15
1

Welcome to Repository STIKES Panti Waluya Malang ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/338/3/SPWM_EGA GISELA... · Web viewImpelmentasi Keperawatan Pada bayi 1 dan 2 telah dilakukan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI YANG MENGALAMI

HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN MASALAH

KETIDAKSEIMBANGAN SUHU TUBUH

Ega Gisela Giovanni, Maria Magdalena Setyaningsih, Wisoedhanie Widi Anugrahanti

Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang

Email : [email protected]

ABSTRAK

Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir merupakan sebuah keadaan dimana kadar bilirubin serum total di dalam jaringan ekstravaskuler meningkat lebih dari 10mg%. Keadaan ini mengakibatkan mukosa, kulit dan sklera berwarna kuning pada minggu pertama. Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia salah satunya adalah dilakukan tindakan fototerapi yang dapat menimbulkan rsiko atau ketidakseimbangan suhu tubuh. Penelitian ini untuk melaksanakan Asuhan keperawatan pada bayi yang mengalami Hiperbilirubinemia dengan masalah Ketidakseimbangan suhu tubuh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2019 dengan desain penelitian studi kasus pada dua bayi Hiperbilirubinemia dengan masalah ketidakseimbangan suhu tubuh. Hasil dari penelitian ini adalah masalah ketidakseimbangan suhu tubuh teratasi pada hari ke tiga. Hal ini ditandai dengan suhu tubuh bayi dalam kisaran normal (36-37oC). Melalui Memonitoring TTV dan memenuhi kebutuhan intake bayi diharapkan dapat mengurangi Ketidakseimbangan suhu tubuh.

Kata kunci : Bayi , Hiperbilirubinemia, Ketidakseimbangan suhu tubuh

ABSTRACT

Hyperbilirubinemia in newborns is a condition where total serum bilirubin levels in extravascular tissue increase by more than 10 mg%. This situation causes the mucosa, skin and sclera to turn yellow in the first week. Management of hyperbilirubinemia one of which is carried out a phototherapy action that can cause risk or imbalance in body temperature. This research is to carry out nursing care in infants who have hyperbilirubinemia with the problem of body temperature imbalance. This research was conducted in March 2019 with a case study research design in two infants with hyperbilirubinemia with an imbalance in body temperature. The results of this study are the problem of imbalance in body temperature resolved on the third day. This is indicated by the baby's body temperature in the normal range (36-37oC). Through TTV monitoring and meeting the needs of the baby's intake is expected to reduce body temperature imbalance.

Keywords : Infants, Hyperbilirubinemia, Body temperature imbalance.

PENDAHULUAN

Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir merupakan sebuah keadaan dimana kadar bilirubin serum total di dalam jaringan ekstravaskuler meningkat lebih dari 10mg%. Keadaan ini mengakibatkan mukosa, kulit dan sklera berwarna kuning pada minggu pertama. (Dewi, 2013).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) meyatakan bahwa angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian terebut diakibatkan oleh asfiksia (37%), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus neonatorum (6%), postmatur (3%), dan kelainan kongenital (1%) per 1.000 kelahiran hidup. Hasil penelitian pada tahun 2018 meunjukkankan bahwa kejadian ikterus neonatorum di Indonesia mencapai 50% bayi cukup bulan. Kejadian ikterus neonatorum pada bayi kurang bulan (premature) mencapai 58% dan kejadian ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan sebanyak 85% yang mana memiliki kadar bilirubin di atas 5 mg/dl dan 23,80% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dl (Prasita, 2018). Kejadian bayi dengan ikterus di Jawa Timur juga cukup besar. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur menyatakan bahwa pada tahun 2014 bayi baru lahir yang mengalami ikterus sebanyak (26,75%) atau 268/1000 kelahiran (Dinkes Jatim, 2014). Kota Malang memiliki persentase kejadian hiperbilirubinemia adalah sebesar 3,23% pada tahun 2014 (Dinkes Kota Malang, 2014). Data bayi dengan hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Panti Waluya Malang tidak jauh berbeda, yaitu pada tahun 2017 sebanyak 17 pasien bayi dengan masalah hiperbilirubinemia yang terdiri dari 9 laki-laki dan 8 perempuan (RM RSPW, 2018).

Hiperbilirubinemia memiliki tanda dan gejala seperti hipotermia, lemas dan malas minum. Tanda dan gejala lain adalah perubahan dari hasil lab yang ditandai oleh peningkatan pada kadar bilirubin melebihi 10 mg%. Peningkatan tersebut merupakan hal yang sering terjadi BBL, tetapi jika pada hari ke 5 tidak terjadi penuruan maka menjadi permasalahan bagi tubuh bayi, peningkatan bilirubin diatas 10 mg% biasa disertai ikterik pada mata dan kulit (Putri, 2010).

