
4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
11
Berdasarkan distribusi suhu didalam tubuh, dikenal suhu inti (core
temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dala, seperti kranial, toraks,
rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative
konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperature), yaitu
suhu yang tedapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat
berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
E. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1. Exercise:
semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada
atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
2. Hormon:
Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal
metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon
pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf:
selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf
otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine
(NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine
(NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel
tubuh.
4. Suhu tubuh:
meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap
peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia
10 %.
5. Asupan makanan:
makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi
protein.
6. Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.
7. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi
suhu akan normal setelah anak mencapai pubertas. Pada lansia sensitif terhadap
suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme control suhu (terutama kontrol
12
vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar
keringat, penurunan metabolism
8. Olahraga:aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme
lemak dankarbohidrat.
9. Kadar Hormon:suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
10. Irama sirkardiansuhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama
periode 24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari.
11. Stres:
stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan
12. Lingkungan:
mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun
terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis
yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah
mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami
fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan suhu
tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas
yang hilang.
F. Hal-hal yang mengganggu suhu tubuh
Hal-hal yang sering mengganggu suhu tubuh diantaranya disebabkan oleh:
1. Demam: mekanisme pengeluran panas tidak mampu mengimbangi
produksipanas. Demam terjadi karena perubahan set point hipotalamus.
2. Kelelahan akibat panas: terjadi apabila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.
3. Hipertermia: peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk mengeluarkan panas.
4. Heat stroke: terpapar oleh panas dalam jangka yang cukup lama.
5. Hipotermia: pengeluaran panas akibat terpapar suhu dingin.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
a. ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
b. anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
c. mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
BAB V
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss)
dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan
tubuh dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor, sedangkan alat
penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize,
hormone, system saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia, aktivitas
otot, stress.
B. Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat, agar tubuh kita selalu
sehat dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam
keadaan normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar kita
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.science.uwc.ac.za/physiology/temperatur/temperature.htmlhttp://joe.endocrinologyjournals.org/cgi/content/fullJournal of Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormon a.k.a. hypothalamic releasing factors.Journal of Endocrinology. (2005). Functional anatomy of hypothalamic homeostatic systemsSyaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGChttp://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuhPearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM PADA BAYI BARU LAHIR
DI RUANG RAWATAN RUMAH SAKIT BUNDA LHOKSEUMAWE” ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK 1 .
Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber dari internet
maupun literature. Makalah ini berisi tentang segala sesuatu tentang teori hipertermia
dan asuhan keperawatan pasien demam.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, terutama bagi Mahasiswa Keperawatan AKKES Pemda Lhokseumawe.
Lhokseumawe, Desember 2015
Penyusun
UCI SAFIRA
16ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG RAWATAN RUMAH SAKIT BUNDA
LHOKSEUMAWE
Disusun Oleh :
UCI SAFIRANIM : 34400615143
Telah disetujuiTanggal 28 Desember 2015
Oleh :
Pembimbing
ELVIETA, M.Kes
17i
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG RAWATAN RUMAH SAKIT BUNDA
LHOKSEUMAWE
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK 1
Program Pendidikan Tingkat Diploma III Kebidanan
Akademi Kesehatan Pemerintah Aceh Utara
Oleh :
UCI SAFIRANIM : 34400615143
AKADEMI KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARAPROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2015
18
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penyususnan Askep....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
A. Askep Kejang Demam .............................................................................. 3
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................... 7
A. Data Subjektif ........................................................................................... 7
B. Data Objektif............................................................................................. 8
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 10
A. Hipotalamus .............................................................................................. 10
B. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh................................................................. 10
C. Fungsi dari Reseptor Suhu......................................................................... 11
D. Macam-macam Suhu Tubuh...................................................................... 11
E. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh................................................. 12
F. Hal-hal Yang Mengganggu Suhu Tubuh................................................... 13
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 14
A. Kesimpulan................................................................................................ 14
B. Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15
19iii