24
LAPORAN AUTOPSI KASUS JEJAS JERAT Pendahuluan Dalam melakukan pemeriksaan tubuh mayat, baik itu pemeriksaan luar atau[un pemeriksaan dalam, seorang dokter perlu cermat dan teliti dalam tindakannya. Mayat yang ingin diketahui penyebab kematiannya, perlu dilakukan pemeriksaan yang meliputi terhadap bagian luar maupn bagian dalam dari tubuh mayat atau yang biasa disebut autopsi. Tujuan dari autopsi adalah untuk menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Jika pada pemeriksaan ditemukan beberapa jenis kelainan bersama-sama, maka jika dilakukan penentuan kelainan mana yang merupakan penyebab kematian, serta apakah kelainan yang lain turut mempunyai andil dalam terjadinya kematian tersebut. Pada kasus kematian akibat asafiksi mekanik, seorang dokter yan gmelakukan pemeriksaan autopsi harus teliti dalam tindakannya. Dokter harus mengetahui tanda-tanda apa saja pada kasus kematian asfiksia. Sebab kematian

VER AUTOPSI

  • Upload
    maulia9

  • View
    355

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VER AUTOPSI

LAPORAN AUTOPSI KASUS JEJAS JERAT

Pendahuluan

Dalam melakukan pemeriksaan tubuh mayat, baik itu pemeriksaan luar atau[un

pemeriksaan dalam, seorang dokter perlu cermat dan teliti dalam tindakannya. Mayat

yang ingin diketahui penyebab kematiannya, perlu dilakukan pemeriksaan yang

meliputi terhadap bagian luar maupn bagian dalam dari tubuh mayat atau yang biasa

disebut autopsi. Tujuan dari autopsi adalah untuk menemukan proses penyakit dan

atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut,

menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-

kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Jika pada pemeriksaan

ditemukan beberapa jenis kelainan bersama-sama, maka jika dilakukan penentuan

kelainan mana yang merupakan penyebab kematian, serta apakah kelainan yang lain

turut mempunyai andil dalam terjadinya kematian tersebut.

Pada kasus kematian akibat asafiksi mekanik, seorang dokter yan gmelakukan

pemeriksaan autopsi harus teliti dalam tindakannya. Dokter harus mengetahui tanda-

tanda apa saja pada kasus kematian asfiksia. Sebab kematian juga perlu dijelaskan,

apakah asfiksia mekanik yang terjadi akibat bekapan, sumbatan, jeratan, cekikan ,

atau gantung diri.

Tinjauan Pustaka

Asfiksia berasal dari bahasa yunani yang berarti “tidak berdenyut”. Merupakan suatu

keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,

mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan

karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan

oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.

Page 2: VER AUTOPSI

Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:

1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan

seperti laringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti

fibrosis paru.

2. Trauma mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara vena,

emboli lemak, pnemotorak bilateral, sumbatan atau halangan pada saluran

napas dan sebagainya.

3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan misalnya

barbiturat, narkotika.

Asfiksia Mekanik

Merupakan mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki

saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya:

Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas : pembekapan (smothering),

penyumbatan (gagging and choking)

Penekanan dinding saluran pernapasan: penjeratan (strangulation),

pencekikan (manual strangulation, throttling), gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar

Saluran pernapasan terisi air

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh

asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidadk lagi memasukkan tenggelam ke dalam

kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan sendiri.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam

4 fase, yaitu:

1. Fase Dispnea

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma

akan merangsang pusat penapasan di medulla oblongata, sehingga amplitudo

Page 3: VER AUTOPSI

dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah

meninggi, dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama padad muka dan

tangan.

2. Fase Konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan

saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang

klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme

opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah

juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi

dalam otak akibat kekurangan O2

3. Fase Apnea

Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat

berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi

pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.

4. Fase Akhir

Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah

kontraksi otomatis otot pernapasan kecil padad leher. Jantung masih

berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umunya

berkisa antara 4-5 menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak

100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas

dan lengkap.