Penanganan Hiperbilirubinemia antara lain pemberian obat, transfusi tukar dan fototerapi tetapi tindakan yang sering dilakukan pada bayi yang mengalami Hiperbilirubinemia adalah fototerapi. Pada saat fototerapi semua pakaian yang dikenakan bayi dilepas dan bayi diletakkan di dalam tempat yang telah diberi sinar biru sehingga bayi tidak beresiko terkena hipotermia, bila bayi terlalu lama terpapar sinar terapi bayi akan beresiko mengalami hipertermia oleh karena itu bayi harus selalu di observasi secara rutin (Potter & Perry, 2010).

Fenomena bayi dengan hiperbilirubinemia didapatkan oleh penulis saat praktik klinik diruang PICU/NICU Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Pada bulan Januari 2018 seorang Ibu pasien datang ke poli Rumah Sakit Panti Waluya Malang dengan keluhan bahwa bayinya tampak kuning selama 2 hari karena dengan alasan bayi tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup dan bayi malas untuk minum ASI. Riwayat persalinan bayi yaitu normal partum, dan usia kehamilan 40-41 minggu dengan nilai APGAR (A: 2, P: 2, G: 2, A: 1, R: 2). Tidak didapati masalah saat persalinan dan setelah dilakukan pemeriksaan didapati hasil suhu bayi di bawah normal 35,6ᵒC dan bayi tampak kuning pada kulitnya dan sklera. Setelah dicek darah lengkap didapati hasil bilirubin total 13mg%, lalu dilakukan tindakan keperawatan berupa sinar fototerapi selama 2 seri atau 2 x 24 jam.Selama dilakukan tindakan fototerapi sampai post fototerapi bayi sangat beresiko terkena ketidakseimbangan suhu, karena disebabkan oleh paparan sinar fototerapi dalam kurun waktu yang lama, ini di tandai dengan bayi harus di ukur suhu setiap 2 jam.

Keadaan hiperbilirubinemia jika tidak ditangani dengan cepat, maka bilirubin tetap tinggi maka hal ini dapat menyebabkanbayi tidak mau menghisap, leher kaku, dan tonus otot meningkat. Kernicterusakan terjadi apabila hiperbilirubinemia tidak segera ditangani. Kernicterus ditandai dengan adanya kerusakan otak berupa mata berputar, letargi, kejang, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental di kemudian hari.Selain itu dapat juga terjadi infeksi atau sepsis, peritonitis dan pneumonia (Dewi, 2010).

Sebagai perawat, pertolongan yang dapat diberikan adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan pendekatan preventif, rehabilitatif dan kolaboratif.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada bayi Bayi yang mengalami Masalah ketidakseimbangan suhu tubuh. Pengambilan data pada bayi 1 pada tanggal 25-27 Maret 2019, sedangkan bayi 2 pada tanggal 13- 16 juni 2019. Penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi meliputi pengkajian, analisa data, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

HASIL

1. Pengkajian

Ibu bayi mengatakan melahirkan tanggal 23/03/19 pukul 02.00 dan berjenis kelamin perempuan. Keadaan bayi saat pulang normal dan tidak mengalami gangguan kesehatan. Bayi menangis kuat dan pergerakan bayi aktif. Ibu bayi mengatakan sejak tanggal 24/03/19bayi terlihat kuning. Kemudian tanggal 25/03/19 pukul 10:21 Ibu membawa bayi ke POLI RS. Panti Waluya Sawahan Malang. Dokter tidak melakukan pemeriksaan lab karena tubuh bayi sudah terlihat jelas berwarna kuning, dokter mengatakan kalau bayi sudah berada di derajad kuning 3 yang artinya >10 mg/dl hasil bilirubin diatas normal. Dokter menegakkan hasil akhir diagnosa medis hiperbilirubinemia dan dokter menyarankan bayi untuk dilakukan sinar fototerapi di RS. Panti Waluya Sawahan Malang. Saat dilakukan pengkajian tanggal 25/03/19 pukul 14.00 bayi sudah menjalani sinar fototerapi selama 1 jam, Keadaan umum bayi lemas N : 136 x/menit, S:37,3°C, RR: 38 x/menit, Kadar bilirubin derajad 3 ( kepala sampai atas lutut, kadar bilirubin 11,4 mg/dl )

Ayah mengatakan jika bayi di lahirkan di RS. Hermina Malang tanggal 09-06-2019 pukul 15.00 dan berjenis kelamin perempuan. Keadaan bayi saat di bawa pulang sudah sedikit kuning, dan memutuskan bayi untuk di jemur saja setiap pagi di rumah agar kuning pada bayi menghilang, tetapi setelah 3 hari rutin di jemur kuning pada bayi tidak kunjung hilang malah lebih kuning dari sebelumnya, akirnya pada tanggal 13-06-2019 pada pukul 18.00 bayi di bawa ke RS. Panti Waluya Sawahan Malang. Dokter melakukan pemeriksaan dan menegakan diagnosa medis Hoperbilirubinemia. Dokter menyarankan agar bayi dilakukan tindakan fototerapi di RS. Panti Waluya Sawahan Malang. Pada saat itu juga bayi langsung dilakukan tindakan fototerapi, Keadaan umum bayi lemas, N : 140 x/menit, S : 37,2 °C, RR : 34x/menit Kadar bilirubin 12,83 mg/dl.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian kedua bayi dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu, Ketidakseimbangan suhu tubuh : Hipertermia b/d perubahan laju metabolisme