Pada pemeriksaan mayat, umumnya akan ditemukan tanda kematian akibat asfiksia

berupa lebam mayat yang gelap dan luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas

fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir,

perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan

palpebra yang terjadi pada fase konfulsi, terutama dalam vena, venula, dan kapiler,

kemudian busa halus pada lubang hidung yang timbul akibat peningkatan aktivitas

Page 4: VER AUTOPSI

pernapasan pada fase dispnea yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian

atas, perbendungan alat-alat dalam, serta bintik perdarahan akibat rusaknya endotel

kapiler oleh karena hipoksia sehingga dinding kapiler itu yang terdiri dari selapis sel

akan pecah yang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.

Penjeratan (strangulation)

Salah satu asfiksia mekanik akibat penekanan dinding saluran pernapasan adalah

penjeratan. Penjeratan merupakan penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang,

rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki, dan sebagainya, melingkari atau mengikat

leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernapasan tertutup.

Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan suicide (bunuh diri) makan

penjeratan biasanya adalah pembunuhan. Mekanisme kematian pada penjeratan

adalah akibat asfiksia atau refleks vasovagal (perangsangan reseptor pada carotid

body). Pada gantung diri semua arteri biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh

karena kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.

Pada kasus penjeratan, kadangkala masih ditemukan jerat pada leher korban. Jerat

harus diperlakukan sebagai barang bukti dan dilepaskan dari leher korban dengan

jalan menggunting secara miring pada jerat, di tempat yang paling jauh dari simpul,

sehinga simpul pada jerat tetap utuh. Pada kasus penjeratan, jerat biasanya berjalan

horisontal/mendatar dan letaknya rendah. Jerat ini meninggalkan jejas jerat berupa

lecet jenis tekan yang melingkari leher. Catat keadaan jajas dengan teliti, dengan

menyebutkan arah, lebar, serta letak jerat yang tepat. Perhatikan apakah jejas jerat

menunjukkan pola (pattern) tertentu sesuai dengan permukaan jerat yang bersentuhan

dengan kulit leher.

Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti

handuk atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-

otot leher sebelah dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang

Page 5: VER AUTOPSI

tipis seperti kaus kaki nylon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-

3 mm. pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparan scotch tape pada

daerah jejas di leher, kemudian ditempelkan pada kaca objek dan dilihat dengan

mikroskop atau dengan sinar ultraviolet.

Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat korban melawan akan

menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, yang tampak jelas berupa kulit yang

mencekung berwarna cokelat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka

lecet tekan) pada otot-otot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah. Pada

umumnya dikatakan simpul mati ditemukan pada kasus pembunuhan, sedangkan

simpul hidup ditemukan pada kasus bunuh diri. Namun perkecualian selalu terjadi.

Page 6: VER AUTOPSI

PEMERINTAH PROPINSI LAMPUNGRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. HI. ABDUL MOELOEK

Jl. Rivai No. 6 Telp. 0721703312 Bandar Lampung

Bandar Lampung, 7 September 2008

Nomor : 357/001/7.6/IX/2008 ------------------------------------------------------

Perihal : Hasil Pemeriksaan Visum et Repertum Atas Nama Antoni------------

Lampiran : -----------------------------------------------------------------------------------

Pro Justisia

VISUM ET REPERTUM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adang Azhar, dokter Spesialis Forensik pada instalasi Forensik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek Propinsi Lampung atas permintaan tertulis dari kepala kepolisian Kota Besar Bandar Lampung dengan suratnya tertanggal tujuh september dua ribu delapan, nomor polisi : VER/15/VII/2008/RESKRIM/TABES/BALAM, maka pada tanggal tujuh september dua ribu delapan pukul sepuluh tepat Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek telah melakukan pemeriksaan atas jenazah dengan identitas yang menurut surat tersebut adalah:

Nama : Antoni------------ --------------------------------------------------------------Umur : 35 Tahun -----------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki -----------------------------------------------------------------------Bangsa : Indonesia-----------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Pengemudi------------------ ---------------------------------------------------Alamat : Desa Jati Mulyo Kec. Jati Agung Kab.Lampung Selatan ---------------

Hasil Pemeriksaan .............

Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman pertama dari delapan halaman -------------

Page 7: VER AUTOPSI

HASIL PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN LUAR :

1. Label mayat tidak ada----------- -------------------------------------------------------

2. Mayat terbungkus kantong jenazah berwarna kuning, bahan plastik dengan resleting pada bagian depan ----------------------------------------------------------

3. Tidak terdapat perhiasan mayat-------------------------------------------------------

4. Pakaian mayat kemeja lengan pendek warna biru, bahan katun, pada bagian depan kiri atas terdapat satu buah kantung tanpa isi, celana panjang jeans warna biru, merk LEVI’s no. 38 dengan dua buah kantong pada bagian belakang dan tiga buah kantong pada bagian depan tanpa isi -------------------------------------

Celana dalam warna merah, bahan kaos, merk crocodile ukuran XL-------------

5. Tidak terdapat benda disamping mayat. ---------------------------------------------

6. Kaku mayat pada seluruh tubuh dan sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada bagian belakang tubuh berwarna merah keunguan, hilang pada penekanan.--------

7. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, berumur kurang lebih tiga puluh lima tahun, kulit sawo matang, panjang tubuh seratus enam puluh sentimeter, berat tubuh enam puluh tiga kilogram, dan zakar disunat, gizi baik.

8. Tidak didapatkan identifikasi khusus pada mayat.---------------------------------

9. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus lebat, panjang lima sentimeter, alis lebat dan bulu mata lurus dengan panjang masing-masing satu sentimeter, kumis tidak ada, jenggot tidak ada.-----------------------------------------------------------

10.Kedua mata.....

Lanjutan Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman kedua dari delapan halaman ----------------------------

Page 8: VER AUTOPSI

10. Kedua mata terbuka dengan ukuran masing-masing lima milimeter, selaput bening mata jernih, teleng mata bulat dengan diameter masing-masing lima milimeter, tirai mata berwarna cokelat, selaput mata terdapat bintik perdarahan, selaput kelopak mata terdapat bintik perdarahan. ----------------------------------

11. Hidung mancung dan telinga berbentuk biasa.---------------------------------------

12. Mulut terbuka lima millimeter, lidah tidak terjulur dan tidak tergigit .----------

13. Gigi geligi lengkap tiga puluh dua buah.-------------------------------------------------

14. Dari lubang mulut, hidung, telinga kanan tidak keluar apa-apa. Dari lubang telinga kiri keluar darah.---------------------------------------------------------------

15. Dari lubang kemaluan dan lubang pelepasan tidak keluar apa-apa.------------------

16. Luka-luka :

a. Pada dahi kiri, lima sentimeter dari garis pertengahan depan setinggi alis, terdapat luka terbuka, tepi tidak rata, dasar luka otot, ukuran dua sentimeter kali setengah sentimeter.------------------------------------------------------------

b. Pada dahi kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan dua sentimeter di bawah batas tumbuh rambut depan, terdapat luka lecet, ukuran dua sentimeter kali stengah sentimeter.-------------------------------------------------------------

c. Pada dagu, tepat pada garis pertengahan depan terdapat luka lecet, ukuran dua sentimeter kali setengah sentimeter,------------------------------------------------

d. Pada leher terdapat luka lecet tekan warna cokelat, arah mendatar pada bagian depan satu sentimeter di bawah tulang jakun, pada leher sisi kiri, sepuluh sentimeter dibawah liang telinga lebar lima millimeter. Pada leher sisi kanan sepuluh sentimeter di bawah liang telinga lebar delapan sentimeter.-------------

e.Pada leher sisi kanan…...

Lanjutan Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman ketiga dari delapan halaman ----------------------------

Page 9: VER AUTOPSI

e. Pada leher sisi kanan, tujuh sentimeter dari garis pertengahan depan, dua sentimeter diatas luka lecet tekan, terdapat luka lecet tekan ukuran tujuh sentimeter kali setengah sentimeter.-----------------------------------------------

f. Tepat pada pergelangan tangan kanan, terdapat luka lecet ukuran lima belas sentimeter kali dua sentimeter, melingkari pergelangan tangan.-----------------

g. Tepat pada pergelangan tangan kiri, terdapat luka lecet tekan melingkari pergelangan tangan selebar tiga sentimeter.-----------------------------------------

h. Pada punggung tangan kiri, terdapat luka lecet ukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter.-------------------------------------------------------------------

i. Pada tungkai bawah kanan sisi depan, tiga belas sentimeter diatas mata kaki terdapat luka lecet tekan ukuran lima koma lima sentimeter kali dua koma lima sentimeter.----------------------------------------------------------------------