3. Intervensi keperawatan

Pada kedua bayi telah disusun intervensi sesuai tinjauan teori yaitu intervensi no 1 sampai dengan 4 mengukur suhu tubuh bayi setiap 2 jam, mempertahankan kebutuhan nutrisi bayi, memonitor adanya tanda-tanda hipertermi, menghentikan fototerapi jika suhu tubuh bayi diatas 37oC

4. Impelmentasi Keperawatan

Pada bayi 1 dan 2 telah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, ke 2 bayi didapatkan hasil masalah teratasi dari derajat 3 sampai derajat 1.

PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pada kedua bayi menunjukkan keluhan berupa perubahan warna kulit, bibir dan sklera mata menjadi kuning. Selain itu juga ditemukan penurunan berat badan pada bayi 2 dari 2965 gr menjadi 3800 gr. Data subjektif dan objektif pada bayi 1 dan 2 sesuai dengan teori untuk dilakukan asuhan keperawatan ketidakseimbangan suhu tubuh

2. Diagnosa Keperawatan

Bayi 1 dan 2 ditetapkannya diagnosa keperawatan yang sama, yaitu ketidakseimbangan suhu tubuh : Hipertermia. didukung dengan data bayi 1 dan 2 kadar bilirubin >10mg/dl.

Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin serum total di dalam jaringan ekstravaskuler meningkat lebih dari 10mg% sehingga mukosa, kulit dan sklera berwarna kuning pada minggu pertama. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang sering disebut sebagai ikterus neonatus atau yang lebih sering disebut hiperbilirubinemia (Usman Ali, 2013).

Menurut Klaus 2010, Tindakan yang dilakukan pada bayi hiperbilirubinemia yaitu sinar fototerapi. Sinar yang digunakan pada fototerapi adalah suatu sinar tampak yang merupakan suatu gelombang elektromagnetik. Sifat gelombang elektromagnetik bervariasi menurut frekuensi dan panjang gelombang, yang menghasilkan spektrum elektromagnetik. Spektrum dari sinar tampak ini terdiri dari sinar merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu. Masing masing dari sinar memiliki panjang gelombang yang berbeda beda. Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan kadar bilirubin. Pada bayi yang dilakukan terapisinar fototerapi akan sangat rentan terjadi hipotermia maupun hipertermia(Jurnal Kesehatan Andalas, 2014).

3. Intervensi Keperawatan

Pada klien 1 dan 2 telah disusun intervensi sesuai dengan teori, terdapat 12 intervensi yang akan dilakukan secara mandiri maupun kolaboratif sesuai dengan kondisi atau keadaan klien

4. Implementasi Keperawatan

Pada bayi 1 dan 2 implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan. Intervensi yang terdiri dari 4 rencana tindakan tersebut dapat dilakukan seluruhnya pada bayi 1dan bayi 2.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, bayi 1 dan 2 didapatkan hasil masalah teratasi sebagian dengan mencapai sesuai kriteria hasil yang telah ditetapkanAdapun kriteria hasil menurut Ackley (2016) yang menyatakan bahwa diagnosaketidakseimbangan suhu tubuh memiliki kriteria hasil berupa mempertahankan suhu tubuh axilla dalam kisaran normal (36 ᵒC – 37 ᵒC) tidak mengalami dehidrasi.

KESIMPULAN

Asuhan keperawatan penyakit Hiperbilirubinemia dengan masalah ketidakseimbangan suhu tubuh di RS Panti Waluya Sawahan Malang dapat dilaksanakan pada bayi 1 dan 2 selama 3 hari selama bayi di rawat inap di rumah sakit. Pada bayi 1 dan 2 diberikan intervensi sesuai dengan teori dan fakta di lapangan disesuaikan dengan kondisi bayi selama masa perawatan. Setelah dilakukan tindakan yang telah direncanakan tersebut, kondisi kedua bayi menjadi lebih baik seperti kulit, bibir dan sklera mata bayi sudah kembali normal berwarna putih dan masalah tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Ackley; Betty J; Ladwig& Gail B. 2010.Nursing Diagnosis Handbook. Mosby: Elsevier.

Potter, Perry.2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Betz; Linda A& Gowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik,ed.5. Jakarta : EGC.

Kumalasari; Intan. 2015. Perawatan Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

Guyton, A.C. 2012.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

Hidayat A.A. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Perry.2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC.

Nurarif .A.H. & Kusuma.H.2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Usman Ali. 2012. Buku ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Sudarti & Fauzan Afroh. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta : Nuha Medika.

Wawan & Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahid .I. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Saputra. 2015. Konsep Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lembar Konsultasi Pembimbing 2

10