j. Pada punggung kaki kanan terdapat dua buah luka terbuka, tepi rata, kedua sudut tajam, dasar luka tulang dan otot, ukuran satu sentimeter kali nol koma lima sentimeter, bila dirapatkan masing-masing membentuk garis lurus sepanjang satu koma lima sentimeter.--------------------------------------------

k. Pada tungkai bawah kiri sisi depan, sebelas sentimeter dibawah lutut terdapat luka lecet tekan berukuran enam sentimeter kali dua koma lima sentimeter.----

l. Pada tungkai bawah kiri sisi depan, Sembilan sentimeter diatas mata kaki, terdapat luka lecet tekan ukuran empat sentimeter kali tiga sentimeter.----------

17. Patah tulang tidak ada.-----------------------------------------------------------------

18. Lain-lain :

a. Jaringan bawah kuku jari tengah kanan dan kiri berwarna kebiruan.-----------

b. Pada seluruh tubuh (daerah dada, perut, kepala, dan bagian belakang tubuh) berlumuran darah.-------------------------------------------------------------------

Pemeriksaan dalam …

Lanjutan Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman keempat dari delapan halaman ----------------------------

Page 10: VER AUTOPSI

PEMERIKSAAN DALAM

19. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning, daerah dada setebal lima millimeter dan daerah perut sepuluh millimeter, otot-otot berwarna merah cokelat, cukup tebal, sekat rongga dada badan kanan setinggi sela iga empat, kiri setinggi sela iga lima.-------------------------------------------------------------------

20. Tulang dada utuh, iga-iga utuh, dalam rongga dada kanan tidak terdapat cairan maupun darah, sebelah kiri tidak terdapat cairan maupun darah. Kandung jantung tampak tiga jari diantara kedua paru, berisi cairan kuning bening.-----------------

21. Jaringan ikat bawah leher, pada daerah kiri sisi depan, dua sentimeter dibawah tulang jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Otot leher pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan darah.--------

22. Selaput dinding perut berwarna putih kelabu mengkilat, otot dinding perut berwarna cokelat cukup tebal, dalam rongga perut tidak terdapat cairan.--------

23. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat, tulang lidah utuh, rawan gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah, rawan cincin utuh, kelenjar gondok berwarna merah, perabaan kenyal, penampang berwarna merah, kelenjar kacangan tidak ada, kerongkongan kosong dan selaput lendir terdapat pelebaran pembuluh darah, batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya tedapat pelebaran pembuluh darah.-----------------------

24. Jantung sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarfna cokelat keunguan, perabaan kenyal, ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan sentimeter, pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima sentimeter, tebal otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter, pembuluh nadi jantung tidak tersumbat, sekat jantung cokelat homogeny, berat dua ratus gram.------------------------------------------------------

25.Seluruh permukaan paru…

Lanjutan Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman kelima dari delapan halaman ----------------------------

Page 11: VER AUTOPSI

25. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru terdapat perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan darah, berat lima ratus enam puluh gram.------------------------------------------------------------------------------

26. Limpa berwarna ungu pucat permukaan rata, perabaan kenyal, penampang berwarna ungu, gambaran limpa jelas dan pada pengikisan jaringan terikut, berat seratus sepuluh gram.------------------------------------------------------------------

27. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaan rata, perabaan kenyal, tepi tajam, penampang berwarna cokelat, gambaran hati jelas, berat seribu seratus dua puluh gram.-------------------------------------------------------------------------------------

28. Kelenjar empedu berisi cairan berwarna kuning, selaput lendir seperti beludru, tidak tersumbat.-------------------------------------------------------------------------

29. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, perabaan kenyal, penampang berwarna cokelat, gambaran kelenjar jelas.---------------------------

30. Lambung berisi makanan setengah tercerna, selaput lendir putih, usus dua belas jari terdapat pelebaran pembuluh darah, usus halus terdapat pelebaran pembuluh darah, usus besar terdapat pelebaran pembuluh darah.-----------------------------

31. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang berlapis, kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang berlapis.--------------------------------------------------------------------

32. Ginjal kanan simpai lemak tebal, simpai ginjal mudah dilepas, permukaan ginjal rata, warna cokelat, penampang berwarna cokelat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal terdapat bintik perdarahan, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus sepuluh gram.---------------------------------------------------------------------------

Ginjal kiri…

Lanjutan Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman keenam dari delapan halaman ----------------------------

Page 12: VER AUTOPSI

Ginjal kiri simpai lemak tebal, simpai ginjal mudah dilepas, permukaan ginjal rata, warna cokelat, penampang berwarna cokelat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal terdapatbintik perdarahan, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus sepuluh gram.---------------------------------------------------------------------------

33. Kandung kemih kosong, selaput lendir licin.----------------------------------------

34. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah seluas dua sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput keras otak utuh, selaput lunak otak utuh.----------------

35. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar.

36. Otak kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian bawah.---------------------------------------------------------------------------

37. Batang otak utuh.------------------------------------------------------------------------

38. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh gram.--------------------

KESIMPULAN

Pada mayat seorang laki-laki berumur sekitar tiga puluh lima tahun ini ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar, ditemukan luka-luka lecet akibat kekerasan tumpul, ditemukan juga luka terbuka pada punggung kaki kanan akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas. Sebab mati orang ini kaibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan napas dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati kurang dari empat jam setelah makan yang terakhir. Luka terbuka dan luka-luka lecet pada orang ini tidak menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban mati.-------------------------------

Demikian…

Lanjutan Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman ketujuh dari delapan halaman ----------------------------

Page 13: VER AUTOPSI

Demikian telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.-----------------------------------------------------------------------

Dokter tersebut diatas,

Dr. Adang Azhar, Sp.F DFM

Lanjutan Visum et repertum nomor 357/001/7.6/IX/2008Halaman kedelapan dari delapan halaman ----------------------------

Page 14: VER AUTOPSI

Pembahasan

Pemeriksaan terhadap jenazah atas nama Antoni sudah sesuai dengan prosedur

medikolegal yaitu dengan adanya permintaan dari penyididk, dalam hal ini atas nama

Kepala Kepolisian Resort Lampung Selatan dengan suratnya tertanggal 7 September

2008, nomor 15/VER/2008/reskrim. Permintaan visum et repertum ini sudah sesuai

dengan pasal 133 KUHAP yang berisi ayat 1 “Dalam hal penyidik untuk kepentingan

peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga

karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan

permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”,

ayat 2 “Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka,

atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat”.

Penanganan pengiriman jenazah korban ke Rumah Sakit belum sesuai dengan

prosedur yang ada yaitu tercantum dalam pasal 133 ayat (3), pada jenazah ini tidak

terdapat label yang memuat identitas mayat yang diberi cap jabatan serta diikatkan

pada ibu jari mayat atau bagian lain dari mayat.

Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda tanatologis berupa lebam mayat dan

kaku mayat. Lebam mayat didapatkan berwarna merah keunguan pada bagian

belakang tubuh mayat, yang masih dapat hilang dengan penekanan. Lebam mayat

merupakan salah satu tanda pasti kematian yang biasanya mulai tampak 20-30 menit

pasca mati. Intensitas lebam mayat akan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12

jam. Kaku mayat ditemukan padda seluruh tubuh dan sukar dilawan. Hal ini juga

merupakan salah satu dari tanda pasti dari kematian yang mulai tampak 2 jam setelah

mati klinis dan menjadi lengkap setelah 12 jam.

Pada pemeriksaan luar juga didapatkan luka lecet tekan yang berjalan mendatar pada

leher yang sesuai dengan gambaran luka akibat jeratan. Penjeratan merupakan

Page 15: VER AUTOPSI

penekanan benda asing yang melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin

kuat sehingga saluran nafas tertutup, benda tersebut dapat berupa tali, kawat, kabel,

dan sebagainya.

Pada pemeriksaan dalam ditemukan kelainan pada leher berupa resapan darah pada

jaringan ikat bawah kulit daerah laeher sisi kiri, sembab dan resapan darah pada

pangkal anak lidah, patah tulang ujng rawan gondok dengan resapan darah di

sekitarnya, dan batang tenggorok berisi busa.

Pada organ-organ dalam rongga tubuh tampak adanya bendungan dengan ditandai

pelebaran pembuluh darah yang memberikan petunjuk terjadinya asfiksia. Yaitu

merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya gagguan pertukaran udara

pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang disertai dengan peningkatan

karbon dioksida. Sehingga organ-organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan

terjadi kematian.